Anda di halaman 1dari 25

1

Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Genitalia Wanita
1.1 Makroskopik genitalia wanita
1.2 Mikroskopik genitalia wanita
2. Memahami dan Menjelaskan Keputihan
2.1 Definisi dan Epidemiologi
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi klinis
2.6 Diagnosis dan pemeriksaan
2.7 Diagnosis Banding
2.8 Tatalaksana
2.9 Pencegahan
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
3. Memahami dan Menjelaskan Pap smear
4. Memahami dan Menjelaskan keputihan menurut pandangan islam




















2

1. Memahami dan Menjelaskan Genitalia Wanita
1.1 Makroskopik genitalia wanita

terdiri dari :
OVARIUM
Jumlah sepasang
Terletak di dalam pelvis minor
Berbentuk bulat memenjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran 3x1,5x1 cm)
Terdiri dari cortex, dan medulla (berisikan pembuluh darah, limf dan saraf)
Dilekatkan oleh mesovarium pada lig latum (berupa lipatan peritoneum sebelah lateral kiri dan
kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan dasar panggul, sehingga seolah-olah
menggantung pada tubae)
Difiksasi oleh
o Lig suspensorium ovarii (lig infundibulopelvicum) : lig ini menggantungkan uterus pada
dinding panggul antara sudut tuba.
o Pada yang ke ovarium terdapat lig ovarii propium
o Lig teres uteri (lig rotundum) : terdapat d bag atas lateral dari uterus, caudal dari tuba,
kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bag cranial labium majus. Pada saat kehamilan
mengalami hipertrofi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.

TUBA UTERINA (SALPINX)
Jumlah sepasang kanan dan kiri
Merupakan saluran muscular, panjang 10cm. Menjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung
distal terbuka ke dalam rongga peritoneum disebut ostium abdominale
Infundibulum, bangunan yang berbentuk seperti corong
Ampula, bangunan yang membesar
Isthmus, bangunan yang menyempit
Pars uterina tubae ialah bag yang melalui dinding uterus
Ostium uterium ialah muara tuba di dalam uterus
3


UTERUS
Organ muscular, berbentuk buah jambu (peer) agak pipih
facies vesicalis, di dataran ventral menghadap ke VU
fascies intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus
margo lateralis kanan dan kiri
dinding uterus dari luar ke dalam terdiri dari perimetrium, myometrium, dan endometrium.
Uterus di bagi atas :
o Fundus uteri : bagian yang terletak di atas (proximal) osteum tuba uterina.
o Corpus uteri : bagian tengah uterus yang berbentuk bulat melebar. Batas antara corpus
uteri dan cervix uteri dibentuk oleh isthmus uteri, suatu penyempitan di dalam uteri,
terletak antara ostium uteri internum anatomicum dengan ostium uteri histologicum.
Distal dari istmus uteri terdapat ruangan melebar disebut cervix uteri.
o Cervix uteri : bag yang paling sempit dan menonjol ke dalam rongga vagina. Pada bagian
ujung distal cervix ada bagunan yang menyempit disebut ostum uteri externum. Rongga
di dalam cervix uteri disebut canalis cervicis.
VAGINA
Bentuk tabung muskular, muali servix sampai genitalia externa.
Panjang antara 8-12 cm.
Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina disebut portio vaginalis
Cervicis uteri. Bagian cervix proximalnya disebut portio supravaginalis
cervicis uteri.
Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
dapat dibedakan fornix lateralis dextra dan sinistra, fornix anterior dan
posterior.
Tunika mukosa membentuk rugae yang transversal pada dinding vebtral dan dorsal disebut
columna rugarum.
Fascia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang berfungsi menunjang servix dan
vagina.
Ligamentum-ligamentum yang ikut memfiksasi uterus diantaranya :
o Lig.Cardinale (Mackenrodts)/lig.cervicalis lateralis : melewati sebelah lateral servix
dan bagian atas vagina ke dinding pelvis.
o Lig.utero-sacrale/lig.recto uterina : melewati bagian belakang servix dan fornix vagina
ke fascia yang melapisi sendi sacro-iliaca. Mulai dari isthmus ke jaringan pengikat
disebelah lateral dari rectum setinggi vertebrata sacralis III, mengandung otot polos.
o Lig,puboservicale : meluas ke anterior dari lig.cardinale ke pubis (puboprostatica pada
pria).
o Lig.pubovesicale : dari belakang symphisis pubis menuju collum vesica urinaria.
Fiksasi yang utama pada uterus ke vagina adalah : lig.cardinale & utero-sacrale.
Fungsi : alat bersenggama, jalan lahir waktu partus, saluran keluar uterus yang dapat mengalirkan
darah pada waktu menstruasi dan sekret dari uterus.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang disebut hymen.
Menurut bentuknya dapat dibedakan :
o Hymen anularis (cincin)
o Hymen semilunaris (bulan sabit)
o Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
o Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
o Hymen imperforatus (tidak berlubang)

Setelah diadakan coitus
berulang-ulang hanya terdapat
sisa-sisanya sebagai tonjolan-
tonjolan yang disebut
4

carunculae hymenales yang hilang setelah melahirkan.
A.uterina pergi ke ventrocaudal setinggi isthmus uteri, membeok ke medial berjalan di pangkal
lig.latum, cranial lig.cardinale uteri membentuk cabang a.vaginalis ke dinding vagina, pangkalnya
kearah fundus kemudian bercabang-cabang menjadi :
o r. Ovaricus, melalui lig.ovarii proprium menuju ovarium.
o A.ligamenti teretis uteri, mengikuti lig.teres uteri.
o r.tubarius, mengikuti tuba uterina.
Saraf-saraf otonom system urogenitale wanita :
N.Pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis, dorsal spina ischiadica, masuk
ke foramen ischiadicum minus sebagai n.clitoridis. Cabang yang lain : n.hemorrhoidalis inferior
untuk sphincter ani externus dan ke kulit pada regio analis. N.perinealis berakhir sebagai n.labialis
untuk labium majus, ia memberi ke rr.cutanei ke kulit.
Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi)
o Bagian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a.uternae ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian medial mengikuti kembali r.vaginali a.vesicalis inferior ke Inn sepanjang
a.vesicalis inferior ke Inn.Iliaci interni.
o Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vagina, labium minora, labium majora pergi
ke Inn inguinale superficialis.

A. Makroskopik Organa Genitalia Eksterna
Mons pubis (veneris)
Merupakan suatu bangunan yang terdiri atas kulit yang di bawahnya terdapat jaringan lemak menutupi tulang
kemaluan /simphisis. Mons veneris ditutupi rambut kemaluan. Fungsi Mons veneris adalah sebagai pelindung
terhadap benturan-benturan dari luar dan dapat menghindari infeksi dari luar.
Labium majus pudendi
Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu
dengan yang lain membentuk comissura posterior
labiorum majorum, ventrocranial membentuk
comissura anterior labiorum majorum.
Dapat dibedakan facies lateralis :mempunyai rambut
dan banyak pigmen. Facies medialis, mempunyai
gld.sebacea yang besar & tidak mempunyai rambut.
Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut
rima pudendi.
Labia Minor pudendi
Suatu lipatan kulit. Kedorso caudal membentuk frenulum labiorum minorum. Keventrocranial
membentuk preputium clitoridis menutupi glands clitoridis dari ventrocranial.
Banyak PD, gld sebacea, jaringan lemak, tidak terdapat folikel rambut.

Clitoris
Clitoris merupakan suatu bangunan yang terdiri dari:
- Glans clitoris : ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum glandis
- Corpus clitoris : kedua crura yang bersatu
- Crura clitoris
Urethra Feminina
5

Panjangnya 3-4 cm, predisposisi ISK, berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae
externum yang terletak diantara clitoris dengan vagina.
Perineum
Merupakan area bentuk belah ketupat, terbagi regio urogenitalis dan analis.
Terletak dibawah diaphragma pelvis, dibatasi oleh ramus inferior os pubis dan ramus inferior os ischii
kanan dan kiri dan kedua lig.sacrotuberale.
Diafragma Pelvis
4 .Diameter obliqua
5.Diameter transversa
6.Diameter conjugata
o Conjugata vera = ukuran anteroposterior
Jarak antara pinggir atas pubis
sampai promontorium.
Conjugata vera=conjugata
diagonalis-1,5 cm
Nilai normal 11-13 cm.
o Conjugata transversa
Diukur dari titik terjauh linea
terminalis kiri dan kanan.
Nilai normal 13-14,5 cm.
o Conjugata diagonalis
Jarak antara pinggir bawah pubis
sampai promontorium
(Anatomi Sistem Reproduksi FK Yarsi,
2011)






1.1 Mikroskopik genitalia wanita
Serviks

Serviks mempunyai serabut otot polos, namun terutama terdiri dari atas jaringan kolagen, ditambah
dengan elastin serta pembuluh darah. Peralihan serviks yang terutama yang berupa jaringan kolagen ke korpus
uteri yang terutama berupa jaringan muskuler,

meskipun umumnya mendadak namun bisa juga sedikit demi
sedikit, sehingga terentang sepanjang 10 mm.

Serviks yang berbentuk silinder pada nullipara panjangnya sekitar
3 cm dan diameter 2,5 cm.

6

Mukosa kanalis servikalis meskipun secara embriologis merupakan kelanjutan dari endometrium,
namun setelah mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga potongan melintangnya menyerupai sarang
tawon. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumnar yang sangat tinggi, menempel pada membrana
basalis yang tipis. Nukleus yang oval terletak dekat dasar sel kolumner yang bagian atasnya terlihat agak jernih
karena berisi mukus. Sel sel ini mempunyai banyak silia. Terdapat banyak kelenjar servikalis yang
memanjang dari permukaan mukosa endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak
terdapat submukosa demikian, kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan sekret yang kental dan lengket









Sediaan Serviks




Vagina
Lapisan Vagina
Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, muskularis,
dan adventitia. Mukosa ini berada didalam lipatan (rugae) yang terdiri dari lapisan permukaan epitel skuamosa
berlapis tanpa lapisan tanduk (nonkeratinized) diatas lamina propria. Sel-sel epitel mengandung glikogen
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat, dibawah lapisan epitel, serabut elastis membentuk jaringan padat.
Jaringan limfatik menyebar dan nodular ditemukan sesekali, dan banyak limfosit, bersama dengan leukosit
granular, menginvasi epitel. Vagina tidak memiliki kelenjar, dan epitel dijaga agar tetap lembab oleh sekresi
dari leher rahim (servix). Muskularis terdiri dari kumpulan sel-sel otot polos yang tersusun sirkuler di lapisan
dalam dan longitudinal di lapisan luar.
Para adventitia adalah lapisan luar yang tipis yang tersusun dari jaringan ikat dengan serat elastis.
Berfungsi untuk mempertahankan vagina tetap di tempat.
Epitel skuamosa bertingkat nonkeratinized yang melapisi vagina terdalam adalah lapisan basal (stratum
germinativum), diikuti oleh lapisan (spinosus) menengah dan lapisan dangkal (stratum korneum).

Labia
Labia mayor terdiri dari lipatan-lipatan kulit yang menutupi kumpulan jaringan adiposa. Pada orang
dewasa, permukaan luar ditutupi oleh rambut kasar dengan kelenjar keringat dan sebasea. Labia majora adalah
homolog dengan skrotum pada pria. Labia minora terdiri dari inti yang sangat vaskular, jaringan ikat longgar
tertutup oleh epitel skuamosa berlapis yang sangat menjorok oleh papilla jaringan ikat. Kedua permukaan labia
minora tidak terdapat rambut, tetapi banyak terdapat kelenjar sebasea besar.

Klitoris

7

Klitoris adalah suatu badan yang terbentuk dari dua corpora cavernosa yang tertutup dalam lapisan
jaringan ikat fibrosa dan dipisahkan oleh septum yang tidak lengkap. Ujung bebas dari klitoris berakhir dalam
tuberkulum, kecil membulat,serta kelenjar clitoridis. Klitoris dibungkus oleh lapisan tipis epitel skuamosa
berlapis nonkeratinized , juga terkait dengan banyak ujung saraf khusus. Klitoris tidak memiliki korpus
spongiosum , oleh karena itu tidak dilalui oleh uretra.

Kelenjar vestibular/ kelenjar Bartholin

Vestibulum adalah celah antara labia minora yang di dalamnya merupakan bukaan vagina dan uretra.
dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan mengandung banyak kelenjar vestibular kecil. Terdapat kelenjar
lendir tubuloalveolar yang mengeluarkan cairan, pelumas jelas berlendir. Kelenjar utama sesuai dengan kelenjar
bulbourethral dari laki-laki.
(Junqueira, 2007)



















Epitel vagina
2. Memahami dan Menjelaskan Keputihan
2.1 Definisi dan Epidemiologi
Keputihan sudah menjadi masalah yang banyak ditemui para wanita. Diperkirakan 75% wanita
Indonesia pernah mengalami keputihan sekali dalam hidupnya. Kebanyakan wanita Indonesia menganggap
keputihan sebagai sesuatu yang lumrah terjadi pada wanita. Secara definisi keputihan adalah keluarnya sekret
dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna dan bau. Keadaan ini dapat bersifat
fisiologis atau patologis.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23212/4/Chapter%20II.pdf)

8

2.2 Etiologi
A. Keputihan Fisiologis
1. Pada bayi baru lahir sampai kira-kira 10 hari. Disini sebabnya ialah pengaruh estrogen di plasenta
terhadap uterus dan vagina janin.
2. Waktu sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen, leukore disini hilang sendiri.
3. Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus disebabkan oleh pengeluaran
transudasi dari dinding vagina.
4. Waktu disekitar ovulasi dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

B. Keputihan Patologis
1. Infeksi Mikroorganisme

a) Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan salah satu dari empat spesies genus chlamydia yang merupakan
bakteri khusus yang hidup sebagai parasit intrasel. Chlamydia trachomatis adalah infeksi bakteri menular
seksual yang ditemukan diseluruh dunia. Chlamydia trachomatis bersifat dimorfik yaitu organisme ini terdapat
dalam dua bentuk, dalam bentuk infeksiosa, Chlamydia trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak
aktif secara metabolis, dan mengandung DNA dan RNA serta di sebut badan elementer. Sferoid-sferoid ini
memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah berada didalam berubah menjadi organisme
yang secara metabolis aktif yang bersaing dengan sel penjamu memperebutkan nutrien. Organisme ini memicu
timbulnya siklus replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB sampai sel penjamu pecah, terjadi ratusan
EB untuk menginfeksi sel-sel sekitarnya. Chlamydia trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra,
serviks, dan konjungtiva mata. Pada laki-laki uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah manifestasi infeksi
tersering. Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh uretritis, bartolinitis dan akhirnya
penyakit radang panggul.dapat juga menginfeksi faring dan rektum orang yang melakukan hubungan seks oral
atau anal reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan pneumonia.
Infeksi oleh Chlamydia trachomatis tidak menimbulkan
imunitas terhadap infeksi di kemudian hari
Chlamydia trachomatis
b) Candida albicans
Secara normal dapat ditemukan di mulut, tenggorokan,
usus, dan kulit laki-laki dan pada perempuan sehat sering di
jumpai di vagina perempuan asimtomatik. Candida albicans
merupakan spesies penyebab pada lebih dari 80% kasus infeksi
kandida pada genitalia. Pertumbuhan berlebihan candida
albicans adalah penyebab tersering vaginitis dan vulvovaginitis.
C.tropicalis dan C.glabrata adalah dua spesies lain yang
menyebabkan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap ditularkan secara seksual, namun
Candida albicans dapat dibiak dr penis 20% laki-laki pasangan perempuan yang mengidap vulvovaginitis
kandida rekurens.
Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia juga bisa menghasilkan hifa sejati.
Dalam media agar atau dalam 24 jam pada suhu 37 C atau pada suhu ruangan, spesies candida menghasilkan
koloni halus, berwarna crem dengan aroma ragi.
Dua tes morfologi sederhana membedakan Candida albicans yang paling patogen dari spesies candida
lainnya yaitu setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37, sel-sel ragi candida albicans
akan mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih, dan
pada media yang kekurangan nutrisi, candida albicans
menghasilkan chlamydospora bulat dan besar.

9







Candida albicans
c) Gardnerella vaginalis
Gardnerella vaginalis pada keadaan normal ditemukan
dalam saluran pernapasan. Namun, bakteri ini terdapat pada kira-
kira 30% flora normal vagina wanita normal. Organisme ini
merupakan basil gram negatif yang biasanya ditemukan
bersamaan dengan keberadaan bakteri anaerob. Mungkin terjadi
penularan melalui hubungan seksual, karena 90% laki-laki
terinfeksi.


Gardnerella vaginalis
d) Human papillomavirus
Salah satu anggota grup papilovirus, dapat menyebabkan
kondiloma akuminata. Virus ini ditularkan secara seksual umumnya
mengenai kedua pasangan dan menyerang kelompok umur yang sama
dengan penyakit lainnya.
HPV diketahui sebagai penyebab kanker kongenital, termasuk
karsinoma serviks. Papillomavirus menggambarkan konsep bahwa
strain virus alamiah bisa berbeda dalam potensi onkogenik. Yang
paling sering di temukan HPV-16 atau HPV-18, walaupun beberapa
kanker mengandung DNA dari HPV tipe 31 atau tipe 45.
Human papillomavirus
e) Herpes simplek virus
Terdapat dua tipe virus herpes yang berbeda tipe 1 dan tipe 2.
Susunan genom mereka sama dan menunjukan kesesuaian urutan
substansi. Tetapi mereka dapat dibedakan melalui analisis pembatasan
enzim dari DNA virus. Keduanya secara serologis bereaksi silang,
tetapi terdapat beberapa protein unik pada setiap tipe. Cara penularan
mereka berbeda, HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya
melibatkan air liur yang terinfeksi sementara HSV-2 ditularkan secara
seksual atau melalui infeksi genitalia maternal kepada bayi yang baru
lahir. Ini menimbulkan gambaran klinis yang berbeda pada infeksi
manusia.
Herpes
simplek virus
f) Molluscum contagiosum
10

Molluscum contagiosum adalah virus yang autoinokulasi (masuknya virus dari tubuh pasien sendiri)
dengan masa tunas 1-4 minggu. Umumnya timbul tumor kulit epitel berwarna merah muda hingga abu-abu,
tanpa gejal, menyebar, dan berukuran kurang dari 1 cm di vulva. Gambaran histologik menunjukan sejumlah
badan inklusi dalam sitoplasma sel

Molluscum contagiosum
g) Trichomonas vaginalis
Trikomiasis disebabkan oleh protozoa parasitik tricomonas vaginalis. T.vaginalis adalah organisme oval
berflagela yang berukuran setara dengan sebuah leukosit. Organisme terdorong oleh gerakan-gerakan dari
flagelnya. Trigomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel penjamu, memicu respon imun humoral dan
seluler yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi berikutnya. Agar dapat bertahan hidup, trikomonad harus
berkontak langsung dengan eritrosit, dan hal ini dapat mejelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap
infeksi daripada laki-laki. Trichomonas vaginalis tumbuh paling subur pada pH antara 4,9 dan 7,5 dengan
demikian haid, kehamilan, pemakaian kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina merupaka
predisposisi timbulnya trikomoniasis. Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat mengalami
infeksi Trikomonas vaginalis. Bayi perempuan rentan karena pengaruh hormon ibu pada epitel vagina bayi.
Dalam beberapa minggu, seiring dengan dimetabolismenya hormon-hormon ibu, epitel vagina bayi menjadi
resisten terhadap Trichomonas vaginalis dan infeksi sembuh bahkan tanpa pengobatan.
Infeksi Trichomonas vaginalis ditularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan seksual. Walaupun
trikomonad diketahui dapat bertahan hidup sampai 45menit pada fomite, namun cara penularan fomite ini
sangat jarang terjadi. Risiko terinfeksi Trichomonas vaginalis meningkat seiring dengan jumlah pasangan seks
dan lama aktivitas seksual.










Trichomonas vaginalis
(Sylvia. 1995. Brooks.2005)
2. Adanya Benda Asing
Terdapatnya benda asing seperti kondom yang digunakan saat bersenggama, penggunaan tampon saat
menstruasi, penggunaan cincin pesarium oleh wanita atau benda asing lain yang masuk dan tertinggal didalam
vagina dapat merangsang hipersekresi cairan vagina. Jika rangsangan ini menimbulkan inflamasi maka
menimbuklan keputihan dan dapat mempermudah infeksi bakteri dan menimbulkan masalah keputihan berbau.

3. Keganasan/Neoplasia.
Kanker merupakan penyebab keputihan hal ini karena meningkatanya proliferasi sel-sel genital yang
cepat dan mudah rusak. Sehingga timbul nekrosis sel yang menyebabkan ikut pecahnya pembulu darah. Pada
kasus seperti ini maka akan keluar cairan bercampur darah yang berbau busuk.

4. Menopouse
Pada wanita yang telah mengalami menopouse terjadi penurunan aktivitas hormonal seperti estrogen
yang berdampak pada penurunan aktivitas organ genital. Seperti vagina menjadi lebih keras, menipisnya epitel
dan kurangnya degenerasi sel epitel. Hal ini dapat mempermudah terjadinya infeksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan keputihan

5. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obat imunosupresan seperti kortikosteroid dan penggunaan antiseptik genital secara
berlebihan dapat menurunkan kemampuan imunitas organ genital dan juga menyebabkan kematian flora normal
11

organ genital. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi daerah vagina yang dapat menimbulkan
keputihan.

2.3 Klasifikasi
Keputihan terbagi menjadi dua, yaitu keputihan yang patologis dan keputihan yang fisiologis.
Keputihan yang fisiologis dapat timbul saat terjadi perubahan siklus hormonal, seperti sebelum pubertas, stress
psikologis, sebelum dan setelah datang bulan, kehamilan, saat menggunakan kontrasepsi hormonal, atau saat
menopause. Ciri-ciri dari cairan lendir keputihan yang fisiologis adalah berwarna bening encer, tidak berbau,
tidak gatal dan tidak menimbulkan keluhan.
Keputihan yang patologis merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi karena infeksi pada
vagina, adanya benda asing pada vagina atau adanya keganasan. Infeksi bisa diakibatkan karena virus, bakteri,
jamur dan parasit. Dapat pula di sebabkan oleh karena iritasi saat berhubungan seks, penggunaan tampon dan
alat kontrasepsi. Keputihan ini berupa cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan
sampai keluar dari selana dalam, kenatal, lengket, berbau sangat tidak sedap, menimbulkan gatal yang sangat
hebat dan panas, dan dapat menimbulkan luka didaerah mulut vagina. Keputihan yang patologis seperti ini yang
harus diwaspadai, karena dapat menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker serviks, maka dari itu harus
dicari penyebab dan obatnya secara adekuat sejak dini.
(Benson, 2009)
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal, cairan/sekret yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum menopause terdiri
dari sel epitel vagina (terutama yang paling luar/superfisial yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga
vagina), beberapa sel darah putih (leukosit), cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks
berupa mukus, sekresi darri saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai
organisme terutama Lactobasilus Doderlein (batang gram positif, flora vagina terbanyak); beberapa jenis bakteri
lain kokus seperti Streptokokus dan Stapilokokus, dan Eschericia coli.
Peranan basil doderlein dianggap menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil
Doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat,
sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0-4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana
asam inilah yang mencegah tumbuhnya mirkoorganisme patologis.






















Gambar Estrogen dan Biologi Vagina


Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor maka
terjadi penurunan fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil
12

Doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora
normal vagina. Progresifitas mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di
daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil Doderlein sehingga terjadi
pengeluaran lekosit PMN maka terjadilah fluor albus.

Infeksi bakteri
o Gonorea
Gonorea disebabkan oleh invasi di bakteri diplokokus gram-negative, Neisseria gonorrhoeae.
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna kekuningan yang sebetulnya merupakan nanah
yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhoeae berbentuk pasangan dua-dua
pada sitoplasma sel. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membaran epitel yang melapisi selaput
lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserfiks dan uretra. Infeksi ekstragenetalial di faring,
anus, rectum, dapat di jumpai pada wanita dan pria.
Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa. Namun tidak semua yang
terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan dari pria ke wanita lebih tinggi kerena luasnya
selaput lendir yang terpajan dan cairan eksudat yang terdiam lama di vagina. Setelah terinokulasi,
infeksi dapat tersebar ke prostat, vas deferent, vesikula seminalis, epididymis dan testis pada laki-laki
dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium, tuba fallopi, merupakan penyebab
penyakit radang panggul (PID) yang merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan bakterimia gonokokus.
Bakterimia lebih sering terjadi pada perempuan.Perempuan juga beresiko tinggi mengalami penyebaran
infeksi saat haid, penularan perinatal kepada bayi saat lahir melalui os serviks yang terinfeksi, dapat
mneyebabkan konjungtifitis dan akhirnya dan kebutaan pada bayi apabila tidak di ketahui dan di obati.
Setelah infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae, tidak timbul imunitas alami, sehingga infeksi dapat
terjadi lebih dari satu kali. Angka infeksi tertinggi pada usia muda dengan teringgi wanita umur 15-19
tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun dan pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis.

o Sifilis
Adalah infeksi yang sangat menular yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema
pallidum. Kecuali penularan neonates, sifilis hampir selalu di tularkan melalui kontak seksual dengan
pasangan yang terinfeksi. Namun, spiroketa T.pallidum dapat menembus sawar plasenta dan
menginfeksi neonates.
Spiroketa memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi dengan setiap
kerusakan, walaupun mikroskopik di kulit atau mukosa penjamu. Sifilis dapat di sembuhkan pada
tahap-tahap awal infeksi. Tetapi apabila di biarkan penyakit ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan
kronik. Infeksi penyakit sifillis dapat di bagi menjadi , sifillis primer, sekunder (sifilis laten, dini dan
lanjut) dan tersier. Pada perkembangan penyakit dapat terlihat kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang
disebut kondiloma lata. Bakteri kadang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear, tetapi biasanya
bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram.

o Clamidia trachomatis
Clamidia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling banyak di jumpai di
amerika. Bakteri ini terdpat dalam 2 bentuk (dimorfik). Dalam bentuk infeksiosa C. trachomatis
merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis dan mengandung DNA dan RNA
sehingga disebut badan elementer (EB). Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui
endositosis dan setelah berada di dalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif dan
bersaing dengan sel pejamu memperebutkan nutrient. Organisme ini memicu timbulnya siklus replikasi
dan setelah kembali memadat menjadi EB untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya.
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan konjungtiva mata. Pada laki-laki,
urethritis, epididymis dan prostatitis adalah infeksi bakteri yang tersering.Pada perempuan yang
tersering adalah servisitis, diikuti oleh urethritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul
(PID).
C.trachomatisdapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan hubungan seksual oral
atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan mengalami konjungtivitis dan
pneumonia. Terinfeksi bakteri ini tidak menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.
13

Kaum muda yang berusia antara 15-19 tahun merupakan 40% kasus klamidia yang di laporkan.
Resiko tertinggi tertularnya bekteri ini adalah wanita karena konsentrasi ejakulat yang terinfeksi
tertahan di vagina sehingga pemajanan memanjang.
Bakteri ini dapat ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai
pewarnaan Giemsa; sulit ditemukan pada pemeriksaan pap smear akibat siklus hidupnya yang tak
mudah dilacak.

o Gardnerella vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari
mikroorganisme normal dalam vagina karena sering ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel
epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan siebut dengan clue cell. Gardnerella menghasilkan
asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan
vagina tampak warna keabu-abuan.

Infeksi virus
o Virus Herpes Simpleks (HSV)
Adalah penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir dan system
syaraf.Macamnya ada HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 menyerang daerah orofaring, menyebabkan lesi di
wajah, mulut dan bibir.Walaupun virus ini dapat juga menyebabkan harpes genitalis primer. HSV-2
pterdapat di daerah genital. HSV tidak dapat di sembuhkan.Pada orang yang imunokompeten.Infeksi
biasanya ringan dan swasirna.
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di
kulit.Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab. HSV mempunyai kemampuan
untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membrane sel. Untuk dpat masuk ke dalam
sel, tidak memerlukan proses endositosis.
HSV-1 dan HSV-2 menanyebabkan infeksi kronik yang di tandai dengan masa-masa infeksi aktif
dan latensi. Pada infeksi primer aktif, virus menginvasi sel penjamu dan cepat berkembang biak
menghancurkan sel penjamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel di
sekitarnya. Dan virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan
limfadenopati.Tubuh melakukan imunitas seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat
mencegah kekambuhan infeksi aktif.
Setelah infeksi awal, timbul masa laten. Selama masa ini, virus masuk ke dalam sel-sel sensorik
yang mensyarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi di sepanjang akson untuk bersembunyi di dalam
ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotosisitas atau gejala pada manusia
pejamunya. Virion dapat menular baik, dalam fase aktif maupun masa laten.
HSV lebih sering di jumpai pada wanita, mungkin karena luas permukaan mukosa saluran genitalia
perempuan yang lebih luas dan terjandinya kerusakan mikro di mukosa selama hubungan
kelamin.Dibandingkan dengan populasi umum, orang yang terinfeksi HIV lebih rentan terhadap infeksi
HSV dan menularkan penyakit ini. Karena infeksi HSV tidak mengancam jiwa dan sering ringan atau
asimtomatik, sehingga banyak orang yang tidak menyadari akan besarnya penyakit ini.
Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepert melepuh terkena air panas yang kemudian pecah dan
menimbulkan luka seperti borok, dan pasien merasa sakit.

o Virus Papiloma Manusia (HPV)
Adalah suatu pathogen DNA yang menyebabkan timbulnya berbagai tumor jinak, (kutil), dan
beberapa lesi pramaligna dan maligna. Ditandai dengan kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan
dapat bersatu membentuk jengger ayam yang berukuran besar. Cairan di vagina sering berbau tanpa
rasa gatal.
Virus ini mampu berikatan dengan beragam sel dan subtype-subtipe tertentu, memperlihatkan
preferensi untuk tempat-tempat anatomis tertentu. Infeksi HPV dapat menyebabkan kanker serviks,
penis dan anus. HPV tipe-6 dan 11 merupakan penyebab utama kutil genital dan tidak berkaitan dengan
keganasan.
HPV sangat menular yang sering terjadi di amerika. Penularan HPV genital hanya semata-mata
melalui hubungan kelamin, walaupun autoinokulasi dan penularan melalui fomite juga dapat terjadi.
Infeksi dapat di tularkan kepada neonates saat persalinan. Factor resiko terbesar untuk timbulnya HPV
adalah jumlah pasangan seks, merokok, pemakaian kontrasepsi oral (KO) dan kehamilan dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV.
14

Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dan tidak terdeteksi setelah 2 tahun. Imunitas yang
terbentuk bersifat spesifik-tipe, sehingga individu masih rentan terhadap infeksi oleh HPV tipe lain.

Infeksi Jamur
o Candida albicans
C.albicans merupakan spesies penyebab infeksi candida pada genitalia lebih dari 80% yaitu
vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap di tularkan secara seksual.
Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada resistensi pejamu atau flora bakteri local.
Faktor predisposisi pada wanita adalah kehamilan, haid, diabetes mellitus, pada pemakaian kontrasepsi
dan terapi antibiotic. Baju dalan yang ketat, konstriktif dan sintetik, sehingga menimbulkan lingkungan
yang hangat dan lembab untuk kolonisasi dapat menyebabkan infeksi rekurent.
Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitifitas terhadap produk-produk, misalnya pencuci
vagina, semprotan deodorant dan kertas toilet dapat berperan menimbulkan kolonisasi. Perempuan
umumnya mengalami infeksi akibat salah satu factor diatas sedangkan pada laki-laki umunya terjangkit
infeksi melalui kontak seksual dengan perempuan yang mengidap kandidiasis vulvovagina. Keadaan
yang saling menularkan antara pasangan suami istri ini desebut femoma ping pong.

Infeksi parasit
o Trikomoniasis Vaginalis
Adalah organisme oral berflagel.Trikomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel pejamu,
memicu respon imun humoral dan selular yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi berikutnya.Agar
dapat bertahan hidup trikomonad harus berkontak langsung dengan eritrosit, dan dalam hal ini dapat
menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan terhadap infeksi dari pada laki-laki.
T.vaginalis paling subur pada pH antara 4,9-7,5. Keadaan yang meningkatkan pH vagina, misalnya
haid, kehamilan, pemakaina kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina merupakan
predisposisi timbulnya trikomoniasis.
Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat menularkan infeksinya.Bayi perempuan rentan
karena pengaruh hormone ibu pada epitel vagina bayi.
Infeksi T.vaginalis di tularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan kelamin. Walaupun
trikomonad di ketahui dapat hidup sampai 45 menit pada fomite, namun cara penularan melalui fomite
ini sangat jarang terjadi.
Walaupun jarang dapat ditularkan melalui perlengkapan mandi seperti hsnduk dan bibir kloset. Flour
albus tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan nyeri ditekan, dan perih berkemih. Cairan
vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan berbau.

Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan menimbulkan luka akan sangat
mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam vagina.
Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel abnormal, seringkali
disertai darah yang tidak segar.
Menopause
Estrogen turun vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen berkurang, dan basil doderlein
berkurang memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel tipis, mudah menimbulkan luka flour albus
Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks terkelupas, mudah terjadi
infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus.
Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan glukokortikoid dan aktivitas
saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus bereaksi mengontrol sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan dengan sekresi
hormon peptida termasuk vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Hormon peptida
ini berperan mengatur fungsi imun. Dalam keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga meningkat,
stress yang lama dapat menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang terdapat pada neuroendokrin dapat
mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang telah aktif akan melepaskan suatu mediator yaitu interleukin
1 (IL-1). Mediator ini sangat bermanfaat bagi limfosit lain sehingga dapat membunuh sel-sel asing.
15


Hubungan stresor, sistem saraf, dan sistem imun

Penelitian dari Dasgupta (2003) melaporkan bahwa ada impuls langsung dari stressor yang mengenai
hipokampus yang diteruskan ke resptor estrogen di vagina melalu Nerve Pathway khusus sehingga terjadi
supresi estrogen yang berakibat pergeseran pH vagina.

2.5 Manifestasi klinis
Penyebab Penemuan Klinis Pendekatan Diagnostik*
Anak-anak
Benda asing (biasanya
kertas tissue)
Keluar cairan dari vagina, biasanya dengan bau
busuk dan bercak vagina
Evaluasi Klinis
Infeksi (misalnya, Candida,
cacing kremi, streptokokus,
stafilokokus)
Pruritus, dan cairan vagina (keputihan) dengan
eritema dan pembengkakan vulva, seringkali
dengan disuria
Memburuknya pruritus pada malam hari
(menunjukkan infeksi cacing kremi)
Signifikan eritema dan edema vulva dengan
discharge (menunjukkan infeksi streptokokus atau
stafilokokus)
Pemeriksaan mikroskopik dari cairan
vagina untuk ragi dan hifa dan kultur
untuk mengkonfirmasi
Pemeriksaan vulva dan anus untuk
cacing kremi.
Pelecehan seksual Nyeri vulvovagina, vagina berdarah atau cairan
vagina berbau busuk
Seringkali, keluhan medis samar-samar dan
nonspesifik (misalnya, kelelahan, nyeri perut)
atau perubahan perilaku (misalnya, amarah)
evaluasi klinis
Kultur seksual
Langkah-langkah untuk memastikan
keselamatan anak dan laporan ke
pihak yang berwenang jika kekerasan
diduga
Wanita usia reproduktif
Vaginosis Bakterial Berbau busuk (amis), discharge vagina abu-abu
tipis dengan pruritus dan iritasi
Eritema dan edema tidak biasa
Kriteria untuk diagnosis (3 dari 4):
discharge vagina abu-abu
pH sekresi vagina> 4,5
Bau amis
Clue cell terlihat selama
pemeriksaan mikroskopis
Infeksi Kandidiasis Infeksi candida vulva dan iritasi vagina, edema,
pruritus
Discharge yang menyerupai keju cottage dan
melekat pada dinding vagina.
Kadang-kadang memburuknya gejala setelah
hubungan seksual dan sebelum mens
Evaluasi klinis ditambah
pH vagina <4,5
Ragi atau hifa diidentifikasi pada
preparat basah atau KOH
kadang-kadang kultur
16

Infeksi Trikomonas Cairan kuning-hijau, vagina berbusa, sering
dengan nyeri, eritema, dan edema dari vulva dan
vagina
Kadang-kadang disuria dan dispareunia
Kadang-kadang belang-belang, bintik-bintik
merah "strawberry" di dinding vagina atau serviks
Organisme motil, berbentuk buah pir
memiliki flagrel, dilihat selama
pemeriksaan mikroskopis
Uji diagnostik cepat untuk
Trichomonas, jika tersedia
Benda asing Cairan sangat berbau busuk, dan sering
berlimpah, eritema vagina, disuria, dan kadang-
kadang dispareunia
Obyek terlihat selama pemeriksaan
Evaluasi klinis
Semua umur
Reaksi hipersensitifitas Vulvovaginal eritema, edema, pruritus (sering
intens), keputihan
Riwayat penggunaan semprotan kebersihan atau
parfum, air mandi aditif, pengobatan topikal untuk
infeksi kandida, pelembut kain, pemutih, atau
sabun cuci
Evaluasi klinis dan hindari penyebab
Inflamasi (misalnya, radiasi
pelvis, ooforektomi,
kemoterapi)
Keputihan purulen, dispareunia, disuria, iritasi
Kadang-kadang pruritus, eritema, nyeri terbakar,
perdarahan ringan
Jaringan vagina tipis, kering
Diagnosis eksklusi berdasarkan
faktor-faktor riwayat dan risiko
pH vagina> 6
Uji Whiff Negatif
Granulosit dan sel parabasal dilihat
selama pemeriksaan mikroskopis

Fistula enterik (komplikasi
persalinan, operasi panggul,
atau penyakit inflamasi
usus)
Vagina cairan berbau busuk dengan berlalunya
feses dari vagina
Visualisasi langsung atau palpasi
fistula di bagian bawah vagina

* Jika ada keputihan, pemeriksaan mikroskopis dari preparat basah garam dan preparat KOH dan kultura bagi
organisme menular seksual dilakukan (kecuali satu penyebab tidak menular seperti alergi atau badan asing jelas)

kondisi inflamasi seperti ini merupakan penyebab umum vaginitis.

KOH = K hidroksida
(Barad,2010. Amiruddin,2003. Manoe,1999. Ramayanti, 2004. Sudoyo,2007. Wiknjosastro,2009 )
2.6 Diagnosis dan pemeriksaan
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang.

- Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak seksual, perilaku, jumlah,
bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid
dan keluhan-keluhan lain.

- Pemeriksaan Fisis dan Genital
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna.
Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening
dan femoral.

- Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering
disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan
sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH
17

10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida
lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding pemeriksaan
mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai
berikut, yaitu:
(1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
(2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

Diagnosis penyebab infeksi:
1) Trikomoniasis
Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang
banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermestrual
Jumlah lekore banyak,berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih, kuning atau purulen.
Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat eritem dan edema pada vulva
disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.
Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan
trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue
cell dapat (+)
2) Kandidosis vulvovaginal
Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau .Rasa gatal/iritasi
disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak, putih keju atau seperti kepala
susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju
(cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi,
psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular
Laboratorium: pH vagina<4,5 dan Whiff test (-)
Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram ditemukan
blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta
3) Vaginosis bacterial
Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual,
namun sebagian besar dapat asimtomatik
Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak,
homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda
inflamasi.
Laboratorium:pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)
Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosit
4) Servisitis Gonore
Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada
komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga
berencana
Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada
saat pengambilan bahan pemeriksaan.
Laboratorium: kultur
Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus gram
negatif, intraseluler maupun ekatraseluler
18


5) Klamidiasis
Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan
Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)
Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA
Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat

2.7 Diagnosis Banding
Ca Cervix
infeksi Chlamydia
atropik vaginitis
gonorrhea

2.8 Tatalaksana

1. Farmakologi
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan
dilakukan sedini mungkin.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Tujuan pengobatan yaitu:
Menghilangkan gejala
Memberantas penyebabrnya
Mencegah terjadinya infeksi ulang
Pasangan diikutkan dalam pengobatan
Keputihan fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan
kecemasannya.
Keputihan Patologis : Tergantung penyebabnya
Obat obatan untuk keputihan Patologis :
1. Antiseptik : Povidone Iodin
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan alat douche-nya
sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi yang disebabkan jamur Kandida, Trikomonas,
bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai pembersih.
Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif pemakaian harus
dihentikan.
2. Anti biotik
Clotrimazole
Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan
oleh Candida albicans.
Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gatal dan urtikaria
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1% dioleskan 2 kali
sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan sekali sehari pada malam hari selama
7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.
19


Tinidazole
Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi Protozoa, Amuba.
Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu minum
dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.
Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasa dikombinasi
dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal tablet.
Metronidazole
Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg 3xsehari selama
5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis
Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual. Untuk infeksi
Gardnerella vaginalis
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi terhadap alkohol.
Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan.
Nimorazole
Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam sediaan tunggal dalam
bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk
vaginal tablet.
Penisilin
1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam
saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat makanan
dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin terhadap susunan
saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis besar
Sediaan dan posologi :
Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg
- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial
Amoksisilin : Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan sirup125mg/5mL
dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari
3. Anti jamur : Nystatin
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap obat ini
termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan sifatnya yang tidak
bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi
dalam penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.
20


4. Anti Virus : Asiklovir

Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan krim untuk mengobati
herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari

Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari
3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

1. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im atau
- Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
21

2. Virus herpeks simpleks
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
(Setiabudi R dan www.medicastore.com)
2. Non Farmakologi

Tindakan pencegahan keputihan yaitu dengan :
A. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok, dan alkohol
serta dihindari stress berkepanjangan
B. Setia pada pasangan, hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual.
C. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi, dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab,
misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaina celana
terlalu ketat, biasakan untuk mengganti oembalut pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak
D. Biasakan membasuh dengan cairan yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang
E. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal
vagina
F. Hindari penggunaan bedak fakum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina.
G. Hindari pemakaian barang-barang yang memdahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi.

2.9 Pencegahan
Tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan . Hindari promiskuitas atau gunakankondom untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab
misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yangmenyerap keringat, hindari pemakaian
celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah
bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
5 .Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal
vagina .Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6.Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat
menyebabkan iritasi.
7.Hindari pemakaian barang- barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan
mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi penyakit yang
dikenal dengan radang panggul.
Komplikasi jangka panjang yang lenih mengerikan, yaitu kemungkinan wanita tersebut akan mandul
akibat rusak dan lengketnya organ-organ dalam kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat menyebabkan
infertilitas.Komplikasi juga dapat terdapat pada pria yaitu komplikasi non spesifikndapat menjalar ke prostat
dan menimbulkan infeksi buah zakar dan saluran kemih
22

Terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar
karena tidak dapat disembukan dengan obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran telur.
Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala
2.11 Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan
dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan
pengobatan yang lebih efektif
Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata rata 70 80% dengan regimen pengobatan
Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata rata 95 %
(Amiruddin,2003)
3. Memahami dan Menjelaskan Pap smear

Pemeriksaan Pap Smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai
melakukan hubungan seksual dan harus diulangi setelah 1 tahun, karena sel-sel abnormal dapat terluput dari
sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu hasil pemeriksaan Pap Smear, pemeriksaan
dapat dilakukan secara teratur dengan interval 2 tahun sekurang-kurangnya sampai wanita hamil.

Pengertian Pap Smear

Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan
endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan pra ganas maupun
ganas di porsio atau servik uteri (Tim PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK
UNAIR, 2000).

Tujuan Pap Smear

Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi
kanker termasuk infeksi HPV . (Ramli, dkk: 2000). Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting
ditemukan sebelum seseorang menderita kanker. (Hariyono.W, 2008). Mendeteksi kelainan kelainan yang
terjadi pada sel-sel leher rahim.
Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri (Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK
UNAIR, 2000).
Syarat Pengambilan Pap Smear

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai berikut :
a. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
b. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang
pernah diderita
c. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam
sebelumnya.
23

e. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.
f. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa
jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

Klasifikasi Pap Smear

Negative: tidak ditemukan sel ganas.
Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR,
2000).

Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:
1) Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2) Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
(a) Kuman atau virus tertentu.
(b) Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.

3) Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan
keradangan berat. Periksa ulang 1 bulan sesudah pengobatan

4) Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas
dalam hal demikian dapat ditempuh 3 jalan, yaitu:
(a) Dilakukan biopsi.
(b) Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih
dalam diambil 3 sediaan
(c) Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

5) Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti
ditempuh 3 jalan seperti pada hasil kelas IV untuk konfirmasi.
(Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu :
1) Formulir konsultasi sitologi.
2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.
4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.
5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).

Cara pengambilan sediaan :
1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label
yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.
2) Gunakan sarung tangan.
3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang
diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/ mengganggu
studi sitologi.
4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap dapat digunakan :
(a) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik plastic mengenai dan
masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil specimen
kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh
(b) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke dalam
saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
24

(c) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-1800.
(d) Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.

5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu,
tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap 1 kali sampai ke ujung
preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah
preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.

6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung
berisi larutan fiksasi.(Helen Varney, 2007).

7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus
yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan
sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah yang memadai dalam
menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear
Faktor faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap Smear yaitu perubahan sel sel abnormal pada
mulut rahim yang akhirnya dapat terjadi kanker serviks antara lain :

Konseling pra pap smear yang tepat:
1) Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
2) Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah
diderita
3) Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
4) Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5) Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.
6) Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis
obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

Cara pengambilan kesediaan

Pengambilan kesediaan yang tak adekuat (62 %), bisa terjadi kegagalan skrining (15 %), interpretasi (23 %),
dan angka positif palsu (3-15 %). Untuk ketepatan diagnostik perlu diperhatikan komponen dosenviks dan
ektoserviks yang diambil dengan gabungan cytobrush dan spatula.
4. Memahami dan Menjelaskan keputihan menurut pandangan islam
Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan, suatu ketika ada
beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu anha tentang batasan berakhirnya
haidh. Beliau menjawab :


Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih sebagaimana di sebut hadits
di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak normal, yang
umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat
mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental,
lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas. Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa
disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah ) atau cairan putih kekeruhan (kudrah ). Terkait dengan
kedua hal ini, di kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu Athiyyah
radhiallahuanhaberkata


25

Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama dengan haidh
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang mengalami menstruasi.
Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib
mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh karenanya, apabila
ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak (cebok), dan membersihkan badan atau
pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang mengalaminya dihukumi
dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat walaupun salah satu syarat sahnya
shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan pakaian dari najis. Menurut ulama Syafiiyah, ketentuan
tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian
shalat dilakukan secara simultan setelah waktu shalat masuk.


DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta
Barad, David H. 2010. Vaginal Itching and Discharge.
Benson, Ralph C. & Martin L. Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi, Edisi 9. EGC: Jakarta
Brooks GF, Butel Js, Morse SA. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa. Mudihardi E. Kurniawan, dkk.. Salemba
Medika,: Jakarta
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. 2007. EGC: Jakarta:.
Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. 1999. Bagian/SMF
Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang.
Ramayanti. 2004. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan Oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan
di Klinik Ginekologi RS dr. Kariadi Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro
Setiabudi R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Sofwan, Achmad. Sistem Reproduksi. 2011. FK YARSI: Jakarta
Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. 2007. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
A. Price Sylvia, M. Wilson Lorraine, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2, EGC, Jakarta, 1995.
Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu
Kandungan. 2009. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23212/4/Chapter%20II.pdf
www.medicastore.com
http://www.merckmanuals.com/professional/gynecology_and_obstetrics/symptoms_of_gynecologic_disorders/vaginal_itch
ing_and_discharge.html

Anda mungkin juga menyukai