Anda di halaman 1dari 47

LI. 1.

Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental


LO. 1.1. Definisi
The American Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi
mental sebagai fungsi intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah
rata-rata yang menyebabkan atau berhubungan dengan gangguan pada perilaku
adaktif dan bermanifestasi selama periode perkembangan yaitu sebelum usia 18
tahun. (Kaplan, 2008)

Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi
gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental.
Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan psikososial. Selama
dekade terakhir, semakin dikenali faktor biologis yang samar-samar, termasuk
kelainan kromosom kecil, sindrom genetika, dan intoksikasi timbul subklinis, dan
berbagai pemaparan toksin pranatal. (Soetjiningsih, 1995)

Menurut World Health Organization (WHO) retardasi mental adalah kemampuan


mental yang tidak mencukupi.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan yang dinyatakan
sebagai IQ (Intelengence Quitient)

IQ adalah MA/ CA x 100%

M.A = Mental age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronologist age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.

Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal apabila IQ dibawah 70. Anak
ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya
yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula
dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Pada retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah
kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah
lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
(http://www.nlm.nih.gov)

Terdapat berbagai macam definisi mengenai retardasi mental,menurut:


WHO
retardasi mental yaitu kemampuan mental yang tidak mencukupi.
Carter CH
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.
Crocker AC

1
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang
di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada
masa perkembangan.
Melly Budhiman
Seseorang di katakan retardasi mental bila memenuhi criteria sebagai berikut:
a. Fungsi intelektual umum di bawah normal
b. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
c. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu di bawah
usia 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan atau


IQ(Intelegence Quotient). IQ adalah MA/CA x 100%
M.A =Mental Age,umur mental yang di dapat dari hasil tets

C.A =Chronological Age,umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.

Yang dimaksud dengan intulektual di bawah normal,yaitu apabila IQ dibawah


70.Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara
berpikirnya yang terlalu sederhana,daya tangkap dan daya ingatnya
lemah,demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat
lemah.

Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan


seseorang untuk mandiri,menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab
sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.Pada penderita retardasi
mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan
menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya
kekanak-kanakan tidak sesuia denagn umurnya.

Gejala harus tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur
18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun,bukan lagi
disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.

LO. 1.2. Etiologi


Terdapat banyak penyebab cacat mental, seperti penyakit yang diderita
semasa kehamilan, terusakan dalam metabolisme, penyakit pada otak polamal,
dan yang tidak baik, dan perawatan yang tidak sesuai.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30%
dari anak-anak yang cacat mental serius disebabkan oleh ketidaknormalan
genetik, seperti down syndrom, 25% disebabkan oleh cerebrum palsy, 30%
disebabkan oleh meningitis dan masalah pranatal sedangkan 15% sisanya belum
dapat ditemakan. 9 faktor yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental:
penyakit yang disebabkan minuman keras, trauma, metabolisme atau pola makan
yang tidak baik dan penyakit dalam otak, pengaruh saat masa kehamilan yang
tidak diketahui, kromosom yang abnormal, gangguan semasa kehamilan,
gangguan psikiatris dan pengaruh Iingkungan. Anak yang mengalami retardasi

2
mental dapat disebabkan beberapa faktor diantara faktor genetik atau juga
kelainan dalam kromosom, faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan
dalam gizi atau penyakit pada ibu seperti rubella, atau adanya virus lain atau juga
faktor setelah lahir dimana dapat terjadi kerusakan otak apabila terjadi infeksi
seperti terjadi meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.
Etiologi retardasi mental menggambarkan pengaruh kait-mengkait antara
faktor bakat (turunan) dan faktor lingkungan. Penyebab atau yang dicurigai
sebagai penyebab retardasi mental (RM) antara faktor bakat (turunan) dan faktor
lingkungan. Dalam mengkaji etiologi retardasi mental perlu disimak 3 faktor
berikut, yaitu:

1. Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor


genetik terhadap agens atau faktor ekologis.
2. Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang sedang
tumbuh, misalnya keadaan nutrisi, radiasi, dan juga keadaan lingkungan
psikososial.
3. Waktu terjadinya pemaparan, saat terjadinya pemaparan dapat
memengaruhi beratnya kerusakan.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4
tahun sangat memepengaruhi perkembangan otak dan dapat juga mengakibatkan
retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum
umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi,
intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan. Di antara penyebab yang
dapat dicegah yaitu asfiksia lahir dan trauma lahir, infeksi, malnutrisi berat dan
defisiensi yodium.

Faktor resiko terjadinya retardasi mental:


Faktor Prenatal
Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan
pada anak yang mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome.
Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil
yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007).
Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis,

3
cytomegalovirus, dan herpes genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan
oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap
gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko
retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti
encephalitis dan meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak
yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, juga dapat terkena
retardasi mental.

Faktor Psikososial
Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan
stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi
penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental.
Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan,
buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara
yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan
keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar
keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-
beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat
menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak,
mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif.
Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang
dari generasi ke generasi (Nevid, 2002). Kasus yang berhubungan dengan aspek
psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial
retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap
gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial.

Faktor Biologis
1. Pengaruh genetik
Dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen). Salah satu
gangguan gen dominan yang disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang,
muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran. Sekitar 60% penderita gangguan ini
memiliki retardasi mental. Phenyltokeltonuria (PKU) merupakan gangguan
genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk, 1994, dalam
Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme asam amino Phenylalanine
yang terdapat pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic, menumpuk dalam
tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan
retardasi mental dan gangguan emosional.
2. Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50
tahun yang lalu. Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita
Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak itu
sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah
teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
a. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling
sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada

4
tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra
dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21. Anak retardasi mental yang
lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau
Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka
memliki IQ 30 – 50. Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan
retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan
kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga
mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan sindrom down dapat
dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung
datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian
ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang
kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang
melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional
dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom
down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara
mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan
kesulitan pernafasan.
b. Fragile X syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan.
Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah
sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada
pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome.
Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki kromosom X
kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki
dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai
berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari
setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini.

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 faktor-faktor


penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut:
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan
janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi,
jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam
tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi,
karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Ruda paksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat
kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa
retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat
mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga
karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya
degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi

5
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan
pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang
berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi
perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti
itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak
berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang
bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak
yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang
terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai
keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak
diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang
tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya.
Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering
disebut mongoloid.
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500
gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada
masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan
psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya
retardasi mental pada anak.

LO. 1.3. Klasifikasi


Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan
Jiwa (PPDGJ/DSM II 1968) adalah:
1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
 Makan harus disuap
 Mandi dan berpakaian harus ditolong
 Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
 Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis.
Biasanya didapatkan kelainan kongenital misalnya bentuk kepala abnormal,
kelainan fisik pada badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk
tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism)

6
 Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar
berbicara, bicara hanya 1 suku kata saja (ma,pa).
 Mudah terserang penyakit lain, misalnya TBC, infeksi lain.

2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)


Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
 Dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri.
kadang-kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya.
 Pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis.
 Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
 Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
 Masih mudah terserang penyakit lain.

3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)


Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II -
III SD.
 Dapat dilatih merawat dirinya sendiri, misalnya: makan, mandi dan
berpakaian sendiri.
 Mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.
 Koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.
 Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
 Dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya: menyapu,
mencuci piring, membersihkan rumah dsb.
 Bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca
beberapa suku kata.
 Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
 Sering tersangkut perkara kriminal karena mudah dilakukan sugesti dan
penilaian terhadap baik dan buruknya suatu hal masih kurang.

4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67)


Dapat dilatih dan dididik
 Dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
 Dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah, tetapi tak dapat bersaing dengan
orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga
bila ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu.
 Tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau
Sekolah Luar Biasa.
 Pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya,
sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga
sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3 tahun).
 Tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat dipahami.
 Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang
baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu
perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.
 Koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
7
 Kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.
 Perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya
masih terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-
kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun.
 Dapat berfikir secara abstrak.
 Dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 %
dari orang yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari
orang yang terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari
orang yang terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari
orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan
retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak
tingkat pertama atau kedua disekolah. (Depkes, 2009)

Ada 4 taraf Retardasi Mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala


inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40
– 54.
3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 – 39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan
IQ 20 kebawah.

Menurut nilai IQ-nya,maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai


berikut:
Keadaan Nilai IQ
Sangat superior 130 atau
lebih
Superior 120-129
Rata-rata 110-119
Diatas rata-rata 90-190
Dibawah rata-rata 80-89
Retardasi mental borderline 70-79
Retardasi mental ringan 52-69
(mampu didik)
Retardasi mental sedang 36-51
(mampu latih)
Retardasi mental berat 20-35
8
Retardasi mental sangat berat Dibawah
20

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi Retardasi Mental


menjadi:
a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya
cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu
perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderita retardasi mental tipe ini
cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
b) Tipe sosial budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan
pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya
anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(sumbe : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring,
2004 pada Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan
dalam mempelajari pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang
dipelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi
mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak
dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun dengan bantuan. Mereka
lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari
anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri,
seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu
memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan
dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai
retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin
disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan
perhatian terhadap lawan main.

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1. Retardasi Mental Ringan

9
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti
orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu
menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi Mental Sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini
mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya
dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan
tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini
perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.
Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri
sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi Mental Berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis
mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai
juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe
klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan
dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi Mental Sangat Berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah
dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya
sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(sumber: Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Tingkatan Retardasi Mental


Tingkat Kisaran Kemampuan Kemampuan Kemampuan
IQ Usia Prasekolah Usia Sekolah Dewasa
(sejak lahir - 5 (6-20 thn) (21 thn keatas)
thn)
Ringan 52 – 68 Bisa membangun Bisa mempelajari Bisa kerja &
kemampuan pelajaran kelas 6 bersosialisasi,
sosial & pada akhir usia tetapi ketika
komunikasi. belasan tahun mengalami stres
Bisa dibimbing ke memerlukan
arah pergaulan bantuan.
Koordinasi otot sosial.
sedikit terganggu.
Bisa dididik.

Sering tidak
terdiagnosis.

10
Moderat 36 – 51 Bisa berbicara, Bisa mempelajari Bisa memenuhi
belajar, kemampuan kebutuhan
berkomunikasi. sosial & sendiri.
pekerjaan.

Bisa bepergian
Kesadaran sosial sendiri di tempat
kurang. yg dikenalnya Memerlukan
dengan baik. pengawasan &
bimbingan ketika
stres.
Koordinasi otot
cukup.
Berat 20 – 35 Bisa Bisa Bisa merawat diri
mengucapkan berbicara/belajar sendiri dibawah
beberapa kata. berkomunikasi pengawasan.

Mampu menolong Bisa mempelajari


diri sendiri. kebiasaan hidup
sehat yg
sederhana.

Tidak memiliki
kemampuan
ekspresif/hanya
sedikit.

Koordinasi otot
jelek

Sangat 19 / Sangat Memiliki Memiliki


berat kurang terbelakang koordinasi otot beberapa
koordinasi otot &
berbicara.

Koordinasi Tidak dapat Bisa merawat diri


ototnya sedikit berjalan/berbicara tapi terbatas.
sekali.
Perlu perawatan
Memerlukan khusus
perawatan
khusus.
(Kaplan, 2008)

11
LO. 1.4. Epidemiologi
Sekitar 3% populasi umum mempunyai Kuotien Intelegensi (IQ) kurang
dari 2 simpang baku di bawah mean. Telah diperkirakan bahwa 80 – 90%
individu dalam populasi dengan retardasi mental berfungsi dalam kisaran ringan,
sementara hanya 5% populasi dengan retardasi mental yang gangguannya berat
sampai sangat berat. Prevalensi retardasi mental ringan berbanding terbalik
dengan status social ekonomi, sementara ketidakmampuan sedang sampai berat
terjadi dengan frekuensi yang sama pada hampir semua kelompok pendapatan.
Karena diagnosis retardasi mental didasarkan pada penilaian perilaku penyesuaian
diri dan tidak hanya pada IQ, maka epidemiologinya juga bervariasi sejalan
dengan siklus hidup. Insidens retardasi yang pada mulanya dilaporkan meningkat
sejalan dengan usia, jumlahnya meningkat dengan tajam pada awal tahun – tahun
sekolah dan menurun pada akhir masa remaja ketika individu dengan gangguan
ringan menyelesaikan pendidikan formalnya dan berasimilasi ke dalam kehidupan
dewasa “normal”. Identifikasi anak dengan retardasi ringan pada masa pra-
sekolah paling lazim dipercepat dengan perhatian pada perkembangan bahasanya.

LO. 1.5. Manifestasi Klinis


Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek berikut: Proses
kognitif (terbatas dan menghambat prestasi dalam bidang akademis); Pemerolehan
dan penggunaan bahasa: kurang benar dalam hal struktur dan maknanya;
Kemampuan fisik dan motorik (termasuk penglihatan dan pendengaran serta
penggunaan motorik ringan); Ciri-ciri pribadi dan sosial (kurang daya konsentrasi,
bermasalah dalam tingkah laku) (Muhammad, 2008). Adapun ciri – ciri yang
lainnya yaitu lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagalnya
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah
normal (kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal),
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus otot abnormal (lebih
sering tonus otot lemah).

Kelainan pada tubuh anak dengan retardasi mental:


Kelainan pada mata
a. Katarak: Sindrom Cockayne, Sindrom Lowe, Galactosemia, Sindrom
Down, Kretin, Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula: Mukolipidosis, Penyakit
Niemann-Pick, Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis: Lues congenital, Penyakit Sitomegalovirus, Rubella
Pranatal
d. Kornea keruh: Lues Congenital, Sindrom Hunter, Sindrom Hurler,
Sindrom Lowe
Kejang
a. Kejang umum tonik klonik: Defisiensi glikogen sinthesa, Hipersilinemia,
Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV,
dan VI, Phenyl ketonuria, Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal: Arginosuccinic asiduria, Hiperammonemia I
dan II, Laktik asidosis, dll.

12
Kelainan kulit  Bintik café-au-lait, Atakasia-telengiektasia, Sindrom bloom,
Neurofibromatosis, Tuberous selerosis
Kelainan rambut
a. Rambut rontok: Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih: Atrofi progresif serebral hemisfer, Ataksia
telangiectasia, Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus: Hipotiroid, Malnutrisi
Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali: Hidrosefalus, Neuropolisakaridase, Efusi subdural
Perawakan pendek: Kretin, Sindrom Prader-Willi
Distonia: Sindrom Hallervorden-Spaz

LO. 1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding


ANAMNESIS
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis
adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal
mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil
berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan
mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan
perilaku. Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan
bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:
 Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip,
terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.
 Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya
saat berbicara padanya.
 Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
 Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling
atau mencari ke arah suara
 Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
 Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil
koran”
 Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti
mata, hidung, telinga. (Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti


perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang
panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi
13
sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas
pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan
spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan
keinginannya.

Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan


gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti
kata dan kalimat. Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk
yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7
tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran
memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual
seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli. Anak-anak dengan kesulitan
berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan
gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara. Anak
yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan
atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak
laki-laki. Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya
riwayat retardasi mental; hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter.
Sebagai bagian riwayat penyakit, klinisi menilai latar belakang sosialkultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien. Serta dilakukan
anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
 Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
 Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
 Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
 Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang
bukan anjuran dokter?
 Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
 Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
 Riwayat perkembangan anak?
 Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
 Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
 Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

PEMERIKSAAN FISIK
1. Tahap pertama
Pelaporan pemeriksaan tahap awal adalah pelaporan pemeriksaan check
list perkembangan anak dilihat dari penilaian fisik yang dilakukan dengan cara
menyeluruh (tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala) serta fungsi panca
indera. Sedangkan penilaian fungsional dilakukan dengan mengetahui fungsi
inteligensi yang dapat diukur dengan instrumen neuropsikologi
(sensomotorik,praksis,dan representatif). Keadaan tersebut dilakukan untuk
mengetahui perkembangan anak secara keseluruhan, serta deteksi tentang
kelebihan atau gangguan yang dimiliki anak. Tahap ini dilakukan oleh kader di
posyandu dan pos sehat dan cerdas, serta tenaga PAUD.
14
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
pertumbuhan, maka dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian
dibandingkan dengan parameter yang sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:

A. Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi
tubuh berdiri. Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-
anak di bawah 5 tahun. Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di
atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki
dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang pada tanda nol.
Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur ataupun
menggunakan meteran untuk menjahit. Pengukuran panjang/tinggi badan sambil
berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan tumit, bokong, bagian atas
punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal (misal
dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan.
Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi
badan orang tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai
potensinya. Rumus yang digunakan:

B. Pengukuran Berat Badan


Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang
dapat digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus
menggunakan alat timbang yang standar.
C. Pengukuran Lingkar Kepala
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran
yang tidak mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk
menjahit baju. Pita dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan
melewati oksipital.

15
2. Tahap kedua
Apabila anak dicurigai mengalami masalah kesehatan inteligensi, maka akan
dilakukan pemeriksaan lanjutan sesuai dengan diagnosis kerja dari dokter
puskesmas. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada tahap kedua ini diharapkan dapat
diketahui tindak lanjut dan rujukan terhadap anak tersebut. Pemeriksaan potensi
kecerdasan inteligensi adalah pemeriksaan instrumen penilaian perkembangan
inteligensi untuk mendeteksi gangguan perkembangan inteligensi yang berkaitan
dengan perkembangan struktur dan fungsi otak. Kemampuan potensi majemuk
secara umum yang dimiliki seorang anak. Setiap kecerdasan didasarkan pada
potensi biologis, yang kemudian diekspresikan sebagai hasil dari faktor-faktor
genetik dan lingkungan yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, pada tahap
ini sekaligus dapat menilai anak yang tumbuh (sesuai dengan tahap
perkembangannya) dan anak yang mendapatkan stimulasi baik akan dapat
menjadi modal mendukung perkembangan inteligensi majemuk, yang terdiri dari
inteligensi kinestetik, verbal, musik, spasial, logika-matematika, interpersonal,
intrapersonal, natural dan eksistensialisme.

Tanda-tanda fisik atipik yang dapat dihubungkan dengan bertambahnya insiden


retardasi mental:
Rambut
 Keriting ganda

16
 Halus, mudah putus, cepat abu-abu atau putih menyeluruh
 Jarang atau tanpa rambut
Tangan
 Metakarpal ke-4 atau ke-5 pendek
 Jari-jari tangan pendek, gemuk
 Jari-jari tangan panjang, tipis, meruncing
 Ibu jari tangan lebar
 Klinodaktili (jari kelima melengkungke dalam
akibat hypoplasia phalanx media)
 Kelainan dermatoglifik (misalnya triradius distal)
 Garis kult telapak tangan melintang
 Kelainan kuku
Mata
 Mikroftalmia (ukuran keseluruhan mata terlalu kecil. Bola mata mungkin
hanya dua pertiga dari ukuran normal. Kelainan ini sering terjadi dengan
kelainan lainnya pada mata. Seringkali disebabkan karena infeksi ibu saat
bayi sedang berkembang dalam rahim, seperti cytomegalovirus (CMV)
atau toksoplasmosis)
 Hipertelorisme (jarak antara kedua mata sangat lebar, lebih dari 3cm)
 Hipotelorisme
 Miring ke atas dan ke luar atau ke bawah dan ke luar
 Lipatan epikantus sebelah dalam dan sebelah luar (kelopak mata di daerah
kulit yang menutupi sudut dalam pandangan mata.)
 Koloboma iris atau retina
 Bintik-bintik Brushfield (brushfield spot)
 Pupil terletak eksentris (tidak berada ditengah sebagaimana mestinya)
 Nistagmus (Nistagmus (nystagmus) adalah gerakan ritmik tanpa kontrol
pada mata yang terdiri dari tremor kecil yang cepat ke satu arah dan yang
lebih besar, lebih lambat, berulang-ulang ke arah yang berlawanan.
Nistagmus bisa horizontal, vertikal, atau berputar.)

17
Kaki
 Metatarsal ke-4 atau ke-5 pendek
 Jari kaki tumpang tindih
 Jari kaki pendek, gemuk
 Ibu jari kaki besar dan lebar
 Garis kulit yang mengarah dari sudut jari kaki pertama
dan kedua, terlihat dalam
 Kelainan dermatoglifik
Telinga
 Pinna letak rendah
 Pembentukan heliks sederhana atau abnormal
Genitalia
 Genetalia yang tidak jelas
 Mikropenis
 Testis besar
Hidung
 Jembatan hidung rata
 Ukuran kecil
 Lubang hidung menghadap ke atas
Kulit
 Bintik-bintik cafe-au-lait (bercak coklat terang)
 Nevus depigmentasi
Wajah
 Panjang filtrum bertambah
 Hipoplasia maksila atau mandibular
Gigi
 Bukti adanya kelainan pembetukan email
(enamelogenesis) (suatu keadaan heriditer
pembentukan email yang tidak sempurna, suatu
kelainan autosomal dominan atau X-linked. Ciri-
cirinya adalah terjadinya hipoplasia maupun hipokalsifikasi email. Email
tipis dan mudah pecah atau aus sampai ke daerah serviks dan berwarna
kecoklatan. Email menjadi berlubang, seperti kapur, kadang-kadang
terdapat daerah yang sama sekali tidak ada emailnya lagi.)
 Kelainan odontogenesis
Mulut
 Bentuk bibir atas V terbalik
 Lengkungan palatum lebar atau
 Tinggi
Kepala
 Mikrokranium
 Makrokranium
(Behrman, 2009)
18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan
saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon
terhadap stimulus auditorik. Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi
mental seperti gangguan kejang terjadi pada 10 % dari semua orang retardasi
mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada tonus
(spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan involunter
(koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan
dan koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan
visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan
rancangan, dan konsep citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak,
pemeriksaan tomografi computer (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
untuk menghubungkan patologi sistem saraf pusat dengan retardasi mental,
pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak yang luas, dicurigai adanya
tumor intra kranial, kejang local. Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk
menentukan adanya gejala kejang yang dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang
berat. (Kaplan, 2008)
2. Pemeriksaan Audiometric
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan
untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4
kategori pengukuran dengan audiometri:
a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi.
Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau
mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang
atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi.
Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek
pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi.
c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun
dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT
(PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar
melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat
membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk
menilai kemampuan anak dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai
pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback,
2003)
3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan
gambaran area otak yang abnormal.
4. Timpanometri

19
Digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular.
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu
skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ
performance, dan IQ gabungan.
 Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan
gambar. Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum,
seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang penting
dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai
sebagai benar atau salah.
 Skala intelegensi Wechsler untuk anak III: mendesain balok. Anak
diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk
membuat replikanya menggunakan kubus dua warna. Respon dinilai
sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005
5. Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin
dan darah untuk mencari gangguan actorti. Kelainan enzim pada gangguan
kromosom, terutama sindrom down. Amniosentesis yaitu pengambilan cairan
actort dari ruang amnion secara trans-abdominal antara usia kehamilan 14 dan 16
minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama sindrom Down. Sel
cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk pemeriksaan
sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil
di atas usia 35 tahun. Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi
sampling) adalah tehnik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin.
Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu, yang 6 minggu lebih
awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam waktu yang singkat
(beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk mengakhiri
kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)
6. Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan
Cattell adalah tes yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan
Benton Visual Retention test juga digunakan untuk anak retardasi mental.
Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus menilai kemampuan actortic,
motorik, actortic, dan kognitif. Informasi tentang actor motivasional, emosional,
dan interpersonal juga penting.

PEMERIKSAAN LAINNYA
1. Kromosomal kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)

20
a. Pemebesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)  Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali

21
f. Asidosis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma ammonia  Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Sereberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
c. Gejala disfungsi autonomic

DIAGNOSIS BANDING
 Disleksia Anak mempunyai kesukaran dalam berbicara dan mengucapkan
kata-kata segera setelah disekolahkan. Kerusakan terletak di lintasan
integratif antara sirkuit visual dan sirkuit auditorik, mereka dapat berpikir
tetapi mewujudkan pikirannya dalam bentuk kata-kata atau tulisan dirasa
sangat sulit.
 Sindroma Ertzam Gangguan dalam berhitung dan menulis. Motorik
mereka terganggu dalam melaksanakan gerakan komplek dimana gerakan
diperlukanseperti dalam hal menulis. Namun demikian ia dapat membaca
dengan lancar.
 Sindroma Gertsman Tidak dapat mengenal benda-benda dengan
sensibilitasnya. Mereka mendapat banyak kesukaran dalam menulis karena
tidak mampu menyusun pemikiran. Juga berhitung adalah sukar bagi

22
mereka. Lesi serebral yang bertanggung jawab atas gangguan tersebut
adalah girus angularis.
 Sindroma diskontrol Lambat sekali dalam mengekspresikan kehendaknya
dan lambat bereaksi trerhadap stimulus dunia luar. Mereka dapat
berbahasa, penglihatannya tidak terganggu dan pendengarannya baik.
Namun mereka lambat diperintah atau tidak bereaksi bila diperintah. Lesi
serebral yang mendasari gangguan ini tidak diketahui, tetapi
pengobatannya dengan perangsang amphetamine dapat memperbaiki
keadaan.
 Afasia dan Afonia Afasia timbul sebagai akibat manifestasi lesi serebral
di area brocca dan atau wernicke. Afonia adalah bisu tidak dapat
mengeluarkan kata-kata karena anak ini tuli sebelum ia belajar berbahasa.
Afasia motorik akibat lesi di area brocca dengan gejala tidak mampu
mengeluarkan kata-kata untuk mengutarakan pikirannya dan afasia
sensoris akibat lesi di area wernicke dengan gejala tidak mampu untuk
mengerti bahasa lisan atau tulisan
 Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD) Kelainan
perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan
pada gen transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan
tersebut terjadi pada sistem dopaminergik dan nor-adrenergik yang
menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit fronto-striatal.

LO. 1.7. Tatalaksana


FARMAKO
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang
sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan
gejala-gejala hyperkinetik, misalnya:
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hari
Efek samping kedua obat diatas dapat menimbulkan konvulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik

Obat-obatan untuk konvulsi:


a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejala gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir)
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik)
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar:


a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.

23
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
Minum kopi tiap pagi bisa menurunkan gejala hyperkinetik, karena kopi
mengandung Cofein.

NONFARMAKO
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya.
Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi
kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak
menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapat menyembuhkan
keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat
diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya.
Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari
pihak terapis (yang mengobati). Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua
untuk membuat koreksi-koreksi terhadap hubungan yang tak baik ini. Dari pihak
perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawat anak-anak
dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi
terdapat tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak
tersebut maupun lingkungannya (teman-teman disekitarnya).
Pendekatan Medis
Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial pada anak-anak
dan remaja yang mengalami gangguan tingkah laku.
Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant conditioning. Misalnya,
Program penanganan residential, yang menetapkan aturan dengan jelas terhadap
anak-anak. Mereka akan diberikan reward untuk perilaku yang tepat dan hukuman
untuk perilaku yang tidak tepat.
Pendekatan Kognitif-Behavioral
Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan Terapi
Kognitif Behavioral, yaitu melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk
berpikir bahwa konflik sosial adalah masalah yang dapat diselesaikan dan bukan
merupakan tantangan terhadap kejantanan mereka, yang harus dibuktikan dengan
kekerasan. Anak-anak ini dilatih menggunakan keterampilan calming self talk,
yaitu teknik untuk berpikir & berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah
menghambat perilaku impulsif, mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi
yang tidak mengandung kekerasan dalam menghadapi konflik sosial.
Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family ecological approach)
Pendekatan ini dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori
ekologis dari Urie Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada
dalam berbagai sistem sosial (keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll).
Ia menekankan bahwa anak-anak/remaja yang melanggar peraturan itu
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem sosial yang berinteraksi dengan
mereka. Teknik yang digunakan adalah berusaha mengubah hubungan anak
dengan berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan interaksi yang
mengganggu.

24
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan
anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orang tua anak dengan
retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah
sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat
diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu, anak retardasi mental lainnya,
seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri,
perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain yang
mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan
demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya
serta dapat merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social
worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas.

LO. 1.8. Pencegahan


1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang
disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang retardasi
mental, (2) usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga
dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat (3) aturan yang
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal 4) eradikasi
gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat. Konseling
keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam
keluarga dengan riwayat gangguan genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)
Pencegahan primer juga dapat di lakukan dengan perbaikan sosio ekonomi dan
tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan di atas 40 tahun
dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak –anak )
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit
metabolik dan endokrin yang menurun seperti Phenil Keton Uria (PKU),
hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium dini.
3. Pencegahan tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa
(SLB) yang sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi:
Methylphenidate diberi pagi hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai
dengan dosis yang rendah sampai mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per
hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti kejang. Konseling untuk orang tua.
(Soetjiningsih, 1995) Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi
oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering
menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa

25
sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya
ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
Konsultasi iasic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua
dari anak retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental.
Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella
sebagai salah satu penyebab retardasi mental. Setiap wanita hamil yang berumur
>35 tahun dianjurkan untuk menjalankan amniosentesis dan pemeriksaan vili
korion, karena mereka memiliki risiko melahirkan bayi yang menderita Sindrom
Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk
mendeteksi Sindrom Down dan spina bifida juga bias dilakukan pengukuran
kadar alfa-protein serum.

Tindakan pencegahan lainnya yang dapat di lakukan untuk mencegah retardasi


mental:
1. Genetik. Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan
konsultasi genetik untuk keluarga- keluarga yang memiliki resiko dapat
mengurangi angka kejadian retardasi mental yang penyebabnya adalah
factor genetik.
2. Sosial. Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan
menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat mengurangi angka
kejadian retardasi mental ringan akibat kemiskinan dan status ekonomi
yang rendah.
3. Keracunan. Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan
merkuri serta racun lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat
keracunan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian
alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka
kejadian retardasi mental.
4. Infeksi. Pencegahan rubella merupakan contoh yang baik dari program
yang berhasil untuk mencegah salah satu bentuk retardasi mental.
Kewaspadaan yang konstan ( misalnya yang berhubungan dengan kucing,
toksoplasmosis,dan kehamilan) membantu mengurangi retardasi mental
akibat toksoplasmosis.
5. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan
dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan.
Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal
anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal,
pengawasan kesehatan reguler, pelayanan dukungan keluarga.
LO. 1.9. Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya
lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya.
Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit
kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang
normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah
kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat
sejak dini. Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang

26
berlangsung seumur hidup. Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi
kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan
bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan
perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang
normal). Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa
sekolah, mungkin saja dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai
keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan
menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan
maturitas menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori
lainnya (contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan).
Beberapa anak yang didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau gangguan
komunikasi dapat berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan
berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya
telah menetap.
Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab
dasarnya, tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan
medis terkait, dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan
dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak
penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan ekonmi dan
sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi secara
periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi.
Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara
mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh
adanya retardasi mental ini.

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Nutrisi Tumbuh Kembang Anak dan


Remaja
LO. 2.1. Periode Pertumbuhan Anak dan Remaja
Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama
kehidupan. Pada umur setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi
pada umur 2 tahun BB anak hanya 4 kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah
50% pada umur setahun, namun panjang badan lahir baru tercapai pada umur 4
tahun. Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau anak mengalami
kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang,
gigi, otot dan darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak
terlalu lama nafsu makannya buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan
yang terlalu encer. Energi dibutuhkan oleh anak untuk keperluan metabolisme
basal, pertumbuhan dan aktifitas. Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan
terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15% protein dan 25-30% lemak. Dalam
menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik berdasarkan kebutuhan
energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 – 3 tahun mempunyai
risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet
anak yang tidak cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk
mineralisasi tulang dan mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium
27
tergantung pada kemampuan absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein,
vitamin D dan fosfor. Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan deposisi
kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan
gagal tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka
yang lambat. Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)

Faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah:


a. Keluarga
b. Media
d. Teman sebaya
e. Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah:


a. Obesitas
b. Kurang gizi
c. Defisiensi besi
d. Defisiensi vitamin A
f. Karies gigi
g. Alergi makanan
h. Gizi pada masa prasekolah

LO. 2.2. Jenis Gizi Anak dan Remaja


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti
1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam
hari tidak diperhitungkan (Depkes,
2008).

b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan
yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang
menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

28
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat
badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur,
tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari
waktu ke waktu.

c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan
dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks
BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun.
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh.

Prinsip Gizi Pada Remaja Dan Dewasa

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses


pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan
seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada
saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Periode
Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi
badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat
gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.

Growth Spurt :
- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh
pertumbuhan aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian
membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20
tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti,
makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi
lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa
dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya,

29
seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat
gizi yang lebih dari biasanya.

Fungsi zat-zat gizi


Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan
sebagai sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang
berperan penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa
pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku
pembentuk sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari
lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam lemak tidak
jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak
omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja
otak, menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
 Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
 Vitamin D  menjaga kesehatan tulang dan gigi.
 DHA 224 mg/5 ml  membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang
optimal, harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu
pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua
tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan
bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya. Aneka zat
gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng
(Zn).

1. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak
anak. Bahkan diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak
itu. Yang termasuk asam lemak tak jenuh itu adalah:
a. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam
perkembangan sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat
mengganggu perkembangan sistem saraf. Akibatnya, terjadi gangguan pada
sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
b. AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai
pengantar perintah dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh,
termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan,
asam lemak ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak
kedelai, dan minyak bunga matahari. (Moersintowati, 2008)
30
2. Kalori dan protein
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh
optimal dan akan mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori
dibutuhkan dalam proses metabolisme otak, sementara protein berperan dalam
pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi
ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk olahannya, minyak
ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
3. Zat besi

Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di
mana mengangkut dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta
berperan dalam pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang belakang.
Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam
tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan, telur, serealia, dan
sayuran berwarna hijau tua.
4. Kelompok vitamin B

Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak


anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12. Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam
jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan
dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam proses
penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk
senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan
pertumbuhan tulang belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan
meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu
pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan,
biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran
berwarna hijau.
5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel.
Selain itu, seng juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh,
termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan
kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam
daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan. (Hurlock,
2007)

Jenis Nutrisi Fungsi Sumber


Air Pelarut untuk pertukaran seluler Air, makanan

Transportasi nutrien dan produk buangan


tubuh

Mengatur suhu tubuh

Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan Susu, telur, daging,


dan perbaikan jaringan kacang-kacangan,

31
Menjaga keseimbangan osmotik padi-padian

Membentuk hemoglobin, nukleoprotein,


glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi

Karbohidrat Sebagai sumber energi Susu, padi-padian,


buah, sirup, tepung,
Membentuk glikogen dan lemak sayuran
Membantu pembentukan asam amino

Lemak Sebagai sumber cadangan energi Susu, mentega, telur,


daging, ikan, minyak
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan sayur
organ-organ tubuh

Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar

Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan


K

Memperlambat proses pengosongan lambung

Jenis Vitamin Fungsi Sumber


Penglihatan Susu, telur, buah,
sayur, cod & halibut
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan liver oil
Vitamin A
epitel

Diferensiasi sel-sel epitel

Vitamin B

Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme Padi-padian, ragi,


karbohidrat jeroan

Konduksi membran dan saraf Susu, telur, daging,


Riboflavin kacang-kacangan
Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan
FMN

Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti


NAD dehidrogenase
Ikan tuna dan halibut,
Merupakan komponen dari hampir semua zat- daging, sereal
Niasin
zat pembawa elektron dalam sel hidup gandum

Berperan dalam berbagai proses metabolisme

32
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein Kuning telur, susu,
pembawa asil kacang-kacangan
Asam
Pantothenat Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan Daging, ikan, tepung
piridiksamine fosfat kedelai, ragi
Piridoksin
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol Sayuran hijau,
dalam metabolisme asam amino, purin, dan kacang-kacangan,
nukleat telur, ikan
Asam Folat
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Telur, susu

Kobalamin

Sebagai antioksidan yang mempengaruhi Kacang-kacangan,


redoks potensial tubuh sayuran hijau, buah-
buahan
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen

Vitamin C Mekanisme imunitas

Mempercepat absorbsi besi

Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor


neurotransmitter asetilkolin

Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut,


kuning telur
Mengatur sintesis protein yang mengatur
Vitamin D transpor Ca

Pembentukan garam Ca di jaringan yang


membutuhkan

Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian,


Vitamin E buah, sayur, lemak
Berperan dalam metabolisme selenium

Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal,


Vitamin K susu, telur
Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat
reaksi karboksilase pada hati

Jenis Mineral Fungsi Sumber


Kalsium Membentuk struktur tulang dan gigi Susu, sayur hijau,
salmon, kerang
Membantu proses kontraksi otot dan kerja

33
jantung

Membantu koagulasi darah Garam, daging, susu,


telur
Klorida Membantu keseimbangan asam basa

Membentuk HCl lambung

Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi

Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul Tersebar luas


vitamin B12 dan eritropoietin

Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,
transferin, dan hemoglobin ikan, butir padi,
kacang
Membantu penyerapan besi

Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut

Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3 Garam, makanan laut


dan T4

Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim Hati, daging, kuning


oksidatif, sitokrom C, dan katalase telur, sayuran hijau

Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi Biji-bijian, kacang,


daging, susu
Iritabilitas otot dan saraf

Kation intraseluler

Mangan Berperan dalam aktivasi enzim Sayuran hijau, biji-


bijian
Metabolisme karbohidrat

Molibdenum Komponen enzim santin oksidase Sayuran

Mobilisasi feritin dalam hati

Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur,


kacang-kacangan
Struktur nukleus dan sitoplasma sel

Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas

Hantaran impuls saraf

34
Keseimbangan cairan dalam tubuh

Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging

Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein

Berperan dalam pembentukan melanin

Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur

Menjaga keseimbangan asam basa

Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan
setiap orang tua. Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya
orangtua memperhatikan beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian Asi
eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi, lingkungan yang sehat dan nyaman serta
suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah 7 makanan yang baik untuk
kecerdasan anak:
1. Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang
keduanya penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
2. Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu
perkembangan daya ingat.
3. Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan
sistem saraf dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
4. Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya
sangat penting untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
5. Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat
memelihara daya ingat dan kecerdasan anak.
6. Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam
glukosa dalam tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi
memelihara kesehatan sistem saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan
untuk mendukung kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya konstan.
7. Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi,
khususnya vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang
sangat penting untuk kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya,
semakin banyak nutrisinya.

Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi


Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan
yang telah dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan
memasuki trimester ke-3. Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan
35
perkembangan yang berlangsung hingga usia 2 tahun merupakan periode emas
atau periode pacu tumbuh otak.
1. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
2. Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
3. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
4. Pada umur 10 tahun mencapai 99%.

Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan
kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak,
gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh
karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi
remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.
Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.
Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses
metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat
dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun
kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50
kal/ kg BB/ hari. Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang
berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas/ kurang, protein akan
dipergunakan sebagai energi.
Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar
57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam
daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang (hewani). Sedangkan protein nabati
pada kacang-kacangan, tempe dan tahu. Lemak dapat diperoleh dari daging
berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh
sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI
menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per
hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak
makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi
yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.
Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan
vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin
diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme
asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam
pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru
terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber
zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging.
Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah
terabsorsi.

36
Adapun kebutuhan gizi pada bayi antara lain:
Energi
Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat
bervariasi menurut usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energi selama 2
bulan pertama, yaitu pada masa pertumbuhan cepat adalah 120 kkal/ kg BB/ bulan
pertama. Secara umum selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi memerlukan
energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/BB/hari pada 6 bulan sesudahnya.
Energi dipasok terutama oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga bisa digunakan
sebagai sumber energi jika sumber lain sangat terbatas. Cara terbaik untuk
menghitung taksiran kebutuhan energi bayi adalah dengan mengamati pola
pertumbuhan yang meliputi BB, TB, linkar kepala, kesehatan dan kepuasan bayi.
Asupan energi juga dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi
yang dikeluarkan. Jumlah tersebut secara sederhana dapat ditentukan bsarkan
berat badan. Bayi seberat 0 - 10 kg memerlukan 100 kkal/kg BB, mereka yang
seberat 11 - 20 kg membutuhkan 1000 kkal/ kgBB ditambah dengan 50 kkal/
kgBB di atas 10kg untuk kelebihan berat di atas 10 kg.
Cairan
Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan kalori, suhu
lingkungan,kegiatan fisik, kecepatan pertumbuhan, dan berat jenis air seni. Air
menyusun kira-kira 70% berat badan pada saat lahir yang kemudian menurun
sampai 60% menjelang bayi berusia 12 bulan. Jumlah air yang dibutuhkan oleh
bayi lebih besar 50% dibandingkan kebutuhan orang dewasa. Rasio cairan:kalori
adalah 1,5 cc/1kkal (rasio orang dewasa = 1 cc/kkal.
Lemak
Air susu ibu memasok sekitar 40 ± 50% energi sebagai lemak (3 ± 4 g/
100cc).Lemak minimal harus menyediakan 30% energi yang dibutuhkan bukan
saja untuk mencukupi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memudahkan
penyerapan asam lemak esensial, vitamin yang terlarut dalam lemak, kalsium,
serta mineral lain, dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat gizi lain tidak
terpakai sebagai sumber lain. Setidaknya 10% asam lemak sebaiknya dalam
bentuk tak jenuh ganda yang biasanya dalam bentuk asam linoleat.
Asam linoleat juga merupakan asam lemak esensial. Dari ASI, bayi menyerap
sekitar 85 ± 90% lemak. Enzim lipase di dalammulut (lingual lipase) mencerna
zat lemak sebesar 50 ± 70%.
Karbohidrat
Kebutuhan akan karbohidrat bergantung pada besarnya kebutuhan akan
kalori.Belum ada anjuran berapa jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi
dalam satuhari. Namun, sebaiknya 60 ± 70% energi dipasok oleh karbohidrat.
Jeniskarbohidrat yang sebaiknya diberikan adalah laktosa, bukan sukrosa, karena
laktosa bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi. Manfaat ini berupa
pembentukan florayang bersifat asam dalam usus besar sehingga penyerapan
kalsium meningkat dan penyerapan fenol dapat dikurangi. Pada ASI dan sebagian
besar susu formula,laktosa memang menjadi sumber karbohidrat utama. Sumber
kalori pasokankarbohidrat diperkirakan sebesar 40 ± 50% yang sebagian besar
dalam bentuk laktosa.
Protein

37
Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbuh
kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja, dan kulit. Mutu
protein bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan diserap (digestibility
danabsorpability) serta komposisi asam amino di dalamnya. Jika asupan asam
amino kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan tinggi badan, serta
lingkar kepala akan terpengaruh. Sedangkan bila asupan protein berlebihan,
terutama pada bayi kecil akan menyebabkan kelebihan asam amino yang harus
dimetabolisme dandieliminasi sehingga menimbulkan stress berat pada hati dan
ginjal. Dan asam amino, serta 0,3 ± 0,4 g nitrogen yang bukan asam amino per
kilogram berat badan perhari. Nilai biologi protein ASI lebih tinggi ketimbang
protein lain. Kebanyakan susuformula dirancang untuk memenuhi kebutuhan
sebesar 2,3 gram/ 100 kkal (bandingkan dengan 1,6/ 100 kkal). Takaran yang
dianjurkan adalah sebesar 1,8/100 kkal dengan PER setara dengan casein (takaran
minimum).Koefisien pemakaian protein ASI dianggap 100%.
Berdasarkan koefisien tersebut, kebutuhan akan protein kemudian dihitung
menjadi sebesar:
1,6 g/ 100 kkal untuk bayi dari usia 0 ± 4 bulan
1,4 g/ 100 kkal untuk bayi usia 4 ± 12 bulan
1,2 g/ 100 kkal untuk bayi usia 12 ± 36 bulan
Jika bahan pangan yang digunakan tidak bernilai biologi tinggi (misalnya
susuformula), besarnya protein yang harus diberikan adalah:
1,9 g/ 100 kkal untuk bayi dari usia 0 ± 4 bulan
1,7 g/ 100 kkal untuk bayi usia 4 ± 12 bulan
1,4 g/ 100 kkal untuk bayi usia 12 ± 36 bulan
Jika dihitung berdasarkan berat badan, besarnya kebutuhan protein adalah:
2,2 g/ kg/ hari pada usia < 6 bulan
2 g/ kg/ hari pada usia 6 ± 12 bulan
1 ± 1,5 g/ kg/ hari pada usia di atas 1 tahun
Asupan protein yang berlebih dapat menyebabkan intoksikasi protein, yang
memiliki gejala: letargi, hiperammonemia, dehidrasi, dan diare.
Vitamin dan Mineral
Air susu ibu yang sehat dan cukup makan dianggap cukup mengandung
elemenkelumit kecuali vitamin D dan di beberapa daerah tertentu, flour. Sebelum
diputuskan untuk memberikan suplementasi, perlu dipertimbangkan keadaan
seperti:
a. Status gizi bayi serta ibunya
b. Perkiraan asupan makanan ibunya
c. Makanan padat apa yang akan diberikan pada bayi pada saat penyapihan
Komposisi zat gizi dalam makanan tersebutJika bayi telah diberikan ASI dalam
jumlah yang adekuat, dan ibu memiliki statusgizi yang baik, suplementasi tidak
perlu diberikan, kecuali pada daerah tertentuyang memerlukan tambahan fluor dan
vitamin D.
Fluor yang ditambahkan 0,25 cc/hari. Vitamin D dianjurkan 400 IU (10 µg)/ hari,
terutama bagi mereka yang jarang bersentuhan dengan matahariSementara itu,
pemberian dua suplemen lain yaitu besi dan vitamin K, masihdiperdebatkan.
Zat Besi
38
Sebagian klinisi menganjurkan agar bayi baru lahir diberi 7 mg Fe sulfat
(keterserapan 10%). Sebagian lagi tidak setuju, kecuali jika bayi telah berusia 4 ±
6 bulan, karena tambahan ini akan menjenuhkan protein bakteriostatik dalam ASI,
yaitu laktoferin yang pada gilirannya dapat menurunkan keefektifan
laktoferin.Gejala yang tidak diinginkan akibat Fe ialah sembelit, muntah, diare,
pewarnaangigi, serta defisiensi Zn (karena penyerapannya diganggu oleh Fe).
Vitamin K
Untuk mencegah perdarahan dianjurkan pemberian vitamin K secara
parenteral.Sebab produksi vitamin K oleh mukosa usus belum berlangsung karena
selama beberapa hari sesudah lahir., saluran usus bayi masih steril.

Kebutuhan Gizi Bayi


 Kalori
100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya: 8 x
100 /120 = 800/960 kkal.
 Protein
1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya 8 x
1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram.
 Karbohidrat
50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori sehari 800
kkal, maka
50%-nya = 400 : 4 = 100 gram.
 Lemak
20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya
= 160 : 40 = 40 gram.

Kebutuhan Gizi Balita


 Gula & Garam
Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam
untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau
kurang dari 1 gram. Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil
namun sering.
 Kebutuhan Energi & Nutrisi
Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin,
mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.
 Susu Pertumbuhan
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita.
Sedikitnya balita butuh
350 ml/12 oz per hari.
 Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-
35% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan
asupan energi sebanyak 100 kkal.

39
 Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak
adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan
margarin.
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini
merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering
menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
*Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya
dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
*Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
*Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.

Kebutuhan Gizi Anak Sekolah (6 – 13 tahun)


Pada usia sekolah ini, anak akan melakukan banyak aktivitas fisik maupun
mental,seperti : bermain, belajar, berolahraga, dll. Zat gizi yang diberikan pada
nya akan membantudalam meningkatkan kesehatan tubuh anak sehingga sistem
pertahanan tubuhnya berkembang dengan baik atau tidak mudah untuk terserang
penyakit. Hal yang tidak mudahadalah mengawasi jenis makanan atau jajanan
anak baik disekolah maupun dilingkungannya karena pada saat ini anak sudah
mulai berinteraksi dengan orang lain (teman sebaya). Anak usia sekolah
membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi yang lebih dibandingdengan anak
balita. Diperlukan pula tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat besikarena
pertumbuhan pada kisaran usia ini sedang pesat dan aktivitas anak semakin
bertambah.Untuk memenuhi kebutuan energi dan zat gizi, anak terkadang makan
hingga 5 kalisehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari untuk makan 3 kali sehari
dengan menu giziyang tinggi, yaitu: sarapan, makan siang, dan makan malam.

40
Anak juga perlu untuk diajarisarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik di
sekolah.

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak


Menurut Pandangan Islam
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan
fitrah (tauhid, iman). Orang tuanyalah yang (potensial) menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi”. Oleh karena itu tanggung jawab orang tua terhadap anak-
anak mereka amat besar. Mereka dituntut untuk bersungguh-sungguh mendidik,
mengasuh, dan mengajar, serta memperhatikan anak-anak mereka sejak usia dini,
baik dari segi agama (ibadah dan akidah), intelektualitas, mental, akhlak, maupun
jasmani. Juga sikap istiqamah (konsistensi) terhadap kebenaran dan petunjuk
agama yang lurus.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)

Tanggung jawab para bapak terhadap anak-anak mereka besar, tetapi tanggung
jawab para ibu lebih lebih berat dan penting. Sungguh indah kata mutiara Ahmad
Syauqi: “Ibu adalah sekolah (utama). Jika engkau persiapkan dia dengan sungguh-
sungguh, engkau telah mempersiapkan (lahirnya) sebuah generasi bangsa yang
harum namanya.
Bukan saja sang anak, orang tua pun mempunyai kewajiban terhadap anak yang
harus ditunaikan. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud
aktualitas hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua.

1. Anak mempunyai hak untuk hidup


Allah berfirman:
‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak
tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga
memberi jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik
kepada orang tua maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman
Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)
Allah berfirman, yang artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga

41
puluh bulan. (QS Al Ahqaf 15).
Al ‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata,
“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya,
adalah jumlah waktu selama itu dihitung dari mulai hamil sampai disapih.”
Allah ta’ala berfirman; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalamdua tahun…dst” . ( QS:
31; 14 ).
3. Memberi Nama yang Baik
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua
dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik
ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan
ketika menginjak dewasa.” Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian
yang sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama
yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih
beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan
perempuan. Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa
Rasulullah saw biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).
Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru, beliau
menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang lebih
baik. Beliau tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang,
sebuah kota atau suatu daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang
suka bermaksiat) diganti dengan Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman
(damai), Syi’bul Dhalalah (kelompok sesat) diganti dengan Syi’bul Huda
(kelompok yang benar) dan Banu Mughawiyah (keturunan yang menipu) diganti
dengan Banu Rusydi (keturunan yang mendapat petunjuk) dan sebagainya (HR.
Abu Dawud dan ahli hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258)
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-
nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan
terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini
tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah
sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku
baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang
baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai
dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah s.w.t.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk
(bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya.
Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta
diberi nama dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan
dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah).
5. Mendidik anak

42
Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran
seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat
bandel.” tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu
tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak
ayahmu?” Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang
tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?”
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan
sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga,
mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Mendengar uraian dari Khalifah Umar ra anak tersebut menjawab, “Demi Allah,
ayahku tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun diberi nama “Kelelawar
Jantan”, sedang dia juga mengabaikan pendidikan Islam padaku. Bahkan walau
satu ayatpun aku tidak pernah diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada
ayahnya seraya berkata, “Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia
berani kepadamu….”

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar)
kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan
kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya,
seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja.
Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak
merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan
menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan,
hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-
anaknya: Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan
Sunnah yang shahih.
Allah berfirman yang artinya: Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada
sesembahan yang haq melainkan Allah. (QS Muhammad: 19)
Rasulullah bersabda, yang artinya:
Dari Abul Abbas Abdullah bln Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku
membonceng di belakang Nabi, kemudian beliau berkata, ‘Wahai anak,
Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya
Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya di
hadpanmu. Apablla engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila
engkau mohon pertotongan, maka mohonlah pertotongan kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat,
niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu
yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk
memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu,
kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah
diangkat dan tinta telah kering.”

43
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka
sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah
orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan
kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warisanpun berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w.
bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya.’ ( HR Abu Daud )./1100;247/33.
6. Memberi rizqi yang ‘thayyib’
Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya
berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al
Hakim/Depag;51.
7. Mendidik anak tentang agama
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan Ibunyalah
kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR
Bukhary.;1100;243/15.
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban
bagi kedua orang tuanya.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka
mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100; 244/20.
8. Mendidik anak untuk sholat
Rasulullah s.a.w. bersabda; „Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur
tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan
pisahlah tempat tidur mereka (putra putri‟).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah
anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau
mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan
pukulan yang membekas atau menyakitkan.
9. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan
Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim , Bila
telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika
mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (putra
putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah
anak berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau
mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan
pukulan yang membekas atau menyakitkan

44
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak orang pandai,
namun sedikit orang yang taqwa’.
Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah
seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang
menentukan baik buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah
‘kepalanya, tapi kerah dadanya.
11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik
Berkata shahabat ‘Aly r.a.;
‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman
yang berbeda dengan zamanmu.’ (Depag;19).
12. Memberi pengajaran Al Quran
Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar
Al Qur aan dan mengajarkannya’.
Pengetahuan tentang Al Quraan harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang
lainnya. Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar
tambahan. Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Qur
aan) yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian
warits. ( HR Ibnu Majah ).
13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis
Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya
berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al
Hakim/Depag;51.
14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan.
Sesungguhnya Allah Ta’ala menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak
akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At
Thabarany )/Depag; 57.
15. Memberikan pengajaran ketrampilan
Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran
adalah apabila seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya
ketrampilan tertentu, paling tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat
dirinya ataupun orang lain. Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan
adalah hasil usaha tangannya sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;
‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana dia telah
diajarkan tulis baca?’ ( HR An- Nasai ) /Depag; 52.
Kerajinan tangan apapun selama bermanfa’at dan tidak dilarang Agama adalah
suatu hal yang ma’ruf.
16. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang
tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia
selalu, agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut,

45
shobarlah menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan
penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan,
tempatkan dia dengan ikhlas pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang
nasehati dengan santun.
Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka ‘ waladun
shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang baik.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak
anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi
adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At
Tuusy )./1100;243/16.
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi
baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari
pada itu adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua
orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan (
bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’
(HR At Tirmidzy). Depag; 42
18. Menikahkannya
Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan
biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong
mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila
muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat
kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras
yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu
(yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-
hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang
yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari
anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)
19. Mengarahkan anak
Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk
memilih kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang
tua menjelaskan kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila
duduk dan bergaul dengan orang-orang shalih, dan bahaya duduk dengan orang-
orang yang suka melakukan kejelekan ataupun teman yang jelek. (Fiqh Tarbiyatil
Abna`, hal. 154)
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan,
tidak mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya.
Walaupun dengan hal itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan
tajassus (mata-mata). Ini tentu saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan
kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan.
(Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 156)

46
DAFTAR PUSTAKA

Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta:
Karisma.

Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Gramedia.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta: Fikr Rabbani Group.

Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15.
Jakarta: EGC

Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000

Sebastian, C.S. Pediatric Mental Retardation.

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan


Nasional.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.

Zeldin, A.S. et al. Intellectual Disability.

http://emedicine.medscape.com/article/289117-overview

http://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview

http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf

47

Anda mungkin juga menyukai