Anda di halaman 1dari 14

STRUKTUR BETON TAHAN GEMPA

 Gempa Rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, agar probabilitas
terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50 tahun

lihat animasi klik disini

 Akibat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus


mampu berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
 Untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya
keruntuhan struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang
diharapkan, pengaruh Gemppa Rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu Faktor
Keutamaan I menurut persamaan:

I = I1, I2

Tabel 1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan


PERKEMBANGAN PERATURAN BETON DAN GEMPA DI INDONESIA
- GEMPA

 PPTGIUG 1983
 PPKGURG SKB 1987
 TCPKGURG SNI 1726-89
 TCPKGUBG SNI 03-1726-2002

- BETON

 PBI 1955
 PBI 1971 NI 2
 TCPKGUBG SK.SNI T-15-91
 SNI-03-2847-1992
 TCPSBUBG SNI 03-2847-2002

FILOSOFI DESAIN

BANGUNAN:

DAPAT MENAHAN GEMPA KECIL DAN SEDANG TANPA KERUSAKAN


DAPAT MENAHAN GEMPA KUAT TANPA RUNTUH, TAPI TERJADI
KERUSAKAN STRUKTUR. JADI BOLEH TERJADI KERUSAKAN TAPI
TIDAK BOLEH ADA KORBAN JIWA
DEFINISI DAKTAIL
adalah Kemampuan deformasi inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang berarti
STRUKTUR DAKTAIL
adalah Kemampuan struktur mengalami deformasi inelastis lateral (du) yang besar tanpa
kehilangan kestabilan
DAKTILITAS DEFINISI:
Kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara
berulang kali dan bolak-balik akibat gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga
struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang
keruntuhan, atau perbandingan simpangan antara simpangan maksimum rencana dengan
simpangan leleh awal.
Daktilitas pada elemen struktur dapat dicapai hanya jika unsur pokok dari materialnya
sendiri daktail.
KONSEP DAKTILITAS STRUKTUR:
Pertimbangan utama dalam perencanaan struktur tahan gempa adalah kemampuan struktur
untuk berdeformasi daktail, dengan jalan memencarkan energi (mendisipasikan energi).
Untuk menggambarkan prinsip ini dapat ditinjau struktur yang berupa suatu sistem dengan
satu derajat kebebasan.

Lihat gambar dibawah


PERILAKU STRUKTUR DENGAN SATU DERAJAT KEBEBASAN TERHADAP
GEMPA
Respon yang bersifat ELASTIS MURNI ditunjukkan pada gambar (a), dimana bidang abc
menunjukkan besarnya energi potensial yang disimpan pada saat perpindahan maksimum, dan
pada saat masa kembali ke posisi nol (setimbang) energi akan diubah menjadi energi kinetik.
Jika struktur tidak cukup kuat untuk menerima beban elastis secara penuh maka akan terbentuk
SENDI PLASTIS dan responnya akan berubah menjadi ELASTO PLASTIS

Ketika kapasitas sendi plastis tercapai, respon perpindahan akan mengikuti garis d e, dan titik d
menunjukkan batas elastis dan kemudian struktur berdeformasi hingga titik e pada gaya geser yang
menunjukkan kapasitas momen sendi plastis. Pada kasus ini energi potensial yang disimpan pada
perpindahan maksimum ditunjukkan oleh bidang efg, karena energi yang ditunjukkan oeh daerah
adeg dipencarkan oleh sendi plastis yang berubah menjadi panas atau bentuk lain.
STRUKTUR ELASTIS:
Semua energi yang tersimpan dirubah kembali menjadi energi kinetik.
STRUKTUR DAKTAIL:
Ada sebagian energi yang dipencarkan
FAKTOR DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG m Adalah :
Rasio antara simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi diambang
keruntuhan (dm) dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama (d y) di
dalam struktur gedung.

Tabel 2 Parameter daktilitas struktur gedung

Tabel 3 Faktor Daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa

maksimum,faktor tahanan lebih struktur dan faktor


tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan
subsistem struktur gedung
Tabel Lanjutan :
Apabila Vn adalah pembebanan gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana yang harus ditinjau
dalam perencanaan struktur gedung, maka berlaku hubungan sebagai berikut:

Dimana:
f1 = Faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam
struktur gedung dan nilainya ditetapkan sebesar:
f1 = 1,6
dan R disebut faktor reduksi gempa menurut persamaan:
1,6 £ R = m . f1 £ Rm
Dalam persamaan diatas R = 1,6 adalah faktor reduksi gempa untuk struktur gedung yang berperilaku
elastik penuh, sedangkan Rm adalah faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem
struktur yang bersangkutan.

TINGKAT DAKTILITAS STRUKTUR SESUAI SNI 03-1726-2002

1. ELASTIK PENUH
2. DAKTAIL PARSIAL
3. DAKTAIL PENUH

ELASTIK PENUH:
Struktur beton diproporsikan sedemikian rupa sehingga ketentuan tambahan atas penyelesaian detail
struktur sangat sedikit, struktur sepenuhnya berperilaku ELASTIS. m = 1,0 : R = 1,6
DAKTAIL PARSIAL :
Seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor daktilitas diantara untuk struktur gedung
yang elastik penuh sebesar m = 1 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar m = 5,3. Nilai
faktor reduksi R = 1,5 – 5,0 Struktur beton diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian detail
khusus yang memungkinkan struktur memberikan respon inelastik terhadap sebuah siklis yang bekerja
tanpa mengalami keruntuhan getas.
DAKTAIL PENUH:
Suatu tingkat daktilitas struktur gedung, dimana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik
pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor
daktilitas sebesar m = 5,3, Nilai faktor reduksi R = 8,5.Struktur beton diproporsikan berdasarkan suatu
ketentuan penyelesaian detail khusus yang memungkinkan struktur memberikan respons inelastik
terhadap beban siklis yang bekerja dan mampu menjamin pengembangan mekanisme SENDI PLASTIS
dengan kapasitas disipasi energi yang diperlukan tanpa mengalami keruntuhan.

Jenis tanah dan perambatan gelombang gempa


Tabel 4 Jenis-jenis tanah
Wilayah gempa dan spektrum respons
Tabel 5 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-
masing Wilayah Gempa Indonesia
Tabel 6 Spektrum respons gempa rencana

PENGARUH GEMPA VERTIKAL

Faktor Respons Gempa Vertikal Cv harus dihitung menurut persamaan:


Cv = Y . Ao . I
Dimana koefisien Y bergantung pada wilayah gempa tempat struktur gedung berada menurut Tabel 7. Ao
adalah percepatan puncak muka tanah menurut tabel 5, sedangkan I adalah Faktor Keutamaan gedung
menurut Tabel 1
Eksentrisitas pusat massa terhadap pusat rotasi lantai tingkat
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila
ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada arah
pembebanan gempa, dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai berikut:
Untuk 0 < e £ 0,3 b:
ed = 1,5 e + 0,05 b
atau
ed = e – 0,05 b
Dan dipilih diantara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur
gedung yang ditinjau
untuk e > 0,3 b :
ed = 1,33 e + 0,1 b
atau
ed = 1,17 e – 0,1 b
Dan dipilih diantara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur
gedung yang ditinjau

SENDI PLASTIS
TITIK LELEH YANG TERJADI PADA SUATU STRUKTUR YANG BISA MENGALAMI
SIMPANGAN-SIMPANGAN PLASTIS SECARA BERULANG DAN BOLAK-BALIK
Perencanaan Kapasitas
Struktur gedung harus memenuhi persyaratan “kolom kuat balok lemah”, artinya ketika struktur gedung
memikul pengaruh Gempa Rencana, sendi-sendi plastis di dalam struktur gedung tersebut hanya boleh
terjadi pada ujung-ujung balok dan pada kaki kolom serta kaki dinding geser saja. Implementasi
persyaratan ini di dalam perencanaan struktur beton dan struktur baja ditetapkan dalam standar beton dan
standar baja yang berlaku.

Desain Kapasitas

 Mekanisme keruntuhanyang dapat menghasilkan pengerahan daktilitas secara maksimal adalah


yang menghasilkan pola pembentukan sendi-sendi plastis pada ujung-ujung balok dan tidak pada
kolom-kolom kecuali pada kakinya.
 Desain kapasitas meninjau struktur yang sudah mencapai keadaan diambang keruntuhan, yaitu
agar sendi plastis pada ujung-ujung alok dapat terbentuk dengan baik tanpa baloknya sendiri
gagal lebih dahulu dalam geser, apalagi kolom dan panel pertemuannya gagal lebih dahulu dalam
lentur atau geser.
 Karena tujuan dari desain adalah untuk mencciptakan kapasitas kolom dan panel pertemuannya
yang relatif lebih besar daripada kapasitas baloknya yaitu untuk mencapai konsep “KOLOM
KUAT BALOK LEMAH” maka metode desain ini disebut DESAIN KAPASITAS

Perencanaan struktur gedung beraturan


Beban gempa nominal statik ekuivalen

 Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal


akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah struktur
tersebut, berupa beban gempa nominal.
 Apabila kategori gedung memiliki Faktor Keutamaan I menurut Tabel 1 dan strukturnya
untuk suatu arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan Gempa Rencana
memiliki faktor reduksi gempa R dan waktu getar alami fundamental T1, maka beban geser dasar
nominal statik ekuivalen V yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan:

dimana:
C1 = nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons
I = Faktor Keutamaan gedung
R = Faktor Reduksi Gempa
Wt = Berat total gedung
Beban geser nominal V harus dibagikan sepanjang struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik
ekuivalen F1 yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan:

dimana:
Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai
zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan
lateral
n = nomor lantai tingkat paling atas
Waktu getar alami fundamental
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat
ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut:

MENGAPA MERENCANAKAN STRUKTUR BANGUNAN UNTUK TETAP BERPERILAKU


ELASTIK AKIBAT GEMPA RENCANA ADALAH SANGAT TIDAK EKONOMIS?
Merencanakan struktur bangunan gedung untuk berperilaku elastik akibat Gempa Rencana (GR (200
tahun) memang termasuk tang diatur dalam SNI 2847, yaitu untuk struktur dengan tingkat daktilitas 1.
Struktur demikian adalah sangat aman, karena akibat Gempa Rencana (GR) Struktur tersebut belum
runtuh. Struktur baru akan runtuh oleh gempa yang lebih besar daripada GR setelah terjadi plastifikasi
dalam berbagai unsurnya. Dengan demikian adalah lebih kecil dari 20% selama 50 tahun umur
manfaatnya.
Inilah sebabnya mengapa pada struktur elastik hanya diperlukan pendetailan sekedarnya yang tidak diatur
dengan ketat. Inilah juga sebabnya mengapa dalam SNI 2847 ditetapkan bahwa segala hal tulangan yang
terpasang didalam struktur tidak perlu lebih daripada yang diperlukan untuk menahan GR dalam keadaan
elastik.

Jelas kiranya bahan merencanakan struktur banhunan untuk tetap berperilaku elastik akibat GR adalah sangat
TIDAK EKONOMIS dan karenanya tidak dilakukan. Disini kita tidak memanfaatkan daktilitas yang terjadi
didalam struktur.

Seperti diketahui, daktilitas adalah: Kemampuan suatu struktur untuk menyimpang jauh melampaui simangan
pada batas elastisitasnya tanpa runtuh dan faktor daktilitas m adalah rasio antara simpangan maksimum
yang dapat dicapai oleh suatu struktur sebelum runtuh dan simpangan pada batas elastisitasnya.

Kecuali kalau terpaksa karena keadaan, seyogyanya kita selalu memanfaatkan ketersediaan daktilitas
didalam struktur bangunan. Lebih dari itu, kita harus merencanakan struktur bangunan-bangunan kita itu
agar mampu mengerahkan daktilitasnya semaksimal mungkin. Didalam SNI 2847 struktur-struktur
demikian tergolong kedalam jenis stuktur dengan TD 3

EFEK P-Delta
Adalah gejala timbulnya beban lateral tambahan akibat momen guling tingkat yang terjadi akibat
bergesernya titik tangkap beban grafitasi oleh pengaruh beban lateral.
Pengaruh P-Delta telah banyak dipelajari, namun pedomannya masih terbatas. Untungnya, akibat gempa
kuat biasanya tidak menentukan desain

Anda mungkin juga menyukai