13.1. Umum
Bagian ini agar dipakai dalam hubungan dengan bagian-bagian lain dari
spesifikasi teknis dan gambar-gambar. Apabila ada hal-hal yang bertentangan,
maka bagian inilah yang harus didahulukan.
3. Pemasangan sub soil drain yang diperlukan untuk mengalirkan mata air
yang muncul di lapangan atau yang diindikasikan apabila pada musim
hujan akan ada mata air. Pekerjaan ini, apabila tidak disebutkan lain,
sudah masuk dalam harga satuan material pemadatan subgrade.
4. Pengukuran dengan alat ukur dan patok bantunya sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam spesifikasi ini.
10. Pelaporan kemajuan proyek harian, mingguan dan bulanan beserta foto –
foto proyek yang diperlukan.
11. Pengadaan alat bantu konstruksi, tenaga kerja, sarana dan prasarana serta
rambu – rambu yang diperlukan.
13.8. Kebersihan
Kebersihan dan kerapihan di seluruh areal pekerjaan agar selalu di jaga setiap
saat. Setiap selesainya satu section pekerjaan, areal tersebut agar segera
dirapikan dan di bersihkan dari segala macam material, kotoran dan
sebagainya.
Setelah semua pekerjaan yang tercakup selesai dikerjakan, areal tersebut agar
dibersihkan dan dirapihkan. Kebersihan dan kerapihan harus selalu terjaga
sampai hand over selesai (termasuk periode pemeliharaan).
Dalam pelaksanaan pekerjaan jalan yang berbatasan dengan pemukiman
penduduk sekitar, kontraktor tidak boleh mengotori atau merusak rumah
penduduk. Jika terjadi kerusakan atau kotor maka kontraktor harus
memperbaiki/membersihkan dengan biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh
kontraktor.
Kotoran, kelebihan material atau kelebihan tanah harus dibuang ketempat
yang disetujui oleh direksi.
Lingkungan sekitar pekerjaan harus selalu dijaga dari segala macam gangguan
dan kerusakan.
Pekerjaan galian maupun timbunan tanah tidak diizinkan melewati (melebihi)
areal pekerjaan yang sudah di setujui oleh direksi. Semua tanaman dan pohon-
pohon harus dilindungi dari kerusakan bila terlalu dekat dengan areal kerja.
Semua cairan yang dapat mengkontaminasi, maupun kotoran-kotoran dan
sampah dilarang untuk dibuang ke sungai.
Pengendalian air hujan harus selalu dilaksanakan untuk menghindari erosi.
Cairan-cairan kotor harus ditempatkan sedemikian rupa agar tidak
mengganggu lingkungan sebelum dibuang ke tempat semestinya.
13.10. Survey dan Setting Out
1. Pihak direksi akan menyediakan minimum 2 bench mark yang saling
terlihat pada tempat-tempat strategis di areal pekerjaan.
2. Kontraktor agar menggunakan bench mark tersebut diatas untuk
melakukan setting out. Kontraktor harus selalu menjaga bench mark dari
segala gangguan maupun kehilangan. Kerusakan dan hilangnya Bench
Mark harus diganti oleh Kontraktor dan biaya ditanggung Kontraktor
sepenuhnya. Kontraktor juga harus membuat bench mark tambahan untuk
kemudahan pelaksanaan pekerjaan.
3. Kontraktor harus memiliki suveyor yang berkompeten serta
berpengalaman dalam melakukan pekerjaan ini. Semua setting out dan
patok agar jelas diberi marka yang menunjukkan gambaran/jarak/elevasi
dan sebagainya. Setting out dan patok tersebut harus dari bahan yang
cukup keras dan tahan lama, semua setting out dan patok-patok harus
disediakan cukup untuk paket pekerjaan ini.
4. Kontraktor harus selalu memberikan kerjasama dan bantuannya kepada
direksi /Pengawas dalam melaksanakan pengecekan atas semua setting
out, jika diminta.
5. Semua data yang diserahkanke direksi, dalam hal progress dan payment,
dan sebagainya dalam bentuk disket dan hard copy yang telah disetujui
sebelumnya.
6. Alat yang dipakai oleh Kontraktor dalam melakukan setting out minimal
menggunakan teodolit ketelitian 5” dengan EDM.
2. Metode Kerja
- Pemadatan Subgrade harus menggunakan Vibrator Roller 8-10 ton
atau Static Roller 10-12 ton. Sedangkan untuk levelling digunakan
Motor Grader, atau sesuai petunjuk Pengawas. Kontraktor harus
memberi air secukupnya untuk mendapatkan kadar air optimum.
Pemadatan dianggap cukup baik apabila kepadatan Subgrade sudah
mencapai minimal 95% dry max dari kepadatan kering maksimum
Proctor Standart.
3. Pengujian
- Pengujian kepadatan dilakukan dengan menggunakan sand cone
method atau sesuai petunjuk Pengawas dengan Dynamic Cone
Penetrometer Test. Pengujian dilakukan pada maksimum 200 m2
untuk satu titik pengujian secara ziq-zaq sampai kedalaman tertentu
pada lokasi yang diarahkan oleh Pengawas.
4. Toleransi pengukuran
- Toleransi permukaan akhir subgrade setelah pemadatan tidak boleh
lebih tinggi 10 mm atau lebih rendah 10 mm dari elevasi rencana.
3. Sirtu yang akan digunakan dalam sub base course ini sebelumnya harus
mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.
5. Jika sampai terjadi kebanyakan air sehingga lapisan tidak mau padat
lapisan harus dibongkar lagi, kemudian dikerjakan dan dicampur kembali
untuk dipasang dan dipadatkan
6. Tebal sub base yang harus dicapai adalah tebal dalam keadaan padat
sesuai dengan gambar rencana.
2. Teknik Pelaksanaan
a) Penghamparan material base dilaksanakan setelah sub base diterima
baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Direksi /
Pengawas.
f) Sesudah itu permukaan diberi air dan digilas lagi. Semua material
yang lebih basah dan masih mengumpul dipermukaan harus disebar
lagi dengan disapu pelan-pelan kearah void / ruang kosong yang belum
terisi.
3. Bahan
1. Semua material yang digunakan harus mempunyai suatu sifat yang
disyaratkan sehingga bila dicampur dengan rumus campuran tertentu
akan mempunyai kekuatan paling sedikit 70% bila diuji dengan
AASHTO T-165.
Bahan-bahan yang tidak seizin Pengawas untuk dipergunakan harus
disingkirkan dari lokasi dan tidak boleh dipakai.
A. Bahan agregat harus didapat dari pemecahan batu yang tertinggal
pada ayakan No. 8. Agregat kasar yang boleh digunakan hanya
satu macam dan harus terdiri dari bahan yang awet, kuat, bersih
dan tidak tercampur dengan bahan-bahan lain.
Syarat
No Jenis Pengujian Pen. 60 Satuan
Min. Max.
1. Penetrasi 250C, 100 gr, 5 detik 61 79 0,1 mm
2. Titik lembek 48 58 0
C
3. Daktilitas 250C, 5 cm per menit 100 - cm
4. Kelarutan dalam C2 HCl 3 99 - % berat
5. Titik nyala (COC) 200 - 0
C
6. Berat jenis pada 250C 1 - gr/ml
7. Penurunan berat pada 1630C, 5
jam (thin film) - 0,8 % berat
8. Penetrasi setelah penurunan berat
250C, 100gr, 5 detik 54 - % asli
9. Daktilitas setelah penurunan
berat 250C, 5 cm per menit 50 - cm
10. Temp. campuran (visc. 170 Cst) - 165 0
C
11. Temp. pemadatan (visc. 250 cst) 110 - 0
C
b. Aspal Emulsi
- Untuk keperluan lapis resep pengikat (prime coat)
dipergunakan aspal cair jenis MC 30, MC 70, MC 250 atau
aspal emulsi kationik medium setting atau aspal emulsi
anionik medium setting seperti CMS, MS.
- Untuk keperluan lapis pengikat (tack coat) digunakan aspal
cair jenis rapid curing seperti RC 70, RC 250 atau aspal
emulsi kationik rapid setting atau aspal emulsi anionik rapid
setting seperti CRS, RS.
ASPAL EMULSI
1. Aspal Emulsi Anionik
Rapid Setting Medium Setting
No Pemeriksaan
.
RS1 RS2 MS1 MS2
Min Ma Min Ma Min Max Mi Ma
x x n x
I. Test Emulsi
1. Viskositas, Saybolt Furol pada 20 100 - - 20 100 - -
2. 25°C - - 75 400 - - - -
3. Viskositas, Saybolt Furol pada - 1 - 1 - 1 - 1
4. 50°C - 0.1 - 0.1 - 0.1 - 0.1
5. Storage Stability Test 55 - 63 - 55 - 65 -
Sieve Test %
II Residu dari Destilasi Test
1. 100 200 100 200 100 200 10 20
2. Test pada Residu dari Destilasi 40 - 40 - 40 - 0 0
3. Test 97.5 - 97. - 97. - 40 -
Penetrasi 5 5 97. -
Daktilitas 5
Kelarutan dalam larutan
Carbon Tetra Chlorida (CCL4)
I. Test Emulsi
1. Viskositas, Saybolt Furol pada 20 100 100 400 50 450 50 450
2. 50°C - 1 - 1 - 1 - 1
3. Storage Stability Test 40 40 - - - - - -
4. Sodium Diocotyl S-S PO - - - - - - -
5. Particle Charge Test S 0.1 PO 0.1 PO 0.1 POS 0.1
6. Sieve Test % - S S
Destilasi 3 3 12 - 12
- Oil test dari volume emulsi - - - - - - 65 -
(%) 60 65 65
II - Residu (%)
1. 250 250 250 40 90
2. Test pada Residu dari Destilasi 100 - 100 - 100 - 40 -
3. Test 40 - 40 - 40 - 97.5 -
Penetrasi 97.5 97. 97.
Daktilitas 5 5
Kelarutan dalam larutan Carbon
Tetra Chlorida (CCL4)
ASPAL CAIR
1. Rapid Curing (RC)
1. Viskositas Kinematik pada 30 60 70 140 250 500 800 1600 300 6000
2. 60°C Centistokes
3. Titik Nyala (°C) 38 - 38 - 66 - 66 - 66 -
4. Kadar Air - 0.2 - 0.2 - 0.2 - 0.2 - 0.2
Pestilasi Test % Destilasi
dari Volume Total Destilasi - 25 0 20 0 10 - - - -
- s/d 225°C 40 70 20 60 15 55 0 35 0 15
- s/d 360°C 75 93 65 90 60 87 45 80 15 75
5. - s/d 315°C 50 - 55 - 67 - 75 - 80 -
6. Residu dari Destilasi Test
Test pada Residu dari 300 1200 300 1200 300 1200 300 1200 300 1200
Destilasi Tes
- Viskositas Absolut pada 100 - 100 - 100 - 100 - 100 -
60°C 99 - 99 - 99 - 99 - 99 -
poises
- Daktilitas
- Kelarutan pada CCL4
4. Campuran Rencana
Untuk mendapatkan campuran aspal beton yang baik perlu dilakukan
perencanaan campuran.
Data rencana yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Jenis agregat
b. Gradasi agregat
c. Mutu agregat
d. Jenis aspal semen
e. Rencana tebal lapisan
f. Jenis bahan pengisi (filler)
b. Bitumen ± 1%
Hotmix ATB
c. Stabilitas Min. 900 kg Min. 650 kg
d. Flow Max. 4 mm Max. 4,5 mm
e. Suhu campuran ketika ke luar dari mixer 6°C
f. Suhu campuran ketika dihampar pada jalan 6°C.
5. Metode Kerja
1. Produksi/pelaksanaan campuran harus menurut spesifikasi berikut :
- Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan campuran
rencana.
- Pencampuran harus dilaksanakan sebaik-baiknya sampai bahan
tercampur baik dan merata.
- Temperatur campuran sebagai berikut :
Agregat dipanaskan maksimum 1750 C.
Aspal keras (Penetrasi 60) dipanaskan pada temperatur 1500C
- 1700C atau sesuai hasil test viskositas pada 70 cst.
Temperatur agregat tidak boleh lebih dari 150C di atas
temperatur aspal semen.
Temperatur campuran aspal beton yang keluar dari Pugmill,
tidak boleh lebih dari 1650C.
2. Sebelum penghamparan dilaksanakan, permukaan yang akan dilapis
aspal beton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- Bentuk permukaan ke arah memanjang dan melintang harus telah
dipersiapkan sesuai dengan perencanaan.
- Permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang tidak
dikehendaki, misalnya debu dan bahan-bahan lepas lainnya.
- Permukaan yang tidak menggunakan bahan pengikat harus diberi
lapis resap pengikat (prime coat), sebanyak 0,6 - 1,5 l/m2.
- Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus diberi lapis
pengikat (tack coat) sebanyak maksimum 0,7 l/m2.
3. Pengangkutan
- Pengangkutan dilakukan dengan dump truck yang baknya terbuat
dari metal, rapat, bersih dan telah disemprot dengan air sabun,
solar, minyak perafin atau larutan kapur untuk mencegah
melekatnya aspal pada bak dump truck.
- Selama pengangkutan, campuran harus ditutup dengan terpal,
untuk melindungi dari pengaruh cuaca dan menjaga penurunan
temperatur yang terlalu cepat.
-
6. Penghamparan
- Tebal hamparan disesuaikan dengan tebal rencana padat.
Biasanya tebal hamparan gembur berkisar antara 120% sampai
dengan 130% dari tebal rencana padat.
- Tebal lapisan aspal beton padat (lapisan aus dan lapisan
penghubung) harus sesuai gambar.
- Campuran harus dihampar pada temperatur minimum 1150C.
- Untuk kontrol ketebalan hamparan ATB dan Hotmix dapat
dipakai kaso kayu kamper ukuran 5 x 7 cm panjang 4 m.
- Penghamparan ATB atau Hot Mix, menggunakan Mesin Asphalt
Finisher yang mempunyai alat pengatur ketebalan lapisan ATB
atau Hot Mix.
- Penghamparan secara manual hanya diperbolehkan apabila ada ijin
tertulis dari PT. Anugrah Mustika Nusantara.
1. Pemadatan
Pemadatan adalah tahapan akhir dari rangkaian kegiatan pembuatan
lapisan perkerasan jalan, dimana dalam tahapan ini Kontraktor harus
melakukan pengawasan terus menerus dan melaksanakan urutan
pemadatan sebagai berikut:
- Pemadatan awal (break down rolling) dilakukan pada temperatur
minimum 1100C dengan menggunakan tandem roller atau mesin
gilas roda tiga 6-8 ton antara 2-4 lintasan pada kecepatan 3-4
km/jam.
7. Pengendalian Mutu
Kegiatan pengendalian mutu yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor guna menjamin hasil
pelaksanaan pekerjaan yang baik dan memenuhi persyaratan.
Pengendalian mutu tersebut adalah:
1. Pengawasan di lokasi pencampuran (plant),meliputi :
- Pengawasan terhadap kualitas bahan, keadaan peralatan, suhu
pemanasan bahan campuran dan hasil campuran (gradasi,
marshall test).
- Pengambilan contoh yang dilakukan minimum 1 kali setiap hari
produksi, kecuali ditentukan lain oleh Pengawas.
3. Lapisan aspal beton baru boleh digunakan untuk lalu lintas dengan
kecepatan rendah, setelah selesai pemadatan akhir dan temperatur
sudah dibawah titik lembek aspal, atau setelah lebih kurang 2 jam.
Lapisan aspal beton baru boleh digunakan untuk lalu lintas secara
bebas minimum setelah 4 jam dari pemadatan akhir.
2. Metode Kerja
a. Beton jepit dipasang pada tepi perkerasan jalan dengan ukuran dan lokasi
sesuai gambar rencana
c. Elevasi bagian atas harus lebih rendah +/- 1 cm dari elevasi lapisan atas
jalan (ATB (Aspal Treated Base)/hotmix ).
d. Penempatan beton jepit adalah diantara badan jalan dengan bahu jalan dan
antara badan jalan dengan median jalan.
e. Pemadatan bahu jalan dan median jalan dilakukan dengan stamper atau
baby roller lapis demi lapis dimana tiap lapisan pemadatan maksimum 20
cm.
f. Tidak diperbolehkan melakukan pemadatan badan jalan apabila tanah
pada bahu jalan dan median jalan belum benar-benar padat. Syarat
kepadatan bahu jalan dan median jalan harus sesuai dengan kepadatan
subgrade yaitu minimum 95 % Standard Proctor dengan jenis tanah yang
dipakai sama dengan subgrade.
2. Metode Kerja
Pemasangan kansteen harus lurus dan sama tinggi serta sesuai gambar
kerja.