Anda di halaman 1dari 28

BAB 13

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN JALAN

13.1. Umum
Bagian ini agar dipakai dalam hubungan dengan bagian-bagian lain dari
spesifikasi teknis dan gambar-gambar. Apabila ada hal-hal yang bertentangan,
maka bagian inilah yang harus didahulukan.

13.2. Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup dari kontrak yang ditenderkan adalah :
1. Pekerjaan pembuatan konstruksi jalan yang terdiri dari settiing out,
penggantian material subgrade dengan tanah merah apabila diperlukan,
penimbunan subgrade, pemadatan subgrade, pengadaan dan pemasangan
subbase, base course, surface (hot mix ), pekerjaan kansteen serta
pekerjaan pelengkap yang berhubungan dengan jalan sesuai dengan
gambar dan spesifikasi teknis dengan pengetesan – pengetesan seperti
yang tercantum dalam spesifikasi ini.

2. Batas pekerjaan adalah seperti terindikasikan dalam gambar.

3. Pemasangan sub soil drain yang diperlukan untuk mengalirkan mata air
yang muncul di lapangan atau yang diindikasikan apabila pada musim
hujan akan ada mata air. Pekerjaan ini, apabila tidak disebutkan lain,
sudah masuk dalam harga satuan material pemadatan subgrade.

4. Pengukuran dengan alat ukur dan patok bantunya sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam spesifikasi ini.

5. Pekerjaan pembuangan sisa material, sisa galian dan atau kotoran.

6. Pekerjaan pemindahan utilitas yang ada (jika diperlukan) dengan hasil


kerja minimal sesuai dengan kondisi utilitas sebelum terkena pekerjaan.
7. Perbaikan utilitas yang mengalami kerusakan akibat terkena pekerjaan ini
dengan standard hasil kerja sesuai dengan kondisi utilitas sebelum terkena
pekerjaan.

8. Pekerjaan – pekerjaan yang bersifat temporary yang diperlukan untuk


kemudahan pelaksanaan pekerjaan seperti saluran sementara, jalan
konstruksi atau pekerjaan yang diperlukan agar bangunan atau utilitas
yang telah ada sebelumnya tidak terganggu fungsinya.

9. Pembuatan shop drawing untuk kemudahan pelaksanaan pekerjaan


apabila diminta oleh Engineer.

10. Pelaporan kemajuan proyek harian, mingguan dan bulanan beserta foto –
foto proyek yang diperlukan.

11. Pengadaan alat bantu konstruksi, tenaga kerja, sarana dan prasarana serta
rambu – rambu yang diperlukan.

12. Pembuatan as built drawing yang mencantumkan data – data yang


lengkap yang minimal sama dengan data yang ada di gambar design dan
tambahan detail–detail lain yang tidak tercantum di dalam gambar design
tetapi diperlukan dalam pelaksanaannya seperti subsoil drain dan ducting–
ducting.

13.3. Nama dan Lokasi Proyek


Nama Proyek : PUSDIKLAT GEDUNG ASRAMA BIN

13.4. Kondisi Lapangan


1. Sebelum memasukkan penawaran, Kontraktor agar melakukan peninjauan
lapangan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi awal di lapangan.

2. Pada saat memasukkan penawaran, Kontraktor dianggap sudah


mengetahui secara detail kondisi lapangan dan sudah mempertimbangkan
segala aspeknya dalam penawaran tersebut.
3. Segala claim akibat tidak lengkapnya informasi kondisi lapangan selama
pekerjaan konstruksi tidak akan diterima oleh Pihak direksi atau
wakilnya.

13.5. Schedule Pekerjaan


Dalam jangka waktu maksimum 7 (tujuh) hari setelah penerimaan dokumen
tender, kontraktor agar menyerahkan program kerja dalam barchart atau
format lain yang disetujui direksi atau wakilnya.
Program kerja agar menunjukkan semua pekerjaan penting pada seluruh lokasi
pekerjaan, dan menunjukkan hari-hari libur selama periode kontrak. Antisipasi
terhadap cuaca juga harus dilakukan. Semua langkah pekerjaan harus secara
teknis dapat dipertanggung jawabkan.
Program kerja yang telah disetujui akan selalu di review dan diperbarui dari
waktu ke waktu atas petunjuk direksi atau wakilnya.

13.6. Sarana dan Prasarana Konstruksi


1. Kontraktor atas biaya sendiri agar menyediakan air, listrik, telephone,
kantor lapangan , gudang yang cukup, sanitary dan kelengkapan lain
untuk mendukung kegiatan kosntruksi. Semua fasilitas tersebut diletakkan
pada tempat yang disetujui oleh direksi

2. Apabila diperlukan, dengan persetujuan Engineer, Kontraktor dapat


membuat jalan konstruksi yang memadai untuk lalu lintas dari dan ke
lokasi proyek. Semua biaya yang keluar untuk pembuatan jalan konstruksi
sudah termasuk dalam penawaran kontraktor.

3. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, kontraktor memakai jalan


existing yang ada, kontraktor berkewajiban untuk memelihara konstruksi
dan kebersihan jalan tersebut serta memperbaiki jalan tersebut apabila
mengalami kerusakan sesuai perkerasan jalan tersebut. Kontraktor juga
diwajibkan membuat rambu – rambu pengaman agar lalu lintas proyek
tidak membahayakan lalu lintas lain. Pemasangan rambu tersebut tidak
menghilangkan kewajiban kontraktor untuk menanggung biaya yang
keluar apabila ada klaim dari pihak ketiga.

4. Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, kontraktor berkewajiban untuk


menjaga semua fasilitas dan utilitas yang ada pada lokasi tersebut.
Apabila diperlukan adanya pemindahan atau perusakan atas fasilitas dan
utilitas, kontraktor berkewajiban untuk tetap menjaga agar fasilitas dan
utilitas tersebut dapat berfungsi. Kerusakan yang terjadi akibat pekerjaan
harus diperbaiki oleh Kontraktor. Semua biaya yang terjadi akibat klaim
pihak ketiga karena adanya gangguan/kerusakan yang terjadi menjadi
tanggung jawab kontraktor.

5. Kontraktor tidak diperbolehkan mengganggu tanaman yang berada


disekitar lokasi pekerjaan. Penebangan atau pemindahan tanaman yang
berada di lokasi pekerjaan harus sepengetahuan direksi.

13.7. Hubungan Dengan Pihak Lain


Kontraktor harus selalu siap dan melakukan komunikasi dengan pihak-pihak
terkait seperti security, penduduk sekitar, instansi terkait dan sebagainya
dalam rangka tercapainya kelancaran pekerjaan. Semua komunikasi harus
diinformasikan kepada direksi atau wakilnya. Informasi yang diberikan
kepada direksi tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor untuk selalu
menjaga hubungan baik tersebut.

13.8. Kebersihan
Kebersihan dan kerapihan di seluruh areal pekerjaan agar selalu di jaga setiap
saat. Setiap selesainya satu section pekerjaan, areal tersebut agar segera
dirapikan dan di bersihkan dari segala macam material, kotoran dan
sebagainya.
Setelah semua pekerjaan yang tercakup selesai dikerjakan, areal tersebut agar
dibersihkan dan dirapihkan. Kebersihan dan kerapihan harus selalu terjaga
sampai hand over selesai (termasuk periode pemeliharaan).
Dalam pelaksanaan pekerjaan jalan yang berbatasan dengan pemukiman
penduduk sekitar, kontraktor tidak boleh mengotori atau merusak rumah
penduduk. Jika terjadi kerusakan atau kotor maka kontraktor harus
memperbaiki/membersihkan dengan biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh
kontraktor.
Kotoran, kelebihan material atau kelebihan tanah harus dibuang ketempat
yang disetujui oleh direksi.

13.9. Perlindungan Lingkungan

Lingkungan sekitar pekerjaan harus selalu dijaga dari segala macam gangguan
dan kerusakan.
Pekerjaan galian maupun timbunan tanah tidak diizinkan melewati (melebihi)
areal pekerjaan yang sudah di setujui oleh direksi. Semua tanaman dan pohon-
pohon harus dilindungi dari kerusakan bila terlalu dekat dengan areal kerja.
Semua cairan yang dapat mengkontaminasi, maupun kotoran-kotoran dan
sampah dilarang untuk dibuang ke sungai.
Pengendalian air hujan harus selalu dilaksanakan untuk menghindari erosi.
Cairan-cairan kotor harus ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu lingkungan sebelum dibuang ke tempat semestinya.
13.10. Survey dan Setting Out
1. Pihak direksi akan menyediakan minimum 2 bench mark yang saling
terlihat pada tempat-tempat strategis di areal pekerjaan.
2. Kontraktor agar menggunakan bench mark tersebut diatas untuk
melakukan setting out. Kontraktor harus selalu menjaga bench mark dari
segala gangguan maupun kehilangan. Kerusakan dan hilangnya Bench
Mark harus diganti oleh Kontraktor dan biaya ditanggung Kontraktor
sepenuhnya. Kontraktor juga harus membuat bench mark tambahan untuk
kemudahan pelaksanaan pekerjaan.
3. Kontraktor harus memiliki suveyor yang berkompeten serta
berpengalaman dalam melakukan pekerjaan ini. Semua setting out dan
patok agar jelas diberi marka yang menunjukkan gambaran/jarak/elevasi
dan sebagainya. Setting out dan patok tersebut harus dari bahan yang
cukup keras dan tahan lama, semua setting out dan patok-patok harus
disediakan cukup untuk paket pekerjaan ini.
4. Kontraktor harus selalu memberikan kerjasama dan bantuannya kepada
direksi /Pengawas dalam melaksanakan pengecekan atas semua setting
out, jika diminta.
5. Semua data yang diserahkanke direksi, dalam hal progress dan payment,
dan sebagainya dalam bentuk disket dan hard copy yang telah disetujui
sebelumnya.
6. Alat yang dipakai oleh Kontraktor dalam melakukan setting out minimal
menggunakan teodolit ketelitian 5” dengan EDM.

13.11. Penentuan Titik Pengukuran/Pematokan


1. Pengukuran dan pemasangan titik duga (0 peil) ditentukan bersama-
sama direksi /Pengawas. Patok yang dipakai berukuran minimal 5/7 cm,
terbuat dari kayu. Patok harus keras dan tidak berubah posisinya, tanda-
tanda dan sumbu harus teliti dan jelas, dicat dengan cat menie.
2. Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok monumen
(BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek, untuk memungkinkan
perencanaan kembali pengukuran sipat datar dari perkerasan atau
penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan. Patok yang permanen
harus di bangun di atas tanah yang tidak akan terganggu/dipindahkan.
3. Kontraktor harus menentukan titik patok konstruksi yang menunjukkan
garis dan kemiringan untuk lebar median jalan, lebar perkerasan jalan dan
lebar bahu jalan, sesuai gambar rencana, serta harus mendapatkan
persetujuan direksi /Pengawas sebelum memulai konstruksi.

13.12. Pekerjaan Subgrade


1. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan
- Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus melakukan survey
elevasi tanah existing terhadap elevasi rencana subgrade jalan dan
posisi – posisi yang diperlukan pemasangan subsoil drain untuk
mengalirkan mata air ke saluran terdekat dan rencana saluran
sementara yang perlu dibuat. Hasil survey tersebut dituangkan dalam
shop drawing sebagai acuan kerja.
- Apabila tanah existing lebih tinggi dari elevasi rencana subgrade :
i. Tanah existing harus digali hingga mencapai elevasi rencana
subgrade jalan.
ii. Sebelum melakukan pemadatan, Kontraktor harus terlebih
dahulu melakukan uji CBR laboratorium, baik soaked CBR
maupun unsoaked CBR sehingga didapat korelasi kepadatan
dengan nilai CBR. Dalam kondisi terendam, nilai CBR minimum
subgrade yang harus tercapai adalah 5 %.

iii. Dalam hal nilai Soaked CBR 5 % tidak dapat tercapai,


Kontraktor harus mengganti tanah subgrade tersebut sedalam
minimal 30 cm dengan tanah lain yang sudah dilakukan uji
laboratorium dan dapat mencapai nilai minimum Soaked CBR 5
%. Tanah tersebut dipadatkan sehingga didapat kepadatan kering
minimal 95 % kepadatan Standard Proctor.
iv. Dalam hal setelah dilakukan penggalian ditemukan adanya aliran
mata air, kontraktor harus melakukan pembuatan subsoil drain
untuk mengalirkan mata air tersebut ke saluran drainase terdekat.

- Sedangkan apabila elevasi tanah existing lebih rendah dari rencana


subgrade, kontraktor harus melakukan penimbunan secara lapis demi
lapis hingga tercapai elevasi subgrade rencana dengan menggunakan
tanah yang sudah dilakukan uji laboratorium dan dapat mencapai
nilai minimum Soaked CBR 5 %. Ketebalan tanah lepas maksimum
per lapis adalah 30 cm dengan kepadatan 95 % Standard Proctor.
Apabila tanah yang akan dipakai berasal dari lokasi lain dari yang
sudah disetujui, Kontraktor harus terlebih dahulu melakukan uji CBR
laboratorium untuk memastikan tercapainya nila CBR terendam
tersebut.

- Timbunan atau pemotongan pada badan jalan dilaksanakan dengan


bentuk dan elevasi sesuai gambar rencana.

- Pekerjaan subgrade yang telah diselesaikan harus dilindungi agar


tidak mengering/pecah-pecah, atau basah tergenang air.
- Aliran air (baik berupa drainase existing maupun drainase sementara
yang dibuat) harus dijaga tetap bekerja dengan baik sehingga badan
jalan/subgrade terhindar dari kerusakan akibat genangan air.

2. Metode Kerja
- Pemadatan Subgrade harus menggunakan Vibrator Roller 8-10 ton
atau Static Roller 10-12 ton. Sedangkan untuk levelling digunakan
Motor Grader, atau sesuai petunjuk Pengawas. Kontraktor harus
memberi air secukupnya untuk mendapatkan kadar air optimum.
Pemadatan dianggap cukup baik apabila kepadatan Subgrade sudah
mencapai minimal 95% dry max dari kepadatan kering maksimum
Proctor Standart.

3. Pengujian
- Pengujian kepadatan dilakukan dengan menggunakan sand cone
method atau sesuai petunjuk Pengawas dengan Dynamic Cone
Penetrometer Test. Pengujian dilakukan pada maksimum 200 m2
untuk satu titik pengujian secara ziq-zaq sampai kedalaman tertentu
pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas.

4. Toleransi pengukuran
- Toleransi permukaan akhir subgrade setelah pemadatan tidak boleh
lebih tinggi 10 mm atau lebih rendah 10 mm dari elevasi rencana.

13.13. Pekerjaan Subbase


1. Sebelum lapisan sub base yang terbuat dari lapisan sirtu atau limestone
dipasang terlebih dahulu pekerjaan badan jalan/sub grade harus disetujui
Direksi / Pengawas.
2. Sirtu yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat berikut ini :
ASTM Standar Sieves % Lolos Saringan
2" 100
½" 70 - 100
1 1/2" 70 - 100
¾" 55 - 85
3/8" 50 - 80
No. 4 30 - 60
No. 10 20 - 50
No. 40 10 - 30
No.200 5 - 15

- Liquid limit ( AASHO T 89 ) 25 max.


- Plastiicity Index ( AASHO T 91 ) 6 max.

3. Sirtu yang akan digunakan dalam sub base course ini sebelumnya harus
mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.

4. Pemadatan lapisan ini dilakukan dengan mesin gilas 12 ton, dan


sedemikian rupa sehingga mencapai CBR = 50% (minimum).

5. Jika sampai terjadi kebanyakan air sehingga lapisan tidak mau padat
lapisan harus dibongkar lagi, kemudian dikerjakan dan dicampur kembali
untuk dipasang dan dipadatkan

6. Tebal sub base yang harus dicapai adalah tebal dalam keadaan padat
sesuai dengan gambar rencana.

7. Setiap luas 40 m2 per lapis (atau bila ditentukan lain oleh


Direksi/Pengawas) harus dilakukan field test untuk mengetahui CBR
yang tercapai akibat pemadatan yang dilakukan (atau pada tempat-tempat
yang dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas).
8. Susunan sirtu harus dijaga agar semuanya berada dalam batas-batas
seperti tersebut pada gambar-gambar rencana. Untuk ini kontraktor harus
mengadakan pemeriksaan tiap kali Direksi / Pengawas memintanya,dan
biayanya menjadi tanggungan kontraktor.

9. Pekerjaan pembuatan sub base baru dianggap selesai setelah mendapat


persetujuan Direksi/Pengawas.

13.14. Pekerjaan Base Course


1. Material
Semua material yang dipakai untuk lapisan base harus bersih dari
semua kotoran-kotoran, tumbuhan atau unsur-unsur organis lainnya
dan tidak mempunyai sifat desintegrasi.
Batu pecah :

a) Batu pecah yang dipakai adalah yang mempunyai bentuk kubus


(tidak tipis gepeng atau runcing) mempunyai paling sedikit 3
permukaan datar.

b) Gradasi batu pecah harus ditest dengan sive analysis/prosentasi


yang lewat dan kekerasan batu ditest dengan Los Angeles Abrasion.

c) Ukuran batu yang dipakai, mengikuti spesifikasi campuran seperti


yang dibawah ini :

ASTM Standar Sieve Size % Lewat Saringan


2 1/2" 100
2" 90 - 100
1 1/2" 35 - 70
3/4" 0 - 15
1/1" 0 - 5

 Los Angeles Abration 45 max.

d. Bahan pengikat (binder material) harus bersih dari semua kotoran-


kotoran bahan-bahan organik, tidak mengandung tanah liat serta
mengikuti persyaratan seperti dibawah ini :
 ASTM Standar Sieve Size % Lewat Saringan
3/8" 100
No.4 34 - 100
No.100 10 - 30

 Plastycity Index ( AASHO T 91 ) 6 max

 Sand Equivalent ( AASHO T 176 ) 30 meter

2. Teknik Pelaksanaan
a) Penghamparan material base dilaksanakan setelah sub base diterima
baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Direksi /
Pengawas.

b) Batu pecah harus digelar sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu


lapisan yang merata (uniform). Penyebaran ini dapat dilakukan dengan
cara penyebaran langsung dari truck khusus (spreader) atau tenaga
manusia dan penumpukan dijalan supaya dihindarkan.

c) Semua batu pecah yang tidak memenuhi persyaratan gradasi dan


kualitas supaya segera dibuang dan diganti dengan yang baik dan
memenuhi persyaratan.

d) Pemadatan dilaksanakan dengan mesin gilas 8 ton, sampai mendapat


permukaan yang rata dan padat. Penggilasan harus dimulai dari tepi,
overlap terhadap bahu jalan tidak lebih dari 20 cm menuju ketengah
sejajar dengan as jalan terus menerus sampai tidak terdapat
gelombang dimuka mesin gilas yang sedang berjalan. Pada belokan
miring penggilasan dimulai dari sisi yang lebih rendah menuju sisi
lebih tinggi dari perkerasan tersebut. Penambahan batu pecah pada
lapisan diatas dapat dilakukan jika diperlukan untuk mendapatkan
permukaan yang rata dan kemiringan yang baik.

e) Setelah batu pecah selesai dipadatkan digilas dengan baik, maka


binder material dapat disebar diatasnya dengan truck khusus atau
spreader. Material ini harus disebar dalam lapisan-lapisan yang tipis
dan tiap-tiap lapisan digilas kering. Proses ini diteruskan sampai
material ini tidak masuk dalam void-void.

f) Sesudah itu permukaan diberi air dan digilas lagi. Semua material
yang lebih basah dan masih mengumpul dipermukaan harus disebar
lagi dengan disapu pelan-pelan kearah void / ruang kosong yang belum
terisi.

g) Pemberian air dan penambahan binder material yang mungkin


diperlukan serta penggilasan harus diteruskan sampai ruang kosong
berisi semua. Kemudian lapisan dibiarkan menjadi kering dan sesudah
itu siap untuk langsung diberi aspal diatasnya.

h) Tebal max tiap lapisan base telah dipadatkan sempurna adalah 10


cm padat, bila lebih dari 20 cm harus dibuat berlapis. Hasil pemadatan
tiap lapisan harus rata, homogen stabil dan tidak goyang.

i) Direksi/Pengawas akan melakukan pengukuran-pengukuran pada


tempat-tempat yang dipilih selama pelaksanaan pekerjaan, untuk
memeriksa tebal lapisan sesuai yang disyaratkan pada kepadatan max
dan sesuai dengan perencanaan.

j) Pekerjaan pembuatan base baru dianggap diselesai setelah mendapat


persetujuan Direksi/Pengawas.
13.15. Pekerjaan lapisan aspal beton (Hotmix dan ATB)
1. Umum
Pekerjaan ini meliputi pencampuran agregat dengan aspal pada Mesin
Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant = A.M.P), penghamparan pada
permukaan jalan dan pemadatan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan


- Campuran aspal dan agregat harus terdiri dari bahan-bahan agregat
kasar, agregat halus, filler dan aspal. Material yang dicampur harus
memenuhi syarat ditinjau dari :
- Ukuran
- Gradasi
- Prosentase campuran dari setiap bahan yang dipakai.

- Prosentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada


campuran agregat berkisar antara 5-6% untuk ATB dan 6-7% untuk
hotmix yang dihitung dari berat kering agregat. Prosentase dapat
ditentukan atas dasar percobaan laboratorium dengan Methode
Marshall dan analisa saringan dari campuran agregat yang dipakai
dan harus mendapat persetujuan Pengawas.

- Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan kepada


Pengawas, rencana perbandingan campuran (mix design) yang akan
digunakan untuk camputan aspal. Rencana campuran harus
menunjukkan satu angka prosentase untuk tiap-tiap agregat yang
melalui ayakan sesuai spesifikasi gradasi campuran yang digunakan
untuk campuran aspal.

Pekerjaan baru dapat dilaksanakan setelah campuran rencana (mix


design) mendapat persetujuan Pengawas.

3. Bahan
1. Semua material yang digunakan harus mempunyai suatu sifat yang
disyaratkan sehingga bila dicampur dengan rumus campuran tertentu
akan mempunyai kekuatan paling sedikit 70% bila diuji dengan
AASHTO T-165.
Bahan-bahan yang tidak seizin Pengawas untuk dipergunakan harus
disingkirkan dari lokasi dan tidak boleh dipakai.
A. Bahan agregat harus didapat dari pemecahan batu yang tertinggal
pada ayakan No. 8. Agregat kasar yang boleh digunakan hanya
satu macam dan harus terdiri dari bahan yang awet, kuat, bersih
dan tidak tercampur dengan bahan-bahan lain.

Persyaratan agregat kasar adalah sebagai berikut:


a. Nilai Keausan agregat yang diperiksa dengan Los Angeles
Abrasion Test pada 500 putaran (AASHTO T-104) harus
mempunyai nilai maximum 40%.
b. Bila diuji dengan Sodium Sulfate Soundness Test (AASHTO T-
104) tidak akan kehilangan berat lebih besar dari 9%.
c. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 25%.
d. Indeks kepipihan agregat maximum 25%.
e. Peresapan agregat terhadap air maksimum 3%.
f. Berat jenis semu agregat minimum 2,50.
g. Gumpalan lempung agregat maksimum 0,25%.
h. Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat maksimum 5%.
i. Soundness test maksimum 12%.

2. Bagian dari material yang lewat ayakan No.8 dinamakan Agregat


halus, dan mungkin terdiri dari pasir bersih, pasir batu, bahan halus
hasil pemecahan batu.
Agregat halus terdiri dari bahan yang awet, kuat, berbidang kasar,
bersudut tajam dan bersih dari kotoran.

Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a. Nilai Sand Equivalent (AASHTO T-176) dari agregat harus
minimal 50%.
b. Berat jenis semu (AASHTO T84 & T85) minimum 2,50.
c. Hasil pemeriksaan Atterberg (ASSHTO T 89 & T91) agregat
harus non plastis.
d. Peresapan agregat terhadap air maksimal 3%.
e. Benda organik (AASHTO T21) dengan standard warna harus
No. 1.

3. Sebagai bahan filler dapat dipergunakan debu batu kapur, debu


dolomite atau semen portland. Bahan filler tersebut tidak boleh
tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki
dan harus dalam keadaan kering dengan kadar air maksimal 1%.
Gradasi Filler :

Ukuran Saringan (%) lolos


No. (mm) Terhadap Berat

No. 30 (0,595 mm) 100


No. 50 (0,297 mm) 95 - 100
No. 100 (0,149 mm) 90 - 100
No. 200 (0,074 mm) 100

4. Material campuran harus mempunyai gradasi yang merata (homogen)


dan memenuhi salah satu persyaratan seperti dibawah ini.
a. Gradasi campuran aspal beton untuk lapisan aus (wearing course)
dan lapisan perata (levelling course) sebagai berikut:
Ukuran Saringan % berat butir yang lewat
No. (mm)
Asphalt Institute Asphalt Institute
Type IV B Type IV C

1" (25,4 mm) - 100


3/4" (19,0 mm) 100 80 - 100
1/2" (12,7 mm) 80 - 100 -
3/8" (9,51 mm) 70 - 90 60 - 80
No. 4 (4,76 mm) 50 - 70 48 - 65
No. 8 (2,38 mm) 35 - 50 35 - 50
No. 30 (0,595 mm) 18 - 29 19 - 30
No. 50 (0,297 mm) 13 - 23 13 - 23
No. 100 (0,149 mm) 8 - 16 7 - 15
No. 200 (0,074 mm) 4 - 10 0-8

Tebal padat yang


disyaratkan (cm) 3-5 4-6

b. Gradasi campuran aspal beton untuk lapisan penghubung (binder


course)/ATB dan lapisan perata (levelling course) sebagai berikut:

Ukuran Saringan % berat butir yang lewat


Asphalt Institute Asphalt Institute
Type IV B Type IV C

1 1/2" (38,1 mm) - 100


1" (25,4 mm) 100 80 - 100
3/4" (19,0 mm) 75 - 100 70 - 90
1/2" (12,7 mm) - -
3/8" (9,51 mm) 45 - 70 55 - 75
No. 4 (4,76 mm) 30 - 50 45 - 62
No. 8 (2,38 mm) 20 - 35 35 - 50
No. 30 (0,595 mm) 5 - 20 19 - 30
No. 50 (0,297 mm) 3 - 12 13 - 23
No. 100 (0,149 mm) 2-8 7 - 15
No. 200 (0,074 mm) 1-4 0–8

Tebal padat yang


disarankan (cm) 5-6 6-8

4.1. Persyaratan Aspal yang digunakan untuk lapisan pengikat/ATB dan


lapisan perata adalah sebagai berikut :

a. Aspal yang digunakan adalah aspal semen Penetrasi 60/70 yang


memenuhi persyaratan sebagaimana tertera dibawah ini :

Syarat
No Jenis Pengujian Pen. 60 Satuan
Min. Max.
1. Penetrasi 250C, 100 gr, 5 detik 61 79 0,1 mm
2. Titik lembek 48 58 0
C
3. Daktilitas 250C, 5 cm per menit 100 - cm
4. Kelarutan dalam C2 HCl 3 99 - % berat
5. Titik nyala (COC) 200 - 0
C
6. Berat jenis pada 250C 1 - gr/ml
7. Penurunan berat pada 1630C, 5
jam (thin film) - 0,8 % berat
8. Penetrasi setelah penurunan berat
250C, 100gr, 5 detik 54 - % asli
9. Daktilitas setelah penurunan
berat 250C, 5 cm per menit 50 - cm
10. Temp. campuran (visc. 170 Cst) - 165 0
C
11. Temp. pemadatan (visc. 250 cst) 110 - 0
C

b. Aspal Emulsi
- Untuk keperluan lapis resep pengikat (prime coat)
dipergunakan aspal cair jenis MC 30, MC 70, MC 250 atau
aspal emulsi kationik medium setting atau aspal emulsi
anionik medium setting seperti CMS, MS.
- Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal
cair jenis rapid curing seperti RC 70, RC 250 atau aspal
emulsi kationik rapid setting atau aspal emulsi anionik rapid
setting seperti CRS, RS.

ASPAL EMULSI
1. Aspal Emulsi Anionik
Rapid Setting Medium Setting
No Pemeriksaan
.
RS1 RS2 MS1 MS2
Min Ma Min Ma Min Max Mi Ma
x x n x

I. Test Emulsi
1. Viskositas, Saybolt Furol pada 20 100 - - 20 100 - -
2. 25°C - - 75 400 - - - -
3. Viskositas, Saybolt Furol pada - 1 - 1 - 1 - 1
4. 50°C - 0.1 - 0.1 - 0.1 - 0.1
5. Storage Stability Test 55 - 63 - 55 - 65 -
Sieve Test %
II Residu dari Destilasi Test
1. 100 200 100 200 100 200 10 20
2. Test pada Residu dari Destilasi 40 - 40 - 40 - 0 0
3. Test 97.5 - 97. - 97. - 40 -
Penetrasi 5 5 97. -
Daktilitas 5
Kelarutan dalam larutan
Carbon Tetra Chlorida (CCL4)

2. Aspal Emulsi Kationik


Rapid Setting Medium Setting
No. Pemeriksaan
CRS1 CRS2 CMS1 CMS2
Min Max Min Ma Min Max Min Max
x

I. Test Emulsi
1. Viskositas, Saybolt Furol pada 20 100 100 400 50 450 50 450
2. 50°C - 1 - 1 - 1 - 1
3. Storage Stability Test 40 40 - - - - - -
4. Sodium Diocotyl S-S PO - - - - - - -
5. Particle Charge Test S 0.1 PO 0.1 PO 0.1 POS 0.1
6. Sieve Test % - S S
Destilasi 3 3 12 - 12
- Oil test dari volume emulsi - - - - - - 65 -
(%) 60 65 65
II - Residu (%)
1. 250 250 250 40 90
2. Test pada Residu dari Destilasi 100 - 100 - 100 - 40 -
3. Test 40 - 40 - 40 - 97.5 -
Penetrasi 97.5 97. 97.
Daktilitas 5 5
Kelarutan dalam larutan Carbon
Tetra Chlorida (CCL4)

ASPAL CAIR
1. Rapid Curing (RC)

RC70 RC250 RC 800 RC3000


No. Pemeriksaan
Min Max Min Max Min Max Min Max
1. Viskositas Kinematik pada 60°C 70 140 250 500 800 1600 300 6000
Centistokes 0
2. Titik Nyala (°C) - - 27 - 27 - -
3. Kadar Air - 0.2 - 0.2 - 0.2 27 0.2
4. Destilasi Test , % Destilasi dri -
Volume Total Destilasi
- s/d 190°C 10 - - - - - -
- s/d 225°C 50 - 35 - 15 - - -
- s/d 360°C 70 - 60 - 45 - - -
- s/d 315°C 85 - 80 - 75 - 25 -
5. Residu dari Destilasi Test 55 - 65 - 75 - 70 -
6. Test pada Residu dari Destilasi 80
Tes 600 - 600 240 600 2400 2400
- Viskositas Absolut pada 60°C 100 - 100 0 100 - 600 -
poises 99 - 99 - 99 - 100 -
- Daktilitas - 99
- Kelarutan pada CCL4

1. medium Curing (MC)

MC30 MC70 MC250 MC800 MC3000


No. Pemeriksaan
Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max

1. Viskositas Kinematik pada 30 60 70 140 250 500 800 1600 300 6000
2. 60°C Centistokes
3. Titik Nyala (°C) 38 - 38 - 66 - 66 - 66 -
4. Kadar Air - 0.2 - 0.2 - 0.2 - 0.2 - 0.2
Pestilasi Test % Destilasi
dari Volume Total Destilasi - 25 0 20 0 10 - - - -
- s/d 225°C 40 70 20 60 15 55 0 35 0 15
- s/d 360°C 75 93 65 90 60 87 45 80 15 75
5. - s/d 315°C 50 - 55 - 67 - 75 - 80 -
6. Residu dari Destilasi Test
Test pada Residu dari 300 1200 300 1200 300 1200 300 1200 300 1200
Destilasi Tes
- Viskositas Absolut pada 100 - 100 - 100 - 100 - 100 -
60°C 99 - 99 - 99 - 99 - 99 -
poises
- Daktilitas
- Kelarutan pada CCL4

4. Campuran Rencana
Untuk mendapatkan campuran aspal beton yang baik perlu dilakukan
perencanaan campuran.
Data rencana yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Jenis agregat
b. Gradasi agregat
c. Mutu agregat
d. Jenis aspal semen
e. Rencana tebal lapisan
f. Jenis bahan pengisi (filler)

Prosentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan pada agregat


kering ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Dengan
methode Marshall Test akan diperoleh kadar aspal optimum, dimana
pada kadar aspal tersebut persyaratan-persyaratan berikut harus
dipenuhi :

Jenis Pengujian Wearing Course Binder Course


(hotmix) (ATB)
- Stabilitas (Kg) 900 650
- Kelelehan/aliran (mm) 2-4 2 - 4,5
- % rongga dalam total campuran
(V.I.M) 3-5 3-8
- % rongga terisi aspal (V.I.B) 75 - 85 65 - 75
- Jumlah tumbukan 2 x 75 2 x 75

Toleransi hasil Job Mix Formula yang dihasilkan dari mesin


pencampur (mixing plant) adalah sebagai berikut:
a. Agregat

Butiran Prosentase Toleransi


Lewat Ayakan
No. 4 ± 5%
No. 8 ± 5%
No. 40 ± 3%
No. 200 ± 1%

b. Bitumen ± 1%
Hotmix ATB
c. Stabilitas Min. 900 kg Min. 650 kg
d. Flow Max. 4 mm Max. 4,5 mm
e. Suhu campuran ketika ke luar dari mixer 6°C
f. Suhu campuran ketika dihampar pada jalan 6°C.

5. Metode Kerja
1. Produksi/pelaksanaan campuran harus menurut spesifikasi berikut :
- Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan campuran
rencana.
- Pencampuran harus dilaksanakan sebaik-baiknya sampai bahan
tercampur baik dan merata.
- Temperatur campuran sebagai berikut :
 Agregat dipanaskan maksimum 1750 C.
 Aspal keras (Penetrasi 60) dipanaskan pada temperatur 1500C
- 1700C atau sesuai hasil test viskositas pada 70 cst.
 Temperatur agregat tidak boleh lebih dari 150C di atas
temperatur aspal semen.
 Temperatur campuran aspal beton yang keluar dari Pugmill,
tidak boleh lebih dari 1650C.
2. Sebelum penghamparan dilaksanakan, permukaan yang akan dilapis
aspal beton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Bentuk permukaan ke arah memanjang dan melintang harus telah
dipersiapkan sesuai dengan perencanaan.
- Permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang tidak
dikehendaki, misalnya debu dan bahan-bahan lepas lainnya.
- Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus diberi
lapis resap pengikat (prime coat), sebanyak 0,6 - 1,5 l/m2.
- Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis
pengikat (tack coat) sebanyak maksimum 0,7 l/m2.

Lamanya waktu menunggu penghamparan aspal beton setelah


pelaksanaan prime coat/tack coat, tergantung dari jenis aspal
cair/aspal emulsi yang digunakan.

3. Pengangkutan
- Pengangkutan dilakukan dengan dump truck yang baknya terbuat
dari metal, rapat, bersih dan telah disemprot dengan air sabun,
solar, minyak perafin atau larutan kapur untuk mencegah
melekatnya aspal pada bak dump truck.
- Selama pengangkutan, campuran harus ditutup dengan terpal,
untuk melindungi dari pengaruh cuaca dan menjaga penurunan
temperatur yang terlalu cepat.
-
6. Penghamparan
- Tebal hamparan disesuaikan dengan tebal rencana padat.
Biasanya tebal hamparan gembur berkisar antara 120% sampai
dengan 130% dari tebal rencana padat.
- Tebal lapisan aspal beton padat (lapisan aus dan lapisan
penghubung) harus sesuai gambar.
- Campuran harus dihampar pada temperatur minimum 1150C.
- Untuk kontrol ketebalan hamparan ATB dan Hotmix dapat
dipakai kaso kayu kamper ukuran 5 x 7 cm panjang 4 m.
- Penghamparan ATB atau Hot Mix, menggunakan Mesin Asphalt
Finisher yang mempunyai alat pengatur ketebalan lapisan ATB
atau Hot Mix.
- Penghamparan secara manual hanya diperbolehkan apabila ada ijin
tertulis dari PT. Anugrah Mustika Nusantara.
1. Pemadatan
Pemadatan adalah tahapan akhir dari rangkaian kegiatan pembuatan
lapisan perkerasan jalan, dimana dalam tahapan ini Kontraktor harus
melakukan pengawasan terus menerus dan melaksanakan urutan
pemadatan sebagai berikut:
- Pemadatan awal (break down rolling) dilakukan pada temperatur
minimum 1100C dengan menggunakan tandem roller atau mesin
gilas roda tiga 6-8 ton antara 2-4 lintasan pada kecepatan 3-4
km/jam.

- Sesudah pemadatan awal selesai, dilakukan pemadatan antara


(intermediate rolling) dengan menggunakan mesin gilas roda
karet (Pneumatic Tired Roller) berat 10-14 ton dengan tekanan
angin 75-85 psi dengan kecepatan 5-10 km/jam pada temperatur
700C-900C.

- Pemadatan akhir (finishing roller) dilaksanakan dengan


menggunakan mesin gilas 8-10 ton, langsung setelah pemadatan
kedua berakhir, sampai alur-alur bekas roda pemadat hilang
(rata), dengan kecepatan 5-8 km/jam. Pemadatan akhir
dilaksanakan pada temperatur minimum 600C atau sedikit diatas
titik leleh aspal yang digunakan.
- Cara Pemadatan:
 Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan,
sejajar dengan sumbu jalan menuju ketengah.
 Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah
sejajar sumbu jalan menuju kebagian yang tinggi.
 Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari
bagian yang rendah sejajar sumbu jalan menuju bagian
yang tinggi.
 Untuk mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas,
maka roda mesin gilas perlu dibasahi dengan air.
 Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama
ditempatkan dimuka.
 Pekerjaan pemadatan dihentikan jika kepadatan telah
mencapai 97% dari kepadatan laboratorium.

2. Penghamparan dan pemadatan harus diusahakan sedemikian rupa


sehingga tidak terlalu banyak terjadi sambungan-sambungan. Bila
sambungan harus diadakan, hendaknya diperhatikan agar dicapai
pelekatan yang sempurna pada seluruh tebalnya.

3. Dalam menempatkan campuran baru terhadap lapisan yang telah


digilas hendaknya diusahakan bahwa bidang kontak harus vertikal
(dengan cara lapisan lama dipotong tegak lurus) dan perlu diberikan
pada bidang vertikal tersebut lapis pengikat (tack coat) untuk
menambah pelekatan pada sambungan.

7. Pengendalian Mutu
Kegiatan pengendalian mutu yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor guna menjamin hasil
pelaksanaan pekerjaan yang baik dan memenuhi persyaratan.
Pengendalian mutu tersebut adalah:
1. Pengawasan di lokasi pencampuran (plant),meliputi :
- Pengawasan terhadap kualitas bahan, keadaan peralatan, suhu
pemanasan bahan campuran dan hasil campuran (gradasi,
marshall test).
- Pengambilan contoh yang dilakukan minimum 1 kali setiap hari
produksi, kecuali ditentukan lain oleh Pengawas.

2. Pengawasan di lokasi penghamparan, meliputi:


- Pengawasan terhadap lapis pengikat (tack coat), yaitu harus
diperiksa jumlah dan kerataannya.
- Pemeriksaan kerataan, kemiringan sambungan-sambungan, tebal
hamparan dan suhu hamparan yang akan dipadatkan.
- Pengawasan terhadap suhu setiap tahap pemadatan, cara
pemadatan dan hasil pemadatan.

3. Lapisan aspal beton baru boleh digunakan untuk lalu lintas dengan
kecepatan rendah, setelah selesai pemadatan akhir dan temperatur
sudah dibawah titik lembek aspal, atau setelah lebih kurang 2 jam.
Lapisan aspal beton baru boleh digunakan untuk lalu lintas secara
bebas minimum setelah 4 jam dari pemadatan akhir.

13.16. Pekerjaan Bahu Jalan (Berm) dan Beton Jepit


1. Bahan
- Beton yang digunakan untuk pembuatan Beton Jepit atau Kansteen
harus ready mix mutu K-225, sedangkan apabila terdapat
penulangan memakai mutu baja adalah U-24.
Hasil cetakan beton jepit harus baik dan rapih dan sesuai dengan
kebutuhan yang disyaratkan.

- Bahu jalan dari material tanah timbunan biasa dengan persyaratan


sebagai berikut :
- PI < 25%
- C (Kohesi) = 0.5 Kg/cm²
- Kandungan bahan organik < 5%
- Timbunan pada bahu jalan dan median jalan dilaksanakan dengan
bentuk dan elevasi sesuai dengan gambar rencana dan dalam kondisi
padat dan setelah selesai ditanami rumput.

2. Metode Kerja
a. Beton jepit dipasang pada tepi perkerasan jalan dengan ukuran dan lokasi
sesuai gambar rencana

b. Pemasangan beton jepit harus mengikuti design alignement horisontal


jalan

c. Elevasi bagian atas harus lebih rendah +/- 1 cm dari elevasi lapisan atas
jalan (ATB (Aspal Treated Base)/hotmix ).

d. Penempatan beton jepit adalah diantara badan jalan dengan bahu jalan dan
antara badan jalan dengan median jalan.

e. Pemadatan bahu jalan dan median jalan dilakukan dengan stamper atau
baby roller lapis demi lapis dimana tiap lapisan pemadatan maksimum 20
cm.
f. Tidak diperbolehkan melakukan pemadatan badan jalan apabila tanah
pada bahu jalan dan median jalan belum benar-benar padat. Syarat
kepadatan bahu jalan dan median jalan harus sesuai dengan kepadatan
subgrade yaitu minimum 95 % Standard Proctor dengan jenis tanah yang
dipakai sama dengan subgrade.

13.17. Pekerjaan Kansteen


1. Bahan
- Kansteen dari beton; beton yang digunakan harus ready mix dengan
mutu beton K-350 tanpa tulangan / Slipform.
- Hasil cetakan konsteen harus rata dan rapih sehingga di dapat
permukaan yang baik.

2. Metode Kerja
Pemasangan kansteen harus lurus dan sama tinggi serta sesuai gambar
kerja.

Apabila tidak disebutkan lain, kansteen harus dibentuk dilapangan dengan


menggunakan mesin cetak pembuat kansteen yang dapat disetel posisi
mould sehingga sehingga diperoleh kasteen yang menerus dan rapi dengan
posisi terhadap permukaan jalan sesuai gambar rencana. Bila ditentukan
bahwa kansteen dapat memakai precast dengan segmenent, maka sebelum
melakukan order ke pabrik, kontraktor harus mengajukan lebih dahulu
type dan spesifikasinya kepada Pihak PT. Virama Karya untuk disetujui.

- Akhir dari Bab 13 -

Anda mungkin juga menyukai