Anda di halaman 1dari 20

STRUKTUR PELAT

2.1 Jenis-jenis Tumpuan Pelat

Untuk merencanakan pelat beton bertulang, disamping harus


memperhatikan beban dan ukuran pelat juga perlu diperhatikan jenis tumpuan
tepi.
- Bila pelat dapat berputar (berotasi) bebas pada tumpuan, maka pelat
dikatakan bertumpu bebas seperti disajikan pada gambar 2.1.

tak dibebani setelah dibebani

Gambar 2.1 Pelat tepi ditumpu bebas

- Bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku
terhadap momen puntir, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh seperti pada
gambar 2.2.

tak dibebani setelah dibebani

Gambar 2.2 Pelat tepi ditumpu jepit penuh

12
- Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka
pelat itu terjepit sebagian (terjepit elastis) seperti pada gambar 2.3.

tak dibebani setelah dibebani

Gambar 2.3 Pelat tepi ditumpu jepit elastis

Sebagai gambaran untuk membedakan jepit penuh atau jepit elastis dapat juga
diilustrasikan pada balok anak seperti gambar 2.4.

a. Balok tepi b. Balok tengah

Gambar 2.4 Hubungan antara pelat dan balok anak

Balok tengah pada gambar 2.4b yang lebih kecil dari balok tepi pada gambar
2.4a akan memberi jepitan yang lebih tinggi terhadap lantai kalau beban dikanan
dan kiri balok adalah permanen. Dengan demikian pada balok tepi lebih
konservatif bila tidak ditinjau sebagai jepit penuh, dan dianjurkan sebagai
tumpuan bebas. Jika diasumsikan sebagai jepit penuh harus dijamin bahwa
balok tepi tersebut mampu mencegah rotasi, untuk itu balok tepi harus didesain
relatif sangat kaku dengan memperhitungkan kekuatan torsi yang cukup.

13
Menurut bentuk geometri dan arah tulangan cara analisis pelat dibagi
menjadi dua yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah, yang masing-masing
dibahas lebih mendalam pada pasal-pasal berikut.

2.2 Pelat Satu Arah


Pada gambar 2.5 disajikan contoh pelat satu arah satu bentang dan pelat
dua bentang/ menerus.

a. Pelat satu bentang b. Pelat menerus dua bentang

Gambar 2.5 Pelat satu arah

Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap
sebagai gelegar diatas banyak tumpuan.
- Untuk pelat satu bentang dapat dipandang sebagai struktur statis tertentu,
penyelesaiannya dapat digunakan 3 buah persamaan kesetimbangan.
- Untuk pelat dua bentang atau lebih/pelat menerus (statis tak tertentu),
penyelesaiannya menggunakan persamaan kesetimbangan dengan satu
persamaan perubahan bentuk.

14
Selain itu pada SKSNI T15-03-1991 pasal 3.6.6 mengijinkan untuk
menentukan momen lentur dengan menggunakan koefisien momen (tabel 2.1),
asalkan dipenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini :
1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang
terpanjang dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%.
2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati.
3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
Untuk momen lapangan, L = bentang bersih diantara tumpuan.
Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri
dan kanan tumpuan.

Tabel 2.1. Koefisien momen dikalikan qu L2

1/16 1/9 1/16 1/16 1/16

1/14 1/14 1/10

1/24 1/9 1/24 1/24 1/24


1/11 1/11 1/ 8

1/16 1/10 1/10 1/16

1/14 1/16 1/14

1/24 1/10 1/10 1/24

1/11 1/16 1/11

1/16 1/10 1/11 1/10 1/16

1/14 1/16 1/16 1/14

15
1/24 1/10 1/11 1/10 1/24

1/11 1/16 1/16 1/11

1/16 1/10 1/11 1/11 1/10 1/16

1/14 1/16 1/16 1/16 1/14

1/24 1/10 1/11 1/11 1/10 1/24

1/11 1/16 1/16 1/16 1/11

Keterangan
Tumpuan ujung tetap (jepit)
Tumpuan ujung sederhana (sendi)

Menerus diatas tumpuan (sendi)

Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah
ini diberikan langkah-langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut :
1. Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan (Tabel 1.4).
2. Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor.
3. Hitung momen akibat beban berfaktor (Tabel 2.1).
4. Hitung Luas tulangan, dengan memperhatikan batas tulangan :
min < < mak min = 0,0025
5. Tentukan diameter dan jarak tulangan, dengan memperhatikan lebar retak :
s < smak smak 2,0 h
pilih yang terkecil
smak 250 mm

16
Jarak minimum Penutup beton :
tulangan utama Tidak langsung berhubungan
PBI : 25 mm dengan tanah/cuaca = 20 mm
saran : 40 mm Langsung berhubungan dengan
Tanah/cuaca = 40 mm

Jarak maksimum : Minimum tebal pelat :


tulangan utama h 100 mm
2.0 h atau 250 mm h 250 mm ,
tulangan pembagi diberikan tulangan
250 mm atas dan bawah

Diameter tulangan :
Polos p 8 mm
Deform d 6 mm
Kode tulangan :
Lapisan terluar

Lapisan kedua dari luar


Segitiga menunjuk ke
Lapisan terluar dalam pelat

Lapisan kedua dari luar

Gambar 2.6 Syarat-syarat tulangan pelat

17
2.3.1. Contoh 1

Diketahui pelat lantai seperti pada gambar 2.7 ditumpu bebas pada tembok bata,
menahan beban hidup 150 kg/m2dan finishing penutup pelat (tegel,spesi,pasir
urug) sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering.
Mutu beton fc’ = 20 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa (Polos).

L = 3.60 m

a. Denah b. Potongan

Gambar 2.7 Pelat satu arah pada contoh 1

Ditanyakan :
Tebal pelat dan Penulangan yang diperlukan

Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat (berkenaan syarat lendutan).
Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan pelat
ditumpu bebas pada dua tepi adalah : ( L/20) x 0,743, shg menjadi :
L 3,6
hmin = = = 0,1333 cm
27 27
Tebal pelat ditentukan h = 0,14 m (= 14 cm).

18
2. Hitung beban-beban
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,40 = 0,336 t/m2
qd dari finishing penutup lantai = 0,120 t/m2
+
2
Total beban mati qd = 0,456 t/m
Beban hidup q1 = 0,150 t/m2
Beban berfaktor qu = 1,2 x 0,548 + 1,6 x 0,150
= 0,7872 t/m2
3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.

Dengan menggunakan Tabel2.1, didapat :


1/24 1/24

1/ 8

Pada lapangan, Mu = 1/8 qu L2 = 1/8 x 0,7872 x 3,62


= 1,2753 tm
Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga)
Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62
= 0,4251 tm

4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 140 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter tulangan p

Tinggi efektif d = h – p – ½ p

= 140 – 20 – ½ . 10 = 115 mm

19
f ' = 15 MPa = 0,85, untuk f ' < 30 MPa
c 1 c
f = 240 MPa
y

0,85 f' 600


= 1 c
b f 600 + f
y y
0,85 0,85 15 600
x = 0,0323
240 600 240

= 075 0,75 0,0323 = 0,024


max b

min = 0,0025 ( berlaku untuk pelat)

a) Tulangan pada lapangan

Mu 1,2753 tm = 1,2753 10 7 Nmm

M 1,2753 10 7
M u = = 1,594 10 7 Nmm
n 0,8

M
n 1,594 107
Rn = = 1,2053
bd 2 1000 115 2
fy 240
m = = = 18,8235
0,85 f 'c 0,85 15

1 2 m Rn
= 1 1 -
m fy

1 2 18,8235 1,2053
= 1 - 1 -
18,8235 240

1 2 x18,8235x1,2053
= 1 1
18,8235 240

= 0,0053
max diperlukan tulangan tunggal.
> min (= 0,0025) dipakai = 0,0053

20
As = b d = 0,0053 x 1000 x 115 = 610 mm2
Diperlukan tulangan P 10-125 = 628 mm2 610 mm2

memenuhi syarat
(1 meter ada 8 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5 x 8 = 628 mm2)
b) Tulangan pada tumpuan
Mu = 0,4251 tm = 0,4251 x 107Nmm
7
Mn =
Mu = 0,4251x10 = 0,5314 x 107 Nmm
0,8
7
Rn
Mn = 0,5314 10 = 0,4018
=
b d2 1000 1152
fy 240
m = '
= = 18,8235
0,85 fc 0,85x15

1 2mRn
= 1 1
m fy

1 2 18,8235 0,5293
= 1 1
18,8235 240
= 0,0017
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 = 314 mm2 288 mm2

memenuhi syarat
(1 meter ada 4 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5 x 4 = 314 mm2)

c) Tulangan pembagi
Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan
tulangan pembagi (demi tegangan suhu dan susut).
0,25 bh
Untuk fy = 240 AS =
100

21
0,18 bh
Untuk fy = 400 AS =
100
Tulangan pembagi di lapangan :
0,25 1000 140
AS = = 350 mm2
100
Diperlukan tulangan P 10-220 = 357 mm2 350 mm2

memenuhi syarat
(1 meter ada 5 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5x5 = 392,5mm2)

Tulangan pembagi di tumpuan cukup diperlukan


tulangan praktis P 8 - 250 = 201 mm2
5. Gambar Sketsa Penulangan

p 10 - 250 p 10 - 250

p 10 - 250

p 10 - 250

p 8 - 250 p 10 - 220

1/5 L 1/5 L
720 720

p 8 - 250 p 10 - 250

1/10 L p 10 - 220 p 10 - 125 1/10 L

360 360
L = 3600

Gambar 2.7 Sketsa Penulangan pada contoh 1


22
2.4 Pelat Dua Arah
Ditinjau suatu pelat lantai dengan balok-balok pendukungnya seperti
gambar 2.8.

LX LX

B2 B2

B1 B3 B1 B3
LY LY

B4 B4

b. LX < 0.4 LY
a. LX 0.4 LY

Gambar 2.8 Pelat dengan balok-balok pendukungnya.

Apabila Lx 0,4 Ly seperti gambar 2.8a, pelat dianggap sebagai


menumpu pada balok B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang
menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat
sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah
x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya
sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.

23
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar 2.8b, pelat tersebut dapat
dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4
hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat
dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah
x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
Tabel 2.2 menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur 1 meter,
masing-masing pada arah x dan arah y.
Mlx = momen lapangan per meter lebar di arah x.
Mly = momen lapangan per meter lebar di arah y.
Mtx = momen tumpuan per meter lebar di arah x.
Mty = momen tumpuan per meter lebar di arah y.
Mtix = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah x.
Mtiy = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah y.
Seperti pada pelat satu arah, pemakaian tabel 2.1 ini dibatasi beberapa syarat :
a. Beban pelat terbagi rata.
b. Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum
antara panel pelat.
qu, min > 0,4 qu,mak.
c. Perbedaan terbatas antara panjang bentang yang berbatasan.
Lx, terpendek 0,8 Lx, terpanjang.
Ly, terpendek 0,8 Ly, terpanjang.
Jika syarat-syarat diatas dipenuhi, maka tabel 2.2 dapat memberikan hasil yang
aman terhadap momen-momen lentur maksimum.
Momen jepit tak terduga disini dianggap sama dengan setengah momen
lapangan di panel yang berbatasan, maka :
Pada arah x, Mtix = 1/2 M1x.
Pada arah y, Mtiy = 1/2 M1y.

24
Tabel 2.2 Momen per meter lebar dalam jalur tengah akibat beban terbagi rata

Skema Momen per meter Ly/Lx

Lebar Jalur 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,5

I M1x = 0,001 qulx2 x 41 54 67 79 87 97 110

M1y = 0,001 qulx2 x 41 35 31 28 26 25 24

II M1x = 0,001 qulx2 x 25 34 42 49 53 58 62

M1y = 0,001 qulx2 x 25 22 18 15 15 15 14

Mtx = 0,001 qulx2 x 51 63 72 78 81 82 83

Mty = 0,001 qulx2 x 51 54 55 54 54 53 51

M1x = 0,001 qulx2 x 30 41 52 61 67 72 80


III
M1y = 0,001 qulx2 x 30 27 23 22 20 19 19

Mtx = 0,001 qulx2 x 68 84 97 106 113 117 122

Mty = 0,001 qulx2 x 68 74 77 77 77 76 73

IV M1x = 0,001 qulx2 x 24 36 49 63 74 85 103

M1y = 0,001 qulx2 x 33 33 32 29 27 24 21

Mty = 0,001 qulx2 x 69 85 97 105 110 112 112

V M1x = 0,001 qulx2 x 33 40 47 52 55 68 62

M1y = 0,001 qulx2 x 24 20 18 17 17 17 16

Mtx = 0,001 qulx2 x 69 76 80 82 83 83 83

VA M1x = 0,001 qulx2 x 31 45 58 71 81 91 106

M1y = 0,001 qulx2 x 39 37 34 30 27 25 24

Mtx = 0,001 qulx2 x 91 102 108 111 113 114 114


= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung bebas / tergantung)

25
Tabel 2.2 (lanjutan)

Skema Momen per meter Ly/Lx


Lebar Jalur 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,5
VB M1x = 0,001 qulx2 x 39 47 57 64 70 75 81
M1y = 0,001 qulx2 x 31 25 23 21 20 19 19
Mtx = 0,001 qulx2 x 91 98 107 113 118 120 124
VI M1x = 0,001 qulx2 x 28 37 45 50 54 58 62
M1y = 0,001 qulx2 x 25 21 19 18 17 17 16
Mtx = 0,001 qulx2 x 60 70 76 80 82 83 83
Mty = 0,001 qulx2 x 54 55 55 54 53 53 51
VIIA M1x = 0,001 qulx2 x 14 21 27 34 40 44 52
M1y = 0,001 qulx2 x 30 39 47 56 64 70 85
Mtx = 0,001 qulx2 x 48 69 94 120 148 176 242
Mty = 0,001 qulx2 x 63 79 94 106 116 124 137
B
VII M1x = 0,001 qulx2 x 30 33 35 37 39 40 41
M1y = 0,001 qulx2 x 14 15 15 15 15 15 15
Mtx = 0,001 qulx2 x 63 69 74 79 79 80 82
Mty = 0,001 qulx2 x 48 48 47 47 47 46 45

= terletak bebas
= menerus pada tumpuan
= tidak tertumpu (ujung beban bebas/tergantung)

26
2.5 Contoh Perhitungan Pelat dua arah

2.5.1 Contoh 2

Diketahui :
Pelat lantai menumpu pada balok seperti gambar 2.9, berada di lingkungan
kering, ditumpu pada balok beton yang tidak diperhitungkan menahan torsi.
Mutu beton fc’ = 15 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa, tersedia tulangan diameter
10 mm.

4.00

4.80 h

Gambar 2.9 Pelat pada contoh 2

Diminta :
Tentukan tebal pelat dan tulangan yang diperlukan, bila pelat memikul beban
hidup 250 kg/m2 dan beban finishing penutup pelat (tegel, spesi, pasir
urug,plafon) = 140 kg/m2.

Penyelesaian :
1. Tentukan tebal pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan bentang
pendek Lx = 4,00 meter
adalah :

27
L 4,0
hmin = = = 0,148 m
27 27
Tebal pelat ditentukan h = 0,15 m (= 150 mm)

2. Hitung beban-beban
qu = 1,2 qd + 1,6 q1
qd akibat berat sendiri = 0,15 x 2,40 = 0,360 t/m2
qd dari finishing penutup lantai = 0,140 t/m2 +

Total beban mati qd = 0,500 t/m2


Beban hidup q1 = 0,250 t/m2
Beban berfaktor qu = 1,2 x 0,500 + 1,6 x 0,250
= 1,00 t/m2

3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor.


Ditinjau pias sebelebar 1 meter, jadi qu = 1,00 t/m
Dengan menggunakan tabel 2.1, untuk Ly/Lx = 1,2
Kasus I, tumpuan bebas didapat momen dari tabel 2.2 sebagai berikut :
MLx = 0,054 qu Lx2 = 0,054 x 1,0 x 4,02 = 0,864 tm
MLy = 0,035 qu Lx2 = 0,35 x 1,0 x 4,02 = 0,560 tm
Mtix = 1/2 M1x = 1/2 x 0,864 = 0,432 tm
Mtiy = 1/2 M1y = 1/2 x 0,560 = 0,280 tm

4. Hitung tulangan
Tebal pelat h = 150 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter tulangan P = 10 mm
Tinggi efektif : dx = h - p - 1/2 P

= 150 - 20 - 1/2 x 10 = 125 mm


dy = h - p - Px - 1/2 Py

= 140 - 20 - 10 -1/2 x 10 = 115 mm

28
dx = 125 mm dy = 115 mm
150
10
10
20

Gambar 2.10 Penentuan dx dan dy

fc’ = 15 MPa 1 0,85, untuk fc’ 30 Mpa


fy’ = 240 MPa
0,85 1f'c 600
b = .
fy 600 fy
0,85x0,85x15 600
= x = 0,0323
240 600 240
max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0323 = 0,024
min = 0,0025 (berlaku untuk pelat)

a) Tulangan pada lapangan arah x


b = 1000 mm, d = 125 mm
Mu = 0,864 tm = 0,864 x 107Nmm

M 0,864 x107
Mn = u = = 1,080 x 107
0,8
7
Rn
Mn = 1,080x10 = 0,6912
=
bd 2 1000x1252
fy 240
m = '
= = 18,8235
0,85 fc 0,85x15

1 2mRn
= 1 1
m fy

29
1 2 x18,8235x0,6912
= 1 1
18,8235 240
= 0,0030
perlu max diperlukan tulangan tunggal.
perlu > min dipakai = 0,0030
As = b d = 0,0030 x 1000 x 125 = 375 mm2
Diperlukan tulangan P 10-200 = 392 mm2 375 mm2

memenuhi syarat

b) Tulangan pada lapangan arah y


b = 1000 mm, d = 115 mm
Mu = 0,560 tm = 0,560 x 107Nmm
7
Mn =
Mu = 0,560x10 = 0,700 x 107 Nmm
0,8
7
Rn
Mn = 0,700x10 = 0,5293
=
bd 2 1000x1152
fy 240
m = '
= = 18,8235
0,85 fc 0,85x15

1 2mRn
= 1 1
m fy

1 2x18,8235x0,5293
= 1 1
18,8235 240
= 0,0023
max diperlukan tulangan tunggal.
min dipakai = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 = 314 mm2 288 mm2

memenuhi syarat

30
c) Tulangan pada tumpuan arah x
b = 1000 mm, d = 115 mm
Mu = 0,560 tm = 0,560 x 107Nmm
Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas,
didapat :
= 0,0018 min dipakai min = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 125 = 313 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 = 314 mm2 313 mm2

memenuhi syarat

d) Tulangan pada tumpuan arah y


b = 1000 mm, d = 115 mm
Mu = 0,280 tm = 0,280 x 107Nmm
Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas,
didapat :
= 0,0012 min dipakai min = 0,0025
As = min b d = 0,0025 x 1000 x 115 = 288 mm2
Diperlukan tulangan P 10-250 = 288 mm2 313 mm2

memenuhi syarat

5. Gambar Sketsa Penulangan


Sketsa penulangan diperlihatkan seperti gambar 2.11.
Pada tumpuan arah x, tulangan dihentikan pada jarak 1/5 L x dari muka balok.
Pada tumpuan arah y, tulangan juga dihentikan pada jarak 1/5 Lx dari muka
balok.
Pada lapangan arah x, sesuai hitungan diperlukan tulangan P 10-200, tulangan
tersebut dihentikan sampai jarak 1/10 Lx dari muka tumpuan. Selanjutnya
tulangan yang masuk ke balok paling sedikit 50 % dari jumlah tulangan yang
diperlukan dilapangan (Lihat gambar 2.1a).

31

Anda mungkin juga menyukai