- Bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku
terhadap momen puntir, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh seperti pada
gambar 2.2.
12
- Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka
pelat itu terjepit sebagian (terjepit elastis) seperti pada gambar 2.3.
Sebagai gambaran untuk membedakan jepit penuh atau jepit elastis dapat juga
diilustrasikan pada balok anak seperti gambar 2.4.
Balok tengah pada gambar 2.4b yang lebih kecil dari balok tepi pada gambar
2.4a akan memberi jepitan yang lebih tinggi terhadap lantai kalau beban dikanan
dan kiri balok adalah permanen. Dengan demikian pada balok tepi lebih
konservatif bila tidak ditinjau sebagai jepit penuh, dan dianjurkan sebagai
tumpuan bebas. Jika diasumsikan sebagai jepit penuh harus dijamin bahwa
balok tepi tersebut mampu mencegah rotasi, untuk itu balok tepi harus didesain
relatif sangat kaku dengan memperhitungkan kekuatan torsi yang cukup.
13
Menurut bentuk geometri dan arah tulangan cara analisis pelat dibagi
menjadi dua yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah, yang masing-masing
dibahas lebih mendalam pada pasal-pasal berikut.
Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap
sebagai gelegar diatas banyak tumpuan.
- Untuk pelat satu bentang dapat dipandang sebagai struktur statis tertentu,
penyelesaiannya dapat digunakan 3 buah persamaan kesetimbangan.
- Untuk pelat dua bentang atau lebih/pelat menerus (statis tak tertentu),
penyelesaiannya menggunakan persamaan kesetimbangan dengan satu
persamaan perubahan bentuk.
14
Selain itu pada SKSNI T15-03-1991 pasal 3.6.6 mengijinkan untuk
menentukan momen lentur dengan menggunakan koefisien momen (tabel 2.1),
asalkan dipenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini :
1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang
terpanjang dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%.
2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati.
3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
Untuk momen lapangan, L = bentang bersih diantara tumpuan.
Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri
dan kanan tumpuan.
15
1/24 1/10 1/11 1/10 1/24
Keterangan
Tumpuan ujung tetap (jepit)
Tumpuan ujung sederhana (sendi)
Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah
ini diberikan langkah-langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut :
1. Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan (Tabel 1.4).
2. Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor.
3. Hitung momen akibat beban berfaktor (Tabel 2.1).
4. Hitung Luas tulangan, dengan memperhatikan batas tulangan :
min < < mak min = 0,0025
5. Tentukan diameter dan jarak tulangan, dengan memperhatikan lebar retak :
s < smak smak 2,0 h
pilih yang terkecil
smak 250 mm
16
Jarak minimum Penutup beton :
tulangan utama Tidak langsung berhubungan
PBI : 25 mm dengan tanah/cuaca = 20 mm
saran : 40 mm Langsung berhubungan dengan
Tanah/cuaca = 40 mm
Diameter tulangan :
Polos p 8 mm
Deform d 6 mm
Kode tulangan :
Lapisan terluar
17
Tabel : Penentuan tebal pelat minimum
Tebal minimum
1 Ujung
Komponen Dua Tumpuan 2 Ujung menerus Kantilever
menerus
Struktur
Komponen tidak mendukung atau menyatu dengan partisi atau konstruksi
lain yang akan rusak karena lendutan besar
Pelat Solid 1
L/20 L/24 L/28 L/10
Arah
Keterangan tambahan :
Tabel di atas menggunakan beton normal (w =2300 kg/m 3 dan baja
tulangan fy = 400 Mpa
Untuk beton ringan ( w = 1500 s/d 2000 kg/m 3) nilai harus dikalikan
dengan (1,65-0,005 Wc) dan tidak kurang dari 1,09 di mana Wc = unit
masa dlm kg/m3
Untuk fy lain dari 400 Mpa, nilai harus dikalikan dengan (0,4 + (fy/700))
18
2.3.1. Contoh 1
Diketahui pelat lantai seperti pada gambar 2.7 ditumpu bebas pada tembok bata,
menahan beban hidup 150 kg/m2dan finishing penutup pelat (tegel,spesi,pasir
urug) sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering.
Mutu beton fc’ = 20 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa (Polos).
L = 3.60 m
a. Denah b. Potongan
Ditanyakan :
Tebal pelat dan Penulangan yang diperlukan
Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat (berkenaan syarat lendutan).
Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan pelat
ditumpu bebas pada dua tepi adalah : ( L/20) x 0,743, shg menjadi :
L 3,6
hmin = = = 0,1333 m
27 27
Tebal pelat ditentukan h = 0,14 m (= 14 cm).
19
2. Hitung beban-beban
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,40 = 0,336 t/m2
qd dari finishing penutup lantai = 0,120 t/m2
+
Total beban mati qd = 0,456 t/m2
Beban hidup q1 = 0,150 t/m2
Beban berfaktor qu = 1,2 x 0,548 + 1,6 x 0,150
= 0,7872 t/m2
3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.
1/ 8
4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 140 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter tulangan p
Tinggi efektif d = h – p – ½ p
= 140 – 20 – ½ . 10 = 115 mm
20
f ' = 15 MPa = 0,85, untuk f ' < 30 MPa
c 1 c
f = 240 MPa
y
min = 0,0025 ( berlaku untuk pelat)
M 1,2753 10 7
M u = = 1,594 10 7 Nmm
n 0,8
M
n 1,594 107
Rn = = 1,2053
bd2 1000 115 2
fy 240
m = = = 18,8235
0,85 f 'c 0,85 15
1 2 m Rn
= 1 1 -
m fy
1 2 18,8235 1,2053
= 1 - 1 -
18,8235 240
1 2 x18,8235x1,2053
= 1 1
18,8235 240
= 0,0053
max diperlukan tulangan tunggal.
> min (= 0,0025) dipakai = 0,0053
21
As = b d = 0,0053 x 1000 x 115 = 610 mm2
Diperlukan tulangan P 10-125 = 628 mm2 610 mm2
memenuhi syarat
(1 meter ada 8 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5 x 8 = 628 mm2)
b) Tulangan pada tumpuan
Mu = 0,4251 tm = 0,4251 x 107Nmm
Mu 0,4251x10 7
Mn = = = 0,5314 x 107 Nmm
0,8
Mn 0,5314 10 7
Rn = = = 0,4018
b d2 1000 1152
fy 240
m = '
= = 18,8235
0,85 f c 0,85x15
1 2mRn
= 1 1
m f y
1 2 18,8235 0,5293
= 1 1
18,8235 240
= 0,0017
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 = 314 mm2 288 mm2
memenuhi syarat
(1 meter ada 4 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5 x 4 = 314 mm2)
c) Tulangan pembagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan
tulangan pembagi (demi tegangan suhu dan susut).
0,25 bh
Untuk fy = 240 AS =
100
22
0,18 bh
Untuk fy = 400 AS =
100
Tulangan pembagi di lapangan :
0,25 1000 140
AS = = 350 mm2
100
Diperlukan tulangan P 10-220 = 357 mm2 350 mm2
memenuhi syarat
(1 meter ada 5 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5x5 = 392,5mm2)
p 10 - 250 p 10 - 250
p 10 - 250
p 10 - 250
p 8 - 250 p 10 - 220
1/5 L 1/5 L
720 720
p 8 - 250 p 10 - 250
360 360
L = 3600
LX LX
B2 B2
B1 B3 B1 B3
LY LY
B4 B4
b. LX < 0.4 LY
a. LX 0.4 LY
24
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar 2.8b, pelat tersebut dapat
dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4
hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat
dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah
x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
Tabel 2.2 menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur 1 meter,
masing-masing pada arah x dan arah y.
Mlx = momen lapangan per meter lebar di arah x.
Mly = momen lapangan per meter lebar di arah y.
Mtx = momen tumpuan per meter lebar di arah x.
Mty = momen tumpuan per meter lebar di arah y.
Mtix = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah x.
Mtiy = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah y.
Seperti pada pelat satu arah, pemakaian tabel 2.1 ini dibatasi beberapa syarat :
a. Beban pelat terbagi rata.
b. Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum
antara panel pelat.
qu, min > 0,4 qu,mak.
c. Perbedaan terbatas antara panjang bentang yang berbatasan.
Lx, terpendek 0,8 Lx, terpanjang.
Ly, terpendek 0,8 Ly, terpanjang.
Jika syarat-syarat diatas dipenuhi, maka tabel 2.2 dapat memberikan hasil yang
aman terhadap momen-momen lentur maksimum.
Momen jepit tak terduga disini dianggap sama dengan setengah momen
lapangan di panel yang berbatasan, maka :
Pada arah x, Mtix = 1/2 M1x.
Pada arah y, Mtiy = 1/2 M1y.
25
Tabel 2.2 Momen per meter lebar dalam jalur tengah akibat beban terbagi rata
26
Tabel 2.2 (lanjutan)
= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung beban bebas/tergantung)
27
2.5 Contoh Perhitungan Pelat dua arah
2.5.1 Contoh 2
Diketahui :
Pelat lantai menumpu pada balok seperti gambar 2.9, berada di lingkungan
kering, ditumpu pada balok beton yang tidak diperhitungkan menahan torsi.
Mutu beton fc’ = 15 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa, tersedia tulangan diameter
10 mm.
4.00
4.80 h
Diminta :
Tentukan tebal pelat dan tulangan yang diperlukan, bila pelat memikul beban
hidup 250 kg/m2 dan beban finishing penutup pelat (tegel, spesi, pasir
urug,plafon) = 140 kg/m2.
Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan bentang
pendek Lx = 4,00 meter (Pelat 2 tumpuan) = (Awal h min = (L/20) x 0,743) =
L/27
28
adalah :
L 4,0
hmin = = = 0,148 m
27 27
Tebal pelat ditentukan h = 0,15 m (= 150 mm)
2. Hitung beban-beban
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
qd akibat berat sendiri = 0,15 x 2,40 = 0,360 t/m2
qd dari finishing penutup lantai = 0,140 t/m2 +
4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 150 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter tulangan P = 10 mm
Tinggi efektif : dx = h - p - 1/2 P
= 150 - 20 - 1/2 x 10 = 125 mm
dy = h - p - Px - 1/2 Py
= 140 - 20 - 10 -1/2 x 10 = 115 mm
29
dx = 125 mm dy = 115 mm
150
10
10
20
Mn 1,080 x10 7
Rn = = = 0,6912
bd 2 1000 x1252
fy 240
m = '
= = 18,8235
0,85 fc 0,85x15
30
1 2mRn
= 1 1
m f y
1 2 x18,8235x0,6912
= 1 1
18,8235 240
= 0,0030
perlu max diperlukan tulangan tunggal.
perlu > min dipakai = 0,0030
As = b d = 0,0030 x 1000 x 125 = 375 mm2
Diperlukan tulangan P 10-200 = 392 mm2 375 mm2
memenuhi syarat
Mn 0,700 x10 7
Rn = = = 0,5293
bd 2 1000 x1152
fy 240
m = '
= = 18,8235
0,85 fc 0,85x15
1 2mRn
= 1 1
m f y
1 2 x18,8235x 0,5293
= 1 1
18,8235 240
= 0,0023
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 = 314 mm2 288 mm2
31
memenuhi syarat
memenuhi syarat
memenuhi syarat
32
tulangan yang masuk ke balok paling sedikit 50 % dari jumlah tulangan yang
diperlukan dilapangan (Lihat gambar 2.1a).
Kode tulangan :
- Lampisan terluar
- Lapisan kedua dari luar
Segitiga menunjuk kedalam pelat
- Lapisan terluar
- Lapisan kedua dari luar
Catatan :
P 10-200, artinya : tulangan polos diameter 10 mm dipasang setiap jarak 200 mm.
D 10-200, artinya : tulangan deform diameter 10 mm dipasang setiap jarak 200 mm.
33
Lx = 4000
Ly = 4800
p 10 - 250 p 10 - 200
1/10 1/10
L L
400 Lx = 4000 400
p 10 - 200 p 10 - 250
1/10 1/10
L L
400 400
Ly = 4800
34
2.5.2 Contoh 3
Diketahui Pelat Lantai untuk Ruang Kuliah seperti gambar 2.12. Mutu beton f c’ =
20 MPa, Mutu baja fy = MPa.
Diminta : Tentukan tebal Pelat dan Rencana Penulangan.
4.50
4.50
A X
1 2 3 4
(a). Denah pelat, dengan balok-balok pendukungnya
35
Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat
Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk
fy = 240 MPa dan bentang pendek Lx = 3,00 meter adalah :
- Pelat tipe a, satu ujung menerus, tebal minimum :
(awal h min = (L/24)x0,743) = L/32 )
L 3,0
hmin = = = 0,09375 m = 93,75 mm
32 32
- Pelat tipe b, kedua ujung menerus, tebal minimum :
(awal h min = (L/28)x0,743) = L/37 )
L 3,0
hmin = = = 0,08108 m = 81,08 mm
37 37
Ditentukan tebal pelat 0,10 m = 100 mm.
2. Pembebanan
Pelat lantai digunakan untuk Ruang Kuliah, dengan finishing penutup pelat
ditentukan sebagai berikut :
- tegel teraso, tebal = 2 cm,
-spesi pasangan = 2 cm,
- pasir urug bawah lantai = 2 cm,
- plafon, eternit = asbes pelat,
sesuai tabel 2.1 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
(PPIUG-1983), dapat di hitung besarnya beban mati dan beban hidup sebagai
berikut :
- Beban mati :
berat sendiri pelat = 0,10 x 1 x 2400 = 240 kg/m2
tegel tebal 2 cm = 2 x 24 = 48 kg/m2
spesi pasangan = 0,02 x 1 x 2100 = 42 kg/m2
pasir urug = 0,02 x 1 x 1600 = 32 kg/m2
Plafond, eternit = 11 + 7 = 18 kg/m2
Total beban mati qd = 380 kg/m2
36
- Beban hidup :
Dari Tabel 3.1 Peraturan PPIUG 1993, untuk ruang kuliah ditentukan
sebesar
q1 = 250 kg/m2
- Beban berfaktor :
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
= 1,2 x 380 + 1,6 x 250 = 856 kg/m2
edysip88@yahoo.com
4. Hitung tulangan
37
Tebal pelat h = 100 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter P = 8 mm
Tinggi efektif : dx = h - p - 1/2 P
= 100 - 20 - 1/2 x 8 = 76 mm
dy = h - p - P -1/2 P
= 100 - 20 - 8 - 1/2 x 8 = 68 mm
d = 76 mm d y = 68 mm 100
8
8
20
Gambar 2.13 Penentu dx dan dy
38
Mu 0,400 x10 7
Mn = = = 0,500 x 107 Nmm
0,8
Mn 0,500 x10 7
Rn = = = 0,8656
bd 2 1000 x 76 2
fy 240
m = '
= = 14,1176
0,85 fc 0,85x 20
1 2mRn
= 1 1
m f y
1 2 x14,1176 x 0,8656
= 1 1
14,1176 240
= 0,0037
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0037
As = b d = 0,0037 x 1000 x 76 = 281 mm2
Diperlukan tulangan P 8-150 = 333 mm2 281 mm2
memenuhi syarat
memenuhi syarat
39
didapat :
= 0,0067 min dipakai
As = b d = 0,0067 x 1000 x 68 = 456 mm2
Diperlukan tulangan P 8-100 = 500 mm2 456 mm2
memenuhi syarat
memenuhi syarat
Arah y : P 8-200
40
2. Tulangan Pelat tipe (b).
Dengan melihat besarnya momen pada pelat tipe (b) relatif lebih kecil dari pada
pelat tipe (a), dengan tujuan praktis dan untuk menghindarkan banyaknya tipe
tulangan yang sering berakibat kesalahan didalam pelaksanaan, maka tulangan
yang terpasang disamakan dengan tulangan pada pelat tipe (a), yaitu sbb:
Lapangan arah x, M1x = 0,370 P 8-150
41
1/5Lx 1/4Lx 1/4Lx 0.75 0.75 0.60
C
0.60
Ly = 4.50 a b a
0.75
B
1/4Lx
Ly = 4.50 b a
a
1/5Lx
A
1 2 3 4
(a). Denah Tulangan Pelat Lantai
42
2.6 Distribusi Beban
Ditinjau pelat tipe (a) seperti pada gambar 2.15. Pelat tersebut didukung
oleh balok-balok B1,B2 dan B4
Lx
B2
B1 B3 Ly
B4
B4
1/2 L 1/2 L
L Ly
(a) Bentang pendek (b) Bentang panjang
Gambar 2.16 Beban yang dipikul balok akibat pelat
43
Untuk balok yang hanya terdiri dari satu bentang, adalah tidak mengalami
kesulitan di dalam menghitung gaya-gaya dalam yang timbul (momen lentur dan
gaya geser), jika diterapkan langsung beban segitiga dan trapesium seperti di
atas, tetapi jika balok-balok ini merupakan balok menerus yang terdiri dari dua
bentang atau lebih, perhitungan mekanika akan menjadi rumit.
Langkah konservatip telah diambil oleh para perancang di dalam mengubah
beban segitiga/trapesium ini ke dalam beban merata equivalen, yaitu dengan
mendasarkan bahwa momen maksimum bentang akibat beban merata
equivalen, dengan asumsi balok bertumpu bebas pada kedua ujungnya (lihat
gambar 2.17).
1/2 Lx
Leq = 1/3 Lx
Lx
Ly – Lx
.
1/2 Lx
Leq
Ly
44
Ditinjau gambar 2.17a, dengan hukum kesetimbangan momen maksimum
akibat beban segitiga yang terjadi ditengah bentang di titik T sebesar :
Mmax = 1/24 Lx3
Momen maksimum akibat beban terbagi merata equivalen
Meq = 1/8 Leq Lx2
Dengan cara yang telah disebutkan di depan, Mmax = Meq maka
1/8 Leq Lx2 = 1/24 Lx3
Leq = 1/3 Lx
Untuk beban trapesium seperti gambar 2.17b, momen maksimum di tengah
bentang di titik T adalah :
Mmax = 1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 Ly ) 2
Momen ini harus sama dengan momen akibat beban merata equivalen yaitu :
1/8 Leq Lx2, maka :
1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 Ly ) 2 = 1/8 Leq Lx2 sehingga :
Leq = 1/6Lx 3 4( L x / 2L )
y
2
45
300 2
Leq = 1/6 x 3,00 x 3 4( )
2 x5,00
= 1,320 m
Beban yang dipikul oleh balok B1 dan B3 adalah
qbalok = Leq qu = 1,32 x 0,800 = 1,056 t/m
L = 3,00
B
2
1,00
B1 (a) B3
L y = 5.00
B4
1,32
46