2
• Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan
dengan dua cara:
4
• persamaan (menurut YB Francis) adalah
sebagai berikut:
k 1 0,116 1 λ 0,1
• k : koefisien pelampung
• λ : kedalaman tangkai (h) per kedalaman air
(d)
• λ : h/d
• Pada angka-angka λ yang tertentu, koefisien k
dapat dihitung:
5
• λ 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 0,99
• k 0,954 0,961 0,968 0,975 0,981 1,000
6
• Gambar Pelampung Tongkat
• MA
• d h
•
7
• b. Pengukuran Dengan Current Meter
• Kecepatan aliran biasanya diukur dengan
menggunakan alat ukur current meter (alat ukur
kecepatan aliran yang berbentuk propeler). Alat
berbentuk propeler tersebut dihubungkan
dengan kotak pencatat (alat monitor yang akan
mencatat jumlah putaran
• selama propeler tersebut berada di dalam air)
kemudian dimasukkan ke dalam sungai yang
akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor
alat tersebut menyerupai sirip dan akan
berputar karena gesekan aliran air sungai.
8
• Pengukuran biasanya dilakukan dengan
membagi kedalaman sungai menjadi beberapa
bagian dengan lebar permukaan yang
berbeda. Kecepatan aliran sungai pada setiap
bagian diukur sesuai dengan kedalaman,
misalnya pada kedalaman 0,6 atau kedalaman
rata-rata antara 0,2 dan 0,8.
• Kecepatan aliran dihitung berdasarkan
jumlah putaran baling-baling (cup) per waktu
putarannya (n). Persamaan kecepatan aliran
adalah sebagai berikut:
9
• V=an+b
10
• Vs
• 0,2d V0,2
• d d
•
• 0,6d V0,6
• 0,8d V0,8
• Vb
• Gambar: Distribusi Kecepatan Aliran
11
• Pemilihan jumlah vertikal yang akan diukur
pada prinsipnya didasarkan atas:
a) bentuk dan ukuran penampang sungai,
b) sifat aliran,
c) waktu yang tersedia.
Pada sungai yang konfigurasi dasarnya tidak
teratur sebaiknya lebih rapat dari pada yang
teratur. Dari hasil pengukuran kecepatan aliran
pada masing-masing vertikal, dihitung debit
aliran pada masing-masing seksi. Debit total
(debit sungai) merupakan total debit seksi.
12
• Pengukuran debit dapat dilakukan dengan
cara Midsection (Gambar-1) dan Mean-section
(Gambar-2).
• n-1 n n+1
• bn bn+1
• dn-1
• dn dn+1
•
• n-1 n n+1
• bn bn+1
• dn-1 dn
• dn+1
15
dn dn1
an bn1
2
vn vn 1
qn an
2
Qn q1 q2 q3 ....... qn
• Lebar satu sub-seksi ditentukan oleh dua
pengukuran vertikal yang bersebelahan (dn dan dn+1)
16
• 2. Slope Area Method
• Prakiraan besarnya debit dengan pendekatan
slope-area method akan memberikan hasil
yang memadai apabila pemilihan badan air
yang akan diprakirakan kecepatan airnya
memiliki aliran yang kurang lebih seragam.
Artinya, lebar dan kedalaman aliran,
kecepatan aliran, kedalaman dasar sungai, dan
kemiringan dasar permukaan sungai/saluran
air relatif seragam atau tidak berubah secara
mencolok (Asdak, 2002)
17
• Cara ini mendasarkan pada rumus Manning:
1 2/3 1/2
V R S
n
Q AV
1 2/3 1/2
QA R S
n
• n : koefisien
• S : gradien permukaan air
• V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)
19
• 3. Metode Larutan (Delution Methods)
• Pengukuran debit dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, pewarna atau radioaktif
sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran
airnya tidak beraturan (turbulent). Menurut
Church, (1974) dalam Gordon et al., (1992)
dalam Asdak, (2002), untuk maksud-maksud
pengukuran hidrologi, bahan-bahan tersebut
di atas seyogyanya dalam bentuk:
a) mudah larut dalam air sungai,
b) bersifat stabil,
20
• c) mudah dikenali dalam konsentrasi rendah,
• d) tidak meracuni biota perairan dan tidak
menimbulkan dampak negatif yang permanen
pada badan perairan,
• e) relatif tidak mahal.
21
• Metode larutan didasarkan pada perhitungan
perbedaan konsentrasi ion yang terkandung
dalam air dan menggunakan alat Electric
Conductivity Meter (EC-Meter). Dalam pengu-
kuran digunakan garam dapur (NaCl), yang
mudah didapat dan tidak berpengaruh
terhadap tanaman maupun ikan.
• Ada dua cara perhitungan debit:
Metode Injeksi tetap.
Qq
c1 c2
c 2 c0
22
• Q : debit sungai (m3/detik)
• Q : debit injeksi larutan
• c0 : konsentrasi air sungai awal (tanpa larutan)
• c1 : konsentrasi larutan
• c2 : konsentrasi sungai setelah bercampur
larutan
24
• Konsentrasi
• b=a+c
• b
• a c2 c
• c0 waktu
• T 25