Anda di halaman 1dari 55

SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan : Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Buleleng (Lanjutan)


Lokasi : Desa Buleleng Kecamatan Bungku pesisir
Tahun Anggaran : 2022

BAB I

UMUM DAN PERLENGKAPAN DIREKSI

BAGIAN I - UMUM

1.01. Lokasi dan Uraian Singkat Pekerjaan.

Mengenai Pekerjaan dijelaskan pada Album Gambar. Sedangkan Uraian


Singkat Pekerjaan diberikan dalam Spesifikasi Khusus ( Lamp. SK-1).

1.02. Gambar Pelelangan.


Mengenai Gambar yang dipakai pada waktu Pelelangan tercantum dalam
Spesifikasi Khusus (Lam. SK-2). Yang untuk selanjutnya disebut "Gambar"

1.03. Standar Bahan dan Mutu Pekerjaan.

Semua Bahan dan Mutu Pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan Standar
Nasional Indonesia dan Standar Industri Indonesia (SII) yang berlaku 30 hari
sebelum tanggal penyerahan Surat Penawaran, kecuali apabila belum diatur
oleh Standar Nasional Indonesia atau ditentukan secara lain. Standar Nasional
yang lain sesuai dapat digunakan hanya dengan persetujuan Direksi.
Pemborong harus mempunyai dan menyediakan dilapangan sekurang-
kurangnya sebuah dari setiap Standar Nasional Indonesia yang ditentukan
dalam Spesifikasi, dan sebagai tambahan disediakan pula Standar lainnya
yang disetujui Direksi mengenai bahan yang digunakan atau mutu dari
pekerjaan yang harus dipenuhi. Bahan dan mutu pekerjaan yang
spesifikasinya tidak disebutkan atau dicakup oleh Standar Nasional Indonesia
atau standar lain yang disetujui, diisyaratkan harus bahan dan mutu
pekerjaan Luas utama. Dalam lampiran S-1. Suatu Daftar dari Standar
Nasional Indonesia, beserta British Standard serta Codes of Practice
dilampirkan sebagai contoh. Direksi akan menetapkan apakah semua atau
sebagian bahan yang dipesan atau yang diantarkan untuk penggunaan dalam
pekerjaan, cocok untuk maksud tersebut dan keputusan Direksi dalam hal ini
pasti dan menentukan.
1.04. Titik Tetap
Ketinggian atau elevasi yang ditujukan pada Gambar, didasarkan pada titik
tetap utama (bench mark = B.M.), lokasi serta nilainya ditunjukan pada
spesifikasi khusus (lamp SK-3). Penjelasan mengenai titik tetap tersebut
dapat diperoleh dengan mengajukan permintaan secara tertulis kepada
direksi.

1.05. Uitzet.
Dari data yang tercantum dalam pada pasal 1.04 Pemborong harus
memeriksa semua titik tetap yang lain yang akan dipakai dalam pengukuran
pekerjaan pada tiap-tiap bangunan dan saluran, dan pemasangan titik-titik
tetap yang lain itu sedemikian sehingga jarak antara 2 titik tetap tidak boleh
lebih dari 1 Kilometer. Titik tetap diatas dipasang atas persetujuan Direksi.
Pemborong harus memberikan kepada Direksi, dalam map rangkap dua
semua data yang disetujui tentang lokasi dan elevasi dari semua titik yang
akan dipakai oleh Pemborong.
Ketinggian dan Lokasi dari titik-titik tetap tersebut diatas harus ditransfer dan
diikat pada B.M. dengan ketelitian = 10 mm dika(ikan dengan akar pangkat
dua dari jumlah jarak tertutup pada penyipatan datar dalam kilometer.
Ketelitian = 10 4d mm, d dalam km.
Metode pengukuran yang dipakai atas dasar persetujuan Direksi. Buku-buku
pengukuran dan Tabel-tabel data harus selalu dipelihara dengan baik dan
disediakan guna pemeriksaan oleh Direksi.
Ketepatan dan ketelitian pengukuran harus tidak melewati batas-batas
keseksamaan berikut :
 Titik-titik untuk tampang lintang, boleh terletak kurang dari 20 mm clad
posisi yang ditentukan, baik dari arah tegak maupun mendatar.
 Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada titik tetap (BM) atau
dibawa kembali ketitik pertama.

Kesalahan penutup harus kurang dari 10 mm kali akar pangkat dua dari
jumlah jarak pengukuran dalam kilometer. Ketelitian 10 √𝑑 mm, d dalam

km.
 Patok-patok yang menunjukkan titik tinggi akhir dari pekerjaan tanah
harus dipasang dengan tidak melewati 2,5 mm dari titik tinggi permukaan
yang sebenamya.
 Garis Singgung dan Lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus
kurang dari 20 mm. Titik-titik untuk bangunan harus terletak tidak lebih
dari 2,5 mm dari kedudukan yang sebenamya kecuali pada pemasangan
peralatan yang memerlukan ketelitian yang tinggi.

1.06. Kontrak dan Pekerjaan Lain.

Pekerjaan dengan Kontrak lain mungkin dalam pelaksanaannya berlangsung


bersama waktunya dengan pelaksanaan pekerjaan dibawah kontrak ini.
Pemborong tidak boleh mencampuri urusan pekerjaan dari Pemborong lain
dan Pemborong juga tidak boleh menuntut ganti rugi kepada Pemberi Tugas
sehubungan dengan kerugian yang diakibatkan yang mungkin terjadi.

1.07. Tindakan Pencegahan untuk Keselamatan.


Pemborong harus menyelenggarakan, membangun dan memelihara
rintanganrintangan, lampu-lampu peringatan yang baik secukupnya, tanda-
tanda bahaya dan isyarat-isyarat serta harus mengambil tindakan
pencegahan yang perlu untuk perlindungan pekerjaan dan keselamatan
umum.
Jalan yang tertutup bagi lalulintas harus dilindungi rintangan-rintangan
pengaman yang memuaskan. Rintangan-rintangan tersebut harus diberi
penerangan/lampu dimalam hari dan semua lampu harus dinyalakan
dari/mulai matahari terbenam hingga matahari terbit.

1.08. Pemberitahuan Mulai Pelaksanaan.

Pemborong harus memeberitahukan kepada Direksi sekurang-kurangnya 7


hari sebelum setiap pekerjaan dimulai untuk memungkinkan diadakannya
pengukuran ketinggian tanah semula dan dimensi dari bangunan-bangunan
yang ada.
Tidak boleh ada suatu pekerjaan baru yang dimulai sebelum kontraktor
menerima instruksi Direksi alas persetujuan bersama antara Direksi dengan
Kontraktor atas semua ketinggian dan dimensi dari dasar saluran, dan
bangunan-bangunan untuk ketelitian dari pekerjaan.
1.09. Pengukuran.
Pengukuran lapangan yang dilakukan oleh Proyek selama pekerjaan Design
akan disediakan untuk keperluan Pemborong dan dapat dipakai sebagai dasar
perhitungan dan penetapan volume pekerjaan. Apabila, menurut pendapat
Direksi keadaan lapangan telah banyak berubah sejak pengukuran
dilaksanakan, maka Direksi dapat memerintahkan kepada Pemborong untuk
mengadakan pengukuran ulang sebagian dari atau seluruh pekerjaan yang
ada. Apabila Pemborong diminta untuk melakukan pengukuran, maka dia
harus mengambil data ketinggian sepanjang saluran dan juga pada setiap
bangunan.

1.10. Bangunan Instansi Lain.


Pada tempat pekerjaan yang harus berhubungan dengan jalan, tiang listrik
dan telepon, Pemborong harus mendapatkan persetujuan secara tertulis dari
instansi yang berwenang untuk melaksanakan setiap pekerjaan sementara
atau tetap yang menyangkut masalah diatas.
Pekerjaan tersebut mungkin tidak tampak dalam gambar, tetapi Pemborong
harus bertanggung jawab untuk keamanan dan kelangsungan fungsi dari
jalan, tiang listrik dan telepon diatas.

1.11. Jalan Masuk.

Pemborong harus memelihara dan menjaga jalan masuk, termasuk jalan


darurat dan jembatan untuk keperluan pengukuran, penyelidikan,
pengangkutan bahan dan peralatan dalam masa pembangunan, apabila
Direksi menganggap perlu. Untuk tujuan pengukuran dan penyelidikan, jalan
harus mempunyai lebar cukup dan dalam keadaan sedemikian baik sehingga
dapat dilalui dengan mudah oleh kendaraan tipe Jeep. Untuk pembangunan
dan pemeliharaan, jalan jalan itu harus dapat dilalui secara tetap oleh
kendaraan Proyek dan Pemborong.
Tergantung pada persetujuan Direksi, jalan masuk boleh ditempatkan pada
jalan yang sudah ada mulai dari jalan raya, atau pada trace sementara
didalam daerah pekerjaan sehingga dengan demikian dipersiapkan jalan
masuk yang menghubungkan bagian-bagian dari pekerjaan yang memerlukan
pengukuran, penyelidikan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Bila menggunakan
jalan yang ada maka bila perlu harus dibangun lebih dahulu, dibersihkan,
diperkuat dan dipelihara dalam kondisi baik selama periode pelaksanaan
kontrak. Pada waktu selesai pelaksanaan kontrak dan kontraktor
meninggalkan lapangan, jalan harus tetap dalam kondisi baik dan paling tidak
keadaannya tidak boleh kurang dari keadaan sebefum pefaksanaan kontrak.
Jalan lain yang perlu dibuat, harus dibuat dengan baik dengan bentuk dan
memadatkan las bawah, bila perlu dengan menggunakan kerikil, pasir atau
kapur untuk mendapatkan daya dukung yang mencukupi.

1.12. Mobilisasi Peralatan


Mobilisasi peralatan adalah mendatangkan peralatan – peralatan yang
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui oleh
Direksi Teknis.
Pembelian atau sewa atas tanah guna keperluan pangkalan Kontraktor dan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Mobilisasi dan pemasangan peralatan yang
didasarkan atas peralatan yang diserahkan dalam penawaran dari suatu lokasi
tertentu atau dari pelabuhan bongkar di Indonesia ke tempat yang digunakan
sesuai kontrak
Pembangunan dan pemeliharaan pangkalan, termasuk kantor-kantor, tempat
tinggal, bengkel-bengkel, gudanggudang dan sebagainya. Bangunan ini akan
tetap menjadi milik Kontraktor setelah pekerjaan pembangunan proyek
selesai.
engadaan dan pemeliharaan peralatan lapangan se perti tercantum spesifikasi
ini. Peralatan ini akan tetap menjadi milik Kontraktor setelah pekerjaan
pembangunan proyek selesai. Pekerjaan h arus termasuk pula pekerjaan
demobilisasi dari daerah kerja yang dilaksanakan oleh pihak Kontraktor pada
akhir kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh instalasi-instalasi,
peralatan dari tanah milik Pemerintah, dan pihak Kontraktor diharuskan untuk
melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada daerah kerja,
sehingga kondisinya sama dengan keadaan sebelum pekerjaan dimulai.
Dalam pelaksanaan mobilsasi peralatan tersebut diatas, Kontarktor harus
memenuhi persyaratan – persyaratan dibawah ini :
1. Kontraktor terlebih dahulu mengajukan dan memberi tahu jenis
peralatan yang akan digunakan untuk pekerjaan tertentu kepada
Direksi Teknis untuk disetujui.
2. Kontraktor terlebih dahulu menyerahkan rencana operasi peralatan
tersebut (equipment schedule) kepada Direksi Teknis untuk
disetujui.
3. Segala kecelakaan, kerusakan, kehilangan alat dan lain – lain yang
menyebabkan kerugian pada pihak Kontraktor, proyek maupun
pihak ketiga (pihak lain) selama mendatangkan, pengoperasian,
atau mengembalikan peralatan adalah tanggung jawab Kontraktor.
4. Kontraktor harus dapat menjaga dan bertanggung jawab atas
pengoperasian peralatan tersebut jangan sampai merusak jalan,
saluran dan fasilitas umum yang sudah ada maupun proyek yang
sudah dinyatakan selesai.
1. Waktu Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan di atas harus diselesaikan dalam
jangka waktu pekerjaan. Dalam hal dimana pihak Kontraktor tidak
menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan batas waktu yang ditentukan atau
kalau menurut pendapat Direksi, ternyata pelaksanaan mobilisasi tidak
lancar sesuai program mobilisasi yang telah disepakati bersama, maka
dalam hal ini Direksi Teknis berhak untuk menempuh kebijaksanaan yaitu
mengeluarkan berita acara pembayaran pendahuluan, dengan n ilai
pembayaran untuk mobilisasi diambil setinggitingginya 70% dari
ketentuan di atas. Sisanya akan ditahan dan berita ac ara pembayarannya
baru dikeluarkan setelah Pihak Kontraktor berhasil menyelesaikan sisa
bagian pekerjaan mobilisasi dalam jangka waktu Masa Pelaksanaan
Tanggung Jawab Kontraktor

1. Setiap bagian pekerjaan yang menunjukkan ketidakteraturan atau cacat-


cacat dikarenakan jeleknya penanganan atau gagalnya kontraktor untuk
mematuhi persyaratan spesifikasi, harus diperbaiki oleh kontraktor sampai
memuaskan Direksi Teknis tanpa ada biaya tambahan.
2. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh akibat yang ditimbulkan
oleh pekerjaan ini selama masa pelaksanaan, pemeliharaan dan oleh
pemeriksa fungsional lainnya dalam hal kualitas dan kuantitasnya.
3. Seluruh pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan – ketentuan
serta petunjuk – petunjuk dari Direksi Teknis.
4. Adanya kehadiran Direksi Teknis selaku wakil dari Pemberi Tugas sejauh
mungkin untuk melihat/mengawasi/menegur atau memberi petunjuk dan
nasihat, tidaklah mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap seluruh
pekerjaan tersebut diatas.

BAGIAN II - PERLENGKAPAN DIREKSI.

1.13. Kantor Sementara di Lapangan.


Apabila diminta oleh Direksi, Pemborong harus menyediakan dan memelihara
sebuah kantor sementara untuk Direksi dan Stafnya dilapangan sesuai
dengan rencana atau gambar yang disetujui Direksi, termasuk tempat parkir
terlindung, jalan, lorong dan lain-lain, lengkap dengan alat dan peralatan
mebel sebagaimana dijelaskan dalam spesifikasi Khusus (Lamp SK-4).
Kantor sementara ini harus ditempatkan difapangan pada tempat yang
ditetapkan dan disediakan oleh Direksi. Kantor sementara itu harus
mempunyai luas lantai tidak kurang dari yang di isyaratkan.
Bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan kantor Direksi harus sesuai
dengan spesifikasi dan apabila tidak ada ketentuan haruslah merupakan
bahan untuk pekerjaan Klas pertama. Pada dasamya Pemborong harus
menyesuaikan dengan standar untuk pekerjaan konstruksi.
Luas lantai dari kantor harus dibagi-bagi dalam beberapa kamar menurut
petunjuk Direksi. Permukaan tanah harusnya dibersihkan dan diratakan, dan
daerah disekitamya dibuat kemiringan keluar dari bangunan. Kontruksi dari
Kantor Direksi boleh dari kayu, pasangan bata atau blok-blok semen menurut
petunjuk Direksi. Bila kontruksi kayu yang dipakai, kontruksi itu harus
didirikan diatas dasar pelat beton dengan ketebalan minimum 10 cm, dan
dindingnya dibuat dari " fibre board " atau bahan yang sejenis yang disetujui
Direksi. Dinding yang memikul beban harus berdiri diatas pondasi batu kali.
Tembok batas atau dinding blok semen harus mempunyai ketebalan paling
tidak 13 cm diatas pondasi beton atau pasangan batu kali ukuran 30 x 25
cm2, dan dibeberapa bagian luar dan dalamnya dengan adukan 1 PC : 3 Ps,
tebal 2 cm. Lantainya harus dari pelat beton dengan ketebalan minimum 10
cm.
Letak lantai kantor harus minimum 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah
sekitar dan harus dipelester halus. Semua lantai dan dinding harus dibuat
rapat air sehingga dapat mencegah perembesan air keatas. Atap kantor harus
dari seng bergelombang atau kontruksi lain yang disetujui dan harus dari
macam kontruksi yang biasa dipakai dan bermutu baik. Atap kantor harus
dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk serambi luar selebar tidak
kurang dari 2 m pada kedua sisi dari kantor. Kantor harus dilengkapi dengan
pintu dan jendela, juga peralatan kantor seperti almari, meja, kursi, dan lain-
lain. Kantor dan area parkir kendaraan harus dipagar setinggi 1,80 m kawat
berduri dengan pintu ganda lengkap dengan kunci serta pintu untuk orang
dengan kunci. Type pagar harus sesuai dengan persetujuan Direksi. Semua
bagian dalam dan luar dari bangunan harus dicat sebelum dipergunakan.
Bagian luar bawah dari pasangan bata harus dicat semen 2 lapis dan dinding
bagian dalam dan langit-langit di cat dengan cat tembok. Semua pekerjaan
kayu harus didempul dicat dasar satu kali, dan satu kali cat mengkilat. Semua
wama dari cat harus atas persetujuan dari Direksi. Bila perlu atau
diperintahkan Direksi, bangunan itu harus dicat kembali apabila sudah
kelihatan jelek. Kantor Direksi harus dilengkapi dengan instalasi air termasuk
klosed jongkok, septic tank dengan peresapannya, lengkap menyediakan air
dengan air minum dan cuci. Juga harus dilengkapi dengan instalasi
pembuangan air kotor dengan peresapan terpisah. Perlengkapan secukupnya
untuk penerangan harus juga disediakan. Pemborong boleh menyewa rumah
penduduk untuk dipakai sebagai kantor Direksi. Kalau periu rumah itu harus
diperbaiki lebih dahulu sehingga sesuai dengan ketentuan diatas. Semua ini
harus sesuai dengan persetujuan Direksi. Semua bahan bongkaran dan
perlengkapan menjadi milik Direksi, dan disimpan ditempat yang ditunjukkan
Direksi.
1.14. Kantor Tambahan.
Jika diperintahkan oleh Direksi , Pemborong harus menyediakan kantor lain
untuk keperluan Direksi seperti dicantumkan dalam daftar dalam Spesifikasi
Khusus (Lamp SK-5).
Pemborong juga harus membongkamya pada waktu pekerjaan selesai atau
sebelumnya seperti diperintahkan oleh Direksi.
Selama pelaksanaan pekerjaan, apabila diperintahkan, Pemborong harus
membongkar kantor itu, mengangkut dan memasangnya kembali pada
tempat baru yang ditunjuk o(eh Direksi. Setiap kantor harus merupakan
bangunan kayu yang kuat dan mempunyai luas lantai tidak kurang dari 10
m2. Kantor harus dilengkapi dengan pintu yang dapat dikunci. Peralatan harus
terdiri dari alat-alat dan perlengkapan sesuai dengan daftar dalam spesifikasi
khusus. Dalam penyediaan kantor ini harus sudah termasuk penerangan dan
pekerjaan pembersihan yang teratur dan iuga penyediaan air bersih.

1.15. Bantuan untuk Direksi.

Pemborong harus memberikan bantuan kepeda Direksi, dengan menyediakan


tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan setiap saat atau dari waktu kewaktu.

1.16. Peralatan Pengukuran dan Perlengkapan.

Pemborong harus menyediakan dan memelihara peralatan pengukuran dan


perlengkapannya, untuk dipakai oleh Direksi seperti yang terdaftar dalam
spesifikasi khusus. Alat dan perlengkapan itu harus baru atau apabila tidak
baru harus menurut persetujuan Direksi, serta dijaga harus dalam keadaan
baik, jika ada kehilangan atau rusak harus segera diganti.
Semua alat-afat dan perlengkapan itu tetap menjadi milik Pemborong.
Penjelasan secukupnya harus diserahkan bersama penawaran, untuk
memungkin Direksi menilai mutu alat-alat dan perlengkapan yang akan
disediakan Pemborong. Alat-alat dan perlengkapan itu tidak boleh ditukar
dalam waktu pelaksanaan Pemborongan, kecuali dengan ijin atau perintah
Direksi.

1.17. Transportasi.
Pemborong harus menyediakan transportasi utnuk dipakai oleh Direksi dan
Stafnya pada setiap waktu yang dikehendaki, kendaraan bermotor seperti
yang terdaftar dalam Spesifikasi Khusus, untuk tugas dinas yang
berhubungan dengan kontrak. Kendaraan itu harus terpelihara sehingga
setiap waktu dalam keadaan baik. Andaikata suatu kendaraan menunat
pandangan Direksi tidak dapat dipakai, Pemborong harus menggantinya
tanpa penundaan. Pemborong harus menyediakan pengemudi yang cakap,
serta keperluan lain seperti bahan bakar, pelumas dan sebagainya, dan
menanggung semua biaya yang befiubungan dengan pemakaian,
pemeliharaan, perijinan dan asuransi. Setelah selesainya kontrak kendaraan
dikembalikan kepada Pemborong. Kendaraan itu tidak boleh ditukar dalam
waktu pelaksanaan Kontrak, kecuali dengan ijin atau atas perintah Direksi.

1.18. Foto - foto.

Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi foto-foto yang dibuat oleh


tukang foto yang berpengalamanan. Foto-foto harus berwama dan ditujukan
sebagai laporan/pencatatan tentang tahap pelaksanaan yaitu pada awal,
pertengahan dan akhir dari suatu bagian tertentu dari pekerjaan yang
diperintahkan oleh Direksi. Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap
lokasi, pengambilan harus dari titik dan arah yang sama dan arah yang sudah
ditentukan oleh sebelumnya. Bilamana mungkin maka pada latar belakang
supaya diusahakan adanya suatu tanda khusus untuk memudahkan
mengenali lokasi tersebut. Foto negatif dan cetakannya tidak boleh dirubah
atau ditambah dengan apapun. Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka
harus dibuat rencana/denah yang menunjukan lokasi, posisi dari kamera juga
arah bidikan yang kemudian diserahkan kepada Direksi untuk disetujui. Tiap
foto berukuran 120 x 90 mm dan diberi catatan sebagai berikut :
 Nama D.I.
 Detail Kontrak.

 Nama Bangunan atau Lokasi Saluran.


 Tanggal Pengambilan.

 Tahap Pelaksanaan.

Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi dengan satu
set pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut. Juga pada
akhir pelaksanaan kontrak, maka foto-foto harus segera diserahkan kepada
Direksi dalam album-album. Foto-foto ditempelkan dalam album secara
berurutan menurut lokasinya masing-masing. Tiap obyek harus lengkap
tahapnya y.i. 0 %, 50% dan 100% dan ditempelkan pada satu halaman.
Penyerahan dilakukan sebanyak 6 (enam) ganda bersama 1 (satu) ganda
album negatifnya. Tiap album dan juga yang berisi negatif harus diberi
keterangan atau tanda yang sama untuk memudahkan mengindentifikasi
cetakan dengan negatif cetakkannya. Semua album menjadi milik Pemberi
Tugas dan tanpa ijinnya tidak boleh diberikan/dipinjamkan kepada siapapun.

1.19. Gambar Kerja (Working Drawing).


Direksi mungkin memerlukan gambar kerja untuk memberikan penjelasan
bagian dari pekerjaan pokok, termasuk semua pekerjaan sementara yang
perlu. Pemborong harus menyediakan gambar kerja berdasarkan gambar
design, gambar standar, permukaan tanah asli, ketinggian akhir yang
diperintahkan dan lain-lain persyaratan dari Direksi. Ukuran dan susunan
gambar harus sama dengan ukuran gambar standar dari kontrak. Cetakan
dari gambar kerja dan setiap perubahan pada gambar tersebut harus
diserahkan kepada Direksi, untuk persetujuan tidak kurang dari 7 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan pada bagian tersebut dimulai.

1.20. Gambar Akhir Pelaksanaan (As-built Drawings).


Gambar akhir pelaksanaan yang lengkap dengan penjelasan-penjelasan
dibuat oleh Pemborong untuk tiap bagian dari pekerjaan yang dikerjakan
sebenamya. Gambargambar ini diperlukan untuk kegiatan operasi dan
pemeliharaan bangunan atau jaringan saluran yang bersangkutan dikemudian
hari.

Dalam tahap pertama Pemborong harus memelihara satu set gambar kontrak
dikantor lapangan yang dipakai sebagai "Master Copy". Master Copy ini akan
dirubah atau ditambah oleh keputusan Direksi dengan menggunakan garis-
garis dsb yang berwama merah yang menandai garis garis dari bagian-bagian
pekerjaan yang pelaksanaannya dikerjakan. Bagian pekerjaan yang tidak
dilaksanakan tetapi semula masuk dalam kontrak harus ditandai dengan
wama lain misalnya hijau. Gambar kontrak yang sudah mengalami
perubahan, dan juga gambar-gambar kerja atau sketsa-sketsa yang semua
membentuk "Master Copy" dan disetujui oleh Direksi, harus disimpan sebagai
arsip. Dari semua "Master Copy" inilah Pemborong harus membuat
gambarAkhir pelaksanaaNAs-built Drawimg untuk kontrak tersebut. Gambar
Akhir Pelaksanaan dibuat atas biaya Pemborong, dengan cara membuat copy
gambar kontrak as(i yang bersangkutan pada kertas negatif 80 mg (Kalkir).
Kemudian harus ditambah pada Copy tersebut garis-garis yang berwama
merah sebagai garis perubahan. Dengan cara mengambil gambar asli sebagai
pola akan terjamin, bahwa Gambar Akhir Pelaksanaan mempunyai susunan
dan Format yang sama seperti gambar kontrak. Ruang "Etiket" untuk Gambar
Akhir Pelaksanaan juga harus dirubah untuk menunjukan bahwa gambar itu
bukan gambar rencana lagi. Petunjuk mengenai Ruang "Etiket" ini akan
diberikan oleh Direksi. Semua Gambar Akhir Pelaksanaan pada sudut kanan
atas harus ditulis dengan huruf besar (12mm) "GAMBAR AKHIR
PELAKSANAAN". Setelah pelaksanaan kontrak selesai, maka Pemborong harus
menyerahkan Gambar Akhir Pelaksanaan dalam 6 (enam) set negatifnya
dengan pendukung-pendukungnya tergulung rapi dan diberi pelindung
terhadap kotoran, basah dan kerusakan.
BAB 2

PEKERJAAN TANAH

BAGIAN 1- U M U M

2.01. Pembersihan Lapangan.


Pemborong harus membersihkan lapangan-lapangan kerja untuk saluran dan
tanah untuk saluran baru, dari semua tumbuh-tumbuhan dan bambu,
termasuk pohonpohon dan semua rintangan yang ada dipermukaan tanah
seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
Pemborong harus membongkar akar-akar, mengisi lobang-lobangnya dengan
tanah dan dipadatkan kemudian membuang dari tempat pekerjaan semua
bahan-bahan dari hasi pembersihan lapangan.

2.02. Pekerjaan Tanah.


Semua pekerjaan tanah tiap pekerjaan harus dilaksanakan menurut ukuran
dan ketinggian yang ditunjukan dalam gambar, atau menurut ukuran dan
ketinggian lain, yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi.
Ukuran yang menyangkut dengan ketinggian tanah, atau Panjang pengukuran
harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan
tanah. Yang dimaksud dengan "Ketinggian Tanah" dalam spesifikasi adalah
tinggi "Permukaan Tanah" sesudah pembersihan lapangan dan sebelum
pekerjaan tanah dimulai.

2.03. Luasnya Penggalian.

Pekerjaan pengalian harus sekecil mungkin menurut perintah Direksi, cukup


untuk melaksanakan pekerjaan. Penggalian dimulai pada permukaan tanah
dengan mengambil lebar minimum yang diperlukan untuk memulai
pekerjaaan seperti ditunjuk-kan pada gambar atau ditentukan lain oleh
Direksi, dan terus turun kebawah sampai batas akhir tercapai.

2.04. Daerah Pengambilan Bahan ("Borrow Area").


Bahan untuk timbunan yang diperlukan untuk pekerjaan harus diambil dari
daerah pengambilan bahan ("Borrow Area") yang disetujui oleh Direksi
setelah diuji untuk mengetahui kelayakannya.Sebelum penggalian pada tanah
tersebut, permukaan harus dikupas dari tanaman termasuk akar-akamya.
Apabila diperintahkan oleh Direksi, tanah atau harus dikupas tidak kurang dari
0,25 m, dan tanah kupasannya untuk sementara ditimbun dan ditempatkan
disekitamya yang dikemudian dikembalikan setelah pekerjaan galian ini
selesai. Setelah selesai pengambilan tanah, Pemborong harus meninggal
daerah " Borrow Area " dalam keadaan rapi sampai memuaskan Direksi
termasuk semua pekerjaan tanah yang diperlukan untuk mencegah
penggenangan air didaerah tersebut. Kontraktor harus menggali, memuat,
mengangkut, membuang, membentuk dan memadatkan bahan timbunan
tersebut seperti yang diharuskan pada Pasal 2.05 sampai 2.09 sesuai dengan
ukuran yang tercantum dalam gambar.

2.05. Percobaan Pendahuluan untuk Bahan Timbunan.

Bila diperintahkan oleh Direksi, bahan-bahan yang diusulkan sebagai bahan


timbunan harus diuji menurut cara yang disyaratkan oleh Direksi didalam
Laboratorium yang disetujui, guna mendapatkan ketebalan lapisan yang
ditimbun, sampai berapa jauh pemadatannya serta kebutuhan air, siraman
dan pemadatan, demikian juga kela-yakannya.

2.06. Pemadatan Khusus Timbunan.


Timbunan dengan pemadatan khusus tediri dari bahan-bahan yang telah
disetujui dihampar dalam tiap-tiap lapisan datar dan merata tebal 0,20 - 0,25
m dengan kemiringan keluar, dan kemudian dipadatkan sehingga tebal
setelah padat menjadi lebih kurang 0,15 m. Kandungan air dari tanah
timbunan harus dijaga sedemikian dengan cara pengeringan alami atau
dengan pembasahan dengan alat semprot. Untuk pemadatan harus
menggunakan mesin giling, alat pemadat, roda penggetar atau alat lain yang
disetujui sehingga menghasilkan kepadatan tidak kurang dari 95% dari
kepadatan kering yang dilaksanakan menurut Standar Uji Proctor. Kepadatan
kering dan Standar Uji Proctor tersebut harus sering dilaksanakan sesuai
permintaan Direksi selama perode pelaksanaan pekecjaan. Apabila munurut
pendapat Direksi, hasil kepadatan kering yang dilaksanakan sesuai dengan
keadaan lapangan iebih kecil dari 95% dari kepadatan kering yang
dilaksanakan menurut Standar Uji Proctor, meskipun Kontraktor telah
mengikuti semua langkah yang tercantum dalam spesifikasi, maka Direksi
atas pertimbangannya dapat menerima tidak kurang dari 90% dari kepadatan
kering maksimum untuk kepadatan khusus pada timbunan ini.

2.07. Penggalian Tanah Jelek.


Jika sesuatu bahan yang jelek terdapat ditempat dasar galian atau pada alas
dari tanggul, Kontraktor harus membuangnya sesuai yang disetujui oleh
Direksi.

2.08. Penyiapan Tanah.

Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya harus digaruk sampai


kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak
sampai kedalaman 0,15 m, dan kadar air dari tanah yang diganak harus
selalu dijaga secara baik secara pengeringan alami atau pembasahan dengan
alat semprot.
Bila oleh sesuatu sebab pekerjaan penimbunan atau pemadatan terhenti,
permukaan dari timbunan harus digaruk kembali dan sebab pekerjaan
penimbunan atau pemadatan terhenti, permukaan dari timbunan harus
digaruk kembali dan kadar airnya diperiksa kembali sebelum pekerjaan
penimbunan atau pemadatan dilanjutkan. Sebelum pekerjaan penim-bunan
dilakukan, semua lubang-lubang dan bekas yang terjadi pada permukaan
tanah, harus diratakan termasuk galangan sawah sampai memuaskan Direksi.

2.09. Tambahan untuk Penurunan Tanah pada Tanggul.


Kontraktor harus memperhitungkan sesuai dengan petunjuk Direksi,
tambahan pengisian (volume tanah timbunan) untuk memadatnya tanah
sendiri, dan untuk penurunan dari tanggul, sehingga tinggi, lebar dan ukuran
tanggul yang telah selesai pada akhir masa pemeliharaan tetap sesuai dengan
ketentuan dalam gambar.
2.10. Penggalian dan Pembuangan.

Untuk penggalian dibedakan dua kelas yaitu, galian dalam tanah lunak dan
tanah berbatu. Tanah lunak adalah semua jenis tanah yang tidak digolongkan
dalam tanah berbatu. Tanah berbatu ialah tanah yang tidak dapat digali
dengan ganco, linggis atau gigi-gigi alat penggali mekanik.
Batu-batu besar atau bagian cadas yang kurang dari 1 m3 tidak
diklasifikasikan sebagai tanah berbatu dalam kaitannya dengan pembayaran
untuk pekerjaan galian. Keputusan Direksi ini disuatu lokasi adafah mutlak.
Tanah galian yang tidak dibutuhkan untuk pekerjaan tanah, harus diletakan
pada tempat tanggul buangan terpisah, diluar pekerjaan tanah yang sudah
selesai. Tanggul buangan ini harus dibentuk menurut ukuran yang ditunjuk
dalam gambar atau menunat perintah Direksi dan harus dibentuk sedemikian
sehingga rapi dan stabil.

2.11. Pekerjaan Pengeringan.


Pemborong harus menjaga agar galian bebas dari air selama pelaksanaan.
Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air harus
dilaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi. Pemborong harus
menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan cukup dilapangan
guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.

2.12. Cara Penggalian.


Pemborong harus menyampaikan rencana mengenai cara-cara penggalian,
termasuk detail dari kontruksi penahan yang mungkin diperlukan, guna
mendapat persetujuan dari Direksi secara tertulis, sekurang-kurangnya 7 hari
sebelum dimulainya pekerjaan, sehingga keamanan penggalian tedamin.

2.13. Pemilihan dan Pemadatan Tanah Urugan (Backfill).

Bila pengisian pada bawah muka tanah dan dekat bangunan diperlukan,
bahan yang dipakai harus dipilih secara cermat dan dipadatkan sesuai dengan
Pasal 2.06.
BAGIAN II - SALURAN

2.14. Penggalian dan Pembuangan.


Untuk penggalian dibedakan dua kelas yaitu, galian dalam tanah lunak dan
galian tanah berbatu. Tanah lunak adalah adalah semua jenis tanah yang
tidak digolongkan dalam tanah berbatu. Tanah berbatu ialah tanah yang tidak
dapat digali dengan ganco, linggis, atau oleh gigi-gigi alat penggali mekanik.
Batu-batu besar atau bagian cadas yang kurang dari 1 m3 tidak
diklasifikasikan sebagai tanah berbatu dalam kaitannya dengan pembayaran
untuk pekerjaan galian, dan jika tidak disebutkan lain harus diletakan
ditanggul lain yang memerlukan tambahan timbunan. Kelebihan tanah galian
yang tidak dibutuhkan untuk pekerjaan tanah, dan kelebihan tanah akibat
tidak ada keseimbangan antara galian dan timbunan sepanjang saluran, harus
diletakan pada tanggul pembuangan terpisah, diluar pekerjaan tanah yang
sudah selesai. Tanggul pembuangan ini harus dibentuk menurut ukuran yang
ditunjuk dalam gambar atau menurut perintah Direksi dan harus dibentuk
sedemikin sehingga rapi dan stabil.
Kontraktor harus menyiapkan rencana pelaksanaan pekerjaan tanah untuk
setiap bagian dari pekerjaan pada satu saat, dengan penjelasan tentang
lokasi dan program/jadwal penggalian saluran dan pembuangan tanahnya
pada tempat-tempat timbunan. Kontraktor harus menyampaikan kepada
Direksi pemberitahuan tentang rencana pelaksanaan pekerjaan sekurang-
kurangnya 7 hari sebelum tanggal yang dimaksudkan untuk memulai
pekerjaan tanah dari tiap-tiap bagian pekerjaan.

2.15. Pasangan Batu Gunung 1:4 (Mekanis)

1.1. Lingkup pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan – bahan, tenaga kerja
dan peralatan sebagai alat bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan pemasangan batu belah yang dimaksud adalah
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan didalam gambar
atau sesuai petunjuk Direksi Teknis.
c. ontraktor wajib memeriksa terhadap kemungkinan
kesalahan/ketidakcocokan pada gambar – gambar rencana baik
dari besaran volume, spesifikasi, system pelaksanaan dll yang
dapat mempengaruhi pekerjaan tersebut. Diartikan bahwa bila
ada ketidak sesuaian secara teknis maupun fisik maka hal ini h
arus disampaikan secara tertulis atau berupa gambar pada
waktu pen jelasan tender/aanwijzing, hal tersebut akan
dilakukan perubahan dilapangan oleh Direksi Teknis, hal ini akan
dicatat didalam risalah rapat dan termasuk didalam dokumen
kontrak. Seluruh biaya yang disebabkan perubahan/perbaikan
tersebut harus sudah tercakup pada u nit dari item pekerjaan
saat Kontraktor mengajukan penawaran.
1.2. Bahan

a. Batu belah yang dipakai adalah batu sungai atau batu gunung
yang dibelah, keras tidak poreus, bersih dan besarnya tidak
lebih dari 30 cm. Tidak diperkenankan memakai batu yang
berbentuk bulat atau batu endapan.Jika dilakukan pembelahan
ditempat maka h arus dilakukan diluar daerah pekerjaan atau
diluar bouwplank. Semen, pasir (agregat halus) dan air yang
digunakan harus mengikuti ketentuan dalam pasal pekerjaan
beton.
b. Kwalitas, jenis dan ukuran batu belah yang dipakai sesu ai
dengan persyaratan PUBI 1972 yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis.
c. Pasir yang dipakai sebagai campuran adukan perekat harus
sesuai dengan yang diisyaratkan PNI-1971 dan NI-3 pasal 14
ayat 2. Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam
dan keras. Kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak
boleh lebih besar dari 5 % dan bebas dari bahan organik
lainnya.
d. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam alkalit, garam, bahan- bahan
organis atau bahan-bahan lainnya yang dapat me rusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal in i yang dapat dipakai adalah air
bersih yang dapat diminum;

e. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air maka kirimkan


contoh air tersebut kelembaga Pemeriksaan Bahan yang diakui
untuk menyelidiki sampai seberapa jauh air itu mengadung zat-
zat yang dapat merusak, dengan biaya ditanggung oleh
pemborong;
f. Apabila pemeriksaan contoh air ini tidak dapat dilakukan, maka
dalam hal in i adanya keragu-raguan air suling. Air tersebut
diangap dapat dipakai apabila kekuatan tekanan mortar dengan
memakai air itu pada umur 7 dan 28 h ari paling sedikit adalah
90% dari keku atan tekanan mortar dengan memakai air suling
pada umur yang sama;
g. Apabila bahan – bahan yang didatangkan Kontraktor dianggap
tidak memenuhi persyaratan maka Direksi Teknis berhak
menolak dan meminta menggantinya sesuai dengan yang
dipersyaratkan.

1.3. Susunan Spesi/Adukan


a. Adukan harus mengikuti persyaratan dan sifat – sifat seperti
disebutkan dalam PUBI NI-3 1956.b)
b. Pencampuran dianjurkan menggunakan concrete mixer
kapasitas 0,25 m3 dengan lama pengadukan 3 menit – 5 menit,
semen dan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian
diberi air sampai didapat campuran yang plastis.
c. Adukan untuk pasangan kedap air atau untuk kepala pondasi
setinggi 20 cm dihitung dari permukaan tanah digunakan
campuran 1Pc : 2 Psr kecuali ditentukan lain.
d. Adukan untuk pasangan biasa digunakan campuran 1Pc : 4 Psr
kecuali ditentukan lain. Sebelum pekerjaan siaran dimulai,
sambungan – sambungan dari semua permukaan batu belah
harus digaruk atau dibersihkan dengan sikat kawat dan dibasahi
atau dipahat (untuk batu yang su dah lama) sebelum
spesi/adukan dipasang.
e. Diusahakan adukan perekat selalu dalam keadaan segar/belum
mengeras. Diperkirakan jarak waktu pencampuran adukan
dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk
adukan kedap air.
f. Pekerjaan siar dapat berupa :
- Siar terbenam (pengisi sambungan) dengan tebal rata – rata
1 cm dari permukaan batu.
- Siar rata, siaran diratakan dengan permukaan batu.
- Siar timbul, siaran setebal 1 cm, tidak lebih dari 2 cm

1.4. Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan harus sesuai dengan petunjuk dari Direksi

Teknis.
b. Sebelum pemasangan batu belah dipasang terlebih dahulu
dibuat profil – profil dari bambu atau kayu pada etiap pokok
galian yang bentuk dan ukurannya sama dengan ukuran
penampang pasangan batu belah.
c. Semua pasangan termasuk siar harus dirawat (cured) dengan
air atau c ara – cara lain yang dapat diterima atau disetujui oleh
Direksi Teknik. Jika curing dilaksanakan dengan air, pasangan
harus dijaga agar tetap basah minimal 14 h ari jika tidak ada
ketentuan lain dengan menutupnya dengan bahan – bahan
yang direndam air, atau cara yang disetujui yang menyebabkan
permukaan yang dirawat selalu basah. Air yang dipakai untuk
curing harus memenuhi ketentuan – ketentuan persyaratan
PUBI-1982 pasal 9.
d. Untuk pemasangan pondasi maka seluruh dasar lubang galian
pondasi harus diberi alas dengan pasir urug, dengan ketebalan
sesuai dengan ukuran – u kuran yang tertera dalam gambar
rencana.
e. Untuk pemasangan dinding penahan tanah ( turap ) harus diberi
suling – suling berdiameter minimal 3 cm dari bambu atau
bahan lainnya dengan jarak 150 cm untuk arah horisontal dan
100 cm untuk arah vertikal.
f. Untuk pasangan batu belah aanstamping dipasang sesuai
dengan gambar rencana dan bagian antara batu belah diisi
dengan pasir urug sedemikian rupa sehingga terisi padat
seluruhnya.
g. Batu belah di pasang diatas adukan yang cukup dan sebelum
dipasang batu belah harus dibasahi terlebih dahulu dan
dibersihkan dari kotoran – kotoran.
h. Pasangan batu belah harus disusun dengan baik, padat dan
tidak diperkenankan saling bertumpukan atau terjadi rongga –

rongga seluruhnya harus dibatasi/diisi dengan adukan.


i. Pada pondasi untuk kolom – kolom beton harus disediakan stek
stek tulangan kolom yang tertanam pada pondasi batu belah
dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan
pokok dari kolom tersebut.
j. enyambungan besi beton dari pondasi kolom ke kolom harus
disediakan, stek sepanjang 1.00m (satu meter) atau minimal 60
kali diameter besi beton tulangan utama kolom, yang tersebar
dari batas pengecoran terakhir sampai ujung besi. Ukuran besi
dan ukuran pondasi disesuaikan dengan gambar dan peraturan
berlaku
k. Pada pondasi untuk sloof beton harus disediakan stek stek
tulangan yang tertanam minimal sama dengan tinggi sloof pada
pondasi batu belah dengan diameter yang sama dengan
diameter terbesar dari tulangan sloof tersebut, jarak setiap stek
– stek tidak lebih dari 200 cm.

2.16. Pekerjaan Plesteran

1.1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan – bahan, tenaga kerja


dan peralatan sebagai alat bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
b. Pekerjaan plesteran dan acian yang dimaksud adalah seluruh
detail yang disebutkan/ditunjukkan didalam gambar atau sesuai
petunjuk Direksi Teknis.

c. Kontraktor wajib memeriksa terhadap kemungkinan


kesalahan/ketidakcocokan pada gambar – gambar rencana baik
dari besaran volume, spesifikasi, system pelaksanaan dll yang
dapat mempengaruhi pekerjaan tersebut. Diartikan bahwa bila
ada ketidak sesuaian secara teknis maupun fisik maka hal ini
harus disampaikan secara tertulis atau berupa gambar pada
waktu pen jelasan tender/aanwijzing, hal tersebut akan dilakukan
perubahan dilapangan oleh Direksi Teknis, hal ini akan dicatat
didalam risalah rapat dan termasuk didalam dokumen kontrak.
Seluruh biaya yang disebabkan perubahan/perbaikan tersebut
harus sudah tercakup pada u nit dari item pekerjaan saat
Kontraktor mengajukan penawaran.
1.2. Bahan
a. Semen yang dipakai adalah Porland Cemet, merk yang telah
disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan
standart Portland Cemet Kelas I-475;
b. Umur semen tidak boleh melebihi dari 3 (tiga) bulan sejak
diproduksi, harus baik, belum terdapat butir- butiran membeku
tertutup rapat, semen yang terdapat menggumpal atau tertutup
rapat, semen yang terdapat menggumpal atau
mengeras/membantu tidak dapat dipergunakan;
c. Pengangkutan semen harus terhindar dari cuac a lembab dan
kalau disimpan dalam gudang, harus cukup mempunyai ventilasi,
terhindar dari kelembaban dan bahan-bahan yang dianggap
merusak;
d. Penumpukan semen harus mempunyai jarak minimum 30 cm
diatas lantai gudang dengan mengunakan alas dari kayu sehinga
pada bagian bawah ada sirkulasi udara;
e. Penumpukan zak-zak semen digunakan tidak boleh ditumpuk
lebih dari 2 meter tingginya dan tiap penerimaan yang baru
harus dipisahkan dan diberikan tanda serta dipisahkan dari yang
lama dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut
pengirimannya kelokasi pekerjaanya;

f. Pasir yang dipakai sebagai campuran adukan perekat harus


sesuai dengan yang diisyaratkan PNI-1971 dan NI-3 pasal 14
ayat 2. Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan
keras. Kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh
lebih besar dari 5 % dan bebas dari bahan organik lainnya.
g. Air yang dipakai sebagai bahan pencampur harus bersih dari
bahan minyak, asam alkali, garam dan bahan organik lainnya
dan sesuai dengan persyaratan PUBI-1982 pasal 9 .
h. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air maka kirimkan c
ontoh air tersebut kelembaga Pemeriksaan Bahan yang diakui
untuk menyelidiki sampai seberapa jauh air itu mengadung zat-
zat yang dapat merusak, dengan biaya ditanggung oleh
pemborong;
i. Apabila pemeriksaan contoh air ini tidak dapat dilakukan, maka
dalam h al ini adanya keragu-raguan air suling. Air tersebut
diangap dapat dipakai apabila kekuatan tekanan mortar dengan
memakai air itu pada umur 7 dan 28 h ari paling sedikit adalah
90% dari kekuatan tekanan mortar dengan memakai air suling
pada umur yang sama
j. Apabila bahan – bahan yang didatangkan Kontraktor dianggap
tidak memenuhi persyaratan maka Direksi Teknis berhak
menolak dan meminta menggantinya sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
1.3. Susunan Adukan
a. Adukan harus mengikuti persyaratan dan sifat – sifat seperti
disebutkan dalam PUBI NI-3 1956.
b. Pencampuran dianjurkan menggunakan concrete mixer kapasitas

0,25 m3 dengan lama pengadukan 3 menit – 5 menit semen


dan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air
sampai didapat campuran yang plastis.
c. Adukan 1 Pc : 2 Psr digunakan untuk semua bidang kedap air,
dari permukaan sloof sampai dengan 30 cmdari permukaan
lantai, bidang didaerah basah setinggi 210 cm atau setinggi pintu
dari permukaan lantai dan semua bidang yang digambar
menggunakan symbol aduk kedap air kecuali ditentukan lain.
d. Adukan 1 Pc : 3 Psr digunakan untuk semua bidang beton yang
tidak kedap air dan linggir atau sponingan kecuali ditentukan
lain.
e. Adukan 1 Pc : 5 Psr digunakan untuk semua bidang pasangan
dinding yang tidak kedap air baik bagian dalam maupun bagian
luar kecuali ditentukan lain.
f. Adukan Pc + Air digunakan untuk semua bidang acian.
g. Diusahakan adukan perekat selalu dalam keadaan segar/belum
mengeras. Diperkirakan jarak waktu
h. Pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk adukan kedap air.

BAGIAN III - BANGUNAN

2.17. Pekerjaan Pengeringan.


Pemborong harus menjaga agar galian bebas dari air selama pelaksanaan.
Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pem-buangan air harus
difaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi. Pemborong
harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan cukup
dilapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.

2.18. Cara Penggalian.

Pemborong harus menyampaikan rencana-rencana mengenai cara-cara


penggalian, termasuk detail dan kontruksi penahan yang mungkin diperlukan,
guna mendapat persetujuan Direksi secara tertulis, seku-rang-kurangnya 7
hari sebelum dimulainya pekerjaan, sehingga keamanan penggaliannya
terjamin

2.19. Penggalian pada Bangunan.


Penggalian harus dilaksanakan sedemikian sehingga masih memungkinkan
dikerjakan pengeringan yang cukup, dapat membuat penyokong bagi tebing
galian, dan masih cukup ruangan untuk pembuatan acuan, pengecoran
beton, memasang pasangan baut dan melaksanakan timbunan, termasuk
pemadatannya dan lain-lain kegiatan pekerjaan lainnya.

2.20. Kelebihan Penggalian.


Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang
diperintahkan menurut Pasal 2.19 harus diisi kembali oleh Pemborong dengan
tanah yang dipadatkan sebagaimana yang dikehendaki oleh Direksi.

2.21. Perapian Permukaan Galian.

Dasar/informasi suatu yang akan menerima beton, pasangan batu atau isian
yang dipadatkan, 0,15 m yang terakhir dari galian harus dikerjakan rapi,
dengan tenaga manusia.
Sebelum menempatkan beton, pasangan batu atau bahan isian, semua
lumpur harus disingkirkan.

2.22. Pemilihan dan Pemadatan Tanah Urugan (Backfill).


Bila pengisian kembali pada bawah muka tanah dan dekat sekitar bangunan
diperlukan, bahan yang akan dipakai harus dipilih secara cermat dan
dipadatkan sesuai Pasal 2.06.

BAGIAN IV - LEMPENGAN RUMPUT

2.23. Umum.

Baik ditunjukkan atau tidak dalam gambar, lereng-lereng baru dari saluran,
jalan dan parit harus digebal dengan rumput. Sebelum lem-pengan rumput
dipasang, permukaan harus diratakan dan digemburkan bila perlu dilapis
dengan tanah rumus 2 cm.
Permukaan lempeng rumput harus rata dengan permukaan lereng saluran.
Setelah lempengan rumput dipasang harus disiram dengan air secukupnya
sampai gebalan itu tumbuh dengan baik, sedangkan lempengan rumput yang
tidak tumbuh harus dibuang dan diganti.
2.24. Daerah yang Harus Digebal.
Daerah yang harus digebal adalah sebagai berikut :
a. Selebar 0,30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.

b. Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0,2 m dibawah muka air
rencana untuk saluran tanah dan sampai tepi atas pasangan untuk saluran
pasangan.
c. Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul.
2.25. Lempengan Rumput dan Semat-semat.
a) Persyaratan Lempengan Rumput.
 Rumput lempengan harus tebal dan bersama akar-akamya.
 Bukan berasal dari tanah yang susut besar.

 Ukuran-ukuran 25 x 25 cm2.
b) Semat - sematnya.
Semat-semat bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang lempengan
rumput. Ukuran dari semat-semat tadi paling tidak 30 cm panjangnya
dengan tebal 2-3 cm dan dipasang 3 buah semat untuk tiap lempengan
ukuran 25 x 25 x 4 cm.
BAB 3

BETON

BAGIAN 1- BAHAN

3.01. Semen
Semen yang dipergunakan harus semen Portland sesuai dengan merek yang
disetujui dan memenuhi Standar Nasional Indonesia, NI-8. Bila diperintahkan
oleh direksi maka Pemborong harus menyertakan sertifikat pengujian dari
pabrik untuk tiap-tiap pengiriman. Jenis semen lain mungkin dipergunakan
untuk keperluankeperluan lain.
Atas permintaan Direksi, Pemborong harus menyediakan contoh semen dari
gudang lapangan atau dari pabrik guna keperluan pengujian sesuai dengan
ketentuan Standar Nasional Indonesia, NI-8 diminta oleh Direksi. Tiap semen
yang menurut Direksi sudah mengeras atau sebagian mati harus segera
ditolak dan dikeluarkan dari lokasi.

3.02. Bahan Batuan.


Bahan batuan untuk beton dan adukan harus memenuhi Standar Nasional

Indonesia, NI-2.

(i) Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan
bahan lain seperti pasir dari batu pecah akan diijinkan, apabila
menurut pendapat Direksi pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya.
Kandungan maximum terhadap lempung, lanau dan debu tidak boleh
lebih dari 5% perbandingan berat, bila diuji menurut Standar Uji.
(ii) Bahan Batuan (kerikil) harus memenuhi persyaratan bergradasi baik
dengan diameter maximum tergantung Luas dari betonnya.
Pemborong harus mengirim contoh material apabila dibutuhkan oleh
Direksi. Contoh harus diambil sesuai petunjuk dari Direksi. Pemborong
harus membuat percobaan untuk contoh material secara rutin dan
dengan frekuensi yang disetujui Direksi serta mengirimkan kepada
Direksi setiap copy laporan test.
3.03. A i r.

Air yang dipakai untuk membuat dan merawat beton untuk adukan harus dari
sumber yang disetujui oleh Direksi dan memenuhi Standar Nasional
Indonesia, NI-2. Pemborong mengadakan percobaan mengenai air yang
diusulkan untuk dipakai dan harus menyerahkan catatan mengenai percobaan
tersebut kepada Direksi sebelum melaksanakan pekerjaan beton.
Pemborong harus membuat percobaan yang teratur mengenai air beton atau
adukan dalam suatu metoda/cara dan frekuensi yang disetujui Direksi dan
harus menyerahkan kepada Direksi salinan catatan untuk hasil setiap
percobaan.

3.04. Zat Tambahan.


Beton dan adukan harus dibuat dari semen, pasir, kerikil dan air seperti yang
ditentukan. Tidak boleh ada bahan campuran lain yang ditembahkan tanpa
persetujuan Direksi. Pemborong telah memakai zat penambah (additives)
atau zat tambahan untuk mempermudah persiapan pembuatan sambungan
cor atas persetujuan Direksi. Tentang zat penambah dan cara pemakaiannya
harus mendapat persetujuan Direksi.

3.05. Tulangan.
Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan Gambar dan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia NI-2/PBL 1971. Apabila diminta oleh Direksi
Pemborong harus menyediakan sertifikat hasil pemeriksaan baja lunak yang
dikirim kelokasi dari laboratorium yang disetujui Direksi. Percobaan ini harus
dikerjakan sejalan dengan prosedur pengujian yang disetujui Direksi.
Untuk tiap-tiap kiriman anyaman baja (steel mess) ketempat pekerjaan,
Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi satu salinan yang disyahkan
dari catatan hasil pemeriksaan dan pengujian yang bersangkutan. Pemborong
harus menyediakan contoh tulangan dari gudang dilapangan, jika dibutuhkan
oleh Direksi.
Tulangan pada waktu pengecoran harus bersih dan bebas dari kerusakan,
kulit gilingan yang lepas dan karat. Batang baja yang telah bengkok, tidak
boleh diiuruskan, atau dibengkokkan lagi untuk dipakai dipekerjaan tanpa
persetujuan Direksi. Pembengkokan tidak boleh dengan cara
memanaskannya.
3.06. Penyimpanan Bahan.

Semen harus dikirim ketempat pekerjaan dalam karung kertas yang ditandai,
utuh dan ditutup sepatutnya atau dalam bungkusan lainnya yang sudah
disetujui. Semen harus disimpan dalam gudang tahan cuaca, khusus
dimaksudkan untuk tujuan tersebut.
Lantai gudang harus di naikkan paling tidak 0,20 m diatas permukaan tanah
untuk mencegah pengisapan air. Semen harus disimpan diatas rak setinggi
minimal 0,2 m dari lantai gudang. Penyimpanan ditempat terbuka dapat
diijinkan pada pekerjaan kecil dengan seijin tertulis Direksi, dan dalam hal ini
semen harus ditempatkan ditempat yang dinaikkan dan dilindungi dengan
tutup yang tahan menurut persetujuan Direksi.
Masing-masing kiriman semen harus disimpan terpisah sedemikian, sehingga
ada jalan masuk dengan mudah untuk pemeriksaan, pengujian dan
pengambilan. Tiaptiap jenis bahan batuan pasir dan kerikil harus disimpan
dalam kotak/tempat yang terpisah atau halaman yang tanahnya ditutup
dengan lantai plester atau beton, atau tutup lainnya yang keras dan bersih,
yang harus bisa kering sendiri dan dilinclungi dari percampuran dengan tanah
atau benda-benda lainya yang rusak. Tulangan baja harus disimpan
sedemikian rupa tidak langsung berhubungan dengan tanah dan diganjal agar
tidak menjadi kotor.
BAGIAN III - KELAS BETON DAN MUTU PEKERJAAN

3.07. Kelas Beton.


Kelas beton yang dipergunakan dalam pekerjaan dan batasan dari bahan-
bahan pokok untuk tiap kelas, harus sesuai dengan standar Indonesia PBI 71,
NI-2 dan sifat-sifatnya yang terpenting diberikan dalan tabel berikut :
Ukur
an Berat min. Berat
Tingk
Kelas max, dari PC tiap max. dari Pemak at
m Beton (kg) air tiap ai
dari Pengawas
kerikil kg PC an
K300 20 350 0,48 - Beton Prestres Tiang- Ketat
Tiang beton bertulang

- Bagian beton
bertulang pra-cetak.
- Lapisan beton tahan
Abrasi/aus.
K225 20 275 0,55 - Beton bertulang untuk Ketat
kontruksi besar utama
dan pelat beton pra-
cetak.
K175 40 275 0.55 - Beton bertulang-
beton masa pipa.
K125 40 250 0,60 - Beton masa Ketat
BO - Lantai kerja Ringan

3.08. Perbandingan Campuran.


Pemborong harus menentukan perbadingan bahan untuk beton sesuai
dengan Luas sampai mendapat persetujuan Direksi. Penentuan perbandingan
diatas harus sesuai dengan petunjuk Standar Nasional Indonesia , PBI 71, NI-
2, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
Pemborong tidak boleh merubah perbandingan atau sumber bahan yang
sudah disetujui tanpa persetujuan dari Direksi lebih dahulu. Persetujuan dari
Direksi tentang campuran yang diusulkan tidak akan diberikan sebelum
pemborong mengadakan percobaan campuran dengan pengujian untuk tiap
kali kelas beton dan telah menyerahkan keterangan lengkap hasil
percobaannya tentang mutu pekerjaan (faktor kepadatan slump), kekuatan
dan berat jenis kepada Direksi untuk persetujuan.
Pemborong tidak boleh mulai dengan pekerjaan sebelum usul campuran
tersebut disetujui.

3.09. Campuran Percobaan (Trial Mixes).

Pemborong harus membuat campuran percobaan untuk setiap kelas beton


dengan memakai alat-alat yang sama yang akan dipakai di pekerjaan.
Campuran percobaan akan diijikan bila kekuatan dari uji kubus yang diambil
dari tiap kelas beton memenuhi syarat-syarat spesifikasi untuk masing-masing
kelas beton. Pembuatan contoh dan pengujiannya harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia NI-2, PBI 1971.

3.10. Pengujian Beton.


Pemborong harus melaksanakan pengujian beton menurut prosedur yang
digariskan dalam Standar Nasional Indonesia, NI-2, PBI 1971. Pemborong
harus mengambil contoh beton untuk test kubus dari campuran percoabaan
dan tempat penuangan beton pada pekerjaan kemudian dirawat seperlunya
dan menyerahkan kepada laboratorium yang disetujui untuk mengadakan
pengujian sesuai diperintahkan. Kubus-kubus harus dicetak dalam cetakan 15
cm x 15 cm x 15 cm seperti disyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia,
NI-2, PBI 1971. Pemborong harus menjaga dan menghindari pengrusakan
pada kubus-kubus uji sepanjang tahap pengujian.
Selama pengecoran pemborong harus selalu melakukan Slump Test pada saat
mulai pengecoran. Test-test itu harus dilakukan berdasarkan Standar Nasional
Indonesia, NI-2, PBI 1971. Kecuali ditentukan lain maka hasil test harus
sesuai dengan Tabel 4.4.1 dari Standar Nasional Indonesia, NI-2, PBI 1971.
Pemborong harus pasti bahwa untuk setiap test dibuat laporan, yang
menjelaskan tentang hasilhasil tersebut dalam satuan metrik. Pemborong
diwajibkan membuat laporan itu dengan format yang disetujui Direksi dan
penyerahannya dilakukan dalam rangkap tiga tidak lebih dari tiga hari setelah
test itu dilaksanakan. Pemborong harus juga menyerahkan laporan tekanan
udara, temperatur beton dan bahan penyusun beton untuk mendapat
persetujuan dari Direksi. Pemborong harus menyediakan peralatan dan
tenaga dilapangan untuk melaksanakan percobaan kubus, slump dan juga
alat pencatat temperatur dan tekanan udara.

3.11. Mengawasi dan Mencampur Bahan Beton.


Pemborong harus mencampur dengan hati-hati bahan dari tiap golongan
beton dengan perbandingan berdasarkan volume. Air harus ditambah pada
bahan batuan, pasir semen didalam mesin pengaduk mekanis, banyaknya
harus menurut jumlah paling kecil yang diperoleh untuk memperoleh
pemadatan penuh. Alat pengukuran air harus dapat menunjukan banyaknya
air yang diperlukan dan direncana agar secara otomatis terhenti bila jumlah
air tersebut sudah dialirkan kedalam campuran. Dan kemudian bahan-bahan
beton seluruhnya harus benar-benar tercampur. Beton Pra-campur boleh
digunakan dengan mendapat persetujuan dari Direksi. Apabila percampuran
beton Luas K 125 diijinkan dilakukan dengan tenaga manusia, maka semen,
batuan dan pasir harus dicampur dilantai kayu yang rapat. Bahan-bahan
harus diaduk paling sedikit dua kali dalam kering dan campuran beton
mencapai wama dan kekentalan yang sama/merata.
Pemborong harus merencanakan tempat dari alat pencampuran dan tempat
bahanbahan untuk memberi ruang kerja yang memuaskan. Rencana ini harus
diserahkan untuk mendapat persetujuan dari Direksi, sebelum alat-alat
pencampuran dan bahan ditempatkan.

3.12. Mengangkut, Menempatkan dan Memadatkan Beton.

Beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga sampai ditempat penuangan,


beton masih mempunyai mutu yang ditentukan dan kekentalan yang
memenuhi, dan tak terjadi penambahan atau pengurangan apapun sejak
meninggalkan tempat adukan. Pemborong harus mendapat persetujuan
Direksi atas pengaturan yang direncanakan, sebelum pekerjaan pembetonan
dimulai. Beton tidak diperbolehkan untuk dijatuhkan dari ketinggian lebih clad
1,5 m. Ketebalan beton dalam tuangan tidak boleh lebih dari 1,0 m untuk
satu kali pengecoran. Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai
ketempat sambungan cor yang direncana sebelumnya.
Pemborong harus mengingat bahwa pemadatan dari beton adalah pekerjaan
yang penting dengan tujuan untuk menghasilkan beton rapat air dengan
kepadatan maximum. Pemadatan harus dibantu dengan pemakaian mesin
penggetar clad jenis tenggelam, tapi tidak mengakibatkan bergetamya
tuangan dan acuan. Jumlah dan jenis alat getar yang tersedia untuk setiap
masa pembetonan, harus dengan persetujuan Direksi.

3.13. Mengangkut, Menempatkan dan Memadatkan Beton.

Penjelasan dan kedudukan dari tempat siar pengecoran harus diserahkan


kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum mulai pengecoran.
Tempat sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pengaruh
dari penyusutan dan suhu sangat diperkecil. Bila pekerjaan betan panjang
dan atau luas dan menurut Direksi pelaksanaan lebih praktis, maka
pemborong harus mengatur rencana pelaksanaan sedemikan rupa, beton
sudah berumur 4 minggu. Siar pengecoran harus rapat air, dan harus
dibentuk dalam garis-garis lurus dengan acuan yang kaku tegak lurus pada
garis tenggangan pokok dan sejauh mungkin dari tempat gaya lintang/geser
yang terkecil. Sambungan itu merupakan jenis pertemuan biasa, kecuali jika
jenis lain dikehendaki oleh Direksi. Sebelum beton yang mulai dicor disamping
beton yang sudah mengeras, beton yang lama harus dibersihkan dari batuan
diatas seluruh penampangnya dan meninggalkan permukaan kasar yang
bersih serta bebas dari buih semen. Ukuran vertikal dari beton yang akan
dituangkan pada satu kali pengecoran harus tidak lebih dari 1,0 m dan ukuran
mendatar harus tidak lebih dari 7 m, meskipun tanpa adanya persetujuan
lebih dahulu dari Direksi.
BAGIAN V - LAPIS LINDUNG SALURAN

4.01. Lapis Lindung Pasangan Batu (Linning Pasangan Batu)


Pekerjaan lapis lindung pada saluran harus dikerjakan sesuai dengan
penjelasan pada Gambar. Bahan yang dipakai dan mutu pekerjaan harus
memenuhi Pasal 4.10 sampai 4.17 dari spesifikasi.

4.02. Lapis Lindung Pra-cetak

Bahan dan pengerjaan pelat beton pra-cetak harus memenuhi ketentuan


pasal 3.01 sampai 3.19 dari spesifikasi. Beton yang dipakai untuk pembuatan
pelat harus beton K175 dengan ukuran kerikil maksimum 2 cm. Ukuran pelat,
panjang saluran yang akan diberi lapisan lindung serta batas-batas dan
ketinggiannya harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Gambar
atau menurut petunjuk Direksi.

4.03. Pencetakan Pelat


Pencetakan pelat beton pra-cetak harus dikerjakan ditempat yang sudah
dipilih dengan persetujuan Direksi sebelumnya. Pelat harus dicetak diatas
dasar yang dipersiapkan khusus untuk itu, harus dipefiatikan pencegahan
terjadinya perubahan bentuk dan bengkokan clad cetakan selama dan
sesudah pengecoran. Disarankan agar lantai dasar benar-benar harus rata
dan keras. Bila pelat dicetak ditanah asli, permukaan harus dilapisi dengan
plywood atau bahan lain untuk mendapatkan dasar yang rata dan air semen
dari beton harus tidak diisap oleh tanah. Tempat pencetakan harus ditutup
dengan tutup sementara, hingga alat pelat yang baru dicetak terlindung dari
sinar matahari dan hujan. Perlindungan terhadap matahari dan hujan yang
melarutkan tidak boleh dengan lindungan pohon-pohon yang rindang.
Cetakan untuk membuat pelat beton dapat berupa unit tunggal atau ganda,
dan dapat dibuat dari kayu, pelat besi atau bahan lain yang sesuai, dengan
syarat cukup kuat, rapat air dan tahan terhadap bekerjanya beton. Bila
dipakai cetakan kayu maka disarankan untuk melapisi bagian dalam dengan
seng atau bahan lain. Cetakan harus dibuat sedemikian sehingga dapat
dibuka dengan mudah sehingga tidak merusak sisi-sisi dan sudut-sudut pelat.
Membuka cetakan harus dikerjakan tanpa memukul. Waktu membuka harus
mendapat persetujuan dari Direksi, meskipun hal ini tidak akan membebaskan
pemborong dari kewajibannya untuk membuat pelat beton yang mutunya
memenuhi persyaratan. Untuk tiap-tiap pencetakan pelat harus ada jumlah
cetakan yang cukup. Sesaat sebelum pencetakan dimulai, bagian dalam dari
pencetakan harus disapu/semir dengan minyak cetak yang disetujui oleh
Direksi. Pemakaian minyak Diesel, mineral atau minyak mesin tidak
diperkenankan. Bila cetakan sudah dibuka, maka sisi dalam terutama pada
sudut-sudutnya harus dibersihkan dan kemudian diminyaki lagi untuk
pencetakan berikutnya. Beton harus dicor dalam lapisan-lapisan dan
dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Harus dijaga agar betun tidak memenuhi
ruang cetakan seluruhnya. Permukaan atasnya kemudian digosok sampai
halus. Pelat kemudian di taruh dalam suasana lembab dan dingin dengan
ditutupi goni basah atau lainnya, sampai menjadi cukup keras guna tindakan
selanjutnya.
Pelat kemudian disimpan dihalaman pencetakan diketeduhkan dan dirawat
lebih lanjut untuk paling sedikit 7 hari. Pemborong harus menjaga jangan
sampai pelatpelat itu terkena tanah atau menjadi kotor atau pecah.
Tumpukan tidak boleh dari 10 pelat agar yang dibagian bawah tidak rusak.
Setelah selesai perawatannya maka pelat diangkut kelokasi pemasangan.
Waktu memuat dan membongkar pelat tidak boleh dilemparkan, tetapi harus
dilakukan dengan hati-hati. Pelat ditimbun diatas tumpukan pelat lama atau
memakai ganjal kayu agar tidak kotor sebelum dipasangan.

4.04. Pemasangan Pelat


Lapisan dasar harus dipadatkan, diratakan dibersihkan serta dibasahi sebelum
pelat-pelat ditempatkan pada posisi masing-masing. Bila permukaan dasarnya
terlalu dalam maka harus diurug dulu dengan bahan yang sesuai dan
dipadatkan kembali sampai mendapat persetujuan dari Direksi. Ditempat
tertentu seperti yang tertera pada Gambar, diperiukan lapisan pasir. Ini harus
dikerjakan dengan dipadatkan sesuai dengan Gambar atau petunjuk Direksi.
Pelat harus dipasang sedemikian hingga batas atas dan bawah menjadi
simetris. Sambungan harus selebar 2 cm dan harus di siar dengan hati-hati
dengan spesi 1 pc : 2 ps secara rata. Tebal siar sama dengan tebal pelat.
Sebelum disiar
sambungan harus dibersihkan secara menyeluruh, dicuci dan disikat dengan
sikat baja. Permukaan yang sudah selesai harus dirawat selama paling sedikit

7 hari dengan cara yang disetujui Direksi sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 4.13 maka bila diperlukan pada pelat juga harus dipasang pipa-pipa
peresapan.

BAB 7

JALAN INSPEKSI

7.01. U m u m.
Jalan inspeksi dibuat pada lokasi yang ditentukan pada Gambar. Jalan
inspeksi ini biasanya ditempatkan diantara salah satu tanggul clad saluran
tetapi kadang-kadang pada jalur jalan yang sudah ada dan dekat dengan
saluran.

Ada 3 macam konstruksi yang mungkin digunakan :


1. Lapisan Tanah.
2. Lapisan kerikil diatas dasar jalan Makadam.
3. Lapisan pengaspalan dua lapis diatas dasar jalan Makadam.

7.02. Pekerjaan Tanah.


Bila jalan terietak pada salah satu tanggul dari saluran, cara penyiapan tanah
sama untuk ketiga macam lapis atas jalan tersebut diatas.
Pekerjaan tanah untuk jalan inspeksi dikerjakan dengan syarat sama seperti
untuk pekerjaan saluran. Tampang lintang tubuh jalan dibentuk dengan
kemiringan 1: 400 keluar dari sisi saluran. Apabila konstruksi bagian atas
jalan tidak dikerjakan segera setelah pekerjaan tanah selesai, maka muka
tanah harus digaruk dan dipadatkan kembali bila konstruksi bagian atas jalan
akan dikerjakan kembali.
7.03. Bahu/Berm Man.
Bahu/Berm jalan dibentuk dari tanah timbunan dipadatkan, digebal sesuai
Pasal 2.24 sampai 2.26 dan diberi batu ditepi selebar 0,25 m. Batu tepi ini
dibuat dari batu kali dengan ukuran tebal 0,25 s/d 0,30 m. Setiap jarak 10 m
pada bagian yang rendah dari bahu jalan diberi drain pengeringan dari kerikil
memotong bahu jalan. Ukuran dari drain pengeringan kerikil ini 0,20m dalam
dan 0,5 m lebar dan bahan yang dipakai harus merupakan bahan kasar
dengan ukuran maksimum 20 mm dan dibungkus dengan lapisan kerikil_
Ketinggian bahu jalan sesudah digebal dimanamana harus sesuai dengan
ketinggian muka jalan.

7.04. Dasar Galian Jalan Inspeksi.


Persiapan dasar galian badan jalan dan konstruksi jalan selanjutnya baru
boleh dimulai setelah bahu jalan selesai dikerjakan, selama persiapan dasar
dan konstruksi jalan, pada bagian yang lebih rendah dari badan jalan diberi
celah (bukaan) untuk pengeringan.
Setelah pembentukan seperti diatas dan yang dimaksud dalam Pasal 2.11 dari
spesifikasi ini, dasar harus digilas dengan mesin gi(as sebanyak tidak kurang
dari 4 kali atau dengan cara yang disetujui Direksi. Bagian dasar yang belum
rata harus diperbaiki sampai bagian dasar halus dan rata dan digilas lagi
paling tidak satu kali dengan mesin gilas. Mesin gilas harus mempunyai berat
paling tidak 5.000 kg/m lebar roda.

7.05. Lapis Kerja/Pasir (Sub Base)

Lapisan kerja terdiri dari selapis pasir tebal minimum 10 cm yang diratakan
diatas dasar galian jalan dan dipadatkan.

7.06. Badan Jalan/Lapis Makadam (Base Course).


Badan jalan terdiri dari lapisan Makadam yang dibentuk dari batuan atau batu
pecah dengan kerikil pada celah-celahnya dan digilas.
Batuan atau batu pecah harus bergradasi seperti
dibawah ini :

Diameter Saringan Persentasi Lolos

100 mm 95 - 100

50 mm 0-15

20 mm 0-2

Batu tersebut disusun dengan merata diatas lapis pasir dan disipat dengan
penyipat yang bentuk dan ukurannya sudah ditetapkan agar didapat
permukaan yang baik. Lapis batu diatas digilas dengan mesin gilas paling
tidak 4 jalan yang beratnya tidak kurang dari 5.000 kg/m lebar roda.
Penggilasan dimulai dari tepi yang rendah keatas dengan kelabihan lebar
(overlap) tidak kurang dari 30 % dari lebar roda.

7.07. Kerikil Isian (Gravel (nFll).


Kerikil isian harus terdiri dari batu pecah atau kerikil, lolos lobang saringan
dari 5 mm, bergradasi baik sampai tidak mengandung debu dan tidak
mengandung bahan tanah lempung. Bahan ini disebar diatas lapis Makadam,
disiram air dan digilas sampai padat. Tambahan bahan harus diberikan, diairi
dan digilas sampai tidak ada lobang-lobang dipermukaan lapisan Makadam.

7.08. Lapisan Aus Kerikil (Gravel Wearing Course).


Bila dipakai lapisan aus kerikil, maka setelah pekerjaan lapis Makadam selesai,
bahan tersebut dihampar, diberi air dan digilas dengan mesin gilas yang
mempunyai berat 5.000 kg/m lebar roda, paling tidak 8 kali jalan. Bagian
permukaannya yang terlepas karena kekurangan bahan halus harus dibuang
dan diganti dengan bahan yang baik dan digilas kembali.
SEKSI 3.2

TIMBUNAN

3.2.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai
dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi
empat jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Timbunan Pilihan
Berbutir di atas Tanah Rawa, dan Penimbunan Kembali Bahan Berbutir
(Granular Backfill).

c) Timbunan Pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya


dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk
stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng
yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan
lainnya di mana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

d) Timbunan Pilihan harus digunakan sebagai lapisan penopang (capping layer)


pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang 2,5% yang tidak
dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi.

e) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan di atas tanah rawa, daerah berair
dan lokasi-lokasi serupa di mana bahan Timbunan Pilihan dan Biasa tidak
dapat dipadatkan dengan memuaskan.

f) Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada di bawah
permukan air, menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, tidak dapat dialirkan
atau dikeringkan dengan metoda yang dapat dipertimbangkan dalam
Spesifikasi ini.

g) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill) harus digunakan


untuk penimbunan kembali di daerah pengaruh dari struktur seperti abutmen
dan dinding penahan tanah serta daerah kritis lainnya yang memiliki
jangkauan terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar.

h) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase
porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah
hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan. Bahan timbunan
jenis ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.

i) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam Spesifikasi ini


mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus lapangan termasuk
konsolidasi dan stabilitas lereng.
2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak terbatas berikut ini:

a) Transportasi dan Penanganan Seksi 1.5


b) : Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8
c) : Kajian TeknisLapangan Seksi 1.9
d) : Bahan dan Penyimpanan Seksi 1.11
e) :Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya Seksi 1.14
f) : Seksi 1.17
g) Pengamanan Lingkungan Hidup Seksi 1.19
h) : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.21
i) : Manajemen Mutu Seksi 2.4
j) : Drainase Porous Seksi 3.1
k) Galian : Seksi 3.3
l) Penyiapan Badan Jalan Seksi 7.1
m) : Beton dan Beton Kinerja Tinggi Seksi 7.9
: Pasangan Batu
3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2
cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

4) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 1966:2008 : Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah.
SNI 1967:2008 : Cara uji penentuan batas cair tanah.
SNI 1742:2008 : Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 1743:2008 : Cara uji kepadatan berat untuk tanah.
SNI 1744:2012 : Metode uji CBR laboratorium.
SNI 2828:2011 : Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dgn konus
pasir. SNI 3423:2008 : Cara uji analisis ukuran butir tanah.
SNI 6371:2015 : Tata cara pengklasifikasian tanah untuk keperluan teknik
dengan
sistem klasifikasi unifikasi tanah (ASTM D2487-06,
MOD). SNI 03-6795-2002 : Metode pengujian untuk menentukan tanah
ekspansif
SNI 03-6797-2002 : Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat untuk
konstruksi jalan.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah
ini kepada Pengawas Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai
pekerjaan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan:

i) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan


yang telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;

ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada


permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar
cukup memadai, bilamana diperlukan menurut Pasal 3.2.3.1).b) di
bawah ini.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Pengawas


Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:

i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu


contoh harus disimpan oleh Pengawas Pekerjaan untuk rujukan selama
Periode Kontrak;

ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan Pasal 3.2.2.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan,
dan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan
sebelumnya :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.

ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan


toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3) dipenuhi.

6) Jadwal Kerja

a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan menggunakan
pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk
lalu lintas.
b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok sayap
jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian pekerjaan timbunan pada
oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang ditentukan oleh Pengawas
Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk mendahulukan pelaksanaan
abutment dan tembok sayap, selanjutnya dapat diperkenankan untuk
menyelesaikan oprit dengan lancar tanpa adanya resiko gangguan atau
kerusakan pada pekerjaan jembatan.
7) Kondisi Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan
selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup
untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga
harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik.
Bilamana
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
sistem drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus
disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase
permanen.

b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan
pemadatan.

8) Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil

a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan


atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3)
harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan kembali dan pemadatan kembali.

b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar
airnya yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.3).b) atau seperti yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan
tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur
seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan lain yang
disetujui.

c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam


batas- batas kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.3).b) atau seperti
yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara
berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca
cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai
dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Pengawas
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari
pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.

d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan


dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal
lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan
dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.

e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat


bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang
diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau
pembuangan dan penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek
setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Pengawas
Pekerjaan
haruslah seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.8).c) dari Spesifikasi ini.

9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.
10) Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan
berada di
luar rentang yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.3.3).b). Semua permukaan timbunan
yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan cukup untuk
memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran plastik pada akhir
kerja setiap hari dan juga ketika akan turun hujan lebat.

11) Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas.

3.2.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan Seksi
1.11 "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Timbunan Biasa

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari


bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1.1) dari
Spesifikasi ini.

b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 (AASHTO
M145-91(2012)) atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil
Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak
dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya
dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali
tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar
perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan,
timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 1744:2012, harus memiliki
nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang
diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam Gambar atau tidak kurang
dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 1742:2008).

c) Tanah sangat ekspansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258-81 (2013)
sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai bahan
timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI
1966:2008) dan persentase kadar lempung (SNI 3423:2008).

d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistem USCS serta tanah yang mengandung daun – daunan, rumput-rumputan,
akar, dan sampah.
(i) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan
(melampaui Kadar Air Optimum + 1%).

(ii) Tanah ekspansif yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan
sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe (Lampiran 3.2.A)
dengan ciri- ciri adanya retak memanjang sejajar tepi perkerasan jalan.

3) Timbunan Pilihan

a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila


digunakan pada lokasi atau untuk maksud di mana bahan-bahan ini telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan. Seluruh
timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau
drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai
dengan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini).

b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari


bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan
biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung
dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila
diuji sesuai dengan SNI
1744:2012, memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI
1742:2008.

c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan
pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik
atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang
dipilih, dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan akan tergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan
yang akan dipikul.

4) Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana penghamparan
dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan haruslah batu, pasir atau
kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %
(enam persen).

5) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Back Fill)

Bahan timbunan berbutir daerah oprit harus terdiri dari kerikil pecah, batu, timbunan
batu atau pasir alam atau campuran yang baik dari kombinasi bahan-bahan ini dengan
bergradasi bukan menerus dan mempunyai Indeks Plastisitas maksimum 10%. Gradasi
timbunan berbutir daerah oprit haruslah sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 3.2.2.1)
berikut :
Tabel 3.2.2.1) Gradasi Penimbunan Kembali Bahan Berbutir

Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
4” 100 100
No.4 4,75 25 - 90
No.200 0,075 0 - 10
3.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.1.1.11), 3.1.2.1), dan 3.1.2.5) dari Spesifikasi
ini.

b) Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan atau
tanah rawa, dasar fondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk
penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15
cm bagian permukaan atas dasar fondasi memenuhi kepadatan yang
disyaratkan untuk Timbunan yang ditempatkan di atasnya.

c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah dengan


kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas permukaan lama atau
pembangunan timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong sampai tanah
yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut tidak boleh
mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan
jarak vertikal tidak lebih dari 30 cm untuk kelandaian yang kurang dari 15%
dan tidak lebih dari 60 cm untuk kelandaian yang sama atau lebih besar dari
15%.

d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian


hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

2) Penghamparan Timbunan

a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar


dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi
tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3). Bilamana timbunan
dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi
rata sehingga samatebalnya.

b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke


permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.

c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.
Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang
menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara
dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan
dan drainase porous dilaksanakan.

d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan


dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian adukan pada sambungan
pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu
gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan
kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau
pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang
dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada
permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga
timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima
oleh Pengawas Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus
dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang
kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis fondasi bawah dan atas
sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.

f) Lapisan penopang di atas tanah lunak harus dihampar sesegera mungkin dan
tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan setiap penggalian atau
pembersihan dan pengupasan oleh Pengawas Pekerjaan. Lapisan penopang
dapat dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai
1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Ketentuan Pasal 3.2.4.2) tidak digunakan.

3) Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Pengawas
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 1742:2008.

c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20
cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih
besar dari
5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan
batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai
kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.2) di
bawah.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang


disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Pengawas Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat
konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang
dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh
usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan


bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa
harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika
kondisi-kondisi memerlukan penempatan penimbunan kembali atau timbunan
pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan pada sisi
yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan diberikan oleh
Pengawas Pekerjaan dan tidak melakukan timbunan sampai struktur tersebut
telah berada di tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang
dilakukan di laboratorium di bawah pengawasan Pengawas Pekerjaan
menetapkan bahwa struktur tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup
untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang
digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan
yang di luar faktor keamanan.

g) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan,


tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuk tempat-
tempat tertentu yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan, menunda pekerjaan
timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat
ketika pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk penyelesaian oprit
tanpa resiko mengganggu atau merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk
penundaan pekerjaan harus termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk
masing-masing mata pembayaran yang relevan.

h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan
pemadat mekanis.

i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau
timbris (tamper) manual dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di
bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah
timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.

4) Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan

Pekerjaan penyiapan tanah dasar pada timbunan baru dilaksanakan bila pekerjaan lapis
fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera dilaksanakan.

3.2.4 JAMINAN MUTU

1) Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan


awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan, tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan
dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber
bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat


Pengawas Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar
perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan


untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan.
Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai
Aktif, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.2).c). Pengawas Pekerjaan
setiap saat dapat memerintahkan dilakukannya uji ke-ekspansifan tanah sesuai
SNI 03-6795-2002.
2) Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan

a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan
sesuai SNI 1742:2008. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan
yang tertahan pada ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 1742:2008.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang


dipadatkan sesuai dengan SNI 2828:2011 dan keseragaman kepadatan diuji
dengan Light Weight Deflectometer (LWD) sesuai dengan Pd 03-2016-B
(prosedur LWD ditunjukkan dalam Lampiran 3.2.B), bilamana diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan
kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus
memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.(8) dari Seksi ini. Pengujian
harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk
gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu
lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan,
paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan
untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

3) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu

Pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi


(grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan
harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar
dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan
yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi
menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan
batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm
lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak
diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

4) Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang

Timbunan Pilihan digunakan sebagai lapis penopang untuk perbaikan tanah dasar
dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang harus dipadatkan dengan
persetujuan khusus tergantung kondisi lapangan. Tingkat pemadatan harus cukup agar
dapat memungkinkan pemadatan sepenuhnya pada timbunan pilihan lapis selanjutnya
dan lapisan perkerasan.

5) Kriteria Pemadatan untuk Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill)

Penimbunan kembali bahan berbutir harus ditempatkan sebagai lapisan tidak lebih dari
15 cm, dan dipadatkan sampai kepadatan 95 % dari kepadatan kering maksimum
menurut ketentuan SNI 1743:2008.
6. Percobaan Pemadatan

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai
tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Penyedia Jasa tidak sanggup mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti.

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar
air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis
peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya Bungku , 26 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai