Oleh :
DWI NURDIANSYAH AMBARITA
193110415
KELAS IV C
Cover.......................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................iv
BAB I.......................................................................................1
Pendahuluan.......................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................3
BAB II......................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................4
2.1 Syarat Perencanaan Pondasi Dan Jenis-Jenis Pondasi
.......................................................................................... 4
2.2 Kapasitas Dukung Tanah Dan Fase-Fase Keruntuhan
Pondasi...............................................................................5
2.3 Teori Analisis Daya Dukung Tanah..............................8
2.4 Daya Dukung pada Tanah Lempung (Skempton)........17
2.5 Daya Dukung Pada Tanah Pasir..................................19
2.6 Hasil pengujian sondir..................................................19
2.7 Hasil pengujian beban pelat.........................................20
2.8 Metode Plastis..............................................................21
2.9 Pondasi Dangkal...........................................................23
2.9.1 Pondasi Memanjang............................................26
2.9.2 Pondasi Setapak Gabungan...............................29
i
Contoh Soal........................................................................52
BAB III.....................................................................................54
PENUTUP.............................................................................54
3.1 Kesimpulan....................................................................54
3.2 Saran.............................................................................54
DAFTAR PUSTAKA................................................................55
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
diberikan kesempatan untuk belajar walaupun dalam kondisi
yang berbeda atau secara daring. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah yang menjadi tugas mata kuliah Desain Pondasi I
dengan judul “Pertimbangan Daya Dukung Tanah Dengan
Teori Plastis Dan Menurus Untuk Jenis Pondasi
Memanjang Dan Pondasi Telapak Gabungan”. Disamping
itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah
ini.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh
dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.
Pekanbaru, 23 - April – 2021
2
Untuk mengurangi kelemahan dari tanah tersebut, ada
alternatif lain tanpa memperbaiki tanahnya melainkan dengan
cara pondasi berselimut. Sehingga disini pondasi didesain
dengan gabungan antara pondasi yang dikombinasikan dengan
selimut di bawahnya. Landasan pondasi ini adalah baja atau
beton dengan selimut melingkar tipis di pinggiran pondasi.
Dengan adanya selimut di bawahnya diyakini bahwa daya
dukung pondasi akan meningkat. Penelitian ini adalah untuk
menentukan daya dukung pondasi telapak pada tanah berlapis
dengan dan tanpa selimut dengan parameter yang
mempengaruhinya.
Perencanaan pondasi tidak lepas dari perhitungan kuat
daya dukung tanah. Daya dukung tanah adalah kemampuan
tanah untuk menahan beban konstruksi. Daya dukung tanah
dianalisis agar pondasi tidak mengalami keruntuhan geser
(shear failure) dan penurunan berlebih. Daya dukung tanah
tersebut ditentukan oleh jenis dan karakter tanah. Tanah
berlapis adalah tanah yang memiliki lapisan sebanyak dua atau
lebih dengan perbedaan jenis dan atau karakter antar
lapisannya. Untuk menghitung daya dukung tanah berlapis
dapat dilakukan pendekatan dari teori Limit Equilibrium Method
oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1963), Hansen (1970), dan
Vesic (1973), yaitu dengan asumsi tanah berlapis menjadi
tanah homogen (satu lapis), meskipun kekuatan tiap lapisan
tanah cukup berbeda. Hal itu dilakukan jika ketebalan lapisan
atas relatif tebal dibandingkan dengan lebar pondasi.
Sebaliknya, jika tebal lapisan atas relatif tipis dibandingkan
dengan lebar pondasi, maka asumsi tersebut tidak berlaku.
Namun pada kenyataan di lapangan, kondisi tanah homogen
jarang dijumpai. Oleh karena itu, daya dukung pondasi pada
tanah berlapis perlu ditinjau lebih lanjut. Sedangkan, untuk
tinjauan daya dukung tanah terhadap jarak antar pondasi, studi
dilakukan pada tanah pasiran homogen. Variasi jarak antar
pondasi mengikuti teori Stuart (1962).
1.3 Tujuan
Pembaca dapat memahami definisi dan konsep dari
Pertimbangan daya dukung tanah dengan teori plastis dan
menerus untuk jenis pondasi memanjang dan pondasi telapak
gabungan. Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan
memperdalam pemahaman tentang Mata Kuliah Desain
Pondasi.
BAB II
PEMBAHASA
N
Dimana:
= kapasitas dukung ultimit/batas (kN/m2)
= beban ultimit/beban batas (kN)
= luas beban (m2)
Konsep perhitungan daya dukung batas tanah dan bentuk
keruntuhan geser dalam tanah dapat dilihat dalam model
pondasi menerus dengan lebar (B) yang diletakkan pada
permukaan lapisan tanah pasir padat (tanah yang kaku) seperti
pada Gambar 2.1a. Apabila beban terbagi rata (q) tersebut
ditambah, maka penurunan pondasi akan bertambah pula. Bila
besar beban terbagi rata q = qu (qu = daya dukung tanah
batas) telah dicapai, maka keruntuhan daya dukung akan
terjadi, yang berarti pondasi akan mengalami penurunan yang
sangat besar tanpa penambahan beban q lebih lanjut seperti
Gambar 2.1b.
a) Model pondasi
b) kurva hubungan antara beban dan penurunan
Kurva I menunjukkan kondisi keruntuhan geser umum.
Pada waktu beban ultimit tercapai, tanah melewati fase
kedudukan keseimbangan plastis. Kondisi lain, jika tanah
sangat tidak padat atau lunak, penurunan yang terjadi sebelum
keruntuhan sangat besar. Pada kasus ini, keruntuhannya
terjadi sebelum keseimbangan plastis tanah termobilisasi,
seperti yang ditunjukkan pada kurva 2 yaitu pada kondisi
keruntuhan geser lokal.
Fase 1 Fase II
Fase III
Gambar 2.1.1 fase-fase keruntuhan
Fase-fase keruntuhan dibagi menjadi tiga fase sebagai berikut:
1. Fase I
Pada awal pembebanan, tanah di bawah pondasi akan
turun, terjadi pengembungan kolom tanah tepat dibawah
dasar pondasi ke arah lateral dan penururan permukaandi
sekitar pondasi. Penurunan yang terjadi sebanding
dengan besarnya beban tanah dalam kondisi
keseimbangan elastis. Masa tanah di bawah pondasi
mengalamikomresi sehingga kuat geser tanah naik,
sehingga daya dukung bertambah.
2. Fase II
Pada penambahan beban selanjutnya, penurunan tanah
terbentuk tepat di dasar pondasi dan deformasi plastis
tanah menjadi dominan. Gerakan tanah pada kedududkan
plastis dimulai dari tepi pondasi, dengan bertambah beban
zona plastis berkembang,kuat geser tanah
berkembang.Gerakan tanah ke arah lateral semakin
nyata, sehingga terjadi
retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi pondasi.
3. Fase III
Fase ini dikarekteristikkan oleh kecepatan deformasi yang
semakin bertambah sejalan dengan penambahan beban
yang diikuti oleh gerakan tanah kearah luar sehingga
permukaan tanah menggembung, sehingga tanah
mengalami keruntuhan disebut bidang geser radial dan
linier.
= e
Dimana:
c = kohesi (kN/m2)
Df = kedalaman fondasi (m)
γ = berat volume tanah (kN/m3)
B = lebar fondasi (m)
NC , Nq , N γ = faktor kapasitas dukung tanah (fungsi ⱷ)
Untuk tanah dengan keruntuhan geser setempat (local
shear failure)
Untuk harga c diganti c′ = 2/3 c dan harga diganti ′ =
tan-1 (2/3 tan ). Dari nilai c′ dan ′ didapatkan faktor-faktor
daya dukung untuk kondisi keruntuhan lokal: N′c; N′q; N′
N′c N′q N′ N′c N′q N′
0 5,70 1,00 0,00 26 15,53 6,05 2,59
1 5,90 1,07 0,005 27 16,30 6,54 2,88
2 6,10 1,14 0,02 28 17,13 7,07 3,29
3 6,30 1,2 0,04 29 18,03 7,66 3,76
4 6,51 1,30 0,055 30 18,99 8,31 4,39
5 6,74 1,39 0,074 31 20,03 9,03 4,83
6 6,97 1,49 0,10 32 21,16 9,82 5,51
7 7,22 1,59 0,128 33 22,39 10,69 6,32
8 7,47 1,70 0,16 34 23,72 11,67 7,22
9 7,74 1,82 0,20 35 25,18 12,75 8,35
10 8,02 1,94 0,24 36 26,77 13,97 9,41
11 8,32 2,08 0,30 37 28,51 15,32 10,90
12 8,63 2,22 0,35 38 30,43 16,85 12,75
13 8,96 2,38 0,42 39 32,53 18,56 14,71
14 9,31 2,55 0,48 40 34,87 20,50 17,22
15 9,67 2,73 0,57 41 37,45 22,70 19,75
16 10,06 2,92 0,67 42 40,33 25,21 22,50
17 10,47 3,13 0,76 43 43,54 28,06 26,25
18 10,90 3,36 0,88 44 47,13 31,34 30,40
19 11,36 3,61 1,03 45 51,17 35,11 36,00
20 11,85 3,88 1,12 46 55,73 39,48 41,70
21 12,37 4,17 1,35 47 60,91 44,54 49,30
22 12,92 4,48 1,55 48 66,80 50,46 59,25
23 13,51 4,82 1,74
24 14,14 5,20 1,97 49 73,55 57,41 71,45
25 14,80 5,60 2.25 50 81,31 65,60 85,75
* Kumbhojkar (1993)
α, β = faktor bentuk
Bentuk pondasi α β
Menerus 1 1
(1+0,3 (1-0,2
Persegi panjang (BxL)
B/L) B/L)
Dimana :
α, β = faktor bentuk pondasi
c = kohesi tanah (kN/m2)
Df = kedalaman fondasi (m)
γ = berat volume tanah (kN/m3)
γw = berat volume air (kN/m3)
γ’ = berat volume efektif (kN/m3)
γ’= γ- γw
B = lebar fondasi (m)
NC , Nq , N γ = faktor kapasitas dukung tanah (fungsi ⱷ)
Istilah – istilah penting
p = tekanan overburden total(total overburden pressure)
adalah intensitas tekanan total yang terdiri dari berat
material di atas dasar pondasi total, yaitu berat tanah dan
air sebelum pondasi dibangun.
qu= daya dukung ultimit/batas (ultimate bearing capacity)
adlah beban maksimum per satuan luas yang masih dapat
didukung oleh pondasi, dengan tidak terjadi kegagalan
geser pada tanah yang mendukungnya. Besranya beban
yang didukung, termasuk beban struktur, beban pelat
pondasi, dan tanah urug di atasnya.
qun= daya dukung ultimit neto (net ultimate bearing
capacity) adalah nilai intensitas beban pondasi neto
dimana tanah akan mengalami keruntuhan geser, dengan:
qun = qu- Df
q= tekanan pondasi total(total foundation pressure) atau
intensitas pembebanan kotor (gross loading intensity)
adalah intensitas tekanan total pada tanah di dasar
pondasi, sesudah struktur sudah selesai dibangun dengan
pembebanan penuh. Beban-bebannya termasuk berat
kotor pondasi, berat struktur atas, dan berat kotor tanah
urug termasuk air di atas dasar pondasi.
qn= tekanan pondasi neto(net foundation pressure)
adalah untuk pondasi tertentu adalah tambahan tekanan
pada dasar pondasi, akibat beban mati dan beban hidup
dari struktur. Bila dinyatakan dalam persamaan maka:
qn = q- Df
qa= daya dukung ijin (allowable bearing capacity) adlah
besarnya intensitas beban neto maksimum dengan
mempertimbangkan besarnya kapasitas dukung,
penurunan dan kemampuan struktur untuk menyesuaikan
terhadap pengaruh penurunan tersebut.
SF =
Dimana:
= berat volume tanah di atas dasar
pondasi Df = kedalaman pondasi
qu= daya dukung ultimit
q = tekanan pondasi total
q=
1. Pondasi di permukaan D = 0
Nc = 5,14 (pondasi memanjang) dan N c = 6,20 (pondasi
lingkaran/bujur sangkar).
2. Pondasi pada kedalaman 0 < D < 2,5 B) Nc =
(1+0,2 ⁄ ) Nc permukaan
3. Pondasi pada kedalaman D > 2,5 B Nc = 1,5 Nc permukaan
Pondasi memanjang:
Daya dukung batas: qu = cu Nc + γ D Nq
Daya dukung batas netto: qu’ = cu’ Nc
Dimana: qu = daya dukung batas (kN/m2)
qu’ = daya dukung batas netto (kN/m2)
D = kedalaman pondasi (m)
γ = berat satuan tanah (kN/m3)
cu = kohesi undrained (kN/m2)
Nc = faktor daya dukung
Pondasi empat persegi panjang (B x L):
Nc = (0,84 + 0,16 ⁄ ) Nc bujur sangkar
Nc
Gambar 2.5.1 faktor kapasitas dukung Nc (Skempton, 1951)
2.5 Daya Dukung Pada Tanah Pasir
Pada tanah pasir dan kerikil (c=0), daya dukung
terutama dipengaruhi oleh kerapatan relatif (relative density),
kedudukan muka air tanah, tekanan kekang, dan ukuran
pondasi. Persamaan untuk masing-masing pondasi adalah
sebagai berikut:
1. Pondasi menerus qu = γ D Nq + 0.5 γ B Nγ
2. Pondasi bujur sangkar qu = γ D Nq + 0.4 γ B Nγ
3. Pondasi lingkaran/bulat qu = γ D Nq + 0.3 γ B Nγ
4. Pondasi 4 persegi panjang qu = γ D Nq + (1-0,2 B/L)
0.5 γ B Nγ
Perhitungannya berdasarkan kondisi terdrainasi dengan
menggunakan parameter tegangan efektif ϕ’ > 0 dan c’ = 0.
qa = ( ) kg/cm2
Dimana: qa = daya dukung ijin untuk penurunan 1 inchi
qc = nilai konus (kg/cm2), diambil nilai konus rata-
rata sampai kedalaman B
Schmertmann (1978), mengusulkan hubungan daya
dukung dengan nilai konus untuk pondasi dangkal dengan
⁄ ≤ 1,5 sebagai berikut:
dimana :
= teganganger
c = kohesi tanah
= tegangan normal
= sudut geser dalam tanah
Prandtl mengembangkan persamaan dari analisis kondisi
aliran yang diasumsikan seperti Gambar 1.
b. penurunan (settlement)
Penurunan yang terjadi pada struktur pondasi dangkal
yang terjadi akibat beban struktur yang dipikul oleh
pondasi tersebut, dalam perhitungannya dikenal :
Penurunan seketika (immediate settlement) yaitu
penurunan diakibatkan oleh elastisitas tanah
Penurunan konsolidasi (consolidation settlement)
yaitu penurunan yang diakibatkan peristiwa
konsolidasi atau peristiwa keluarnya air dari ruang
pori partikel tanah.
Pondasi rakit
Batas pemilikan
dengan
P P P
1 2
maks
L a
BL 6
dan
qmaks = 4P L
≤ qa ; untuk e >
3BL 6
2e
g. Hitung
q
= P
1
6e >0 ; untuk e≤ L
min
L
BL 6
h. Hitung daya dukung aman netto (qn) , untuk lebar pondasi
B
i. Kontrol qn ≥ qa
R
P1=80 t P2=160 t
1,5 m
0,4 m4,0 m a2
qn
B
r1r2
Gambar C 4.1
PRP 1
= P1 + P2 = 80 t + 160 t = 240 t
P2
qnet = 240
= 15 t/m2
2,6
6,14
Contoh 4.2
Dua buah kolom masing-masing P1= 80 t dan P2= 120 t, yang
berjarak 3 m akan dibangun pada lapisan tanah pasir tebal ,
yang mempunyai berat volume γb= 1,9 t/m3, φ = 30o,
kedalaman muka air tanah sangat dalam. Kolom P1
berbatasan dengan kepemilikan dengan jarak 40 cm.
Sedangan kolom P2 terletak bebas dalam bangunan. Bila
diinginkan pusat berat luasan berimpit resultan beban,
rencanakan lebar pondasi yang aman.
R
P1= 80 t P2=120 t
Lapisan pasir tebal
D f= 5 m 3
b = 1,9 t/m
1, = 30 o
qn
L=4,4 m
r1 r2
Gambar C 4.2
Untuk pasir dengan sudut gesek φ =30o , dapat diklasifikasikan
sebagai pasir dengan kepadatan sedang, maka daya dukung
estimasi qa = 2 kg/cm2 = 20 t/m2
P R P P = 80 + 120 = 200 t
1 2
Contoh 4.3
Dua buah kolom masing-masing P 1= 80 t dan P2= 120 t, yang
berjarak 3 m akan dibangun pada lapisan tanah pasir tebal ,
yang mempunyai berat volume γb= 1,9 t/m3, φ = 30o,
kedalaman muka air tanah sangat dalam. Kolom P1dan P2
berbatasan dengan kepemilikan dengan jarak 40 cm. Bila
diinginkan pusat berat luasan tidak berimpit resultan beban,
rencanakan lebar pondasi yang aman.
Penyelesaian:
R
P1= 80 t P2=120 t
Lapisan pasir tebal
Df= 1,5 m b= 1,9 t/m3
= 30o
qn min
qn max
L=3,8 m
r1 r2
Gambar C4.3
qa
q = A
P My Xo
Iy
Contoh 4.4
Dua buah kolom dengan beban masing-masing P1 = 80 t, P2 =
140 t. Jarak kedua kolom 3 m. Dibangun di atas tanah pasir γb
= 1,8 t/m3 pada kedalaman 1,5 m dari permukaan tanah. Hasil
pengujian SPT didapat N rata-rata di bawah pondasi N = 20.
Bila a2 = 40 cm, a1 = lahan bebas. Rencanakan dimensi
pondasi telapak trapezium yang aman terhadap daya dukung !
Penyelesaian :
P = R = 80 + 140 = 220 ton
Pusat berat luasan trapesium dibuat berimpit dengan garis
kerja resultan beban-bebannya
Letak resultan beban-beban dari pusat kolom P2 : P x y = P1 x
L1
P1 L1 80 3
y= = = 1,09 m
P 220
80 (L – a1) + 56 = 327,8
80 (L – a1) = 271,8
L – a1 = 3,40 m
P1=80 t
y=1,09 m P2= 140 t
R
Pasir kepadatan sedang
Df=1,5 m N-SPT = 20
b= 1,8 t/m3
r=1,49 m
a1 L1=3,0 m a2=0,4 m
qn
B1 B2
Gambar C4.4
Misal dipakai a1 = 0,3 m, maka panjang pondasi trapezium L =
3,40 + 0,3 = 3,70 m
Pasir dengan nilai N-SPT = 20 ( sudut gesek dalam tanah 33 o).
Estimasi nilai daya dukung diizinkan untuk pasir kepadatan
relatif sedang qa = 20 t/m2.
Luas plat telapak trapezium A:
P 220
A = 11 m2
qa 20
B1
2A 2 11 3 1 =
3r 1,49 1,24 m
= 1 =
L L 3,7 3,7
B2 2 11
2A 1,24 = 4,71 m
= B
=
1
L 3,7
Daya dukung diizinkan untuk pondasi B = 1,24 m
Untuk N-SPT = 20, maka menurut Peck& Terzaghi didapat φ
= 330 ,
Dari table factor daya dukung Terzaghi diperoleh Nγ= 31,17 ;
Nq = 33
qult = po . Nq + 0,5 γ B.Nγ
= (1,5x1,8x33) + (0,5x1,8x1,24x31,17)
= 123,88 t/m2
qult netto = qu – po = 123,88 – (1,8 x 1,5) = 121,18 t/m2
qn = qu netto 121,18 2
SF 3 40,39 t / m
Contoh 4.5
Dua buah kolom masing-masing P1 = 140 t, P2 = 120 t. Jarak
kedua kolom 3 m. Dibangun di atas tanah pasir yang relatif
homogen. Dari pengujian SPT di lapangan diperoleh N rata-
rata di bawah pondasi N = 20. Berat volume pasir γb = 1,8 t/m3 ,
kedudukan air tanah sangat dalam. Bila jarak kolom terhadap
batas-batas lahan a1 = 40 cm, a2 = 40 cm. Rencanakan
dimensi pondasi yang aman terhadap daya dukung !
Penyelesaian :
P = 140 + 120 = 260 t
a1 = 40 cm; dan a2 = 40 cm, serta L = a1 + L1 + a2 = 3,80 m
Misal dipakai pusat berat luasan trapesium dibuat berimpit
dengan garis kerja resultan beban-bebannya.
Maka jarak resultan beban terhadap sisi B2 ( r )adalah :
P1 L a1 P2
ra2 1403,8 0,4 120 0,4
260 2,02 m
P
P1=140 t
P2= 120 t
R
r=2,02 m
a1=0,4 L1=3,0 m a2=0,4
qn
B1 B2
L
Gambar C4.5
Daya dukung aman dengan lebar pondasi B = 2,75 m
Untuk N-SPT = 20, maka menurut Peck& Terzaghi didapat φ
= 330 ,
Dari table factor daya dukung Terzaghi diperoleh Nγ= 31,17 ;
Nq = 33
qult = po . Nq + 0,5 γ B.Nγ
= (1,5 x 1,8 x 33) + (0,5 x 1,8 x 2,75 x 31,17)
= 166,24 t/m2
qult netto = qu – po = 166,24 – (1,8 x 1,5) = 163,54 t/m2
qn = qu netto 163,54 2
SF 3 54,51t / m
Contoh 4.6
Dua buah kolom masing-masing P1 = 80 t, P2 = 140 t. Jarak
kedua kolom 3 m. Dibangun di atas tanah pasir yang relatif
homogen γb = 1,8 t/m3. Dari pengujian SPT di lapangan
diperoleh N rata-rata di bawah pondasi N = 20. Bila jarak kolom
terhadap batas-batas lahan a1 = 50 cm, a2 = 60 cm.
Rencanakan dimensi pondasi yang aman terhadap daya
dukung !
Penyelesaian :
P1=80 t R P2=140 t
Df= 1,5 m
qn maks
qn min
ro
B2
B1
4,1
Gambar C 4.6
P1 = 80 t; P2 = 140 t
N – SPT = 20, merupakan pasir kepadatan sedang. Estimasi
nilai daya dukung diizinkan untuk tanah pasir sedang q a = 2
kg/cm2 = 20 t/m2.
a1 = 50 cm; a2 = 60 cm, L= a1 + a2 + L1= 4,1 m
P = 80 + 140 = 220 t
Jarak resultan beban terhadap sisi B2 (r) adalah
P1 L a1 P2
ar 2 804,1 0,5 140 0,6
220 1,69 m
P
Luas pelat pondasi yang diperlukan :
P 220
A= 11 m2
qa 20
B1 =
2A 2 11 3 1 = 1,23
3r 1,69 m
1 =
L L 4,1 4,1
2A 2 11
B = B= 1,23 = 4,13 m
2 1
4,1
L
= 45,95 + 15,74
= 61,68 m4
Momen interia luasan pondasi terhadap sb y (Iy) :
Iy = IB2 – A.ro2 = 61,68 – 11 . 1,882 = 22,80 m4
Momen P terhadap sumbu y :
My = e . P = (ro – r) . P = (1,88 – 1,69) . 220 = 41,8 tm
Tekanan pada dasar pondasi :
q = A
P My Xo
Iy
Penyelesaian:
Sudut gesek internal(φ)yang digunakan adalah sudut gesek unt
uk lapisan 2(pada dasar fondasi) yaitu φ=30o. Bila dianggap terj
adi keruntuhan geser umum maka dari tabel 1 diperoleh :
Nc = 37,2
Nq = 22,5
Nγ = 19,7
3.2 Saran
Untuk mengurangi kelemahan dari tanah tersebut, ada
alternatif lain tanpa memperbaiki tanahnya melainkan dengan
cara pondasi berselimut. Sehingga disini pondasi didesain
dengan gabungan antara pondasi yang dikombinasikan dengan
selimut di bawahnya. Landasan pondasi ini adalah baja atau
beton dengan selimut melingkar tipis di pinggiran pondasi.
Dengan adanya selimut di bawahnya diyakini bahwa daya
dukung pondasi akan meningkat. Penelitian ini adalah untuk
menentukan daya dukung pondasi telapak pada tanah berlapis
dengan dan tanpa selimut dengan parameter yang
mempengaruhinya.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia Indonesia. (2015, 6 Maret). Pondasi dalam.Diperoleh
23April2021,darihttps://id.wikipedia.org/wiki/Pondasi_dalam
Faoziah,Siti. Universitas Hasanudin Makasar. (2015).Jenisjenis
pondasi.Diperoleh23April2021,darihttp://www.slideshare.ne
t/ulmy28/pondasi-53276267?from_action=save
Karnadi, Edi. (2013). Mengenal jenis-jenis pondasi bangunan.
Diperoleh 23 april 2021, dari
http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/jenis-
jenispondasi-bangunan.html