A. PENJELASAN UMUM
1. Pekerjaan Pendahuluan
Uraian pekerjaan di dalam ketentuan-ketentuan ini hanya indikatif dan hanya
dimaksudkan sebagai petunjuk kepada kontraktor. Seluruh pekerjaan harus
dilaksanakan sesuai dengan kondisi-kondisi kontrak. Spesifikasi teknis dan
gambar-gambar sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi kerja.
Juga disini dimaksudkan pekerjaan-pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang
walaupun tidak disebutkan di dalam RKS tetapi masih berada di dalam lingkungan
pekerjaan haruslah dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Teknis (PPTK/Pengawas
Lapangan) maupun Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Kontraktor diharapkan untuk membiasakan diri dengan lokasi pekerjaan dan untuk
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya atas lokasi tersebut, kondisi tanah
dan keadaan area di sekitarnya.
Kontraktor akan bertanggung jawab terhadap segala pengaturan untuk
mendapatkan ijin atau dispensasi yang diperlukan untuk memanfaatkan seluruh
fasilitas yang diperlukan di sekitar area proyek termasuk jalan umum, penggunaan
tanah untuk fasilitas sementara, jembatan, drainase, sumber air di sekitar proyek,
akses navigasi, dan kemungkinan fasilitas bongkar muat.
Kontraktor harus memperhitungkan segala kemungkinan bahwa dia akan
menyediakan, membangun dan menanggung segala biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan seluruh pekerjaan sementara dan pekerjaan yang lain yang
diperlukan pada masa awal proyek.
Selama proses pekerjaan, kontraktor harus tetap menjaga area lapangan dan
sekitarnya dimana pekerjaan dilaksanakan bersih dari segala barang-barang,
sampah, puing, semak dan barang-barang lain yang seharusnya dibuang. Lokasi
pembuangan akhir dapat ditentukan oleh pemberi kerja.
1
2. Keselamatan Kerja
Kontraktor harus melaksanakan segala langkah perlindungan yang layak untuk
seluruh area kerja yang mungkin akan membahayakan pekerjanya, atau orang
lain dan lalu-lintas. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengajukan
kepada wakil pemberi kerja sebuah dokumen “prosedur pelaksanaan/manual
keselamatan kerja” untuk mendapatkan persetujuannya. Buku manual tersebut
menyajikan kepada seluruh pekerja dan staff dan pengunjung proyek tentang
potensi bahaya, dan tindakan pencegahan yang diperlukan termasuk namun tidak
terbatas pada hal-hal dibawah ini :
pencegahan potensi bahaya;
prosedur penyelamatan;
tanggung jawab petugas keselamatan kerja;
prosedur yang diikuti apabila terdapat kondisi darurat.
B. PENGUKURAN
2
sebelum berlangsungnya pekerjaan sebagai dasar perhitungan awal (Mutual
Check 0% atau MC 0).
2. Seluruh level konstruksi harus didasarkan pada Acuan benchmark / BM PSDA yang
tersedia yang lokasinya terdapat di sekitar situasi proyek. Kontraktor harus
melaksanakan survey pendahuluan untuk menentukan dimensi, batas-batas
pekerjaan dan pengecekan kembali kondisi lapangan terhadap gambar
perencanaan. Kontraktor harus mengadakan titik Acuan vertikal/ BM resmi yang
baru. Kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa BM baru tersebut
dibuat berdasarkan data-data tersebut. Seluruh dimensi dan elevasi harus
diverifikasi dengan baik oleh kontraktor, jika terdapat perbedaan diantara BM
tersebut maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada wakil Pemberi Kerja
dan melaksanakan survey ulang dan atau bila perlu membuat BM yang baru
dengan Acuan yang paling dapat dipercaya kebenarannya di sekitar lokasi
tersebut.
3. Perbedaan Ukuran
a. Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidaksesuaian antara gambar rencana
dan detail, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih besar.
b. Bilamana terjadi perbedaan antara gambar dengan Bestek / Spesifikasi teknis
harus dilaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapatkan
persetujuan sebelum dilaksanakan.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum / selama dan
sesudah Kegiatan dilaksanakan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.
3
laporan mingguan, laporan bulanan, dan pendokumentasian tiap-tiap item
pekerjaan serta addendum/amandemen kontrak.
1. Lingkup Pekerjaan
4
3. Pembelokan Aliran
c. Genangan air harus dialirkan ketempat-tempat dimana air tidak akan mengalir
kembali ke galian-galian dan dengan cara yang tidak akan menyebabkan erosi
atau gangguan lain.
E. DEWATERING
1. Seluruh pekerjaan penggalian dimaksud disini adalah pekerjaan yang
dilaksanakan pada tanah yang kering secara permanen. Seharusnya tidak
terdapat air bocor atau air diam di dalam lubang galian baik selama jam kerja,
malam, akhir pekan maupun liburan.
2. Pengaliran air dari area penggalian harus selalu diambil dari arah
berlawanan dimana progress penggalian berjalan. Areal yang sudah selesai digali
harus memiliki profil yang mencukupi yang dirawat terus menerus, untuk
menyediakan aliran permukaan bagi air secara terus menerus untuk dialirkan ke
arah drainase.
3. Fasilitas pemompaan denga kapasitas yang cukup harus dipasang
oleh kontraktor dan harus dijaga sehingga tetap dalam kondisi operasi dan
5
dirawat dengan baik. Peralatan/pompa cadangan dalam kondisi siaga harus
tersedia untuk menghindari pemutusan sistim drainase setiap saat.
F. PEKERJAAN PANCANG BAMBU
1. Material ini digunakan untuk pondasi dengan trucuk bambu dinding saluran.
2. Bambu yang digunakan harus mempunyai sifat fisik sebagai berikut:
a. Berasal dari pohon yang sudah tua, lurus dan mempunyai diameter ± 10 cm.
b. Penyusutan kontinyu (merata).
c. Karakteristik :
Tegangan tarik : 600 – 4.000 kg/cm2
Tegangan tekan : 250 – 600 kg/cm2
Tegangan lentur : 700 – 3.000 kg/cm2
Modulus elastisitas tarik : 100.000 – 300.000 kg/cm2
3. Bambu yang digunakan dalam proyek ini adalah bambu jenis petung.
4. Pemancangan harus dilakukan pada jarak, kedalaman dan kemiringan yang
sudah ditentukan dalam gambar dan RKS.
G. GALIAN TANAH
1. Pekerjaan galian meliputi Pekerjaan Galian Tanah Biasa.
2. Pekerjaan galian baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank atau patok pekerjaan
selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan Pengawas.
3. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar kerja, bila lebih maka
Kontraktor harus menutup dengan pasir yang dipadatkan. Untuk hal tersebut
diadakan pemeriksaan setempat oleh Direksi dan Pengawas.
4. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerja
dan dibersihkan dari segala kotoran. Tanah galian yang tidak terpakai harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan.
5. Kontraktor harus memberikan perhatian penuh pada pemantauan dari lereng yang
digali. Pada observasi awal, setiap problem stabilitas harus dilaporkan kepada
wakil pemberi kerja. Meskipun ketentuan tersebut di atas, dan syarat-syarat
kemiringan telah ditunjukkan pada gambar, kontraktor tetap harus bertanggung
jawab terhadap kestabilan lereng dari area penggalian dan melaksanakan segala
pekerjaan perbaikan yang disebabkan oleh keruntuhan/kelongsoran lereng atas
biayanya sendiri.
6. Setiap kelongsoran yang terjadi baru dapat diperbaiki setelah mendapatkan
persetujuan dari wakil pemberi kerja mengenai lingkup dan metode pekerjaannya.
6
Kontraktor harus memastikan bahwa lereng yang digali harus dilindungi terhadap
erosi atau gerusan yang diakibatkan oleh air hujan.
7. Selama masa konstruksi kontraktor harus membersihkan seluruh sedimentasi di
dalam dinding bagian dalam dan memperbaiki segala kerusakan yang disebabkan
oleh kelongsoran atau pergeseran tersebut.
8. Jika ditemukan suatu halangan, maka pekerjaan penggalian harus ditunda untuk
sementara. Pekerjaan harus dialihkan ke area yang lain, tanpa tambahan biaya
kompensasi. Biaya pemindahan halangan/ obstacles tersebut akan dibayarkan
secara terpisah. Berdasarkan waktu yang dihabiskan untuk tenaga kerja dan
peralatan pada harga satuan yang muncul sebelum mulai pekerjaan pemindahan.
9. Dalam hal halangan tersebut ditemukan, kontraktor harus menginformasikan
kepada wakil pemberi kerja dan selanjutnya harus mengikuti segala instruksi yang
diberikan oleh wakil pemberi kerja.
10. Penundaan dari pekerjaan dan kompensasi biaya untuk keterlambatan pekerjaan
yang disebabkan oleh keberadaan dari halangan tersebut hanya berlaku setelah
didapatkan pemberitahuan tertulis oleh wakil pemberi kerja.
11. Jika memungkinkan dan dapat dilaksanakan, kontraktor harus pada saat itu
memindahkan pekerjaan penggalian tersebut ke area penggalian yang lain,
setelah mendapat instruksi dari wakil pemberi kerja, sehingga dapat mengurangi
keterlambatan waktu sependek mungkin.
12. Pekerjaan pengangkutan
seluruh kegiatan untuk memindahkan pekerjaan di dalam kontrak ini, mulai
dari areal konstruksi ke area pembuangan/penumpukan. pekerjaan ini
termasuk transportasi, penumpukan, pengangkutan, pembongkaran, dan
semua perlakuan yang diperlukan untuk tanah pada area konstruksi.
seluruh kegiatan untuk memindahkan material yang didatangkan dari luar
untuk material pengisi dari tambang ke area konstruksi termasuk pemuatan,
penimbunan sementara, pengangkutan, pembongkaran, dan semua perlakuan
yang diperlukan untuk tanah pada area konstruksi.
Lokasi tepat dari pengambilan atau pembuangan material akan diberitahukan
oleh wakil dari pemberi kerja.
Seluruh metode pengangkutan harus dilaksanakan dengan dump-truck,
metode yang lain harus dengan persetujuan dari wakil pemberi kerja. Seluruh
metode kerja kontraktor harus dengan jelas disebutkan di dalam proposal
metode kerja kontraktor.
7
Pekerjaan pengangkutan harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
terlaksana dengan aman.
Kontraktor harus mendapatkan segala jenis ijin yag diperlukan untuk
menjalankan operasi pengangkutan dan transportasi peralatan.
Area pembuangan akhir harus dipilih sedemikian sehingga nilai keutamaan
lingkungan tetap dapat dipertahankan dan dampak yang ditimbulkan dari
pembuangan tanah tersebut dapat diminimalkan. Kontraktor harus
menyediakan informasi yang cukup sehingga seluruh kriteria dapat memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan.
I. BETON BERTULANG
1. Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
2. Adukan / campuran yang dipakai untuk Kegiatan beton bertulang harus
memenuhi spesifikasi yang tertera di dalam gambar bestek, dengan menggunakan
perkiraan campuran yang memperoleh ijin dari Direksi Teknis dengan pembesian
sesuai dengan ketentuan.
3. Jika Kontraktor ingin membeli beton jadi (ready mix) atau mortar dari pabrik,
Kontraktor harus memberitahu Pemberi Kerja secara tertulis sebelum dimulainya
pekerjaan beton sesuai jadwal pelaksanaan yang telah disetujui. Pemberitahuan
tersebut mencakup : uraian lengkap tentang pabrik beton, nama supplier, dan
tempat serta kemampuan dari Batching Plant, alat-alat pendukung, pengalaman
beserta keandalannya untuk menghasilkan beton berkualitas baik, tepat waktu
dan lain-lain untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Kerja. Tanpa persetujuan
Pemberi Kerja, Kontraktor tidak boleh menggunakan peralatan untuk pengolahan
dan atau membeli serta mendatangkan beton jadi dari pabrik atau supplier.
4. Tulangan
8
a. Sebelum pemesanan besi tulangan, kontraktor harus mengajukan seluruh
detail material termasuk mill test certificate untuk besi beton yang akan
disuplai, nama produsen, metode transportasi dan penyimpanannya, dll.
yang diperlukan oleh wakil pemberi kerja. Wakil pemberi kerja akan
meminta besi beton tersebut ditest oleh laboratorium independen untuk test
kompresi, tarik dan tekuk. Apabila terdapat sampel yang tidak dapat
memenuhi ketentuan tersebut, maka delivery batch untuk besi beton dimana
sampel tersebut diambil tidak boleh digunakan. Seluruh biaya pengetesan akan
dibabankan kepada kontraktor.
b. Pembengkokan tulangan harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991 tulangan s/d
Ǿ12mm menggunakan tulangan polos U-24 sedang tulangan Ǿ 13 mm ke atas
menggunakan Deform (ST-37).
c. Tulangan harus bebas dari kotoran, karat dan bahan lain yang mengurangi
daya lekat.
d. Diameter / ketepatan ukuran dan banyaknya tulangan harus sesuai dengan
gambar.
e. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa, sehingga sebelum dan selama
pengecoran posisi tulangan tidak berubah kedudukannya dan tidak boleh
menempel pada cetakan.
f. Selama proses pengerasan / pengikatan beton tidak boleh terganggu atau
dibebani.
5. Bahan - bahan
a. Semen
Semen yang dipakai harus portland dari jenis yang disetujui dan yang dalam
segala hal memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Peraturan Semen
Indonesia. Semen harus bersifat kekal bersih, tidak mengandung bahan-bahan
yang merusak kualitasnya, dan mempengaruhi kekuatan dan kelas konstruksi
beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari baja
tulangan.
b. Pasir
Pasir yang digunakan harus keras, butirannya kasar dan tajam, bebas lumpur
dan bebas bahan organik dan bahan - bahan yang merusak beton. Pasir laut
tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton.
c. Kerikil / Split
Kerikil / Split yang digunakan adalah batu pecah tangan, harus keras dan tidak
berpori, ukuran butirannya 2 - 3 cm.
9
d. Air
Air untuk adukan beton harus bersih dan bebas dari minyak, asam alkali atau
bahan organik yang merusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya air yang
digunakan adalah air bersih tidak berwarna yang dapat diminum oleh manusia.
6. Persiapan pengecoran
a. Sebelum mengadakan pengecoran, semua cetakan dibersihkan dari kotoran.
b. Cetakan harus kuat sehingga bentuk dan kedudukannya selalu tetap pada
waktu dan setelah pengecoran dan mudah di bongkar.
c. Tulangan dicek kembali sebelum dilaksanakan pengecoran, diketahui oleh
Direksi Teknis.
7. Pengecoran
a. Pengecoran harus mendapat ijin dari Direksi Teknis.
b. Campuran beton harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi
teknis.
c. Pengadukan beton minimal 5 (lima) menit, setelah semua bahan masuk ke alat
pengaduk (bila memakai mesin), warna adukan seragam / rata dan adukan
harus sudah dituang dalam cetakan sebelum waktu 10 menit.
d. Penggunaan bahan - bahan kimia / pembantu mempercepat pengeras beton
harus terlebih dahulu dikonsultasikan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
e. Pembongkaran cetakan beton harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan
ketentuan yang berlaku.
8. Sambungan-sambungan pada beton
a. Ekspansion Joint
Ekspansion joint harus diisi dengan material pengisi berupa lembaran
atau resinke seluruh area sambungan. Pada sudut tepi ekspose harus dilapis/
tambal dengan resilient sealing compound.
b. Water Stop
Waterstop dipasang pada sambungan dimana ketahanan terhadap bocor pada
lapisan beton dibutuhkan. Pemasangan waterstop ditetapkan pada gambar
atau sebagaimana diarahkan oleh wakil Direksi Teknis. Spesifikasi waterstop
diserahkan pada wakil Direksi Teknis untuk disetujui.
c. Construction Joint
construction joint harus disediakan pada lokasi-lokasi yang ditunjukkan pada
gambar kerja yang disetujui. Pada saat penghentian pengecoran, batang-
batang kunci harus disediakan sesuai arahan dari wakil Direksi Teknis.
10
Sebelum pamasangan bekisting, permukaan beton harus dipotong atau
dichipping dan dibikin kasar dengan menggunakan palu, pahat, atau mesin
sikat besi, untuk menghilangkan keping beton, agregat lepas, akumulasi
garam, dsb. Kecuali disetujui yang lain, maka sdanblasting dapat dilaksanakan
pada permukaan tersebut. Permukaan sambungan harus disiram dengan air
bersih secara kontinyu setidaknya 24 jam sampai jenuh. Segera sebelum
pengecoran permukaan harus ditiup dengan menggunakan angin tekanan
tinggi dari kompresor.
Penggunaan bonding agent atau joint mortar harus dilaksanakan segera
sebelum beton dicor, untuk mencegah bonding agent/mortar tersebut menjadi
kering sebelum beton dicor. Pemadatan harus dilaksanakan lebih intensif pada
daerah sambungan ini.
9. Aditiv dan admixture
Jika kontraktor bermaksud menggunakan aditiv atau admixtur maka kontraktor
harus mengajukan tipe produk, sertifikat manufaktur, brosur dan spesifikasi,
nama merek dan produsen, metode transportasi dan penyimpanannya dan hal-
hal lain yang mungkin dminta oleh wakil Direksi Teknis. Pengajuan harus
dilaksanakan lebih awal, sebelum produk tersebut dilaksanakan dalam pekerjaan.
1. Persyaratan Umum
Produksi culvert harus sesuai dengan standar yang telah berlaku (JIS, SNI, ACI
dsb). Panjang culvert seperti terlihat pada gambar, kecuali ditentukan lain oleh
wakil pemberi kerja. Culvert sebaiknya tidak dipesan tanpa petunjuk untuk wakil
pemberi kerja.
2. Pengajuan dokumen
a. Dokumen di bawah ini harus diajukan kepada wakil pemberi kerja sebelum
pelaksanaan pemasangan (erection) culvert:
Prosedur erection
Quality control.
b. Gambar kerja:
11
Culvert termasuk gambar detail, dan bagian-bagian, termasuk penulangan,
sambungan dan cara penyambungan.
c. Metodologi:
Alat-alat Pelaksanaan;
d. Laporan test;
Kontraktor harus mengajukan seluruh laporan test untuk hal-hal di bawah ini:
Sertifikat.
b. Culvert yang memiliki retak karena beban, atau karena susut pada saat
pembuatan harus ditolak. Kontraktor harus memeriksa setiap culvert di pabrik
sebelum dikirimkan ke lapangan.
a. Beton diharuskan memiliki kuat tekan minimum 300 kg/cm pada umur 28 hari
dan ukuran agregat maksimum 30 mm. Untuk beton di lingkungan laut,
beton padat bebas retak susut, dengan permeabilitas minimum. Rasio
perbandingan air dan semen maksimum 0.52.
12
5. Pabrikasi
a. Bekisting
Bekisting dan toleransi dimensi harus sesuai dengan standar yang berlaku dan
yang dispesifikasikan lainnya, dipasang dengan akurat, kedap air, dan
disupport pada casting bed.
b. Baja Tulangan
Jumlah, ukuran dan pengaturan dari baja tulangan harus sesuai dengan detail
yang ditunjukan pada rencana yang diajukan Pabrikan. Tulangan baja harus
mempunyai minimum selimut beton, seperti yang ditunjukan pada gambar.
6. Perawatan culvert
7. Penempatan culvert;
13
a. Seluruh pekerjaan penggalian yang diperlukan di sekitar area erection harus
dilaksanakan sebelum pemasangan culvert. Culvert harus dipasang dengan
benar, saling mengunci diantara mereka sehingga membentuk dinding
diafragma menerus sepanjang dinding culvert. Tindakan harus diambil untuk
tidak mendapatkan celah sepanjang garis sambung antar culvert untuk
menghindari pengaliran tanah dan air diantara culvert.
8. Pembayaran
a. Pekerjaan erection culvert diukur dan dibayar dengan harga satuan per meter
panjang untuk pengadaan material culvert dan pekerjaan pemasangannya /
erection dengan satuan kilogram. Pembayaran tidak akan dilaksanakan pada
culvert yang ditolak dari lapangan.
1. Persiapan
Agregate base course dihampar diatas lapis sub base course yang sudah selesai
dan diterima oleh wakil pemberi kerja;
2. Penempatan
penempatan sesuai dengan prosedur penempatan sub base course yang terdapat
pada spesifikasi pada bab ini;
4. Toleransi;
Toleransi harus sesuai dengan ketentuan mengenai aggregat sub base course di
dalam bagian ini. Dan berat volume yang diperlukan setiap lapis tidak kurang dari
14
95% dari maksimum berat volume kering yang ditentukan dengan AASHTO-T-
180, Method D. Berat volume lapangan ditentukan dengan AASHTO-T191.
Ketebalan maksimum setiap lapis tidak boleh lebih dari 150mm, kecuali
pemadatan menggunakan vibrator roller maka ketebalan maksimum adalah
200mm.
10. Pekerjaan lapis resap pengikat (primecoat) harus terdiri dari penyediaan dan
penggunaan material bitumen pada dasar jalan yang sebelumnya telah
dipersiapkan, sesuai dengan spesifikasi ini dan dengan lebar dan luas yang
tampak pada gambar atau atas dasar perintah Pemilik Pekerjaan.
11. Material bitumen untuk lapisan perekat harus aspal-emulasi yang memenuhi
ketentuan dalam standar ASTM atau yang setara dan disetujui Pemilik Pekerjaan.
12. Penyedia Jasa harus menyerahkan daftar semua peralatan yang akan
dipergunakan untuk pekerjaan tersebut untuk mendapatkan persetujuan Pemilik
Pekerjaan. Pekerjaan tersebut tidak boleh dilaksanakan pada waktu angin
kencang dan hujan. Permukaan yang akan dilindungi harus kering dan bebas dari
kotoran lepas dan benda-benda asing lainnya.
13. Material bitumen harus digunakan dengan peralatan pembagi pada kecepatan
yang ditentukan oleh Pemilik Pekerjaan yang besarnya berkisar 0,8 sampai 1,0
liter per meter persegi (l/m2) bila digunakan diatas base-course dan antara 0,4
sampai 0,6 l/m2 bila digunakan diatas lantai beton, pada suhu antara tujuh puluh
derajat celcius (70oC) dan delapan puluh derajat celcius (80oC).
1. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setelah pekerjaan tack coat di atas base course
selesai. Penerapan agregat tersebut harus dilakukan segera setelah penerapan
material aspal dimulai dan harus selesai dalam waktu lima (5) menit setelah
penyemprotan atau menurut jangka waktu yang lebih pendek atas petunjuk
Pemilik Pekerjaan.
15
2. Agregat harus dihampar merata diatas permukaan aspal dengan peralatan
penebar agregat yang disetujui pada kecepatan sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Pemilik Pekerjaan.
3. Tempat-tempat yang tidak cukup tertutup dengan baik harus diulang dengan alat
penabur mekanis atau manual sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan
seluruh permukaan dapat tertutup merata. Setiap agregat yang dihamparkan
melebihi tingkat disetujui atau yang diperintahkan harus ditebar dan diratakan di
atas jalan atau kalau tidak harus dibongkar dan ditimbun sebagaimana
diperintahkan oleh Pemilik Pekerjaan.
1. Bahan
a. Bahan Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) harus dipilih dari sumber yang
disetujui Direksi Pengawas sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pengawas 50 kg contoh
agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan
pekerjaan.
b. Bahan Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) adalah bagian dari struktur
perkerasan yang berada di atas lapisan sub grade. Pelaksanaan urugan Bahan
16
Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) dilaksanakan keseluruhan luas lokasi
sesuai dengan gambar rencana.
c. Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) yang digunakan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Nilai CBR minimal tidak boleh kurang dari 90% untuk LPA dan 65 % untuk
LPB.
d. Urugan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) dilaksanakan setelah
kondisi lapangan kering tidak terkenang air pasang dan bersih dari
kotoran/lumpur yang dapat mengurangi kualitas konstruksi.
2. Penghamparan
a. Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) dihampar dengan hati-hati dan
dilaksanakan selapis demi selapis dengan ketebalan maksimum untuk setiap
lapis adalah 35 cm.
b. Dalam kondisi cuaca hujan dan air pasang Material Lapis Fondasi Agregat (LPA
atau LPB) tidak diperbolehkan dihampar di lapangan/rencana jalan.
3. Pemadatan
a. Pemadatan lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) sesegera
mungkin dilakukan setelah penghamparan. Pemadatan harus terus menerus
dilakukan sampai mencapai kepadatan optimal dan dipadatkan dengan
menggunakan vibro roller. Untuk tempat-tempat yang tidak memungkinkan
dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibro roller, maka pemadatan
dapat dilakukan dengan menggunakan stamper.
17
d. Lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) terlalu kering terhadap
kadar air yang telah disyaratkan untuk dipadatkan, harus diperbaiki kembali
dengan menggaru bahan tersebut disusul dengan penyiraman air dalam
jumlah cukup dan mencampur secara menyeluruh dengan bantuan Dozzer
atau peralatan lain yang disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas.
e. Lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) yang terlalu basah
terhadap kadar air yang disyaratkan untuk dipadatkan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut diikuti dengan pengerjaan setahap demi
setahap dengan metode tertentu, menggunakan Dozzerr atau alat lain yang
telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas. Jika cara ini tidak bisa dicapai
maka Pemberi Tugas/Pengawas menginstruksi agar bahan tersebut
dikeluarkan dari lapangan dan diganti dengan bahan kering yang sesuai.
f. Lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) menjadi jenuh karena
air hujan atau banjir setelah bahan tersebut telah cukup dipadatkan, pada
umumnya tidak memerlukan perbaikan asalkan sifat-sifat bahannya dan
keseragaman permukaan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Segera setelah pekerjaan pemadatan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau
LPB) selesai, maka selanjutnya permukaannya harus dilindungi dari kendaraan
berat/lalu lintas melewati di atasnya. Semua lalu lintas selain mesin-mesin
konstruksi yang langsung terlibat dalam pekerjaan ini sedapat mungkin harus
dicegah. Segala kerusakan akibat dari hal tersebut, sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.
18
3. Campuran spesi terdiri dari 1pc : 5ps diaduk dengan beton molen. Perbandingan
tersebut adalah perbandingan volume. Adukan harus ditampung dalam kotak
penampungan agar tidak tercampur dengan bahan lain.
4. Pemasangan batu tidak boleh bersentuhan dan rongga-rongga harus terisi penuh
spesi.
5. Harga satuan termasuk upah tenaga, bahan, pembersihan batu muka dan
perapihan.
P. PLESTERAN
2. Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk besi grill atau dilas
harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M183M - 90 : Structural Steel. Baja
19
lainnya harus mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2 dan
tegangan tarik minimum sebesar 4000 kg/cm2. Baja struktur untuk gelagar harus
mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 3500 kg/cm2 dan tegangan tarik
minimum sebesar 4950 kg/cm2.
3. Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari
kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183 - 90, harus memenuhi
ketentuan dari ASTM A233.
4. Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta
oleh Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang
menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula
standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
pembuatanya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik
bahan baku, dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.
R. LAIN-LAIN
1. Semua bahan yang akan dipergunakan dan didatangkan harus sesuai dengan
Bestek serta harus mendapatkan ijin Direksi teknis / Pengawas Lapangan dan
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
2. Penggunaan bahan - bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam dokumen ini akan ditolak atau dikeluarkan dari lokasi atas
perintah Pejabat Pembuat Komitmen / Pengawas Lapangan.
20
3. Apabila terjadi keraguan akan mutu bahan yang didatangkan kemudian Pengawas
Lapangan minta pemeriksaan pada Laboratorium bahan bangunan, maka biaya
yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang belum diuraikan dalam dokumen ini maka
akan di betulkan dalam Berita Acara Aanwijzing (Aanvoeling) .
5. Apabila ada kekurangan, perbedaan atau kelengkapan maka diselesaikan bersama
dalam rapat berkala.
6. Kontraktor harus menghadirkan wakilnya untuk rapat. Rapat regular dilaksanakan
pada setiap minggu, yang harus dihadiri oleh personil kontraktor, wakil pemberi
kerja dan pihak lain yang terkait dengan pekerjaan.
7. Setelah rapat tersebut, notulen rapat harus dibuat, diperbanyak dan
didistribusikan kepada semua pihak dan ditanda-tangani oleh seluruh peserta.
Dokumen ini harus disimpan dengan baik oleh semua pihak.
8. Kontraktor harus memberi tahukan kepada wakil pemberi kerja secara tertulis
segala usulan perubahan pada rencana pengawasan kuaitas. Perubahan yang
dibuat pada rencana pengawasan kuaitas tidak boleh dilaksanakan sebelum
persetujuan tertulis dari wakil pemberi kerja.
9. persetujuan gambar dan perhitungan termasuk segala perubahan yang diberikan
oleh wakil pemberi kerja, tidak akan membebaskan kontraktor dari kewajibannya
pada pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kecukupan volumenya dalam
kontrak.
Menyetujui :
KUMBINO, ST., MM
NIP. 19600914 198703 1 009
21