Anda di halaman 1dari 45

BAB VII

HUKUM BERNOULI

7.1 Deskripsi
Percobaan ini mempelajara sifat-sifat aliran dalam pipa bertekanan dan energi
aliran dengan Hukum Bernouli.

7.2 Teori
Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus di dasarkan pada
hukum Newton II tentang gerak (F = Ma). Persamaan ini diturunkan berdasarkan
anggapan sebagai berikut ini :
1. Zat cair adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi akibat
gesekan adalah nol)
2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair adalah konstan).
3. Aliran adalah kontinyu dan sepanjang garis arus.
4. Kecepatan aliran adalah merata dalam suatu penampang.
5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan
Persamaan Bernoully dapat digunakan untuk menentukan garis tekanan dan tenaga
(gambar 2.7). Garis tenaga dapat ditunjukkan oleh elevasi muka air pada tabung pitot yang
besarnya sama dengan tinggi total dari konstanta Bernoully. Sedang garis tekanan dapat
ditunjukkan oleh elevasi muka air di dalam tabung vertikal yang disambung pada pipa.
p V2

H = Z+  2g

Gambar 7.1. Garis tenaga dan tekanan pada zat cair ideal
Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tetap yang menunjukkan
jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Garis tekanan menunjukkan
jumlah dari tinggi elevasi dan tinggi tekanan Z + P/ yang bisa naik atau turun pada arah
aliran dan tergantung pada luas tampang aliran. Di titik A di mana tampang aliran lebih
kecil dari titik B akan menyebabkan tinggi kecepatan di A lebih besar daripada di B,
mengingat VA lebih besar dari VB. Akibatnya tinggi tekanan di titik A lebih kecil dari B.
Dalam gambar 2.7, karena diameter sepanjang pipa tidak seragam maka garis tekanan
berupa garis lengkung.
Tinggi tekanan di titik A dan B yaitu hA = PA/ dan hB = PB/ adalah tinggi kolom zat
cair yang beratnya tiap satuan luas memberikan tekanan sebesar PA =  hA dan PB =  hB .
Oleh karena itu tekanan P yang ada pada persamaan Bernoully biasa di sebut dengan
tekanan statis.
Aplikasi persamaan Bernoully untuk kedua titik di dalam mesan aliran akan
memberikan :
2 2
p A VA p B VB
 
ZA +  2 g = ZB +  2g

Yang menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan di
kedua titik adalah sama. Dengan demikian garis tenaga pada aliran zat cair ideal adalah
konstan.
7.3 Tujuan
Menyelediki kebenaran “Hukum Bernaoulli” dengan memakai aliran air dalam pipa
terus.

7.4 Peralatan Yang Digunakan :


 Satu set peralatan hukum Bernoulli

7.5 Cara Percobaan


1. Peralatan disetel sehingga terletak mendatar.
2. Isi dengan hati-hati peralatan pipa manometer dengan air untuk mengeluarkan semua
udara dari sistem.
3. Dengan menggunakan feet water dan kontrol aliran sehingga permukaan air dapat
naik turun.
4. Dengan menurunkan permukaan air dipakai pompa tangan untuk menaikan tekanan
udara diatas cairan dalam pipa manometer.
5. Dengan inlet feet dan katup kontrol aliran, menetapkan kombinasi debit dan tekanan
dalam sistem yang akan memberikan dengan tepat perbedaan terbesar antara level
manometer paling tinggi dan paling rendah.
6. Catat pembacaan skala pada setiap (masing-masing) manometer.
7. Ukuran tinggi tekanan pada hypodermik (manometer 7) dengan menggeser probe
untuk lima penampang (penampang 6 sampai 2), guna menghitung kecepatan

teoritis, V = √2g×h
8. Hitung debit air aktual dengan menentukan selang waktu.
9. Tabel analisa perhitungan.

7.6 Dokumentasi

Gambar 7.2 Gambar dokumentasi


7.7 Analisa perhitungan
Tabel 7.1 Tabel Hasil Pengukuran
No Ø pipa Luas Tinggi Debit Jarak Tinggi Kec. Debit
Mano (mm) Pipa Manometer Aktual Probe Manometer Teoritis Teoritis
meter (mm ) 2
(m) (m /dt)
3
(mm) Probe (m) (m/dt) (m3/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 25 490,63 0,222 0,0000463 76,08 0,222 2,085 0,0010
2 13,9 151,67 0,198 0,0000463 15,8 0,184 2,096 0,0003
3 11,9 111,16 0,170 0,0000463 7,4 0,222 2,088 0,0002
4 1,07 98,87 0,145 0,0000463 2,9 0,221 2,080 0,0001
5 10 78,50 0,110 0,0000463 5,0 0,208 2,021 0,0001
6 25 490,63 0,128 0,0000463 65,46 0,156 1,751 0,0008

Contoh Perhitungan Pada Tabel 7.1 Tabel Hasil Pengukuran


1) Kolom ke-1:
Nomer manometer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3. Ø pipa (mm) = 11,9 m
3) Kolom ke-3:
3. Luas Pipa (mm2) = 1/4 × π × D2
= 1/4 ×3,14 ×(11,9 mm)2
= 111,16 mm2
= 0,11116 m2
4) Kolom ke-4:
3. Tingggi Manometer (m) = 0,170 m
5) Kolom ke-5:
3. Debit Aktual (lt/dt) = 4,63 ×10−5
= 0,0000463 lt/dt
6) Kolom ke-6:
3. Jarak Probe (mm) = 7,4 mm
7) Kolom ke-7:
Tinggi manometer probe = 0,222 m
8) Kolom ke-8:
3. Kecepatan Teoritis = √ 2× g× h→ h = tinggi manometer probe dalam (m)
=√ 2× 9,81 m/dt 2 ×0,022
= 2,089 m/dt
9) Kolom ke-9:
3. Debit Teoritis = A.V
= 111,16 mm2 x 2,089 m/dt
= 0,11116 m2 x 2,089 m/dt
= 0,0002 m3/dt

Grafik Hubungan debit aktual dan debit


Teoritis
0.0012
0.001
Debit teoritis (m^3/dt)

0.0010
0.0008
0.0006
0.0004 0.0003
0.0002
0.0000
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
Debit aktual (m^3/dt)

Grafik 7.1 grafik hubungan debit aktual dengan debit teoritis

Tabel 7.2 Tabel Hasil Pengukuran


No
Rata-rata
Volume Rata2 Debit Aktual
Waktu (detik) Debit Aktual
(liter) waktu (m³/detik)
(m³/detik)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


1 1 20 57 81 52,7 1,89873E-05
2 2 68 144 203 138,3 7,22892E-06 1,06805E-05
3 3 80 200 235 171,7 5,82524E-06

Contoh Perhitungan Tabel 1.2 Tabel hasil pengukuran:


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3. Volume = 3 liter
3) Kolom ke-3:
3. Waktu = 80 detik
4) Kolom ke-4:
3. Waktu = 200 detik
5) Kolom ke-5:
3. waktu = 235 detik
6) Kolom ke-6:
t 1 +t 2+t
3. Rata-rata Waktu = 3

3
80 detik +200 detik +235 detik
=
3
515 detik
=
3
= 171,7 detik
7) Kolom ke-7:
1liter
3. Debit Aktual =
rata−rata waktu
0,001m3
=
171,7 detik
= 5,82524E-06
8) Kolom ke-8:
3
((1,89873E-05)+(7,2289E-06)+(5,82524E-06)) m /dt
Rata-Rata debit aktual =
3
= 1,06805E-05 m3 /dt

Tabel 7.3 Tabel Hasil perhitungan

V2 P Hf = 0,00239 x P V2
z+ + +hf
2. g P γ V² γ 2. g
No V (m/dt) (m) (m) (m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 2,085 0,221666667 0,222 0,000222 0,010394349 0,232282682
2 2,085 0,221666667 0,224 0,000224 0,010394349 0,232285016
3 2,175 0,241012625 0,222 0,000222 0,011301516 0,252536474
4 2,364 0,284917154 0,221 0,000221 0,013360278 0,298498099
5 2,795 0,398177033 0,208 0,000208 0,018671238 0,417056605
6 3,906 0,77766298 0,156 0,000156 0,036466017 0,814285330

Contoh Perhitungan Pada Tabel 1.3 tabel hasil perhitungan


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3. Kecepatan Teoritis = 2,175 m/dt
3) Kolom ke-3:

3. Energi Kinetik =
V2
2. g
2
(2,157 m/dt)
= 2
2.× 9,81 m/dt
= 0,241012625 m
4) Kolom ke-4:
3. Tinggi manometer (p) = 0,222 m
5) Kolom ke-5:
P 0,222 m
3. = = 0,000222 m
y 1000 m3
6) Kolom ke-6:
3. Hf = 0,00239 x V2
= 0,00239 x (2,175 m/dt)2
= 0,011301516 m
7) Kolom ke-7:
3. Z + P/ɤ + V²/2.g + Hf (m) = (0,000222 m) + (0,2410126625 m) + (0,011301516 m)
= 0,252536474 m

Hukum Bernoulli (sesuai dengan data) :


Titik 1
V P1 V 2 2 P2
12
+ = +
2. g γ 2.g γ
( 2 ,085 )2 0 ,222 V 2 2 0 ,224
+ = +
2 . 9 ,81 1000 2 .9 , 81 1000
m3
V 2 = 2 , 085
dt
Titik 2
V P 2 V 3 2 P3
22
+ = +
2.g γ 2. g γ
(2 ,085 )2 0 ,224 V 3 0 , 222
+ = +
2 . 9 , 81 1000 2 . 9 , 81 1000
m3
V 3=2 , 175
dt

Titik 3
V P3 V 4 2 P4
32
+ = +
2. g γ 2 . g γ
2 ,175 2 0 , 222 V 4 0 , 221
+ = +
2. 9 , 81 1000 2. 9 , 81 1000
m3
V 4 =2 , 364
dt

Titik 4
V P 4 V 5 2 P5
42
+ = +
2. g γ 2 . g γ
2 ,364 2 0 , 221 V 5 0 , 208
+ = +
2. 9 , 81 1000 2. 9 , 81 1000
m3
V 5 =2 ,795
dt
Titik 5
V P5 V 62 P6
52
+ = +
2. g γ 2 . g γ
2 ,795 2 0 , 208 V 6 0 , 156
+ = +
2. 9 , 81 1000 2. 9 , 81 1000
m3
V 6 =3 , 906
dt

Dimana :
V = Kecepatan
P = Tekanan
7.7 Kesimpulan :
1.Dari hasil percobaan di atas didapatkan debit aktual dengan debit teoritis.
 Hukum Bernouli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan, energi kinetik tiap
volume, dan energi potensial tiap volume disetiap titik sepanjang aliran fluida
adalah sama.
 Jadi kami mendapatkan nilai Z (energi potensial) dengan besar yang relatif sama
pada setiap pengulangan percobaannya, dengan nilai Z terkecil sebesar 0,232282682
m dan nilai terbesarnya sebesar 0,814285330 m. Serta didapatkan rata rata dari seluruh
hasil Z sebesar 0,374490701 m. Maka dengan besar Nilai Z (Energi Potensial) yang relatif
sama, membuktikan bahwa Hukum Bernouli adalah benar.

7.8 Daftar pustaka


(Hidraulika I, Bambang Triatmodjo, 1995, Hal. 121 – 124)
BAB VIII
PERCOBAAN VIII
HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP

8.1. Diskripsi
Percobaan hidrolika saluran tertutup dimaksudkan untuk mempelajari sifat-sifat
aliran melalui pipa bertekanan tentang gesekan kekasaran pipa dan kehilangan energi, garis
energi, pengukuran debit aliran dalam pipa.
8.2 Dasar Teori
Pengaliran dalam saluran tertutup (pipa) adalah pengaliran air melalui saluran yang
berpenampang tetap, memenuhi seluruh penampang dan tekanan air lebih dari 1 atmosfir.
Air yang mengalir dalam saluran dapat digolongkan dalam beberapa tipe aliran,
yaitu:
1. Uniform Flow
Aliran air disebut uniform bila kecepatan partikel-partikel air pada setiap sepanjang
saluran adalah sama
2. Aliran Non Uniform Flow
Aliran air disebut Non Uniform Flow bila kecepatan partikel-partikel air berubah-ubah
pada setiap titik di sepanjang saluran
3. Steady Flow
Aliran disebut dengan aliran Steady flow bila debit yang mengalir / melalui suatu titik
persatuan waktu terhadap tetap
4. Unsteady Flow
Aliran air disebut Unsteady flow bila debit yang melalui suatu titik persatuan waktu
berubah-ubah
5. Laminair Flow
Aliran air disebut laminair bila setiap partikelnya mempunyai lintasan tertentu, tidak
saling memotong
6. Turbulent Flow
Aliran disebut turbulent bila partikel-parikel air tidak mempunyai lintasan aliran tertentu
dan saling berpotongan satu sama lain
7. Compressible Flow
Aliran disebut compressible flow bila kerapatan air selama mengalir berubah semakin
besar
8. Incompressible Flow
Aliran air dapat disebut Incompressible Flow bila kerapatan air selama mengalir tidak
berubah
9. Rotational Flow
Aliran disebut rotational bila sepanjang aliran pratikel-partikel alirannya mempunyai
kecepatan sudut pada titik-titik tertentu
10. In Rotational Flow
Aliran disebut in rorational flow bila sepanjang aliran partikel-partikel airnya
memepunyai kecepatan sudut pada titik-titik terntentu
Dalalm sistem aliran tertutup (pipa) terdapat 3 unsur yang sangat menentukan sifat-
sifat aliran yaitu :
 Diameter pipa
 Kekentalan zat cair (viscositas)
 Kecepatan aliran air dalam pipa
Jenis aliran dalam pipa termasuk aliran laminair atau turbulent ditentukan berdasarkan
Angka Reynold (NR), yang dirumuskan sebagai berikut :
Fi
NR =
Fv

Dimana :
F1 =  . v . a
F1 =  . L3 . ( )
L
T
2

F1 =  . L2 . ( )
L2
T2
F1 =  . L2 . v2
Fv =  . A

Fv =  . ( dvdy ) . L 2

Fv =  . v . L
2
ρ.L .v ρ.v . L
NR = −
μ.v .L μ
Bila L = D, maka :
ρ .v. D μ
NR = : v=
μ ρ
v .D
Jadi NR =
v
Dimana :
NR = Angka Reynold
F1 = Gaya Inersia (Inersia Force), N
Fv = Gaya Fiscositas (Viscous Force), N
 = Berat volume air , kg/m3
V = Volume air, m3
A = percepatan aliran pipa aliran
f = Koefisien geseran pipa
 = Viskositas kinematik, m2 /dt
 = Viskositas dinamik, m/dt
v = Kecepatan aliran, m/dt

Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent atau sebaliknya adalah dengan
melalui kondisi transisi yang disebut dengan batas kritis . Nilai batas kritis perubahan aliran
dari laminair menjadi turbulent, tidak sama besarnya dengan perubahan dari turbulent
menjadi laminair. Menurut hasil percobaan Reynold :
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent : Nilai NR = 3000
Perubahan aliran dari turbulent menjadi laminair : Nilai NR = 2100

Laminair
Transisi

2100 3000

Zone Transisi

Gambar 8.1 gambar Distribusi Angka Reynold

Dengan percobaan yang lebih teliti, zone transisi berkisar pada angka Reynold dari 3000
sampai 4000.
1. Energi Hidrolik
Energi hidrolik (hydraulic energy) adalah kemampuan air untuk melakukan usaha.
Sedangkan usaha merupakan jumlah energi yang bekerja per satuan waktu.
Ada dua macam energi hidrolik yaitu energi kinetik dan energi potensial.
a. Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi akibat dari aliran air dalam pipa dirumuskan :
EK = v2/2 . g
Dimana :
EK = Energi kinetik hidrolis, m
v = Kecepatan aliran, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m2/dt
b. Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan yang bekerja dalam
air atau energi yagn di hasilkan oleh adanya selisih ketinggian (elevasi).
1. Energi potensial tekanan
Energi potensial tekanan merupakan energi yagn dimiliki oleh partikel partikel air
yang berada dalam tekanan yang bersesuaian.
Dirumuskan :
Ep = p/w
Dimana :
Ep = energi potensial tekanan, m
P = tekanan, kg/m2
W = berat volume air, kg/m3
2. Energi potensial ketinggian
Energi potensial ketinggian merupakan energi potensial yang dimiliki oelh partikel
air terhadap garis persamaan (datum) yang ditentukan . energi potensial ketinggian
diberi notasi 2 dengan satuan m.
Total energi hidrolis aliran dalalm pipa pada suatu titik energi dirumuskan seagai
berikut :
V2 P
H=z+ +
2.. g W

Garis energi Garis hidrolik

V12/2g hf

V22/2g
P1/pg

P2/pg = W

Z1
Datum Z2

Gambar 8.2 Gambar Garis Tenaga Dan tekanan pada zat cair ideal

Menurut hukum kekentalan energi : pada setiap titik sepanjang aliran dalam
pipa, energi hidrolis adalah konstan. Pengurangan atau kehilangan energi akan
dirubah dalam bentuk energi lain, sehingga untuk persamaan energi untuk titik 1 dan
titik 2 sebagai berikut :
2 2
P1 v1 p2 V 2
Z1 + + =Z 2+ + +h f
w 2g w 2g
Dimana :
Z = Jarak vertikal dari pipa terhadap garis persamaan, m
P = Tekanan dalam, Kg/m2
w = Berat volume air, kg/m3
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
hf = Kehilangan energi, m

1. Kehilangan energi
Dalam saluran tertutup (pipa) aliaran air mengalami hambatan-hambatan atau kehilangan
energi karena kekasaran pipa, turbulensi aliran dan kehilangan energi diartiakan dalam
kehilangan kecepatan.
Kehilangan energi dalam saluran tertutup di klasifikasikan dalam 2 macam yaitu :
a. Kehilangan energi minor (minor losses)
 Kehilangan energi minor adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh :
1. Perluasan penampang mendadank (student enlargement)
2. Penyempitan penampang mendadak ( student contraction)
3. Pemasukan dalam pipa (entrance to pipe)
4. Keluaran dari pipa
5. Belokan pipa (charge of pipa)
6. Halangan dalam aliran (obtraction int the path of pipe)
7. Penyempitan penampang secara teratur
8. Perluasan penampang secara teratur tinggi (gradual enlargenment)
9. Kehilangan tinggi di katup dan krane (pipe fitting)
b. Kehilangan energi mayor (mayor losses)
Ada dua persamaan yang dapat digunakan untujk menghitung kehilangan energi
mayor, yaitu :
 Persamaan Darcy Weisbach
 Persamaan Chezy
1. Persamaan Darcy Weisbach
Kehilangan energi mayor menurut Darcy Weisbach dirumuskan sebagai berikut :
2
4. F . L. V
Hf =
2. g . D
hf : 0,005 (L + 1/12 D), untuk pipa baru (halus)
hf : 0,01 (L + 1/12 D), untuk pipa lama (kasar)
Dimana :
hf = Kehilangan energi mayor, m
f = Koefisienb geseran pipa
L = Panjang pipa, m
v = Kecepatan air, m/dt
g = Percepatan grafitasi, m/dt2
D = Diameter pipa, m

2. Persamaan De Chezy
Kehilangan aliran dalam pipa menurut De Chezy adalah sebagai berikut :

Hf =
4. F . L. V 2
v =
4. g .d . hf
v =
√2 ⥂.. g √ m. i i = h f
2. g . D 4. f . d f 4L L
Dimensi jari-jari hidrolis :
1/4. D 2
m = A/Pm = m = D/4
D

Sehingga :
2. g 2. g
v = . m. ic = v = c . m . i
f f
Dimana :
i = Kemiringan tekanan hidrolis
m = Jari-jari hidrolis, m
A = Luas penampang pipa, m2
D = Keliling penampang pipa, m
C = Koefisien De Chezy,
√ m
dt
V = Kecepatan aliran, m/dt

8.3. Maksud

1. Menentukan garis hidrolik dan garis energi


2. Menghitung kehilangan energi
3. Menentukan tipe aliran
4. Menentukan debit aliran

A
K J Kolam
Sirkulasi
(bawah
Bak 3
I tanah)

BA CB
A
DC
BA Pipa
Pompa
Datar
Sirkulasi
Pipa
Miring
G L
Sungai Brantas

Bak 2
Manometer
H
Ambang Bak 1 G
Segitiga B 1 D1 D2 B 2

E
F
Gambar 8.3. Hidrolika Saluran Tertutup (baru)
Keterangan gambar :
A = Saluran dari pipa pusat
B, B1, B2 = Katub inlet ke bak penampung 1
C = Katub ke kolam sirkulasi
D, D1, D2 = Katub inlet dari aliran pompa sirkulasi ke bak penampung 1
E, F = Katub outlet bak 1 ke sungai brantas
G, H = Katub outlet bak 2 ke sungai brantas
I, J = Katub outlet bak 3 ke sungai brantas
L = Katub outlet kolam sirkulasi
K = Katub outlet bak 3 ke arah kolam sirkulasi

8.4 Pelaksanaan Percobaan


Lakukan satu diantara dua langkah berikut :
A. Langsung dari pipa saluran air pusat
B. Melalui pompa sirkulas
A. Langsung dari pipa saluran air pusat (hal ini dilakukan apabila listrik dalam keadaan
mati/pompa sirkulasi rusak))
1. Buka katub B, B1 dan B2 untuk mengalirkan air langsung dari saluran air pusat,
tunggu air sampai tercukupi (jangan sampai meluap).
2. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub J pelan-pelan
dan cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan keseimbangan air
lihat pada ambang .
3. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
a. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak 5 kali.
b. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5, pipa
muka dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu kurang
lebih 5 menit.
4. Ukur diameter pipa luar dan dalam
5. Ukur panjang pipa ruas 1 s/d 7
6. Ukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan

B. Melalui pompa sirkulasi


1. Pastikan bahwa kolam sirkulasi telah terisi air dengan membuka katub C. Apabila
kolam sudah terisi sebelumnya maka hal tersebut tidak perlu dilakukan.
2. Buka katub D, D1, D2 dan Hidupkan pompa sirkulasi (posisi ON)
3. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub K pelan-pelan
dan cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan keseimbangan air
lihat pada ambang .
4. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
c. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak 5 kali.
d. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5, pipa
muka dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu kurang
lebih 5 menit.
2. Ukur diameter pipa luar dan dalam
3. Ukur panjang pipa ruas 1 s/d 7
4. Ukur ssuhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan
8.5 Analisa Data dan Hasil Percobaan
Hasil Percobaan:
Tabel 8.1Hasil Pengukuran Diameter Pipa
Diameter Diameter
Ruas
No Luar Dalam Keterangan
Pipa
(m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 R1 - R2 0,0098 0,0094
2 R2 - R3 0,0098 0,0094
Diameter pipa
3 R3 - R4 0,0098 0,0094
dianggap
4 R4 - R5 0,0098 0,0094
sama
5 R5 - R6 0,0098 0,0094
6 R6 - R7 0,0098 0,0094
Rata-
  0,0098 0,0094  
rata
Contoh perhitungan tabel 81. Tabel Hasil Pengukuran Diameter Pipa :
1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3.Ruas pipa = R3 –R4
3) Kolom ke-3:
3.Diameter Luar Pipa = 0,0098 m
4) Kolom ke-4:
3.Diameter Dalam Pipa = 0,0094 m
5) Kolom ke-5:
3.Keterangan = Diameter pipa dianggap sama

Tabel 8.2 Hasil Pengukuran Suhu Air


No Suhu
Ruas pipa Keterangan
t(C)°
(1) (2) (3) (4)
1 Sebelum Percobaan 25
Diukur dengan
2 Saat Percobaan 23
termometer
3 Sesudah Percobaan 24
  Rata-rata 24  

Contoh Perhitungan tabel 8.2 Tabel pengukuran suhu Air


1) Kolom ke-1 :
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2 :
3.Ruas Pipa = Sesudah Percobaan
3) Kolom ke-3 :
3.Suhu t(C)° = 24 t(C)°
4) Kolom ke-4 :
3.Keterangan = Diukur dengan Termometer
Tabel 8.3 Tabel Hasil Pengukuran Panjang Pipa

Ruas Panjang Pipa miring Panjang Pipa datar


No Keterangan
Pipa (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 R1 - R2 0,916   0,913  
2 R2 - R3 1,000   1,000   Data
3 R3 - R4 0,998   1,020   didapatkan
4 R4 - R5 1,020   1,000   dari Hasil
5 R5 - R6 0,947   1,000   Praktikum
6 R6 - R7 0,869   0,930  
Rata -rata 0,958   0,977  
Contoh Perhitungan Tabel 8.3 Tabel Hasil Pengukuran Panjang Pipa
1) Kolom ke-1 :
Nomor kolom 3
2) Kolom ke-2 :
3.Ruas Pipa = R3-R4
3) Kolom ke-3 :
3.Ruas pipa (m) Miring = 0,998 m
4) Kolom ke-4 :
3.Panjang Pipa (m) Datar = 1,020 m
5) Kolom ke-5 :
3.Keterangan = Data didapatkan dari hasil praktikum

Tabel 8.4 Hasil Pembacaan Alat Ukur Thomson(Point Gauge)


Tinggi
Dasar Mercu Keteranga
No Air
Thomson (mm) n
H(m)
(1) (2) (3) (4)
1 R1- R2 100
Diukur saat
2 R2- R3 105
praktikum
3 R3 - R4 110
  Rata-rata 105  

Contoh Perhitungan Tabel 8.4 Tabel Hasil Pembacaan Ukur Thomson (Point Gauge )
1) Kolom ke-1:
Nomor kolom 3
2) Kolom ke-2:
3.Dasar Mercu Thomson (mm) = R3-R4
3) Kolom ke-4:
3.Tinggi Air H (m) = 110
4) Kolom ke-5:
3.Keterangan = Diukur saat praktikum

Tabel 8.5 Hasil Pembacaan Manometer Pipa Datar

 Pipa Datar
No Pembacaan Manometer Air Tidak
Pembacaan Mannometer Air Mengalir
Pip Mengalir
a 1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata
(1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1 12,5 17,5 22 17,33 13 17,5 22,1 17,53
2 13 17,1 22,4 17,50 12 17 22,2 17,07
3 14 18,7 23,1 18,60 11,3 17,1 22,8 17,07
4 14,5 19 23,5 19,00 11,5 16,8 23,1 17,13
5 15 19,5 24,1 19,53 13,1 17,1 22 17,40
6 19,8 22,6 27,8 23,40 20,9 23,8 26,5 23,73
7 12 17,1 22,5 17,20 12,5 16,9 21,9 17,10

Contoh perhitungan pada Tabel 8.5 hasil pembacaan manometer datar :

1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 14
3) Kolom ke-3:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir =18,7
4) Kolom ke-4:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 23,1
5) Kolom ke-5:
14+18,7+23,1 55,8
3.Rerata = = = 18,60
3 3

6) Kolom ke-6:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 11,3

7) Kolom ke-7:
3..Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir=17,1

8) Kolom ke-8:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 22,8

9) Kolom ke-9:
11,3+17,1+ 22,8 51,2
3. Rerata = = = 17,07
3 3

Tabel 8.6 Hasil Pembacaan Manometer Pipa Miring

 Pipa Miring
Pembacaan Manometer Air Tidak
No Pembacaan Mannometer Air Mengalir
Mengalir
Pip
a Rerat
1 2 3 Rerata 1 2 3
a
 (1) (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9) 
1 13,5 17,9 23 18,13 12,1 17 22 17,03
2 14,6 18,6 23,2 18,80 12,1 17 22,1 17,07
3 14,9 18,9 23,8 19,20 12,3 17 22,5 17,27
4 15,8 19,5 24 19,77 12,5 17,1 22,5 17,37
5 16,9 20,1 24,8 20,60 12,5 17,2 22,4 17,37
6 20,9 23,8 26,5 23,73 19,8 22,6 27,8 23,40
7 12,5 16,9 21,9 17,10 12 17,1 17,1 15,40

Contoh Perhitungan pada tabel 8.6 Hasil Pembacaan Manometer Pipa Miring:

1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3

2) Kolom ke-2:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 14,9

3) Kolom ke-3:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir =18,9

4) Kolom ke-4:
3.Pembacaan Manometer Air Mengalir = 23,8

5) Kolom ke-5:
14,9+18,9+23,8 57,6
3.Rerata = = = 19,20
3 3

6) Kolom ke-6:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 12,3

7) Kolom ke-7:
3..Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir=17

8) Kolom ke-8:
3.Pembacaan Manomater Air Tidak Mengalir = 22,5

9) Kolom ke-9:
12,3+17+22,5 51,8
3. Rerata = = = 17,27
3 3

Tabel 8.7 Tabel Kehilangan Energy untuk Pipa Datar

Kecepatan
p/y V2/2g Hf Kumulati E Q
No (v)
(m) (m) (m) f (m) (m) (m)
(m/dt)
 (1) (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8) 
1 0,173 0,9733 0,155 0,098 0,098 1,248 0,000068
2 0,175 1,0306 0,164 0,110 0,208 1,259 0,000072
3 0,186 0,91046 0,145 0,086 0,294 1,251 0,000063
4 0,190 1,02992 0,164 0,110 0,404 1,274 0,000071
5 0,195 0,96890 0,154 0,097 0,501 1,270 0,000067
6 0,234 0,59419 0,095 0,037 0,538 1,249 0,000041
7 0,172 1,52044 0,242 0,240 0,778 1,334 0,000106
Hubungan E dan Q
1.360
1.340
1.320
1.300
1.280
E (m)

1.260
1.240
1.220
1.200
0.0000300.0000400.0000500.0000600.0000700.0000800.0000900.0001000.000110
Q (m³/detik)

Grafik 8.1 Hubungan E dan Q pipa datar

Contoh perhitungan tabel 8.7 Kehilangan Energi untuk pipa datar:


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
p 18,60
3. ¿ =0,186 m
y 100
3) Kolom ke-3:
V 22 P2 V 23 P3
3. Kecepatan (m/dt) = Z1 + + =Z 2 + + +hf ; (Z1 = Z2)
2g ϒ 2g ϒ
2
2
V
= 0,164 + 0,175= 3 + 0,186+¿0,098
19,62 19,62
= 0,91046 m/dt
4) Kolom ke-4:
0,91046 m/dt
3. V2/2.g (m) = =0,145 (m)
19,62
5) Kolom ke-5:
4. f . L. V 2 4 × 0,00489× 0,977 ×0,91046 2
3.Hf (m) = = = =0,086 m
2. g . D 2× 9,81× 0,094

6) Kolom ke-6:
3.Hf Komulatif (m) = Hf2 + V2/2.g
= 0,086 m + 0,207 m = 0,294 m
7) Kolom ke-7:
E (m) = P/γ +v 2 /2 g+hf
=0,186 +0,145 + 0,92
= 1,251 m
8) Kolom ke-8:
3.Q (m3 /dt ¿ ¿ = A.V
= 0,91046 m2 × 0 ,0000694 m/dt
= 0,000063 m
Tabel 8.8 Tabel kehilangan energy untuk pipa miring
Kecepatan
p/y V2/2g Hf Kumulati E Q Z
No (v)
(m) (m) (m) f (m) (m) (m) (m)
(m/dt)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)
0,00006
1 0,181 0,9733 0,048 0,094 0,094 1,200 0,97
8
0,00006
2 0,188 0,9622 0,047 0,092 0,187 1,105 0,870
7
0,00006
3 0,192 0,8959 0,041 0,080 0,267 1,013 0,780
2
0,00006
4 0,198 0,9422 0,045 0,088 0,355 0,933 0,690
5
0,00006
5 0,206 0,9748 0,048 0,095 0,450 0,844 0,590
8
0,00004
6 0,237 0,6627 0,022 0,044 0,494 0,750 0,490
6
0,00011
7 0,171 1,6863 0,145 0,283 0,777 0,706 0,390
7
Hubungan E dan Q
1.400

1.200

1.000

0.800
E (m)

0.600

0.400

0.200

0.000
40 50 60 70 80 90 00 10 20 30
000 000 000 000 000 000 001 001 001 001
0 0 0 0 0 Q (m³/detik)
0 0 0 0 0
0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0.

Grafik 8.2 Grafik Hubungan E dan Q Pipa Miring


Contoh perhitungan tabel 8.8 Kehilangan Energi untuk pipa datar:
1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 3
2) Kolom ke-2:
p 19,20
3. ¿ =0,192 m
y 100
3) Kolom ke-3:
2 2
V P V p
3. Kecepatan (m/dt) = Z1 + 2 + 2 =Z 2 + 3 + 3 +hf ; (Z1 = Z2)
2g ϒ 2g ϒ
V 23
= 0,870+0,047 +0,188= + 0,192+ ¿0,092
19,62
= 0,8959 m/dt
4) Kolom ke-4:
0,8959 m/dt
3. V2/2.g (m) = =0,014 (m)
19,62
5) Kolom ke-5:
2 2
4. f . L. V 4 × 0,00489× 0,958 ×0,8959
3.Hf (m) = = = =0,080 m
2. g . D 2× 9,81× 0,094
6) Kolom ke-6:
3.Hf Komulatif (m) = Hf2 + V2/2.g
= 0,187 m + 0,080 m = 0,294 m
7) Kolom ke-7:
E (m) = P/γ +v 2 /2 g+hf
=0,192 m +0,041 m + 0,780
= 1,013 m
8) Kolom ke-8:
3.Q (m3 /dt ¿ ¿ = A.V
= 0,8959 m2 × 0 ,0000694 m/dt
= 0,000062 m
9) Kolom ke -9:
3.Jarak vertikal dari pipa terhadap persamaan garis (Z) = 0,780 m
- Bilangan Reynold
A. Pipa datar
 Vrata- rata = 1,0040 m/dt
 D = 0,094 m
 Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25 = ¿ ¿
= 0,9535 ×10−6 m/ dt
Re = V.D/T
Re = (1,0040 m/dt x 0,0094 m) / 0,9535 x10-6 m/dt
Re = 10529,627
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Turbulen Re >4000

B. Pipa Miring
 Vrata- rata = 1,0139 m/dt
 D = 0,0094 m
 Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,897x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T25,5 = 0,9336 x10-6 m/dt
Re = V.D/T
Re = (1,0139 x 0,0094) / 0,9336 x10-6
Re = 10860,1113
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Turbulen Re >4000

8.6 Kesimpulan
1. Pada pipa datar semakin besar pembacaan manometer air besar kecepatan semakin
kecil, sedangkan pada pipa miring semakin besar pembacaan manometer semakin besar
juga kecepatan.
2. Jenis aliran yang melalui pipa tertutup dengan angka reynold sebesar 10529,627
pada aliran pipa datar termasuk jenis aaliran turbulent, Sedangkan angka reynold sebesar
10860,1113 pada aliran pipa miring termasuk jenis aliran Turbulent.
3. Perbedaan debit pada setiap pipa disebabkan oleh faktor ketelitian dalam
pembacaan alat praktikum.

8.7 Daftar pustaka


(Hidraulika 1 , Bambang Triadmodjo, 1995, Hal. 141-161)

BAB IX
SALURAN TERBUKA
9.1 Deskripsi
Percobaan Hidrolika saluran terbuka menggunakan flume stan dan lebar 30 cm dan
panjang 5,00 m. Untuk mempelajari sifat-sifat aliran terbuka dengan praktis meliputi
pengukuran kecepatan aliran, perhitungan energi dan penggambaran garis hidrolik serta
garis energi.
9.2 Tujuan
1. Menentukan kecepatan aliran dalam saluran terbuka dan aliran di atas ambang.
2. Menggambarkan garis energi.
3. Mempelajari loncatan air dan fasilitas
4. Peredam energi.
9.3 Peralatan
 Bak air
 Saluran terbuka dinding kaca (B=0,30 m, L=5,00 m)
 Pompa air
 Model bendung
 Staff pont gauge
Current meter
9.4 Loncatan Hidrolik
9.4.1 Jenis Aliran
Pengaliran dalam saluran terbuka adalah pengaliran air melaui saluran berpenampang
terbuka atau saluran tertutup dengan aliran tidak penuh, sehingga tekanan permukaan air
sama dengan 1 atmosfir.
Aliran saluran terbuka diklasifikasikan menjadi beberapa jenis aliran. Klasifikasi
jenis akiran didasarkan pada perubahan kedalaman aliran terhadap waktu dan ruang.
Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow)
Jenis aliran ini waktu sebagai kriteria. Aliran dalam saluran terbuka diklasifikasikan
tunak (steady) apabila kedalaman aliran tidak berubah selama selang waktu tertentu.
Debit yang mengalir dalam saluran terbuka untuk sembarang jenis aliran dinyatakan
sebagai berikut :
Q = Av
Di mana :
Q = Debit aliran (m3/dt atau lt/dt)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
Untuk jenis aliran tunak debit dianggap konstan sepanjang saluran atau kontinue, sehingga
berlaku hukum kontinuitas :
Q = A1 v1 = A2 v2i
(Indek 1 dan 2 menunjukkan titik tinjauan yang berbeda yaitu titik 1 dan 2)
2. Aliran seragam (uniform flow) dan aliran berubah (varied flow)
Jenis aliran ini ruang sebagai kriteria. Jenis aliran saluran terbuka diklasifikasikan
seragam (uniform) apabila kedalaman aliran sama di setiap titik sepanjang saluran yang
ditinjau.
Sedangkan aliran di sebut berubah (varied) bila kedalaman aliran berubah di sepanjang
saluran. Aliran berubah dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
 Aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow)
 Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jenis – jenis aliran yaitu:
1. Aliran tunak (steady flow)
 Aliran seragam (uniform flow)
 Aliran berubah (varied flow)
 Aliran berubah lambta-lun (gradually varied flow)
 Aliran tiba – tiba (rapidly varied flow)
2. Aliran tak tunak (unsteady flow)
 Aliran seragam tak tunak (unsteady uniform flow)
 Aliran berubah tak tunak (rapidly varied flow
 Aliran tak tunak berubah lambat laun (unsteady gradually varied flow)
 Aliran tak tunak berubah tiba –tiba (unsteady rapidly varied flow)
9.4.2 Aliran Di Atas Ambang / Bendung Pelimpah
Untuk fasilitas percobaan disediakan model pelimpah/bendung menurut standar WES

(Waterways Experiment Station  U.S. Army Corps of Engineer).

Debit melalui pelimpah/bendung yang dirancang dalam standar WES dirumuskan sebagai
berikut :
Q = C L He3/2
He = Hd + Ha
v2
Ha =  2 g ( = mendekati dan dianggap 1)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit
L = Panjang bendung/pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

Teori :
Hidrolika Saluran Terbuka
(Petunjuk Praktikum Hidrolika, Lab. Jalan Raya dan Hidrolika, 2000, Hal. 29 – 34)
9.3 Jenis Aliran
Pengaliran dalam saluran terbuka adalah pengaliran air melaui saluran berpenampang
terbuka atau saluran tertutup dengan aliran tidak penuh, sehingga tekanan permukaan air
sama dengan 1 atmosfir.
Aliran saluran terbuka diklasifikasikan menjadi beberapa jenis aliran. Klasifikasi
jenis akiran didasarkan pada perubahan kedalaman aliran terhadap waktu dan ruang.
Aliran tunak (steady flow) dan aliran tak tunak (unsteady flow)
Jenis aliran ini waktu sebagai kriteria. Aliran dalam saluran terbuka diklasifikasikan
tunak (steady) apabila kedalaman aliran tidak berubah selama selang waktu tertentu.
Debit yang mengalir dalam saluran terbuka untuk sembarang jenis aliran dinyatakan
sebagai berikut :
Q = Av
Di mana :
Q = Debit aliran (m3/dt atau lt/dt)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dt)
Untuk jenis aliran tunak debit dianggap konstan sepanjang saluran atau kontinue, sehingga
berlaku hukum kontinuitas :
Q = A1 v1 = A2 v2i
(Indek 1 dan 2 menunjukkan titik tinjauan yang berbeda yaitu titik 1 dan 2)
Sedangkan jenis aliran disebut tak tunak (unsteady flow) apabila kedalaman aliran
berubah selama selang waktu tertentu.
Aliran seragam (uniform flow) dan aliran berubah (varied flow)
Jenis aliran ini ruang sebagai kriteria. Jenis aliran saluran terbuka diklasifikasikan
seragam (uniform) apabila kedalaman aliran sama di setiap titik sepanjang saluran yang
ditinjau.
Sedangkan aliran di sebut berubah (varied) bila kedalaman aliran berubah di sepanjang
saluran. Aliran berubah dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
 Aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow)
 Aliran berubah lambat laun (gradually varied flow)
9. Aliran Di Atas Ambang / Bendung Pelimpah
Untuk fasilitas percobaan disediakan model pelimpah/bendung menurut standar WES

(Waterways Experiment Station  U.S. Army Corps of Engineer).

Debit melalui pelimpah/bendung yang dirancang dalam standar WES dirumuskan sebagai
berikut :
Q = C L He3/2
He = Hd + Ha
v2
Ha =  2 g ( = mendekati dan dianggap 1)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit
L = Panjang bendung/pelimpah (m)
He = Tinggi tekanan total (m)
Hd = Tinggi tekanan air (m)
Ha = Tinggi tekanan kecepatan (m)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Pengaruh tinggi tekanan percepatan dapat diabaikan apabila tinggi pelimpah/bendung
(h) melebihi 1,33 Hd, dimana didapatkan harga Cd = 4,03 (untuk bendung/pelimpah bagian
hulu tegak). Bendung/pelimpah bagian hulu miring dan perbandingan harga h/Hd ≤ 1,33
dapat diinterpolasi dari grafik terlampir.
9.4.3. Loncatan hidrolik
Perubahan kedalaman aliran dari taraf rendah (super kritis, F > 1) ke taraf  tinggi (sub
kritis, F < 1), maka akan menghasilkan peningkatan muka air secara mendadak yang di
sebut loncatan hidrolik (hydraulic jump).
v
 Fr =
√ gh
Kondisi awal :
 Kedalaman aliran Iinitial depth), Y1
 Kecepatan aliran, v1
 Energi spesifik, E1
Kondisi setelah loncatan :
 Kedalaman turunan (sequent depth), Y2
 Kecepatan aliran, v2
 Energi spesifik, E2
Persamaan energi,
ΔE  = E1− E2
Dimana:
E1 = E2
(Z1 + h1 + ) - (Z2 + h2 + )
Dimana:
Z = tinggi pipa terhadap lantai
h = tinggi air cm
V = kecepatan aliran (cm/dt)
g = 9,81 (m/dt2)
9.5 Tahap dan Cara Percobaan:
1. Mengisi bak tandon air
2. Menghidupkan pompa dan mengatur kran, tunggu sampai aliran konstan dan
terjadi loncatan hidrolik di atas peredam energi pelimpah.
3. Mengukur duga muka air dengan staff point gauge dan kecepatan aliran dihulu
model pelimpah / bendung pengukuran dilakukan pada jarak 150 cm, 100 cm, 75
cm, 50 cm, 40 cm, 30cm, 20 cm, 10 cm, terhadap as/ sumbu pelimpah/ bendung.
a.Pengukuran arah melintang saluran
Disetiap titik pengukuran, dilaksanakan pengukuran 3x kearah melintang
saluran masing – masing 5 cm terhadap dinding kiri saluran, pada as saluran
dan 5 cm terhadap dinding kanan saluran.
b.Pengukuran arah vertikal
Disetap pengukuran, dilakukan pengukuran 3x masing-masing pada kedalaman
0.2h ; 0.6 ; dan 0.8h terhadap permukaan air. Kecepatan rata-rata ;

Vm =
1
4 (V +V +V )
o.2 0.6 0.8

4. Mengukur duga muka air dan kecepatan aliran diatas mercu pelimpah setiap jarak
3 cm dan as pelimpah pengukuran kearah kaki sampai kekaki hilir model
pelimpah. Pengukuran kecepatan dilakukan 3x kearah melintang ( sama dengan
langkah 3 ) dn mengukur kecepatan kearah vertikal 1x pada kedalaman 0.6h dari
permukaan air.
5. Mengukur duga muka air dan kecepatan aliran (seperti langkah 3 dan 4) mulai
kaki model pelimpah kearah kaki pada jarak 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50, 75, 100,
125, 150 cm.
6. Langkah 3 sampai 5 harus dilakukan dengan hati –hati.
9.6 Analisa Hasil Percobaan
Tabel 9.1 Pada Saluran Bagian Hulu
Kecepatan pada 0,2 h Kecepatan pada 0,8 h
No Jarak (cm) Tinggi Air (cm) Rerata Debit cm3 /dt Rerata Debit cm3 /dt
1 2 3 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 10 26 0,1 0,1 0,2 0,133 104,00 0,1 0,1 0,2 0,133 104,00
2 20 25,7 0,2 0,1 0,1 0,133 102,80 0,1 0,1 0,1 0,100 77,10
3 30 25,5 0,1 0,1 0,2 0,133 102,00 0,2 0,1 0,1 0,133 102,00
4 40 25,6 0,1 0,1 0,2 0,133 102,40 0,1 0,1 0,1 0,100 76,80
5 50 25,9 0,2 0,1 0,2 0,167 129,50 0,1 0,1 0,2 0,133 103,60
6 75 25,1 0,1 0,1 0,1 0,100 75,30 0,1 0,1 0,1 0,100 75,30
7 100 25,5 0,2 0,1 0,1 0,133 102,00 0,1 0,1 0,1 0,100 76,50
8 125 25,2 0,1 0,2 0,2 0,167 126,00 0,2 0,1 0,1 0,133 100,80
9 150 24,8 0,2 0,1 0,2 0,167 124,00 0,1 0,1 0,1 0,100 74,40

Contoh Perhitungan Pada Tabel 9.1 pada saluran bagian hulu:


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
2) Kolom ke-2:
2.Jarak = 20 cm
3) Kolom ke-3:
2.Tinggi Air = 25,7 cm
4) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,2 h= 0,2
5) Kolom ke-5:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 0,1
6) Kolom ke-6:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 0,1
7) Kolom ke-7:
Kecepatan pada 0,2 h 0,2+0,1+0,1
2.Rata-rata Hz = = =0,133 dt
3 3
8) Kolom ke-8:
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air(h) = 25,7 cm
Kecepata aliran (v)= 0,133 dt

2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 25,7 cm x 0,133 dt
= 102,80 cm3/dt
9) Kolom ke-9:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,1
10) Kolom ke-10:
2.Kecepatan padan 0,8 h = 0,1
11) Kolom ke-11:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,1
12) Kolom ke 12:
Kecepatan pada 0,8 h 0,1+0,1+0,1
2.Rata-rata Hz = = =0,100 dt
3 3
13) Kolom ke 13:
Lebar saluran (b) = 20 cm
Tinggi air(h) = 25,7 cm
Kecepata aliran (v)= 0,100 dt

2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 25,7 cm x 0,100 dt
= 77,10 cm3/dt

Tabel 9.2 Pada Saluran Bagian Hilir


Kecepatan pada 0,2 h Kecepatan pada 0,8 h
No Jarak (cm) Tinggi Air (cm) Rerata Debit cm3/dt Rerata Debit cm3/dt
1 2 3 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 10 17 0,2 0,1 0,2 0,167 85,00 0,5 0,6 0,4 0,50 144,50
2 20 16 0,2 0,1 0,1 0,133 64,00 0,3 0,4 0,2 0,30 76,80
3 30 16,5 0,1 0,2 0,1 0,133 66,00 0,6 0,5 0,4 0,50 136,13
4 40 17 0,1 0,2 0,2 0,167 85,00 0,2 0,3 0,1 0,20 57,80
5 50 17,5 0,2 0,1 0,1 0,133 70,00 0,1 0,1 0,2 0,13 40,83
6 75 17 0,2 0,1 0,2 0,167 85,00 0,2 0,1 0,3 0,20 57,80
7 100 18 0,2 0,1 0,1 0,133 72,00 0,2 0,1 0,3 0,20 64,80
8 125 17,5 0,1 0,1 0,2 0,133 70,00 0,3 0,1 0,2 0,20 61,25
9 150 18 0,2 0,2 0,2 0,200 108,00 0,2 0,1 0,3 0,20 64,80

Contoh Perhitungan Pada Tabel 9.2 pada saluran bagian hilir:


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
2) Kolom ke-2:
2.Jarak = 20 cm
3) Kolom ke-3:
2.Tinggi Air = 16 cm
4) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,2 h= 0,2
5) Kolom ke-5:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 0,1
6) Kolom ke-6:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 0,1
7) Kolom ke-7:
Kecepatan pada 0,2 h 0,2+0,1+0,1
2.Rata-rata Hz = = =0,133 dt
3 3
8) Kolom ke-8:
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air(h) = 16 cm
Kecepata aliran (v)= 0,133 dt

2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 16 cm x 0,133 dt
= 64,00 cm3/dt
9) Kolom ke-9:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,3
10) Kolom ke-10:
2.Kecepatan padan 0,8 h = 0,4
11) Kolom ke-11:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,2
12) Kolom ke 12:
Kecepatan pada 0,8 h 0,3+0,4 +0,2
2.Rata-rata Hz = = =0,30 dt
3 3
13) Kolom ke 13:
Lebar saluran (b) = 20 cm
Tinggi air(h) = 16 cm
Kecepata aliran (v)= 0,30 dt
2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 25,7 cm x 0,100 dt
= 76,80 cm3/dt
Tabel 9.3 Tabel data tinggi air melimpah
Kecepatan pada 0,2 h Kecepatan pada 0,8 h
No Jarak (cm) Tinggi Air (cm) Rerata Debit cm3/dt Rerata Debit cm3/dt
1 2 3 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sumbu Mercu 4 0,8 0,7 0,6 0,7 84 0,5 0,6 0,7 0,6 1512
2 Di Bawah Terjun 9 1,4 1,3 1,5 1,4 378 0,5 0,4 0,6 0,5 5670
3 Ditengah Olahkan 11 1,3 1,2 1,4 1,3 429 0,3 0,2 0,1 0,2 2574
4 Di Ujung Olakan 9,5 0,8 0,7 0,9 0,8 228 0,3 0,4 0,2 0,3 2052

Contoh perhitungan tabel 9.3 Tabel data air melimpah :


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
2) Kolom ke-2:
2.Jarak = dibawah terjun
3) Kolom ke-3:
2.Tinggi Air = 9 cm
4) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 1,4
5) Kolom ke-5:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 1,3
6) Kolom ke-6:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 1,5
7) Kolom ke-7:
Kecepatan pada 0,2 h 1,4+1,3+1,5
2.Rata-rata Hz = = =1,4 dt
3 3
8) Kolom ke-8:
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air(h) = 9 cm
Kecepata aliran (v)= 1,4 dt

2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 9 cm x 1,4 dt
= 378 cm3/dt
9) Kolom ke-9:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,5
10) Kolom ke-10:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,4
11) Kolom ke-11:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,6
12) Kolom ke-12:
Kecepatan pada 0,2 h 0,5+0,4+ 0,6
2.Rata-rata Hz = = =1,5 dt
3 3
13) Kolom ke-14:
Lebar saluran (b) = 30 cm
Tinggi air(h) = 9 cm
Kecepata aliran (v)= 0,5 dt

2.Debit = b x h x v
= 30 cm x 9 cm x 0,5 dt
= 5670 cm3/dt
 Energi spesifik
Tabel 9.4 Energi spesifik pada bagian hulu

2
No +V
. Tinggi air Kecepatan kecepatan pada V rata-rata E=h ( cm)
(cm) pada 0,2 h 0,8 h (cm/dt) 2. g

1 2 3 4 5 6
1 26 0,133 0,133 0,133 26,00001
2 25,7 0,133 0,100 0,117 25,70001
3 25,5 0,133 0,133 0,133 25,50001
4 25,6 0,133 0,100 0,117 25,60001
5 25,9 0,167 0,133 0,150 25,90001
6 25,1 0,100 0,100 0,100 25,10001
7 25,5 0,133 0,100 0,117 25,50001
8 25,2 0,167 0,133 0,150 25,20001
9 24,8 0,167 0,100 0,133 24,80001

Contoh perhitungan tabel 9.4 Energi spesifik pada bagian hulu:


1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
2) Kolom ke-2:
2.Tinggi Air = 25,7 cm
3) Kolom ke-3:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 0,133
4) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,100
5) Kolom ke-5:
0,133+0,100
2.V rata-rata = =0,117 cm/dt
2
6) Kolom ke-6:
Tinggi air = 25,7 cm
V rata-rata = 0,117
Grafitasi(g) = 9,81 m/dt2 atau 981 cm/dt2
E = h + V2/2.g
(0,117)2cm/dt
= 25,7 cm + = 25,70001 cm
2× 981 cm/dt 2
Tabel 9.5 Energi spesifik bagian hilir
No. Tinggi air Kecepatan kecepatan pada V rata-rata +V2
E=h (cm)
(m) pada 0,2 h 0,8 h (cm/dt) 2. g
1 2 3 4 5 6
1 17 0,167 0,50 0,084 17,000057
2 16 0,133 0,30 0,067 16,000024
3 16,5 0,133 0,50 0,067 16,500051
4 17 0,167 0,20 0,084 17,000017
5 17,5 0,133 0,13 0,067 17,500009
6 17 0,167 0,20 0,084 17,000017
7 18 0,133 0,20 0,067 18,000014
8 17,5 0,133 0,20 0,067 17,500014
9 18 0,200 0,20 0,101 18,000020
Contoh perhitungan tabel 9.4 Energi spesifik pada bagian hilir:
7) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
8) Kolom ke-2:
2.Tinggi Air = 16 cm
9) Kolom ke-3:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 0,133
10) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,30
11) Kolom ke-5:
0,133+0,30
2.V rata-rata = =0,067 cm/dt
2
12) Kolom ke-6:
Tinggi air = 16 cm
V rata-rata = 0,067
Grafitasi(g) = 9,81 m/dt2 atau 981 cm/dt2
E = h + V2/2.g
(0,067) 2cm/dt
= 16 cm + 2 = 16,000024 cm
2× 981 cm /dt

Tabel 9.6 Energi spesifik pada bagian mercu pelimpah


kecepata
Tinggi Air kecepatan V rata-
No Titik n pada E=h+V^2/(2.g)(cm)
(cm) pada 0,2h rata(cm/dt)
0,8 h
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sumbu
1 4 0,7 0,6 0,65 4,000215341
Mercu
Dibawa
2 9 1,4 0,5 0,95 9,00045999
h Terjun
Di
3 Tengah 11 1,3 0,2 0,75 11,0002867
olakan
Di ujung
4 9,5 0,8 0,3 0,55 9,500154179
olakan

Contoh perhitungan pada tabel 9.6 Energi spesifik pada bagian mercu pelimpah:
1) Kolom ke-1:
Nomer baris ke 2
2) Kolom ke-2:
2.Titik = dibawah terjun
3) Kolom ke-3:
2.Tinggi air = 9 cm
4) Kolom ke-4:
2.Kecepatan pada 0,2 h = 1,4
5) Kolom ke-5:
2.Kecepatan pada 0,8 h = 0,5
6) Kolom ke-6:
1,4+0,5
2.V rata-rata = =0,95 cm/dt
2
7) Kolom ke-7:
Tinggi air = 9 cm
V rata-rata = 0,95 cm/dt
Grafitasi(g) = 9,81 m/dt2 atau 981 cm/dt2
E = h + V2/2.g
(0,95)2 cm/dt
= 9 cm + = 9,00045999 cm
2× 981 cm/dt 2

 Debit melalui pelimpah


Contoh perhitungan baris 2
(V) rata-rata pada dibawah terjun = 0,95 m/dt
(g) gravitasi = 9,81 m/dt2 atau 981 cm/dt2
V2 (0,95)2cm/ dt
 Ha = α × =1 × =¿ 0,00045999cm
2×g 2 ×981 cm/dt
Tinggi tekanan air (Hd) = 9 cm
Tinggi tekanan kecepatan Ha = 0,00045999 cm
 He = Hd + Ha
= 9 cm + 0,00045999 cm
= 9,00045999 cm
Koefisien debit (C) = 4,03
Lebar bending (L) = 30 cm
Tinggi garis energy = 9,00045999 cm
 Q = C x L x He3/2
= 4,03 x 30 cm x (9,00045999)3/2 cm
= 4,03 x 30 cm x 364,5558916
= 47027,71002 cm3/dt
 Persamaan energi Hilir
Z1 = 18, Z2 = 0
∆E = E1 – E2
2 2
v v
= (Z1 + h1 + 1 ) - (Z2 + h2 + 2 )
2g 2g
0.21721 cm /dt 0.317 22 cm/dt
= (18 + 16 cm + ) - ( 0 + 17 cm + )
2 x 981 cm/dt 2 2 x 981 cm/dt 2
= ( 18 + 12.5 cm + 0,000046 dt) – ( 12 cm + 0,000032 dt)
= 17,00007522
 Panjang loncatan air (Lj)
Lj = 6,90 x (h2 – h1)
= 6,90 x (11 cm – 5cm )
= 41,4 cm

 Tinggi loncatan air (Hj)


Hj = h1 – h2
= 11 cm – 5 cm
= 6 cm

 Menentukan tipe aliran :


 Aliran air hulu pada kedalaman 25,7 cm
v 0.177 cm/dt 0,1 cm /dt
Fr = = = = 0,000629 cm/dt
√ gh √ 981cm/dt 2 x 25,7 cm 158,781cm 2/ dt 2
F < 1 maka tipe alirannya adalah subkritis
 Aliran air hilir pada kedalaman 16 cm
v 0.217 cm/dt 0,217 cm/dt
Fr = = = = 0,001732 cm/dt
√ gh √ 981cm/dt 2 x 16 cm 125,283 cm2/dt 2
Fr < 1 maka tipe alirannya adalah subkritis

 Aliran air pelimpah pada kedalaman 9cm


v 0.95 cm/dt 0,95 cm /dt
Fr = = = =¿ 0,01011047 cm/dt
√ gh √ 981cm/dt 2 x 9 cm 93,962 cm2/ dt 2
Fr < 1 maka tipe alirannya adalah subkritis

Dimana :
Q  =  Debit (m3/dt)
C  =  Koefisien debit
L  =  Panjang bendung/pelimpah (m)
He  =  Tinggi tekanan total (m)
Hd  =  Tinggi tekanan air (m)
Ha  =  Tinggi tekanan kecepatan (m)
v  =  Kecepatan aliran (m/dt)
g =  Percepatan gravitasi (m/dt2)
Z1 = tinggi pipa terhadap lantai
E = energy spesifik
9.7 Kesimpulan
1. Apabila kecepatan dan tampang aliran diketahui, maka debit aliran dapat
dihitung. Demikian pula jika kecepatan dan debit aliran diketahui maka
dapat dihitung luas tampang aliran yang diperlukan untuk melewatkan debit
tersebut. Jika diketahui tinggi sebesar 25,7 cm, lebar saluran 30 c, dan
waktunya 0,133 dt maka didapat debit sebesar 102,80 cm/det.
2. Jadi apabila dibandingkan didapat besar energi (pada hulu)/sebelum
melewati peredam energi itu lebih besar, daripada besar energi (pada
hilir)/setelah melewati bangunan peredam energi, E1 ¿ E2 = 4,0002 m ¿
9,0004 m.
3. Tinggi tekanan total yang didapat sebesar 9,00045999 cm sehingga debit
yang melalui pelimpah sebesar 47027,71002 cm3/dt
9.8 Daftar Pustaka
(Petunjuk Praktikum Hidrolika, Lab. Jalan Raya dan Hidrolika, 2000, Hal. 35-42)

Anda mungkin juga menyukai