HUKUM BERNOULI
7.1 Deskripsi
Percobaan ini mempelajara sifat-sifat aliran dalam pipa bertekanan dan energi
aliran dengan Hukum Bernouli.
7.2 Teori
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus di dasarkan pada
hukum Newton II tentang gerak (F = Ma). Persamaan ini diturunkan berdasarkan
anggapan sebagai berikut ini :
1. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi akibat
gesekan adalah nol)
2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair adalah konstan).
3. Aliran adalah kontinyu dan sepanjang garis arus.
4. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan
Persamaan Bernoully dapat digunakan untuk menentukan garis tekanan dan tenaga
(gambar 2.7). Garis tenaga dapat ditunjukkan oleh elevasi muka air pada tabung pitot yang
besarnya sama dengan tinggi total dari konstanta Bernoully. Sedang garis tekanan dapat
ditunjukkan oleh elevasi muka air di dalam tabung vertikal yang disambung pada pipa.
p V2
H = Z+ 2g
Gambar 7.1. Garis tenaga dan tekanan pada zat cair ideal
Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tetap yang menunjukkan
jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Garis tekanan menunjukkan
jumlah dari tinggi elevasi dan tinggi tekanan Z + P/ yang bisa naik atau turun pada arah
aliran dan tergantung pada luas tampang aliran. Di titik A di mana tampang aliran lebih
kecil dari titik B akan menyebabkan tinggi kecepatan di A lebih besar daripada di B,
mengingat VA lebih besar dari VB. Akibatnya tinggi tekanan di titik A lebih kecil dari B.
Dalam gambar 2.7, karena diameter sepanjang pipa tidak seragam maka garis tekanan
berupa garis lengkung.
Tinggi tekanan di titik A dan B yaitu hA = PA/ dan hB = PB/ adalah tinggi kolom zat
cair yang beratnya tiap satuan luas memberikan tekanan sebesar PA = hA dan PB = hB .
Oleh karena itu tekanan P yang ada pada persamaan Bernoully biasa di sebut dengan
tekanan statis.
Aplikasi persamaan Bernoully untuk kedua titik di dalam mesan aliran akan
memberikan :
2 2
p A VA p B VB
ZA + 2 g = ZB + 2g
Yang menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan di
kedua titik adalah sama. Dengan demikian garis tenaga pada aliran zat cair ideal adalah
konstan.
7.3 Tujuan
Menyelediki kebenaran “Hukum Bernaoulli” dengan memakai aliran air dalam pipa
terus.
teoritis, V = √2g×h
8. Hitung debit air aktual dengan menentukan selang waktu.
9. Tabel analisa perhitungan.
7.6 Dokumentasi
0.0010
0.0008
0.0006
0.0004 0.0003
0.0002
0.0000
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
Debit aktual (m^3/dt)
3
80 detik +200 detik +235 detik
=
3
515 detik
=
3
= 171,7 detik
7) Kolom ke-7:
1liter
3. Debit Aktual =
rata−rata waktu
0,001m3
=
171,7 detik
= 5,82524E-06
8) Kolom ke-8:
3
((1,89873E-05)+(7,2289E-06)+(5,82524E-06)) m /dt
Rata-Rata debit aktual =
3
= 1,06805E-05 m3 /dt
V2 P Hf = 0,00239 x P V2
z+ + +hf
2. g P γ V² γ 2. g
No V (m/dt) (m) (m) (m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 2,085 0,221666667 0,222 0,000222 0,010394349 0,232282682
2 2,085 0,221666667 0,224 0,000224 0,010394349 0,232285016
3 2,175 0,241012625 0,222 0,000222 0,011301516 0,252536474
4 2,364 0,284917154 0,221 0,000221 0,013360278 0,298498099
5 2,795 0,398177033 0,208 0,000208 0,018671238 0,417056605
6 3,906 0,77766298 0,156 0,000156 0,036466017 0,814285330
3. Energi Kinetik =
V2
2. g
2
(2,157 m/dt)
= 2
2.× 9,81 m/dt
= 0,241012625 m
4) Kolom ke-4:
3. Tinggi manometer (p) = 0,222 m
5) Kolom ke-5:
P 0,222 m
3. = = 0,000222 m
y 1000 m3
6) Kolom ke-6:
3. Hf = 0,00239 x V2
= 0,00239 x (2,175 m/dt)2
= 0,011301516 m
7) Kolom ke-7:
3. Z + P/ɤ + V²/2.g + Hf (m) = (0,000222 m) + (0,2410126625 m) + (0,011301516 m)
= 0,252536474 m
Titik 3
V P3 V 4 2 P4
32
+ = +
2. g γ 2 . g γ
2 ,175 2 0 , 222 V 4 0 , 221
+ = +
2. 9 , 81 1000 2. 9 , 81 1000
m3
V 4 =2 , 364
dt
Titik 4
V P 4 V 5 2 P5
42
+ = +
2. g γ 2 . g γ
2 ,364 2 0 , 221 V 5 0 , 208
+ = +
2. 9 , 81 1000 2. 9 , 81 1000
m3
V 5 =2 ,795
dt
Titik 5
V P5 V 62 P6
52
+ = +
2. g γ 2 . g γ
2 ,795 2 0 , 208 V 6 0 , 156
+ = +
2. 9 , 81 1000 2. 9 , 81 1000
m3
V 6 =3 , 906
dt
Dimana :
V = Kecepatan
P = Tekanan
7.7 Kesimpulan :
1.Dari hasil percobaan di atas didapatkan debit aktual dengan debit teoritis.
Hukum Bernouli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan, energi kinetik tiap
volume, dan energi potensial tiap volume disetiap titik sepanjang aliran fluida
adalah sama.
Jadi kami mendapatkan nilai Z (energi potensial) dengan besar yang relatif sama
pada setiap pengulangan percobaannya, dengan nilai Z terkecil sebesar 0,232282682
m dan nilai terbesarnya sebesar 0,814285330 m. Serta didapatkan rata rata dari seluruh
hasil Z sebesar 0,374490701 m. Maka dengan besar Nilai Z (Energi Potensial) yang relatif
sama, membuktikan bahwa Hukum Bernouli adalah benar.
8.1. Diskripsi
Percobaan hidrolika saluran tertutup dimaksudkan untuk mempelajari sifat-sifat
aliran melalui pipa bertekanan tentang gesekan kekasaran pipa dan kehilangan energi, garis
energi, pengukuran debit aliran dalam pipa.
8.2 Dasar Teori
Pengaliran dalam saluran tertutup (pipa) adalah pengaliran air melalui saluran yang
berpenampang tetap, memenuhi seluruh penampang dan tekanan air lebih dari 1 atmosfir.
Air yang mengalir dalam saluran dapat digolongkan dalam beberapa tipe aliran,
yaitu:
1. Uniform Flow
Aliran air disebut uniform bila kecepatan partikel-partikel air pada setiap sepanjang
saluran adalah sama
2. Aliran Non Uniform Flow
Aliran air disebut Non Uniform Flow bila kecepatan partikel-partikel air berubah-ubah
pada setiap titik di sepanjang saluran
3. Steady Flow
Aliran disebut dengan aliran Steady flow bila debit yang mengalir / melalui suatu titik
persatuan waktu terhadap tetap
4. Unsteady Flow
Aliran air disebut Unsteady flow bila debit yang melalui suatu titik persatuan waktu
berubah-ubah
5. Laminair Flow
Aliran air disebut laminair bila setiap partikelnya mempunyai lintasan tertentu, tidak
saling memotong
6. Turbulent Flow
Aliran disebut turbulent bila partikel-parikel air tidak mempunyai lintasan aliran tertentu
dan saling berpotongan satu sama lain
7. Compressible Flow
Aliran disebut compressible flow bila kerapatan air selama mengalir berubah semakin
besar
8. Incompressible Flow
Aliran air dapat disebut Incompressible Flow bila kerapatan air selama mengalir tidak
berubah
9. Rotational Flow
Aliran disebut rotational bila sepanjang aliran pratikel-partikel alirannya mempunyai
kecepatan sudut pada titik-titik tertentu
10. In Rotational Flow
Aliran disebut in rorational flow bila sepanjang aliran partikel-partikel airnya
memepunyai kecepatan sudut pada titik-titik terntentu
Dalalm sistem aliran tertutup (pipa) terdapat 3 unsur yang sangat menentukan sifat-
sifat aliran yaitu :
Diameter pipa
Kekentalan zat cair (viscositas)
Kecepatan aliran air dalam pipa
Jenis aliran dalam pipa termasuk aliran laminair atau turbulent ditentukan berdasarkan
Angka Reynold (NR), yang dirumuskan sebagai berikut :
Fi
NR =
Fv
Dimana :
F1 = . v . a
F1 = . L3 . ( )
L
T
2
F1 = . L2 . ( )
L2
T2
F1 = . L2 . v2
Fv = . A
Fv = . ( dvdy ) . L 2
Fv = . v . L
2
ρ.L .v ρ.v . L
NR = −
μ.v .L μ
Bila L = D, maka :
ρ .v. D μ
NR = : v=
μ ρ
v .D
Jadi NR =
v
Dimana :
NR = Angka Reynold
F1 = Gaya Inersia (Inersia Force), N
Fv = Gaya Fiscositas (Viscous Force), N
= Berat volume air , kg/m3
V = Volume air, m3
A = percepatan aliran pipa aliran
f = Koefisien geseran pipa
= Viskositas kinematik, m2 /dt
= Viskositas dinamik, m/dt
v = Kecepatan aliran, m/dt
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent atau sebaliknya adalah dengan
melalui kondisi transisi yang disebut dengan batas kritis . Nilai batas kritis perubahan aliran
dari laminair menjadi turbulent, tidak sama besarnya dengan perubahan dari turbulent
menjadi laminair. Menurut hasil percobaan Reynold :
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent : Nilai NR = 3000
Perubahan aliran dari turbulent menjadi laminair : Nilai NR = 2100
Laminair
Transisi
2100 3000
Zone Transisi
Dengan percobaan yang lebih teliti, zone transisi berkisar pada angka Reynold dari 3000
sampai 4000.
1. Energi Hidrolik
Energi hidrolik (hydraulic energy) adalah kemampuan air untuk melakukan usaha.
Sedangkan usaha merupakan jumlah energi yang bekerja per satuan waktu.
Ada dua macam energi hidrolik yaitu energi kinetik dan energi potensial.
a. Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi akibat dari aliran air dalam pipa dirumuskan :
EK = v2/2 . g
Dimana :
EK = Energi kinetik hidrolis, m
v = Kecepatan aliran, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m2/dt
b. Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan yang bekerja dalam
air atau energi yagn di hasilkan oleh adanya selisih ketinggian (elevasi).
1. Energi potensial tekanan
Energi potensial tekanan merupakan energi yagn dimiliki oleh partikel partikel air
yang berada dalam tekanan yang bersesuaian.
Dirumuskan :
Ep = p/w
Dimana :
Ep = energi potensial tekanan, m
P = tekanan, kg/m2
W = berat volume air, kg/m3
2. Energi potensial ketinggian
Energi potensial ketinggian merupakan energi potensial yang dimiliki oelh partikel
air terhadap garis persamaan (datum) yang ditentukan . energi potensial ketinggian
diberi notasi 2 dengan satuan m.
Total energi hidrolis aliran dalalm pipa pada suatu titik energi dirumuskan seagai
berikut :
V2 P
H=z+ +
2.. g W
V12/2g hf
V22/2g
P1/pg
P2/pg = W
Z1
Datum Z2
Gambar 8.2 Gambar Garis Tenaga Dan tekanan pada zat cair ideal
Menurut hukum kekentalan energi : pada setiap titik sepanjang aliran dalam
pipa, energi hidrolis adalah konstan. Pengurangan atau kehilangan energi akan
dirubah dalam bentuk energi lain, sehingga untuk persamaan energi untuk titik 1 dan
titik 2 sebagai berikut :
2 2
P1 v1 p2 V 2
Z1 + + =Z 2+ + +h f
w 2g w 2g
Dimana :
Z = Jarak vertikal dari pipa terhadap garis persamaan, m
P = Tekanan dalam, Kg/m2
w = Berat volume air, kg/m3
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
hf = Kehilangan energi, m
1. Kehilangan energi
Dalam saluran tertutup (pipa) aliaran air mengalami hambatan-hambatan atau kehilangan
energi karena kekasaran pipa, turbulensi aliran dan kehilangan energi diartiakan dalam
kehilangan kecepatan.
Kehilangan energi dalam saluran tertutup di klasifikasikan dalam 2 macam yaitu :
a. Kehilangan energi minor (minor losses)
Kehilangan energi minor adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh :
1. Perluasan penampang mendadank (student enlargement)
2. Penyempitan penampang mendadak ( student contraction)
3. Pemasukan dalam pipa (entrance to pipe)
4. Keluaran dari pipa
5. Belokan pipa (charge of pipa)
6. Halangan dalam aliran (obtraction int the path of pipe)
7. Penyempitan penampang secara teratur
8. Perluasan penampang secara teratur tinggi (gradual enlargenment)
9. Kehilangan tinggi di katup dan krane (pipe fitting)
b. Kehilangan energi mayor (mayor losses)
Ada dua persamaan yang dapat digunakan untujk menghitung kehilangan energi
mayor, yaitu :
Persamaan Darcy Weisbach
Persamaan Chezy
1. Persamaan Darcy Weisbach
Kehilangan energi mayor menurut Darcy Weisbach dirumuskan sebagai berikut :
2
4. F . L. V
Hf =
2. g . D
hf : 0,005 (L + 1/12 D), untuk pipa baru (halus)
hf : 0,01 (L + 1/12 D), untuk pipa lama (kasar)
Dimana :
hf = Kehilangan energi mayor, m
f = Koefisienb geseran pipa
L = Panjang pipa, m
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
D = Diameter pipa, m
2. Persamaan De Chezy
Kehilangan aliran dalam pipa menurut De Chezy adalah sebagai berikut :
Hf =
4. F . L. V 2
v =
4. g .d . hf
v =
√2 ⥂.. g √ m. i i = h f
2. g . D 4. f . d f 4L L
Dimensi jari-jari hidrolis :
1/4. D 2
m = A/Pm = m = D/4
D
Sehingga :
2. g 2. g
v = . m. ic = v = c . m . i
f f
Dimana :
i = Kemiringan tekanan hidrolis
m = Jari-jari hidrolis, m
A = Luas penampang pipa, m2
D = Keliling penampang pipa, m
C = Koefisien De Chezy,
√ m
dt
V = Kecepatan aliran, m/dt
8.3. Maksud
A
K J Kolam
Sirkulasi
(bawah
Bak 3
I tanah)
BA CB
A
DC
BA Pipa
Pompa
Datar
Sirkulasi
Pipa
Miring
G L
Sungai Brantas
Bak 2
Manometer
H
Ambang Bak 1 G
Segitiga B 1 D1 D2 B 2
E
F
Gambar 8.3. Hidrolika Saluran Tertutup (baru)
Keterangan gambar :
A = Saluran dari pipa pusat
B, B1, B2 = Katub inlet ke bak penampung 1
C = Katub ke kolam sirkulasi
D, D1, D2 = Katub inlet dari aliran pompa sirkulasi ke bak penampung 1
E, F = Katub outlet bak 1 ke sungai brantas
G, H = Katub outlet bak 2 ke sungai brantas
I, J = Katub outlet bak 3 ke sungai brantas
L = Katub outlet kolam sirkulasi
K = Katub outlet bak 3 ke arah kolam sirkulasi
Contoh Perhitungan Tabel 8.4 Tabel Hasil Pembacaan Ukur Thomson (Point Gauge )
1) Kolom ke-1:
Nomor kolom 3
2) Kolom ke-2:
3.Dasar Mercu Thomson (mm) = R3-R4
3) Kolom ke-4:
3.Tinggi Air H (m) = 110
4) Kolom ke-5:
3.Keterangan = Diukur saat praktikum
Pipa Datar
No Pembacaan Manometer Air Tidak
Pembacaan Mannometer Air Mengalir
Pip Mengalir
a 1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 12,5 17,5 22 17,33 13 17,5 22,1 17,53
2 13 17,1 22,4 17,50 12 17 22,2 17,07
3 14 18,7 23,1 18,60 11,3 17,1 22,8 17,07
4 14,5 19 23,5 19,00 11,5 16,8 23,1 17,13
5 15 19,5 24,1 19,53 13,1 17,1 22 17,40
6 19,8 22,6 27,8 23,40 20,9 23,8 26,5 23,73
7 12 17,1 22,5 17,20 12,5 16,9 21,9 17,10
1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 14
3) Kolom ke-3:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir =18,7
4) Kolom ke-4:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 23,1
5) Kolom ke-5:
14+18,7+23,1 55,8
3.Rerata = = = 18,60
3 3
6) Kolom ke-6:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 11,3
7) Kolom ke-7:
3..Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir=17,1
8) Kolom ke-8:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 22,8
9) Kolom ke-9:
11,3+17,1+ 22,8 51,2
3. Rerata = = = 17,07
3 3
Pipa Miring
Pembacaan Manometer Air Tidak
No Pembacaan Mannometer Air Mengalir
Mengalir
Pip
a Rerat
1 2 3 Rerata 1 2 3
a
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 13,5 17,9 23 18,13 12,1 17 22 17,03
2 14,6 18,6 23,2 18,80 12,1 17 22,1 17,07
3 14,9 18,9 23,8 19,20 12,3 17 22,5 17,27
4 15,8 19,5 24 19,77 12,5 17,1 22,5 17,37
5 16,9 20,1 24,8 20,60 12,5 17,2 22,4 17,37
6 20,9 23,8 26,5 23,73 19,8 22,6 27,8 23,40
7 12,5 16,9 21,9 17,10 12 17,1 17,1 15,40
Contoh Perhitungan pada tabel 8.6 Hasil Pembacaan Manometer Pipa Miring:
1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 14,9
3) Kolom ke-3:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir =18,9
4) Kolom ke-4:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 23,8
5) Kolom ke-5:
14,9+18,9+23,8 57,6
3.Rerata = = = 19,20
3 3
6) Kolom ke-6:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 12,3
7) Kolom ke-7:
3..Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir=17
8) Kolom ke-8:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 22,5
9) Kolom ke-9:
12,3+17+22,5 51,8
3. Rerata = = = 17,27
3 3
Kecepatan
p/y V2/2g Hf Kumulati E Q
No (v)
(m) (m) (m) f (m) (m) (m)
(m/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 0,173 0,9733 0,155 0,098 0,098 1,248 0,000068
2 0,175 1,0306 0,164 0,110 0,208 1,259 0,000072
3 0,186 0,91046 0,145 0,086 0,294 1,251 0,000063
4 0,190 1,02992 0,164 0,110 0,404 1,274 0,000071
5 0,195 0,96890 0,154 0,097 0,501 1,270 0,000067
6 0,234 0,59419 0,095 0,037 0,538 1,249 0,000041
7 0,172 1,52044 0,242 0,240 0,778 1,334 0,000106
Hubungan E dan Q
1.360
1.340
1.320
1.300
1.280
E (m)
1.260
1.240
1.220
1.200
0.0000300.0000400.0000500.0000600.0000700.0000800.0000900.0001000.000110
Q (m³/detik)
6) Kolom ke-6:
3.Hf Komulatif (m) = Hf2 + V2/2.g
= 0,086 m + 0,207 m = 0,294 m
7) Kolom ke-7:
E (m) = P/γ +v 2 /2 g+hf
=0,186 +0,145 + 0,92
= 1,251 m
8) Kolom ke-8:
3.Q (m3 /dt ¿ ¿ = A.V
= 0,91046 m2 × 0 ,0000694 m/dt
= 0,000063 m
Tabel 8.8 Tabel kehilangan energy untuk pipa miring
Kecepatan
p/y V2/2g Hf Kumulati E Q Z
No (v)
(m) (m) (m) f (m) (m) (m) (m)
(m/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)
0,00006
1 0,181 0,9733 0,048 0,094 0,094 1,200 0,97
8
0,00006
2 0,188 0,9622 0,047 0,092 0,187 1,105 0,870
7
0,00006
3 0,192 0,8959 0,041 0,080 0,267 1,013 0,780
2
0,00006
4 0,198 0,9422 0,045 0,088 0,355 0,933 0,690
5
0,00006
5 0,206 0,9748 0,048 0,095 0,450 0,844 0,590
8
0,00004
6 0,237 0,6627 0,022 0,044 0,494 0,750 0,490
6
0,00011
7 0,171 1,6863 0,145 0,283 0,777 0,706 0,390
7
Hubungan E dan Q
1.400
1.200
1.000
0.800
E (m)
0.600
0.400
0.200
0.000
40 50 60 70 80 90 00 10 20 30
000 000 000 000 000 000 001 001 001 001
0 0 0 0 0 Q (m³/detik)
0 0 0 0 0
0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0.
B. Pipa Miring
Vrata- rata = 1,0139 m/dt
D = 0,0094 m
Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25,5 = 0,9336 x10-6 m/dt
Re = V.D/T
Re = (1,0139 x 0,0094) / 0,9336 x10-6
Re = 10860,1113
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Turbulen Re >4000
8.6 Kesimpulan
1. Pada pipa datar semakin besar pembacaan manometer air besar kecepatan semakin
kecil, sedangkan pada pipa miring semakin besar pembacaan manometer semakin besar
juga kecepatan.
2. Jenis aliran yang melalui pipa tertutup dengan angka reynold sebesar 10529,627
pada aliran pipa datar termasuk jenis aaliran turbulent, Sedangkan angka reynold sebesar
10860,1113 pada aliran pipa miring termasuk jenis aliran Turbulent.
3. Perbedaan debit pada setiap pipa disebabkan oleh faktor ketelitian dalam
pembacaan alat praktikum.
BAB IX
SALURAN TERBUKA
9.1 Deskripsi
Percobaan Hidrolika saluran terbuka menggunakan flume stan dan lebar 30 cm dan
panjang 5,00 m. Untuk mempelajari sifat-sifat aliran terbuka dengan praktis meliputi
pengukuran kecepatan aliran, perhitungan energi dan penggambaran garis hidrolik serta
garis energi.
9.2 Tujuan
1. Menentukan kecepatan aliran dalam saluran terbuka dan aliran di atas ambang.
2. Menggambarkan garis energi.
3. Mempelajari loncatan air dan fasilitas
4. Peredam energi.
9.3 Peralatan
Bak air
Saluran terbuka dinding kaca (B=0,30 m, L=5,00 m)
Pompa air
Model bendung
Staff pont gauge
Current meter
9.4 Loncatan Hidrolik
9.4.1 Jenis Aliran
Pengaliran dalam saluran terbuka adalah pengaliran air melaui saluran berpenampang
terbuka atau saluran tertutup dengan aliran tidak penuh, sehingga tekanan permukaan air
sama dengan 1 atmosfir.
Aliran saluran terbuka diklasifikasikan menjadi beberapa jenis aliran. Klasifikasi
jenis akiran didasarkan pada perubahan kedalaman aliran terhadap waktu dan ruang.
Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow)
Jenis aliran ini waktu sebagai kriteria. Aliran dalam saluran terbuka diklasifikasikan
tunak (steady) apabila kedalaman aliran tidak berubah selama selang waktu tertentu.
Debit yang mengalir dalam saluran terbuka untuk sembarang jenis aliran dinyatakan
sebagai berikut :
Q = Av
Di mana :
Q = Debit aliran (m3/dt atau lt/dt)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
Untuk jenis aliran tunak debit dianggap konstan sepanjang saluran atau kontinue, sehingga
berlaku hukum kontinuitas :
Q = A1 v1 = A2 v2i
(Indek 1 dan 2 menunjukkan titik tinjauan yang berbeda yaitu titik 1 dan 2)
2. Aliran seragam (uniform flow) dan aliran berubah (varied flow)
Jenis aliran ini ruang sebagai kriteria. Jenis aliran saluran terbuka diklasifikasikan
seragam (uniform) apabila kedalaman aliran sama di setiap titik sepanjang saluran yang
ditinjau.
Sedangkan aliran di sebut berubah (varied) bila kedalaman aliran berubah di sepanjang
saluran. Aliran berubah dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
Aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow)
Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jenis – jenis aliran yaitu:
1. Aliran tunak (steady flow)
Aliran seragam (uniform flow)
Aliran berubah (varied flow)
Aliran berubah lambta-lun (gradually varied flow)
Aliran tiba – tiba (rapidly varied flow)
2. Aliran tak tunak (unsteady flow)
Aliran seragam tak tunak (unsteady uniform flow)
Aliran berubah tak tunak (rapidly varied flow
Aliran tak tunak berubah lambat laun (unsteady gradually varied flow)
Aliran tak tunak berubah tiba –tiba (unsteady rapidly varied flow)
9.4.2 Aliran Di Atas Ambang / Bendung Pelimpah
Untuk fasilitas percobaan disediakan model pelimpah/bendung menurut standar WES
Debit melalui pelimpah/bendung yang dirancang dalam standar WES dirumuskan sebagai
berikut :
Q = C L He3/2
He = Hd + Ha
v2
Ha = 2 g ( = mendekati dan dianggap 1)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit
L = Panjang bendung/pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Teori :
Hidrolika Saluran Terbuka
(Petunjuk Praktikum Hidrolika, Lab. Jalan Raya dan Hidrolika, 2000, Hal. 29 – 34)
9.3 Jenis Aliran
Pengaliran dalam saluran terbuka adalah pengaliran air melaui saluran berpenampang
terbuka atau saluran tertutup dengan aliran tidak penuh, sehingga tekanan permukaan air
sama dengan 1 atmosfir.
Aliran saluran terbuka diklasifikasikan menjadi beberapa jenis aliran. Klasifikasi
jenis akiran didasarkan pada perubahan kedalaman aliran terhadap waktu dan ruang.
Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow)
Jenis aliran ini waktu sebagai kriteria. Aliran dalam saluran terbuka diklasifikasikan
tunak (steady) apabila kedalaman aliran tidak berubah selama selang waktu tertentu.
Debit yang mengalir dalam saluran terbuka untuk sembarang jenis aliran dinyatakan
sebagai berikut :
Q = Av
Di mana :
Q = Debit aliran (m3/dt atau lt/dt)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
Untuk jenis aliran tunak debit dianggap konstan sepanjang saluran atau kontinue, sehingga
berlaku hukum kontinuitas :
Q = A1 v1 = A2 v2i
(Indek 1 dan 2 menunjukkan titik tinjauan yang berbeda yaitu titik 1 dan 2)
Sedangkan jenis aliran disebut tak tunak (unsteady flow) apabila kedalaman aliran
berubah selama selang waktu tertentu.
Aliran seragam (uniform flow) dan aliran berubah (varied flow)
Jenis aliran ini ruang sebagai kriteria. Jenis aliran saluran terbuka diklasifikasikan
seragam (uniform) apabila kedalaman aliran sama di setiap titik sepanjang saluran yang
ditinjau.
Sedangkan aliran di sebut berubah (varied) bila kedalaman aliran berubah di sepanjang
saluran. Aliran berubah dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
Aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow)
Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)
9. Aliran Di Atas Ambang / Bendung Pelimpah
Untuk fasilitas percobaan disediakan model pelimpah/bendung menurut standar WES
Debit melalui pelimpah/bendung yang dirancang dalam standar WES dirumuskan sebagai
berikut :
Q = C L He3/2
He = Hd + Ha
v2
Ha = 2 g ( = mendekati dan dianggap 1)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit
L = Panjang bendung/pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Pengaruh tinggi tekanan percepatan dapat diabaikan apabila tinggi pelimpah/bendung
(h) melebihi 1,33 Hd, dimana didapatkan harga Cd = 4,03 (untuk bendung/pelimpah bagian
hulu tegak). Bendung/pelimpah bagian hulu miring dan perbandingan harga h/Hd ≤ 1,33
dapat diinterpolasi dari grafik terlampir.
9.4.3. Loncatan hidrolik
Perubahan kedalaman aliran dari taraf rendah (super kritis, F > 1) ke taraf tinggi (sub
kritis, F < 1), maka akan menghasilkan peningkatan muka air secara mendadak yang di
sebut loncatan hidrolik (hydraulic jump).
v
Fr =
√ gh
Kondisi awal :
Kedalaman aliran Iinitial depth), Y1
Kecepatan aliran, v1
Energi spesifik, E1
Kondisi setelah loncatan :
Kedalaman turunan (sequent depth), Y2
Kecepatan aliran, v2
Energi spesifik, E2
Persamaan energi,
ΔE = E1− E2
Dimana:
E1 = E2
(Z1 + h1 + ) - (Z2 + h2 + )
Dimana:
Z = tinggi pipa terhadap lantai
h = tinggi air cm
V = kecepatan aliran (cm/dt)
g = 9,81 (m/dt2)
9.5 Tahap dan Cara Percobaan:
1. Mengisi bak tandon air
2. Menghidupkan pompa dan mengatur kran, tunggu sampai aliran konstan dan
terjadi loncatan hidrolik di atas peredam energi pelimpah.
3. Mengukur duga muka air dengan staff point gauge dan kecepatan aliran dihulu
model pelimpah / bendung pengukuran dilakukan pada jarak 150 cm, 100 cm, 75
cm, 50 cm, 40 cm, 30cm, 20 cm, 10 cm, terhadap as/ sumbu pelimpah/ bendung.
a.Pengukuran arah melintang saluran
Disetiap titik pengukuran, dilaksanakan pengukuran 3x kearah melintang
saluran masing – masing 5 cm terhadap dinding kiri saluran, pada as saluran
dan 5 cm terhadap dinding kanan saluran.
b.Pengukuran arah vertikal
Disetap pengukuran, dilakukan pengukuran 3x masing-masing pada kedalaman
0.2h ; 0.6 ; dan 0.8h terhadap permukaan air. Kecepatan rata-rata ;
Vm =
1
4 (V +V +V )
o.2 0.6 0.8
4. Mengukur duga muka air dan kecepatan aliran diatas mercu pelimpah setiap jarak
3 cm dan as pelimpah pengukuran kearah kaki sampai kekaki hilir model
pelimpah. Pengukuran kecepatan dilakukan 3x kearah melintang ( sama dengan
langkah 3 ) dn mengukur kecepatan kearah vertikal 1x pada kedalaman 0.6h dari
permukaan air.
5. Mengukur duga muka air dan kecepatan aliran (seperti langkah 3 dan 4) mulai
kaki model pelimpah kearah kaki pada jarak 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50, 75, 100,
125, 150 cm.
6. Langkah 3 sampai 5 harus dilakukan dengan hati –hati.
9.6 Analisa Hasil Percobaan
Tabel 9.1 Pada Saluran Bagian Hulu
Kecepatan pada 0,2 h Kecepatan pada 0,8 h
No Jarak (cm) Tinggi Air (cm) Rerata Debit cm3 /dt Rerata Debit cm3 /dt
1 2 3 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 10 26 0,1 0,1 0,2 0,133 104,00 0,1 0,1 0,2 0,133 104,00
2 20 25,7 0,2 0,1 0,1 0,133 102,80 0,1 0,1 0,1 0,100 77,10
3 30 25,5 0,1 0,1 0,2 0,133 102,00 0,2 0,1 0,1 0,133 102,00
4 40 25,6 0,1 0,1 0,2 0,133 102,40 0,1 0,1 0,1 0,100 76,80
5 50 25,9 0,2 0,1 0,2 0,167 129,50 0,1 0,1 0,2 0,133 103,60
6 75 25,1 0,1 0,1 0,1 0,100 75,30 0,1 0,1 0,1 0,100 75,30
7 100 25,5 0,2 0,1 0,1 0,133 102,00 0,1 0,1 0,1 0,100 76,50
8 125 25,2 0,1 0,2 0,2 0,167 126,00 0,2 0,1 0,1 0,133 100,80
9 150 24,8 0,2 0,1 0,2 0,167 124,00 0,1 0,1 0,1 0,100 74,40
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 25,7 cm x 0,133 dt
= 102,80 cm3/dt
9) Kolom ke-9:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,1
10) Kolom ke-10:
2.Kecepatan padan 0,8 h = 0,1
11) Kolom ke-11:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,1
12) Kolom ke 12:
Kecepatan pada 0,8 h 0,1+0,1+0,1
2.Rata-rata Hz = = =0,100 dt
3 3
13) Kolom ke 13:
Lebar saluran (b) = 20 cm
Tinggi air(h) = 25,7 cm
Kecepata aliran (v)= 0,100 dt
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 25,7 cm x 0,100 dt
= 77,10 cm3/dt
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 16 cm x 0,133 dt
= 64,00 cm3/dt
9) Kolom ke-9:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,3
10) Kolom ke-10:
2.Kecepatan padan 0,8 h = 0,4
11) Kolom ke-11:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,2
12) Kolom ke 12:
Kecepatan pada 0,8 h 0,3+0,4 +0,2
2.Rata-rata Hz = = =0,30 dt
3 3
13) Kolom ke 13:
Lebar saluran (b) = 20 cm
Tinggi air(h) = 16 cm
Kecepata aliran (v)= 0,30 dt
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 25,7 cm x 0,100 dt
= 76,80 cm3/dt
Tabel 9.3 Tabel data tinggi air melimpah
Kecepatan pada 0,2 h Kecepatan pada 0,8 h
No Jarak (cm) Tinggi Air (cm) Rerata Debit cm3/dt Rerata Debit cm3/dt
1 2 3 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sumbu Mercu 4 0,8 0,7 0,6 0,7 84 0,5 0,6 0,7 0,6 1512
2 Di Bawah Terjun 9 1,4 1,3 1,5 1,4 378 0,5 0,4 0,6 0,5 5670
3 Ditengah Olahkan 11 1,3 1,2 1,4 1,3 429 0,3 0,2 0,1 0,2 2574
4 Di Ujung Olakan 9,5 0,8 0,7 0,9 0,8 228 0,3 0,4 0,2 0,3 2052
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 9 cm x 1,4 dt
= 378 cm3/dt
9) Kolom ke-9:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,5
10) Kolom ke-10:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,4
11) Kolom ke-11:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,6
12) Kolom ke-12:
Kecepatan pada 0,2 h 0,5+0,4+ 0,6
2.Rata-rata Hz = = =1,5 dt
3 3
13) Kolom ke-14:
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air(h) = 9 cm
Kecepata aliran (v)= 0,5 dt
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 9 cm x 0,5 dt
= 5670 cm3/dt
Energi spesifik
Tabel 9.4 Energi spesifik pada bagian hulu
2
No +V
. Tinggi air Kecepatan kecepatan pada V rata-rata E=h ( cm)
(cm) pada 0,2 h 0,8 h (cm/dt) 2. g
1 2 3 4 5 6
1 26 0,133 0,133 0,133 26,00001
2 25,7 0,133 0,100 0,117 25,70001
3 25,5 0,133 0,133 0,133 25,50001
4 25,6 0,133 0,100 0,117 25,60001
5 25,9 0,167 0,133 0,150 25,90001
6 25,1 0,100 0,100 0,100 25,10001
7 25,5 0,133 0,100 0,117 25,50001
8 25,2 0,167 0,133 0,150 25,20001
9 24,8 0,167 0,100 0,133 24,80001
Contoh perhitungan pada tabel 9.6 Energi spesifik pada bagian mercu pelimpah:
1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
2) Kolom ke-2:
2.Titik = dibawah terjun
3) Kolom ke-3:
2.Tinggi air = 9 cm
4) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 1,4
5) Kolom ke-5:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,5
6) Kolom ke-6:
1,4+0,5
2.V rata-rata = =0,95 cm/dt
2
7) Kolom ke-7:
Tinggi air = 9 cm
V rata-rata = 0,95 cm/dt
Grafitasi(g) = 9,81 m/dt2 atau 981 cm/dt2
E = h + V2/2.g
(0,95)2 cm/dt
= 9 cm + = 9,00045999 cm
2× 981 cm/dt 2
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit
L = Panjang bendung/pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Z1 = tinggi pipa terhadap lantai
E = energy spesifik
9.7 Kesimpulan
1. Apabila kecepatan dan tampang aliran diketahui, maka debit aliran dapat
dihitung. Demikian pula jika kecepatan dan debit aliran diketahui maka
dapat dihitung luas tampang aliran yang diperlukan untuk melewatkan debit
tersebut. Jika diketahui tinggi sebesar 25,7 cm, lebar saluran 30 c, dan
waktunya 0,133 dt maka didapat debit sebesar 102,80 cm/det.
2. Jadi apabila dibandingkan didapat besar energi (pada hulu)/sebelum
melewati peredam energi itu lebih besar, daripada besar energi (pada
hilir)/setelah melewati bangunan peredam energi, E1 ¿ E2 = 4,0002 m ¿
9,0004 m.
3. Tinggi tekanan total yang didapat sebesar 9,00045999 cm sehingga debit
yang melalui pelimpah sebesar 47027,71002 cm3/dt
9.8 Daftar Pustaka
(Petunjuk Praktikum Hidrolika, Lab. Jalan Raya dan Hidrolika, 2000, Hal. 35-42)