Anda di halaman 1dari 21

SPESIFIKASI TEKNIS

Kegiatan : Perbaikan Saluran Drainase / Gorong – gorong Sistem Wilayah


Mangkang
Pekerjaan : Peningkatan Saluran Taman Durian Mijen
TA : 2017

A. PENJELASAN UMUM
1. Pekerjaan Pendahuluan
Uraian pekerjaan di dalam ketentuan-ketentuan ini hanya indikatif dan hanya
dimaksudkan sebagai petunjuk kepada kontraktor. Seluruh pekerjaan harus
dilaksanakan sesuai dengan kondisi-kondisi kontrak. Spesifikasi teknis dan
gambar-gambar sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi kerja.
Juga disini dimaksudkan pekerjaan-pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang
walaupun tidak disebutkan di dalam RKS tetapi masih berada di dalam lingkungan
pekerjaan haruslah dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Teknis (PPTK/Pengawas
Lapangan) maupun Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Kontraktor diharapkan untuk membiasakan diri dengan lokasi pekerjaan dan untuk
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya atas lokasi tersebut, kondisi tanah
dan keadaan area di sekitarnya.
Kontraktor akan bertanggung jawab terhadap segala pengaturan untuk
mendapatkan ijin atau dispensasi yang diperlukan untuk memanfaatkan seluruh
fasilitas yang diperlukan di sekitar area proyek termasuk jalan umum, penggunaan
tanah untuk fasilitas sementara, jembatan, drainase, sumber air di sekitar proyek,
akses navigasi, dan kemungkinan fasilitas bongkar muat.
Kontraktor harus memperhitungkan segala kemungkinan bahwa dia akan
menyediakan, membangun dan menanggung segala biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan seluruh pekerjaan sementara dan pekerjaan yang lain yang
diperlukan pada masa awal proyek.
Selama proses pekerjaan, kontraktor harus tetap menjaga area lapangan dan
sekitarnya dimana pekerjaan dilaksanakan bersih dari segala barang-barang,
sampah, puing, semak dan barang-barang lain yang seharusnya dibuang. Lokasi
pembuangan akhir dapat ditentukan oleh pemberi kerja.

1
2. Keselamatan Kerja
Kontraktor harus melaksanakan segala langkah perlindungan yang layak untuk
seluruh area kerja yang mungkin akan membahayakan pekerjanya, atau orang
lain dan lalu-lintas. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus mengajukan
kepada wakil pemberi kerja sebuah dokumen “prosedur pelaksanaan/manual
keselamatan kerja” untuk mendapatkan persetujuannya. Buku manual tersebut
menyajikan kepada seluruh pekerja dan staff dan pengunjung proyek tentang
potensi bahaya, dan tindakan pencegahan yang diperlukan termasuk namun tidak
terbatas pada hal-hal dibawah ini :
 pencegahan potensi bahaya;
 prosedur penyelamatan;
 tanggung jawab petugas keselamatan kerja;
 prosedur yang diikuti apabila terdapat kondisi darurat.

Kontraktor harus melaksanakan tindakan pencegahan yang cukup terhadap


seluruh operasi kontraktor dan sub-kontraktor. Penggunaan dan penyimpanan
bahan-bahan mudah terbakar harus mutlak diusahakan tetap minimum dan jika
ada harus ditangani dan disimpan dengan sangat hati-hati. Bensin dan cairan-
cairan lain yang mudah terbakar dan tangki gas bertekanan harus disimpan dan
dari kontainer yang aman. Peletakan kontainer tersebut harus dari tidak boleh
berdekatan dengan bangunan. Kecuali yang tidak disyaratkan disini, kontraktor
seharusnya tidak diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan api atau
pemanasan di tempat terbuka dengan menggunakan alat-alat pemanas pada
setiap bagian pekerjaan.
3. Kontraktor harus memberikan kepada wakil pemberi kerja, nama-nama sub-
kontraktor yang akan dipekerjakan dan supplier atau produsen barang yang
dipakai pada proyek ini.
4. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum pada RAB
sebagai lampiran berita acara klarifikasi/koreksi aritmatik sebagai lampiran berita
acara evaluasi penawaran.

B. PENGUKURAN

1. Pelaksanaan Kegiatan berdasarkan gambar kerja dan syarat-syarat yang diuraikan


dalam RKS dan Gambar, serta perubahan-perubahan dalam Berita Acara
Aanwijzing, sesuai pengarahan Pejabat Pembuat Komitmen pada waktu atau

2
sebelum berlangsungnya pekerjaan sebagai dasar perhitungan awal (Mutual
Check 0% atau MC 0).

2. Seluruh level konstruksi harus didasarkan pada Acuan benchmark / BM PSDA yang
tersedia yang lokasinya terdapat di sekitar situasi proyek. Kontraktor harus
melaksanakan survey pendahuluan untuk menentukan dimensi, batas-batas
pekerjaan dan pengecekan kembali kondisi lapangan terhadap gambar
perencanaan. Kontraktor harus mengadakan titik Acuan vertikal/ BM resmi yang
baru. Kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa BM baru tersebut
dibuat berdasarkan data-data tersebut. Seluruh dimensi dan elevasi harus
diverifikasi dengan baik oleh kontraktor, jika terdapat perbedaan diantara BM
tersebut maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada wakil Pemberi Kerja
dan melaksanakan survey ulang dan atau bila perlu membuat BM yang baru
dengan Acuan yang paling dapat dipercaya kebenarannya di sekitar lokasi
tersebut.

3. Perbedaan Ukuran
a. Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidaksesuaian antara gambar rencana
dan detail, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih besar.
b. Bilamana terjadi perbedaan antara gambar dengan Bestek / Spesifikasi teknis
harus dilaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapatkan
persetujuan sebelum dilaksanakan.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru sebelum / selama dan
sesudah Kegiatan dilaksanakan menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

C. ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI


1. Pekerjaan Administrasi dikerjakan setelah menerima SPMK (Surat Perintah Mulai
Kerja) dari Pihak Pengguna Jasa dimulai dengan menyerahkan rencana program
pelaksanaan pekerjaan / time schedule.
2. Kontraktor sebelum melaksanakan Kegiatan/ tahapan - tahapan Kegiatan
diharuskan membuat Request sebagai permohonan ijin Kegiatan yang diajukan
kepada Pengawas Lapangan / Koordinator Pengawas dan mengetahui Pejabat
Pembuat Komitmen.
3. Pekerjaan administrasi dan dokumentasi mencakup pekerjaan-pekerjaan :
Penyusunan Jadwal waktu pelaksanaan Pekerjaan/time schedule, Perhitungan MC
0, Perhitungan CCO (Construction Change Order), penyusunan laporan harian,

3
laporan mingguan, laporan bulanan, dan pendokumentasian tiap-tiap item
pekerjaan serta addendum/amandemen kontrak.

D. PEMBELOKAN ALIRAN AIR DAN PERLINDUNGAN TERHADAP AIR


(KISTDAM)

1. Lingkup Pekerjaan

a. Kontraktor harus melindungi pekerjaan dari kerusakan-kerusakan yang


disebabkan oleh hujan, aliran air pada permukaan tanah, banjir, adanya
pembelokan-pembelokan aliran dan kejadian semacam yang mungkin terjadi
selama pelaksanaan kontrak.

b. Kontraktor harus mengeringkan dasar-dasar fondasi dan menjaga agar galian-


galian bebas dari genangan air sesuai dengan persyaratan pelaksanaan
pekerjaan yang baik dan harus menjaga aliran air dalam saluran-saluran irigasi
dan drainase yang ada di tempat pekerjaan dengan pekerjaan-pekerjaan
pembelokan aliran sementara.

c. Kontraktor/pemborong harus menyediakan semua tenaga kerja, perlatan dan


bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan dan pemeliharaan
pembendungan sementara, penyudetan, pengeringan dan pembuangan air
dari lokasi pekerjaan selama dalam pelaksanaan.

d. Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan persetujuan Direksi, lokasi harus


dibersihkan kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

e. Kontraktor tidak diperkenankan mengganggu atau mencemari aliran air, air


tanah dan saluran pembuang, selama pelaksanaan pembendungan,
pengeringan dan pembuangan tanpa ijin Direksi.

2. Rencana Kerja Dan Gambar-Gambar Detail

Kontraktor harus membuat rencana kerja dan gambar-gambar detail untuk


pekerjaan pembendungan, penyudetan, pengeringan dan pembuangan air yang
harus diajukan kepada Direksi untuk diperiksa, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah pengumuman pemenang. Direksi tidak dapat menerima suatu alasan
kerusakan akibat pengambilan keputusan yang dilakukan Kontraktor/Pemborong.

4
3. Pembelokan Aliran

a. Kontraktor tidak diperbolehkan merintangi atau mengganggu aliran-aliran


dalam saluran-saluran irigasi dan drainase dengan alasan dan sebab apapun
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi.

b. Apabila pekerjaan-pekerjaan pembelokan aliran sementara diperlukan,


Kontraktor harus menyelenggarakan dan merawatnya menurut gambar atau
sesuai dengan petunjuk Direksi. Pekerjaan-pekerjaan pembelokan aliran
sementara harus dibongkar dan dikembalikan seperti semula, jika diperintah
oleh Direksi.

4. Perlindungan Terhadap Air

a. Sebelum memulai pekerjaan-pekerjaan, Kontraktor harus menyelenggarakan


dan memelihara pekerjaan-pekerjaan yang mungkin diperlukan untuk
mencegah masuknya air kedalam galian.

b. Kontraktor harus mengadakan, memasang, menjaga dan menjalankan semua


peralatan yang diperlukan serta peralatan-peralatan lain untuk pengeringan di
lokasi bekas galian dan menjaga agar pekerjaan pondasi-pondasi bebas dari
genangan air.

c. Genangan air harus dialirkan ketempat-tempat dimana air tidak akan mengalir
kembali ke galian-galian dan dengan cara yang tidak akan menyebabkan erosi
atau gangguan lain.

E. DEWATERING
1. Seluruh pekerjaan penggalian dimaksud disini adalah pekerjaan yang
dilaksanakan pada tanah yang kering secara permanen. Seharusnya tidak
terdapat air bocor atau air diam di dalam lubang galian baik selama jam kerja,
malam, akhir pekan maupun liburan.
2. Pengaliran air dari area penggalian harus selalu diambil dari arah
berlawanan dimana progress penggalian berjalan. Areal yang sudah selesai digali
harus memiliki profil yang mencukupi yang dirawat terus menerus, untuk
menyediakan aliran permukaan bagi air secara terus menerus untuk dialirkan ke
arah drainase.
3. Fasilitas pemompaan denga kapasitas yang cukup harus dipasang
oleh kontraktor dan harus dijaga sehingga tetap dalam kondisi operasi dan

5
dirawat dengan baik. Peralatan/pompa cadangan dalam kondisi siaga harus
tersedia untuk menghindari pemutusan sistim drainase setiap saat.
F. PEKERJAAN PANCANG BAMBU

1. Material ini digunakan untuk pondasi dengan trucuk bambu dinding saluran.
2. Bambu yang digunakan harus mempunyai sifat fisik sebagai berikut:
a. Berasal dari pohon yang sudah tua, lurus dan mempunyai diameter ± 10 cm.
b. Penyusutan kontinyu (merata).
c. Karakteristik :
 Tegangan tarik : 600 – 4.000 kg/cm2
 Tegangan tekan : 250 – 600 kg/cm2
 Tegangan lentur : 700 – 3.000 kg/cm2
 Modulus elastisitas tarik : 100.000 – 300.000 kg/cm2
3. Bambu yang digunakan dalam proyek ini adalah bambu jenis petung.
4. Pemancangan harus dilakukan pada jarak, kedalaman dan kemiringan yang
sudah ditentukan dalam gambar dan RKS.

G. GALIAN TANAH
1. Pekerjaan galian meliputi Pekerjaan Galian Tanah Biasa.
2. Pekerjaan galian baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank atau patok pekerjaan
selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan Pengawas.
3. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar kerja, bila lebih maka
Kontraktor harus menutup dengan pasir yang dipadatkan. Untuk hal tersebut
diadakan pemeriksaan setempat oleh Direksi dan Pengawas.
4. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan ukuran gambar kerja
dan dibersihkan dari segala kotoran. Tanah galian yang tidak terpakai harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan.
5. Kontraktor harus memberikan perhatian penuh pada pemantauan dari lereng yang
digali. Pada observasi awal, setiap problem stabilitas harus dilaporkan kepada
wakil pemberi kerja. Meskipun ketentuan tersebut di atas, dan syarat-syarat
kemiringan telah ditunjukkan pada gambar, kontraktor tetap harus bertanggung
jawab terhadap kestabilan lereng dari area penggalian dan melaksanakan segala
pekerjaan perbaikan yang disebabkan oleh keruntuhan/kelongsoran lereng atas
biayanya sendiri.
6. Setiap kelongsoran yang terjadi baru dapat diperbaiki setelah mendapatkan
persetujuan dari wakil pemberi kerja mengenai lingkup dan metode pekerjaannya.

6
Kontraktor harus memastikan bahwa lereng yang digali harus dilindungi terhadap
erosi atau gerusan yang diakibatkan oleh air hujan.
7. Selama masa konstruksi kontraktor harus membersihkan seluruh sedimentasi di
dalam dinding bagian dalam dan memperbaiki segala kerusakan yang disebabkan
oleh kelongsoran atau pergeseran tersebut.
8. Jika ditemukan suatu halangan, maka pekerjaan penggalian harus ditunda untuk
sementara. Pekerjaan harus dialihkan ke area yang lain, tanpa tambahan biaya
kompensasi. Biaya pemindahan halangan/ obstacles tersebut akan dibayarkan
secara terpisah. Berdasarkan waktu yang dihabiskan untuk tenaga kerja dan
peralatan pada harga satuan yang muncul sebelum mulai pekerjaan pemindahan.
9. Dalam hal halangan tersebut ditemukan, kontraktor harus menginformasikan
kepada wakil pemberi kerja dan selanjutnya harus mengikuti segala instruksi yang
diberikan oleh wakil pemberi kerja.
10. Penundaan dari pekerjaan dan kompensasi biaya untuk keterlambatan pekerjaan
yang disebabkan oleh keberadaan dari halangan tersebut hanya berlaku setelah
didapatkan pemberitahuan tertulis oleh wakil pemberi kerja.
11. Jika memungkinkan dan dapat dilaksanakan, kontraktor harus pada saat itu
memindahkan pekerjaan penggalian tersebut ke area penggalian yang lain,
setelah mendapat instruksi dari wakil pemberi kerja, sehingga dapat mengurangi
keterlambatan waktu sependek mungkin.
12. Pekerjaan pengangkutan
 seluruh kegiatan untuk memindahkan pekerjaan di dalam kontrak ini, mulai
dari areal konstruksi ke area pembuangan/penumpukan. pekerjaan ini
termasuk transportasi, penumpukan, pengangkutan, pembongkaran, dan
semua perlakuan yang diperlukan untuk tanah pada area konstruksi.
 seluruh kegiatan untuk memindahkan material yang didatangkan dari luar
untuk material pengisi dari tambang ke area konstruksi termasuk pemuatan,
penimbunan sementara, pengangkutan, pembongkaran, dan semua perlakuan
yang diperlukan untuk tanah pada area konstruksi.
 Lokasi tepat dari pengambilan atau pembuangan material akan diberitahukan
oleh wakil dari pemberi kerja.
 Seluruh metode pengangkutan harus dilaksanakan dengan dump-truck,
metode yang lain harus dengan persetujuan dari wakil pemberi kerja. Seluruh
metode kerja kontraktor harus dengan jelas disebutkan di dalam proposal
metode kerja kontraktor.

7
 Pekerjaan pengangkutan harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
terlaksana dengan aman.
 Kontraktor harus mendapatkan segala jenis ijin yag diperlukan untuk
menjalankan operasi pengangkutan dan transportasi peralatan.
 Area pembuangan akhir harus dipilih sedemikian sehingga nilai keutamaan
lingkungan tetap dapat dipertahankan dan dampak yang ditimbulkan dari
pembuangan tanah tersebut dapat diminimalkan. Kontraktor harus
menyediakan informasi yang cukup sehingga seluruh kriteria dapat memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan.

H. PEKERJAAN URUGAN KEMBALI


1. Pekerjaan urugan mencakup pekerjaan urugan kembali. Urugan kembali dalam
pekerjaan ini meliputi urugan kembali untuk bekas tanah galian.
2. Kegiatan urugan tanah kembali menggunakan tanah bekas galian (bukan tanah
humus), dipadatkan dengan alat sederhana (stamper) dan untuk Kegiatan urugan
perataan peil harus menggunakan tanah urug yang baik / tanah pilihan (bersih
dari kotoran biji - bijian, tumbuh - tumbuhan dan lainnya yang dapat
mengganggu).

I. BETON BERTULANG
1. Pekerjaan beton bertulang dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
2. Adukan / campuran yang dipakai untuk Kegiatan beton bertulang harus
memenuhi spesifikasi yang tertera di dalam gambar bestek, dengan menggunakan
perkiraan campuran yang memperoleh ijin dari Direksi Teknis dengan pembesian
sesuai dengan ketentuan.
3. Jika Kontraktor ingin membeli beton jadi (ready mix) atau mortar dari pabrik,
Kontraktor harus memberitahu Pemberi Kerja secara tertulis sebelum dimulainya
pekerjaan beton sesuai jadwal pelaksanaan yang telah disetujui. Pemberitahuan
tersebut mencakup : uraian lengkap tentang pabrik beton, nama supplier, dan
tempat serta kemampuan dari Batching Plant, alat-alat pendukung, pengalaman
beserta keandalannya untuk menghasilkan beton berkualitas baik, tepat waktu
dan lain-lain untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Kerja. Tanpa persetujuan
Pemberi Kerja, Kontraktor tidak boleh menggunakan peralatan untuk pengolahan
dan atau membeli serta mendatangkan beton jadi dari pabrik atau supplier.
4. Tulangan

8
a. Sebelum pemesanan besi tulangan, kontraktor harus mengajukan seluruh
detail material termasuk mill test certificate untuk besi beton yang akan
disuplai, nama produsen, metode transportasi dan penyimpanannya, dll.
yang diperlukan oleh wakil pemberi kerja. Wakil pemberi kerja akan
meminta besi beton tersebut ditest oleh laboratorium independen untuk test
kompresi, tarik dan tekuk. Apabila terdapat sampel yang tidak dapat
memenuhi ketentuan tersebut, maka delivery batch untuk besi beton dimana
sampel tersebut diambil tidak boleh digunakan. Seluruh biaya pengetesan akan
dibabankan kepada kontraktor.
b. Pembengkokan tulangan harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991 tulangan s/d
Ǿ12mm menggunakan tulangan polos U-24 sedang tulangan Ǿ 13 mm ke atas
menggunakan Deform (ST-37).
c. Tulangan harus bebas dari kotoran, karat dan bahan lain yang mengurangi
daya lekat.
d. Diameter / ketepatan ukuran dan banyaknya tulangan harus sesuai dengan
gambar.
e. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa, sehingga sebelum dan selama
pengecoran posisi tulangan tidak berubah kedudukannya dan tidak boleh
menempel pada cetakan.
f. Selama proses pengerasan / pengikatan beton tidak boleh terganggu atau
dibebani.
5. Bahan - bahan
a. Semen
Semen yang dipakai harus portland dari jenis yang disetujui dan yang dalam
segala hal memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Peraturan Semen
Indonesia. Semen harus bersifat kekal bersih, tidak mengandung bahan-bahan
yang merusak kualitasnya, dan mempengaruhi kekuatan dan kelas konstruksi
beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari baja
tulangan.
b. Pasir
Pasir yang digunakan harus keras, butirannya kasar dan tajam, bebas lumpur
dan bebas bahan organik dan bahan - bahan yang merusak beton. Pasir laut
tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton.
c. Kerikil / Split
Kerikil / Split yang digunakan adalah batu pecah tangan, harus keras dan tidak
berpori, ukuran butirannya 2 - 3 cm.
9
d. Air
Air untuk adukan beton harus bersih dan bebas dari minyak, asam alkali atau
bahan organik yang merusak beton dan baja tulangan. Sebaiknya air yang
digunakan adalah air bersih tidak berwarna yang dapat diminum oleh manusia.
6. Persiapan pengecoran
a. Sebelum mengadakan pengecoran, semua cetakan dibersihkan dari kotoran.
b. Cetakan harus kuat sehingga bentuk dan kedudukannya selalu tetap pada
waktu dan setelah pengecoran dan mudah di bongkar.
c. Tulangan dicek kembali sebelum dilaksanakan pengecoran, diketahui oleh
Direksi Teknis.
7. Pengecoran
a. Pengecoran harus mendapat ijin dari Direksi Teknis.
b. Campuran beton harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi
teknis.
c. Pengadukan beton minimal 5 (lima) menit, setelah semua bahan masuk ke alat
pengaduk (bila memakai mesin), warna adukan seragam / rata dan adukan
harus sudah dituang dalam cetakan sebelum waktu 10 menit.
d. Penggunaan bahan - bahan kimia / pembantu mempercepat pengeras beton
harus terlebih dahulu dikonsultasikan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
e. Pembongkaran cetakan beton harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan
ketentuan yang berlaku.
8. Sambungan-sambungan pada beton
a. Ekspansion Joint
Ekspansion joint harus diisi dengan material pengisi berupa lembaran
atau resinke seluruh area sambungan. Pada sudut tepi ekspose harus dilapis/
tambal dengan resilient sealing compound.
b. Water Stop
Waterstop dipasang pada sambungan dimana ketahanan terhadap bocor pada
lapisan beton dibutuhkan. Pemasangan waterstop ditetapkan pada gambar
atau sebagaimana diarahkan oleh wakil Direksi Teknis. Spesifikasi waterstop
diserahkan pada wakil Direksi Teknis untuk disetujui.
c. Construction Joint
construction joint harus disediakan pada lokasi-lokasi yang ditunjukkan pada
gambar kerja yang disetujui. Pada saat penghentian pengecoran, batang-
batang kunci harus disediakan sesuai arahan dari wakil Direksi Teknis.
10
Sebelum pamasangan bekisting, permukaan beton harus dipotong atau
dichipping dan dibikin kasar dengan menggunakan palu, pahat, atau mesin
sikat besi, untuk menghilangkan keping beton, agregat lepas, akumulasi
garam, dsb. Kecuali disetujui yang lain, maka sdanblasting dapat dilaksanakan
pada permukaan tersebut. Permukaan sambungan harus disiram dengan air
bersih secara kontinyu setidaknya 24 jam sampai jenuh. Segera sebelum
pengecoran permukaan harus ditiup dengan menggunakan angin tekanan
tinggi dari kompresor.
Penggunaan bonding agent atau joint mortar harus dilaksanakan segera
sebelum beton dicor, untuk mencegah bonding agent/mortar tersebut menjadi
kering sebelum beton dicor. Pemadatan harus dilaksanakan lebih intensif pada
daerah sambungan ini.
9. Aditiv dan admixture
Jika kontraktor bermaksud menggunakan aditiv atau admixtur maka kontraktor
harus mengajukan tipe produk, sertifikat manufaktur, brosur dan spesifikasi,
nama merek dan produsen, metode transportasi dan penyimpanannya dan hal-
hal lain yang mungkin dminta oleh wakil Direksi Teknis. Pengajuan harus
dilaksanakan lebih awal, sebelum produk tersebut dilaksanakan dalam pekerjaan.

J. PEMASANGAN BOX CULVERT dan U-DITCH

1. Persyaratan Umum

Produksi culvert harus sesuai dengan standar yang telah berlaku (JIS, SNI, ACI
dsb). Panjang culvert seperti terlihat pada gambar, kecuali ditentukan lain oleh
wakil pemberi kerja. Culvert sebaiknya tidak dipesan tanpa petunjuk untuk wakil
pemberi kerja.

2. Pengajuan dokumen

a. Dokumen di bawah ini harus diajukan kepada wakil pemberi kerja sebelum
pelaksanaan pemasangan (erection) culvert:

 Pengajuan pra konstruksi

 Prosedur erection

 Quality control.

b. Gambar kerja:

11
 Culvert termasuk gambar detail, dan bagian-bagian, termasuk penulangan,
sambungan dan cara penyambungan.

 Rencana erection, route, urutan, dan cara peralatan bermanuver di


lapangan, tempat penumpukan dan penanganan material dll.

 Detail rencana pelaksanaan dalam erection untuk mencegah defleksi,


distorsi atau kerusakan pada sambungan interlok.

c. Metodologi:

 Kontraktor harus mengakjukan metode, perencanaan dan pengaturan


urutan pekerjaan pemasangan.

 Alat-alat Pelaksanaan;

 Kontraktor harus memberikan data lengkap mengenai alat-alat untuk


pelaksanaan pemasangan / erection.

d. Laporan test;

Kontraktor harus mengajukan seluruh laporan test untuk hal-hal di bawah ini:

 kuat tekan beton.

 Sertifikat.

3. Pengiriman, penyimpanan dan penanganan

a. Culvert harus disimpan, ditangani, dan ditransportasi sesuai dengan standar


yang berlaku. Metode untuk penanganan dan penyimpanan culvert harus
sedemikian sehingga tiang tidak mengalami tekukan dan tegangan
berlebihan, retak, sempal, dan kerusakan lain. Culvert yang rusak selama
pengiriman, dan penanganan dan tidak laik untuk dipakai pada pekerjaan
harus ditolak.

b. Culvert yang memiliki retak karena beban, atau karena susut pada saat
pembuatan harus ditolak. Kontraktor harus memeriksa setiap culvert di pabrik
sebelum dikirimkan ke lapangan.

4. Disain campuran beton

a. Beton diharuskan memiliki kuat tekan minimum 300 kg/cm pada umur 28 hari
dan ukuran agregat maksimum 30 mm. Untuk beton di lingkungan laut,
beton padat bebas retak susut, dengan permeabilitas minimum. Rasio
perbandingan air dan semen maksimum 0.52.

12
5. Pabrikasi

a. Bekisting

Bekisting dan toleransi dimensi harus sesuai dengan standar yang berlaku dan
yang dispesifikasikan lainnya, dipasang dengan akurat, kedap air, dan
disupport pada casting bed.

b. Baja Tulangan

Jumlah, ukuran dan pengaturan dari baja tulangan harus sesuai dengan detail
yang ditunjukan pada rencana yang diajukan Pabrikan. Tulangan baja harus
mempunyai minimum selimut beton, seperti yang ditunjukan pada gambar.

c. Peluncuran beton (conveying concrete)

Pekerjaan peluncuran beton menggunakan conveyor harus sedemikian


sehingga peluncuran dapat kontinyu dengan intensitas yang tetap dan dengan
tinggi jatuh kurang dari 1m.

d. Pengecoran dan pencetakan

Pengecoran dilaksanakan setelah seluruh tulangan, tendon, dan cetakan


diinspeksi dengan baik oleh petugas QC dari pabrikan. Beton harus dituang
dan dipadatkan sedemikian sehingga memiliki kepadatan yang baik dan
permukaan beton yang halus. Pemadatan dilaksanakan dengan cara mekanis
dengan menggunakan vibrator tangan atau vibrator lain yang bekerja dengan
menggetarkan seluruh areal tempat cetakan berada. Ujung dari culvert harus
tegak lurus terhadap axis culvert.

6. Perawatan culvert

a. Perawatan culvert yang sudah dicor dilaksanakan dengan kelembaban


atau dengan steam curing (uap).

b. Dengan menggunakan penutup plastik, atau membran atau bahan larutan


yang dapat mengurangi penguapan (curing agent).

7. Penempatan culvert;

13
a. Seluruh pekerjaan penggalian yang diperlukan di sekitar area erection harus
dilaksanakan sebelum pemasangan culvert. Culvert harus dipasang dengan
benar, saling mengunci diantara mereka sehingga membentuk dinding
diafragma menerus sepanjang dinding culvert. Tindakan harus diambil untuk
tidak mendapatkan celah sepanjang garis sambung antar culvert untuk
menghindari pengaliran tanah dan air diantara culvert.

b. Erection harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati sesuai dengan yang


terdapat pada gambar, toleransi untuk ketepatan posisi tiap culvert tidak boleh
lebih dari 20mm.

8. Pembayaran

a. Pekerjaan erection culvert diukur dan dibayar dengan harga satuan per meter
panjang untuk pengadaan material culvert dan pekerjaan pemasangannya /
erection dengan satuan kilogram. Pembayaran tidak akan dilaksanakan pada
culvert yang ditolak dari lapangan.

K. PENGHAMPARAN AGREGAT KELAS A (BASE COURSE)

1. Persiapan

Agregate base course dihampar diatas lapis sub base course yang sudah selesai
dan diterima oleh wakil pemberi kerja;

2. Penempatan

penempatan sesuai dengan prosedur penempatan sub base course yang terdapat
pada spesifikasi pada bab ini;

3. Penghamparan dan pemadatan;

Harus sesuai dengan prosedur penghamparan dan pemadatan sub-base


course yang terdapat pada spesifikasi pada bab ini. Berat volume lapangan yang
dicapai setiap lapis harus tidak kurang dari 95% dari maksimum berat volume
kering menurut AASHTO-T-180, Method D. berat volume lapangan ditentukan
menurut AASHTO-T-191. Maksimum ketebalan padat dari setiap lapis tidak
melebihi 150mm, kecuali jika vibro roller digunakan maka kepadatan
maksimum dari lapis harus 200mm;

4. Toleransi;

Toleransi harus sesuai dengan ketentuan mengenai aggregat sub base course di
dalam bagian ini. Dan berat volume yang diperlukan setiap lapis tidak kurang dari
14
95% dari maksimum berat volume kering yang ditentukan dengan AASHTO-T-
180, Method D. Berat volume lapangan ditentukan dengan AASHTO-T191.
Ketebalan maksimum setiap lapis tidak boleh lebih dari 150mm, kecuali
pemadatan menggunakan vibrator roller maka ketebalan maksimum adalah
200mm.

L. LAPIS RESAP PENGIKAT

10. Pekerjaan lapis resap pengikat (primecoat) harus terdiri dari penyediaan dan
penggunaan material bitumen pada dasar jalan yang sebelumnya telah
dipersiapkan, sesuai dengan spesifikasi ini dan dengan lebar dan luas yang
tampak pada gambar atau atas dasar perintah Pemilik Pekerjaan.

11. Material bitumen untuk lapisan perekat harus aspal-emulasi yang memenuhi
ketentuan dalam standar ASTM atau yang setara dan disetujui Pemilik Pekerjaan.

12. Penyedia Jasa harus menyerahkan daftar semua peralatan yang akan
dipergunakan untuk pekerjaan tersebut untuk mendapatkan persetujuan Pemilik
Pekerjaan. Pekerjaan tersebut tidak boleh dilaksanakan pada waktu angin
kencang dan hujan. Permukaan yang akan dilindungi harus kering dan bebas dari
kotoran lepas dan benda-benda asing lainnya.

13. Material bitumen harus digunakan dengan peralatan pembagi pada kecepatan
yang ditentukan oleh Pemilik Pekerjaan yang besarnya berkisar 0,8 sampai 1,0
liter per meter persegi (l/m2) bila digunakan diatas base-course dan antara 0,4
sampai 0,6 l/m2 bila digunakan diatas lantai beton, pada suhu antara tujuh puluh
derajat celcius (70oC) dan delapan puluh derajat celcius (80oC).

14. Permukaan-permukaan bangunan dan pohon-pohon yang berdekatan dengan


tempat yang sedang dalam pelaksanaan harus dilindungi sedemikian rupa guna
mencegah pengotoran. Tidak boleh terdapat material yang tercecer ke dalam
parit-parit tepi atau saluran drainase.

M. ATB (ASPHALT TREATED BASE)

1. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setelah pekerjaan tack coat di atas base course
selesai. Penerapan agregat tersebut harus dilakukan segera setelah penerapan
material aspal dimulai dan harus selesai dalam waktu lima (5) menit setelah
penyemprotan atau menurut jangka waktu yang lebih pendek atas petunjuk
Pemilik Pekerjaan.

15
2. Agregat harus dihampar merata diatas permukaan aspal dengan peralatan
penebar agregat yang disetujui pada kecepatan sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Pemilik Pekerjaan.

3. Tempat-tempat yang tidak cukup tertutup dengan baik harus diulang dengan alat
penabur mekanis atau manual sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan
seluruh permukaan dapat tertutup merata. Setiap agregat yang dihamparkan
melebihi tingkat disetujui atau yang diperintahkan harus ditebar dan diratakan di
atas jalan atau kalau tidak harus dibongkar dan ditimbun sebagaimana
diperintahkan oleh Pemilik Pekerjaan.

4. Segera setelah penghamparan dan atas ijin persetujuan Pemilik Pekerjaan,


agregat harus digilas dengan alat penggilas ban-udara atau jika diijinkan Pemilik
Pekerjaan, dengan alat penggilas roda baja, sampai agregat tersebut tertanam
kuat di dalam aspal. Jika diperlukan untuk memastikan penebaran agregat yang
merata, permukaan harus diratakan dengan sapu penggaruk setelah penggilasan
awal, kecuali jika sapu penggaruk akan cenderung menyingkirkan partikel-partikel
agregat yang tertanam di dalam material pengikat. Pemilik Pekerjaan mungkin
memerintahkan agar sapu penggaruk tidak digunakan, dan diganti penyapuan
ringan dengan tangan.

5. Penggilasan harus dilaksanakan secara terus-menerus, sebagaimana


diperintahkan oleh Pemilik Pekerjaan. Sepanjang hal tersebut diperlukan untuk
menjamin penetrasi yang sempurna dari agregat ke dalam material pengikat.
Sesudah pengikat mengeras dan menurut pendapat Pemilik Pekerjaan, bahwa
agregat sudah tidak dapat lagi ditekan masuk dengan gilasan, maka sisa-sisa
partikel lepas harus disingkirkan.

N. PEKERJAAN LAPIS FONDASI AGREGAT (LPA / LPB)

1. Bahan

a. Bahan Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) harus dipilih dari sumber yang
disetujui Direksi Pengawas sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pengawas 50 kg contoh
agregat yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan
pekerjaan.

b. Bahan Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) adalah bagian dari struktur
perkerasan yang berada di atas lapisan sub grade. Pelaksanaan urugan Bahan

16
Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) dilaksanakan keseluruhan luas lokasi
sesuai dengan gambar rencana.

c. Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) yang digunakan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Material tidak mengandung kotoran dan zat organik yang dapat


mengurangi kualitas konstruksi.

 Nilai CBR minimal tidak boleh kurang dari 90% untuk LPA dan 65 % untuk
LPB.

d. Urugan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) dilaksanakan setelah
kondisi lapangan kering tidak terkenang air pasang dan bersih dari
kotoran/lumpur yang dapat mengurangi kualitas konstruksi.

2. Penghamparan

a. Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) dihampar dengan hati-hati dan
dilaksanakan selapis demi selapis dengan ketebalan maksimum untuk setiap
lapis adalah 35 cm.

b. Dalam kondisi cuaca hujan dan air pasang Material Lapis Fondasi Agregat (LPA
atau LPB) tidak diperbolehkan dihampar di lapangan/rencana jalan.

3. Pemadatan

a. Pemadatan lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) sesegera
mungkin dilakukan setelah penghamparan. Pemadatan harus terus menerus
dilakukan sampai mencapai kepadatan optimal dan dipadatkan dengan
menggunakan vibro roller. Untuk tempat-tempat yang tidak memungkinkan
dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibro roller, maka pemadatan
dapat dilakukan dengan menggunakan stamper.

b. Toleransi maksimum yang diijinkan dari permukaan Material Lapis Fondasi


Agregat (LPA atau LPB) yang disyaratkan adalah 5 mm - 10 mm.

c. Pada bagian-bagian yang kurang memenuhi toleransi yang ditetapkan atau


terdapat permukaan yang mengembangkan tidak teratur selama atau sesudah
konstruksi harus diadakan perbaikan dengan meratakan permukaan dan
mengeluarkan atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan disusul
dengan pembentukan dan pemadatan kembali.

17
d. Lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) terlalu kering terhadap
kadar air yang telah disyaratkan untuk dipadatkan, harus diperbaiki kembali
dengan menggaru bahan tersebut disusul dengan penyiraman air dalam
jumlah cukup dan mencampur secara menyeluruh dengan bantuan Dozzer
atau peralatan lain yang disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas.

e. Lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) yang terlalu basah
terhadap kadar air yang disyaratkan untuk dipadatkan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut diikuti dengan pengerjaan setahap demi
setahap dengan metode tertentu, menggunakan Dozzerr atau alat lain yang
telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas. Jika cara ini tidak bisa dicapai
maka Pemberi Tugas/Pengawas menginstruksi agar bahan tersebut
dikeluarkan dari lapangan dan diganti dengan bahan kering yang sesuai.

f. Lapisan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau LPB) menjadi jenuh karena
air hujan atau banjir setelah bahan tersebut telah cukup dipadatkan, pada
umumnya tidak memerlukan perbaikan asalkan sifat-sifat bahannya dan
keseragaman permukaan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

g. Setelah pemadatan selesai dan dianggap sudah cukup padat selanjutnya


dilaksanakan test CBR, lokasi titik pengetesan sesuai dengan petunjuk Pemberi
Tugas/Pengawas. Pelaksanaan dilakukan oleh Laboratorium yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas/Pengawas.

4. Keamanan dan Pemeliharaan

Segera setelah pekerjaan pemadatan Material Lapis Fondasi Agregat (LPA atau
LPB) selesai, maka selanjutnya permukaannya harus dilindungi dari kendaraan
berat/lalu lintas melewati di atasnya. Semua lalu lintas selain mesin-mesin
konstruksi yang langsung terlibat dalam pekerjaan ini sedapat mungkin harus
dicegah. Segala kerusakan akibat dari hal tersebut, sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Kontraktor/Pemborong.

O. PASANGAN PONDASI BATU KALI


1. Bahan batu adalah jenis batuan basalt/andesit dan permukaan batu harus dipecah
minimal 2 sisi dan bersih dari kotoran.
2. Bahan pasir adalah jenis Muntilan dengan kadar lumpur maksimum 1% dengan
butiran tajam.

18
3. Campuran spesi terdiri dari 1pc : 5ps diaduk dengan beton molen. Perbandingan
tersebut adalah perbandingan volume. Adukan harus ditampung dalam kotak
penampungan agar tidak tercampur dengan bahan lain.
4. Pemasangan batu tidak boleh bersentuhan dan rongga-rongga harus terisi penuh
spesi.
5. Harga satuan termasuk upah tenaga, bahan, pembersihan batu muka dan
perapihan.

P. PLESTERAN

1. Pekerjaan ini termasuk plesteran pasangan batu, pengisian sambungan, dll.


Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan garis yang benar, kemiringan dan
kelurusan seperti yang terdapat pada gambar atau yang ditentukan oleh wakil
pemberi kerja.
2. Plesteran menggunakan campuran 1Pc : 3Ps. Sebelum diplester, pasangan batu
disiram air sampai basah.
3. Semen digunakan PC tipe I sesuai dengan ketentuan pada ASTM-C-150 dan/atau
SII-0013.
4. Agregat halus harus bersih, keras, padat, kasar dan tidak mengandung lumpur,
clay atau bahan organik dan bahan berbahaya yang lain.
5. Air untuk campuran harus bersih dan tidak mengandung bahan berbahaya, seperti
Alkali, asam, garam dan bahan anorganik yang lain. Kecuali ditetapkan lain oleh
wakil pemberi kerja, air yang diperoleh dari sumber yang terpercaya seperti PDAM
atau dengan kualitas baik.
6. Tebal plesteran tidak boleh kurang dari 1,5 cm.
7. Pekerjaan plesteran akhir harus betul-betul lurus, rata dan tegak lurus pada
bagian sudut.

Q. PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA

1. Pekerjaan Konstruksi Baja dikerjakan secara pabrikasi dengan tenaga-tenaga ahli


yang kompeten pada bidangnya dan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
petunjuk Direksi teknis. Semua pola (mal) dan peralatan yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan disediakan oleh penyedia jasa.

2. Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk besi grill atau dilas
harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M183M - 90 : Structural Steel. Baja

19
lainnya harus mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2 dan
tegangan tarik minimum sebesar 4000 kg/cm2. Baja struktur untuk gelagar harus
mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 3500 kg/cm2 dan tegangan tarik
minimum sebesar 4950 kg/cm2.

3. Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari
kelas baja yang memenuhi ketentuan dari AASHTO M183 - 90, harus memenuhi
ketentuan dari ASTM A233.

4. Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta
oleh Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang
menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula
standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
pembuatanya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik
bahan baku, dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.

5. Pemotongan harus dilaksanakan dengan akurat, hati-hati dan rapi. Setiap


deformasi yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Setiap
kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Prosedur pengelasan
baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan tentang persiapan
pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan secara tertulis,
untuk persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum memulai fabrikasi. Tidak ada
prosedur pengelasan yang disetujui atau detil yang ditunjukkan dalam Gambar
yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Permukaan las yang
tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan pengelasan yang
mengenai permukaan harus dibersihkan.
6. Sebagai pelindung anti korosi Pekerjaan Lapisan hot deep galvanis dilakukan
untuk semua material konstruksi baja pada pekerjaan Grating Steel & Screen.

R. LAIN-LAIN
1. Semua bahan yang akan dipergunakan dan didatangkan harus sesuai dengan
Bestek serta harus mendapatkan ijin Direksi teknis / Pengawas Lapangan dan
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
2. Penggunaan bahan - bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam dokumen ini akan ditolak atau dikeluarkan dari lokasi atas
perintah Pejabat Pembuat Komitmen / Pengawas Lapangan.

20
3. Apabila terjadi keraguan akan mutu bahan yang didatangkan kemudian Pengawas
Lapangan minta pemeriksaan pada Laboratorium bahan bangunan, maka biaya
yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Apabila terdapat jenis pekerjaan yang belum diuraikan dalam dokumen ini maka
akan di betulkan dalam Berita Acara Aanwijzing (Aanvoeling) .
5. Apabila ada kekurangan, perbedaan atau kelengkapan maka diselesaikan bersama
dalam rapat berkala.
6. Kontraktor harus menghadirkan wakilnya untuk rapat. Rapat regular dilaksanakan
pada setiap minggu, yang harus dihadiri oleh personil kontraktor, wakil pemberi
kerja dan pihak lain yang terkait dengan pekerjaan.
7. Setelah rapat tersebut, notulen rapat harus dibuat, diperbanyak dan
didistribusikan kepada semua pihak dan ditanda-tangani oleh seluruh peserta.
Dokumen ini harus disimpan dengan baik oleh semua pihak.
8. Kontraktor harus memberi tahukan kepada wakil pemberi kerja secara tertulis
segala usulan perubahan pada rencana pengawasan kuaitas. Perubahan yang
dibuat pada rencana pengawasan kuaitas tidak boleh dilaksanakan sebelum
persetujuan tertulis dari wakil pemberi kerja.
9. persetujuan gambar dan perhitungan termasuk segala perubahan yang diberikan
oleh wakil pemberi kerja, tidak akan membebaskan kontraktor dari kewajibannya
pada pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kecukupan volumenya dalam
kontrak.

Menyetujui :

Pejabat Pembuat Komitmen,


Perbaikan Saluran Drainase / Gorong –
gorong Sistem Wilayah Timur

KUMBINO, ST., MM
NIP. 19600914 198703 1 009

21

Anda mungkin juga menyukai