Anda di halaman 1dari 32

MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

BAB III
DESAIN DRAINASE JALAN

3.1. PENDAHULUAN

Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi
sebagai berikut :

 Mengalirkan air hujan (air) secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuang akhir.
 Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke
daerah perkerasan jalan.
 Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.

Sistem (komponen) drainase jalan yang akan didesain terdiri dari :

 Saluran samping jalan, dinding tanah tanpa pasangan, penampang trapesium.


 Saluran samping jalan, dinding pasangan batu, penampang segi-empat.
 Gorong-gorong segi-empat (box culvert).
 Tali air.
 Grill.

Desain di atas mencakup analisis hidrologi dan hidrolika, serta analisis struktur untuk
pekerjaan utama.

3.2. BAHAN BANGUNAN SALURAN

Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya ditentukan oleh besarnya
kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan.

Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya
adalah kemiringan saluran.

3.3. PENAMPANG MELINTANG SALURAN

Pemilihan tipe penampang melintang selokan samping didasarkan atas :

 Kondisi tanah dasar.


 Kedudukan muka air tanah.
 Kecepatan aliran air.

3.4. PERSAMAAN MANNING

1 2 3 12
V R S
n

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 1 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

dimana :

V = kecepatan rata-rata aliran


R = jari-jari hidraulis
n = koefisien kekasaran Manning
S = kemiringan memanjang

1 2 1
Q A R 3S 2
n

dimana :

Q = debit.
A = luas penampang melintang.

3.5. JAGAAN (FREEBOARD) DALAM SALURAN

Cara mendisain yang dibahas memberikan kedalaman air, sehingga muka air debit
maksimum dari saluran diketahui. Puncak dari tanggul saluran harus dijaga lebih
tinggi dari pada ketinggian ini untuk memperhitungkan gelombang dan kemungkinan
naik turunnya pemberian air. Jarak vertikal antara puncak tanggul saluran dan tinggi
muka air debit maksimum dari saluran dikenal sebagai jagaan (freeboard). Pada
umumnya semakin besar debit yang diangkut, semakin besar jagaan yang harus
disediakan. Jagaan yang disarankan untuk diambil di India dinyatakan dalam Tabel
5.

Tabel 5. : Jagaan yang disarankan untuk saluran.

Q (m3/det) Freeboard (m)

< 0,75 0,45


0,75 – 1,50 0,60
1,50 – 85 0,75
> 85 0,90

Pendekatan dengan menggunakan formula sebagai berikut :

h
f
2

dimana :

f = tinggi jagaan (m)


h = kedalaman air (m)

Dapat juga penentuan tinggi jagaan berdasarkan analisis / justifikasi teknis secara
khusus.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 2 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

3.6. INTENSITAS HUJAN

Untuk membentuk kurva intensitas hujan, diperlukan data dari penakar hujan
otomatis paling sedikit harus tersedia data untuk 10 tahun. Semakin panjang data
yang diperoleh, semakin akurat kurva yang terbentuk.

Langkah analisis praktis yang perlu dilakukan dalam mengolah data agar menjadi
kurva intensitas hujan yang menggambarkan hubungan antara durasi (lamanya
hujan) yang dinyatakan dalam menit dengan intensitas hujan yang dinyatakan dalam
mm/jam, adalah :

 Tetapkan durasi hujan yang berurutan.


 Cari maximum tinggi hujan untuk setiap durasi.

Langkah berikut dapat sebagai pedoman dalam menetapkan intensitas hujan I :

 Tetapkan periode ulang perencanaan.


 Perkirakan besarnya waktu konsentrasi tc.
 Bacalah besarnya intensitas hujan untuk t c tersebut.

Sifat-sifat waktu konsentrasi dan intensitas hujan :

 Waktu konsentrasi tc kecil : I besar, Q besar.


 Waktu konsentrasi tc besar : I kecil, Q kecil.

3.6.1. Periode ulang

n1
Tr 
m

dimana :

Tr = periode ulang (tahun)


n = jumlah tahun pengamatan
m = ranking

Probabilitas untuk periode ulang tersebut adalah :

1
P
Tr

3.6.2. Karakteristik kurva intensitas hujan

1. Distribusi Log-Pearson Tipe III

Distribusi Log-Pearson Tipe III adalah salah satu dari kumpulan distribusi yang
diusulkan oleh Pearson. Tidak ada alasan-alasan teoritis mengenai pemakaian

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 3 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

distribusi ini pada data hidrologi (sumber Hidrologi, Ray K Linsley JR, Max A
Kohler, Joseph LH Paulhus).

Distribusi skew meloncat pada bagian kiri, yang kemudian menjadi bentuk
umum dari hampir semua bentuk distribusi hidrologi.

Jika koefisien skew = 0, distribusi Pearson Tipe III identik dengan distribusi
Log-Normal yang pernah dipakai secara luas dalam hidrologi.

Nilai rata-rata :

log X 
 log X
n

Deviasi standar :

 log X 
 log X  log X  2
n 1

Koefisien skew :

 log X  log X 
3
n
G
 n  1  n  2    log X  3

Nilai X untuk setiap tingkat probabilitas dihitung dari persamaan :

log X T  log X  K  log X

Nilai K diambil dari Tabel 6.2.1.

Tabel 6.2.1. : Nilai K untuk distribusi Log-Pearson Tipe III.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 4 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Interval ulang (tahun)

Koefisien skew 1,0101 1,25 2 5 10 25 50 100

G Persen peluang

99 80 50 20 10 4 2 1

3,0 - 0,667 - 0,636 - 0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051


2,8 - 0,714 - 0,666 - 0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 - 0,769 - 0,696 - 0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 3,889
2,4 - 0,832 - 0,725 - 0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 - 0,905 - 0,752 - 0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,0 - 0,990 - 0,777 - 0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605
1,8 - 1,087 - 0,799 - 0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 - 1,197 - 0,817 - 0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,4 - 1,318 - 0,832 - 0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1,2 - 1,449 - 0,844 - 0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,0 - 1,588 - 0,852 - 0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 - 1,733 - 0,856 - 0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 - 1,880 - 0,857 - 0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 - 2,029 - 0,855 - 0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 - 2,178 - 0,850 - 0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0 - 2,326 - 0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326
- 0,2 - 2,472 - 0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
- 0,4 - 2,615 - 0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
- 0,6 - 2,755 - 0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
- 0,8 - 2,891 - 0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
- 1,0 - 3,022 - 0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588
- 1,2 - 3,149 - 0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
- 1,4 - 3,271 - 0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
- 1,6 - 3,388 - 0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
- 1,8 - 3,499 - 0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087
- 2,0 - 3,605 - 0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990
- 2,2 - 3,705 - 0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
- 2,4 - 3,800 - 0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
- 2,6 - 3,889 - 0,499 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
- 2,8 - 3,973 - 0,460 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714
- 3,0 - 4,051 - 0,420 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667

Sumber : Hidrologi, Ray K Linsley JR, Max A Kohler, Joseph LH Paulhus

2. Kurva hyperbolik

Semakin lama durasi hujan maka akan semakin kecil intensitas hujan, semakin
singkat durasi semakin besar intensitas. Oleh karena itu, kurva intensitas hujan
mendekati bentuk hyperbolik.

Rumus dari Mononobe :

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 5 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

2
R 24  24  3
I  
24  t 

dimana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam).


t = Durasi curah hujan (jam).
R24 = Curah hujan maximum dalam 24 jam (mm).

3.7. TOPOGRAPHI

Peta topographi akan digunakan dalam penentuan beda tinggi, karakteristik dan
panjang pengaliran pada suatu daerah pengaliran, pendekatan untuk penentuan
luas daerah aliran yang akan digunakan untuk analisa selanjutnya, serta untuk
analisis pola aliran sistem drainase.

Batas-batas daerah pengaliran ditetapkan berdasarkan peta topografi (pada


umumnya skala 1 : 50.000 – 1 : 25.000) dan daerah yang mempengaruhinya.

3.8. RUMUS DEBIT BANJIR METHODA RASIONAL

Q = 0,00278 C.Cf.I.A
dimana :

Q = Debit banjir puncak pada perioda ulang T tahun, yang terjadi pada muara
DAS (m3/detik).
I = Intensitas hujan untuk durasi yang sama dengan waktu konsentrasi tc dan
perioda ulang T tahun. Pakailah kurva Intensitas Hujan untuk mendapatkan
intensitas ini (mm/jam).
A = Luas daerah aliran (ha).
C = Koefisien pengaliran.
Cf = Koefisien frekwensi.

Gambar 8. memperlihatkan bagan alir prosedur pemakaian rumus methoda


Rasional.

3.9. WAKTU KONSENTRASI

Air hujan yang jatuh pada suatu daerah aliran, pada saat menyentuh permukaan
daerah aliran (DAS) yang paling jauh lokasinya dari muara, maka waktu konsentrasi
mulai dihitung. Air hujan akan mengalir menuju saluran yang terdekat, waktu ini
disebut to yaitu waktu limpas permukaan. Dari sini air mengalir menuju muara DAS,
dan waktu yang diperlukan untuk mengalir didalam saluran drainase sampai muara
daerah aliran disebut waktu limpas saluran atau td. Penjumlahan waktu tersebut
merupakan waktu konsentrasi atau tc.

tc = to + td

a. Waktu limpas permukaan to

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 6 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Besarnya tergantung pada beberapa faktor penentu, seperti :

 Jarak aliran sampai saluran terdekat.


 Kemiringan permukaan daerah aliran.
 Koefisien pengaliran daerah aliran.

Beberapa sifat waktu limpas permukaan sebagai berikut :

 Semakin curam daerah aliran semakin kecil t o.


 Semakin besar resapan kedalam daerah aliran, atau semakin kecil koefisien
pengaliran, maka semakin besar t o.
 Semakin jauh jarak limpasan permukaan, maka semakin besar t o.

b. Waktu limpas saluran td

Setelah melimpas pada permukaan daerah aliran, maka aliran air masuk
kedalam saluran drainase dan mengalir menuju muara DAS. Waktu limpas
saluran ini tergantung pada : ukuran, jenis, bentuk, kemiringan dasar dan
bahan saluran.

Sebagai prakiraan sementara dapat dipakai pedoman berikut ini :

 Kecepatan aliran saluran berdinding tanah : 0,70 – 1,10 m/det.


 Kecepatan aliran saluran pasangan batu : 1,00 – 1,50 m/det.

c. Waktu konsentrasi tc

Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainase sederhana, lama waktu
konsentrasi bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari tempat yang terjauh.
Inilah salah satu sebab rumus rasional hanya dapat digunakan untuk daerah-
daerah aliran kecil.

0,77
 L 
t c  0,0195   menit
 s

dimana :

L = panjang pengaliran (m).


S = kemiringan pengaliran.

3.10. KOEFISIEN PENGALIRAN

Koefisien ini mencerminkan keadaan permukaan daerah aliran. Koefisien pengaliran


C merupakan perbandingan komponen berikut ini :

Volume air yang berhasil mencapai muara DAS


C
Volume air hujan yang jatuh diatas DAS

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 7 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Berkurangnya volume air yang berhasil melewati muara daerah aliran disebabkan
oleh :

 Aliran tertahan oleh akar dan daun dari tanaman, dan tertahan diantara
rerumputan atau semak belukar yang lebat.
 Air meresap kedalam lapisan tanah.
 Tertahan dalam bentuk genangan air, bilamana permukaan daerah aliran tidak
rata / banyak cekungan.

Dalam prakteknya terdapat berbagai tipe tata guna lahan bercampur baur dalam
sebuah daerah aliran. Oleh karena itu, untuk mendapatkan Koefisien pengaliran
gabungan Cw dapat mempergunakan rumus komposit berikut :

A 1 .C 1  A 2 .C 2  A n .C n
Cw 
A1  A 2  A n

dimana :

Cw = Koefisien pengaliran gabungan.


A1, A2, An = Bagian luasan daerah aliran sebanyak n buah, dengan tata guna
lahan yang berbeda.
C1, C2, Cn = Koefisien pengaliran daerah aliran sebanyak n buah, dengan tata
guna lahan yang berbeda.

Sebagai acuan, koefisien pengaliran dapat diambil dari sumber referensi sebagai
berikut :

 BINKOT, Bina Marga : Tabel 10.1.


 Drainase perkotaan, Ir. S. Hindarko : Tabel 10.2.
 Hidrologi, Imam Subarkah : Tabel 10.3.

Tabel 10.1. : Koefisien pengaliran C

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 8 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

No. Kondisi permukaan tanah Koefisien pengaliran (C)

1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95


2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu jalan :
- Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20
- Batuan masif keras 0,70 – 0,85
- Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70
6. Daerah industri 0,60 – 0,90
7. Permukiman padat 0,60 – 0,80
8. Permukiman tidak padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90

Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.

Tabel 10.2. : Koefisien pengaliran C.

Kawasan Tata guna lahan C

Perkotaan Kawasan pemukiman :


- Kepadatan rendah 0,25 – 0,40
- Kepadatan sedang 0,40 – 0,70
- Kepadatan tinggi 0,70 – 0,80
- Dengan sumur peresapan 0,20 – 0,30
Kawasan perdagangan 0,90 – 0,95
Kawasan industri 0,80 – 0,90
Taman, jalur hijau, kebun, dll 0,20 – 0,30
Pedesaan Perbukitan, kemiringan < 20 % 0,40 – 0,60
Kawasan jurang, kemiringan > 20 % 0,50 – 0,60
Lahan dengan terasering 0,25 – 0,35
Persawahan 0,45 – 0,55

Sumber : Drainase perkotaan, Ir. S. Hindarko.

Tabel 10.3. : Koefisien pengaliran C

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 9 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Type daerah aliran C

Perumputan Tanah pasir, datar, 2 % 0,05 - 0,10


Tanah pasir, rata-rata 2 - 7 % 0,10 - 0,15
Tanah pasir, curam, 7 % 0,15 - 0,20
Tanah gemuk, datar, 2 % 0,13 - 0,17
Tanah gemuk, rata-rata 2 - 7 % 0,18 - 0,22
Tanah gemuk, curam, 7 % 0,25 - 0,35
Business Daerah kota lama 0,75 - 0,95
Daerah pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan Daerah “single family” 0,30 - 0,50
“Multi units”, terpisah-pisah 0,40 - 0,60
“Multi units”, tertutup 0,60 - 0,75
“Suburban” 0,25 - 0,40
Daerah rumah-rumah apartemen 0,50 - 0,70
Petamanan, kuburan 0,10 - 0,25
Tempat bermain 0,20 - 0,35
Halaman kereta api 0,20 - 0,40
Daerah yang tidak dikerjakan 0,10 - 0,30
Jalan Beraspal 0,70 - 0,95
Beton 0,80 - 0,95
Batu 0,70 - 0,85

Sumber : Hidrologi, Imam Subarkah.

3.11. KOEFISIEN FREKUENSI

Koefisien frekuensi (Cf) bernilai 1 untuk periode ulang Tr = 2 – 10 tahun, sedangkan


untuk Tr > 10 tahun diberikan seperti pada Tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11. : Koefisien frekuensi.

Tr (tahun) Cf

2 – 10 1,00
25 1,10
50 1,20
100 1,25

3.12. ANALISIS HIDROLIKA

Analisa hidrolika dilakukan untuk menganalisa type, dimensi dan posisi saluran
sehubungan dengan pengaliran sejumlah volume air tertentu dalam waktu tertentu.

3.12.1. Bentuk penampang

Penampang yang akan digunakan bentuk :

 Trapesium
 Segi empat

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 10 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Untuk perencanaan saluran bentuk segi-empat dianjurkan perbandingan antara lebar


dasar saluran b dan tinggi air h sebagai berikut (Tabel 12.1.).

Tabel 12.1. : Pendekatan perbandingan dasar dan tinggi saluran.

Q dalam m3/det b:h

0 - 0,5 1,0
0,5 - 1,0 1,5
1,0 - 1,5 2,0
1,5 - 3,0 2,5
3,0 - 4,5 3,0
4,5 - 6,0 3,5
6,0 - 7,5 4,0
7,5 - 9,0 4,5
9,0 - 11 5,0

Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.

3.12.2. Radius hidrolik (R)

F
R meter
O

dimana :

F = Luas penampang basah (m2).


O = Keliling penampang basah (m).

3.12.4. Koefisien kekasaran Manning

Nilai-nilai koefisien kekasaran Manning (n) disajikan pada Tabel 12.4.1, 12.4.2,
12.4.3. dan 12.4.4.

Tabel 12.4.1. : Koefisien kekasaran Manning saluran bertepi kukuh.

No. Permukaan Harga n yang disarankan

1. Plester semen 0,011


2. Beton 0,012 – 0,017
3. Batu bata 0,014
4. Pasangan batu 0,017 – 0,025
5. Batu pecah 0,035 – 0,040

Sumber : Aliran melalui Ssluran terbuka, KG. Ranga Raju, 1986.

Tabel 12.4.2. : Koefisien kekasaran Manning (n) sesuai bahan saluran.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 11 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Dinding saluran Kondisi N

Metal Halus 0,010


Dikeling 0,015
Sedikit kurang rata 0,020

Pasangan batu Plesteran semen halus 0,010


Plesteran semen dan pasir 0,012
Beton dilapis baja 0,012
Batu bata kosongan yang baik, kasar 0,015
Pasangan batu, keadaan jelek 0,020

Batu kosongan Halus, dipasang rata 0,013


Batu pecah, batu belah, dipasang dlm semen 0,017
Kerikil halus, padat 0,020

Sumber : Hidrologi, Imam Subarkah.

Tabel 12.4.3. : Koefisien kekasaran Manning (n).

Dasar dan dinding saluran n

A. Pipa tertutup
1. Berdinding baja 0,013 – 0,017
2. Berdinding baja galvanis bergelombang 0,021 – 0,030
3. Beton pracetak 0,011 – 0,013
4. Berdinding tanah liat masak dibakar 0,011 – 0,013
B. Saluran terbuka
1. Dasar dan dinding diplester semen 0,011 – 0,015
2. Dasar dan dinding beton 0,014 – 0,019
3. Dasar dan dinding pasangan bata 0,012 – 0,018
4. Dasar dan dinding pasangan batu kali 0,017 – 0,030
5. Dasar dan dinding tanah asli bersih 0,016 – 0,020
6. Dasar dan dinding tanah rumput 0,025 – 0,033
7. Dasar dan dinding batu padas 0,025 – 0,040
8. Dasar dan dinding tanah tak dirawat 0,050 – 0,140
9. Saluran alam 0,075 – 0,150

Sumber : Drainase Perkotaan, Ir. S. Hindarko, 2000.

Tabel 12.4.4. : Koefisien kekasaran Manning (n) sesuai kondisi saluran.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 12 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

No. Type Baik Baik Sedang Jelek


Saluran sekali

I. SALURAN BUATAN :
1. Saluran tanah, lurus teratur 0,017 0,020 0,023 0,025
2. Saluran tanah, yang dibuat dengan excavator 0,023 0,028 0,030 0,040
3. Saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0,023 0,030 0,033 0,035
4. Saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak teratur 0,035 0,040 0,045 0,045
5. Saluran batuan yg diledakkan, ada tumbuh-tumbuhan 0,025 0,030 0,035 0,040
6. Dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0,028 0,030 0,033 0,035
7. Saluran lengkung, dengan kecepatan aliran rendah 0,020 0,025 0,028 0,030
II. SALURAN ALAM :
8. Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0,025 0,028 0,030 0,033
9. Seperti No. 8, tapi ada tumbuhan, atau kerikil 0,030 0,033 0,035 0,040
10. Melengkung, bersih, berlubang dan berdinding, pasir 0,033 0,035 0,040 0,045
11. Seperti No. 10, dangkal, tidak teratur 0,040 0,045 0,050 0,055
12. Seperti No. 10, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan 0,035 0,040 0,045 0,050
13. Seperti No. 11, sebagian berbatu 0,045 0,050 0,055 0,060
14. Aliran pelan, banyak tumbuhan dan berlubang 0,050 0,060 0,070 0,080
15. Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0,125 0,150
III. SALURAN BUATAN, BETON ATAU BATU KALI :
16. Saluran pasangan batu, tanpa finishing 0,025 0,030 0,033 0,035
17. Seperti No. 16 tapi dengan finishing 0,017 0,020 0,025 0,030
18. Saluran beton 0,014 0,016 0,019 0,021
19. Saluran beton halus dan rata 0,010 0,011 0,012 0,013
20. Saluran beton pracetak dengan acuan baja 0,013 0,014 0,014 0,015
21. Saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0,015 0,016 0,016 0,018

Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.

Koefisien Manning komposit

Besaran koefisien Manning pada tabel diatas berlaku untuk saluran dengan dasar
dan dinding yang terbuat dari bahan yang sama. Dalam praktek, banyak saluran
yang memiliki dasar dan dinding yang terbuat dari bahan yang berbeda. Oleh karena
itu diperlukan Koefisien Manning Komposit dengan rumus :
2
N
 1,5 
 PN .nN   3

P .n1,5
 P2 .n 2 1,5  PN .nN1,5  2
3
 
1 1 1
nKomposit 2
 2
P 3 P 3

nKomposit = Koef. kekasaran Manning untuk sal. dengan jenis bahan dinding dan
dasar berbeda.
PN = Keliling basah bagian saluran dengan jenis bahan 1 sampai N.
nN = Koefisien kekasaran Manning untuk bagian saluran dengan jenis
bahan 1 sampai N.
P = Keliling basah total tampang saluran.

3.12.5. Kecepatan aliran air yang diijinkan

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 13 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Pemilihan jenis material untuk saluran umumnya ditentukan oleh besarnya


kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan. Jenis material dan
kecepatan aliran air yang diijinkan dapat dilihat pada Tabel 12.5.1. dan 12.5.2.

Tabel 12.5.1. : Kecepatan aliran air ijin berdasarkan jenis material.

No. Jenis bahan Kecepatan aliran air yang diijinkan (m/det)

1. Pasir halus 0,45


2. Lempung kepasiran 0,50
3. Lanau aluvial 0,60
4. Kerikil halus 0,75
5. Lempung kokoh 0,75
6. Lempung padat 1,10
7. Kerikil kasar 1,20
8. Batu-batu besar 1,50
9. Pasangan batu 1,50
10. Beton 1,50
11. Beton bertulang 1,50

Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.

Tabel 12.5.2. : Kecepatan maksimum yang diijinkan dalam saluran.

No. Bahan saluran Kecepatan maksimum yang diijinkan ( m/det )


Air jernih Air dengan sedimen abrasif

1. Pasir halus 0,45 0,45


2. Lempung lanau 0,60 0,60
3. Kerikil halus 0,75 1,00
4. Lempung padat 1,20 0,90
5. Kerikil kasar 1,20 1,80
6. Beton 12,00 3,60

Sumber : Teknik Sumber Daya Air, Ray K Linsley, Joseph B Franzini, Djoko Sasongko, 1991.

Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya
adalah kemiringan saluran. Pada Tabel 12.5.3. dapat dilihat hubungan antara
kemiringan selokan samping dan tipe material.

Tabel 12.5.3. : Hubungan kemiringan selokan samping dan jenis material.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 14 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

No. Jenis material Kemiringan selokan samping ( i % )

1. Tanah asli 0 - 5
2. Pasir halus 0 - 5
3. Napal kepasiran 0 - 5
4. Lanau aluvial 0 - 5
5. Kerikil halus 0 - 5
6. Lempung padat/kokoh 5 - 10
7. Kerikil kasar 5 - 10
8. Batu-batu besar 5 - 10
9. Pasangan batu 10
10. Beton 10
11. Beton bertulang 10

Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.

3.12.6. Debit kapasitas saluran (Qc)

Qc = V.F m3/det.

Kapasitas saluran ini harus lebih besar dari pada debit rencana :

Qc = V.F  Q = 0,00278.C.C f.I.A


3.13. DESAIN GRILL DAN TALI AIR

3.13.1. Analisis hidrologi

a. Koefisien pengaliran

Koefisien pengaliran (C) untuk desain grill dan tali air = 0,90

b. Koefisien frekuensi

Koefisien frekuensi bernilai 1 untuk periode ulang Tr = 2 – 10 tahun.

c. Kemiringan dasar pengaliran

Kemiringan rata-rata daerah pengaliran (s), diambil sama dengan crossfall jalan
yang ditinjau.

d. Waktu konsentrasi

Untuk desain grill dan tali air, yang digunakan hanya waktu limpas permukaan
to. Diambil dari kurva 2.6. Drainase Perkotaan, Ir. S. Hindarko, 2000 (Gambar
13.1.).

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 15 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Gambar 13.1. : Kurva untuk memperkirakan waktu limpas permukaan.

e. Intensitas curah hujan

Digunakan kurva intensitas hujan dari hasil kajian.

f. Luas daerah aliran

Luas daerah aliran (A) dilakukan dengan pendekatan sebagai luas suatu
permukaan jalan yang dibatasi oleh antar grill (tali air) dimana air yang jatuh
padanya diperkirakan akan menuju ke lubang grill (tali air).

g. Rumus debit rencana Methoda Rasional

Qr = 0,00278 C.Cf.I.A

3.13.2. Enersi spesifik

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 16 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Enersi spesifik adalah ketinggian garis tinggi tekan diukur dari dasar saluran, sebagai
berikut :

V2 Q2
Ey y
2g 2 g A2

V 2 gE

Qi
Lg 
e.c.b 2 gE

atau :

Qi  e c b L g 2 gE

dimana :

E = Energi spesifik (m).


y = Kedalaman aliran diukur dari dasar saluran (m).
v2/2g = Tinggi kecepatan aliran (m).
V = Kecepatan air rata-rata (m/detik).
g = Gravitasi = 9,80 m/det 2.
Qi = Debit melalui tempat pemasukan (m3/detik).
e = Rasio luas bukaan terhadap luas total permukaan lubang.
c = Koefisien debit yang melalui bukaan (Tabel 13.2.1.), koefisien kontraksi
(Tabel 13.2.2.).
b = Lebar lubang pemasukan (m).
Lg = Panjang lubang pemasukan (m).

Kehilangan energi dapat diabaikan, sehingga tinggi tekan efektif sama dengan
energi spesifik E.

Tabel 13.2.1. : Koefisien debit ( c ).

No. Bentuk c

1. Kisi-kisi berupa batang sejajar :


Untuk kemiringan 1 : 5 0,435
Untuk mendatar 0,497
2. Kisi-kisi berupa saringan berlubang-lubang :
Untuk kemiringan 1 : 5 0,750
Untuk mendatar 0,800

Sumber : Hidrolika saluran terbuka, Ven Te Chow, Ph D, University of Illinois, 1992.

Tabel 13.2.2. : Koefisien kontraksi ( c ).

Uraian c

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 17 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Koefisien kontraksi 0,60

Sumber : Drainase perkotaan, Ir. S. Hindarko, 2000.

3.13.3. Kapasitas grill dan tali air

Kapasitas grill (tali air) ini harus lebih besar dari pada debit rencana / max :

Qi  Qr

Bagan alir tahapan desain grill dan tali air diberikan seperti pada Gambar 13.3.

3.14. CROWN DITCH

Apabila jalan terletak diatas timbunan, aliran air dapat berlangsung menerus keluar
dari bahu jalan menuruni lereng samping sampai ke permukaan tanah alam luar
badan jalan.

Erosi kecil dapat terjadi bila air mengalir memotong jalan dan menuruni lereng. Bila
lereng tidak terlindung, air dapat merusak bila ketidak-teraturan bentuk lapis
perkerasan atau bahu jalan memusatkan air sebagai sungai kecil.

Tempat-tempat yang mengalami konsentrasi air ini adalah titik-titik rendah di


lengkung vertikal cekung. Teknik guna mencegah pengikisan lereng samping adalah
menghambat air pada tepi luar bahu jalan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
14.1.

Apabila jalan terletak pada galian, air yang berasal dari lintasan jalan dan kaki lereng
dikumpulkan didalam saluran tepi jalan.

Gambar 14.2. memperlihatkan bahwa saluran yang memotong, biasanya disebut


“parit puncak” (crown ditch), dapat dibuat di bagian puncak lereng galian. Parit
puncak ini mencegah erosi lereng galian akibat limpasan permukaan dari sisi bukit di
atasnya.

15. ASUMSI DAN PENDEKATAN PARAMETER HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

Asumsi-asumsi dan pendekatan untuk penentuan parameter desain dibawah ini


diperuntukkan dalam desain saluran samping jalan.

a. Koefisien pengaliran

Kondisi permukaan tanah Koefisien pengaliran (C)

Pemukiman tidak padat 0,40

b. Kemiringan dasar pengaliran

Kemiringan rata-rata daerah pengaliran (s), diambil 0,0100 dan 0,0500.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 18 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

c. Intensitas curah hujan

Distribusi hujan menggunakan Log-Pearson Tipe III.

Intensitas curah hujan (I) menggunakan Rumus Mononobe :


2
R 24  24  3
I  
24  t 

d. Luas daerah aliran

Luas daerah aliran (A) dilakukan dengan pendekatan sebagai luas suatu Ellips
dengan sumbu panjang sepanjang daerah pengaliran dan sumbu pendek
sebesar sumbu panjang dibagi dengan suatu faktor sebesar 1,5.

1 L2
A 4

1,5

A dalam (m2).
L dalam (m).

e. Bentuk penampang basah

Dalam paper ini, disajikan bentuk penampang basah :

 Trapesium dengan kemiringan talud H : V = 1 : 1


 Segi empat

Tinggi basah masih ditambah dengan freeboard, yang berfungsi antara lain
sebagai tempat penutup saluran bila diperlukan dan juga sebagai keamanan
muka air tertinggi yang sebaiknya berada  30 cm dibawah permukaan jalan,
untuk kondisi khusus, free board dapat ditetapkan berdasar kajian khusus.

f. Type dinding saluran

Dinding saluran diambil type tanah tanpa pasangan dan type dinding saluran
dengan pasangan batu, beton bertulang (untuk gorong-gorong), sehingga
kecepatan aliran air yang diijinkan dan koefisien kekasaran Manning (n)
menjadi sebagai berikut :

Type dinding saluran V (m/det) n

Tanpa pasangan 1,10 0,030


Pasangan batu 1,50 0,025
Beton bertulang 3,60 0,014

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 19 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

g. Pengkondisian

Pendekatan desain saluran samping jalan dilakukan kedalam 2 kondisi untuk


penentuan parameter desain drainase. Kondisi dan parameter tersebut seperti
pada Tabel 15.

Guna memperjelas prosedur pendekatan tersebut diatas, disajikan pada diagram


Gambar 15.

3.16. PERENCANAAN STRUKTUR DINDING SALURAN PASANGAN BATU

Prinsip-prinsip dan formula dibawah ini digunakan untuk perencanaan dinding


pasangan batu.

Bagan alir perencanaan dinding pasangan batu disajikan pada Gambar 16.

3.16.1. Beban rencana

 Berat sendiri tembok penahan.


 Tekanan tanah.
 Beban lain yang perlu diperhitungkan, antara lain beban dibelakang dinding
untuk jalan dianggap sebesar 1 ton/m 2 sebagai pembebanan kendaraan.

3.16.2. Kemantapan / stabilitas

 Kontrol stabilitas guling.


 Kontrol stabilitas geser.
 Kontrol eksentrisitas.
 Kontrol terhadap daya dukung tanah pondasi.

3.16.3. Data dan ketentuan untuk perencanaan

a. Tinggi : h
b. Tanah timbunan dibelakang dinding penahan tanah :
 Sudut geser dalam tanah : a
 Berat satuan : a
 Kohesi : ca
c. Tanah dasar dibawah telapak :
 Sudut geser dalam tanah : b
 Berat satuan : b
 Kohesi : cb
d. Koefisien gesekan antara telapak dan tanah dasar : 
e. Berat satuan pasangan batu :  = 2,20 t/m3
f. Sudut kemiringan talud : 
g. Sudut kemiringan dinding sebelah dalam : 

3.16.4. Pendekatan dimensi dan asumsi

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 20 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

H–D = h
D = 1/6 H
B = 0,5 H
d = 0,5 D

3.16.5. Koefisien tekanan tanah aktif dan pasif

Koefisien tekanan tanah aktif :

 2 
3
cos 2 (  )
Ka  2
2  sin(  ). sin(  ) 
cos . cos(  ).1  
 cos(  ). cos(  ) 

Koefisien tekanan tanah pasif :

cos 2 (   )
Kp  2
2  sin(  ). sin(   ) 
cos . cos(  ).1  
 cos(  ). cos(   ) 

3.16.6. Gaya-gaya dinding lateral

q  0,6  a
Pa1  q H K a
PA 2  1
2
 a H2 K a  2 c H K a
Pa 2  PA 2 cos(  )
Pv  PA 2 sin(   )
2c
Zo 
a Ka
Pp1  1
2
 a D2 K p
Pp 2  2 c D Kp

3.16.7. Kontrol stabilitas guling

MV
Fguling   1,5
MH

3.16.8. Kontrol stabilitas geser

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 21 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

V  Pp
Fgeser   1,5
Pa

Nilai koefisien gesekan :

Kondisi 

Permukaan kasar 0,60


Tanah berbutir kasar (tanpa lumpur) 0,55
Tanah berbutir kasar (dengan lumpur) 0,45
Lumpur 0,35

3.16.9. Kontrol eksentrisitas

e = 0,5 B – x  1/6 B

M V  MH
x
V

3.16.10. Kontrol kapasitas daya dukung telapak

V 6Ve
q max  
B L B2 L
V 6Ve
q min  
B L B2 L

ae
 0,75  2  tan 
a2
Nq 

2 cos 2 45   2 

N c  N q  1 cot  

N   2 N q  1 tan  
q ult  cN c  DN q  0,5 BN 
q ult
q max 
2

3.17. PERENCANAAN STRUKTUR BOX CULVERT

Bagan alir perencanaan struktur box culvert disajikan pada Gambar 17.1.

3.17.1. Dasar dan data perencanaan

 Berat satuan bahan : Asphalt, Batu pecah, Beton bertulang, Tanah.


 Mutu beton bertulang

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 22 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

 Bila tinggi timbunan melampaui panjang bentang, beban hidup diabaikan.


 Kurangi beban vertikal sampai 70 % bila timbunan lebih dari 3 m.
L
 Taksiran tebal minimum plat : h =
13
 Perhitungan Mekanika Teknik dengan cara Cross.
 Perhitungan beton bertulang dengan cara Kekuatan Batas (Ultimate).

3.17.2. Pembebanan

a. Tekanan tanah top ceiling

Pv =  v D

Pv = Tekanan tanah vertikal top ceiling (t/m2)


v = Berat satuan bahan diatas culvert (t/m3)
D = Tebal lapisan diatas culvert (m)

b. Beban mati ceiling

Wd =  c Ti

Wd = Berat ceiling (t/m2)


c = Berat satuan beton bertulang = 2,5 t/m3
Ti = Tebal ceiling (m)

c. Tekanan tanah bottom slab

2.T2 .H. c
QD = Pv + Wd +
B  2.T2

QD = Tekanan bottom slab (t/m2)


T2 = Tebal side wall (m)
H = Tinggi sebelah dalam culvert (m)
B = Lebar sebelah dalam culvert (m)

d. Tekanan tanah side wall

E1 = Ka.  .Z

E1 = Tekanan horizontal side wall (t/m2)


Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
 = Berat satuan tanah (t/m3)
Z = Kedalaman dari permukaan (m)
2  0 
Ka = tg  45  
 2
 = Sudut geser dalam tanah ( o )

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 23 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

e. Beban hidup top ceiling

Lihat Gambar 17.2.

Front wheels :

2T
P=
2,75

Rear wheels :

2T
P=
2,75

Distribusi beban :

P
PL = 2D  0,3

PL = Live load top ceiling (t/m2)

f. Beban hidup bottom slab

2,75
QL = PL  3,5 = PL  0,8
B  2.T2
B  2.T2

QL = Live load bottom slab (t/m2)

g. Beban hidup side wall

Ekivalen dengan tekanan tanah setinggi 0,6 m.

Ee = Ka.q = Ka.0,6. 

Ee = Live load side wall (t/m2)

h. Beban rencana

A. Top ceiling : B. Top ceiling :

Qt = Pv + Wd + PL Qt = Pv + Wd + PL

Bottom slab : Bottom slab :

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 24 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

2.T2 .H. c 2.T2 .H. c


QD = Pv + Wd + QD = Pv + Wd +
B  2.T2 B  2.T2
QL QL
Qb = QD + QL Qb = QD+ QL

Side wall : Side wall :

Q1 = E1 Q1 = E1
Q2 = Ee Q2 = E2 + Ee

3.17.3. Check floating

Tekanan air bottom slab :

Wf = Hw (m) x 1 (t/m3) = Hw

Wf = Buoyancy (t/m2)
Hw = Tinggi original water level (m)

QD > W f (OK)

3.17.4. Mekanika teknik

a. Ditinjau setengah konstruksi


4EI
b. Faktor Kekakuan : K =
L
c. Carry Over Factor = 0,5
K
d. Faktor Distribusi : F =
K
e. Fixed End Moment Top ceiling :
1 a.b 2
FEM = Q t .L2  P
12 L2

f. Fixed End Moment Bottom slab :


1
FEM = Q b .L2
12

g. Fixed End Moment Side wall :


1 1
 Ujung atas : FEM = Q1L2  Q 2L2
30 12
1 2 1
 Ujung bawah : FEM = Q 1L  Q 2L2
20 12

h. Perhitungan momen ujung.


i. Perhitungan momen lapangan :

 Top ceiling :

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 25 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

R AB  21 .Q t .L  21 P
Mt  1 .R
2 AB .L  M AB  81 .Q t .L2

 Bottom slab :
R DC  21 .Q b .L
Mb  1 .R
2 DC .L  M DC  81 .Q b .L2

 Side wall :
R DA  31 .Q 1 .L  21 .Q 2 .L
x3
M x  R DA .x  21 .Q 1 .x 2  21 .Q 2 .x 2  61 .Q 2 .
L
dMx
Mmax : 0
dx

3.17.5. Analisis beton bertulang

a. Slab satu arah, tulangan rangkap.


b. Momen rencana : Mu
c. Anggapan tinggi efektif : d = h - 5 cm
d. Angka penulangan :

Angka penulangan pada keadaan balanced :

0,85 f c' 87000 0,85 f c' 87000


 b = 1 = 0,85
fy 87000  f y fy 87000  f y
max  0,75 b
200
 min 
fy

200
min fy
=
b 0,85 f c' 87000
0,85
fy 87000  f y

200
fy
min = b
0,85 f c' 87000
0,85
fy 87000  f y

Angka penulangan pada keadaan leleh :

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 26 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

0,85.f c' .d' 87000 0,85.f c' .d' 87000


 l = 1 = 0,85
f y .d 87000  f y f y .d 87000  f y

e. Anggapan angka penulangan  :  min     max


f. Asumsi lengan momen : d  a2  = 0,9 d
g. Luas tulangan tarik : As1 = As - A’s =  .b.d
h. Momen tahanan penampang bertulangan tunggal :

Mn1 = As1.fy. d   a
2

A s1 .f y
a=
0,85.f c' .b

i. Momen yang harus dipikul oleh tulangan rangkap :


Mu
Mn2 =  - Mn1

j. Luas tulangan A’s :

Mn2 = A’s.fy.(d-d’)
M n2
A’s = f .( d  d' )
y

k. Luas tulangan As :

As = As1 + A’s
l. Kontrol angka penulangan :

As

b.d
A'
'  s
b.d
  '  max
  '  min
  '   l

m. Tulangan pembagi : A = 0,0018 b.h

n. Kontrol plat terhadap geser :

vc  1
6
f c'

Faktor reduksi kekuatan untuk geser dan torsi : 

Vu = R

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 27 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Vu
vu 
b.Ti

W = lebar plat yang ditinjau = 1 m


Ti = tebal plat (mm)

v u  .v c

3.18. HASIL PENDEKATAN DESAIN (HIDROLIKA)

Dari hasil analisis secara computerized program dan untuk penyederhanaan desain,
maka dibuatkan tipikal drainase sebagai berikut :

1. Tipikal ST-1

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran tanah
 Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah dataran / flat
 Panjang saluran s/d 250 m
Ba

Bb

Kode saluran Panjang saluran (m) Bb (m) Ba (m) H (m)

ST-1 s/d 250 0,50 1,70 0,80

2. Tipikal ST-2

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran tanah
 Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah dataran / flat
 Panjang saluran 250 – 500 m

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 28 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Ba

Bb

Kode saluran Panjang saluran (m) Bb (m) Ba (m) H (m)

ST-2 250 – 500 0,70 2,90 1,10

3. Tipikal ST-3

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran tanah
 Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah dataran / flat
 Panjang saluran 500 – 750 m

Ba

Bb

Kode saluran Panjang saluran (m) Bb (m) Ba (m) H (m)

ST-3 500 – 750 0,90 3,70 1,40

4. Tipikal ST-4

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran tanah
 Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah dataran / flat
 Panjang saluran 750 – 1.000 m

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 29 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Ba

Bb

Kode saluran Panjang saluran (m) Bb (m) Ba (m) H (m)

ST-4 750 – 1.000 1,10 4,50 1,70

5. Tipikal SP-1

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran pasangan batu


 Penampang segi-empat
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah berbukit / tanjakan / turunan  5 %
 Panjang saluran s/d 250 m

Kode saluran Panjang saluran (m) B (m) H (m)

SP-1 s/d 250 0,60 0,60

6. Tipikal SP-2

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran pasangan batu


 Penampang segi-empat
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah berbukit / tanjakan / turunan  5 %
 Panjang saluran 250 – 500 m

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 30 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Kode saluran Panjang saluran (m) B (m) H (m)

SP-2 250 – 500 1,20 1,10

7. Tipikal SP-3

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran pasangan batu


 Penampang segi-empat
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah berbukit / tanjakan / turunan  5 %
 Panjang saluran 500 – 750 m

Kode saluran Panjang saluran (m) B (m) H (m)

SP-3 500 – 750 1,60 1,50

8. Tipikal SP-4

Untuk kondisi / ketentuan / pendekatan sebagai berikut :

 Saluran pasangan batu


 Penampang segi-empat
 Pada daerah pemukiman tidak padat
 Pada daerah berbukit / tanjakan / turunan  5 %
 Panjang saluran 750 – 1.000 m

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 31 -


MODUL PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH DAN DRAINASE BAB III : DESAIN DRAINASE

Kode saluran Panjang saluran (m) B (m) H (m)

SP-4 750 – 1.000 2,10 1,70

9. Tipikal box culvert

Kode box culvert Catchment area (ha) B (m) H (m)

BC-1 10 1,00 1,00


BC-2 20 1,20 1,20
BC-3 30 1,40 1,40
BC-4 40 1,50 1,50
BC-5 50 1,70 1,70

3.19. HASIL DESAIN STRUKTUR DINDING SALURAN PASANGAN BATU

Pendekatan perhitungan struktur dinding saluran pasangan batu diberikan pada


Lampiran dan hasilnya disajikan seperti pada Gambar 19.

3.20. HASIL PENDEKATAN DESAIN STRUKTUR BOX CULVERT

Pendekatan perhitungan struktur box culvert diberikan pada Lampiran.

Pembekalan dan Pengujian Ahli Pengawas-HPJI III- 32 -

Anda mungkin juga menyukai