Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan yang pesat dalam rekayasa struktur dalam dua dasawarsa
terakhir ini, telah memungkinkan kita untuk merencanakan bangunan-bangunan
teknik berskala besar dalam tingkat kerumitan yang tinggi.Dengan kemajuan
rekayasa struktur tersebut, juga pengaruh pembebanan apapun yang bekerja pada
struktur bangunan seperti gempa, angin, ledakan akibat perubahan temperatur dan
lai-lain, dapat dianalisis dengan seksama.
Analisis struktur bangunan-bangunan demikian sudah tidak dapat
dilakukan secara manual lagi, sehinggapenggunaan komputer sebagai alat bantu
tidak dapat dihindari lagi. Untuk itu harus dipakai perangkat lunak atau program
komputer yang dapat mengatasi masalah-masalah tersebut, yang mana pilihan
perangkat lunak tersebut kini mudah dan banyak ditemukan dipasaran pada masa
sekarang ini.
Salah satu program komputer canggih yang populer dipakai dalam praktek
perencanaan struktur-struktur kompleks adalah SAP2000. SAP2000 adalah
program komputer yang cukup populer di Indonesia, pemakai program rekayasa
dituntut

untuk

memahami

latar

belakang

penyelesaian,

batasan-batasan

penyelesaian program dan tanggung jawab penuh atas hasil pemakaiannya.


Metode analisis yang dipakai dalam program SAP2000 didasarkan pada
metode elemen hingga, sehingga dapat mencakup segala macam jenis struktur
dengan konfigurasi serumit apapun.Untuk dapat menggunakan program SAP2000
dengan baik, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai program tersebut
dan cara-cara penggunaanya.
Tugas perancangan bangunan ini adalah aplikasi dari materi kuliahyang
telah diberikan pada mata kuliah Perencanaan Dibantu Komputer.Dalam tugas ini
terdapat analisis struktur rangka bangunan yang harus diselesaikan dengan bantuan
program komputer atau aplikasi yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sehingga digunakanlah program SAP2000 versi 14

1.2

Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendesain dan merencanakan bangunan bertingkat dengan menggunakan
Program Komputer
2. Menganalisis hasil desain dengan menggunakan SAP 2000.

1.3

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah mendesain bangunan bertingkat dengan
menggunakan SAP 2000?
2. Bagaimana perbandingan hasil analisis dengan menggunakan Program
Komputer dan perhitungan manual?

1.4

Batasan Masalah
Dari permasalahan yang ada, analisis yang dilakukan hanya mencakup
bagian balok dari struktur tersebut dengan cara membandingkan perhitungan hasil
computer dengan manual berdasarkan SNI-03-2847-2013 dan SNI-03-1726-2012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Dibantu Komputer
Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang
bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan
infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup
manusia.Teknik sipil memiliki cabang cabang ilmu, diantaranya adalah bidang
struktur.Bidang ini merupakan bidang ilmu Teknik Sipil yang paling banyak
menggunakan perhitungan matematis dalam desain maupun analisis desainnya.
Seiring dengan lajunya perkembangan teknologi informasi, saat ini hampir
semua bidang pekerjaan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu. Terlebih dalam
dunia perancangan konstruksi yang membutuhkan keakuratan tinggi serta waktu
yang cukup lama dan berulang ulang jika diolah secara manual menggunakan alat
hitung biasa sehingga perangkat lunak komputer sangat dibutuhkan untuk
mempercepat proses dan mendapatkan hasil pekerjaan yang akurat. Komputer juga
sangat bermanfaat untuk perhitungan perhitungan sulit yang membutuhkan presisi
tinggi, serta memudahkan dalam pembuatan jadwal.Telebih dalam perancangan
struktur bertingkat banyak dengan analisis bidang yang cukup rumit, namun dengan
perancangan dibantu komputerakan menjadi lebih mudah dan cepat.
Salah satu program komputer yang biasanya digunakan dalam melakukan desain
teknik dan rancang bangun ini adalah Program SAP (Structure Analysis Program).
Program komputer rekayasa seperti SAP2000 berbeda dengan program
komputer umum seperti excel, autoCAD, words, dan sebagiannya, karenan
pengguna dituntut untuk memahami latar belakang metoda maupun batasan dari
program tersebut. Bahan

atau data yang diinput merupakan data yang didapat

langsung dari lapangan, keakurasian data yang diambil akan berkolerasi terhadap
hasil yang akan diperoleh. Untuk mengetahui keakuratan suatu perencanaan dengan
komputer ini biasanya digunakan suatu data pembanding yaitu hasil perhitungan
secara manual.Pada dasarnya hasil perhitungan dengan aplikasi program analisis
SAP ini tergantung bagaimana penggunanya dalam menggunakan. Dengan kata lain,
brainware sangat diperlukan untuk perencanaan ini.
Kelebihan yang jelas terlihat dalam perencanaan menggunakan komputer adalah
prosedur perancangan yang hanya memerlukan waktu proses yang cukup singkat

sehingga dapat digunakan untuk mencoba perencanaan dengan berbagai


kemungkinan pembebanan serta berbagai ukuran struktur, untuk mendapatkan
struktur yang optimal. Kelebihan lain dalam merencanakan bangunak teknik dengan
bantuan komputer adalah kemudahan dalam memperbaiki desain

ataupun

analisisnya jika ada kesalahan. Jika ada kesalahan dalan menggambar atau ingin
membuat ulang suatu gambar dengan memberikan perubahan, tidak perlu berulang
ulang mengganti lembar kerja dan membuatnya dari awal, cukup membuka file yang
telah ada lalu melakukan perubahan yang diiniginkan dan disimpan dengan nama
file yang baru dengan hasil yang lebih presisi.
2.2 SAP (Structuran Alanysis Program)
SAP 2000 merupakan versi terakhir yang paling lengakp dari seri-seri program
analisis struktur SAP, baik SAP80 maupun SAP90. Keunggulan program SAP2000
antara lain ditunjukan dengan adanya fasilitas untuk desain elemen, baik untuk
material baja maupun beton. Disamping itu juga adanya fasilitas disain baja dengan
mengoptimalkan penampang profil, sehingga pengguna tidak perlu menentukan
profil untuk masing masing elemen, tetapi cukup memberikan data profil
secukupnya, dan program akan memilih sendiri profil yang paling optimal atau
ekonomis.
Desain struktur adalah proses yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses
analisis struktur. Gaya dalam yang ada harus mampu ditahan oleh elemen struktur
yang direncanakan. Proses desain struktur dipengaruhi oleh jenis dan kualitas
material ( baik baja, beton, atau material yang lain) dan dimensi atau penampang
material. Semakin besagaya dalam timbul, pada umumnya membutuhkan kualitas
material yang lebih baik dan dimensi atau penampang yang lebih besar. Dengan
kata lain, kualitas dan dimensi material berbanding lurus dengan gaya dalam yang
timbul.
Hasil desain struktur dalam struktur beton adalah kebutuhan tulangan lentur,
tulangan geser dan tulangan punter, sementara hasil desain struktur baja adalah
penampang profil beserta pengakunya.
Menarik untuk dicermati, bahwa desain struktur lebih banyak dipengaruhi oleh
gaya dalam yang timbul pada model struktur, bukan pada besar kecilnya gaya luar
ataubeban.
Hal ini paling tidak dikarenakan 2 hal, yaitu:

1. Meski lebih seringdiasumsikan sebagai beban (gaya vertical atau horizontal),


gaya luar tidak selalu berarti beban.
2. Gaya dalam berbanding lurus dengan gaya luar tetapi tidak dengan beban. Hal
ini dikarenakan beban satu ton yang ditempatkan pada tempat berbeda
menimbulkan

atau menyebabkan gaya luar yang berbeda. Sebagai contoh,

beban satu ton pada posisi pertama menyebabkan reaksi satu ton gaya vertical,
sementara beban satu ton kedua menimbulkan gaya vertical satu ton plus X tm
momen.
Memodelkan struktur sehingga didapat model yang paling ideal sangat penting.
Hal ini dikarenakan gaya luar yang timbul dalam sebuah masa bangunan tergantung
dari modelnya. Sebagai contoh, bangunan ruko sederhanapun bias hanya dikenai
beban terdistribusi saja atau dikenai beban terdistribusi dan terpusta, tergantung
dari cara kita memodelkannya.
Secara umum, proses analisis melalui tahapan berikut:
1. Rencana dan penggambaran model struktur.
2. Penentuan beban yang bekerja sesuai dengan model rencana. ( Jumlah beban dan
nilai beban yang timbul tergantung dari model yang kita rencanakan )
3. Dimensi penampang rencana ( dimensi ini menentukan kekakuan system struktur
dan juga sangat tergantung dari model yang kita rencanakan ).
4. Analisa struktur atau analisis mekanika teknik ( Hasil analisis ini dipengaruhi
oleh model, pembebanan (gaya luar dan rencana penampang).
5. Gambar gaya dalam (bidang momen, gaya lintang, gaya normal dan momen
putar) yang bekerja.
Setelah kita mendapatkan gaya dalam yang bekrja, kita bisa melakukan proses
desain struktur dengan mempertimbangan factor-faktor berikut:
1. Mutu atau kualitas material yang digunakan.
2. Kombinasi beban rencana (tetap atau sementara) yang paling kritis (berdasarkan
analisis mekanika teknik dan peraturan kombinasi beban yang digunakan).
3. Faktor reduksi kekuatan sesuai dengan peraturan yang digunakan.
Jadi, apabila kita hanya ingin mengetahui nilai atau besarnya gaya dalam, mutu
bahan atau material bias kita lewatkan. Begitu juga dengan kombinasi beban dan
faktor reduksi kekuatan.

Meski Nampak sederhana, rencana model struktur , gaya luar yang ditimbulkan,
gaya dalam dan desain struktur bias sangat kompleks dan rumit. Karena poko
persoalan dari sebuah analisis dan desain struktur adalah besarnya gaya luar yang
bekerja pada model struktur, sementara gaya luar yang bekerja pada model struktur
tergantung dari model yang direncanakan, maka bisa dibilang permodelan struktur
adalah bagian terpenting dari proses analisis dan desain struktur.
Kita beruntung karena saat ini sudah dikembangkan perangkat computer baik
keras maupun lunak yang sangat canggih sehingga sangat membantu kita dalam
merencanakan model yang ideal.

2.3 Beton 2000


Beton 2000 merupakan software yang dikembangkan oleh Tri Agung Widianto
dari Universitas Gajah Mada. Software ini lebih cocok digunakan untuk Operasi
Sistem Windows XP, ketika digunakan pada Windows 7 software ini memiliki
sedikit masalah pada menu utama, namun masih dapat digunakan.
Beton 2000 berupa software sederhana yang digunakan untuk perancangan
maupun analisis suatu penampang beton bertulang.Software ini mengacu pada
peraturan SNI 03-2847-1992.Di dalam software ini terdapat beberapa bagian seperti
Analisa dan Perancangan untuk Balok, Pondasi, Join, Kolom, Pelat.
Pengguna dapat dengan mudah menggunakan software ini, karena penggun hanya
tinggal menginput data yang diperlukan, selain itu di dalam software ini terdapat
petunjuk

berupa

sketsa

gambar

yang

mempermudah

pengguna

untuk

memahaminya.Namun sebelumnya pengguna harus mengerti terlebih dahulu


mengenai dasar-dasar ilmu struktur beton bertulang.
Hasil output analisa berupa nilai lentur ataupun geser suatu penampang dari data
yang di input, sedangkan hasil output perancangan merupakan keamanan banyaknya
tulangan yang digunakan atau pun diameter tulangan yang digunakan.
2.4 Perhitungan Beton Bertulang Manual Pelat dua arah (two way slab) metode
portal ekivalen
Metode ini menganggap pelat lantai dan balok-balok pemikul (kalau ada)
dianggap bekerja sama dalam memikul beban. Dalam perhitungan, pelat lantai dibagi
menjadi jalur-jalur portal melalui as pelat yang ditinjau.
Lp = Lebar jalur portal/pembebanan = .bentang kiri + .bentang kana

2.4.1 Pembebanan Portal


Beban yang dihitung adalah hanya beban-beban pada jalur pembebanan,
yaitu:
1 Berat sendiri pelat lantai beserta ubinnya.
2 Beban hidup yang bekerja pada plat
3 Berat dinding
4 dll.
2.4.2 Perhitungan Kekakuan Portal
2.4.2.1 Kekakuan Balok Ekivalen
Balok ekivalen adalah balok pemikul (kalau ada) beserta dengan seluruh pelat
selebar jalur tersebut, sehingga kekakuan balok dihitung selebar jalur tsb.

c1

Lp = Lebar jalur pembebanan

c2
Balok Ekivalen
Kekakuan Balok Ekivalen:

4EI

bp

K be

dimana:
Ib+p adalah momen inersia balok pemikul beserta pelatnya.
Bentang L dihitung dari as ke as kolom pada arah yang bersangkutan.

Lp
yt
h
yb

tp

hw = h - tp

bw
Letak garis netral terhadap sisi atas:
1
1
(L p tp) 2 tp (bw hw) (tp 2 hw)

yt

(L p tp) (bw hw)

Letak garis netral terhadap sisi bawah:


yb = h - yt
Momen Inersia Balok T:

I
bp

tp

(L

tp) yt

12

1
2

BALOK L:

1
12

tp

bw h

Lp

yt
h

1
2

yb
bw

b = Lp - bw

Letak garis netral terhadap sisi atas:

(b tp)

1
2

yt

tp (bw h)

(b tp) (bw

h)

Letak garis netral terhadap sisi bawah:


yb = h - yt
Momen Inersia Balok L:
I

bp

1
12

b tp

(b tp)

yt

tp

1
12

bw h

(bw h)

h yt

2.4.2.2 Kekakuan Kolom Ekivalen


Untuk kekakuan kolom dalam perhitungan, dipakai kekakuan kolom
ekivalen (Kke), yang berbeda dengan kekakuan kolom biasa (Kk), dimana
besarnya Kke < Kk. Kekakuan kolom ekivalen dipengaruhi oleh efek puntir dari
balok pada arah tegak lurus dari jalur yang ditinjau.
Kekakuan Kolom Ekivalen:

Kke

Kk

1
Kt

dimana:
Kk
Kt

Kekakuan Torsi:

9EC

Kt

1 c2

dimana:

Tanda menunjukkan penjumlahan balok puntir sebelah kiri dan kanan jalur.
L2 = Panjang bentang balok penahan puntir
c2 = Ukuran kolom persegi dalam arah L2
C = Momen Inersia Puntir balok penahan puntir

0,63

x3 y

Tanda menunjukkan penjumlahan unsur-unsur balok T atau L


Pembagian unsur-unsur balok puntir harus kearah garis vertikal
x = ukuran terkecil dari unsur balok penahan puntir
y = ukuran terbesar dari unsur balok penahan puntir

L2

Momen Inersia Puntir balok penahan puntir:

x3 y

0,63

be
x1

be

y3

x2
y1

3
y1

y2

x3

1
x1

y2

Lebar Efektif Balok Penahan Torsi:


Balok Tengah (T):
Nilai terkecil dari:
be = bw + 2.(h tp)
be = bw + 8.tp
Balok Tepi (L):
Nilai terkecil dari:
be = bw + (h tp)
be = bw + 4.tp
Kalau pada arah jalur yang ditinjau terdapat balok pemikul (baik balok induk
maupun balok anak), maka kekakuan torsi akan bertambah.
Dalam hal ini harga Kt harus diberi koreksi dengan

Ip

dan harga yang

Ibp

telah dikoreksi ini disebut Kt.

1
Ip 1

'
K t I bp K

dimana:
Ip

= Momen Inersia pelat selebar jalur pembebanan

Ip

pelat tp Lp

1
L p tp 3
12

Ib+p = Momen inersia balok ekivalen, yaitu balok pemikul beserta platnya.
Sehingga persamaan Kke berubah menjadi:

x2

Kke

Kk

Kt

2.4.3 Perhitungan Gaya-Gaya Dalam


Gaya-gaya dalam struktur portal dapat ditentukan dengan:
1 Metode Cross
2 Metode Takabeya
3 Metode Matriks Perpindahan
Program Komputer (Program SAP90, Microfeap-II, GRASP, STAADPRO, dll)
Untuk bentuk portal tertentu dan sederhana, perhitungan gaya dalam
dapat diselesaikan dengan cara:
1 Two Cycle Moment Distribution (TCMD)
2 Koefisien Momen SK-SNI T-5 1991
Dari analisis struktur akan diperoleh
hasil momen tersebut

Momen pada

as kolom maka

harus diubah menjadi momen desain pada tepi kolom,

momen tersebut bekerja pada

seluruh lebar jalur pembebanan yang nantinya

akan dibagi-bagi menjadi jalur kolom dan jalur tengah dengan

perbandingan-

perbandingan tertentu.
Momen-momen yang didapat dari perhitungan balok portal adalah dengan
angapan bahwa kekakuan balok merata sepanjang bentang dan momen yang
diperoleh adalah momen pada titik simpul (pada as kolom). Momen yang dipakai
dalam desain (Md) penulangan haruslah momen pada permukaan kolom, yang
ternyata nilainya lebih kecil daripada momen yang
didapat secara teoritis pada as kolom (Mt).
Pada
mendadak

kenyataannya, pada

permukaan

kolom

bertambah besar. Momen inersia balok pada

kekakuan

balok

permukaan kolom

dan as kolom tidak sama. Hal ini menimbulkan efek pengakuan pada ujung balok,
sehingga Mt yang sesungguhnya lebih besar dari pada Mt yang dihitung, karena efek
pengakuan tersebut menyebabkan pergeseran bidang momen ke arah negatif yang
besarnya sekitar (1/6).Q.a.
Momen Desain:
1
Momen Tumpuan: MdTump MTump 3 Qo a

Momen Lapangan:

Md

La
p

M 1 Qo a
La
6
p

Momen

teoritis

Momen sebenarnya
Mt

Md

Pergeseran = (1/6).Qo.a

a
Qo

2.4.4 Distribusi Momen ke Jalur Pembebanan


Nilai-nilai yang diperoleh dengan Metode Portal Ekivalen adalah untuk
keseluruhan lebar jalur pembebanan didalam arah transversal dari portal kaku
ekivalen. Masing-masing momen ini harus dibagikan diantara jalur kolom dan
kedua lebar jalur tengah, seperti gambar dibawah ini:

2.4.4.1Skema Pembagian Momen


Skema pembagian momen desain adalah sebagai berikut:

Momen
Balok Pemikul
Momen
Jalur Kolom
Momen Pelat
pada Jalur Kolom

Momen
Desain
Momen Pelat pada
Jalur Tengah Kiri

Momen
Jalur Tengah
Momen Plat pada
Jalur Tengah Kanan

Distribusi transversal dari momen longitudinal terhadap jalur kolom dan jalur
tengah merupakan fungsi dari tiga parameter, yang menggunakan L1 dan L2
untuk masing-masing bentang longitudinal dan transversal:
1. Perbandingan aspek

L2

L1

Ecb Ib
2. Perbandingan 1
Ecs Is

dari kekakuan balok longitudinal terhadap

kekakuan pelat.
dari kekakuan torsi penampang balok tepi

3. Perbandingan

Ecb

2 Ecs
dari pelat yang lebarnya sama dengan tepi.

terhadap kekakuan lentur


panjang bentang dari balok

2.4.4.2 Distribusi Momen Pada Jalur Kolom


Menurut SK. SNI-T-15-1991-03, pasal 3.6.6.4, jalur kolom harus memikul
momen longitudinal dengan persentase sebagai berikut:

Perbandingan ukuran
1 = 0

Momen Negatif pada


Tumpuan Luar

Momen Negatif pada


Tumpuan Dalam

1 2,5
1 = 0
1 2,5

0,5

1,0

2,0

100 %

100 %

100 %

75 %

75 %

75 %

100 %

100 %

100 %

90 %

75 %

45 %

75 %

75 %

75 %

90 %

75 %

45 %

Momen Positif

L
1

60 %

60 %

90 %

75 %

60 %

0
1

2
1

1,0

BAB III
METODOLOGI
Dalam laporan ini menggunakan metodologi pengerjaan perancangan yang
diperlukan pada SAP 2000 yang dijelaskan dalam bentuk flowchart, sebagai
berikut:
START

1.
2.
3.
4.
5.

Input
Fungsi Bangunan
Mutu Bahan
Lokasi Bangunan
Gambar Rencana
RAB

Preliminary Desain
Input SAP2000
1. Gambar Rencana
2. Material
3. Pembebanan

Proses
SAP2000

A
Output
Gaya-gaya dalam Lendutan
Translasi
Desain SAP2000
Output
ASperlu

Aman

Tidak

Ya
Pilih Salah Satu balok
Untuk Perbandingan

Beton 2000

Manual

Jumlah Tulangan
Gambar

FINISH
Gambar 3.1 Flowchart Perancangan pada SAP 2000

BAB IV
GAMBAR STRUKTUR BANGUNAN

4.1

Gambar Struktur Bangunan


a.) Denah

Gambar 4.1 Denah Pelat Lantai

Gambar 4.2 Denah Pelat Lantai

b). Tampak Melintang

Gambar 4.3 Tampak Portal Melintang 2D

c). Tampak Memanjang

Gambar 4.4 Tampak Portal Memanjang 2D

d). Tampak Atas

Gambar 4.5 Tampak Atas

d). Tampak Bangunan 3D

Gambar 4.6 Tampak Bangunan 3D

3.2

Gambar Denah Fungsi Bangunan


a). Tampak Depan

Gambar 4.7 Tampak Depan

b). Tampak Samping

Gambar 4.8 Tampak Samping

c). Denah Lantai Dasar

Gambar 4.9 Denah Lantai Dasar

d). Denah Lantai 1

Gambar 4.10 Denah Lantai 1


e). Denah Lantai 2

Gambar 4.11 Denah Lantai 2


BAB V
PERENCANAAN

5.1

Data Perancangan
Bangunan yang dirancang adalah bangunan rumah sakit bertingkat tiga
dengan data-data sebagai berikut :
1). Lokasi

: Banjarbaru

2). Jenis Pondasi

: Pondasi Dangkal

3). Luas Bangunan

: 15 x 22 m

4). Jarak Antar portal

: 5,5 m

5). Panjang Bangunan

: 5 x 5.5m

6). fc

: 23 MPa

7). Fy

: 350 MPa

8). Fyh

: 240 MPa

9) ult

: 19 mm

10) sengkang

: 10 mm

11) ds

5.2

: 40 mm

Preliminary Design
4.2.1 Balok
1) Untuk L =500 cm
1
1
h= L= 500=45 cm
12
12
2
2
b= h= 45=30 cm
3
3
Maka, design penampang balok sebesar 30/45
2) Untuk L = 550 cm
1
1
h= L= 550=50 cm
12
12
2
2
b= h= 50=35 cm
3
3
Maka, design penampang balok sebesar 35/50

5.2.2 Kolom
Desain penampang kolom disesuaikan lebih besar atau sama dengan
lebar balok sehingga dipakai dimensi kolom (40x40)cm untuk balok 30/45
(dak) dan dipakai dimensi kolom (40x40)cm untuk balok 35/50(lantai).
4.2.3 Pelat
Desain tebal pelat yakni untuk pelat atau lanta kerja dengan tebal 120
mm dan untuk pelat dak 100 mm.
5.3.

Pembebanan
4.3.1 Pembebanan Pelat Lantai Kerja 1
Beban Mati
Berat dinding

1
2

bata(h=4,5 m)

: 1125 kg/m2

Keramik

: 24

kg/m2

Adukan Semen

: 21

kg/m2

Plafon + rangka

: 11

kg/m2

Ducting & MEP

: 30

kg/m2

qDL

: 1211 kg/m2

Beban Hidup
: 192 kg/m2

Beban fungsi (ruang pasien)


qLL

: 192 kg/m2

5.3.2 Pembebanan Pelat Lantai Kerja 2


Beban Mati
1
2

: 100 kg/m2

Keramik

: 24

kg/m2

Adukan Semen

: 21

kg/m2

Berat dinding

bata (h =4 m

Plafon + rangka

: 11

kg/m2

Ducting & MEP

: 30

kg/m2

qDL

: 1086 kg/m2
: 192 kg/m2

Beban fungsi (ruang pasien)


qLL

: 192

Adukan Semen

: 21

kg/m2

Plafon + rangka

: 11

kg/m2

Ducting & MEP

: 30

kg/m2

: 62

kg/m2

Beban air hujan 4 cm

: 40

kg/m2

Beban fungsi DAK

: 100 kg/m2

kg/m2

5.3.3 Pembebanan Pelat Dak


Beban Mati

qDL
Beban Hidup

qLL
Total Berat Ultimit

5.4

: 140

kg/m2

: 202 kg/m2

Perancangan dengan SAP 2000 V.18


4.4.1 Langkah-langkah
1) Klik New Model, tentukanSatuandalam Kg dan Meter. Pilih 3D
Frames

Gambar 5.1
2) Input data bangunan berupa jumlah bentang, dan tinggi banggunan
dan tinggi bangunan
Untuk Portal memanjang :
Number of Bays
=
3
Story Height
Number of Stories =
3
Bay Width
Untuk Portal memanjang
Number of Bays
=
4
Story Height
Number of Stories =
3
Bay Width
Uncheck pada bagian Default restraints.

Gambar 5.2

=
=

3
6

=
=

3
6

3) Klik Kanan Mouse Edit Grid Data atau tekan tombol Ctrl+M untuk
modifikasi tampak bangunan agar sesuai dengan rencana

Gambar 5.3
4) Define -Material add new property, pilih Concrete. Input data
elastisitas = 4700 x

f c' ,

Poisson Ratio = 0,2dan Weight per Unit

Volume (berat volume = 0 karenabeban sendiri dihitung terpisah


secara manual). Ganti nama default menjadi Beton PDK

Gambar 5.4
5) Define Section Properties Add New Property. Pilih Concret
Rectangular

Gambar 5.5
6) Input dimensi balok sesuai Preliminary Design. Pilih material beton
PDK. Klik Concrete Reinforcement,
Pilih Design Type Beam

Gambar 5.6

7) Input Data Tulangan dengan mengKlik Longitudinal Bars Add New


Material
Pilih material type Rebar. Input Nilai Fy = 240 MPa,
Modulus Elastisitas 2,1x105MPa, danBerat Volume = 0

Gambar 5.7
8) Klik Define Load pattern. Pastikan Beban yang bekerja hanya
Beban Mati (Dead) dengan Multiplier = 1

Gambar 5.8
9) Klik Define Load Cases. Hapus Modal Case karena perhitungan
beban sendiri telah dihitung manual. Klik OK.

Gambar 5.9
10) Klik Define Load Combination Add New Combo. Add Dead
Load dengan Scale Factor = 1 dengan nama default COMB1.

Gambar 5.10
11) Seleksi Frame, klik Assign Frame Frame section, pilih dimensi
penampang sesuai desain preliminary. Klik OK.

Gambar 5.11
12) Seleksi Frame yang akan di beri beban. Klik Assign Frame load
Distributed. Input Nilai beban Uniform Load untuk beban merata
untuk beban segitiga dan trapesium disesuaikan titik pembebanan.
13) Klik Run atau tekan F5 pada keyboard untuk memulai analisis
struktur pada frame. Periksa nilai momen, geser dan normal hasil
kalkulasi analisa struktur.

Gambar 5.12

Gambar 5.13

Gambar 5.14

Gambar 5.15
14) Klik Design Concrete Design View/Revise Preference. Ubah
Design Code menjadi ACI 318-99. Sesuaikan factor reduksi dengan
SNI 03-2847-2002 tentang perencanaan struktur beton bertulang
a.
b.
c.
d.

untuk gedung. Factor reduksi yang diubah yakni sebagai berikut :


Phi ( Bending Tension) = 0,80
Phi ( Compression Tied ) = 0,65
Phi ( Compression Spiral ) = 0,70
Phi ( Shear ) = 0,75

Gambar 5.16
15) Klik Design Concrete Design Select Design Combo. Klik
COMB1 dan add kombinasi tersebut untuk kalkulasi penulangan
balok dan kolom.

Gambar 5.17
16) Klik Design Concrete Design Start Design/Check of Structure.
Setelah Running periksa penulangan struktur dengan mengklik
Design Conctere Design Design Display Info untuk menampilkan
Luas perlu Tulangan pada struktur.

Gambar 5.18
17) Ubah framing Type dengancara ;seleksi portal, kemudian klik toolbar
Concrete Design pilih View/Revise Overwrite. Ubah Framing Type
menjadi Sway Ordinary. Klik OK. Maka akan dihasilkan Luas
Tulangan perlu untuk Tulangan Lentur saja.

Gambar 5.19
18) Cek struktur keseluruhan dengan mengklik toolbar Concrete Design
Verify All member Passed. Struktur dikatakan aman jika muncul
dialog text All Concrete frames passed the stress/capacity check
or designed

Gambar 5.20
4.4.2 Penyesuaian ACI dengan SNI 2002
Penyesuaian ACI 318-99 dengan SNI 03-2847-2002 :
Sebelum dilakukan analisa struktur perlu dilakukan penyesuaian
parameter perencanaan konstruksi beton menurut American Concrete
Institute ( ACI 318-99) terhadap Tata Cara perhitungan struktur Beton
untuk Gedung ( SNI 03-2847-2002 ). Penyesuaian dilakukan dengan
mengubah ketentuan (options) untuk perencanaan konstruksi beton
(Concrete Frame Design). Factor reduksi yang digunakan untuk
perencanaan konstruksi beton yaitu sebagaiberikut :
a.
b.
c.
d.

Lentur dan Tarik = 0,80


Tekan untuk elemen sengkang = 0,70
Tekan untuk elemen spiral = 0,65
Geser = 0,75

4.5

Hasil Perhitungan Manual

4.5.1

Perhitungan Penulangan Lentur Balok


A. Dak (30/45)
Diketahui :
fc

: 23 MPa

fy

: 350 MPa

Momen Tumpuan Kiri

: 25959507,5 MPa

Momen Lapangan

: 16536564 MPa

Momen Tumpuan Kanan

: 26793085,6 MPa

ult

: 19 mm

sengkang

: 10 mm

ds

: 40 mm

1. Perhitungan Penulangan Tumpuan Kiri

Asumsi Tulangan Satu Lapis


ult
d
= h - ds - s
= 450 40 10 19
= 381 mm
Nilai

= 0,85 (untuk 0,5 fc< 30 MPa)

Momen Nominal
Kmaks

= 0,75 Kb
600

= 0,75 [0,85 ( 600+ fy ]


600

= 0,75 [0,85 ( 600+ 350 ]


= 0,4026

Kapasitas Momen
Mn1

= 0,85. fc. b. d . Kmaks [1-

1
2

Kmaks]

1
0,4026
= 0,85. 23. 300. 3812. 0,4026 [1- 2

= 273763423,2 Nmm = 273,763 kNm

Momen Nominal
Mn

Mu

25,95
0,8

= 32,438 kNm

Selisih Momen
Mn2

= Mn Mn1
= 32,438 273,763
= -241,325 (Cukup digunakan tulangan tunggal)

Kperlu
K perlu =1

2 Mn
0,85 fc ' b d 2

2(32,438 106 )
K perlu =1
0,85 23 300 3812
K perlu =0,723

Luas Tulangan Tarik Perlu (Asperlu)


Mn
Asperlu = fy . d [1 Kperlu ]
2

32,438 10 6
0,723
350 381[1
]
2

= 381 mm2
As
n=

As t=n

1
2
ult
4

381
=

1
2
19
4

= 1,238 buah = 2 buah

1
1
ult2 =2 19 2=566,77 mm2
4
4

Kontrol Kapasitas Momen (syarat Mnt Mn)


Kt=

Ast
fy
.
b . d 0,85 23

Kt=

566,77
350
.
350 . 431 0,85 23

K t =0,067

[ ]

Mnt = Ast fy d 1

Kt
2

Mnt =566,77 350 350 1

0,067
2

Mnt =67,094 kNm 32,438 kNm

(ok!)

Kontrol Syarat Daktalitas


min perlu maks
0,004 0,0046 0,022

(Keruntuhan Tarik)

2. Perhitungan Penulangan Lapangan

Asumsi Tulangan Satu Lapis


ult
d
= h - ds - s
= 450 40 10 19
= 381 mm

Nilai

= 0,85 (untuk 0,5 fc< 30 MPa)

Momen Nominal
Kmaks

= 0,75 Kb

600

= 0,75 [0,85 ( 600+ fy ]


600

= 0,75 [0,85 ( 600+ 350 ]


= 0,4026

Kapasitas Momen
Mn1

= 0,85. fc. b. d2. Kmaks [1-

1
2

Kmaks]

1
0,4026
= 0,85. 23. 300. 3812. 0,4026 [1- 2
= 273763423,2 Nmm = 273,763 kNm

Momen Nominal
Mn

Mu

16,54
0,8

= 20,675 kNm

Selisih Momen
Mn2

= Mn Mn1
= 20,675 273,763
= -253,088 (Cukup digunakan tulangan tunggal)

Kperlu

2 Mn
0,85 fc ' b d 2

2( 20,675 106 )
0,85 23 300 3812

K perlu =1

K perlu =1

K perlu =0,779

Luas Tulangan Tarik Perlu (Asperlu)


Mn
Asperlu = fy . d [1 Kperlu ]
2

20,675 10 6
0,723
350 381[1
]
2

= 243 mm2
n=

As t=n

As
1
ult 2
4

243
1
192
4

= 0,857 buah = 2 buah

1
1
ult2 =2 19 2=566,77 mm2
4
4

Kontrol Kapasitas Momen (syarat Mnt Mn)


Kt=

Ast
fy
.
b . d 0,85 23

Kt=

566,77
350
.
350 . 431 0,85 23

K t =0,067

[ ]

Mnt = Ast fy d 1

Kt
2

Mnt =566,77 350 350 1

0,067
2

Mnt =67,094 kNm 20,675 kNm

Kontrol Syarat Daktalitas

]
(ok!)

min perlu maks


0,004 0,0046 0,022

(Keruntuhan Tarik)

3. Perhitungan Penulangan Tumpuan Kanan

Asumsi Tulangan Satu Lapis


ult
d
= h - ds - s
= 450 40 10 19
= 381 mm

Nilai

= 0,85 (untuk 0,5 fc< 30 MPa)

Momen Nominal
Kmaks

= 0,75 Kb
600

= 0,75 [0,85 ( 600+ fy ]


600

= 0,75 [0,85 ( 600+ 350 ]


= 0,4026

Kapasitas Momen
Mn1

= 0,85. fc. b. d2. Kmaks [1-

1
2

Kmaks]

1
0,4026
= 0,85. 23. 300. 3812. 0,4026 [1- 2
= 273763423,2 Nmm = 273,763 kNm

Momen Nominal
Mn

Mu

Selisih Momen
Mn2

= Mn Mn1

26,79
0,8

= 33,488 kNm

= 33,488 273,763
= -240,276 (Cukup digunakan tulangan tunggal)

Kperlu

2 Mn
0,85 fc ' b d 2

2(33,488 106 )
0,85 23 300 3812

K perlu =1

K perlu =1

K perlu =0,719

Luas Tulangan Tarik Perlu (Asperlu)


Mn
Asperlu = fy . d [1 Kperlu ]
2
6

33,488 10
0,719
350 381[1
]
2

= 393 mm2
As
n=

1
ult 2
4

393
=

1
192
4

= 1,386 buah = 2 buah

1
u<2=2 192=566,77 mm2
4
1
Ast =n
4

Kontrol Kapasitas Momen (syarat Mnt Mn)


Kt=

Ast
fy
.
b . d 0,85 23

Kt=

566,77
350
.
350 . 431 0,85 23

K t =0,067

[ ]

Mnt = Ast fy d 1

Kt
2

Mnt =566,77 350 350 1

0,067
2

Mnt =67,094 kNm 33,488 kNm

(ok!)

Kontrol Syarat Daktalitas


min perlu maks
0,004 0,0046 0,022 (Keruntuhan Tarik)

B. Lantai 1&2 (30/45)


Diketahui :
fc

: 23 MPa

fy

: 350 MPa

Momen Tumpuan Kiri

: 52862598 MPa

Momen Lapangan

: 38947186,96 MPa

Momen Tumpuan Kanan

: 66760095 MPa

ult

: 19 mm

sengkang
ds
1.

: 10 mm
: 40 mm

Perhitungan Penulangan Tumpuan Kiri

Asumsi Tulangan Satu Lapis


d

= h - ds - s

ult

= 450 40 10 19
= 381 mm
a). Nilai

= 0,85 (untuk 0,5 fc< 30 MPa)

b). Momen Nominal


Kmaks

= 0,75 Kb
600

= 0,75 [0,85 ( 600+ fy ]


600

= 0,75 [0,85 ( 600+ 350 ]


= 0,4026

Kapasitas Momen
2

Mn1

= 0,85. fc. b. d . Kmaks [1-

1
2

Kmaks]

1
0,4026
= 0,85. 23. 300. 3812. 0,4026 [1- 2
= 273763423,2 Nmm = 273,763 kNm
Momen Nominal
Mu

Mn =

52,87
0,8

= 66,0875 kNm

Selisih Momen
Mn

= Mn Mn1
= 66,0875 273,763
= (Cukup digunakan tulangan tunggal)

c). Kperlu
K perlu =1

2 Mn
0,85 fc ' b d 2

2( 66,0875 106 )
K perlu =1
0,85 23 350 3812
K perlu =0,635
d). Luas Tulangan Tarik Perlu (Asperlu)
As perlu=

Mn
K
fy d [1 perlu ]
2
6

As perlu=

66,0875 10
0,635 = 726,25 mm2
350 381 [1
]
2

As
n=

1
ult 2
4

As t=n

726,25
1
192
4

= 2,56 buah = 4 buah

1
1
ult2 =4 19 2=1133,54 mm 2
4
4

e). Kontrol Kapasitas Momen (syarat Mnt Mn)


Kt=

Ast
fy
.
b . d 0,85 fc '

Kt=

1133,54
350
.
350 . 381 0,85 23

K t =0,152

[ ]

Mnt = Ast fy d 1

Kt
2

Mnt =1133,54 350 381 1

0,152
2

Mnt =139,67 kNm 66,0875 kNm (ok!)

f). Rasio Tulangan Maksimum


maks=0,75 b
maks=0,75

0,85 fc '
600

fy
600+ fy

] (

maks=0,75

0,85 23
600
0,85
350
600+350

)
)

maks=0,22

g). Rasio Tulangan Minimum


min =

1,4 1,4
=
=0,004
fy 350

h). Rasio Tulangan Perlu


per lu =

A st 1133,54
=
=0,085
b d 350 381

i). Kontrol Syarat Daktalitas


min perlu maks
0,004 0,0085 0,022 (Keruntuhan Tarik)

2.

Perhitungan Penulangan Lapangan

Asumsi Tulangan Satu Lapis

= h - ds - s

ult

= 450 40 10 19
= 381 mm
a). Nilai

= 0,85 (untuk 0,5 fc< 30 MPa)

b). Momen Nominal


Kmaks

= 0,75 Kb
600

= 0,75 [0,85 ( 600+ fy ]


600

= 0,75 [0,85 ( 600+ 350 ]


= 0,4026

Kapasitas Momen
= 0,85. fc. b. d2. Kmaks [1-

Mn1

1
2

Kmaks]

1
0,4026
= 0,85. 23. 300. 3812. 0,4026 [1- 2
= 273763423,2 Nmm = 273,763 kNm
Momen Nominal 38947186,96
Mn =

Mu

38,95
0,8

= 48,68 kNm

Selisih Momen
Mn2 = Mn Mn1
= 48,68 273,763 kNm
= -225,083 (Cukup digunakan tulangan tunggal)
c). Kperlu

K perlu =1

2 Mn
0,85 fc ' b d 2

2( 48,68 106 )
K perlu =1
0,85 23 350 3812
K perlu =0,687
d). Luas Tulangan Tarik Perlu (Asperlu)
As perlu=

As perlu=

Mn
K
fy d [1 perlu ]
2
48,68 10 6
0,687 = 556,06 mm2
350 381 [1
]
2

As
n=

1
ult 2
4

As t=n

556,06
1
192
4

= 1,96 buah = 4 buah

1
1
ult2 =4 19 2=1133,54 mm 2
4
4

e). Kontrol Kapasitas Momen (syarat Mnt Mn)


Kt=

Ast
fy
.
b . d 0,85 fc '

Kt=

1133,54
350
.
350 . 381 0,85 23

K t =0,152

[ ]

Mnt = Ast fy d 1

Kt
2

Mnt =1133,54 350 381 1

0,152
2

Mnt =139,67 kNm 48,68 kNm

(ok!)

f). Rasio Tulangan Maksimum


maks=0,75 b
maks=0,75

0,85 fc '
600

fy
600+ fy

] (

maks=0,75

0,85 23
600
0,85
350
600+350

)
)

maks=0,22

g). Rasio Tulangan Minimum


min =

1,4 1,4
=
=0,004
fy 350

h). Rasio Tulangan Perlu


perlu =

A st 1133,54
=
=0,085
b d 350 381

i). Kontrol Syarat Daktalitas


min perlu maks
0,004 0,0085 0,022 (Keruntuhan Tarik)

3.

Perhitungan Penulangan Tumpuan Kanan

Asumsi Tulangan Satu Lapis


= h - ds - s

ult

= 450 40 10 19
= 381 mm
a). Nilai

= 0,85 (untuk 0,5 fc< 30 MPa)

b). Momen Nominal


Kmaks

= 0,75 Kb
600

= 0,75 [0,85 ( 600+ fy ]


600

= 0,75 [0,85 ( 600+ 350 ]


= 0,4026

Kapasitas Momen
= 0,85. fc. b. d2. Kmaks [1-

Mn1

1
2

Kmaks]

1
0,4026
= 0,85. 23. 350. 381 . 0,4026 [1- 2
2

= 273763423,2 Nmm = 273,763 kNm


Momen Nominal
Mn =

Mu

66,76
0,8

Selisih Momen
Mn2 = Mn Mn1
= 83,45 273,763
=190,313 kNm

= 83,45 kNm

c). Kperlu
K perlu =1

2 Mn
0,85 fc ' b d 2

2( 83,45 106 )
K perlu =1
0,85 23 350 3812
K perlu =0,59
d). Luas Tulangan Tarik Perlu (Asperlu)
As perlu=

As perlu=

Mn
K
fy d [1 perlu ]
2
83,45 106
0,59 = 887,71 mm2
350 381 [1
]
2

As
n=

1
2
ult
4

As t=n

887,71
1
2
19
4

= 3,13 buah = 4 buah

1
1
ult2 =4 19 2=1133,54 mm 2
4
4

e). Kontrol Kapasitas Momen (syarat Mnt Mn)


Kt=

Ast
fy
.
b . d 0,85 fc '

Kt=

887,71
350
.
350 . 381 0,85 23

K t =0,119

[ ]

Mnt = Ast fy d 1

Kt
2

Mnt =887,71 350 381 1

0,119
2

Mnt =111,32 kNm 48,68 kNm (ok!)

f). Rasio Tulangan Maksimum


maks=0,75 b
maks=0,75

0,85 fc '
600

fy
600+ fy

] (

maks=0,75

0,85 23
600
0,85
350
600+350

)
)

maks=0,22

g). Rasio Tulangan Minimum


min =

1,4 1,4
=
=0,004
fy 350

h). Rasio Tulangan Perlu


perlu =

A st
887,71
=
=0,085
b d 350 381

i). Kontrol Syarat Daktalitas


min perlu maks
0,004 0,0066 0,022

4.5

(Keruntuhan Tarik)

Hasil Perhitungan Manual

4.5.1 Perhitungan Penulangan Geser pada Balok

4.5.1.1 Tulangan pada tulangan lantai


Diketahui :
fc

: 23 MPa

VD kanan

: 67,843 kN

fy

: 350 MPa

VD kiri

: 73,402 kN

fyh

: 240 MPa

Nu

: 2,779 kN

: 350 mm

: 5000 mm

: 450 mm

:381 mm
Perhitungan

1.

Bentang Kiri

a. ) Menghitung nilai gaya geser ultimit pada lokasi kritis


73,402
kN

Ru

Vu

2250

2500
mm

Mencari nilai Ru
73,402 /2500
= Ru/2250
Ru = 66,062 kN
Mencari nilai Vu
73,402 /2500 = Vu / 1897,5
Vu = 55,712 kN
b.) Gaya geser yang ditahan tanpa tulangan geser (Vc)
Kasus lentur dan gaya aksial tarik
Nu

= 2,779 kN = 2779 N

1897,5
mm

Ag

= 350 x 450 = 157500 mm

Vc

= (1/6 fc ' ) b x d ( 1 +

Vc

= 107151,558 N = 107,151 kN

0,3 x Nu
Ag

c.) Menghitung zonasi penulangan geser


Faktor reduksi =0,6 untuk komponen geser

Zona 1 jika Vu 1/2 Vc, maka tidak perlu tulangan geser

55,712 KN 1/2 0,6 x Vc


55,712 KN

32,1453 kN (perlu tulangan geser)

Zona 2 Vc Vu Vc , maka cukup tulangan geser

32,1453 kN 55,712 kN < 64,2906 kN (MEMENUHI SYARAT )


Gaya geser yang ditahan oleh tulangan geser
Vs = Vu - Vc = 8,579 kN
Jarak spasi antar tulangan geser
(

fc ' b x d ) = 0,6(1/3x 23 x 350x 431)

Vs < (

fc ' b x d )

8,579 < 127,905 kN


Smax = d/2 = 159 mm (dipakai S = 200 mm)
Luas total tulangan geser minimum
Au =

b.s
3. fyh

= 97,222

Dipakai s =10 mm As = 78,5 mm


Jadi, dipakai tulangan geser 10-200.

Zona 3 jika Vc Vu Vc + (

fc ' b x d ), maka perlu tulangan

geser
64,2906 kN >8,579 kN < 192,1956 kN (syarat terpenuhi)
Dicoba s = 10 mm dengan As = 78,5 mm
Av = 2.As = 157 mm
Av . fyh. d
157 x 240 x 381
=
S=
=
1673,398 mm
Vs
8,579 x 1000
Maka digunakan S = 200 mm
Batas daerah tulangan sengkang
X

X=

Ru Vc
Ru

66,06264,2906
x(0,5 .4650) =62,343 mm
66,062

1
Ru Vc
2
Ru

( 0,5.Ln )

( 0,5.Ln )

66,06232,1453
x(0,5 .4650) =1193,671 mm
66,062

Daerah tulangan sengkang geser

X - X = 1193,671-62,343 = 1131,328 mm

Daerah tidak perlu tulangan geser

0,5.Ln - X = 1131,329

2.

Bentang Kanan

Diketahui :
fc

: 23 MPa

VD kanan

: 74,402 kN

fy

: 350 MPa

VD kiri

: 67,843 kN

fyh

: 240 MPa

Nu

: 2,779 kN

: 350 mm

: 5000 mm

: 450 mm

: 381 mm

a. ) Menghitung nilai gaya geser ultimit pada lokasi kritis

Ru

74,402
kN

Vu

2250

2500
mm

1897,5
mm

Mencari nilai Ru
74,402 /2500 = Ru/2250
Ru = 66,962 kN
Mencari nilai Vu
74,402 /2500 = Vu / 1897,5
Vu = 56,471 kN
b.) Gaya geser yang ditahan tanpa tulangan geser (Vc)

Kasus lentur dan gaya aksial tarik


Nu

= 2,779 kN = 2779 N

Ag

2
= 350 x 450 = 157500 mm

Vc

= (1/6

fc ' ) b x d ( 1 +

0,3 x Nu
Ag

Vc

= 107151,558 =107,151 kN

c.) Menghitung zonasi penulangan geser


Faktor reduksi =0,6 untuk komponen geser

Zona 1 jika Vu 1/2 Vc, maka tidak perlu tulangan geser

56,471 KN 1/2 0,6 x Vc


47,562 KN 32,145 KN (perlu tulangan geser)

Zona 2 Vc Vu Vc , maka cukup tulangan geser

32,145 kN 56,471 kN 64,291 kN (MEMENUHI SYARAT )


Gaya geser yang ditahan oleh tulangan geser
Vs = Vu - Vc = 7,82 kN
Jarak spasi antar tulangan geser
(

fc ' b x d ) = 0,6(1/3x 23 x 350x 431)

Vs < (

fc ' b x d )

7,82 kN <127,905 kN
Smax = d/2 = 190,5 mm (dipakai S = 200 mm)
Luas total tulangan geser minimum
Au =

b.s
3. fyh

= 97,222

Dipakai s =10 mm As = 78,5 mm

Zona 3 jika Vc Vu Vc + (

fc ' b x d ), maka perlu tulangan

geser
64,291 kN > 56,471 kN < 192,196 kN (syarat tidak terpenuhi)

Dicoba s = 10 mm dengan As = 78,5 mm


Av = 2.As = 157 mm
Av . fyh. d
157 x 240 x 381
=
S=
=
1835,816 mm
Vs
7,82 x 1000
Maka digunakan S = 150 mm
Batas daerah tulangan sengkang
X

Ru Vc
Ru

( 0,5.Ln )

66,69264,291
=
x(0,5 .4650) =83,703 mm
66,692

1
Ru Vc
2
Ru

( 0,5.Ln )

66,69232,145
x(0,5 .4650) =1204,369 mm
66,692

Daerah tulangan sengkang geser

X - X =1204,369- 83,703 = 1120,666 mm

Daerah tidak perlu tulangan geser

0,5.Ln - X = 1120,631 mm
4.5.2 Perhitungan Penulangan Geser pada Balok
A). Dak
Diketahui :
fc

: 23 MPa

VD kanan

: 27,799 kN

fy

: 350 MPa

VD kiri

: 27,866 kN

fyh

: 240 MPa

Nu

: 0,034

: 350 mm

: 5000 mm

: 450 mm

: 381 mm
Perhitungan
1.

Bentang Kiri

a. ) Menghitung nilai gaya geser ultimit pada lokasi kritis


Ru

27,866
kN

Vu

2250

2500
mm nilai Ru
Mencari

1897,5
mm

27,866 /2500 = Ru/2250


Ru = 25,0794 kN
Mencari nilai Vu
27,866 /2500 = Vu / 1897,5
Vu = 21,150 kN
b.) Gaya geser yang ditahan tanpa tulangan geser (Vc)

Kasus lentur dan gaya aksial tarik


Nu

= 0,034 kN = 34 N

Ag

= 350 x 450 = 157500 mm

Vc

= (1/6

Vc

= 106594,2584 =106,594 kN

fc ' ) b x d ( 1 +

c.) Menghitung zonasi penulangan geser

0,3 x Nu
Ag

Faktor reduksi =0,6 untuk komponen geser

Zona 1 jika Vu 1/2 Vc, maka tidak perlu tulangan geser

21,150 kN 1/2 0,6 x Vc


21,150 KN 31,978 KN ( tidak perlu tulangan geser)

Zona 2 Vc Vu Vc , maka cukup tulangan geser

31,978 kN 21,150 kN 63,956 kN (TIDAK MEMENUHI SYARAT )


Gaya geser yang ditahan oleh tulangan geser
Vs = Vu - Vc = 42,8064 kN
Jarak spasi antar tulangan geser
(

fc ' b x d ) = 0,6(1/3x 23 x 350x381)

Vs < (

fc ' b x d )

63,956 kN < 127,905kN


Smax = d/2 = 159 mm (dipakai S = 200 mm)
Luas total tulangan geser minimum
Au =

b.s
3. fyh

= 97,222

Dipakai s =10 mm As = 78,5 mm

Zona 3 jika Vc Vu Vc + (

fc ' b x d ), maka perlu tulangan

geser
63,956 kN >21,150 kN < 191,861 kN (syarat tidak terpenuhi)
Dicoba s = 10 mm dengan As = 78,5 mm
Av = 2.As = 157 mm

S=

Av . fyh. d
Vs

157 x 240 x 381


=
335,372 mm
42,8064 x 1000

Maka digunakan S = 100 mm


Batas daerah tulangan sengkang
X

X=

Ru Vc
Ru

25,079463,956
x(0,5 .4650) =3604,077 mm
25,0794

1
Ru Vc
2
Ru

( 0,5.Ln )

( 0,5.Ln )

25,079431,978
x(0,5 .4650) =639,539 mm
25,0794

Daerah tulangan sengkang geser

X - X =639,539-3604,077 = 2964,538 mm

Daerah tidak perlu tulangan geser

0,5.Ln - X = 1685,461 mm

Perhitungan
1.

Bentang Kanan

Diketahui :
fc

: 23 MPa

VD kanan

: 27,799 kN

fy

: 350 MPa

VD kiri

: 27,866 kN

fyh

: 240 MPa

Nu

: 0,034

: 350 mm

: 5000 mm

: 450 mm

: 381 mm

a. ) Menghitung nilai gaya geser ultimit pada lokasi kritis


Ru

27,866
kN

Vu

2250

2500
mm nilai Ru
Mencari

1897,5
mm

27,866 /2500 = Ru/2250


Ru = 25,0794 kN
Mencari nilai Vu
27,866 /2500 = Vu / 1897,5
Vu = 21,150 kN
b.) Gaya geser yang ditahan tanpa tulangan geser (Vc)

Kasus lentur dan gaya aksial tarik


Nu

= 0,034 kN = 34 N

Ag

2
= 350 x 450 = 157500 mm

Vc

= (1/6

Vc

= 106594,2584 =106,594 kN

fc ' ) b x d ( 1 +

0,3 x Nu
Ag

c.) Menghitung zonasi penulangan geser


Faktor reduksi =0,6 untuk komponen geser

Zona 1 jika Vu 1/2 Vc, maka tidak perlu tulangan geser

21,150 kN 1/2 0,6 x Vc


21,150 KN 31,978 KN ( tidak perlu tulangan geser)

Zona 2 Vc Vu Vc , maka cukup tulangan geser

31,978 kN 21,150 kN 63,956 kN (TIDAK MEMENUHI SYARAT )


Gaya geser yang ditahan oleh tulangan geser
Vs = Vu - Vc = 42,8064 kN
Jarak spasi antar tulangan geser
(

fc ' b x d ) = 0,6(1/3x 23 x 350x381)

Vs < (

fc ' b x d )

63,956 kN < 127,905kN


Smax = d/2 = 159 mm (dipakai S = 200 mm)
Luas total tulangan geser minimum
Au =

b.s
3. fyh

= 97,222

Dipakai s =10 mm As = 78,5 mm

Zona 3 jika Vc Vu Vc + (

fc ' b x d ), maka perlu tulangan

geser
63,956 kN >21,150 kN < 191,861 kN (syarat tidak terpenuhi)
Dicoba s = 10 mm dengan As = 78,5 mm
Av = 2.As = 157 mm
Av . fyh. d
157 x 240 x 381
=
S=
=
335,372 mm
Vs
42,8064 x 1000
Maka digunakan S = 100 mm
Batas daerah tulangan sengkang
X

Ru Vc
Ru

( 0,5.Ln )

25,079463,956
=
x(0,5 .4650) =3604,077 mm
25,0794

X=

1
Ru Vc
2
Ru

( 0,5.Ln )

25,079431,978
x(0,5 .4650) =639,539 mm
25,0794

Daerah tulangan sengkang geser

X - X =639,539-3604,077 = 2964,538 mm

Daerah tidak perlu tulangan geser

0,5.Ln - X = 1685,461 mm

4.5.7 Perhitungan Tulangan pada Kolom


a. Penulangan Lentur Kolom
Diketahui :
fc

= 23 MPa

= 350 Mpa

fyh

= 240 MPa

= 400 mm

= 400 mm

= h - ds -

ult

= 400 40 10 19 = 331 mm
VD kanan= 8,7 kN
Vd kirI

= 8,7 kN

Nu

= 8,7 KN

= 4,5 m

Asperlu = 1600 mm2


Dicoba tulangan D16 -> As = 201 mm2
n = Asperlu / Astul = 1600 / 201 = 8 buah
b. Penulangan Geser Kolom
sengkang= 10 mm
spasi antar tulangan geser, diambil nilai terkecil dari:
S1=48 x sengkang
= 48 x 10 mm = 480 mm
S2= 16 x utama = 16 x 16 mm = 256 mm
S3 = b = 400 mm
Digunakan S - 256 mm

Dak
Kode
Type
Posisi

Potongan

B1
B 30 X 45
Tumpuan Kiri

Lantai 1
6000
Lapangan

Tumpuan Kanan

Tulangan Atas
Tulangan Bawah
Sengkang
Cover
Step

4d-12
3d-10
10-200
40
2120

5d-6
5d-12
10-150
40
766

4d-12
3d-10
10-100
40
2120

Lantai
kode
Type
Posisi

B2
B 30 X 45
Tumpuan Kiri

Lantai
6000
Lapangan

Tumpuan Kanan

5d-12

4d-8

5d-12

Potongan

Tulangan Atas

Tulangan Bawah
Sengkang
cover
step

STEP

POSISI

TUL. GESER
10D-256

H
=

TUMPUAN

TUL. UTAMA

C1

8D-16

KOD
E

4d-12
10-100
40
129

4d-14
10-150
40
3014

4d-12
10-100
40
129

400

POTONGAN
MELINTANG

POTONGAN MEMANJANG

LAPANGAN
TUMPUAN

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
SAP 2000 merupakan program versi terakhir yang paling lengkap dari
seri-seri program analisis struktur SAP, baik SAP80 maupun SAP90.
keunggulan program SAP2000 antara lain ditunjukan dengan adanya fasilitas
untuk desain elemen, baik untuk material baja maupun beton.
Penggunaan SAP2000 dapat mempermudah perancangan suatu
bangunan, dan hasil yang didapat dari perhitungannya cukup akurat, dalam
perhitungan sebelumnya terdapat pembuktian mengenai hal ini, meskipun
terjadi sedikit perbedaan mengenai As perlu namun jumlah tulangan yang
digunakan tetap sama.

5.2

Saran
Pada desain dengan menggunakan bantuan software SAP2000 harus
diperhatikan mengenai preference, harus disesuaikan dengan peraturan
pembangunan yang berlaku (SNI 03-3847 -2002).
Momen yang dihasilkan pada perhitungan anakisa struktur dalam SAP
merupakan momen ultimit sehingga harus difaktorkan lagi untuk mencari
momen desain apabila hendak dilakukan perhitungan secara manual untuk
mendapatkan nilai ASperlu.

Anda mungkin juga menyukai