Study Perencanaan Struktur Gedung Lantai Tinggi (Kantor PT. Halim Sakti
Jl. HR Muhammad Surabaya) dengan Special Moment Resisting Frame
ABSTRAK
Pada tahun 2003 telah terbit dua peraturan terbaru yaitu SNI 03-2847-2002
tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung dan SNI 03-
1762-2002 tentang Tata Cara Perencanan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung.
Dua peraturan ini berbeda dengan peraturan sebelumnya terutama dalam mendesain
gedung dalam wilayah zone gempa tinggi. Perubahan peraturan ini dimaksud untuk
meingikuti perkembangan ilmu dan tehnologi yang berkembang pesat dimana setelah
kejadian gempa Northridge California tahun 1994 dan gempa Hyogoken Nambu Kobe
tahun 1995.Kedua peraturan ini mengambil ketentuan dan persyaratan dari UBC 1997
untuk pedoman ketahan gempa dan ACI 318 tahun 1999 dan ACI 318 1002 untuk
pendetailan elemen struktur. Dengan memakai kedua peraturan tersebut perilaku
struktur akibat gempa besar yang diperkirakan berulang dalam krun waktu 500 tahun
dapat memberikan kenyamanan terhadap penghuni gedung.
Sesuai dengan judul skripsi ini penyusun bertujuan untuk lebih
mengetahui tentang peraturan baru penulis mencoba mengetahui lebih dalam dengan
mencoba merancang kembali gedung PT Halim Sakti Jl HR Muhamad Surabaya
menggunakan peraturan baru tersebut dengan tujuan agar bisa menerapkan kedua
peraturan .
Special Moment resisting frame (SMRF) atau disebut juga Sistem Rangka
pemikul momen khusus (SRPMK) yang di dalam peraturan Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung terbaru SNI 03-2847-2002, adalah salah satu sistem
perhitungan struktur yang digunakan untuk merencanakan gedung bertingkat pada daerah
zone gempa tinggi. Dan dalam perancangan bangunan gedung ini akan menggunakan sistem
tersebut diatas.
Untuk memenuhi tujuan judul diatas, maka diasumsikan bahwa gedung
tersebut didirikan pada zone gempa 5 diatas tanah lunak, sedangkan letak existing
bangunan tersebut menurut peraturan gempa yang terbaru yaitu SNI 03-1726-2002,
daerah Surabaya masuk dalam zone gempa 4 ( resiko gempa menengah).
Perancangan bangunan gedung ini dengan sistem Special Moment Resisting
Frame menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002 untuk perhitungan struktur beton dan SNI
03-1762-2002 untuk Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa.
Kata kunci : SMRF, SNI 03-2847-2002, SNI 03-1726-2002, analisa static ekuivalen 3
dimensi sengan program bantu SAP 2000
PENDAHULUAN
Salah satu kriteria dalam merencanakan struktur bangunan bertingkat banyak atau
Multi Storey Building adalah kekuatan dan perilaku yang baik pada struktur akibat
beberapa tahapan pembebanan. Salah satu tahapan pembebanan yang kritis adalah
pembebanan gempa. Akibat gempa bumi yang terjadi, struktur akan berespon
2 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
terhadap gaya yang bekerja padanya sesuai dengan tingkat kekakuan struktur
tersebut hingga mencapai keruntuhannya.
Pada tahun 2003 telah muncul peraturan baru yaitu SNI 03-2847-2002 tentang Tata
cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung. Peraturan ini berbeda
dengan peraturan yang lama terutama tentang desain beton bertulang tahan gempa.
Pada peraturan ini dikenalkan beberapa sistem perencanaan bangunan gedung
tahan gempa.
Salah satu sistem struktur yang dipakai dalam perencanaan bangunan tahan gempa
adalah Special Moment Resisting Frame dimana dalam peraturan baru SNI 03-
2847-2002 dikenal dengan nama Sistem Rangka Pemikul momen khusus.
1.2 Permasalahan
Pada penulisan laporan teknik ini permasalahan yang akan diketengahkan dalam
perencanaan gedung Kantor PT Halim Sakti JL. HR Muhammad adalah Bagaimanakah
merencanakan gedung bertingkat tersebut sesuai dengan konsep Special Moment
Resisting Frame dan melakukan modifikasi letak bangunan pada wilayah gempa yang
berbeda.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 3
Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi di jurusan teknik sipil, fakultas teknik sipil Universitas
Narotama.
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir yang berjudul Perencanaan Struktur
Gedung Kantor PT Halim Sakti Jl HR Muhammad Surabaya Dengan Special Moment
Resisting Frame ini adalah :
1. Untuk lebih mengetahui dan mengenal tentang salah satu system struktur
bangunan tahan gempa yaitu Special Moment Resisting Frame. Pada
peraturan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton SNI03-2847-2002, dimana
system tersebut diatas dikenal sebagai Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus
2. Merancang sistem bangunan tahan gempa dengan struktur Building Frame
System dengan Special Moment Resisting Frame atau Rangka Pemikul
Momen Khusus yang menggunakan peraturan gempa terbaru SNI03-1726-
2002.
3. Menerapkan software SAP 2000 dalam hubungannya untuk menganalisa
struktur.
Menerapkan SNI03-2847-2002, sebagai peraturan yang digunakan dalam perancangan
dan pendetailan semua elemen struktur , terutama ketentuan-ketentuan yang ada
didalamnya.
TEORI PENUNJANG
2.1. Konsep Desain Perencanaan
Sistem Struktur Special Moment Resisting Frame adalah Sistem rangka ruang,
dimana komponen komponen struktur dan join joinnya menahan gaya-gaya yang
bekerja melalui aksi lentur, geser, dan aksial. Special Moment Resisting Frame
haruslah dipakai di wilayah gempa kuat (wilayah gempa 5 dan 6) dan harus memenuhi
persyaratan desain pada SNI03-2847-2002 pasal 23.2 sampai dengan 23.7 disamping
pasal-pasal sebelumnya yang masih berlaku.
4 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
R = 8.5
M = S
M tidak boleh melibihi daripada 0.02 kali tinggi antar tingkat ( SNI 03-1726-
2002 pasal 8.2.2 )
M 0.02hi
M 0.02 x3000
M 60 mm
3. Pemakaian Probabel Kekuatan Momen Max, Mpr
Untuk menaksir gaya geser rencana Ve yang berkerja dimuka
hubungan balok kolom ( HBK ) baik di ujung ujung balok ( SNI 03-2847-
2002 pasal23.3.4.(1) ) maupun dikolom ( SNI03-2847-2002 pasal 23.4.5.(1)
) harus dicapai dengan menggunakan Mpr di muka HBK dengan asumsi
terjadi tegangan tarik tulangan memanjang sedikitnya 1,25 fy dengan = 1.
Khusus untuk kolom ( yang kena beban axial > Ag.fc/10 ), Mpr adalah nilai
momen balans dari diagram interaksi yang dipakai.
4. Pedoman Perhitungan Kuat Lentur Kolom.
Sesuai filosofi Capacity Design, maka SNI 03-2847-2002 pasal
23.4.(2) mensyaratkan Me Mg,. Me adalah kuat lentur nominal
kolom yang merangka pada hubungan balok kolom. Dan Mg adalah kuat
lentur nominal balok yang merangka pada HBK (termasuk konstribusi
tulangan di lebar efektif balok T ). Me dicari dari gaya axial terfaktor yang
menghasilkan kuat lentur kolom terendah.
5. Hubungan Balok Kolom
SNI 03-2847-2002 pasal 23.5 menentukan tulangan transversal
berbentuk hoop seperti diatur SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.4. harus
6 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
dipasang dalam HBK , kecuali bila HBK tersebut dikekang oleh komponen
struktur sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 23.5.2.(2).
Di HBK yang keempat mukanya terdapat balok-balok dengan lebar
setidak-tidaknya selebar 3/4 lebar kolom, harus dipasang tulangan
transversal setidaknya separuh yang disyaratkan oleh SNI 03-2847-2002
pasal 23.4.4.(1) dan S < 0,25 h atau 150 mm. Namun pada kolom tengah ini
memiliki lebar balok yang merangka pada HBK ( hubungan balok kolom )
b = 400 mm < h kolom = x 600 = 450 mm.
Maka sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 23.5.2.(1) tulangan transversal
dalam HBK dapat digunakan tulangan yang terpasang pada ujung kolom
sebesar Ash.
Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 23.5.(3) pada tiap Hubungan Balok
Kolom perlu diperiksa kuat geser nominal yang harus lebih besar dari gaya
geser yang mungkin terjadi.
d. PBI 1971, dipakai untuk mencari gaya-gaya dalam pada plat lantai atau atap.
2.4. Pembebanan
Jenis pembebanan yang diperhitungkan dalam perencanaan gedung ini adalah
beban vertikal dan beban horisontal. Pada tahap analisa gaya-gaya dalam pada struktur
utama dilakukan pembebanan dengan beberapa kombinasi pembebanan sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam SNI03-2847-2002.
2.4.2.Beban Horisontal
2.4.2.1 Beban Angin (PPIUG 83 pasal 4)
Mencakup semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Dalam perencanaan ini beban horisontal
akibat tekanan angin diabaikan, karena pengaruhnya relatif kecil dibandingkan dengan
beban horisontal akibat gempa.
8 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
2.4.3.Kombinasi Pembebanan
Sesuai dengan ketentuan yang telah tercantum pada SNI03-2847-2002,
digunakan sebagai pedoman perhitungan Struktur dan pendetailan semua elemen
struktur. , agar struktur dan komponen dari struktur memenuhi syarat dan ketentuan
yang laik pakai terhadap bermacam-macam kombinasi pembebanan yang mungkin
terjadi pada bangunan ini, maka harus dipenuhi ketentuan dari faktor pembebanan
sebagai berikut (SNI 03-2847-2002 pasal 11.1.2) :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L
U = 1,2 D + 1,0 + 1,0 E
U = 0,9 D + 1,0 E
U = 1,2 D + 1,0 L + 1,6 W
U = 0,9 D + 1,6 W
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi pembahasan
Untuk analisa struktur pada gedung ini ada beberapa cara yang digunakan, antara lain
:
Pengumpulan data berupa gambar-gambar konstruksi, atau pembebanan, data tanah,
dan data mengenai peraturan yang digunakan
Pada perhitungan gaya-gaya dalam pelat lantai dan pelat atap yang berbentuk
persegi digunakan koefesien momen dari PBI-71 pasal 13.3 dan tabel 13.3.2.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 9
Untuk mendapatkan gaya-gaya dalam dari balok anak digunakan bantuan paket
program SAP 2000, sedang penulangannya berdasarkan SNI03-2847-2002.
Struktur tangga dihitung sebagai pelat dengan perletakan sendi dan rol sehingga
struktur ini tidak berpengaruh kekakuannya terhadap struktur utama, sedang
penulangannya berdasarkan SNI03-2847-2002.
Struktur utama dimodelkan sebagai struktur open frame 3 dimensi (Space frame),
karena kekakuan dalam arah bidang dari kebanyakan lantai beton cukup tinggi,
perhitungan gaya-gaya dalam digunakan program SAP 2000 3 dimensi.
Hasil perhitungan dituangkan dalam bentuk gambar kerja rencana
A B F
D E
A B F
D E
`
Gambar 4.2. Denah Plat Atap
4.2.2 Pemodelan dan Analisa Momen Pelat
Momen-momen yang terjadi pada pelat dapat dihitung dengan menggunakan Tabel
13.3.2. Peraturan Beton Indonesia 1971.
4.2.3 Data Perencanaan
Mutu beton f c = 30 Mpa
Tulangan susut dan tulangan pembagi D-8
Decking atap ( 40 mm )
Decking lantai ( 20 mm )
1 = 0,85
= 0,8
Beban hidup ( L ) :
- Beban hidup perkantoran = 250 kg/m2 +
Beban hidup total (L) = 250 kg/m2
Beban hidup ( L ) :
- Beban hidup = 400 kg/m2 +
Beban hidup total (L) = 400 kg/m2
Untuk penentuan besarnya momen-momen yang terjadi akibat beban merata dianalisa
dengan menggunakan tabel 13.3.1 PBI 1971.
Langkah langkah mencari momen dengan tabel 13.3.1 :
Dihitung beban beban yang bekerja pada pelat ( qu kg/m2 )
Dihitung Ly/Lx & dicari koefisien momen Cx & Cy pada tabel PBI 71
akan dipakai.
2. Hitung momen yang bekerja pada pelat dengan menggunakan Tabel 13.3.2.
Peraturan Beton Indonesia 1971.
3. Hitung rasio tulangan berimbang (b), rasio tulangan maksimum (mak)
dan rasio tulangan minimum (min).
0,85 x fc' x 600 SNI03-2847-2002 pasal 10.4 (3)
balance x
fy 600 fy
dimana :
untuk fc < 30 Mpa ; 1 = 0,85 ...... SNI03-2847-2002 pasal 12.2.7.3
untuk fc > 30 Mpa ; 2 = 0,85 0,008 ( fc 30 )
maks = 0,75 x balance ................. SNI03.2847-2002 pasal 12.3.3
min untuk plat :
- = 0.025 Seri Beton 4 grafik 5.4.c; Gideon Kusuma
- atau min alternatif = 4/3 analisa
Tulangan harus dihitung pada kedua arah (arah x dan arah y)
Mu
Rn
x b x d2
fy
m
0,85 x fc'
1 2x Rn x m ( Wang - Salmon)
perlu x 1- 1-
m fy
4. Hitung luas tulangan yang diperlukan serta pilih jarak tulangan
14 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Asperlu = . b . d
Assusut = 0,0018 x b x h
2372,138
2372,138
2372,138
2220,717 2220,717
2220,717
Perhitungan Penulangan
Mulx = Mutx = 2220,717 N m
dx = 120 - 20 - 8/2 = 96 mm
Mu
Rn
x b x d2
2220,717 x 1000
Rn 0.3012
0,8 x 1000 x 962
240
m 9.412
0,85 x 30
1 2x Rn x m
perlu x 1- 1-
m fy
1 2 x 0.3012 x 9.412
perlu x 1 - 1 - 0,0013
9.412 240
Perhitungan Penulangan
Muly = Muty = 2372,138 N m
dx = 120 - 20 10 (0.5 x 10) = 88 mm
Mu
Rn
x b x d2
2371,138 x 1000
Rn 0.383
0,8 x 1000 x 882
240
m 9.412
0,85 x 30
1 2 x Rn x m
perlu x 1- 1-
m fy
1 2 x 0.383 x 9.412
perlu x 1 - 1 - 0,0016
9.412 240
= 188,62 mm2
Jadi dipasang tulangan 8 200 (Aspakai = 251,2 mm)
Kontrol jarak tulangan pelat ;
Kontrol jarak tulangan plat sebagaimana pada peraturan SNI 03-2847-2002 pasal
12.5(4) disebutkan :
Jarak Tulangan 3x tebal plat
250 mm 3 x tebal plat = 3x120 = 360 mm Oke !
210
- Jumlah tanjakan (nT) nT = = 15 buah
14
h cm
3 0 cm
tr
a ta
a = 34 ,3 2 - ra
ta
1 6,67
15 cm
b. Pelat Bordes
Beban mati :
pelat bordes : 0,15 x 1.10 x 2400 = 396.00 kg/m
tegel (t=2 cm) : 0,02 x 1.10 x 2200 = 48.40 kg/m
spesi (t=3 cm) : 0,02 x 1.10 x 2100 = 69.30 kg/m
DL = 513.70 kg/m
Penutup beton = 20 mm
Tulangan pembagi = 10
= 0,8
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 25
fy 390
m = = = 15,29
' 0,85 x30
0,85 x fc
Hasil Analisa Momen oleh Sap 2000 didapatkan :
fy 390
m = = = 15,29
' 0,85 x30
0,85 x fc
1 2x Rn x m
perlu x 1 - 1 -
m fy
1 2x Rn x m
perlu x 1- 1-
m fy
1 2 x 2 , 769 x15 , 29 = 0,00752
perlu 1 1
15 , 29 390
125 cm 240 cm
30 cm
16,67 cm
150 cm
15 cm
Untuk contoh perhitungan diambil balok anak pada As. 3a seperti yang
tergambar di bawah ini.
3 3
2 2 2 1 1
1 1 2 2 2 1 1
3 3 3 3
1 L 2
1
qek xqxLx 1 x
2
3 Ly
1 1 1,50 2
q ek x 457 x1,501 = 319,15 Kg/m
2 3 3,30
Beban Hidup =
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 29
1 L 2
1
qek xqxLx 1 x
2
3 Ly
1 1 1,50 2
q ek x 250 x1,501 = 174,59 Kg/m
2 3 3,30
q qxL x
q = 457 x 1,5 = 685,5 Kg/m ( beban maximum pada trapesium )
Beban Hidup
q qxL x
q = 250 x 1,5 = 375 Kg/m beban maximum pada trapesium )
qek 1 / 3qxL x
qek = 1/3x457 x 3 = 437 Kg/m
Beban Hidup
qek 1 / 3qxL x
qek = 1/3x250 x 3 = 250 Kg/m
Beban merata akibat berat sendiri balok anak direncanakan dimensi balok 35 x 50
Beban mati
725 x3 x 2
Beban terpusat mati ( P ) = = 2175 kg
2
Beban Hidup
Beban Ekivalen model 3 = 250
250 x3x 2
Beban terpusat Hidup ( P ) = = 750 Kg
2
Data :
Direncanakan :
h = 500 mm tul.tarik = D19 mutu bahan :
b = 350 mm tul.tekan = D19 fc =30 MPa
Selimut = 40 mm tul. Sengkang = 10 fy = 390 MPa
Beton fys = 240 MPa
d = 500 - 40 - 10 0.5x19 = 440.5 mm
Diagram momen dan gaya geser kombinasi 1,2 DL + 1,6 ( dalam KN-m )
Dari beberapa kombinasi pereletakan beban diatas didapatkan gaya geser dan momen
diatas tumpuan :
32 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
a 1 . X
X Cc
d
h
AS T1 = As.fy
Buku ajar Struktur Beton Dasar oleh Nur Ahmad Husin atau
Desain Beton Bertulang oleh Chu Kia Wang & charles G salmon
As . f y
a
0,85 f c' b
a
Mn = As . f y (d - ) .........................................................................(1).
2
dalam bentuk lain persamaan dapat dituliskan.
0,85 x f c' x a x b = b.d x f y
fy
a .( ).d ......................................................................(2)
0,85 f c' b
Kemudian disubstitusikan persamaan (2) ke (1) diperoleh
fy
Mn =. Mn = As . f y (d - .( ).d )....................................(3)
2 0,85 f c' b
Dengan membagi persamaan (3) dengan bd2 didapatkan koefisien lawan yang
dinyatakan dengan Rn dan menuliskan
fy
m =
0,85 x fc '
kemudian
Mn 1
Rn = 2
= . f y (1 . .m) ..........................................................(4)
bxd 2
Dengan memecahkan pangkat dua pada persamaan (4) maka didapatkan kebutuhan
tulangan tarik
34 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
1 2 xRnxm
perlu= x1 1 . Desain Beton Bertulang; Edisi 4
m fy
ChuKiaWang,
Charles G.Salmon, hal 55
Mu Mn
Rn = =
xbxd 2
bxd 2
Mn 167.759.500
Rn = 2
= = 2,47
bxd 350 x 440,5 2
1 2 xRnxm
perlu= x1 1 . Desain Beton Bertulang; Edisi 4
m fy
ChuKiaWang,
Charles G.Salmon, hal 55
1 2 x 2,47 x15,29
perlu = x1 1 = 0,00667
15,29 390
1,4 1,4
min = = = 0,00359
fy 390
a
Mn = As . f y (d - )
2
49,53
Mn = 0,8 x 1133,54 x 390 (440,5 - )
2
Mn = 147.030.702,6 N.mm > Mu = 134.207.600 N-mm ......OK
be = bw + 0.5 x Lx t
= 35 + (0.5 x 300)
h
= 185 cm
be =8t
bw
= 96 cm (menentukan)
be = Lb/4
= 560/4 = 140 cm
Diambil 96 cm = 960 mm (menentukan)
be c 0,003 0,85. f c'
t X a C
h
d
AS
T = A s+ fy
bw s y
C = 0,85 x f c' x be x a
T = As . fy
a
Mn = C.(d - )
2
As . f y
a
0,85 f c' be
Mu 141.436.400
Mn = = = 176.795.500mm
0,8
Mu Mn
Rn = =
xbxd 2
bxd 2
Mu 141.436.400
Mn = = = 176.795.500N-mm
0,8
Mn 176.795.500
Rn = 2
= = 0,949
bxd 960 x 440,5 2
1 2 xRnxm
perlu= x1 1 . Desain Beton Bertulang; Edisi 4
m fy
ChuKiaWang,
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 37
pada perhitungan balok T jika memakai max sesuai ketentuan diatas akan
menghasilkan luas tulangan yang sangat besar. Dengan tujuan menghemat tulangan
maka dipakai alternatif yang diberikan SNI 03-2847-2002 Ps. 12.5.1). Pasal tersebut
menyebutkan bahwa untuk komponen struktur lentur dimana berdasarkan analisis
diperlukan tulanagn tarik, maka luas As yang ada tidak boleh kurang dari :
fc
Asmin = x bw x d dan tidak boleh kecil dari
4 fy
1,4
Asmin = bwd
4 fy
30
Asmin = x350x440,5 = 541,31 mm
4 x390
As = 3 D19 ( As pakai = 850,16 mm2 )
Lapangan tumpuan
4.4.2.2. Perhitungan Tulangan Geser Balok Anak A lantai 2-5 & 7-10
Vu pada tumpuan dapat diambil sejarak d dari muka tumpuan yaitu sebesar 440,5 mm
(SNI 03-2847-2002 pasal 13.1.3.(1))
Sehingga Vutumpuan = 128.041 N
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 39
fc'
Vc = b.d ... .SNI 03-2847-2002 pasal 13.3.1.(1)
6
b w .S
Av min = .. SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.5.(3)
3. fy
30
Vc = 350. 442 = 141.221,133 N
6
Vu > . Vc
128.041> 0.6 x 141.221,133 = 84.732,68 N
Karena Vu > . Vc maka diperlukan tulangan geser
Vn = Vc + Vs
Vs = Vn - Vc
128.041
Vs = 141.221,133 = 72.180,55 N
0,6
Direncanakan tulangan geser dengan 10 dengan 2 kaki
Av = 2 x 3,14 x 102 x 0,25 = 157 mm2
Av . fy.d
Vs =
S
S = Jarak sengkang (mm)
157 x390 x 442
S= = 230,73 mm > d/2 = 442/2 = 221
72.180,55
Dicoba dipasang S = 150 mm
350.150
Sehingga Av min = = 72,97 mm2 < Av pasang = 157 mm2
3.240
Maka Untuk tulangan geser pada daerah tumpuan dipasang 10 - 150 mm
Daerah Lapangan:
40 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
30
Vc = 350. 442 = 141.221,133 N
6
. Vc = 0.6 x 93.660,56 = 84.732,68 N
Vu lapangan = 57.848.000 N
Dari atas disimpulkan Vu < . Vc
Sehingga pada daerah lapangan dipasang tulangan sengkang minimum
Direncanakan tulangan geser dipasang dengan jarak S =200 mm
b w .S 350.200
Av min = = = 97,22 mm2
3. fy 3.240
Tulangan sengkang dipasang 10 dengan 2 kaki
Av = 2 x 3,14 x 102 x 0,25 = 157 mm2 > Av min 97,22 mm2
2 D19 3 D19
10 - 200 10 - 150
6 D19
2 D19
Lapangan Tumpuan
5.1 Kriteria Disain
Bangunan ini adalah gedung dengan struktur bangunan untuk perkantoran.
Struktur bangunan adalah sistem rangka bangunan yang merupakan rangkaian dari
balok dan kolom dari balok bertulang. Rangkaian balok dan kolom ini berfungsi untuk
meneruskan seluruh beban gravitasi ke pondasi dan juga diproporsikan untuk menahan
beban lateral.
Struktur dari gedung ini dimodelkan sebagai portal ruang ( space frame ) dengan
perletakan jepit diujung ujung kolom. Struktur dianalisa sebagai tiga dimensi dengan
analisa statis dan kombinasi pembebanan sesuai yang disyaratkan oleh SNI03-2847-
2002.
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 41
Pada dasarnya, tujuan utama analisa struktur adalah untuk mendapatkan besar dan
arah gaya-gaya dalam yang diterima setiap komponen struktur. Pada perencanaan ini, analisa
dilakukan dengan bantuan program SAP 2000 (Structural Analysis Program 2000). Dimana
struktur utama merupakan sistem rangka terbuka dan dimodelkan sebgai 3D-space frame (portal
ruang). Analisa yang dilakukan sebagai pengaruh gempa rencana adalah analisa Statik
Seluruh satuan yang dipakai dalam analisa struktur utama ini adalah :
- mutu baja : fy = 400 MPa (tul. ulir) dan fys = 240 MPa (tul.polos)
Untuk beban mati, diperhitungkan seluruh beban akibat berat sendiri balok, kolom.
Pelat, dinding/panel, seluruh struktur dan semua elemen lain yang bersifat tetap sepanjang
Beban hidup tidak selalu terjadi setiap saat. Peluang terjadinya beban hidup penuh
yang membebani semua bagian dan semua struktur pemikul secara serempak selama umur
gedung tersebut adalah sangat kecil, oleh sebab itu beban hidup direduksi dengan koefisien
reduksi . Beban ini berupa beban terpusat atau beban merata yang diterima langsung oleh
struktur utama yang disalurkan melalui elemen struktur sekunder. Sesuai dengan tabel 3.3
PPIUG 83, untuk beban dalam perhitungan balok induk dan portal diberikan reduksi sebagai
berikut :
- Untuk perencanaan balok-balok induk dan portal dari sistem struktur utama, beban
Beban hidup pada gedung ikut menentukan besarnya beban gempa rencana yang
harus dipikul oleh sistem struktur. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa karena peluang
terjadinya beban hidup sangat kecil, maka untuk peninjauan gempa ini sesuai tabel 3.3 PPIUG
Beban angin merupakan salah satu beban lateral yang ikut menentukan kekuatan dan
laik pakai, ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif yang bekerja tegak lurus
pada bidang-bidang yang ditinjau dengan koefisien angin yang ditentukan dalam pasal 4.3
Kuat yang perlu menahan beban yang terjadi paling tidak harus sama dengan :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L
U = 0,9 D + 1,0E
U = 0,9 D + 1,6W
Analisa struktur utama dari gedung ini meliputi perencanaan balok, kolom dan elemen utama
dari gedung. Dimana struktur utama tersebut direncanakan menerima beban gravitasi dan
Pada tugas akhir ini, telah dikemukakan bahwa analisa beban gempa yang dipakai adalah
analisa statik dengan metode analisa Statik Ekuivalen 3 dimensi. Dimana koefisien gempa
rencana diambil untuk gempa periode ulang 500 tahun (PKGUBG SNI 03-1726-2002 ps 3.9) ,
Kombinasi arah pembebanan gempa pada struktur didasarkan pada PKGUBG SNI 03-1726-
Untuk perencanaan diambil dari hasil yang paling berbahaya (terbesar) dari dua kombinasi
tersebut.
Untuk beban geser dasar nominal statik ekuivalen (V) yang terjadi dapat dihitung menurut
C1 I
V= x Wt
R
dimana : C1 = nilai faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons
T1 = x n
= 0,18 x 10 = 1,8
n = jumlah tingkat
Beban geser dasar nominal V harus dibagikan ke sepanjang tinggi struktur gedung menjadi
beban beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang Denangkap pada joint balok kolom
Wi z i
Fi = n
xV
Wi z i
i 1
dimana : Wi = Berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai.
Sebagai kontrol perlu diperhatikan (PKGUBG SNI 03-1726-2002 ps 8.1.2 dan 8.2.2) :
- Untuk persyaratan kinerja batas layan ,dalam segala hal simpangan antar
- Untuk persyaratan kinerja batas ultimit, dalam segala hal simpangan antar
tingkat (drift) tersebut tidak boleh lebih dari 0,02 kali tinggi tingkat yang
bersangkutan.
A. Satuan
Seluruh satuan yang digunakan dalam menganalisa struktur utama gedung ini adalah :
B. Material
C. Pembebanan Vertikal
Pembebanan Vertikal meliputi berat sendiri elemen struktur(beban mati) serta beban
hidup yang bekerja pada struktur secara vertikal. Seluruh beban vertikal dimasukkan melalui
pembebanan pada bentang balok. Beban dari pelat ke balok didistribusikan sebagai beban
segitiga maupun beban trapesium. Distribusi beban pelat kepada balok didasarkan dengan
acara Tributary Area, yaitu beban plat dinyatakan dalam bentuk trapesium dan segitiga dan
kemudian diubah menjadi beban merata ekivalen . Variasi pembebanan dan beban ekivalen
Lantai Perkantoran
0,453 0,453
0,547 0,547
D. Pembebanan Lateral
Beban Mati
46 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Berat Lantai 9
Beban Mati
- Plat Lantai = 0,12 x 531,17 x 2400 = 152.976,96 Kg
- Balok Induk 40/60 = 0,4 x 0,48 x (150 + 112.6) x 2400 = 121.006,08 Kg
- Balok Anak 35/50 = 0,35 x 0,38 x 53,4 x 2400 = 17.045,28 Kg
- Balok Anak 30/40 = 0,30 x 0,28 x 8 x 2400 = 1.612,20 Kg
- Dinding Batu Bata = ((86,6 x 2,4)+(95,3 x 0,90)) x 250 = 73.402,50 Kg
= (2,5 x 36,4) x 250 = 22.750,00 Kg
Plafond &
- Penggantung = 531,17 x 18 = 9.561,06 Kg
- Instalasi Pipa = 531,17 x 40 = 21.246,80 Kg
- Spesi = 531,17 x 63 = 33.463,71 Kg
- Tegel = 531,17 x 48 = 25.496,16 Kg
(0,6 x 0,6 x 3,6 x 20 x 2400) +
- Kolom = (0,5x 0,4 x 3,6 x 13 x 2400 ) = 84.672,00 Kg +
- Tangga = 1.227,89 x 28,3 = 34.749,29 Kg
Beban Mati total ( Wd ) = 570.992,04 Kg
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 47
Beban Hidup
- Beban Hidup Lantai = 250 Kg/m2
- Beban Hidup Tannga = 300 Kg/m2
koefisien Beban hidup = 0,3
= (0,3 x 250 x 531,17)+(28,3
beban hidup total ( Wh ) x 300 x 0,3 ) = 42.384,75 Kg
Berat Lantai 1 - 8
Beban Mati
- Plat Lantai = 0,12 x 531,17 x 2400 = 152.976,96 Kg
- Balok Induk 40/60 = 0,4 x 0,48 x (150 + 112.6) x 2400 = 121.006,08 Kg
- Balok Anak 35/50 = 0,35 x 0,38 x 53,4 x 2400 = 17.045,28 Kg
- Balok Anak 30/40 = 0,30 x 0,28 x 8 x 2400 = 1.612,20 Kg
- Dinding Batu Bata = ((86,6 x 2,4)+(95,3 x 0,90)) x 250 = 73.402,50 Kg
= (2,5 x 36,4) x 250 = 22.750,00 Kg
Plafond &
- Penggantung = 531,17 x 18 = 9.561,06 Kg
- Instalasi Pipa = 531,17 x 40 = 21.246,80 Kg
- Spesi = 531,17 x 63 = 33.463,71 Kg
- Tegel = 531,17 x 48 = 25.496,16 Kg
(0,6 x 0,6 x 3,6 x 20 x 2400) +
- Kolom = (0,5x 0,4 x 3,6 x 13 x 2400 ) = 84.672,00 Kg +
- Tangga = 1.227,89 x 28,3 x 2 = 69.498,58 Kg
Beban Mati total ( Wd ) = 605.741,33 Kg
Beban Hidup
- Beban Hidup Lantai = 250 Kg/m2
- Beban Hidup Tannga = 300 Kg/m2
koefisien Beban hidup = 0,3
= (0,3 x 250 x 531,17)+(28,3
beban hidup total ( Wh ) x 300 x 0,3 x 2 ) = 44.931,75 Kg
T = Ct(hn)3/4
T1 < x n
n = jumlah tingkat
T1 < x n
Nilai C didapat dari Gb.2 PKGUBG SNI 03-1726-2002 untuk wilayah gempa 5 dengan
0.35
- Faktor keutamaan ( I ) C=
T
(Tanah Keras)
Rm = 8.5..................Tabel 3
0 0.2 0.5 0.6 1.0 1.187 2.0 3.0
T
-Gaya geser horisontal total akibat gempa rencana PKGUBG SNI 03-1726-2002:
C1 I 0,76 x1
Vx = Vy = V = x Wt = x [5,844,624.45 ]
Rm 8,5
= 522,578.19 Kg
- Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap sebagai
beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas,
sedangkan sisanya dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung. ( PKGUBG SNI 03-
menjadi beban beban nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa
Wi z i
Fi = n
xV
Wi z i
i 1
hi Wi W ihi Fi Vi
Tingkat
(m) ( kg ) ( kgm ) ( kg ) ( kg )
66.656,41 kg 34.297,56 kg
92.842,76 kg 88.316,94 kg
82.676,28 kg 142.599,60 kg
72.057,31 kg 196.882,25 kg
61.438,33 kg 251.164,91 kg
50.819,36 kg 303.447,56 kg
40.200,39 kg 359.730,22 kg
29.581,42 kg 414.021,88 kg
18.962,45 kg 468.295,53 kg
8.343,48 kg 522.578,19 kg
1 2 3 4 5
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
n
Wi.di
n 1
Trayleigh 6.3 n
g Fi.di
n 1
Besarnya T yang dihitung sebelumnya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% hasil T
12,218,081,961.42
Trayleigh 6.3 = 1,687 detik
9810 x 28,445,063.91
Nilai T maximum yang diijinkan = 1,687 - (20% x 1,687) = 1,35 detik
Karena T empiris = 1,187 < Trayleigh = 1,35 maka Tempiris yang dihitung diatas memenuhi.
Setelah didapatkan Simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa maka dapat
Untuk memenuhi kinerja batas layan struktur gedung maka simpangan antar
0,03
tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak melampaui xhi
R
(SNI 03-1726-2002 Ps. 8.1.2)
0,03 0,03
S xhi x 4200 14,82 mm
R 8,5
- Kenerja Batas Ultimit
antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
= 0.7 R
R = 8.5
M = S
M tidak boleh melibihi daripada 0.02 kali tinggi antar tingkat ( SNI 03-1726-2002
pasal 8.2.2 )
M 0.02hi
M 0.02 x 4200 84 mm
Kontrol Kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit Akibat Gempa Arah Sumbu X
di Batas
Tingkat S Batas S M
M
Ket
mm
Dalam perencanaan struktur gedung arah utama pengaruh gempa rencana harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap sistem
struktur secara keseluruhan.
Menurut SNI 03-1762-2002 pasal 5.8.2 untuk memperhitungkan arah pengaruh
gempa rencana yang sembarangan, pengaruh gempa dalam arah utama harus dianggap
terjadi bersamaan dengan 30% pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus
pada arah utama pembebanan tadi.
Tapi untuk menggunakan ketentuan ini, akan dimanfaatkan pengecualian efek
ortogonal ini sesuai UBC 1633.1 yang berbunyi : efek orthogonal tidak diperhitungkan
bila beban axial oleh salah satu arah beban gempa < 20% beban axial kolom yang
bersangkutan.
Dibawah ini disajikan gambar besar axial maximum kolom hasil analisa
struktur SAP 2000 akibat beban gempa arah X pada portal baris As A pada lantai 1 & 2
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 53
Gambar Gaya Axial kolom Akibat Gempa arah X pada lantai 1 dan 2
Pn max = 0,80. . 0,85. f c' .( Ag Ast ) ( f y Ast )
= 0,80 x 0,65 x (0,85 x 30 x 400 x 500 (1-1%) + 390 x 1% x 400 x 500)
= 3.031.080 N = 3.031,08 kN.
20% x Pn = 0.2 x 3.031,08 = 606,22 kN < 1602 kN ( beban axial maksimum kolom
penyangga lantai 2 pada gambar 6.13.)
sehingga efek orthogonal diterapkan dalam desain struktur dengan menempatkan beban
gempa sebesar 30% arah Y
54 NEUTRON, Vol.3, No. 1, Februari 2003: 1-14
Q1 = 0.9 x W x L
Q2 = - 0.4 x W x L
Hasil perhitungan beban angin bangunan disajikan pada tabel dibawah ini,
Arah X
W h Qangin (kg)
Tingkat As A L = 3,3 m As B L = 6.1 m As C L = 5.6 m
2
(kg/m ) (m) Tekan Hisap Tekan Hisap Tekan Hisap
Atap 40 2.1 249.48 -110.88 461.16 -204.96 423.36 -88.16
9 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
8 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
7 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
6 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
5 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
4 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
3 40 4.2 498.96 -221.76 922.32 -409.92 846.72 -76.32
2 40 2.1 249.48 -110.88 461.16 -204.96 423.36 -88.16
W h Qangin (kg)
Tingkat
As D L = 5.6 m As E L = 6.1 m As F L = 3,3 m
2
(kg/m ) (m) Tekan Hisap Tekan Hisap Tekan Hisap
Atap 40 2.1 423.36 -188.16 461.16 -204.96 249.48 -10.88
9 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
8 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
7 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
6 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
5 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
4 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
3 40 4.2 846.72 -376.32 922.32 -409.92 498.96 -21.76
2 40 2.1 423.36 -188.16 461.16 -204.96 249.48 -10.88
Arah Y
W h Qangin (kg)
Tingkat As 1 L = 1.5 m As 2 L = 4.5 m As 3 L = 6 m
(kg/m2) (m) Tekan Hisap Tekan Hisap Tekan Hisap
Atap 40 2.1 113.40 -50.40 340.20 -51.20 453.60 -01.60
9 40 4.2 226.80 -00.80 680.40 -02.40 907.20 -03.20
8 40 4.2 226.80 -00.80 680.40 -02.40 907.20 -03.20
7 40 4.2 226.80 -00.80 680.40 -02.40 907.20 -03.20
Analisis Penurunan Preloading Sistim Matras Bambu (Arifin) 55
W h Qangin (kg)
Tingkat As 4 L = 4.5 m As 5 L = 1.5 m
2
(kg/m ) (m) Tekan Hisap Tekan Hisap
Atap 40 2.1 340.20 -51.20 113.40 -50.40
9 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
8 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
7 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
6 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
5 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
4 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
3 40 4.2 680.40 -02.40 226.80 -00.80
2 40 2.1 340.20 -51.20 113.40 -50.40
4. Perencanaan tulangan geser pada balok dan kolom serta desain hubungan balok dan
kolom menggunakan kekuatan lentur penampang struktur beton yang mungkin
terjadi (Mpr).
5. Dengan melihat perbandingan hasil perhitungan Luas tulangan ( As ) menggunakan
kedua peraturan baru dengan peraturan lama pada elemen struktur yang sama begitu
signifikan, maka harapan agar gedung tidak runtuh setelah terjadi gempa kuat (yang
berulang dalam kurun waktu 500 tahun) akan terwujud.
REFERENSI
- Badan Standardisasi Nasional (BSN). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung SNI 0.3-2847-2002, Penerbit Yayasan LPMB,
Bandung
- Badan Standardisasi Nasional (BSN). Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002
- Departemen Pekerjaan Umum 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung, Penerbit Direktorat Jendral Cipta Karya
- Departemen Pekerjaan Umum 1971.Peraturan Beton Bertulang Untuk
Indonesiaa, Penerbit Direktorat Jendral Cipta Karya
- Laboratorium Beton Dan Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil,FTSP ITS,
Surabaya.Tabel Grafik Dan Diagram Interaksi Untuk Perhitungan Struktur
Beton Berdasarkan SNI 1992
- Chu-Kia Wang,Charles G. Salmon, Desain Beton Bertulang Edisi
Keempat, Penerbit ERLANGGA
- Gideon Kusuma, Takim Andriono, Desain Struktur Rangka Beton
Bertulang di Daerah Rawan Gempa, Seri Beton 3 Penerbit ERLANGGA
- Prof. Ir. Rachmat Purwono, M.Sc, Perencanaan Struktur Beton
Bertulangan Tahan Gempa Sesuai SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-
2002, Penerbit iitspress.