BAB III
DESAIN DRAINASE JALAN
3.1. PENDAHULUAN
Sistem drainase permukaan pada konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi
sebagai berikut :
Mengalirkan air hujan (air) secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuang akhir.
Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke
daerah perkerasan jalan.
Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air.
Desain di atas mencakup analisis hidrologi dan hidrolika, serta analisis struktur untuk
pekerjaan utama.
Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya ditentukan oleh besarnya
kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan.
Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya
adalah kemiringan saluran.
1 2 3 12
V R S
n
dimana :
1 2 1
Q A R 3S 2
n
dimana :
Q = debit.
A = luas penampang melintang.
Cara mendisain yang dibahas memberikan kedalaman air, sehingga muka air debit
maksimum dari saluran diketahui. Puncak dari tanggul saluran harus dijaga lebih
tinggi dari pada ketinggian ini untuk memperhitungkan gelombang dan kemungkinan
naik turunnya pemberian air. Jarak vertikal antara puncak tanggul saluran dan tinggi
muka air debit maksimum dari saluran dikenal sebagai jagaan (freeboard). Pada
umumnya semakin besar debit yang diangkut, semakin besar jagaan yang harus
disediakan. Jagaan yang disarankan untuk diambil di India dinyatakan dalam Tabel
5.
h
f
2
dimana :
Dapat juga penentuan tinggi jagaan berdasarkan analisis / justifikasi teknis secara
khusus.
Untuk membentuk kurva intensitas hujan, diperlukan data dari penakar hujan
otomatis paling sedikit harus tersedia data untuk 10 tahun. Semakin panjang data
yang diperoleh, semakin akurat kurva yang terbentuk.
Langkah analisis praktis yang perlu dilakukan dalam mengolah data agar menjadi
kurva intensitas hujan yang menggambarkan hubungan antara durasi (lamanya
hujan) yang dinyatakan dalam menit dengan intensitas hujan yang dinyatakan dalam
mm/jam, adalah :
n1
Tr
m
dimana :
1
P
Tr
Distribusi Log-Pearson Tipe III adalah salah satu dari kumpulan distribusi yang
diusulkan oleh Pearson. Tidak ada alasan-alasan teoritis mengenai pemakaian
distribusi ini pada data hidrologi (sumber Hidrologi, Ray K Linsley JR, Max A
Kohler, Joseph LH Paulhus).
Distribusi skew meloncat pada bagian kiri, yang kemudian menjadi bentuk
umum dari hampir semua bentuk distribusi hidrologi.
Jika koefisien skew = 0, distribusi Pearson Tipe III identik dengan distribusi
Log-Normal yang pernah dipakai secara luas dalam hidrologi.
Nilai rata-rata :
log X
log X
n
Deviasi standar :
log X
log X log X 2
n 1
Koefisien skew :
log X log X
3
n
G
n 1 n 2 log X 3
G Persen peluang
99 80 50 20 10 4 2 1
2. Kurva hyperbolik
Semakin lama durasi hujan maka akan semakin kecil intensitas hujan, semakin
singkat durasi semakin besar intensitas. Oleh karena itu, kurva intensitas hujan
mendekati bentuk hyperbolik.
2
R 24 24 3
I
24 t
dimana :
3.7. TOPOGRAPHI
Peta topographi akan digunakan dalam penentuan beda tinggi, karakteristik dan
panjang pengaliran pada suatu daerah pengaliran, pendekatan untuk penentuan
luas daerah aliran yang akan digunakan untuk analisa selanjutnya, serta untuk
analisis pola aliran sistem drainase.
Q = 0,00278 C.Cf.I.A
dimana :
Q = Debit banjir puncak pada perioda ulang T tahun, yang terjadi pada muara
DAS (m3/detik).
I = Intensitas hujan untuk durasi yang sama dengan waktu konsentrasi tc dan
perioda ulang T tahun. Pakailah kurva Intensitas Hujan untuk mendapatkan
intensitas ini (mm/jam).
A = Luas daerah aliran (ha).
C = Koefisien pengaliran.
Cf = Koefisien frekwensi.
Air hujan yang jatuh pada suatu daerah aliran, pada saat menyentuh permukaan
daerah aliran (DAS) yang paling jauh lokasinya dari muara, maka waktu konsentrasi
mulai dihitung. Air hujan akan mengalir menuju saluran yang terdekat, waktu ini
disebut to yaitu waktu limpas permukaan. Dari sini air mengalir menuju muara DAS,
dan waktu yang diperlukan untuk mengalir didalam saluran drainase sampai muara
daerah aliran disebut waktu limpas saluran atau td. Penjumlahan waktu tersebut
merupakan waktu konsentrasi atau tc.
tc = to + td
Setelah melimpas pada permukaan daerah aliran, maka aliran air masuk
kedalam saluran drainase dan mengalir menuju muara DAS. Waktu limpas
saluran ini tergantung pada : ukuran, jenis, bentuk, kemiringan dasar dan
bahan saluran.
c. Waktu konsentrasi tc
Untuk daerah aliran kecil dengan pola drainase sederhana, lama waktu
konsentrasi bisa sama dengan lama waktu pengaliran dari tempat yang terjauh.
Inilah salah satu sebab rumus rasional hanya dapat digunakan untuk daerah-
daerah aliran kecil.
0,77
L
t c 0,0195 menit
s
dimana :
Berkurangnya volume air yang berhasil melewati muara daerah aliran disebabkan
oleh :
Aliran tertahan oleh akar dan daun dari tanaman, dan tertahan diantara
rerumputan atau semak belukar yang lebat.
Air meresap kedalam lapisan tanah.
Tertahan dalam bentuk genangan air, bilamana permukaan daerah aliran tidak
rata / banyak cekungan.
Dalam prakteknya terdapat berbagai tipe tata guna lahan bercampur baur dalam
sebuah daerah aliran. Oleh karena itu, untuk mendapatkan Koefisien pengaliran
gabungan Cw dapat mempergunakan rumus komposit berikut :
A 1 .C 1 A 2 .C 2 A n .C n
Cw
A1 A 2 A n
dimana :
Sebagai acuan, koefisien pengaliran dapat diambil dari sumber referensi sebagai
berikut :
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Tr (tahun) Cf
2 – 10 1,00
25 1,10
50 1,20
100 1,25
Analisa hidrolika dilakukan untuk menganalisa type, dimensi dan posisi saluran
sehubungan dengan pengaliran sejumlah volume air tertentu dalam waktu tertentu.
Trapesium
Segi empat
0 - 0,5 1,0
0,5 - 1,0 1,5
1,0 - 1,5 2,0
1,5 - 3,0 2,5
3,0 - 4,5 3,0
4,5 - 6,0 3,5
6,0 - 7,5 4,0
7,5 - 9,0 4,5
9,0 - 11 5,0
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
F
R meter
O
dimana :
Nilai-nilai koefisien kekasaran Manning (n) disajikan pada Tabel 12.4.1, 12.4.2,
12.4.3. dan 12.4.4.
A. Pipa tertutup
1. Berdinding baja 0,013 – 0,017
2. Berdinding baja galvanis bergelombang 0,021 – 0,030
3. Beton pracetak 0,011 – 0,013
4. Berdinding tanah liat masak dibakar 0,011 – 0,013
B. Saluran terbuka
1. Dasar dan dinding diplester semen 0,011 – 0,015
2. Dasar dan dinding beton 0,014 – 0,019
3. Dasar dan dinding pasangan bata 0,012 – 0,018
4. Dasar dan dinding pasangan batu kali 0,017 – 0,030
5. Dasar dan dinding tanah asli bersih 0,016 – 0,020
6. Dasar dan dinding tanah rumput 0,025 – 0,033
7. Dasar dan dinding batu padas 0,025 – 0,040
8. Dasar dan dinding tanah tak dirawat 0,050 – 0,140
9. Saluran alam 0,075 – 0,150
I. SALURAN BUATAN :
1. Saluran tanah, lurus teratur 0,017 0,020 0,023 0,025
2. Saluran tanah, yang dibuat dengan excavator 0,023 0,028 0,030 0,040
3. Saluran pada dinding batuan, lurus, teratur 0,023 0,030 0,033 0,035
4. Saluran pada dinding batuan, tidak lurus, tidak teratur 0,035 0,040 0,045 0,045
5. Saluran batuan yg diledakkan, ada tumbuh-tumbuhan 0,025 0,030 0,035 0,040
6. Dasar saluran dari tanah, sisi saluran berbatu 0,028 0,030 0,033 0,035
7. Saluran lengkung, dengan kecepatan aliran rendah 0,020 0,025 0,028 0,030
II. SALURAN ALAM :
8. Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak berlubang 0,025 0,028 0,030 0,033
9. Seperti No. 8, tapi ada tumbuhan, atau kerikil 0,030 0,033 0,035 0,040
10. Melengkung, bersih, berlubang dan berdinding, pasir 0,033 0,035 0,040 0,045
11. Seperti No. 10, dangkal, tidak teratur 0,040 0,045 0,050 0,055
12. Seperti No. 10, berbatu dan ada tumbuh-tumbuhan 0,035 0,040 0,045 0,050
13. Seperti No. 11, sebagian berbatu 0,045 0,050 0,055 0,060
14. Aliran pelan, banyak tumbuhan dan berlubang 0,050 0,060 0,070 0,080
15. Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0,125 0,150
III. SALURAN BUATAN, BETON ATAU BATU KALI :
16. Saluran pasangan batu, tanpa finishing 0,025 0,030 0,033 0,035
17. Seperti No. 16 tapi dengan finishing 0,017 0,020 0,025 0,030
18. Saluran beton 0,014 0,016 0,019 0,021
19. Saluran beton halus dan rata 0,010 0,011 0,012 0,013
20. Saluran beton pracetak dengan acuan baja 0,013 0,014 0,014 0,015
21. Saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0,015 0,016 0,016 0,018
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Besaran koefisien Manning pada tabel diatas berlaku untuk saluran dengan dasar
dan dinding yang terbuat dari bahan yang sama. Dalam praktek, banyak saluran
yang memiliki dasar dan dinding yang terbuat dari bahan yang berbeda. Oleh karena
itu diperlukan Koefisien Manning Komposit dengan rumus :
2
N
1,5
PN .nN 3
P .n1,5
P2 .n 2 1,5 PN .nN1,5 2
3
1 1 1
nKomposit 2
2
P 3 P 3
nKomposit = Koef. kekasaran Manning untuk sal. dengan jenis bahan dinding dan
dasar berbeda.
PN = Keliling basah bagian saluran dengan jenis bahan 1 sampai N.
nN = Koefisien kekasaran Manning untuk bagian saluran dengan jenis
bahan 1 sampai N.
P = Keliling basah total tampang saluran.
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Sumber : Teknik Sumber Daya Air, Ray K Linsley, Joseph B Franzini, Djoko Sasongko, 1991.
Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah satunya
adalah kemiringan saluran. Pada Tabel 12.5.3. dapat dilihat hubungan antara
kemiringan selokan samping dan tipe material.
1. Tanah asli 0 - 5
2. Pasir halus 0 - 5
3. Napal kepasiran 0 - 5
4. Lanau aluvial 0 - 5
5. Kerikil halus 0 - 5
6. Lempung padat/kokoh 5 - 10
7. Kerikil kasar 5 - 10
8. Batu-batu besar 5 - 10
9. Pasangan batu 10
10. Beton 10
11. Beton bertulang 10
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, Binkot, Bina Marga, Dep. PU, 1990.
Qc = V.F m3/det.
Kapasitas saluran ini harus lebih besar dari pada debit rencana :
a. Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran (C) untuk desain grill dan tali air = 0,90
b. Koefisien frekuensi
Kemiringan rata-rata daerah pengaliran (s), diambil sama dengan crossfall jalan
yang ditinjau.
d. Waktu konsentrasi
Untuk desain grill dan tali air, yang digunakan hanya waktu limpas permukaan
to. Diambil dari kurva 2.6. Drainase Perkotaan, Ir. S. Hindarko, 2000 (Gambar
13.1.).
Luas daerah aliran (A) dilakukan dengan pendekatan sebagai luas suatu
permukaan jalan yang dibatasi oleh antar grill (tali air) dimana air yang jatuh
padanya diperkirakan akan menuju ke lubang grill (tali air).
Qr = 0,00278 C.Cf.I.A
Enersi spesifik adalah ketinggian garis tinggi tekan diukur dari dasar saluran, sebagai
berikut :
V2 Q2
Ey y
2g 2 g A2
V 2 gE
Qi
Lg
e.c.b 2 gE
atau :
Qi e c b L g 2 gE
dimana :
Kehilangan energi dapat diabaikan, sehingga tinggi tekan efektif sama dengan
energi spesifik E.
No. Bentuk c
Uraian c
Kapasitas grill (tali air) ini harus lebih besar dari pada debit rencana / max :
Qi Qr
Bagan alir tahapan desain grill dan tali air diberikan seperti pada Gambar 13.3.
Apabila jalan terletak diatas timbunan, aliran air dapat berlangsung menerus keluar
dari bahu jalan menuruni lereng samping sampai ke permukaan tanah alam luar
badan jalan.
Erosi kecil dapat terjadi bila air mengalir memotong jalan dan menuruni lereng. Bila
lereng tidak terlindung, air dapat merusak bila ketidak-teraturan bentuk lapis
perkerasan atau bahu jalan memusatkan air sebagai sungai kecil.
Apabila jalan terletak pada galian, air yang berasal dari lintasan jalan dan kaki lereng
dikumpulkan didalam saluran tepi jalan.
a. Koefisien pengaliran
Luas daerah aliran (A) dilakukan dengan pendekatan sebagai luas suatu Ellips
dengan sumbu panjang sepanjang daerah pengaliran dan sumbu pendek
sebesar sumbu panjang dibagi dengan suatu faktor sebesar 1,5.
1 L2
A 4
1,5
A dalam (m2).
L dalam (m).
Tinggi basah masih ditambah dengan freeboard, yang berfungsi antara lain
sebagai tempat penutup saluran bila diperlukan dan juga sebagai keamanan
muka air tertinggi yang sebaiknya berada 30 cm dibawah permukaan jalan,
untuk kondisi khusus, free board dapat ditetapkan berdasar kajian khusus.
Dinding saluran diambil type tanah tanpa pasangan dan type dinding saluran
dengan pasangan batu, beton bertulang (untuk gorong-gorong), sehingga
kecepatan aliran air yang diijinkan dan koefisien kekasaran Manning (n)
menjadi sebagai berikut :
g. Pengkondisian
Bagan alir perencanaan dinding pasangan batu disajikan pada Gambar 16.
a. Tinggi : h
b. Tanah timbunan dibelakang dinding penahan tanah :
Sudut geser dalam tanah : a
Berat satuan : a
Kohesi : ca
c. Tanah dasar dibawah telapak :
Sudut geser dalam tanah : b
Berat satuan : b
Kohesi : cb
d. Koefisien gesekan antara telapak dan tanah dasar :
e. Berat satuan pasangan batu : = 2,20 t/m3
f. Sudut kemiringan talud :
g. Sudut kemiringan dinding sebelah dalam :
H–D = h
D = 1/6 H
B = 0,5 H
d = 0,5 D
2
3
cos 2 ( )
Ka 2
2 sin( ). sin( )
cos . cos( ).1
cos( ). cos( )
cos 2 ( )
Kp 2
2 sin( ). sin( )
cos . cos( ).1
cos( ). cos( )
q 0,6 a
Pa1 q H K a
PA 2 1
2
a H2 K a 2 c H K a
Pa 2 PA 2 cos( )
Pv PA 2 sin( )
2c
Zo
a Ka
Pp1 1
2
a D2 K p
Pp 2 2 c D Kp
MV
Fguling 1,5
MH
V Pp
Fgeser 1,5
Pa
Kondisi
e = 0,5 B – x 1/6 B
M V MH
x
V
V 6Ve
q max
B L B2 L
V 6Ve
q min
B L B2 L
ae
0,75 2 tan
a2
Nq
2 cos 2 45 2
N c N q 1 cot
N 2 N q 1 tan
q ult cN c DN q 0,5 BN
q ult
q max
2
Bagan alir perencanaan struktur box culvert disajikan pada Gambar 17.1.
3.17.2. Pembebanan
Pv = v D
Wd = c Ti
2.T2 .H. c
QD = Pv + Wd +
B 2.T2
E1 = Ka. .Z
Front wheels :
2T
P=
2,75
Rear wheels :
2T
P=
2,75
Distribusi beban :
P
PL = 2D 0,3
2,75
QL = PL 3,5 = PL 0,8
B 2.T2
B 2.T2
Ee = Ka.q = Ka.0,6.
h. Beban rencana
Qt = Pv + Wd + PL Qt = Pv + Wd + PL
Q1 = E1 Q1 = E1
Q2 = Ee Q2 = E2 + Ee
Wf = Hw (m) x 1 (t/m3) = Hw
Wf = Buoyancy (t/m2)
Hw = Tinggi original water level (m)
QD > W f (OK)
Top ceiling :
R AB 21 .Q t .L 21 P
Mt 1 .R
2 AB .L M AB 81 .Q t .L2
Bottom slab :
R DC 21 .Q b .L
Mb 1 .R
2 DC .L M DC 81 .Q b .L2
Side wall :
R DA 31 .Q 1 .L 21 .Q 2 .L
x3
M x R DA .x 21 .Q 1 .x 2 21 .Q 2 .x 2 61 .Q 2 .
L
dMx
Mmax : 0
dx
200
min fy
=
b 0,85 f c' 87000
0,85
fy 87000 f y
200
fy
min = b
0,85 f c' 87000
0,85
fy 87000 f y
Mn1 = As1.fy. d a
2
A s1 .f y
a=
0,85.f c' .b
Mn2 = A’s.fy.(d-d’)
M n2
A’s = f .( d d' )
y
k. Luas tulangan As :
As = As1 + A’s
l. Kontrol angka penulangan :
As
b.d
A'
' s
b.d
' max
' min
' l
vc 1
6
f c'
Vu = R
Vu
vu
b.Ti
v u .v c
Dari hasil analisis secara computerized program dan untuk penyederhanaan desain,
maka dibuatkan tipikal drainase sebagai berikut :
1. Tipikal ST-1
Saluran tanah
Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
Pada daerah pemukiman tidak padat
Pada daerah dataran / flat
Panjang saluran s/d 250 m
Ba
Bb
2. Tipikal ST-2
Saluran tanah
Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
Pada daerah pemukiman tidak padat
Pada daerah dataran / flat
Panjang saluran 250 – 500 m
Ba
Bb
3. Tipikal ST-3
Saluran tanah
Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
Pada daerah pemukiman tidak padat
Pada daerah dataran / flat
Panjang saluran 500 – 750 m
Ba
Bb
4. Tipikal ST-4
Saluran tanah
Penampang trapesium, kemiringan dinding 1 : 1 ( H : V )
Pada daerah pemukiman tidak padat
Pada daerah dataran / flat
Panjang saluran 750 – 1.000 m
Ba
Bb
5. Tipikal SP-1
6. Tipikal SP-2
7. Tipikal SP-3
8. Tipikal SP-4