TINJAUAN PUSTAKA
5
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan PTS 155
mangacu pada ketentuan yang berlaku (Shirley L. Hendarsin, 2000).
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
dititik beratkan pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal sehingga dapat
memenuhi fungsi dasar dari jalan itu sendiri yang memberikan kenyamanan yang
optimal pada arus lalu lintas sesuai dengan kecepatan yang direncanakan.
Perencanaan geometrik ini secara umum terdiri dari aspek-aspek perencanaan trase
jalan, badan jalan yang terdiri dari bahu jalan dan jalur lalu lintas, tikungan,
drainase, kelandaian jalan serta galian dan timbunan. Saat ini jalan merupakan salah
satu sektor yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Pemilihan terhadap
penggunaan jalan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
jangkauan yang relatif lebih luas, dan biaya oprasional yang lebih murah.
Perencanaan konstruksi dan geometrik jalan raya membutuhkan data - data
perencanaan yang meliputi data lalu lintas, data topografi, data penyelidikan tanah,
data penyelidikan material dan data penunjang lainnya. Semua data ini sangat
diperlukan dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya, karena data ini
memberikan gambaran yang sebenarnya dari kondisi surtu daerah dimana ruas jalan
ini akan dibangun. Dengan adanya data-data ini, kita dapat menentukan geometrik
dan tebal perkerasan yang diperlukan dalam merencanakan suatu konstruksi jalan
raya (Sukirman, 1999).
Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan kondisi
geometrik jalan yang mampu memberikan pelayanan lalu lintas secara optimum
sesuai dengan fungsi jalan. Disamping itu, fungsi dari perencanaan ini adalah
berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas bagi pemakai
jalan.
Gambar 2.6 Damaja, Damija, dan Dawasja di lingkungan jalan antar kota
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)
2.3 Fungsi Hirarki dan Kelas Jalan
Klasifikasi jalan atau hirarki jalan merupakan pengelompokan jalan
berdasarkan fungsi jalan itu sendiri berdasarkan administrasi pemerintah dan
berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat kendaraan.
Penentuan klasifikasi jalan ini terkait dengan besarnya volume lalu lintas, besarnya
kapasitas jalan, serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan. Berdasarkan
3,6
ℎ= +
3,6 2
Dimana:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi,
ditetapkan 9,8 m/det
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-
0,55.
Persamaan tersebut disederhanakan menjadi:
E = R’ (1-cos )
Jika Jh > Lt,
/0
p = - Rc (1-cos 5&)
23
/07
k = Ls - -Rc sin 5&
1 23
Ts = (Rc + p) tan ½ ∆ + k
Es = (Rc + p) sec ½ ∆ - Rc
3. Superelevasi
Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan.
Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang
biasa disebut lereng normal atau normal trawn yaitu diambil minimum 2 %
baik sebelah kiri maupun sebelah kanan AS jalan. Harga elevasi (e) yang
menyebabkan kenaikan elevasi terhadap sumbu jalan diberi tanda (+) dan
yang menyebabkan penurunan elevasi terhadap jalan diberi tanda (-).
Sedangkan yang dimaksud diagram superelevasi adalah suatu cara untuk
menggambarkan pencapaian superelevasi dan lereng normal ke kemiringan
melintang (superelevasi). Diagram superelevasi pada ketinggian bentuknya
tergantung dari bentuk lengkung yang bersangkutan.