MAGISTER SISTEM DAN TEKNIK TRANSPORTASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
memperkokoh ketahanan nasional. Transportasi memiliki peranan yang besar dalam melayani masyarakat. Dominasi moda jalan dalam pergerakan ekonomi terlihat dari besarnya mobilitas pergerakan barang dan orang yang menggunakan moda jalan. Dari data yang ada, lebih dari sembilan puluh persen pergerakan di pulau-pulau utama menggunakan moda transportasi jalan. Dengan peran yang luar biasa dari sektor jalan tersebut diperlukan manajemen aset jalan yang memadai agar terjaganya tingkat pelayanan kepada masyarakat. Aset Pemerintah berupa infrastruktur jalan yang telah dibangun selama ini pada hakikatnya dimaksudkan untuk menciptakan pondasi yang amat kuat dan mantap bagi tercapainya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di negeri ini. Dengan infrastruktur jalan yang secara geometrik mantap dan secara konstruksi kuat maka akan terbentuk jaringan jalan yang handal bagi mobilitas orang, barang, dan jasa, sehingga terjadi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi secara seimbang. Oleh karana itu, jaringan infrastruktur jalan nasional merupakan aset ekonomi milik publik yang amat strategis dan mendasar yang tingkat pelayanan dan kondisinya harus dipelihara secara berkesinambungan.
B.
jalan kemudian dievaluasi untuk mengetahui apakah jalan di dalam jaringan tersebut masih mampu melayani pengguna jalan sesuai dengan kelas dan fungsi jalan. Ruas jalan pada jaringan jalan perkotaan harus dilakukan pemeliharaan baik itu secara rutin maupun berkala. Jalan yang telah dilakukan evaluasi apabila dinilai sudah tidak mampu memenuhi standar pelayanan terhadap pengguna jalan misalnya V/C ratio sudah melebihi angka 1(satu) maka dibutuhkan penanganan. Penanganan yang diterapkan pada suatu ruas jalan di jaringan jalan tergantung dari hasil identifikasi yang dilakukan. Penanganan dapat dilakukan terhadap perkerasan dan atau geometrik jalan maupun struktur jembatan. Pemeliharaan dan Peningkatan Jaringan Jalan Pemeliharaan jalan adalah penangan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitas, penunjangan dan peningkatan, terdiri atas pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan tanpa meningkatkan kekuatan struktural dan dilakukan sepanjang tahun. Sedangkan pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural. Selain pemeliharaan ada juga proses peningkatan, artinya penanganan jalan untuk memperbaiki pelayanan jalan yang berupa penungkatan struktural dan atau geometrik agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. Karena keterbatasan dana untuk melakukan peningkatan kinerja jalan, maka harus dilakukan skala prioritas terhadap ruas-ruas jalan pada jaringan. Prioritas ditentukan dengan sistematika penilaian tertentu dengan kategori-kategori. Beberapa
langkah untuk menentukan ruas mana saja yang harus dilakukan perbaikan atau penanganan pada ruas jalan adalah sebagai berikut : i. Menentukan klasifikasi fungsi jalan. ii. Melakukan identifikasi permasalahan yang ada pada ruas jalan dengan melakukan survai pendahuluan untuk mengetahui permasalahan jalan yang ada di dalam suatu kota, ditinjau dari kondisi struktur, geometrik jalan/jembatan/persimpangan, pemanfaatan jalan dan sebagainya. Kemudian dibuat daftar ruas-ruas jalan yang diperlukan pemeliharaan atau penanganan. iii. Melakukan survai detail yaitu inventarisasi jalan, perhitungan lalu lintas, kecepatan perjalanan, kondisi jalan untuk mengetahui pelayanan jalan. iv. Menentukan skala prioritas yaitu dengan analisa terhadap data-data yang telah diperoleh dari survai sebelumnya berdasarkan urutan terhadap pemanfaatan jalan, perkerasan dan geometrik jalan. v. Menentukan jalan atau ruas mana saja yang harus dilakukan penangan atau pemeliharan sesuai skala prioritas. Klasifikasi fungsi jalan Berdasarkan fungsinya, sistim jaringan jalan di dalam kota dapat dibedakan atas sistim primer dan sistim sekunder yang masing-masing dikelompokkan menurut peranannya sebagai jalan Arteri, Kolektor dan Lokal. Secara garis besar dapat disebutkan di sini bahwa sistim jaringan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan Tata Ruang dan Struktur Pengembangan Wilayah Tingkat Nasional yang menghubungkan antar kota sesuai dengan hirarkhinya. Sedangkan sistim jaringan sekunder disusun berdasarkan struktur kota yang ada dengan mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer dan sekunder sesuai dengan hirarkinya. Penentuan klasifikasi fungsi jalan ditentukan dengan menggunakan peta klasifikasi fungsi jalan yang dapat
diperoleh di Direktorat Pembinaan Jalan Kota dan instansi pemerintah daerah yang berwenang di suatu daerah sesuai dengan keadaan struktur kota yang sebenarnya. Klasifikasi fungsi jalan menjadi penting karena berkaitan dengan
pendanaan/pembiayaan terhadap penangan yang dilakukan. Berikut ini adalah klasifikasi jalan dan penanggung jawab pendanaan/pembiayaan :
Tabel 1. 1 Fungsi dan peranan jalan yang berkaitan dengan penanggung jawab pendanaan/pembiayaan
Roughness Index) yang dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980-an (Suwardo dan Sugiharto, 2004). Parameter IRI diperoleh dari suatu pengukuran menggunakan alat roughometer NAASRA, yaitu adalah alat pengukur
ketidakrataan permukaan jalan yang dibuat oleh NAASRA (SNI 03-34261994). Parameter lain untuk kinerja perkerasan sisi fungsional adalah dengan Road Condition Index (RCI) atau indeks kondisi jalan yang dikembangkan oleh American Association of State Highway Officials (AASHO) pada tahun 1960an. a) Indeks Permukaaan (IP) atau Present Seviceability Index (PSI) Kekasaran permukaan ditandai oleh Indeks Permukaan yang didasarkan pada profil permukaan yang diukur. Indeks Permukaan (IP) atau Present Serviceability Index (PSI) dikenalkan oleh AASHTO berdasarkan pengamatan kondisi jalan meliputi kerusakan-kerusakan seperti retak-retak, alur, lubang, lendutan pada lajur roda, kekasaran permukaan dan sebagainya yang terjadi selama umur pelayanan. Nilai Indeks Permukaan (IP) bervariasi dari 0-5 seperti dikutip oleh Silvia Sukirman (1995) disajikan pada Tabel 1. Jalan dengan lapis beton aspal yang baru dibuka untuk umum merupakan contoh jalan dengan nilai IP = 4,2. Indeks Permukaan mempunyai hubungan dengan International Roughness Index (IRI, dalam m/km) seperti ditampilkan pada Gambar 1. Model ini dikembangkan oleh Dujisin dan Arroyo tahun 1995 (NCHRP, 2001). PSR adalah Present Serviceability Rating, modelnya dikembangkan oleh Paterson (1987), Al-Omari dan Darter (1994), dan Gulen dkk (1994), namun PSR tidak diuraikan lebih rinci dalam tulisan ini. IP dinyatakan sebagai fungsi dari IRI dengan rumus : Untuk perkerasan jalan beraspal : PSI = 5 0,2937 X4 + 1,1771 X3 1,4045 X2 1,5803 X Untuk perkerasan jalan dengan beton/semen : PSI = 5 + 0,6046 X3 2,2217 X2 0,0434 X pers. (2) pers. (1)
dengan : X = Log (1 + SV) SV = 2,2704 IRI2 SV = Slope variance (106 x population of variance of slopes at 1-ft intervals) PSI = Present Serviceability Index IRI = International Roughness Index, m/km IRI merupakan parameter kekasaran yang dihitung dari jumlah kumulatif naik-turunnya permukaan arah profil memanjang pada jarak permukaan yang diukur dan digunakan untuk mengevaluasi kinerja perkerasan yang dapat dinilai dari kualitas berkendara di atas permukaan jalan. IRI dinyatakan dalam satuan meter per kilometer (m/km). Pada umumnya, jika umur jalan dan beban lalu lintas meningkat, kerusakan jalan semakin bertambah sehingga nilai IRI juga meningkat. Pada perencanaan jalan, beban lalu lintas dan tipe tanah dasar adalah faktor utama yang menentukan nilai structural number, yang merupakan angka yang digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan perkerasan. Jalan yang dibangun sesuai kebutuhan lalu lintasnya memiliki kinerja pelayanan yang optimal selama umur layanannya.
Tabel 1. Hubungan Fungsi Pelayanan dan Indeks Permukaan (IP) No. 1 2 3 4 5 Indeks Permukaan (IP) 45 34 23 12 01 Fungsi pelayanan Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Gambar 1. Hubungan Indeks Permukaan (IP) dan IRI (m/km) Sumber : NCHRP, 2001
b)
RCI (Road Condition Index) Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index = RCI) adalah skala tingkat
kenyamanan atau kinerja jalan yang dapat diperoleh dari pengukuran dengan alat Roughometer maupun secara visual. Jika penelitian dilakukan dengan menggunakan alat Roughometer sehingga diperoleh International Roughness Index (IRI), maka untuk Indonesia dipergunakan korelasi antara Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index = RCI) dan IRI (Gambar 2). Korelasi RCI dan IRI untuk Indonesia adalah IRI = 10*Exp (-0,0501*RCI1,220920) pers. (3)
Gambar 2. Korelasi antara Nilai IRI dan Nilai RCI. Sumber : Silvia Sukirman (1992)
Tabel 2. Kondisi Permukaan secara Visual dan Nilai RCI RCI 8 10 78 67 56 45 34 23 [2 Kondisi Permukaan Jalan secara Visual Sangat rata dan teratur Sangat baik, umumnya rata Baik Cukup, sedikit sekali atau tidak ada lubang, tetapi permukaan jalan tidak rata Jelek, kadang-kadang ada lubang, permukaan jalan tidak rata Rusak, bergelombang, banyak lubang Rusak berat, banyak lubang dan seluruh daerah perkerasan hancur Tidak dapat dilalui, kecuali dengan 4 WD Jeep
2.
Kinerja Perkerasan dari Sisi Struktural Kinerja perkerasan dari sisi sturktural adalah dari sisi kekuatan dan keamanan
perkerasan dalam melayani beban dan volume lalu lintas sesuai rencana dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan metode untuk menentukan berapa tebal perkerasan yang harus disediakan sesuai dengan jenis perkerasannya. Salah satunya dengan metode ASSHTO atau dengan metode Binamarga (Analisa Komponen).