2
BEBERAPA TANTANGAN KEDEPAN
YANG HARUS DISELESAIKAN OLEH INSAN BINA MARGA
7. Global Warming
4
1. SANKSI BAGI PENYELENGGARA JALAN;
Kewajiban Penyelenggara jalan sesuai UU Lalu Lintas No: 22
tahun 2009
Pasal 24
1) Penyelenggara jalan wajib segera dan patut untuk
memperbaiki Jalan yang rusak yang dapat
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Pasal 28
1. Setiap orang dilarang melakukan perbuatan
yang mengakibatkan kerusakan dan/atau
gangguan fungsi jalan.
6
Ketentuan Pidana (pasal 273 dan 274)
7
Ketentuan Pidana (pasal 273 dan 274)
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mengakibatkan orang lain meninggal, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 120 juta.
5.3 Ton
8.16 Ton
18.0 Ton
21.0 Ton
3,30 4,30
1,30
3,10
4,30
12
KENDARAAN TRUK TRAILER 5 SUMBU (1.2-222) GOLONGAN 7C2
13
Beban Lalulintas Perkerasan Jalan
14
Beban
Lalulintas
Perkerasan
Jalan
15
Beban Lalulintas Perkerasan Jalan
16
Beban Lalulintas Perkerasan Jalan
17
18
KENDARAAN TRUK TRAILER 5 SUMBU (1.22-222) GOLONGAN 7C2
3,10
4,30
19
HUBUNGAN BEBAN DENGAN FAKTOR DAYA RUSAK JALAN
Beban dalam hal ini adalah Muatan Sumbu Kendaraan yang melintas di
jalan.
Kekuatan Bahan digambarkan oleh Tebal perkerasan dan mutu bahan
perkerasan.
20
PENGARUH LOBANG TERHADAP BIDANG KONTAK
DENGAN LAPISAN DIBAWAHNYA
A1 σ1 >> σ2 A2
21
BEBERAPA PENYEBAB KERUSAKAN JALAN
• Bisa karena desain yang yang tidak
sesuai dengan kondisi lapangan
• Bisa karena pelaksanaan yang tidak
benar
• Bisa karena bebannya berlebih
sehingga perkerasan yang ada tidak
kuat menahan beban
• Bisa kerena pemeliharaan yang
kurang baik
22 22
KERUSAKAN PERKERASAN AKIBAT BAHAN LAPIS RESAP PENGIKAT
DAN LAPIS PEREKAT YANG KURANG BAIK
BEBAN KENDARAAN
Agregat base
tinggi.
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar.
Perbandingan ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3
4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16
24
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362
4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16
25
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VDF , Indra surya. B. Moctar)
adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan
ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:
4,61
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4,61
P
VDF = P =6 T, VDF = 5.9174
4,08
4,61
P P=10 T, VDF = 2.5533
VDF =
8.16
26
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 , VDF = 10.2046
4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16
27
PERBANDINGAN VDF VERSI BINA MARGA DAN HASIL PENELITIAN
INDRASURYA D MOCHTAR
6T
1.6425 5.9174
10 T
2.2555 2.5533
18 T
2.0362 10.2046
21 T
2.3248 2.1862
28
LHR RUAS CIASEM-PAMANUKAN
5,000 4,597
KENDARAAN TRUK 2 SUMBU (1.2H)GOL 6B,
4,500
TRUK 3 SUMBU (1-2.2) GOL 7A DAN
4,000 3,722 TRUK TRAILER 4,5 DAN 6 SUMBU GOL 7C
LHR (Kend/hari) 3,500
POTENSIALPENYEBAB KERUSAKAN JALAN
3,007
3,000 2,627
2,434 2,326
2,500 2,111 1,820
2,000 1,718 1,807
1,500 1,095
1,040
546
1,000 465
495 402
500 83124
3448
0
Gol 2 Gol 3 Gol 4 Gol 5A Gol 5B Gol 6A Gol 6B Gol 7A Gol 7B Gol 7C
Ciasem -
Pamanukan 3,722 4,597 2,627 495 34 2,111 1,807 1,040 83 402 16,918
Pamanukan -
Ciasem 2,434 3,007 1,718 546 48 2,326 1,820 1,095 124 465 13,582
Total LHR 6,156 7,604 4,345 1,041 82 4,437 3,627 2,135 207 867 29
30,500
BERAT SUMBU TERBERAT
RUAS CIASEM - PAMANUKAN
BERAT SUMBU RATA-RATA SEMUA MST KENDARAAN (kg)
JENIS KENDARAAN/
sumbu depan sumbu blkng/tgh sumbu blkng Total Berat Kendaraan
SUMBU
Truk 3 Sumbu
8865 6000 33709 18000 42573 24000
1.2.2 (Gol 7A)
30
TABEL PERBANDINGAN BERAT KENDARAAN RATA-RATA PANTURA
TAHUN 2007 DAN TAHUN 2009
CIASEM-
Berat Izin PATI SEMARANG CIREBON DMK-TRGGL
KENDARAAN Berat Rata2 PMNKN
(Kg)
PANTURA
Berat Rata2 Berat Rata2 Berat Rata2 '07 Berat Rata2 Berat Rata2
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
Truk 3 Sumbu
1.2.2 (Gol 7A)
24.000 50.093 41.873 46.909 46.292 39.065 30.358
31
VDF RATA-RATA KENDARAAN
RUAS CIASEM - PAMANUKAN
VDF RATA-RATA
JENIS KENDARAAN/
sumbu depan sumbu blkng/tgh sumbu blkng Total
SUMBU
Truk 3 Sumbu
5.0308 1.6425 18.2161 2.0362 23.2469 3.6787
1.2.2 (Gol 7A)
(Gol 7C)
90.000
80.000
70.000
60.000
BERAT KENDARAAN
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0
Truk Berat 1.2H (Gol Truk 3 Sumbu 1.2.2 Truk Trailer 1.2 - 2.2 Truk Trailer 1.2 - 2.2.2 Truk Trailer 1.2.2 -
6B) (Gol 7A) (Gol 7C) (Gol 7C2) 2.2.2 (Gol 7C3)
VDF rata2 Pantura 2007 28.856 46.292 54.209 68.518 73.132
VDF rata2 Ciasem - Pamanukan 2009 21.017 39.065 58.354 74.730 88.902
VDF rata2 Demak - Trengguli 2009 21.549 30.358 51.439 68.967 77.098
VDF IZIN/VDF RENCANA 16.000 24.000 34.000 37.000 45.000
33
GRAFIK PERBANDINGANVDF
GRAFIK PERBANDINGAN VDF RATA-RATA
RATA-ATA PANTURA TAHUN 2007
PANTURA DAN TAHUN
TAHUN 20072009
DAN 2009
100.0000
90.0000
80.0000
70.0000
60.0000
VDF
50.0000
40.0000
30.0000
20.0000
10.0000
0.0000
Truk Berat 1.2H (Gol Truk 3 Sumbu 1.2.2 Truk Trailer 1.2-2.2 Truk Trailer 1.2-2.2.2 Truk Trailer 1.2.2-
6B) (Gol 7A) (Gol 7C) (Gol 7C) 2.2.2 (Gol 7C)
34
PERBANDINGAN ITP TERHADAP ESAL RENCANA,AKTUAL DAN DAMPAK MUATAN LEBIH
ESAL MST>10 TON RUAS JALAN Ciasem - Pamanukan
25.00
SEGMEN
PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL CIASEM - PAMANUKAN
19.05 19.69 18.80 18.94 19.13
20.00
RENCANA,AKTUAL 18.03
DAN ESAL MST>10 TON RUAS CIASEM-PAMANUKAN
16.46 17.02
UMUR PELAYANAN JALAN (Tahun)
15.04
ITP ( Cm )
15.00
12.00
10.00
10.00
10.00
8.00
5.30
6.00
3.96
4.00 3.16
5.00 2.51
1.60 1.22 1.76 1.65
2.00
0.00
0.00 n T n AT
TERBERAT
0%
RENCANA
To 0% 0% 0% 0%
SEMUA
MS To
Ton; 20% -
Ton; 60% -
RATA2
MST> 10
MST> 10
ER
ESAL
-4 10 -6 -8
MST 10
10 -2 A 0
ESAL
- 1 B
ESAL
ESAL
ESAL
T 0% 0% 0% 0% U > R
MS 80
% EM ST TE
A on; n ;2 n; 4 n;6 ; S M L
N T To o To on A2 A2 A PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL
CA 10 10 0T 10 0T AT AT ES RENCANA,AKTUAL DAN ESAL MST>10 TON RUAS CIASEM-PAMANUKAN
N T> > 1 > 1 R R
E > >
LR MS ST ST ST ST
L L
AT
ST
n
%
0%
0%
0%
0%
To
To
00
R
M
-6
-4
-8
-2
10
BE
0
-1
>1
0%
%
U
%
R
ST
ST
TE
20
0
;0
80
4
;6
M
SE
M
n
n;
AL
n;
n
A
To
n;
To
To
A2
A2
N
To
To
ES
A
10
AT
AT
10
10
C
10
10
EN
T>
R
T>
>
T>
T>
T
AL
AL
S
R
S
M
S
AL
ES
ES
M
M
AL
AL
AL
ES
AL
AL
ES
ES
ES
ES
ES 35
SEGMEN CIREBON-LOSARI
PERBANDINGAN ITP TERHADAP ESAL RENCANA,AKTUAL DAN
ESAL MST>10 TON RUAS JALAN CIREBON - LOSARI
25,00
20,42
18,11 18,91
20,00 17,20 17,42 17,55
15,34 16,17
14,83
ITP ( Cm )
15,00
10,00
5,00
0,00
n
To 0% 0% 0% 0% % ST To
n AT
-2 -4 -6 -8 00 M R
10 1 A 0 BE
% - U >1
ST 0% 0% 40 0% 0% M ST
R
M n; ;2 ;6 SE TE
A o n n; n n;8 M
AL
N T To To To To A2 A2
A 10 10 10 AT AT ES
C
T> 10 10
EN T> T> T>
R R
R M
S S S S T> AL AL
AL AL
M M M M
S
ES ES PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL
ES AL AL AL AL
ES ES ES
RENCANA,AKTUAL DAN ESAL MST>10 TON RUAS CIREBON - LOSARI
ES ES
8,00 6,67
6,00
4,45
4,00 2,80 2,47 2,39
1,87
2,00 1,30
0,69
0,00
n
AT
ST
n
%
0%
0%
0%
0%
To
To
00
R
M
-6
-4
-8
-2
10
BE
0
-1
>1
%
0%
0%
U
0%
R
ST
ST
40
TE
80
2
;6
M
SE
n;
M
n;
AL
n;
n
A
To
n;
To
To
A2
A2
N
To
To
ES
A
10
AT
AT
10
10
C
10
10
EN
T>
R
T>
T>
T>
T>
AL
AL
S
R
S
M
S
AL
ES
ES
M
M
AL
AL
AL
ES
36
AL
AL
ES
ES
ES
ES
ES
ES ITP ( Cm )
AL
R
EN
C
A
ES N
A
AL M
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
M ST
S 10
T>
ES 10 To
AL To n
n;
14,24
M
S 0%
T> -2
ES 10 0%
AL To
n;
M
15,38
S 20
T> %
10 -4
ES 0%
To
AL n;
16,36
M 40
S %
T> -6
ES 10 0%
AL To
M n;
17,15
S 60
T> %
10 -8
To 0%
n;
17,77
ES 80
AL %
R -1
00
AT
A2 %
SE
18,31
ES
M
AL U
ES R A
AL AT M
UMUR PELAYANAN JALAN (Tahun) A2 ST
R M
17,40
EN ST
C
ES A >1
0
N
ESAL MST>10 TON RUAS JALAN DEMAK - TRENGGULI
AL A ES To
M M n
S AL
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
ST
PERBANDINGAN ITP TERHADAP ESAL RENCANA,AKTUAL DAN
17,47
T> TE
ES 10 10 R
AL To BE
M
To n R
S n; AT
10,00
T> 0%
19,85
ES 10 -2
AL To 0%
M n;
S
5,64
T> 20
10 %
ES -4
AL To 0%
M n ;
S 4
3,56
T> 0%
ES 10 -6
AL To 0%
M n
S ;6
SEGMEN DEMAK - TRENGGULI
2,50
T> 0%
10 -8
To 0%
ES n ;8
1,85
AL 0%
R -1
AT
A2 00
ES %
SE
1,45
AL M
R U
AT A
A2 M
ST
M
2,20
ST
>1
PERBANDINGAN UMUR PELAYANAN JALAN TERHADAP ESAL
ES 0
To
AL n
RENCANA,AKTUAL DAN ESAL MST>10 TON RUAS DEMAK - TRENGGULI
TE
2,10
R
BE
R
AT
0,75
37
KERUSAKAN KARENA PELAKSANAAN YANG KURANG BAIK
NILAI CBR
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
1 2 3 4 5 6
VARIASI KADAR PENCEMARAN (%)
40%
NILAI CBR (%)
30% 30%
20% 20%
10% 10%
0% 0%
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
39
SEBAB SEBAB KERUSAKAN DESAIN DAN PELAKSANAAN:
41
PENGARUH ION AIR PADA PARTIKEL TANAH (CLAY)
PADA DAYA DUKUNG TANAH DASAR:
Ingat deret volta “ Li – Na – K – Ca – Mg – H “.
ABSORBED WATER
.
- -
_ _
+ +
Negatif
+H Netral Negatif
O- H O H +H OH-
+H Momen Dipul
42
STABILISASI YANG TIDAK SESUAI DENGAN PRINSIP
PERTUKARAN ION AKAN MENGAKIBATKAN KERUSAKAN
PADA SUBGRADE
Absorbed Water
_ + - _ + -
+
Partikel Clay Partikel clay
44
KERUSAKAN AKIBAT RETAK RETAK RAMBUT YANG DIBIARKAN BILA
KEMASUKAN AIR DAN DIBEBANI DENGAN BERAT AKAN CEPAT
MEMBESAR
o
Si
o Si
H
o
Sifat air bipolar bisa netral dan bisa negatif, bila negatif akan mempercepat
pelepasan butir dari ikatan aspal Absorbed Water
Netral
H
Negatif _ + - _ + -
H O
Partikel batu Partikel batu
47
SOLUSI KEKURANGAN DANA, JALAN MUDAH
BERLOBANG DAN MENGHINDARI KECELAKAAN
48
Perkerasan Jalan
• Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi jalan yang
disusun dengan material dan tebal lapisan tertentu agar
dapat menahan beban lalu lintas.
• Dari filosofi pembebanan, kualitas material semakin baik
mendekati permukaan
• Struktur perkerasan secara umum dibagi atas Flexible
pavement (Perkerasan Lentur) dan Rigid Pavement
(Perkerasan Kaku)
Material semakin baik
49
Subgrade CBR min 6%
PEKERJAAN PERKERASAN
Apa bedanya ?
50
Perkerasan Jalan
• Perkerasan lentur • Perkerasan Kaku
(Flexible Pavement) (Rigid Pavement)
adalah konstruksi adalah konstruksi
jalan dengan bahan jalan dengan bahan
terdiri dari batu terdiri dari beton
pecah, koral atau semen portland
pasir dan aspal.
51
Urutan Pekerjaan Perkerasan Lentur
52
Penyiapan Tanah Dasar
• Tanah dasar adalah permukaan badan jalan yang
telah disiapkan untuk menerima perletakan lapis
pondasi diatasnya
53
Penyiapan Tanah Dasar
(Spesifikasi 2010, Bab I, Pekerjaan Tanah Dasar)
• Tanah Ekspansif :
Pengembangan potensial > 2,5 %
55
Penyiapan Tanah Dasar
(Spesifikasi 2010)
• Tanah Ekspansif harus dibuang sampai kedalaman 1
meter dibawah elevasi permukaan tanah dasar
rencana.
1. Galian Biasa,
2. Galian Batu,
3. Galian Struktur,
4. Galian Perkerasan Beraspal,
5. Galian Perkerasan Berbutir,
6. Galian Perkerasan Beton
56
Penyiapan Tanah Dasar
(Spesifikasi 2010, Divisi 3 Pekerjaan tanah)
1. Timbunan biasa,
57
Pekerjaan galian yang tidak dibayar
(Spesifikasi 2010, Divisi 3 Pekerjaan tanah)
• Gorong-gorong,
tembok kepala dan
pekerjaan struktur
minor lainnya
dibawah elevasi
tanah dasar harus
sudah selesai
seluruhnya sebelum
pekerjaan penyiapan
tanah dasar dimulai
• Seluruh pekerjaan
drainase harus
dalam kondisi
berfungsi sehingga
menjamin drainase
yang efektif 64
Mencegah kerusakan tanah dasar dari gerusan air permukaan
Guna menghindarkan timbulnya pembiayaan yang besar akibat
kerusakan tanah dasar dari pengaruh lalu lintas, perlu
diperhatikan bahwa volume penyelesaian penyiapan tanah dasar
harus dibatasi, disesuaikan dengan kemampuan peralatan 65
Kontraktor untuk memeliharanya
• Pemadatan tanah dasar
dilaksanakan dengan
cara yang sama dengan Pemadatan
pemadatan pada
pekerjaan urugan
• Persyaratan kepadatan
tanah dasar sama
dengan persyaratan
pemadatan pada
pekerjaan urugan
66
• Pemadatan dilaksanakan hanya bila kadar dari
material berada dalam rentang kurang dari 3 % dari
kadar air optimum, yaitu kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bila material di
padatkan sesuai dengan AASHTO T99.
• Segera setelah pekerjaan diselesaikan pemadatan
dapat dimulai dengan menggunakan peralatan
pemadat yang sesuai, yang disetujui oleh Direksi
Teknik, hingga mencapai kepadatan paling sedikit 95
% dari kepadatan kering maksimum yang ditetapkan
sesuai AASHTO T99.
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi
dan bergerak sedikit kearah sumbu jalan, kecuali pada
bagian yang bersuperelevasi penggilasan dimulai dari
bagian yang rendah bergerak ke arah yang tinggi.
• Pengujian kepadatan dilakukan pada lokasi yang
disetujui oleh Direksi Teknik, tetapi harus tidak
berselang lebih dari 200 meter.
67
Pemadatan Tanah Dasar / Subgrade
68
Ilustrasi Hasil Pemadatan Tanah
• Kondisi butiran tanah;
69
Pelaporan
70
Peralatan Utama
72
Lapis Pondasi Agregat
• Sebagian dari struktur perkerasan jalan yang terletak
diantara Badan Jalan dan Lapis Permukaan terbuat dari
material agregat bergradasi baik serta memiliki sifat-sifat
yang memenuhi persyaratan spesifikasi
• Penyumbang kekuatan terbesar dalam memikul beban
lalu lintas, lapis pondasi agregat harus benar-benar
kokoh dan memiliki stabilitas yang tinggi
• Pekerjaan lapis pondasi agregat bisa meliputi pekerjaan-
pekerjaan penambangan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan diatas permukaan yang telah disiapkan
dan pemadatan
• Permukaan yang telah disiapkan dapat berupa : tanah
dasar, lapis agregat atau lapis aspal (yaitu dalam hal,
lapis aspal sudah rusak atau diperlukan peninggian)
73
• Toleransi Dimensi:
• Ketinggian akhir setelah pemadatan harus
sesuai dengan gambar rencana, dengan
toleransi sebagai berikut :
Lapis Pondasi Toleransi
Permukaan + 0 cm
atas dari lapis - 2 cm
pondasi bawah
dari agregat
kelas B
Permukaan + 0 cm
atas dari lapis - 1 cm
pondasi atas
dari agregat
74
kelas A
• Deviasi maksimum yang diijinkan untuk kerataan permukaan
Lapis Pondasi Atas dari Agregat Kelas A, setelah semua bahan
yang terlepas dibuang dengan penyikat keras, adalah 1 cm
diukur dengan mistar penyipat ukuran 3 m yang diletakkan
paralel atau melintang as jalan
75
• Material Lapis Material
Pondasi Agregat
pada umumnya
dibedakan dalam
dua kelas, yaitu :
Agregat kelas A
untuk Lapis
Pondasi Atas,
yaitu lapis yang
terletak dibawah
Lapis
Permukaan, dan
agregat kelas B
untuk Lapis
Pondasi Bawah.
76
• Agregat kasar,
yang tertahan
pada ayakan
Material 4.75 mm, harus
terdiri dari
partikel yang
keras dan awet,
berupa pecahan
dari padas atau
pecahan dari
kerikil.
• Agregat halus,
yang lolos
ayakan 4.75 mm,
harus terdiri dari
partikel pasir
alami atau pasir
pecah serta
bahan mineral
halus lainnya.
77
Ukuran % berat % berat
MATERIAL Ayakan lolos lolos
• Pencampuran material mm Kelas A Kelas B
untuk memenuhi
persyaratan untuk 63 100 100
memenuhi persyaratan
gradasi harus dikerjakan 37,50 100 67 – 100
di unit pemecahan atau 19,00 65 – 81 40 – 100
unit pencampur yang 9,50 42 – 81 25 – 80
disetujui oleh Direksi
Teknik. 4,75 27 – 45 16 – 66
• Dalam keadaan apapun 2,36 18 – 33 10 – 55
tidak dibenarkan 1,18 11 – 25 6 – 45
melakukan 0,245 6 – 16 3 – 33
pencampuran di
lapangan/tempat kerja. 0,075 0–8 0 – 20
78
Diagram % berat lolos saringan
100 100
81 90
% berat lolos saringan
81 80
81
70
65
60
45 50
33 42 40
25 30
16 27 20
8 18
11 10
0 6
0 0,075 0,245 1,18 2,36 4,75 9,5 19 37,5 63 0
dimensi saringan (mm)
79
Sifat-sifat agregat untuk lapis pondasi
Sifat Kelas A Kelas B
Gradasi Seragam
Gradasi Rapat
Ukuran
Gradasi Senjang butiran yang
tidak ada
81
Pelaksanaan pek Pondasi
• Penyiapan Lapangan
• Penghamparan
• Pemadatan
• Pengujian
• Pelaporan
82
Penyiapan Lapangan
– Sebelum pemasangan Lapis Pondasi Agregat
dilaksanakan, harus diyakini bahwa kondisi Lapis
Tanah Dasar atau Lapis Pondasi Bawah memenuhi
persyaratan spesifikasi
– Dalam hal yang akan dipasang adalah material
untuk Lapis Pondasi Atas, telah benar-benar
memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam
spesifikasi, seperti : ketinggian, kerataan, dan
kepadatan
– Untuk memberikan ruang operasi yang cukup, serta
mencegah kemungkinan terjadinya kegiatan yang
tumpang tindih, penyiapan tanah dasar harus paling
sedikit 100 meter di depan pemasangan lapis 83
pondasi.
Penghamparan agregat
85
Pemadatan • Seluruh pekerjaan
penghamparan selesai
dilaksanakan dan telah
memenuhi semua
persyaratan yang
ditetapkan dalam
spesifikasi
• Pemadatan dilaksanakan
dengan menggunakan
peralatan pemadat yang
cocok dan memadai
hingga mencapai
kepadatan paling sedikit
100 % dari kepadatan
kering maksimum
”modified” seperti yang
ditentukan AASHTO T180
metode D
86
Pemadatan agregat
• Pemadatan hanya boleh dilakukan bila kadar air dari
material beroda dalam rentang antara 3% kurang atau lebih
dari kadar air optimum seperti yang ditentukan oleh
AASHTO T180 metode D
• Bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan
kerusakan atau degradasi berlebihan pada pondasi agregat,
Direksi Teknik dapat memerintahkan penggunaan mesin
gilas beroda karet untuk pemadatan lapisan akhir
• Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit demi sedikit kearah sumbu jalan, kecuali
pada bagian yang bersuperelevasi penggilasan dimulai dari
bagian yang rendah bergerak kearah bagian yang tinggi
87
Pengujian agregat
• Pengujian untuk pengendalian mutu material
secara rutin dilaksanakan untuk mencegah
ketidakseragaman mutu material yang dibawa
ketempat pekerjaan
• Cakupan pengujian untuk setiap 100 meter
kubik material yang diproduksi tidak kurang dari
lima (5) pengujian gradasi dan satu (1)
penetapan kepadatan kering maksimum
menggunakan AASHTO T180 metode D harus
dilaksanakan oleh Direksi Teknik
88
Pengujian
101
• Kualitas dari hasil
semprotan sangat
ditentukan oleh
kualitas alat utama
yaitu Distributor
Peralatan Aspal.
• Kecuali
mendapatkan
persetujuan dari
Direksi Teknik,
yaitu apabila
dikarenakan
tempat kerja yang
sempit pemakaian
Distributor Aspal
tidak
memungkinkan,
penyemprotan
harus dilaksanakan
dengan Distributor
Aspal.
102
Asphalt Distributor
• Karena peranannya yang penting dalam menjamin
kualitas, hal-hal yang dipersyaratkan di dalam
spesifikasi mengenai Distributor Aspal harus benar-
benar mendapatkan perhatian, antara lain :
– Peralatan Distributor Aspal harus meliputi sebuah
tachometer (pengukur kecepatan putaran), meteran
tekanan, satu tongkat celup yang telah dikalibrasi,
sebuah termometer untuk mengukur kecepatan
pada kecepatan lambat
– Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor
harus sudah dikalibrasi dan rekaman dari kalibrasi
yang teliti dan memuaskan harus diserahkan
kepada Direksi Teknik
103
Asphalt Distributor
– Distributor harus dilengkapi dengan batang
semprot yang mengsirkulasikan aspal secara
penuh yang tepat diatur kearah horizontal dan
vertikal
– Batang semprot harus terpasang dengan
jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada
jarak yang sama yaitu 10 1 cm
– Distributor juga harus dilengkapi dengan pipa
semprot tangan
104
– Distributor harus juga dilengkapi dengan diagram semprot
dan Buku Petunjuk Pelaksanaan yang menunjukkan
diagram aliran pipa dan petunjuk-petunjuk untuk cara kerja
semua alat pada distributor
– Diagram semprot harus memperlihatkan hubungan antara
kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal
– Toleransi ketelitian dan ketentuan-ketentuan jarum baca
yang dipasang pada distributor aspal dengan batang
semprot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam spesifikasi
105
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan
• Harus diyakini bahwa permukaan yang akan disemprot
sudah benar-benar siap, dalam anti semua kerusakan
(kalau ada) telah diperbaiki
• Bila permukaan yang disemprot adalah lapis pondasi
agregat, perlu diyakini bahwa telah dipersiapkan
sesuai persyaratan sebagaimana diatur dalam
pekerjaan lapis pondasi agregat
• Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan
harus dibersihkan dari debu dan kotoran lain dengan
memakai sikat mekanis atau semprotan angin atau
kombinasi keduanya
• Jika hal ini tidak cukup ditambah dengan sapu ijuk.
• Pembersihan harus dilakukan melewati 20 sentimeter
kanan kiri bidang yang disemprot
106
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan
107
Pelaksanaan / Pekerjaan Persiapan
• Setelah semua persiapan dilaksanakan dengan
sempurna, pekerjaan penyemprotan dapat
dilaksanakan dengan merujuk kepada hasil
percobaan lapangan
• Perlu sekali lagi diyakini bahwa Distributor Aspal
dioperasikan sesuai dengan diagram semprot
yang telah disetujui
• Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan,
ketinggian batang semprot dan penempatan
nozel harus dipasang sesuai ketentuan
108
Pelaporan
• Kontraktor harus menyerahkan bahan-bahan berikut ini
kepada Direksi Teknik :
• Lima liter contoh dari setiap bitumen yang diusulkan
untuk digunakan dilengkapi sertifikat dari pabrik
pembuatnya, sebelum pekerjaan dimulai
• Catatan yang memuaskan untuk sertifikat kalibrasi dari
semua instrumen, meteran pengukur, tongkat celup dari
distributor aspal, diserahkan paling lambat 30 hari
sebelum pekerjaan dimulai
• Alat-alat tersebut dikalibrasi dengan toleransi ketelitian
sesuai spesifikasi
• Tanggal kalibrasi tidak melebihi 2 tahun sebelum
pelaksanaan
• Diagram semprot sesuai dengan spesifikasi diserahkan
sebelum pekerjaan dimulai
109
Lingkungan
111
Burtu dan Burda
• Jenis perkerjaan ini adalah laburan bahan chip untuk
menutup permukaan
• Laburan bahan chip bisa terdiri dari satu lapis (burtu)
atau dua lapis (burda)
• Setiap lapis diberikan bahan aspal sebagai pengikat
• Berfungsi sebagai penutup permukaan, bisa diletakkan
diatas lapis pondasi agregat kelas A yang baru
dikerjakan dan sudah diberikan lapis resap pengikat
• Kegiatan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan
menyiramkan/melaburkan aspal diatas permukaan
yang telah disiapkan, menabur bahan chip (agregat
penutup) dan menggilas.
112
Rujukan
• Sepanjang menyangkut pekerjaan
penyiraman/pelaburan aspal, semua ketentuan yang
mengatur tentang pekerjaan Lapis Perekat dan Lapis
Resap Pengikat berlaku pula untuk pekerjaan Burtu
dan Burda
• Antara lain mengenai :
• Batasan cuaca dan musim
• Kualitas produk material aspal
• Percobaan lapangan
• Peralatan
• Pelaksanaan
• Pelaporan
• Lingkungan
113
Batasan Cuaca & Musim
• Tidak boleh ada
pekerjaan laburan
aspal yang
dilaksanakan diatas
perkerasan basah,
selama hujan, bila
hujan tampaknya akan
turun atau sewaktu
angin kencang
• Hanya dapat
dilaksanakan selama
musim kering dan bila
cuaca kemungkinan
akan tetap baik paling
tidak dalam waktu 24
jam setelah pengerjaan
114
Material
• Agregat Penutup (chip)
• Aspal
115
Agregat Penutup
– Batu pecah; bersih dan kuat
– Memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :
• Kehilangan akibat abrasi
• (AASHTO T96..................................... Maks 30%)
• Aspal yang tertinggal
• (AASHTO T182................................... Maks 30%)
• Bagian-bagian lunak
• (AASHTO T112................................... Maks 30%)
– Selalu dalam keadaan kering dan bersih
– Batasan ukuran partikel agregat untuk Burtu dan lapis pertama
Burda ditentukan dalam ukuran agregat terkecil sebagiamana
diatur dalam spesifikasi
– Bentuk kubus dan memenuhi persyaratan pengujian
– Agregat lapis kedua Burda harus mempunyai ukuran nominal
sesuai spesifikasi dan harus dapat saling mengunci ke dalam116
rongga-rongga agregat lapis pertama yang telah dipadatkan
Aspal
Suhu Aspal Aspal Suhu oC
Udara oC 85/100 60/70
117
– Aspal yang telah
dipanaskan pada suhu
semprot selama lebih dari
2 jam atau melebihi 20C
diatas suhu semprot, Aspal
harus ditolak
– Direksi Teknik dapat
mempertimbangkan
penambahan additive
(anti stripping) apabila
daya rekat aspal pada
agregat (AASHTO T182)
berada pada batas akhir
– Pencampuran minyak
tanah dan bahan additive
dengan aspal harus
dilakukan dengan
sempurna dengan cara
mensirkulasi bahan
tersebut pada seluruh
tangki
118
Peralatan
• Distributor Aspal, sama dengan yang dipersyaratkan pada
pekerjaan Lapis Perekat dan Lapis Resap Pengikat
120
Pemakaian Bahan Aspal
• Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh bervariasi
melebihi 10C dari suhu semprot yang ditetapkan
dalam spesifikasi.
• Distribusi Aspal harus mulai bergerak tidak boleh
kurang dari 5 m dimuka daerah yang akan
disemprot, sehingga kecepatan kendaraan harus
tepat mencapai kecepatan yang ditetapkan bila
batang semprot melalui kertas alur, dan kecepatan
ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir.
• Kemudian lembaran kertas alur harus segera
disingkirkan, dan kesemuanya harus memuaskan
Direksi Teknik.
• Setiap selesai menyemprot,di dalam tangki
diharuskan masih ada sisa cadangan aspal
sebanyak 10% dari volume tangki.
121
Menghampar Agregat Penutup
• Agregat dengan kualitas yang cukup harus
sudah tersedia di tempat pekerjaan dalam
kondisi kering dan bersih
• Dijamin dapat melekat ke aspal dalam waktu 5
menit setelah penghamparan
• Penghamparan agregat dilaksanakan segera
setelah penyemprotan dan harus diselesaikan
dalam waktu 5 menit terhitung sejak selesainya
penyemprotan atau sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik
• Agregat dihampar merata diatas permukaan
yang disemprot dengan menggunakan
penghampar agregat yang disetujui, dengan
takaran dan cara pelaksanaan yang disetujui
yang merujuk pada hasil percobaan lapangan 122
Penyapuan dan Penggilasan
123
Peralatan Utama
• Peralatan utama
yang diperlukan
untuk pekerjaan
ini adalah
• Distributor Aspal
• Penghampar
Agregat Chip
• Mesin Gilas
Roda Karet
• Sapu Mekanis
• Sapu Ijuk Kasar
124
• Pekerjaan ini terdiri
dari pengadaan
suatu lapisan aus
Lapis Aspal Penetrasi terbuat dari agregat
batu pecah dan
aspal panas
• Pekerjaan ini
dilaksanakan
dimana biaya untuk
menggunakan
campuran aspal
panas tidak
memungkinkan
karena itu digunakan
hanya pada lokasi
tertentu seperti
pekerjaan
pengembalian
kondisi
125
Material
• Agregat pokok (agregat kasar)
• Agregat pengunci
• Chip penutup (untuk permukaan) dan
aspal.
126
Agregat
• Agregat harus memiliki ketentuan- ketentuan yang
berikut dan harus bebas dari gumpalan lempung.
• Abrasi dengan pengujian abrasi Los Angeles pada 500
putaran (PB 0206–76) tidak melebihi maksimum 400.
• Indeks kepipihan (Flakiness) (BS.812 Pasal I : 1975,
ayat, 1,3) maximum 250.
• Daya lekat dengan aspal (PB 0205-76) lebih dari 95%.
127
Gradasi
Jenis Agregat Tebal Lapisan Tebal Lapisan
7 – 10 cm 4 – 5 cm
Agregat kasar
lolos saringan
75 mm 100 -
60 mm 90 – 100 100
50 mm 35 – 75 95 – 100
40 mm 0 – 15 35 – 70
25 mm 0–5 0 – 15
18 mm - 0–5
128
Kuantitas untuk agregat dan aspal
Tebal Agregat Agregat Agregat Aspal Agregat
Lapisan Kasar Kasar Kasar (kg/m2) (kg/m2)
(cm) (kg/m2) (kg/m2 (kg/m2)
7 – 10 cm 5 – 8 cm 4 – 5 cm
8,5 200 - - 8,5 2,5
7,5 180 - - 7,5 2,5
6,5 180 - - 6,5 2,5
6,5 - 152 - 6,0 2,5
5,5 140 - - 5,5 2,5
5,5 - 133 - 5,2 2,5
4,4 - 114 - 4,4 2,5
3,7 - 105 - 3,7 2,5
3,7 - - 80 2,5 2,5
129
Peralatan
• Peralatan berikut ini harus disediakan :
• - Dump Truck
• - Loader
• Peralatan di lapangan
• 1). Mekanis
• Penggilas tandem 6-8 ton atau penggiling beroda tiga 6-
8 ton.
• Aspal Distibutor.
• 2). Manual
• Penyapu, sikat, karung.
• Bakul.
• Kaleng aspal.
• Sekop, gerobak dorong dan peralatan kecil yang lain.
• Cerek aspal 130
Pemasangan Lapis Perata
131
Penghamparan dan Pemadatan
• Kombinasi penyebar Metoda Mekanis
agregat/truk harus
menebarkan agregat pada
kecepatan yang tetap
supaya kualitas agregat
adalah tetap untuk
ketebalan yang
dirancangkan.
• Pemadatan awal harus
menggunakan penggilas
roda baja 6-8 ton yang
bergerak dengan kecepatan
kurang dari 4 km/jam.
• Pemadatan harus
diteruskan sehingga
permukaan rata dan stabil
tercapai (minimum 6 132
lintasan).
• Temperatur harus dipertahankan seperti yang ditentukan
untuk jenis bitumen yang digunakan
• Kecepatan aspal distributor dan tekanan
penyemprotannya harus distel untuk mendapat jumlah
aspal per m2 yang dirancang
• Lembaran kertas harus diletakan pada akhir tempat
yang disemprot supaya batas semprotan untuk
mengatur pergerakan alat distributor
• Aspal distributor harus digerakkan dengan kecepatan
konstan untuk menghasilkan intensitas semprotan yang
diperlukan
• Tachometer harus dapat dilihat sepenuhnya oleh
operator. Setiap bagian harus disemprot dengan tangan.
• Setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus
ditebarkan dengan cara yang sama seperti penebaran
agregat kasar, diteruskan sehingga agregat pengunci
benar-benar terkunci dan tertanam kedalam permukaan
dibawahnya.
133
Penghamparan dan Pemadatan (Metoda Manual)
135
Latasir (HRSS) Kelas A dan B
• Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan-jalan
dengan lalu lintas ringan, khususnya pada daerah
dimana agregat kasar tidak tersedia
• Pemilihan kelas A dan B terutama tergantung pada
gradasi pasir yang digunakan
• Campuran Latasir biasanya memerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang
disyaratkan
• Campuran-campuran ini khusus mempunyai ketahanan
rutting yang rendah oleh sebab itu tidak boleh digunakan
dengan lapisan yang tebal, pada jalan-jalan dengan lalu
lintas berat dan pada daerah tanjakan.
136
• Hot Rolled Sheet setara
dengan Lataston
Lataston
(spesifikasi Bina Marga
12/PT/B/1983) dan
(HRS)
ditujukan untuk
digunakan pada jalan-
jalan yang memikul lalu
lintas ringan atau
sedang.
• Hal-hal karakteristik
yang paling penting
adalah keawetan,
fleksibilitas dan
ketahanan kelelehan
yang tinggi, sedangkan
pertimbangan kekuatan
hanya kepentingan
kedua. 137
• LASTON
• Spesifikasi setara dengan Laston Spesifikasi Bina Marga
13/PT/B/1983 dan digunakan untuk jalan-jalan dengan
lalu lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan-jalan dan
daerah-daerah lainnya dimana permukaan menanggung
beban roda yang berat.
138
Spesifikasi “lama” ada :
Asphalt Treated Base (ATB)
139
Ketebalan Campuran Panas
• Lataston / HRS tebal rancangan nominal = 3 cm
• Aspal Beton / AC tebal rancangan nominal = 4 cm
• Atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran maximum
atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau
menerima tebal rata-rata yang kurang dari tebal
rancangan nominal asalkan campuran aspal yang
dipasang pada ketebalan tersebut baik dalam segala hal
lainnya. Meskipun begitu, sama sekali tidak ada
bagiannya melebihi 5 mm dari ketebalan nominal
rancangannya.
• Untuk semua jenis campuran, yang dibayarkan menurut
luas atau volume dan bukannya berat sesungguhnya
dari material yang dihamparkan, berat campuran aspal
yang benar-benar dipakai harus dipantau oleh kontraktor
dengan menimbang, setiap muatan truk pengangkut
material yang meninggalkan pusat pencampur. 140
• Dalam hal bagian yang Campuran Panas
manapun yang sedang
diukur untuk menentukan
pembayarannya, berat
material yang benar-benar
dihamparkan yang dihitung
dari timbangan muatan truk
adalah kurang dari ataupun
lebih dari lima persen lebih
besar kepadatan contoh
lapisan (cores), Direksi
Teknik harus mengambil
tindakan untuk menyelidiki
agar bisa menyelidiki sebab
terjadinya selisih berat
tersebut sebelum
menyetujui pembayaran
material yang telah
dihamparkan itu.
141
• Penyelidikan Direksi Teknik bisa meliputi, tetapi tidak
perlu terbatas pada hal-hal berikut ini.
• Memerintahkan kontraktor untuk lebih sering atau lebih
banyak atau mencari lokasi-lokasi cores yang lain;
• Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta
prosedur dan peralatan percobaan laboratorium;
• Memperoleh hasil-hasil pemeriksaan dan laboratorium
yang independen tentang kepadatan campuran aspal
yang dicapai setelah dihamparkan.
• Menentukan suatu sistem penghitungan dan pencatatan
truk secara terinci.
• Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai-nilai
baru untuk dimensi geometris yang memastikan jumlah
material yang harus dibayar.
• Meskipun begitu, dalam segala kasus, tak peduli
tenggang beratnya dilampaui atau tidak pembayaran
harus didasarkan atas ukuran-ukuran nominal dari
lapisan campuran aspal
142
Tebal Nominal Rancangan
143
Kerataan Permukaan
• Variasi kerataan permukaan campuran lapisan
pelindung (Latasir Kelas A dan B, Lastaston dan Aspal
Beton) yang telah selesai ditangani diukur dengan mistar
penyipat yang panjangnya 3 m harus tidak boleh lebih
dari 5 mm
• Setiap titik variasi kerataan permukaan campuran aspal
yang telah selesai digunakan
• Sebagai lapisan pondasi atas, dasar tepi mistar yang
panjangnya 3 m tidak boleh lebih dari 1 cm pada setiap
titik
• Keleluasaan harus dibuat untuk masing-masing kasus
terutama untuk perubahan bentuk yang disebabkan
perubahan rancangan punggung perkerasan dan
lengkung vertikal pada profil memanjang.
144
Pelaporan
• Kontraktor harus melengkapi Direksi Teknik dengan contoh dari
seluruh maretial-material yang disetujui untuk digunakan, yang
akan disimpan oleh Direksi Teknik selama periode kontrak
untuk keperluan rujukan.
• Laporan tertulis yang diberikan sifat-sifat hasil pengujian dari
seluruh material, seperti disyaratkan.
• Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya
seperti yang dipersyaratkan dalam bentuk laporan tertulis;
• Pengukuran pengujian permukaan seperti yang dipersyaratkan
dalam bentuk laporan tertulis;
• Laporan tertulis mengenai kerapatan (density) dari campuran-
campuran yang dihamparkan, seperti yang dipersyaratkan.
• Data uji coba laboratorium dan lapangan seperti yang
dipersyaratkan untuk pengendalian harian dari takaran
campuran dan kualitas campuran dalam bentuk laporan tertulis.
• Catatan-catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan
dan dimensi perkerasan seperti yang dipersyaratkan.
145
• Tiap jenis campuran dapat
digunakan sebagai lapisan
perata Lapisan Perata
• Semua persyaratan dari
spesifikasi ini berlaku
kecuali material harus
disebut AC (L), HRS (L),
ATB (L) dan sebagainya.
• Ukuran butir maximum
yang lebih kecil dapat
digunakan.
• Ketebalan yang digunakan
untuk pembayaran, bukan
tebal rancangan nominal
• Tapi harus dihitung
berdasarkan kerapatan,
luas dan berat sebenarnya
campuran yang dihampar.
146
Agregat Kasar untuk Campuran Aspal
147
Agregat kasar untuk campuran aspal
% berat yang lolos saringan
100
100 100
% berat yang lolos saringan
95 90
80
70
60
50 55
50
50
40
30
30
20
5 10 10
1
0 0
0 0,075 4,75 9,5 12,7 20
dimensi saringan (mm) 148
Agregat Halus untuk Campuran Aspal
151
• Material aspal harus
dari jenis AC-10 atau Material Aspal
AC-20 aspal semen
yang memenuhi untuk
persyaratan- Campuran Aspal
persyaratan dalam
AASHTO M 226-78 :
Tabel 2.
• Untuk mencapai
kekuatan campuran
yang ditetapkan, lebih
disukai penggunaan
aspal yang lebih
lunak AC-10.
152
Peralatan untuk aspal penetrasi
• Mesin pemecah
batu (Stone
Crusher)
• Asphalt Sprayer
• Mesin gilas (Road
Roller)
• Dump Truck
• Compresor
• Truck Tanki
153
• Stone Crusher
• AMP (Asphalt
Peralatan untuk
Mixing Plant) aspal beton
• Asphalt Distributor
• Asphalt Finisher
• Compactor
(Pneumatic Tire
Roller)
• Dump Truck
• Truk Tanki
• Compresor
154
Bahu Jalan
156
Material
158
» Sampai dengan
ketinggian Lapis
Pondasi bawah,
Penghamparan dilaksanakan
bersamaan dengan
Material Bahu penghamparan
material lapis
pondasi bawah,
termasuk
pemadatannya.
» Sisanya, yang
merupakan
penyelesaian akhir,
dilaksanakan setelah
pekerjaan lapis
permukaan pada
jalur lalu lintas
159
selesai dikerjakan
» Untuk menjamin kemiringan
melintang yang sempurna
serta mencegah terjadinya
cacat karena goresan motor
grader pada tepi aspal,
khusus untuk pekerjaan ini
diperlukan operator yang
berpengalaman.
» Perhatian khusus perlu
diberikan pada keselamatan
pengguna jalan, dengan
memberikan tanda-tanda
yang cukup apabila masih
terdapat selisih tinggi antara
permukaan jalur lalu lintas
dan bahu jalan yang sedang
dalam penyelesaian. 160
• Peralatan
utama yang Peralatan Utama
diperlukan
untuk
pekerjaan
bahu jalan :
• Dump Truck
• Motor Grader
• Compactor
• Watertank
• Truck
• Alat Ukur.
161
Konstruksi Perkerasan Kaku
• Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah
konstruksi perkerasan jalan beton semen
portland
• Sebagai lapis pondasi maupun lapis aus
seluruhnya terdiri dari plat beton dengan mutu
tinggi
• Lapisan dasar tanah harus dengan CBR ≥ 6 %
• Antara permukaan tanah dan plat beton,
dipasang lantai kerja dengan mutu yang lebih
rendah
• Ukuran ketebalan plat beton dan lantai kerja
sesuai dengan gambar dan spesifikasi
162
Konstruksi Perkerasan Kaku
• Umumnya tebal plat beton berkisar antara 25
cm – 30 cm. Tebal lantai kerja 10 cm.
• Mutu beton untuk plat beton minimal K-350,
mutu beton lantai kerja K-100
• Untuk pekerjaan plat beton dan lantai kerja
selain telah ditentukan dalam spesifikasi, semua
harus mengikuti Peraturan Beton Indonesia
(PBI) tahun 1971 serta SNI-SNI yang
berhubungan dengan pekerjaan beton, seperti
pengujian kuat beton dan lain sebagainya
163
Pelaksanaan • Badan jalan harus
diperiksa kesesuaiannya
Konstruksi dengan bentuk elevasi
yang diperlihatkan dalam
gambar.
• Bagian-bagian acuan
harus disambung
menjadi satu dengan
kokoh dan tidak boleh
bergerak
164
• Acuan-acuan harus
bersih dan diminyaki
setiap hendak
dipergunakan Pelaksanaan
• Pembongkaran acuan
Konstruksi
dilakukan setelah
beton mengeras,
sekurang-kurangnya
12 jam setelah di cor
166
• Dowel bar bisa dipasang sebelum pengecoran dgn
menggunakan dowel basket, atau setelah
penghamparan beton menggunakan pemasang dowel
bar otomatis, pemasangan ini merupakan masalah kritis
untuk mendapatkan joint load transfer, pemasangan yg
miring, terlalu dangkal atau berkarat dapat
menyebabkan kerusakan patah, retak pada sambungan.
167
• Dowel bar harus bebas
dari karat, dan
Pembesian diproteksi dgn
memakai epoxy
coating atau stainless
stell cladding
168
• Tulangan baja harus
Pelaksanaan ditempatkan sesuai
gambar dan setelah
Konstruksi pemadatan beton
tebal selimut beton
adalah 60 10 mm
dari permukaan akhir
plat.
• Permukaan
perkerasan beton
yang akan digunakan
sebagai permukaan
jalan harus diberi alur
(groove)
• Toleransi kerataan
pada alinyemen
horizontal dalam 4m
panjang mendatar
permukaan slab
beton ≤ 10 mm
169
• Penggergajian
dilakukan Penggergajian
menggunakan
piringan yg
berputar baik dgn
intan ataupun
abrasive blades.
• Penggergajian
dgn intan akan
menghasilkan
panas yg tinggi
sehingga piringan
harus diberi air
supaya tidak
lumer.
170
• Abrasive blade umumnya menggunakan serat yyg
diperkuat dgn silicone carbide atau carborundum, jenis
ini tidak memerlukan air pendingin, tetapi
kemampuannya lebih rendah dibanding dgn intan.
• Peralatan gergaji meliputi, gergaji kecil 6-13 kW
digunakan untuk penggergajian secara kering, gergaji
medium 15-28 kW digunakan penggergajian secara
basah, gergaji besar 50-55 kW digunakan biasanya
untuk arah memanjang, span saws 50-150 kW untuk
gergaji yg menghasilkan produksi tinggi. 171
• Sambungan-
sambungan
harus dibuat
sesuai tipe, Pelaksanaan
ukuran dan pada
lokasi seperti Konstruksi
yang ditentukan
dalam gambar
• Semua
sambungan
harus dilindungi
agar tidak
kemasukan
material yang
tidak dikehendaki
dan kemudian
ditutup dengan
bahan pengisi
172
173