Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DR.SOETOMO
SURABAYA
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Mata ujian : Perkerasan Jalan
Waktu : 120 Menit.
Dosen : Ir. Rudy Santosa, MT

Sebelum mengerjakan soal berdo’alah terlebih dahulu

1. (25%) Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas:


a. Jelaskan Jenis-jenis perkerasan Kaku yang sering digunakan.
b. Pada perkerasan Beton semen dikenal jenis sambungan Melintang (Transverse
Joint) dan sambungan Membujur (Longitudinal Joint). Coba saudara jelaskan
kedua jenis sambungan perkerasan beton tersebut, dan bila perlu berikan sketsa
dan persyaratannya hingga jelas perbedaan dan kegunaannya.

2. (50%) Soal Nomor 2 ini adalah tugas yang harus dikumpulkan tanggal 7 Juli lali. Bila
anda belum mengumpulkan disilahkan kerjakan soal perencanaan berikut:.
Rencanakan tebal perkerasan Rigid/Kaku dari sebuah jalan arteri 6 lajur 2 arah
terbagi (6/2B), Usia Rencana : 20 tahun
- Data yang tersedia :
- Tanah dasar : harga CBR Rencana 10%
- Jumlah LHR pada awal Tahun 2021 (LHR0) :
- Mobil penumpang = 14xy kend
- Bus = 4xy kend.
- Truk T1.2 (25 ton) 25:75 = 7y kend
- Truk T1.2-22 (45 ton) 15:35:50 = 2y kend
Hitung tebal perkerasan rigid pavement dan penulangannya. (Data yang lain
asumsikan sendiri)

3. (25%) Jelaskan Jenis-jenis Kerusakan jalan yang anda ketahui serta jelaskan
penyebab kerusakan jalan dan bagaimana mengatasi kerusakan tersebut.
4.
5. Bonus (10%) Apa yang anda ketahui tentang AMP, sebutkan 2 Jenis AMP yang ada
bila perlu bandangkan perbedaan keduanya.

“Selamat Bekerja”
Nama : Muchamad Raditya Alnurtama
Nim : 201911410028
Prodi : Teknik Sipil

1. A. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement) yaitu perkerasan yang


menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Plat beton dengan atau tanpa tulangan
di letakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah.
Beban lalu lintas sebgagian besar di pikul oleh plat beton.
Alasan pemilihan perkerasan kaku adalah
- Tanah dasarnya jelek
- Biaya awal mahal
- Banyak di lewati oleh kendaraan berat seperti Truck dan Bus
- Muka air tanah tinggi/jalan tergenang air

B. 1. SAMBUNGAN MELINTANG (TRANSVERSE JOINT)

Terdiri dari :
 sambungan susut (contraction joint)
 sambungan konstruksi (construction joint)
 sambungan muai (expansion joint)

2. SAMBUNGAN MEMBUJUR (LONGITUDINAL JOINT)

Terdiri dari :
 sambungan membujur antar-lajur
 sambungan membujur pengikat bahu

DOWEL BARS PADA SAMBUNGAN MELINTANG

 Dowel berupa tulangan baja halus (tak berulir)


 Terutama untuk tulangan pentransfer beban roda kendaraan dari satu pelat ke
pelat lain (berfungsi seperti sendi gerber)
 Sambungan ini berupa retak yang terjadi akibat susut beton selama mengeras
(untuk beton yang dicor sistim slip-forming)
 Satu sisi dari dowel bar melekat pada betonnya, sisi yang lain tidak (ditutupi
plastik sebelum beton dicor atau dilapisi bahan pelumas cair, atau dapat juga dicat
Teflon anti-lekat) maksudnya agar pergerakan susut beton tidak terhalang oleh
gesekan pada dinding dowel
TIE BARS PADA SAMBUNGAN MEMBUJUR

 Tie bars berupa tulangan baja berulir (deform bar)


 Berfungsi untuk mengikat pelat yang satu dengan yang lain dan untuk
pentransfer beban roda kendaraan

2. Data yang tersedia :


Tanah dasar : harga CBR Rencana 10%
Jumlah LHR pada awal (LHR0) :
* Mobil penumpang = 14xy kend,
* Bus = 4xy kend.
* Truk T1.2 (25 ton) 25:75 = 7y kend
* Truk T1.2-22 (45 ton) 15:35:50 = 2y kend
Hitung tebal perkerasan rigid pavement dan penulangannya.
(Data yang lain asumsikan sendiri)

Penyelesaian
1. Diketahui :
Akan direncanakan tebal perkerasan untuk jalan baru dengan ketentuan :
 Peranan Jalan : Jalan Arteri
 Tipe Jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6 / 2B)
 Usia Rencana : 20 tahun
 Rencana jenis perkerasan : kaku (rigid)
Data yang tersedia :
Jumlah LHR pada awal (LHRo) :
Mobil penumpang = 1404 kend,
* Bus (8 ton) = 404 kend.
* Truk T1.2 (25 ton) 25:75 = 74 kend
* Truk T1.2-22 (45 ton) 15:35:50 = 24 kend
2. Mutu Beton Rencana :
Akan digunakan beton dengan kua tekan 28 hari sebesar 400 kg/ cm².
fc’ = 400 / 10.2 = 39 Mpa > 30 Mpa
(minimum yang disarankan)
Dari rumus .....:
= 3.8 Mpa > 3.5 Mpa (minimum yang disarankan)
3. Beban Lalu Lintas Rencana
a) Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Kekuatan Tanah Dasar
Dari data tanah, diperoleh nilai CBR yg mewakili = 10 %
Dari grafik pada gambar 7.5, diperoleh nilai k = 54 kPa / mm untuk CBR 10 %

Jenis Kendaraan Jumlah Beban sumbu (ton) Konfigurasi Sumbu


Kendaraan Sumbu Depan Belakang Depan Belakang
Bus 8 ton 404 808 2.72 5.28 STRT STRG
Truk 25 ton 74 148 6.25 18.75 STRT STRG
Truk 45 ton 24 48 6.75 38.25 STRT SGRG
Jumlah 505 1010

 Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga :


JKSN = 365 X JKSNH

 Dicari harga R :

 Maka JKSN = 365 x 1010 x 51.594 = 19020128.1 buah

b) Jumlah Repetisi Beban


 Repetisi = JKSN * % Konfigurasi * Cd = 3043220.6
= 19020128.1 40 0.4

(Lihat Tabel 7.14)

Konfigurasi Beban Sumbu Persentase Konfigurasi Jumlah Repetisi


Sumbu Sumbu
(ton) (%) Selama Usia Rencana
STRT 2.72 404 : 1010 = 40 3043220.6
STRT 6.25 74 : 1010 = 7.32 556910.08
STRT 6.75 24 : 1010 = 2.37 180310.44
STRG 5.28 808 : 1010 = 80 6086441.2
STRG 18.75 148 : 1010 = 14.65 1114580.7
SGRG 38.25 48 : 1010 = 4.75 361382.39

Tabel 7.14 Koefisien Distribusi Kendaraan Niaga Pada Lajur Rencana


Kendaraan
Jumlah Lajur 1 arah 2 arah
1 1 1
2 0.7 0.5
3 0.5 0.475
4 0.45
5 0.425
6 0.4

4. Kekuatan Pelat Beton


Diasumsi tebal pelat beton (rencana dengan dowel) =
180 mm > 150 mm
(minimum yang disyaratkan u/ rigid pavement!!!)

Beban Sumbu Beban Tegangan Jumlah Persentase


Rencana Repetisi yang terjadi Repetisi Fatigue
Koefisien (ton) FK = 1.1 Beban (Mpa) Perbandingan Beban (%)
Sumbu Tegangan yang
Diijinkan
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 2.72 2.992 3043220.6 ̶ ̶ ̶ ̶
STRT 6.25 6.875 556910.08 2.2 0.58 57.000 926.09
STRT 6.75 7.425 180310.44 2.3 0.60 32.000 563.47
STRG 5.28 5.808 6086441.2 ̶ ̶ ̶ ̶
STRG 18.75 20.625 1114580.7 ̶ ̶ ̶ ̶
SGRG 38.25 42.075 361382.39 ̶ ̶ ̶ ̶
Jumlah = 1489.56

* Dengan tebal pelat = 18 cm, Jumlah fatigue = 1489.56 % > 100%, maka harus dihitung
ulang !!!
 Kolom 3 = (kolom 2 x FK), FK diambil dari tabel 7.15
 Kolom 5 = dari Grafik 9.4 s/d 9.6
 Kolom 6 = (kolom 5 : fr)
 Kolom 7 = dari tabel 7.16 dengan nilai dari kolom 6
 Kolom 8 = (kolom 4 : kolom 7) x 100

* Dicoba dengan tebal pelat = 20 cm

Beban Sumbu Beban Tegangan Jumlah Persentase


Rencana Repetisi yang terjadi Repetisi Fatigue
Koefisien (ton) FK = 1.1 Beban (Mpa) Perbandingan Beban (%)
Sumbu Tegangan yang
Diijinkan
1 2 3 4 5 6 7 8
STRT 2.72 2.992 3043220.6 ̶ ̶ ̶ ̶
STRT 6.25 6.875 556910.08 1.85 0.48 ̶ ̶
STRT 6.75 7.425 180310.44 2.0 0.52 300.000 60.10
STRG 5.28 5.808 6086441.2 ̶ ̶ ̶ ̶
STRG 18.75 20.625 1114580.7 ̶ ̶ ̶ ̶
SGRG 38.25 42.075 361382.39 ̶ ̶ ̶ ̶
Jumlah = 60.10

Ok !!!
k = 54 kPa
Beban Sumbu = 6.25 ton
Tebal = 180 mm
Tegangan yang terjadi = 2.2
Tebal = 200 mm
Tegangan yang terjadi = 1.85
k = 54 kPa
Beban Sumbu = 6.75 ton
Tebal = 180 mm
Tegangan yang terjadi = 2.3
Tebal = 200 mm
Tegangan yang terjadi = 2.0

Penulangan Rigid Pavement


PENULANGAN
Data perencanaan untuk perkerasan kaku bersambung dengan tulangan adalah :
 Tebal pelat (h) = 220 mm
 Lebar pelat (Lmelintang) = 3.5 m
 Panjang pelat (Lmemanjang) = 10 m

Penulangan Memanjang
Luas tulangan pada perkerasan kaku dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
As = 11,76 (F.L.h) / fs
Dimana :
As = Luas tulangan yang diperlukan (mm²/m lebar)
F = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya
L = Jarak antara sambungan (m)
h = Tebal pelat (m)
fx = Tegangan tarik baja ijin, (Mpa) + 230 Mpa.
Catatan : As minimum menurut SNI’91 untuk segala keadaan 0.14% dari luas
penampang beban.
Tabel 1. Koefisien Gesekan Pelat Beton dan Pondasi
Jenis Pondasi Faktor Gesekan (F)
Burtu, Lapen atau konstruksi sejenisnya 2.2
Aspal beton, Lataston 1.8
Stabilisasi kapur 1.8
Stabilisasi aspal 1.8
Stabilisasi semen 1.8
Koral sungai 1.5
Batu pecah 1.5
Sirtu 1.2
Tanah 0.9
Sumber. SKBI 2.3.28.1988
Berdasarkan Tabel 1 diasumsikan bahwa pondasi bawah berupa tanah sehingga besar
koefisien geseknya adalah 0.9.
As = 11,76 (0,9)(10)(220)/230 = 101.23 mm²/m lebar
As min. = 0.14% (220) (1000) = 308 mm²/m lebar
Digunakan tulangan ɸ 6-250 mm
(As = 471 mm²/m lebar)
Penulangan Melintang
As = 11.76 (0.9) (3.5) (220) = 35.43 mm² < As min = 308 mm²
Digunakan tulangan ɸ 6-250 mm
(As = 471 mm²/m lebar)

3. - Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan perkerasan aspal, antara lain
retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan bahu, retak refleksi, retak susut, dan
retak slip. Salah satu faktor terbesar penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem
drainase jalan. Karena itu, solusinya tak cukup hanya dengan menambal retakan-
retakan yang ada. Sistem drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang
sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal harus bisa membuang atau
mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem
drainase ini juga harus mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber
lainnya dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa menyebabkan erosi atau
kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus benar-benar terawat dan
berfungsi. Sistem drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput
agar tetap bisa mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal harus disertai pula
dengan pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan
aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun sistem drainase jalan, ada beberapa hal
yang penting untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi sepanjang jalan untuk
menentukan bentuk dan kemiringan yang mempengaruhi aliran air, analisa curah
hujan maksimum dalam satu tahun pada daerah di area jalan aspal, dan perencanaan
sistem drainase agar tidak mengganggu drainase yang telah ada.
- Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan aspal bisa terjadi dikarenakan
tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang optimal di lapisan pondasi.
Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa amblas, jembul, keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup diperbaiki hanya dengan
melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi terbilang cukup rumit dan
memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan perkerasan aspal sebaiknya
diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan kembali, lalu dilakukan
penambahan lapisan permukaan baru.
Tahap pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan
cermat. Pemadatan wajib dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tanah,
memperkecil pengaruh air terhadap tanah dan memperkecil daya rembesan air pada
tanah. Tahap pemadatan ini dilakukan lapisan demi lapisan sehingga diperoleh
kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu. Contohnya saja penggilas
three wheel roller atau penggilas Mac Adam dengan bobot antara 6 ton hingga 12 ton
yang digunakan untuk memadatkan material berbutir kasar, tandem roller dengan
bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton yang berfungsi untuk mendapatkan
permukaan lapisan yang agak halus, dan pneumatik tired roller yang cocok dipakai
untuk penggilasan tanah lempung, pasir dan bahan yang granular.

- Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang
menjadi licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi
lunak dan jejak roda kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan.
Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal yang
menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau dikarenakan pemakaian
aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime coat. Kerusakan jenis ini biasanya
dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian
dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi
lapisan penutup.
- Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat terjadi ketika retakan-retakan
dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air meresap dan membuat rapuh
lapisan-lapisan jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang
menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan pengguna jalan.
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa diperbaiki dengan membersihkan
lubang-lubang terlebih dahulu dari air serta dari material-material yang lepas. Setelah
itu bongkar lapisan permukaan dan pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai
lapisan yang paling kokoh. Barulah kemudian tambahkan lapisan pengikat atau tack
coat. Lantas isi dengan campuran aspal dengan cermat. Padatkan lapisan campuran
aspal tersebut dan haluskan permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan
jalan lainnya.
Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa dibersihkan atau dibongkar terlebih
dahulu hanya akan menghasilkan tambalan yang rapuh. Akibatnya lubang kembali
terjadi hanya beberapa saat setelah penambalan dilakukan.
Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin.
Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa
membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah
tergelincir pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus
terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya
agregat berbentuk bulat dan licin. Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan
menutup area permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau latasbun.
- Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan
kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan
permukaan yang terlampau tipis. Untuk kerusakan seperti ini, langkah perbaikan
yang bisa dilakukan bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang rusak
terlebih dahulu harus digaruk, kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi
dengan buras.
Nah, itulah contoh jenis-jenis kerusakan jalan aspal, penyebab dan solusinya. Setiap
jenis kerusakan yang terjadi di jalan-jalan perkerasan aspal perlu diobservasi terlebih
dahulu sebelum dilakukan langkah-langkah perbaikan agar perbaikan yang dilakukan
bisa benar-benar sesuai dengan kerusakan yang terjadi. Dengan observasi, perbaikan
dapat dikerjakan dengan lebih efektif dan efisien.

4. Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah seperangkat peralatan yang mempunyai fungsi
untuk memproduksi bahan pelapisan permukaan jalan lentur yaitu campuran beraspal
panas.
- Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu : -
Tipe takaran atau tipe Batch
- Tipe drum/menerus atau tipe continues
- Pada tipe Batch, pencampuran bahan-bahannya terjadi tiap kali membuat Batch
atau campuran dan dilaksanakan didalam komponen mixer atau pugmill.
Sedang pada tipe drum (menerus), maka proses pencampurannya terjadi terus
menerus dan dilaksanakan didalam drum dryer atau didalam pugmill. Pada
proses pencampuran didalam drum dryer biasa di sebut tipe drum mix.

Anda mungkin juga menyukai