Anda di halaman 1dari 173

1

BEBERAPA TANTANGAN KEDEPAN


YANG HARUS DISELESAIKAN OLEH INSAN BINA
MARGA

1. Adanya ancaman denda dan pidana untuk


Penyelenggara Jalan (UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan No 22 Tahun 2009, pasal 273),
bila dalam menyelenggarakan pemeliharaan
jalan masih terdapat kerusakan jalan yang
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

2. Penertiban Beban lebih (overload) sampai


sekarang belum ada tanda tanda berkurang.

2
BEBERAPA TANTANGAN KEDEPAN
YANG HARUS DISELESAIKAN OLEH INSAN BINA MARGA

3. Adanya backlog dari tahun ke tahun karena


kebutuhan dana untuk pemeliharaan dan
pembangunan jauh diatas dari yang disediakan
oleh Pemerintah misalnya untuk
mempertahankan kondisi jalan Nasional
sepanjang 35.000 Km supaya dalam kondisi
baik dibutuhkan dana Rp 27 T, sedangkan dana
yang ada Rp 16 T, termasuk pembangunan.

4. Kualifikasi Penyedia Jasa masih belum ada


perbaikan terutama dari segi mutu. 3
BEBERAPA TANTANGAN KEDEPAN
YANG HARUS DISELESAIKAN OLEH INSAN BINA MARGA

5. Lingkungan budaya dan sosial politik


manajemen birokrasi secara umum masih
belum dapat bekerja secara profesional dan
menunjukkan kinerja yang optimal.

6. Karena Dana yang diterima Bina Marga lebih


besar dibanding Ditjen lainnya
mengakibatkan pemeriksaan di Bina Marga
makin ketat.

7. Global Warming
4
1. SANKSI BAGI PENYELENGGARA JALAN;
Kewajiban Penyelenggara jalan sesuai UU Lalu Lintas No: 22
tahun 2009

Pasal 24
1) Penyelenggara jalan wajib segera dan patut untuk
memperbaiki Jalan yang rusak yang dapat
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

2) Dalam hal belum dapat dilakukan perbaikan jalan


yang rusak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
penyelenggara jalan wajib memberi tanda atau
rambu pada jalan yang rusak untuk mencegah
terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas.
5
Kewajiban Penyelenggara jalan sesuai UU Lalu
Lintas No: 22 tahun 2009

Pasal 28
1. Setiap orang dilarang melakukan perbuatan
yang mengakibatkan kerusakan dan/atau
gangguan fungsi jalan.

2. Setiap orang dilarang melakukan perbuatan


yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 ayat (1).

6
Ketentuan Pidana (pasal 273 dan 274)

1) Setiap Penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera


dan patut memperbaiki jalan yang rusak yang
mengakibatkan kecelakaan Lalu lintas, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) sehingga menimbulkan
korban luka ringan dan atau kerusakan kendaraan
dan/atau barang dipidana dengan penjara paling lama
6(enam) bulan atau denda paling banyak Rp12 juta.

2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat


1) mengakibatkan luka berat, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1(satu) tahun atau denda
paling banyak Rp 24 juta.

7
Ketentuan Pidana (pasal 273 dan 274)
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan orang lain meninggal, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 120 juta.

4. Penyelenggara jalan yang tidak memberi tanda atau rambu


pada jalan yang rusak dan belum diperbaiki sebagaimana
dimaksud dalam pasal 24 ayat 2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 1,5 juta .

5. Setiap orang yang menggunakan jalan dengan cara yang


dapat merintangi, membahayakan keselamatan Lalin, atau
dapat menimbulkan kerusakan jalan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dan pasal 105 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau
denda paling banyak Rp 500.000,-
8
 Berdasarkan nilai di atas diturunkan Konfigurasi Beban Standar
untuk beberapa konfigurasi sumbu sbb :

5.3 Ton

Single Axle, Single Wheel

8.16 Ton

Single Axle, Dual Wheels

18.0 Ton

Double Axles, Dual Wheels

21.0 Ton

Triple Axles, Dual Wheels


9
2. MUATAN LEBIH BERAKIBAT DINI.
KENDARAAN TRUK 2 SUMBU (1-2H) GOLONGAN 6B
RENCANA= 16 TON;RATA2= 21,017 TON; TERBERAT= 26,760 TON

PANJANG TONJOLAN BELAKANG


BERVARIASI MENCAPAI 3,05 M > STANDARD 2,40 M

3,30 4,30

Lebar Truk = 2,50 m


1,20 5,20 3,00
10
KENDARAAN TRUK BERAT 3 SUMBU (1-2.2) GOLONGAN 7A
RENCANA= 24 TON;RATA2= 39,065 TON;TERBERAT= 42,573 TON

1,30

1,20 4,60 1,30 3,70

Lebar Truk = 2,50 m

PANJANG TONJOLAN BELAKANG 3,75 M


MUATAN TERBERAT = 42,573 TON 11
KENDARAAN TRUK TRAILER 4 SUMBU (1.2-22) GOLONGAN 7C1

RENCANA= 34 TON;RATA2= 58,854 TON;TERBERAT= 66,452 TON

3,10

4,30

1,20 6,75 2,30


3,45 1,30
15,00

12
KENDARAAN TRUK TRAILER 5 SUMBU (1.2-222) GOLONGAN 7C2

RENCANA= 37 TON; RATA2= 74,730 TON;TERBERAT= 79,800 TON

13
Beban Lalulintas Perkerasan Jalan

14
Beban
Lalulintas
Perkerasan
Jalan

15
Beban Lalulintas Perkerasan Jalan

16
Beban Lalulintas Perkerasan Jalan

17
18
KENDARAAN TRUK TRAILER 5 SUMBU (1.22-222) GOLONGAN 7C2

RENCANA= 45 TON;RATA2= 88,902 TON;TERBERAT= 96,141 TON

3,10

4,30

Lebar Truk = 2,50 m


1,20 3,45 1,30 6,75 1,30 1,30 1,10

19
HUBUNGAN BEBAN DENGAN FAKTOR DAYA RUSAK JALAN

 Hubungan ketiga faktor tersebut adalah :


F (Beban (Load)) Beban (Load)x fk
Deformasi () = ------------------------------ σ=
F (Kekuatan Bahan (EI)) Luas penyebaran beban

 Beban dalam hal ini adalah Muatan Sumbu Kendaraan yang melintas di
jalan.
 Kekuatan Bahan digambarkan oleh Tebal perkerasan dan mutu bahan
perkerasan.

20
PENGARUH LOBANG TERHADAP BIDANG KONTAK
DENGAN LAPISAN DIBAWAHNYA

A1 σ1 >> σ2 A2

Perkerasan yang retak/lobang akan memperkecil bidang kontak lapisan


dibawahnya sehingga beban yang harus ditahan makin besar

21
BEBERAPA PENYEBAB KERUSAKAN JALAN
• Bisa karena desain yang yang tidak
sesuai dengan kondisi lapangan
• Bisa karena pelaksanaan yang tidak
benar
• Bisa karena bebannya berlebih
sehingga perkerasan yang ada tidak
kuat menahan beban
• Bisa kerena pemeliharaan yang
kurang baik

PERLU AUDIT TEKNIK

22 22
KERUSAKAN PERKERASAN AKIBAT BAHAN LAPIS RESAP PENGIKAT
DAN LAPIS PEREKAT YANG KURANG BAIK

BEBAN KENDARAAN

Agregat base

Diperlukan lapis perekat yang baik,


atau yang boundingnya kuat dan
tidak terlalu banyak.
Diperlukan lapis resap
pengikat yang dapat
meresap setebal mungkin
Diperlukan lapisan agregat yang kompak (2-3 Cm) dan mempunyai
atau mempunyai tingkat kepadatan yang boundingnya kuat . 23

tinggi.
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
 adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar.
Perbandingan ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3

4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16

24
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362

4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16

P=21 T, VDF = 2.3248

 Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel


menjadi 2 kali Beban Standar, akan mengakibatkan
pertambahan daya rusak sebanyak 16 kali. Jika Beban
sumbu menjadi 3 kali, maka daya rusak menjadi 81 kali.

25
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VDF , Indra surya. B. Moctar)
 adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan
ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:

4,61
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar

4,61
P
VDF = P =6 T, VDF = 5.9174
4,08

4,61
P P=10 T, VDF = 2.5533
VDF =
8.16
26
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 , VDF = 10.2046

4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16

P=21, VDF = 2.1862

27
PERBANDINGAN VDF VERSI BINA MARGA DAN HASIL PENELITIAN
INDRASURYA D MOCHTAR

RANGKAIAN TRAKSI PDF VERSI BINA MARGA PENELITIAN


INDRASURYA.D MOCHTAR

6T
1.6425 5.9174

10 T
2.2555 2.5533

18 T
2.0362 10.2046

21 T

2.3248 2.1862

28
LHR RUAS CIASEM-PAMANUKAN

5,000 4,597
KENDARAAN TRUK 2 SUMBU (1.2H)GOL 6B,
4,500
TRUK 3 SUMBU (1-2.2) GOL 7A DAN
4,000 3,722 TRUK TRAILER 4,5 DAN 6 SUMBU GOL 7C
LHR (Kend/hari) 3,500
POTENSIALPENYEBAB KERUSAKAN JALAN
3,007
3,000 2,627
2,434 2,326
2,500 2,111 1,820
2,000 1,718 1,807

1,500 1,095
1,040
546
1,000 465
495 402
500 83124
3448
0
Gol 2 Gol 3 Gol 4 Gol 5A Gol 5B Gol 6A Gol 6B Gol 7A Gol 7B Gol 7C

Arah Ciasem-Pamanukan Arah Pamanukan - Ciasem

Arah Lalu Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol


Lintas Gol 2 Gol 3 Gol 4 5A 5B 6A 6B 7A 7B 7C Total

Ciasem -
Pamanukan 3,722 4,597 2,627 495 34 2,111 1,807 1,040 83 402 16,918

Pamanukan -
Ciasem 2,434 3,007 1,718 546 48 2,326 1,820 1,095 124 465 13,582

Total LHR 6,156 7,604 4,345 1,041 82 4,437 3,627 2,135 207 867 29
30,500
BERAT SUMBU TERBERAT
RUAS CIASEM - PAMANUKAN
BERAT SUMBU RATA-RATA SEMUA MST KENDARAAN (kg)

JENIS KENDARAAN/
sumbu depan sumbu blkng/tgh sumbu blkng Total Berat Kendaraan
SUMBU

aktual rencana aktual rencana aktual rencana aktual rencana

Truk Berat 1.2H


7157 6000 19602 10000 26760 16000
(Gol 6B)

Truk 3 Sumbu
8865 6000 33709 18000 42573 24000
1.2.2 (Gol 7A)

Truk Triler 1.2 - 2.2


7938 6000 18247 10000 40267 18000 66452 34000
(Gol 7C)

Truk Triler 1.2 -


2.2.2 8031 6000 16950 10000 54821 21000 79800 37000
(Gol 7C)

Truk Triler 1.2.2 -


2.2.2 9277 6000 35967 18000 50897 21000 96141 45000
(Gol 7C)

30
TABEL PERBANDINGAN BERAT KENDARAAN RATA-RATA PANTURA
TAHUN 2007 DAN TAHUN 2009

SURVEI PANTURA TAHUN 2007 SURVEI TAHUN 2009

CIASEM-
Berat Izin PATI SEMARANG CIREBON DMK-TRGGL
KENDARAAN Berat Rata2 PMNKN
(Kg)
PANTURA
Berat Rata2 Berat Rata2 Berat Rata2 '07 Berat Rata2 Berat Rata2
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

Truk Berat 1.2H


(Gol 6B)
16.000 31.998 25.440 29.131 28.856 21.017 21.549

Truk 3 Sumbu
1.2.2 (Gol 7A)
24.000 50.093 41.873 46.909 46.292 39.065 30.358

Truk Trailer 1.2 -


2.2 (Gol 7C)
34.000 57.962 47.288 57.377 54.209 58.354 51.439

Truk Trailer 1.2 -


2.2.2 (Gol 7C2)
37.000 73.904 66.253 65.398 68.518 74.730 68.967

Truk Trailer 1.2.2


- 2.2.2 (Gol 7C3)
45.000 73.921 72.646 72.830 73.132 88.902 77.098

31
VDF RATA-RATA KENDARAAN
RUAS CIASEM - PAMANUKAN

VDF RATA-RATA

JENIS KENDARAAN/
sumbu depan sumbu blkng/tgh sumbu blkng Total
SUMBU

aktual rencana aktual rencana aktual rencana aktual rencana

Truk Berat 1.2H


2.9313 1.6425 8.9128 2.2555 11.8441 3.8980
(Gol 6B)

Truk 3 Sumbu
5.0308 1.6425 18.2161 2.0362 23.2469 3.6787
1.2.2 (Gol 7A)

Truk Triler 1.2 - 2.2


2.4806 1.6425 12.8538 2.2555 33.5486 2.0362 48.8829 5.9342
(Gol 7C)

Truk Triler 1.2 - 2.2.2


5.1761 1.6425 18.6226 2.2555 73.4485 2.3248 97.2472 6.2228

(Gol 7C)

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2


5.7594 1.6425 20.9507 2.0362 65.9544 2.3248 92.6646 6.0036
32
(Gol 7C)
GRAFIK PERBANDINGAN BERAT KENDARAAN RATA-RATA PANTURA TAHUN 2007 DAN
TAHUN 2009

90.000

80.000

70.000

60.000
BERAT KENDARAAN

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

0
Truk Berat 1.2H (Gol Truk 3 Sumbu 1.2.2 Truk Trailer 1.2 - 2.2 Truk Trailer 1.2 - 2.2.2 Truk Trailer 1.2.2 -
6B) (Gol 7A) (Gol 7C) (Gol 7C2) 2.2.2 (Gol 7C3)
VDF rata2 Pantura 2007 28.856 46.292 54.209 68.518 73.132
VDF rata2 Ciasem - Pamanukan 2009 21.017 39.065 58.354 74.730 88.902
VDF rata2 Demak - Trengguli 2009 21.549 30.358 51.439 68.967 77.098
VDF IZIN/VDF RENCANA 16.000 24.000 34.000 37.000 45.000

33
GRAFIK PERBANDINGANVDF
GRAFIK PERBANDINGAN VDF RATA-RATA
RATA-ATA PANTURA TAHUN 2007
PANTURA DAN TAHUN
TAHUN 20072009
DAN 2009

100.0000

90.0000

80.0000
70.0000

60.0000
VDF

50.0000

40.0000

30.0000
20.0000

10.0000

0.0000
Truk Berat 1.2H (Gol Truk 3 Sumbu 1.2.2 Truk Trailer 1.2-2.2 Truk Trailer 1.2-2.2.2 Truk Trailer 1.2.2-
6B) (Gol 7A) (Gol 7C) (Gol 7C) 2.2.2 (Gol 7C)

VDF rata2 Pantura 2007 47.7148 47.9029 37.6276 74.8856 50.3621


VDF rata2 Ciasem - Pamanukan 2009 11.8441 23.2469 48.8829 97.2472 92.6646
VDF rata2 Demak - Trengguli 2009 15.6161 9.9274 30.4096 68.0380 59.3435
VDF IZIN / VDF RENCANA 3.8980 3.6787 5.9342 6.2228 6.0036

34
PERBANDINGAN ITP TERHADAP ESAL RENCANA,AKTUAL DAN DAMPAK MUATAN LEBIH
ESAL MST>10 TON RUAS JALAN Ciasem - Pamanukan

25.00
SEGMEN
PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL CIASEM - PAMANUKAN
19.05 19.69 18.80 18.94 19.13
20.00
RENCANA,AKTUAL 18.03
DAN ESAL MST>10 TON RUAS CIASEM-PAMANUKAN
16.46 17.02
UMUR PELAYANAN JALAN (Tahun)

15.04
ITP ( Cm )

15.00
12.00
10.00
10.00
10.00
8.00
5.30
6.00
3.96
4.00 3.16
5.00 2.51
1.60 1.22 1.76 1.65
2.00
0.00
0.00 n T n AT

TERBERAT
0%
RENCANA

To 0% 0% 0% 0%

SEMUA
MS To
Ton; 20% -

Ton; 60% -

RATA2
MST> 10

MST> 10

ER

ESAL
-4 10 -6 -8
MST 10

10 -2 A 0
ESAL

- 1 B
ESAL

ESAL

ESAL
T 0% 0% 0% 0% U > R
MS 80
% EM ST TE
A on; n ;2 n; 4 n;6 ; S M L
N T To o To on A2 A2 A PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL
CA 10 10 0T 10 0T AT AT ES RENCANA,AKTUAL DAN ESAL MST>10 TON RUAS CIASEM-PAMANUKAN
N T> > 1 > 1 R R
E > >
LR MS ST ST ST ST
L L

UMUR PELAYANAN JALAN (Tahun)


A L M M M M ESA E SA
ES A AL AL AL AL
ES ES ES ES ES 12.00
10.00
10.00
8.00
5.30
6.00
3.96
4.00 2.51
1.60 1.22 1.76 1.65
2.00 0.52
0.00

AT
ST

n
%
0%
0%

0%
0%
To

To
00

R
M
-6
-4

-8
-2
10

BE
0
-1

>1
0%
%

U
%

R
ST

ST

TE
20

0
;0

80
4

;6
M

SE

M
n

n;

AL
n;

n
A

To

n;
To

To

A2

A2
N

To

To

ES
A

10

AT

AT
10

10
C

10

10
EN

T>

R
T>

>
T>

T>
T

AL

AL
S
R

S
M

S
AL

ES

ES
M

M
AL

AL

AL
ES

AL

AL
ES

ES

ES
ES

ES 35
SEGMEN CIREBON-LOSARI
PERBANDINGAN ITP TERHADAP ESAL RENCANA,AKTUAL DAN
ESAL MST>10 TON RUAS JALAN CIREBON - LOSARI
25,00
20,42
18,11 18,91
20,00 17,20 17,42 17,55
15,34 16,17
14,83
ITP ( Cm )

15,00

10,00

5,00

0,00
n
To 0% 0% 0% 0% % ST To
n AT
-2 -4 -6 -8 00 M R
10 1 A 0 BE
% - U >1
ST 0% 0% 40 0% 0% M ST
R
M n; ;2 ;6 SE TE
A o n n; n n;8 M
AL
N T To To To To A2 A2
A 10 10 10 AT AT ES
C
T> 10 10
EN T> T> T>
R R
R M
S S S S T> AL AL
AL AL
M M M M
S
ES ES PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL
ES AL AL AL AL
ES ES ES
RENCANA,AKTUAL DAN ESAL MST>10 TON RUAS CIREBON - LOSARI
ES ES

UMUR PELAYANAN JALAN (Tahun)


12,00
10,00
10,00

8,00 6,67
6,00
4,45
4,00 2,80 2,47 2,39
1,87
2,00 1,30
0,69
0,00
n

AT
ST

n
%
0%
0%

0%
0%
To

To
00

R
M
-6
-4

-8
-2
10

BE
0
-1

>1
%
0%

0%

U
0%

R
ST

ST
40

TE
80
2

;6
M

SE
n;

M
n;

AL
n;

n
A

To

n;
To

To

A2

A2
N

To

To

ES
A

10

AT

AT
10

10
C

10

10
EN

T>

R
T>

T>
T>

T>

AL

AL
S
R

S
M

S
AL

ES

ES
M

M
AL

AL

AL
ES

36
AL

AL
ES

ES

ES
ES

ES
ES ITP ( Cm )
AL
R
EN
C
A
ES N
A
AL M

0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
M ST
S 10
T>
ES 10 To
AL To n
n;

14,24
M
S 0%
T> -2
ES 10 0%
AL To
n;
M
15,38

S 20
T> %
10 -4
ES 0%
To
AL n;
16,36

M 40
S %
T> -6
ES 10 0%
AL To
M n;
17,15

S 60
T> %
10 -8
To 0%
n;
17,77

ES 80
AL %
R -1
00
AT
A2 %
SE
18,31

ES
M
AL U
ES R A
AL AT M
UMUR PELAYANAN JALAN (Tahun) A2 ST
R M
17,40

EN ST
C
ES A >1
0
N
ESAL MST>10 TON RUAS JALAN DEMAK - TRENGGULI

AL A ES To
M M n
S AL

0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00

ST
PERBANDINGAN ITP TERHADAP ESAL RENCANA,AKTUAL DAN

17,47

T> TE
ES 10 10 R
AL To BE
M
To n R
S n; AT
10,00

T> 0%
19,85

ES 10 -2
AL To 0%
M n;
S
5,64

T> 20
10 %
ES -4
AL To 0%
M n ;
S 4
3,56

T> 0%
ES 10 -6
AL To 0%
M n
S ;6
SEGMEN DEMAK - TRENGGULI

2,50

T> 0%
10 -8
To 0%
ES n ;8
1,85

AL 0%
R -1
AT
A2 00
ES %
SE
1,45

AL M
R U
AT A
A2 M
ST
M
2,20

ST
>1
PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL

ES 0
To
AL n
RENCANA,AKTUAL DAN ESAL MST>10 TON RUAS DEMAK - TRENGGULI

TE
2,10

R
BE
R
AT
0,75

37
KERUSAKAN KARENA PELAKSANAAN YANG KURANG BAIK

PELAKSANAAN SUBGRADE YANG KURANG BAIK


Berakibat terjadinya Intermixing antara butiran tanah dengan base
sehingga CBR base akan turun
CHART HASIL UJI CBR SAMPLE I

0.40 Karena Intermixing


0.35
0.30

NILAI CBR
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
1 2 3 4 5 6
VARIASI KADAR PENCEMARAN (%)

CHART HASIL UJI CBR III


CHART HASIL UJI CBR SAMPLE II Karena Intermixing
Karena Intermixing 50%
40%
NILAI CBR (%)

40%
NILAI CBR (%)

30% 30%
20% 20%

10% 10%

0% 0%
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

VARIASI KADAR PENCEMARAN (%) VARIASI KADAR PENCEMARAN (%) 38


Proses Intermixing yang sudah sampai lapis permukaan

LUMPUR NAIK SAMPAI


LAPIS PERMUKAAN

Perkerasan yang sudah terjadi Intermixing perlu dilakukan


rekonstruksi (recycling)

39
SEBAB SEBAB KERUSAKAN DESAIN DAN PELAKSANAAN:

• Kepadatan yang tdk tercapai akan


menurunkan nilai CBR
• Perubahan kadar air pada badan
jalan dan tanah dasar akan
menurunkan nilai daya dukung
subgrade
40
KERUSAKAN AKIBAT TANAH DASAR

41
PENGARUH ION AIR PADA PARTIKEL TANAH (CLAY)
PADA DAYA DUKUNG TANAH DASAR:
Ingat deret volta “ Li – Na – K – Ca – Mg – H “.
ABSORBED WATER
.

Na +4 montmorillonitic +4 sweeling tinggi

- -
_ _
+ +

Partikel Clay Partikel clay

Terbentuk rongga akibat tolak menolak muatan


listrik pada partikel tanah . Bila ada air yang
muatannya negatif akan membantu memperbesar
rongga antara tanah karena diisi oleh air

SOIL PARTICLE CAPILLARY WATER

Negatif
+H Netral Negatif
O- H O H +H OH-
+H Momen Dipul
42
STABILISASI YANG TIDAK SESUAI DENGAN PRINSIP
PERTUKARAN ION AKAN MENGAKIBATKAN KERUSAKAN
PADA SUBGRADE
Absorbed Water

_ + - _ + -
+
Partikel Clay Partikel clay

Fungsi Stabilisasi Kimia memasukkan


katalis kationik sehingga dapat
menggabungkan partikel

Positively Charged metal ions

Negatively Charged nucleus ions

Ingat deret volta “ Li – Na – K – Ca – Mg – H “.


.

Test yang perlu dilakukan:


• Zeta Potensial
• Kationic Exchange Capasity
• Sweeling Pressure 43
Kerusakan akibat terlepasnya ikatan aspal
dengan agregat pada musim hujan
 Kerusakan jalan akibat pengaruh air pada perkerasan
campuran aspal panas (HMA) disebabkan oleh dua hal :
 Softening atau berkurangnya kohesi antar aspal sehingga akan
mereduksi stiffness dari HMA
 stripping atau berkurangnya adhesi antara aspal dengan batuan.
 Oleh karena HMA sangat dipengaruhi oleh sifat sifat
aggregate, film thickness aspal, pengaruh kelengketan
antara aspal dan aggregate, air void dalam HMA, dan
beban kendaraan.
 Adhesi antara aspal dengan agregat tergantung komposisi
kimia dari agregat dan aspal, misalnya keasaman asphaltic
acid > aspaltic acid anhydride>resin> olie .

44
KERUSAKAN AKIBAT RETAK RETAK RAMBUT YANG DIBIARKAN BILA
KEMASUKAN AIR DAN DIBEBANI DENGAN BERAT AKAN CEPAT
MEMBESAR

• Retak yang yang terisi air, dan ditekan ban


dengan beban berat serta gerakan ban
kesamping retakan akan terungkit lepas
dan terjadi lobang.
45
BATU YANG DISELIMUTI ASPAL YANG TDK TEBAL BILA DITEMBUS AIR,
IKATAN ASPAL DENGAN BATU AKAN LEPAS, KARENA BATU LEBIH SENANG
MENGIKAT AIR DIBANDING MENGIKAT ASPAL

Dry Aggregat Aggregat mulai


Moist Aggregat
lepas

o
Si
o Si
H
o

Sifat air bipolar bisa netral dan bisa negatif, bila negatif akan mempercepat
pelepasan butir dari ikatan aspal Absorbed Water
Netral
H
Negatif _ + - _ + -
H O
Partikel batu Partikel batu

Negatif +H OH- Aspal untuk mengikat batuan

Bila selimut aspal tipis dan bila


+H
terjadi retak, air akan menempel
O- Positively
Charged
di batuan dan melepaskan ikatan
+H Momen Dipul
metal ions
batu dengan aspal. 46
Negatively Charged nucleus ions
LAPISAN HOTMIX DIHAMPAR DIATAS LAPISAN YANG RETAK,
BILA RETAK TIDAK DICEGAH AKAN CEPAT MENJALAR KEATAS

Lapisan tipis yang stiffness dan


kurang lentur diatas lapisan yang
sudah retak akibat temperatur
atau lendutan pada perkerasan
lama akan cepat retak kembali.

OVERLAY MULAI ADA RETAK RETAK MEBESAR


LAPISAN YANG RETAK

47
SOLUSI KEKURANGAN DANA, JALAN MUDAH
BERLOBANG DAN MENGHINDARI KECELAKAAN

MERUBAH POLA PIKIR DAN STRATEGI


PENANGANAN JARINGAN JALAN
DARI
SISTEM REAKTIF
MENUJU
SISTEM PREVENTIVE

48
Perkerasan Jalan
• Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi jalan yang
disusun dengan material dan tebal lapisan tertentu agar
dapat menahan beban lalu lintas.
• Dari filosofi pembebanan, kualitas material semakin baik
mendekati permukaan
• Struktur perkerasan secara umum dibagi atas Flexible
pavement (Perkerasan Lentur) dan Rigid Pavement
(Perkerasan Kaku)
Material semakin baik

Base Course CBR min 90%

Subbase Course CBR min 35 %

49
Subgrade CBR min 6%
PEKERJAAN PERKERASAN

Perkerasan jalan terdiri dari dua jenis yaitu :

• Perkerasan lentur (flexible pavement)


• Perkerasan kaku (rigid pavement)

Apa bedanya ?

50
Perkerasan Jalan
• Perkerasan lentur • Perkerasan Kaku
(Flexible Pavement) (Rigid Pavement)
adalah konstruksi adalah konstruksi
jalan dengan bahan jalan dengan bahan
terdiri dari batu terdiri dari beton
pecah, koral atau semen portland
pasir dan aspal.

51
Urutan Pekerjaan Perkerasan Lentur

• Penyiapan tanah dasar (Subgrade Preparataion)


• Pemasangan lapis pondasi bawah (Sub base), agregat B.
• Pemasangan lapis pondasi atas (base), agregat A.
• Pemasangan lapis permukaan atau lapis aus (wearing
coarse)
• Tebal masing-masing lapisan sesuai gambar dan spesifikasi.

52
Penyiapan Tanah Dasar
• Tanah dasar adalah permukaan badan jalan yang
telah disiapkan untuk menerima perletakan lapis
pondasi diatasnya

53
Penyiapan Tanah Dasar
(Spesifikasi 2010, Bab I, Pekerjaan Tanah Dasar)

Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar meliputi :

• Penggalian atau Penimbunan


• Pembentukan
• Perataan
• Pemadatan
• Pengujian
• Pemeliharaan permukaan yang telah selesai.

”Subgrade” disiapkan sampai material lapis pondasi


diletakkan diatasnya.
54
Tanah Lunak
(Spesifikasi 2010)

• Tanah Lunak di definisikan sebagai setiap


jenis tanah yang mempunyai CBR < 2%

• Tanah dengan daya dukung sedang :


2%≤ CBR < 6

• Tanah Ekspansif :
Pengembangan potensial > 2,5 %
55
Penyiapan Tanah Dasar
(Spesifikasi 2010)
• Tanah Ekspansif harus dibuang sampai kedalaman 1
meter dibawah elevasi permukaan tanah dasar
rencana.

Pekerjaan Galian dibedakan menjadi :

1. Galian Biasa,
2. Galian Batu,
3. Galian Struktur,
4. Galian Perkerasan Beraspal,
5. Galian Perkerasan Berbutir,
6. Galian Perkerasan Beton
56
Penyiapan Tanah Dasar
(Spesifikasi 2010, Divisi 3 Pekerjaan tanah)

• Pekerjaan Timbunan dibedakan menjadi :

1. Timbunan biasa,

2. Timbunan pilihan, bertujuan meningkatkan kapasitas daya


dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer)

3. Timbunan pilihan berbutir diatas rawa, sebagai lapisan


penopang (capping layer) pada tanah lunak (CBR<2%) yg
tidak dapat ditingkatkan dgn pemadatan atau stabilisasi,
diatas rawa, di daerah berair.

57
Pekerjaan galian yang tidak dibayar
(Spesifikasi 2010, Divisi 3 Pekerjaan tanah)

1. Galian diluar garis yg ditunjukkan dlm Gambar Kerja.


2. Galian utk selokan drainase dan saluran air,
3. Galian utk pemasangan gorong-gorong pipa,
4. Galian dalam pengembalian kondisi (reinstatement)
perkerasan lama,
5. Galian dlm operasi pekerjaan pemeliharaan rutin
(sudah dibayar dlm lumpsum operasi pemel rutin)
6. Galian utk memperoleh bahan konstruksi dari sumber
bahan (borrow pits),
7. Galian pada pembuatan gigi bertangga utk landasan
timbunan atau pek penyiapan saluran-saluran
penimbunan. 58
Pekerjaan galian lain yang bisa dibayar
(Spesifikasi 2010, Divisi 3 Pekerjaan tanah)

1. Galian yang diperlukan untuk membuang


bahan lunak atau tidak memenuhi syarat,

2. Pekerjaan tambah sebagai akibat dari


longsoran lereng yang sebelumnya telah
diterima, secara tertulis,

3. Galian batu pada pekerjaan saluran


drainase dan saluran air. 59
Toleransi Dimensi
• Ketinggian
akhir setelah
pemadatan
• Harus tidak
boleh lebih
dari satu
sentimeter
lebih tinggi
atau lebih
rendah dari
yang
ditentukan di
dalam
gambar
rencana
60
• Pekerjaan
timbunan tanah
biasa sebaiknya
dihentikan pada
ketinggian 15 Ketinggian Akhir
sentimeter
dibawah ketinggian
rencana
• Pekerjaan
timbunan
dilanjutkan dengan
menggunakan
material pilihan
diikuti dengan
pekerjaan
perataan,
pengukuran
ketinggian dan
pemadatan sampai
ketinggian rencana
tercapai
61
• Bila dijumpai material padas atau lapisan keras atau material
yang sukar dibongkar pada garis ketinggian tanah dasar pada
pekerjaan galian, harus digali 15 sentimeter lebih dalam
• Tidak diperbolehkan adanya tonjolan-tonjolan padas dari
permukaan tersebut
• Seluruh pecahan padas yang memiliki diameter >15 sentimeter
dibuang
• Profil galian dan ketinggian akhir yang dikehendaki harus
dicapai dengan mengurug kembali dengan material pilihan
sekaligus diikuti dengan pekerjaan perataan, pengukuran 62
ketinggian dan pemadatan sampai ketinggian rencana dicapai
Tenggang
Waktu

• Disarankan agar tenggang waktu antara penyiapan


tanah dasar dan peletakan lapis pondasi diatasnya tidak
terlalu lama
• Menghindari timbulnya kerusakan pada tanah dasar
karena lalu lintas
• Memerlukan biaya besar untuk memperbaikinya 63
Jadwal Kerja

• Gorong-gorong,
tembok kepala dan
pekerjaan struktur
minor lainnya
dibawah elevasi
tanah dasar harus
sudah selesai
seluruhnya sebelum
pekerjaan penyiapan
tanah dasar dimulai
• Seluruh pekerjaan
drainase harus
dalam kondisi
berfungsi sehingga
menjamin drainase
yang efektif 64
Mencegah kerusakan tanah dasar dari gerusan air permukaan
Guna menghindarkan timbulnya pembiayaan yang besar akibat
kerusakan tanah dasar dari pengaruh lalu lintas, perlu
diperhatikan bahwa volume penyelesaian penyiapan tanah dasar
harus dibatasi, disesuaikan dengan kemampuan peralatan 65
Kontraktor untuk memeliharanya
• Pemadatan tanah dasar
dilaksanakan dengan
cara yang sama dengan Pemadatan
pemadatan pada
pekerjaan urugan
• Persyaratan kepadatan
tanah dasar sama
dengan persyaratan
pemadatan pada
pekerjaan urugan

66
• Pemadatan dilaksanakan hanya bila kadar dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % dari
kadar air optimum, yaitu kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bila material di
padatkan sesuai dengan AASHTO T99.
• Segera setelah pekerjaan diselesaikan pemadatan
dapat dimulai dengan menggunakan peralatan
pemadat yang sesuai, yang disetujui oleh Direksi
Teknik, hingga mencapai kepadatan paling sedikit 95
% dari kepadatan kering maksimum yang ditetapkan
sesuai AASHTO T99.
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi
dan bergerak sedikit kearah sumbu jalan, kecuali pada
bagian yang bersuperelevasi penggilasan dimulai dari
bagian yang rendah bergerak ke arah yang tinggi.
• Pengujian kepadatan dilakukan pada lokasi yang
disetujui oleh Direksi Teknik, tetapi harus tidak
berselang lebih dari 200 meter.
67
Pemadatan Tanah Dasar / Subgrade

68
Ilustrasi Hasil Pemadatan Tanah
• Kondisi butiran tanah;

TANAH ASLI TANAH LEPAS TANAH PADAT

69
Pelaporan

• Kontraktor segera melaporkan secara tertulis kepada


Direksi Teknik, menyusul selesainya suatu bagian dari
pekerjaan
• Sebelum persetujuan dapat diberikan untuk
pemasangan dari pondasi diatasnya, maka :
• Hasil dari pengujian kepadatan, sebagaimana
dipersyaratkan sudah dipenuhi.
• Hasil dari pengujian pengukuran permukaan dan data
survey yang membuktikan dipersyaratkan telah
terpenuhi

70
Peralatan Utama

Peralatan Utama yang diperlukan untuk pekerjaan penyiapan


tanah dasar adalah ; Dump Truck, Motor Grader, Vibrating 71
Compactor; Watertank Truck; Alat Ukur
Lapis Pondasi Agregat
• Lapis pondasi agregat adalah lapis pondasi bawah
(agregat B) dan lapis pondasi atas (agregat A).
• Cara pengerjaan lapis pondasi agregat ini adalah sama
yaitu dihampar lapis demi lapis @  10 cm, kemudian
dipadatkan.
• Perbedaan lapis pondasi bawah dan lapis pondasi atas
terletak pada besar dan susunan butir
• Lapis pondasi bawah bisa terdiri dari sirtu (borrow pits)
dan CBR harus mencapai 45 %
• Lapis pondasi atas terdiri dari batu pecah hasil stone
crusher dan CBR ≥ 90 %.

72
Lapis Pondasi Agregat
• Sebagian dari struktur perkerasan jalan yang terletak
diantara Badan Jalan dan Lapis Permukaan terbuat dari
material agregat bergradasi baik serta memiliki sifat-sifat
yang memenuhi persyaratan spesifikasi
• Penyumbang kekuatan terbesar dalam memikul beban
lalu lintas, lapis pondasi agregat harus benar-benar
kokoh dan memiliki stabilitas yang tinggi
• Pekerjaan lapis pondasi agregat bisa meliputi pekerjaan-
pekerjaan penambangan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan diatas permukaan yang telah disiapkan
dan pemadatan
• Permukaan yang telah disiapkan dapat berupa : tanah
dasar, lapis agregat atau lapis aspal (yaitu dalam hal,
lapis aspal sudah rusak atau diperlukan peninggian)
73
• Toleransi Dimensi:
• Ketinggian akhir setelah pemadatan harus
sesuai dengan gambar rencana, dengan
toleransi sebagai berikut :
Lapis Pondasi Toleransi
Permukaan + 0 cm
atas dari lapis - 2 cm
pondasi bawah
dari agregat
kelas B
Permukaan + 0 cm
atas dari lapis - 1 cm
pondasi atas
dari agregat
74
kelas A
• Deviasi maksimum yang diijinkan untuk kerataan permukaan
Lapis Pondasi Atas dari Agregat Kelas A, setelah semua bahan
yang terlepas dibuang dengan penyikat keras, adalah 1 cm
diukur dengan mistar penyipat ukuran 3 m yang diletakkan
paralel atau melintang as jalan

75
• Material Lapis Material
Pondasi Agregat
pada umumnya
dibedakan dalam
dua kelas, yaitu :
Agregat kelas A
untuk Lapis
Pondasi Atas,
yaitu lapis yang
terletak dibawah
Lapis
Permukaan, dan
agregat kelas B
untuk Lapis
Pondasi Bawah.

76
• Agregat kasar,
yang tertahan
pada ayakan
Material 4.75 mm, harus
terdiri dari
partikel yang
keras dan awet,
berupa pecahan
dari padas atau
pecahan dari
kerikil.
• Agregat halus,
yang lolos
ayakan 4.75 mm,
harus terdiri dari
partikel pasir
alami atau pasir
pecah serta
bahan mineral
halus lainnya.
77
Ukuran % berat % berat
MATERIAL Ayakan lolos lolos
• Pencampuran material mm Kelas A Kelas B
untuk memenuhi
persyaratan untuk 63 100 100
memenuhi persyaratan
gradasi harus dikerjakan 37,50 100 67 – 100
di unit pemecahan atau 19,00 65 – 81 40 – 100
unit pencampur yang 9,50 42 – 81 25 – 80
disetujui oleh Direksi
Teknik. 4,75 27 – 45 16 – 66
• Dalam keadaan apapun 2,36 18 – 33 10 – 55
tidak dibenarkan 1,18 11 – 25 6 – 45
melakukan 0,245 6 – 16 3 – 33
pencampuran di
lapangan/tempat kerja. 0,075 0–8 0 – 20

78
Diagram % berat lolos saringan
100 100
81 90
% berat lolos saringan

81 80
81
70
65
60
45 50
33 42 40
25 30
16 27 20
8 18
11 10
0 6
0 0,075 0,245 1,18 2,36 4,75 9,5 19 37,5 63 0
dimensi saringan (mm)
79
Sifat-sifat agregat untuk lapis pondasi
Sifat Kelas A Kelas B

Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T86 – 0 – 40 % 0 – 50 %


97)
Hasil kali Index Plastisitas dengan % lolos 25 max -
75 mikron (0,075 mm)
Batas Cair (AASHTO T89 – 68) 0 – 35 -

Bagian yang lunak (AASHTO T112 – 78) 0–5% -

CBR (AASHTO T193) 90 min 35 min

Rongga dalam agregat mineral pada 14 min 10 min


kepadatan maximum 80
Gradasi Agregat

Gradasi Seragam

Gradasi Rapat

Ukuran
Gradasi Senjang butiran yang
tidak ada
81
Pelaksanaan pek Pondasi
• Penyiapan Lapangan
• Penghamparan
• Pemadatan
• Pengujian
• Pelaporan

82
Penyiapan Lapangan
– Sebelum pemasangan Lapis Pondasi Agregat
dilaksanakan, harus diyakini bahwa kondisi Lapis
Tanah Dasar atau Lapis Pondasi Bawah memenuhi
persyaratan spesifikasi
– Dalam hal yang akan dipasang adalah material
untuk Lapis Pondasi Atas, telah benar-benar
memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam
spesifikasi, seperti : ketinggian, kerataan, dan
kepadatan
– Untuk memberikan ruang operasi yang cukup, serta
mencegah kemungkinan terjadinya kegiatan yang
tumpang tindih, penyiapan tanah dasar harus paling
sedikit 100 meter di depan pemasangan lapis 83
pondasi.
Penghamparan agregat

• Seluruh pekerjaan penyiapan lapangan dianggap telah


memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam
spesifikasi
• Pekerjaan penghamparan agregat dapat dimulai
• Material untuk Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke lokasi
penghamparan dalam bentuk campuran yang merata pada
rentang kadar air yang diisyaratkan dalam spesifikasi
84
Penghamparan agregat
• Kelembaban dari material harus tersebar secara merata

• Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik, tebal


minimum lapisan gembur adalah dua kali lipat ukuran
terbesar agregat, sedangkan tebal maksimum lapisan
gembur tidak boleh melebihi 15 sentimeter,

• Terjadinya segregasi pada saat penghamparan harus


dicegah dengan cara berulang kali membalik material
yang dihampar dengan motor grader.

85
Pemadatan • Seluruh pekerjaan
penghamparan selesai
dilaksanakan dan telah
memenuhi semua
persyaratan yang
ditetapkan dalam
spesifikasi
• Pemadatan dilaksanakan
dengan menggunakan
peralatan pemadat yang
cocok dan memadai
hingga mencapai
kepadatan paling sedikit
100 % dari kepadatan
kering maksimum
”modified” seperti yang
ditentukan AASHTO T180
metode D
86
Pemadatan agregat
• Pemadatan hanya boleh dilakukan bila kadar air dari
material beroda dalam rentang antara 3% kurang atau lebih
dari kadar air optimum seperti yang ditentukan oleh
AASHTO T180 metode D
• Bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan
kerusakan atau degradasi berlebihan pada pondasi agregat,
Direksi Teknik dapat memerintahkan penggunaan mesin
gilas beroda karet untuk pemadatan lapisan akhir
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit demi sedikit kearah sumbu jalan, kecuali
pada bagian yang bersuperelevasi penggilasan dimulai dari
bagian yang rendah bergerak kearah bagian yang tinggi

87
Pengujian agregat
• Pengujian untuk pengendalian mutu material
secara rutin dilaksanakan untuk mencegah
ketidakseragaman mutu material yang dibawa
ketempat pekerjaan
• Cakupan pengujian untuk setiap 100 meter
kubik material yang diproduksi tidak kurang dari
lima (5) pengujian gradasi dan satu (1)
penetapan kepadatan kering maksimum
menggunakan AASHTO T180 metode D harus
dilaksanakan oleh Direksi Teknik
88
Pengujian

• Pengujian kepadatan dan kadar air dari material yang


dipadatkan harus dilakukan secara rutin,
menggunakan AASHTO T191 sampai kedalaman
menyeluruh dari lapisan, pada lokasi yang ditetapkan
oleh Direksi Teknik, tetapi tidak berselang lebih dari
200 m 89
Pelaporan pek pondasi agregat
• Kontraktor menyerahkan kepada Direksi Teknik, paling
lambat 21 hari sebelum tanggal penggunaan material
pondasi agregat yang pertama kali; dua contoh material
@ 50 kilogram yang akan dipakai sebagai rujukan
selama masa kontrak
• Dilengkapi dengan persyaratan tentang asal dan
komposisi dari material serta hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat material
memenuhi spesifikasi
• Kontraktor menyerahkan secara tertulis kepada Direksi
Teknik segera setelah diselesaikannya tiap bagian dari
pekerjaan dan sebelum pekerjaan berikutnya diijinkan
untuk dimulai pelaksanaannya : hasil dari pengujian
kepadatan dan hasil dari pengujian pengukuran
permukaan dan data survai yang menyatakan bahwa
toleransi yang diisyaratkan di dalam spesifikasi telah
terpenuhi 90
Lapis permukaan harus
dari bahan yang kuat
yaitu untuk bisa
Lapis Permukaan/ menahan tekanan dan
Lapisan Aus gesekan dari roda
kendaraan dengan
tekanan gandar yang
berat
Permukaannya harus
kesat yaitu tidak licin
agar kendaraan tidak
tergelincir pada saat
pengereman
Menjaga lapis pondasi
tidak kemasukan air
pada saat hujan,
sehingga permukaan
91
harus rapat/kedap air
Lapis Permukaan/Lapisan Aus
• Bahan material yang bisa memenuhi tuntutan diatas
adalah campuran aspal dengan batu pecah
• Tiga macam penggunaan aspal
• Aspal panas disiram diatas batu pecah, sehingga aspal
mengisi celah-celah antara butiran batu pecah dan
menutup permukaannya, kemudian dihampar chip
diatasnya dan digilas dengan mesin gilas (Road Roller).
Pengaspalan dengan cara ini disebut aspal penetrasi
• Aspal panas dicampur dengan agregat halus disuatu
tempat pencampuran (AMP = Asphalt Mixing Plant),
kemudian diangkut ketempat pekerjaan, dihampar dan
digilas dengan mesin gilas (Phneumatic Roller). Aspal
dengan cara ini disebut aspal beton
• Pelaburan aspal yaitu diatas permukaan aspal yang
masih baik disiram aspal dan ditutup dengan pasir
92
Lapis Permukaan/Lapisan Aus
• Penggunaan lapis aspal penutup
digunakan diatas pondasi yang
baru, maupun diatas permukaan
jalan lama yang sudah ada
pondasi sebelumnya
• Pada pekerjaan lapis pondasi
baru, sebelum lapis penutup
dihampar, terlebih dahulu disiram
aspal panas yang disebut lapis
resap pengikat (prime coat)
• Pada jalan lama yang sudah ada
lapis permukaannya, jika hendak
dilapis ulang (overlay), diatas
permukaan jalan lama disiram
aspal panas sebagai aspal
pengikat disebut lapis perekat
(tack coat), baru dihampar lapis
aspal baru 93
Lapis Perekat & Lapis Resap Pengikat

• Jenis pekerjaan ini adalah penyemprotan aspal pada


permukaan yang sebelumnya telah disiapkan untuk
Pelaburan Aspal atau Lapisan Permukaan Campuran
Aspal
• Lapis Resap Pengikat digunakan pada permukaan
yang tidak beraspal
• Lapis Perekat digunakan pada permukaan yang
beraspal
• Fungsi keduanya adalah sebagai pengikat antara lapis
permukaan dibawahnya dan lapisan aspal yang akan
diletakkan diatasnya
• Kegiatan ini bisa meliputi pekerjaan-pekerjaan
penyiapan permukaan yang akan disemprot,
penyediaan material aspal dan penyemprotan
94
• Lapis Resap Pengikat
hanya dipasang pada
permukan yang kering Batasan Cuaca dan Musim
atau sedikit lembab,
sedangkan lapis perekat
hanya dipasang pada
permukaan yang benar-
benar kering
• Lapis Resap Pengikat
maupun Lapis Perekat
tidak boleh
dilaksanakan pada
waktu angin kencang,
akan turun hujan atau
pada saat turun hujan
• Kecuali mendapat
persetujuan lain dari
Direksi Teknik,
pekerjaan Lapis Resap
Pengikat harus
dilaksanakan hanya
95
selama musim kering
Kualitas Produk
• Penyemprotan Lapis Perekat maupun Lapis Resap Pengikat
setelah dilaksanakan harus menutup keseluruhan permukaan
yang dilapis dan tampak merata, tanpa ada bagian, sekecil
apapun, yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan
aspalnya.
• Lapis Resap Pengikat, setelah pengeringan selama 4 sampai 6
jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis
pondasi, meninggalkan sebagian bahan pengikat dengan
warna hitam atau abu-abu tua yang merata pada permukaan
dan menampakkan tekstur permukaan yang rapi serta tidak
tampak adanya genangan atau bahan pengikat yang
bercampur dengan agregat halus yang cukup tebal, serta tidak
ada bagian-bagian yang lembek dan lepas.
• Lapis Perekat, permukaan harus mempunyai daya lekat yang
cukup pada waktu pengerjaan pelapisan ulang (overlay).
Penampilan yang memperlihatkan bintik-bintik, yang timbul dari
bahan pengikat yang di distribusi sebagai butir-butir tersendiri
boleh diterima untuk Lapis Perekat yang lebih ringan asalkan
penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takarannya
96
benar.
Lapis Resap Pengikat

– Aspal harus dari jenis aspal semen AC-10 (kurang


lebih ekivalen aspal pen 80/100), atau jenis AC-20
(kurang lebih ekivalen aspel pen 60/70), mematuhi
AASHTO M226-80, dicairkan dengan minyak tanah,
dengan perbandingan sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik
– Agregat penutup harus dari hasil penyaringan kerikil
atau batu pecah, tidak mengandung butiran lunak,
bahan kohesif atau bahan organik
– Tidak kurang dari 90% lolos saringan ASTM 9.5 mm
dan tidak lebih dari 2% harus lolos saringan ASTM
2.36 mm (No. 8)
97
Lapis Perekat
• Jenis aspal yang
digunakan ditentukan
oleh Direksi Teknik, dipilih
dari salah satu :
– Aspal Semen AC-10
atau AC-20 yang
memenuhi
persyaratan AASHTO
M226-80, dicairkan
dengan 20% - 30%
minyak tanah.
– Aspal Emulsi dari jenis
cepat mengeras,
memenuhi
persyaratan AASHTO
98
M140 atau M208.
Percobaan Lapangan

• Sebelum pelaksanaan yang sebenarnya dikerjakan, Kontraktor


harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan
Direksi Teknik, untuk mendapatkan cara penyemprotan yang
benar dan takaran persatuan luas yang tepat
• Percobaan tersebut akan diulang bila tipe permukaan yang
akan dilapis atau jenis material aspal berubah

• Takaran pemakaian biasanya berada dalam batas-batas


sebagai berikut :
• Lapis Resap :
• 0,4 sampai 1.3 liter per m2 untuk pengikat Agregat Kelas A ; 0.2
sampai 1.0 liter per m2 untuk pondasi Tanah Semen.
• Lapis Perekat :
• Sesuai jenis permukaan yang akan menerma pelapisan dan
bahan pengikat yang akan dipakai. 99
Bahan Pengikat

Jenis Bahan Takaran pada Takaran pada


Pengikat permukaan baru permukaan yang
atau sudah tua berpori atau lapuk
dan licin (ltr/m2) (ltr/m2)
Cutback 25 pph 0,15 0,15 – 0,35

Aspal 0,20 0,20 – 0,50

Aspal Emulsi 0,40 0,40 – 1,0


Encer
100
Jenis Bahan Pengikat Batas Suhu
Semprotan

Cutback, 25 pph Minyak Tanah 100 ± 10oC

Cutback, 50 pph Minyak Tanah 70 ± 10oC


(jenis Cutback MC 70)
Cutback, 75 pph Minyak Tanah 45 ± 10oC
(jenis Cutback MC 30)
Cutback, 100 pph Minyak Tanah 30 ± 10oC

Cutback, > 100 pph Minyak tanah Tidak


dipanaskan
Aspal Emulsi atau Aspal Emulsi diencerkan 20 ± 10oC

101
• Kualitas dari hasil
semprotan sangat
ditentukan oleh
kualitas alat utama
yaitu Distributor
Peralatan Aspal.
• Kecuali
mendapatkan
persetujuan dari
Direksi Teknik,
yaitu apabila
dikarenakan
tempat kerja yang
sempit pemakaian
Distributor Aspal
tidak
memungkinkan,
penyemprotan
harus dilaksanakan
dengan Distributor
Aspal.
102
Asphalt Distributor
• Karena peranannya yang penting dalam menjamin
kualitas, hal-hal yang dipersyaratkan di dalam
spesifikasi mengenai Distributor Aspal harus benar-
benar mendapatkan perhatian, antara lain :
– Peralatan Distributor Aspal harus meliputi sebuah
tachometer (pengukur kecepatan putaran), meteran
tekanan, satu tongkat celup yang telah dikalibrasi,
sebuah termometer untuk mengukur kecepatan
pada kecepatan lambat
– Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor
harus sudah dikalibrasi dan rekaman dari kalibrasi
yang teliti dan memuaskan harus diserahkan
kepada Direksi Teknik
103
Asphalt Distributor
– Distributor harus dilengkapi dengan batang
semprot yang mengsirkulasikan aspal secara
penuh yang tepat diatur kearah horizontal dan
vertikal
– Batang semprot harus terpasang dengan
jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada
jarak yang sama yaitu 10  1 cm
– Distributor juga harus dilengkapi dengan pipa
semprot tangan

104
– Distributor harus juga dilengkapi dengan diagram semprot
dan Buku Petunjuk Pelaksanaan yang menunjukkan
diagram aliran pipa dan petunjuk-petunjuk untuk cara kerja
semua alat pada distributor
– Diagram semprot harus memperlihatkan hubungan antara
kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal
– Toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuan jarum baca
yang dipasang pada distributor aspal dengan batang
semprot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam spesifikasi

105
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan
• Harus diyakini bahwa permukaan yang akan disemprot
sudah benar-benar siap, dalam anti semua kerusakan
(kalau ada) telah diperbaiki
• Bila permukaan yang disemprot adalah lapis pondasi
agregat, perlu diyakini bahwa telah dipersiapkan
sesuai persyaratan sebagaimana diatur dalam
pekerjaan lapis pondasi agregat
• Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan
harus dibersihkan dari debu dan kotoran lain dengan
memakai sikat mekanis atau semprotan angin atau
kombinasi keduanya
• Jika hal ini tidak cukup ditambah dengan sapu ijuk.
• Pembersihan harus dilakukan melewati 20 sentimeter
kanan kiri bidang yang disemprot
106
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan

• Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing


harus disingkirkan dengan penggaruk baja setelah itu
harus dicuci dan disapu, atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik
• Untuk lapis resap pengikat diatas lapis pondasi agregat
kelas A, permukaan yang telah disapu harus rata, rapat,
bertekstur agregat kasar dan halus/tidak segregasi
• Pekerjaan penyemprotan tidak dapat sama sekali
dimulai, sebelum permukaan benar-benar telah
dipersiapkan sampai memuaskan Direksi Teknik

107
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan
• Setelah semua persiapan dilaksanakan dengan
sempurna, pekerjaan penyemprotan dapat
dilaksanakan dengan merujuk kepada hasil
percobaan lapangan
• Perlu sekali lagi diyakini bahwa Distributor Aspal
dioperasikan sesuai dengan diagram semprot
yang telah disetujui
• Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan,
ketinggian batang semprot dan penempatan
nozel harus dipasang sesuai ketentuan

108
Pelaporan
• Kontraktor harus menyerahkan bahan-bahan berikut ini
kepada Direksi Teknik :
• Lima liter contoh dari setiap bitumen yang diusulkan
untuk digunakan dilengkapi sertifikat dari pabrik
pembuatnya, sebelum pekerjaan dimulai
• Catatan yang memuaskan untuk sertifikat kalibrasi dari
semua instrumen, meteran pengukur, tongkat celup dari
distributor aspal, diserahkan paling lambat 30 hari
sebelum pekerjaan dimulai
• Alat-alat tersebut dikalibrasi dengan toleransi ketelitian
sesuai spesifikasi
• Tanggal kalibrasi tidak melebihi 2 tahun sebelum
pelaksanaan
• Diagram semprot sesuai dengan spesifikasi diserahkan
sebelum pekerjaan dimulai

109
Lingkungan

• Permukaan-permukaan dari struktur, pepohonan dan harta


benda masyarakat disamping tempat-tempat kerja harus
dilindungi dari kekotoran karena percikan.
• Bahan Bitumen dilarang dibuang kesembarangan selokan atau
saluran air.
• Diagram semprot yang telah memenuhi ketentuan dalam 110
spesifikasi diserahkan sebelum pekerjaan dimulai.
Peralatan Utama
• Peralatan utama yang diperlukan untuk pekerjaan ini
adalah : Distributor Aspal dan Penyapu Mekanis.

111
Burtu dan Burda
• Jenis perkerjaan ini adalah laburan bahan chip untuk
menutup permukaan
• Laburan bahan chip bisa terdiri dari satu lapis (burtu)
atau dua lapis (burda)
• Setiap lapis diberikan bahan aspal sebagai pengikat
• Berfungsi sebagai penutup permukaan, bisa diletakkan
diatas lapis pondasi agregat kelas A yang baru
dikerjakan dan sudah diberikan lapis resap pengikat
• Kegiatan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan
menyiramkan/melaburkan aspal diatas permukaan
yang telah disiapkan, menabur bahan chip (agregat
penutup) dan menggilas.

112
Rujukan
• Sepanjang menyangkut pekerjaan
penyiraman/pelaburan aspal, semua ketentuan yang
mengatur tentang pekerjaan Lapis Perekat dan Lapis
Resap Pengikat berlaku pula untuk pekerjaan Burtu
dan Burda
• Antara lain mengenai :
• Batasan cuaca dan musim
• Kualitas produk material aspal
• Percobaan lapangan
• Peralatan
• Pelaksanaan
• Pelaporan
• Lingkungan
113
Batasan Cuaca & Musim
• Tidak boleh ada
pekerjaan laburan
aspal yang
dilaksanakan diatas
perkerasan basah,
selama hujan, bila
hujan tampaknya akan
turun atau sewaktu
angin kencang
• Hanya dapat
dilaksanakan selama
musim kering dan bila
cuaca kemungkinan
akan tetap baik paling
tidak dalam waktu 24
jam setelah pengerjaan
114
Material
• Agregat Penutup (chip)
• Aspal

115
Agregat Penutup
– Batu pecah; bersih dan kuat
– Memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :
• Kehilangan akibat abrasi
• (AASHTO T96..................................... Maks 30%)
• Aspal yang tertinggal
• (AASHTO T182................................... Maks 30%)
• Bagian-bagian lunak
• (AASHTO T112................................... Maks 30%)
– Selalu dalam keadaan kering dan bersih
– Batasan ukuran partikel agregat untuk Burtu dan lapis pertama
Burda ditentukan dalam ukuran agregat terkecil sebagiamana
diatur dalam spesifikasi
– Bentuk kubus dan memenuhi persyaratan pengujian
– Agregat lapis kedua Burda harus mempunyai ukuran nominal
sesuai spesifikasi dan harus dapat saling mengunci ke dalam116
rongga-rongga agregat lapis pertama yang telah dipadatkan
Aspal
Suhu Aspal Aspal Suhu oC
Udara oC 85/100 60/70

– Bagian minyak 17,5 13 15 151


tanah per 100 20,0 11 13 157
bagian volume 22,5 9 11 162
aspal (pph) yang 25,0 7 9 167
diperlukan untuk 27,5 5 7 172
pencampur 30,0 3 5 177
aspal sesuai 32,5 1 3 182
daftar berikut : 34,0 0 2 185
36,0< 0 0 187

117
– Aspal yang telah
dipanaskan pada suhu
semprot selama lebih dari
2 jam atau melebihi 20C
diatas suhu semprot, Aspal
harus ditolak
– Direksi Teknik dapat
mempertimbangkan
penambahan additive
(anti stripping) apabila
daya rekat aspal pada
agregat (AASHTO T182)
berada pada batas akhir
– Pencampuran minyak
tanah dan bahan additive
dengan aspal harus
dilakukan dengan
sempurna dengan cara
mensirkulasi bahan
tersebut pada seluruh
tangki
118
Peralatan
• Distributor Aspal, sama dengan yang dipersyaratkan pada
pekerjaan Lapis Perekat dan Lapis Resap Pengikat

• Penghampar batuan chip, alat ini harus mampu menghampar


batuan chip secara merata dengan takaran yang terkendali,
dengan lebar min. 2.4 meter menggunakan suatu peralatan
khusus yang dipasang pada badan truck sedemikian rupa
sehingga lebar hamparan dapat diatur

• Mesin gilas roda karet yang harus mempunyai lebar


pemadatan total tidak kurang dari 1.5 m

• Sapu ijuk kasar untuk redistribusi agregat dan sapu mekanis


untuk menyingkirkan agregat yang kelebihan
119
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan
• Sesuai dengan yang diuraikan dalam Lapis Perekat dan
Lapis Resap Pengikat
• Permukaan lama yang belum diaspal, sebelum dilaburi Burtu
atau Burda, harus dibiarkan kering, paling kurang 48 jam,
atau sesuai petunjuk Direksi Teknik.

120
Pemakaian Bahan Aspal
• Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi
melebihi 10C dari suhu semprot yang ditetapkan
dalam spesifikasi.
• Distribusi Aspal harus mulai bergerak tidak boleh
kurang dari 5 m dimuka daerah yang akan
disemprot, sehingga kecepatan kendaraan harus
tepat mencapai kecepatan yang ditetapkan bila
batang semprot melalui kertas alur, dan kecepatan
ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir.
• Kemudian lembaran kertas alur harus segera
disingkirkan, dan kesemuanya harus memuaskan
Direksi Teknik.
• Setiap selesai menyemprot,di dalam tangki
diharuskan masih ada sisa cadangan aspal
sebanyak 10% dari volume tangki.
121
Menghampar Agregat Penutup
• Agregat dengan kualitas yang cukup harus
sudah tersedia di tempat pekerjaan dalam
kondisi kering dan bersih
• Dijamin dapat melekat ke aspal dalam waktu 5
menit setelah penghamparan
• Penghamparan agregat dilaksanakan segera
setelah penyemprotan dan harus diselesaikan
dalam waktu 5 menit terhitung sejak selesainya
penyemprotan atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik
• Agregat dihampar merata diatas permukaan
yang disemprot dengan menggunakan
penghampar agregat yang disetujui, dengan
takaran dan cara pelaksanaan yang disetujui
yang merujuk pada hasil percobaan lapangan 122
Penyapuan dan Penggilasan

• Segera setelah penghamparan agregat


berukuran tunggal, yaitu setebal satu ukuran
batu, diselesaikan dan telah memuaskan Direksi
Teknik, harus segera dilakukan penggilasan
dengan menggunakan mesin gilas roda karet,
sebanyak enam lintasan atau sesuai petunjuk
Direksi Teknik.
• Setelah selesai penggilasan, permukaan
kemudian dibersihkan dari material chip yang
kelebihan dengan menggunakan sapu mekanis.

123
Peralatan Utama
• Peralatan utama
yang diperlukan
untuk pekerjaan
ini adalah
• Distributor Aspal
• Penghampar
Agregat Chip
• Mesin Gilas
Roda Karet
• Sapu Mekanis
• Sapu Ijuk Kasar

124
• Pekerjaan ini terdiri
dari pengadaan
suatu lapisan aus
Lapis Aspal Penetrasi terbuat dari agregat
batu pecah dan
aspal panas
• Pekerjaan ini
dilaksanakan
dimana biaya untuk
menggunakan
campuran aspal
panas tidak
memungkinkan
karena itu digunakan
hanya pada lokasi
tertentu seperti
pekerjaan
pengembalian
kondisi
125
Material
• Agregat pokok (agregat kasar)
• Agregat pengunci
• Chip penutup (untuk permukaan) dan
aspal.

126
Agregat
• Agregat harus memiliki ketentuan- ketentuan yang
berikut dan harus bebas dari gumpalan lempung.
• Abrasi dengan pengujian abrasi Los Angeles pada 500
putaran (PB 0206–76) tidak melebihi maksimum 400.
• Indeks kepipihan (Flakiness) (BS.812 Pasal I : 1975,
ayat, 1,3) maximum 250.
• Daya lekat dengan aspal (PB 0205-76) lebih dari 95%.

127
Gradasi
Jenis Agregat Tebal Lapisan Tebal Lapisan
7 – 10 cm 4 – 5 cm
Agregat kasar
lolos saringan
75 mm 100 -
60 mm 90 – 100 100
50 mm 35 – 75 95 – 100
40 mm 0 – 15 35 – 70
25 mm 0–5 0 – 15
18 mm - 0–5
128
Kuantitas untuk agregat dan aspal
Tebal Agregat Agregat Agregat Aspal Agregat
Lapisan Kasar Kasar Kasar (kg/m2) (kg/m2)
(cm) (kg/m2) (kg/m2 (kg/m2)

7 – 10 cm 5 – 8 cm 4 – 5 cm
8,5 200 - - 8,5 2,5
7,5 180 - - 7,5 2,5
6,5 180 - - 6,5 2,5
6,5 - 152 - 6,0 2,5
5,5 140 - - 5,5 2,5
5,5 - 133 - 5,2 2,5
4,4 - 114 - 4,4 2,5
3,7 - 105 - 3,7 2,5
3,7 - - 80 2,5 2,5
129
Peralatan
• Peralatan berikut ini harus disediakan :
• - Dump Truck
• - Loader
• Peralatan di lapangan
• 1). Mekanis
• Penggilas tandem 6-8 ton atau penggiling beroda tiga 6-
8 ton.
• Aspal Distibutor.
• 2). Manual
• Penyapu, sikat, karung.
• Bakul.
• Kaleng aspal.
• Sekop, gerobak dorong dan peralatan kecil yang lain.
• Cerek aspal 130
Pemasangan Lapis Perata

• 1). Persiapan Lapangan


• Permukaan yang diperbaiki dengan penetrasi harus
disiapkan seperti dibawah ini
• Profil memanjang atau melintang harus dipersiapkan
menurut potongan melintang rancangan.
• Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak
diinginkan seperti debu dan bahan-bahan terlepas yang
lain.
• Permukaan yang beraspal harus diperbaiki lapis perekat
dengan takaran pemakaian maksimum 0,5 l/m2.

131
Penghamparan dan Pemadatan
• Kombinasi penyebar Metoda Mekanis
agregat/truk harus
menebarkan agregat pada
kecepatan yang tetap
supaya kualitas agregat
adalah tetap untuk
ketebalan yang
dirancangkan.
• Pemadatan awal harus
menggunakan penggilas
roda baja 6-8 ton yang
bergerak dengan kecepatan
kurang dari 4 km/jam.
• Pemadatan harus
diteruskan sehingga
permukaan rata dan stabil
tercapai (minimum 6 132
lintasan).
• Temperatur harus dipertahankan seperti yang ditentukan
untuk jenis bitumen yang digunakan
• Kecepatan aspal distributor dan tekanan
penyemprotannya harus distel untuk mendapat jumlah
aspal per m2 yang dirancang
• Lembaran kertas harus diletakan pada akhir tempat
yang disemprot supaya batas semprotan untuk
mengatur pergerakan alat distributor
• Aspal distributor harus digerakkan dengan kecepatan
konstan untuk menghasilkan intensitas semprotan yang
diperlukan
• Tachometer harus dapat dilihat sepenuhnya oleh
operator. Setiap bagian harus disemprot dengan tangan.
• Setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus
ditebarkan dengan cara yang sama seperti penebaran
agregat kasar, diteruskan sehingga agregat pengunci
benar-benar terkunci dan tertanam kedalam permukaan
dibawahnya.
133
Penghamparan dan Pemadatan (Metoda Manual)

• Agregat dan aspal harus tersedia di lapangan


sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan
• Kedua bahan harus ditangani dengan cermat supaya
bahannya bersih dan mudah pengoperasiannya
• Penebaran harus dilaksanakan dengan menggunakan
bakul atau pengki dengan suatu cara tertentu supaya
jumlah bahan yang digunakan dan kerataan yang
diperlukan dicapai.
• Pemadatan harus seperti yang ditentukan untuk
metode mekanis.
134
Penghamparan dan Pemadatan
(Metoda Manual)
• Penyemprotan aspal boleh dikerjakan dengan
penyemprotan tangan atau kaleng aspal, dengan
temperatur aspal seperti yang telah ditentukan
• Takaran pemakaian Aspal harus serata mungkin dengan
jumlah per meter persegi yang ditentukan.
• Penebaran dan pemadatan agregat pengunci harus
dilaksanakan dengan cara yang sama untuk agregat
kasar
• Pemadatan harus diteruskan sehingga agregat pengunci
di dalam lapisan agregat kokoh seluruhnya oleh roda
penggilas.

135
Latasir (HRSS) Kelas A dan B
• Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan-jalan
dengan lalu lintas ringan, khususnya pada daerah
dimana agregat kasar tidak tersedia
• Pemilihan kelas A dan B terutama tergantung pada
gradasi pasir yang digunakan
• Campuran Latasir biasanya memerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang
disyaratkan
• Campuran-campuran ini khusus mempunyai ketahanan
rutting yang rendah oleh sebab itu tidak boleh digunakan
dengan lapisan yang tebal, pada jalan-jalan dengan lalu
lintas berat dan pada daerah tanjakan.

136
• Hot Rolled Sheet setara
dengan Lataston
Lataston
(spesifikasi Bina Marga
12/PT/B/1983) dan
(HRS)
ditujukan untuk
digunakan pada jalan-
jalan yang memikul lalu
lintas ringan atau
sedang.
• Hal-hal karakteristik
yang paling penting
adalah keawetan,
fleksibilitas dan
ketahanan kelelehan
yang tinggi, sedangkan
pertimbangan kekuatan
hanya kepentingan
kedua. 137
• LASTON
• Spesifikasi setara dengan Laston Spesifikasi Bina Marga
13/PT/B/1983 dan digunakan untuk jalan-jalan dengan
lalu lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan-jalan dan
daerah-daerah lainnya dimana permukaan menanggung
beban roda yang berat.

138
Spesifikasi “lama” ada :
Asphalt Treated Base (ATB)

Khusus diformulasi untuk


meningkatkan keawetan
dan ketahanan kelelehan.
Penting diketahui bahwa
setiap penyimpangan dari
spesifikasi ini, khususnya
pengurangan dalam kadar
bitumen, memungkinkan
tidak berlakunya rancangan
perkerasan proyek dan
memerlukan pelapisan
ulang yang lebih tebal.

139
Ketebalan Campuran Panas
• Lataston / HRS tebal rancangan nominal = 3 cm
• Aspal Beton / AC tebal rancangan nominal = 4 cm
• Atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran maximum
atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau
menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal
rancangan nominal asalkan campuran aspal yang
dipasang pada ketebalan tersebut baik dalam segala hal
lainnya. Meskipun begitu, sama sekali tidak ada
bagiannya melebihi 5 mm dari ketebalan nominal
rancangannya.
• Untuk semua jenis campuran, yang dibayarkan menurut
luas atau volume dan bukannya berat sesungguhnya
dari material yang dihamparkan, berat campuran aspal
yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh kontraktor
dengan menimbang, setiap muatan truk pengangkut
material yang meninggalkan pusat pencampur. 140
• Dalam hal bagian yang Campuran Panas
manapun yang sedang
diukur untuk menentukan
pembayarannya, berat
material yang benar-benar
dihamparkan yang dihitung
dari timbangan muatan truk
adalah kurang dari ataupun
lebih dari lima persen lebih
besar kepadatan contoh
lapisan (cores), Direksi
Teknik harus mengambil
tindakan untuk menyelidiki
agar bisa menyelidiki sebab
terjadinya selisih berat
tersebut sebelum
menyetujui pembayaran
material yang telah
dihamparkan itu.
141
• Penyelidikan Direksi Teknik bisa meliputi, tetapi tidak
perlu terbatas pada hal-hal berikut ini.
• Memerintahkan kontraktor untuk lebih sering atau lebih
banyak atau mencari lokasi-lokasi cores yang lain;
• Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta
prosedur dan peralatan percobaan laboratorium;
• Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan dan laboratorium
yang independen tentang kepadatan campuran aspal
yang dicapai setelah dihamparkan.
• Menentukan suatu sistem penghitungan dan pencatatan
truk secara terinci.
• Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai-nilai
baru untuk dimensi geometris yang memastikan jumlah
material yang harus dibayar.
• Meskipun begitu, dalam segala kasus, tak peduli
tenggang beratnya dilampaui atau tidak pembayaran
harus didasarkan atas ukuran-ukuran nominal dari
lapisan campuran aspal
142
Tebal Nominal Rancangan

143
Kerataan Permukaan
• Variasi kerataan permukaan campuran lapisan
pelindung (Latasir Kelas A dan B, Lastaston dan Aspal
Beton) yang telah selesai ditangani diukur dengan mistar
penyipat yang panjangnya 3 m harus tidak boleh lebih
dari 5 mm
• Setiap titik variasi kerataan permukaan campuran aspal
yang telah selesai digunakan
• Sebagai lapisan pondasi atas, dasar tepi mistar yang
panjangnya 3 m tidak boleh lebih dari 1 cm pada setiap
titik
• Keleluasaan harus dibuat untuk masing-masing kasus
terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan
perubahan rancangan punggung perkerasan dan
lengkung vertikal pada profil memanjang.
144
Pelaporan
• Kontraktor harus melengkapi Direksi Teknik dengan contoh dari
seluruh maretial-material yang disetujui untuk digunakan, yang
akan disimpan oleh Direksi Teknik selama periode kontrak
untuk keperluan rujukan.
• Laporan tertulis yang diberikan sifat-sifat hasil pengujian dari
seluruh material, seperti disyaratkan.
• Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya
seperti yang dipersyaratkan dalam bentuk laporan tertulis;
• Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan
dalam bentuk laporan tertulis;
• Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran-
campuran yang dihamparkan, seperti yang dipersyaratkan.
• Data uji coba laboratorium dan lapangan seperti yang
dipersyaratkan untuk pengendalian harian dari takaran
campuran dan kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
• Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan
dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan.
145
• Tiap jenis campuran dapat
digunakan sebagai lapisan
perata Lapisan Perata
• Semua persyaratan dari
spesifikasi ini berlaku
kecuali material harus
disebut AC (L), HRS (L),
ATB (L) dan sebagainya.
• Ukuran butir maximum
yang lebih kecil dapat
digunakan.
• Ketebalan yang digunakan
untuk pembayaran, bukan
tebal rancangan nominal
• Tapi harus dihitung
berdasarkan kerapatan,
luas dan berat sebenarnya
campuran yang dihampar.
146
Agregat Kasar untuk Campuran Aspal

Ukuran Ukuran % Berat yang % Berat yang


Saringan Saringan Lolos Lolos
(mm) ASTM Campuran Campuran
Normal Lapisan Perata
20 ¾ 100 100
12,7 ½ 30 – 100 95 – 100
9,5 3/8 0 – 55 50 – 100
4,75 #4 0 – 10 0 – 50
0,075 # 200 0–1 0–5

147
Agregat kasar untuk campuran aspal
% berat yang lolos saringan
100
100 100
% berat yang lolos saringan

95 90
80
70
60
50 55
50
50
40
30
30
20
5 10 10
1
0 0
0 0,075 4,75 9,5 12,7 20
dimensi saringan (mm) 148
Agregat Halus untuk Campuran Aspal

Ukuran Ukuran Jenis Jenis Jenis


Saringan Saringan Campuran Campuran Campuran
(mm) (ASTM) LATASIR LATASIR LATASTON
Kelas A Kelas B LASTON
ATB

9,5 3/8 100 100 100


4,75 #4 98 – 100 72 – 100 90 – 100
2,36 #8 95 – 100 72 – 100 80 – 100
0,600 # 30 76 – 100 25 – 100 25 – 100
0,075 # 200 0–8 0–8 0 – 11
149
Bahan Pengisi untuk Campuran Aspal

• Bahan pengisi untuk campuran Aspal (AASHTO M


17) bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur
(limestone dust), semen Portland, abu terbang, abu
tanur semen atau bahan lain yang disetujui oleh
Direksi Teknik.
• Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang
tidak dikehendaki.
• Kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji
dengan pengayakan basah harus mengandung bahan
yang lolos saringan 75 micron tidak kurang dari 75%
beratnya.
150
Bahan Pengisi untuk Campuran Aspal

• Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat


memperbaiki agregat dan membantu mencegah
pengeluasan
• Banyaknya variasi kualitas dari sumber-sumber kapur
dan kecenderungan dari kapur tersebut untuk
membentuk gumpalan-gumpalan terbukti dapat
menimbulkan masalah sewaktu penakaran
• Pengembangan kapur karena hidrasi dapat
menyebabkan keretakan campuran apabila kadar
tersebut terlalu tinggi
• Apabila kapur yang dipergunakan maka proposi
maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat
keseluruhan campuran aspal.

151
• Material aspal harus
dari jenis AC-10 atau Material Aspal
AC-20 aspal semen
yang memenuhi untuk
persyaratan- Campuran Aspal
persyaratan dalam
AASHTO M 226-78 :
Tabel 2.
• Untuk mencapai
kekuatan campuran
yang ditetapkan, lebih
disukai penggunaan
aspal yang lebih
lunak AC-10.

152
Peralatan untuk aspal penetrasi
• Mesin pemecah
batu (Stone
Crusher)
• Asphalt Sprayer
• Mesin gilas (Road
Roller)
• Dump Truck
• Compresor
• Truck Tanki

153
• Stone Crusher
• AMP (Asphalt
Peralatan untuk
Mixing Plant) aspal beton
• Asphalt Distributor
• Asphalt Finisher
• Compactor
(Pneumatic Tire
Roller)
• Dump Truck
• Truk Tanki
• Compresor

154
Bahu Jalan

• Bagian perkerasan jalan yang terletak di


kedua sisi luar jalur lalu lintas
• Salah satu fungsi bahu jalan adalah
sebagai penahan perkerasan jalan pada
jalur lalu lintas terhadap gerakan mendatar
• Bahu jalan harus memiliki ciri kokoh dan
tidak mudah mengalami perubahan bentuk
155
– Bahu jalan tanpa penutup,
Toleransi permukaan padat akhir tidak
boleh bervariasi 1.5 cm
Dimensi dibawah atau diatas
ketinggian rencana, pada
setiap titik
– Permukaan akhir dari bahu
≤ 1 cm jalan, termasuk setiap
pekerjaan permukaan yang
akan dipasang diatasnya,
tidak boleh terlalu tinggi,
juga tidak boleh terlalu
rendah, dari 1.0 cm
terhadap tepi jalur lalu lintas
yang berbatasan
– Kemiringan melintang tidak
boleh bervariasi lebih dari
1.0 % dari nilai rentangan

156
Material

• Untuk bahu jalan tanpa penutup umumnya


digunakan Agregat Kelas B atau Kelas C
• Persyaratan untuk material Agregat Kelas B
sama dengan persyaratan pada pekerjaan
lapis pondasi agregat (sifat, gradasi, agregat
kasar)
• Persyaratan agregat Kelas C dapat terdiri dari
kerikil pecah, padas pecah atau kerikil alam
bulat yang memenuhi persyaratan gradasi
seperti tabel dibawah ini :
157
Gradasi Agregat Kelas C

Ukuran Ayakan % berat lolos


(ASTM / mm)
19 100
4,75 51 – 74
0,425 18 – 36
0,075 10 – 22

158
» Sampai dengan
ketinggian Lapis
Pondasi bawah,
Penghamparan dilaksanakan
bersamaan dengan
Material Bahu penghamparan
material lapis
pondasi bawah,
termasuk
pemadatannya.
» Sisanya, yang
merupakan
penyelesaian akhir,
dilaksanakan setelah
pekerjaan lapis
permukaan pada
jalur lalu lintas
159
selesai dikerjakan
» Untuk menjamin kemiringan
melintang yang sempurna
serta mencegah terjadinya
cacat karena goresan motor
grader pada tepi aspal,
khusus untuk pekerjaan ini
diperlukan operator yang
berpengalaman.
» Perhatian khusus perlu
diberikan pada keselamatan
pengguna jalan, dengan
memberikan tanda-tanda
yang cukup apabila masih
terdapat selisih tinggi antara
permukaan jalur lalu lintas
dan bahu jalan yang sedang
dalam penyelesaian. 160
• Peralatan
utama yang Peralatan Utama
diperlukan
untuk
pekerjaan
bahu jalan :

• Dump Truck
• Motor Grader
• Compactor
• Watertank
• Truck
• Alat Ukur.
161
Konstruksi Perkerasan Kaku
• Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah
konstruksi perkerasan jalan beton semen
portland
• Sebagai lapis pondasi maupun lapis aus
seluruhnya terdiri dari plat beton dengan mutu
tinggi
• Lapisan dasar tanah harus dengan CBR ≥ 6 %
• Antara permukaan tanah dan plat beton,
dipasang lantai kerja dengan mutu yang lebih
rendah
• Ukuran ketebalan plat beton dan lantai kerja
sesuai dengan gambar dan spesifikasi

162
Konstruksi Perkerasan Kaku
• Umumnya tebal plat beton berkisar antara 25
cm – 30 cm. Tebal lantai kerja  10 cm.
• Mutu beton untuk plat beton minimal K-350,
mutu beton lantai kerja K-100
• Untuk pekerjaan plat beton dan lantai kerja
selain telah ditentukan dalam spesifikasi, semua
harus mengikuti Peraturan Beton Indonesia
(PBI) tahun 1971 serta SNI-SNI yang
berhubungan dengan pekerjaan beton, seperti
pengujian kuat beton dan lain sebagainya

163
Pelaksanaan • Badan jalan harus
diperiksa kesesuaiannya
Konstruksi dengan bentuk elevasi
yang diperlihatkan dalam
gambar.

• Badan jalan harus dalam


kondisi halus dan padat
pada saat beton
ditempatkan/di Cor’

• Bagian-bagian acuan
harus disambung
menjadi satu dengan
kokoh dan tidak boleh
bergerak

164
• Acuan-acuan harus
bersih dan diminyaki
setiap hendak
dipergunakan Pelaksanaan
• Pembongkaran acuan
Konstruksi
dilakukan setelah
beton mengeras,
sekurang-kurangnya
12 jam setelah di cor

• Beton dihampar dan


dipadatkan dengan
alat penggetar

• Tidak boleh ada


segregasi dalam
beton
165
• Pembesian termasuk
penempatan dowel bar, Pembesian
tie bar dan penulangan
baja pada pelaksanaan
perkerasan kaku.

166
• Dowel bar bisa dipasang sebelum pengecoran dgn
menggunakan dowel basket, atau setelah
penghamparan beton menggunakan pemasang dowel
bar otomatis, pemasangan ini merupakan masalah kritis
untuk mendapatkan joint load transfer, pemasangan yg
miring, terlalu dangkal atau berkarat dapat
menyebabkan kerusakan patah, retak pada sambungan.
167
• Dowel bar harus bebas
dari karat, dan
Pembesian diproteksi dgn
memakai epoxy
coating atau stainless
stell cladding

• Dowel harus dilumasi


dengan gemuk atau oli
untuk mencegah
pelekatan dgn beton

• Bila terlalu banyak


gemuk maka akan
terjadi rongga yang
bisa dimasuki air.

168
• Tulangan baja harus
Pelaksanaan ditempatkan sesuai
gambar dan setelah
Konstruksi pemadatan beton
tebal selimut beton
adalah 60  10 mm
dari permukaan akhir
plat.
• Permukaan
perkerasan beton
yang akan digunakan
sebagai permukaan
jalan harus diberi alur
(groove)
• Toleransi kerataan
pada alinyemen
horizontal dalam 4m
panjang mendatar
permukaan slab
beton ≤ 10 mm
169
• Penggergajian
dilakukan Penggergajian
menggunakan
piringan yg
berputar baik dgn
intan ataupun
abrasive blades.

• Penggergajian
dgn intan akan
menghasilkan
panas yg tinggi
sehingga piringan
harus diberi air
supaya tidak
lumer.

170
• Abrasive blade umumnya menggunakan serat yyg
diperkuat dgn silicone carbide atau carborundum, jenis
ini tidak memerlukan air pendingin, tetapi
kemampuannya lebih rendah dibanding dgn intan.
• Peralatan gergaji meliputi, gergaji kecil 6-13 kW
digunakan untuk penggergajian secara kering, gergaji
medium 15-28 kW digunakan penggergajian secara
basah, gergaji besar 50-55 kW digunakan biasanya
untuk arah memanjang, span saws 50-150 kW untuk
gergaji yg menghasilkan produksi tinggi. 171
• Sambungan-
sambungan
harus dibuat
sesuai tipe, Pelaksanaan
ukuran dan pada
lokasi seperti Konstruksi
yang ditentukan
dalam gambar

• Semua
sambungan
harus dilindungi
agar tidak
kemasukan
material yang
tidak dikehendaki
dan kemudian
ditutup dengan
bahan pengisi
172
173

Anda mungkin juga menyukai