Anda di halaman 1dari 23

SPESIFIKASI PROSES

Pekerjaan:

Pembangunan Jaringan Air Baku Bendungan Paselloreng


Kab. Wajo (Tahap II)

TAHUN ANGGARAN 2023


SPESIFIKASI PROSES
PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BAKU BENDUNGAN PASELLORENG KAB. WAJO
(TAHAP II)

Secara garis besar Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Jaringan Air Baku Bendungan
Paselloreng Kab. Wajo (Tahap II) Berikut ini merupakan hal-hal umum yang harus diperhatikan
sehubungan dengan pekerjaan:
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, penyedia jasa wajib mempelajari dengan
seksama gambar kerja dan syarat pelaksanaan serta Berita Acara penjelasan pekerjaan.
Selain itu penyedia jasa wajib pula membuat metode kerja, jadwal pelaksanaan kerja (time
schedule), daftar peralatan yang dimiliki serta personil yang terlibat dan harus mengikuti
seluruh peraturan yang masih berlaku di Indonesia.
b. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, penyedia jasa harus menyerahkan as built
drawing (digambar pada kertas HVS berukuran A3 sesuai perintah Direksi) kepada
Direksi. Penyedia Jasa diwajibkan melaporkan kepada Direksi jika terjadi hal-hal berikut:
- Ada perbedaan ukuran diantara gambar-gambar;
- Ada perbedaan antara gambar kerja dan rencana kerja
Tidak dibenarkan sama sekali bagi Penyedia Jasa untuk memperbaiki sendiri perbedaan
tersebut di atas. Akibat-akibat dari kelalaian Penyedia Jasa dalam hal ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Daerah kerja (construction area) akan diserahkan kepada Penyedia Jasa (selama
pelaksanaan) dalam keadaan seperti di waktu pemberian kerja dan dianggap bahwa
Penyedia Jasa mengetahui benar-benar mengenai hal-hal berikut:
• Batas-batas persil/kaveling maupun keadaannya pada waktu itu
• Lokasi yang akan dikerja
• Keadaan kontur tanah.
d. Penyedia Jasa wajib menyerahkan pekerjaannya hingga selesai dan lengkap, yaitu:
• Membuat (menyuruh membuat) memasang serta memesan maupun menyediakan
bahan- bahan bangunan alat-alat kerja dan pengangkutan;
• Membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.
e. Penyedia Jasa wajib menyediakan sekurang-kurangnya 1 (satu) salinan gambar-gambar
rencana kerja di tempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh pemilik proyek
dan Direksi. Atas perintah Direksi, kepada Penyedia Jasa dapat dimintakan membuat
gambar-gambar penjelasan dan perincian membuat bagian-bagian khusus, semuanya
atas beban Penyedia Jasa. Gambar tersebut setelah disetujui oleh Direksi secara tertulis
membuat gambar pelengkap dari pelaksanaan.
f. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanannya maupun yang sedang dilaksanakan,
Penyedia Jasa diwajibkan berhubungan dengan Direksi, untuk ikut menyaksikan sejauh
tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/persetujuan.
g. Setiap usul perubahan dari Penyedia Jasa ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi
dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
h. Persyaratan bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan proyek ini, antara lain:
- Bahan harus benar-benar baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain
yang disesuaikan standar peraturan-peraturan atau yang tertuang dalam spesifikasi
teknis.
- Semua bahan-bahan harus mendapat pengesahan/persetujuan dari Direksi sebelum
akan dimulai pelaksanaannya.
i. Ketelitian dan kerapuhan kerja sangat di wajibkan oleh Direksi, terutama yang menyangkut
pekerjaan penyelesaian maupun perapihan (finishing works).
j. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapian, harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Penyedia Jasa yang benar-benar ahli.
k. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
l. Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi syarat
teknis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

A. Peraturan Umum
a) Syarat-syarat umum Penyedia Jasaan dari Pekerjaan Umum di Indonesia yang
disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah tanggal 28 Mei 1976 Nomor 9
tambahan Lembaga negara Nomor 145171.
b) Peraturan Umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan spesi N-3 PUPB
1956/NI-3/63. PUPB 1969.
c) Peraturan Beton Bertulang Indonesia yaitu SK SNI Tahun 1991.
d) Spesifikasi Bahan Bangunan A: SK SNI S-04-1989-F.
e) Paku dan kawat paku: SNI 03-0323-1989.
f) Agregat Beton: SNI 03-1750-1990.
g) Pasir untuk adukan dan beton: SNI 03-1756-1990.
h) Peraturan Umum lain yang digunakan:
i) Peraturan beton bertulang Indonesia (PBI) NI-2/1971.
j) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3/1970.
k) Peraturan Semen Portland Indonesia NI-18/1970.
l) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
m) Dan lain-lain peraturan-peraturan yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan
normalisasi di Indonesia.
n) Pelaksanaan pekerjaan harus berdasarkan gambar kerja, Syarat-syarat dan uraian
dalam Speksifikasi ini, gambar tambahan serta perubahan-perubahan dalam berita
Acara, petunjuk serta perintah Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan pada waktu atau
sebelum berlangsungnya pekerjaan. Termasuk hal ini adalah pekerjaan-pekerjaan
tambah/kurang yang timbul dalam pelaksanaan. Namun demikian harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
o) Selama berlangsungnya pekerjaan, Penyedia Jasa harus dapat menjaga lingkungan
agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
p) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat pekerjaan ataupun lahan sekitar
yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa bisa minta izin kepada
pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju
lokasi ataupun lahan sekitar yang diperlukan.
q) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Penyedia Jasa dalam keadaan seperti
pada saat penjelasan dilapangan atau peninjauan lapangan.
r) Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa dapat berkonsultasi
dengan Pengawas/Direksi/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

1. Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP Ø 350 mm (Medium)


a. Penyimpanan dan Pengangkutan
i. Setiap kendaraan yang dipakai untuk mengangkut pipa harus mempunyai
badan yang sesuai dengan panjang pipa, karena pipa tidak boleh
tergantung. Cara penanganan pengangkutan pipa harus mengikuti
rekomendasi dari pabrik. Tali dan semua pengait serta alat besi lainnya
yang dipakai dalam proses pengangkutan harus benar-benar dilapisi
dengan bahan lunak. Tidak diperkenankan untuk memasang pengait
pada permukaan dinding bagian dalam ujung pipa. Tali yang kuat harus
dipakai. Posisi pengangkutan dengan tali harus diperhatikan sehingga
kerusakan pada pipa berkurang seminimal mungkin.
ii. Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diadakan untuk dilaksanakan
pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak.
Jika terjadi kerusakan atau hilang bahan pipa dan perlengkapannya harus
diganti sesuai dengan kualitas/bentuk aslinya dan biaya yang ditimbulkan
akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan penyedia jasa.
b. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
i. Pipa yang telah sampai dilokasi pekerjaan dilaksanakan pengambilan
contoh secara acak untuk dilakukan pengujian oleh direksi. Bagian ujung
pipa (bevel maupun expanded joint) harus rapi dan simetris.
ii. Apabila dalam pengujian terdapat pipa yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis penyedia jasa harus menggantinya sesuai dengan
spesifikasi teknis yang disyaratkan.
iii. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari
pabrik pembuat yang menyatakan bahwa tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa
juga harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik
(Hidrostatik Presure) yang dilakukan di pabrik atau laboratorium
pengujian independen.
iv. Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa GIP Class Medium SNI
0039.2013
Ketebalan Dinding
Diameter Nominal Diameter Luar (mm)
Minimum (mm)
Inch mm Nom. Min. Max.
24 600 610,0 603,9 616,1 9,5
16 400 406,4 402,3 410,5 6,4
14 350 355,6 352 359,2 6,4
12 300 323,8 320,6 327 6,4
8 200 219,1 216,9 221,3 6,4
4 100 114,3 113,1 115,0 4,5
Toleransi ketebalan +15 %, -10 %
c. Pipa GIP disambung dengan cara di las agar menyatu sehingga lebih kuat
dan bersifat permanen. Pemasangan pipa membutuhkan bahan tambahan
kawat las. Proses pemasangan pipa menggunakan alat welding set dan
generator set serta menggunakan dump truck untuk pengangkutan ke titik
lokasi pemasangan.
d. Pengelasan yang dilakukan harus menghasilkan suatu sambungan yang
sesuai dengan persyaratan kekuatan minimal logam dasar dan memenuhi
kualifikasi prosedur pengelasan yang disyaratkan.
e. Prosedur Pemasangan Pipa GIP yang dipakai untuk pekerjaan yang
mengikuti standar ini adalah tukang pipa dan operator welding set yang
dipekerjakan adalah tenaga terampil yang bersertifikat.
f. Penyedia barang/jasa harus mendapat izin-izin yang diperlukan apabila
terdapat bangunan, ruang jalan dan bangunan fasilitas lainnya yang akan
dilalui jaringan pipa transmisi.

2. Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP Ø 300 mm (Medium)


a. Penyimpanan dan Pengangkutan
i. Setiap kendaraan yang dipakai untuk mengangkut pipa harus mempunyai
badan yang sesuai dengan panjang pipa, karena pipa tidak boleh
tergantung. Cara penanganan pengangkutan pipa harus mengikuti
rekomendasi dari pabrik. Tali dan semua pengait serta alat besi lainnya
yang dipakai dalam proses pengangkutan harus benar-benar dilapisi
dengan bahan lunak. Tidak diperkenankan untuk memasang pengait
pada permukaan dinding bagian dalam ujung pipa. Tali yang kuat harus
dipakai. Posisi pengangkutan dengan tali harus diperhatikan sehingga
kerusakan pada pipa berkurang seminimal mungkin.
ii. Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diadakan untuk dilaksanakan
pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak.
Jika terjadi kerusakan atau hilang bahan pipa dan perlengkapannya harus
diganti sesuai dengan kualitas/bentuk aslinya dan biaya yang ditimbulkan
akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan penyedia jasa.
b. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
i. Pipa yang telah sampai dilokasi pekerjaan dilaksanakan pengambilan
contoh secara acak untuk dilakukan pengujian oleh direksi. Bagian ujung
pipa (bevel maupun expanded joint) harus rapi dan simetris.
ii. Apabila dalam pengujian terdapat pipa yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis penyedia jasa harus menggantinya sesuai dengan
spesifikasi teknis yang disyaratkan.
iii. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari
pabrik pembuat yang menyatakan bahwa tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa
juga harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik
(Hidrostatik Presure) yang dilakukan di pabrik atau laboratorium
pengujian independen.
iv. Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa GIP Class Medium SNI
0039.2013

3. Diameter Ketebalan Dinding


Diameter Luar (mm)
Nominal Minimum (mm)
Inch mm Nom. Min. Max.
24 600 610,0 603,9 616,1 9,5
16 400 406,4 402,3 410,5 6,4
14 350 355,6 352 359,2 6,4
12 300 323,8 320,6 327 6,4
8 200 219,1 216,9 221,3 6,4
4 100 114,3 113,1 115,0 4,5
Toleransi ketebalan +15 %, -10 %
c. Pipa GIP disambung dengan cara di las agar menyatu sehingga lebih kuat
dan bersifat permanen. Pemasangan pipa membutuhkan bahan tambahan
kawat las. Proses pemasangan pipa menggunakan alat welding set dan
generator set serta menggunakan dump truck untuk pengangkutan ke titik
lokasi pemasangan.
d. Pengelasan yang dilakukan harus menghasilkan suatu sambungan yang
sesuai dengan persyaratan kekuatan minimal logam dasar dan memenuhi
kualifikasi prosedur pengelasan yang disyaratkan.
e. Prosedur Pemasangan Pipa GIP yang dipakai untuk pekerjaan yang
mengikuti standar ini adalah tukang pipa dan operator welding set yang
dipekerjakan adalah tenaga terampil yang bersertifikat.
f. Penyedia barang/jasa harus mendapat izin-izin yang diperlukan apabila
terdapat bangunan, ruang jalan dan bangunan fasilitas lainnya yang akan
dilalui jaringan pipa transmisi.

4. Pengadaan dan Pemasangan solar module 330 WP lengkap dengan


accessories (solar module cristaline minimum 207, 900 Wp, terminal socket dan
terminal box) Solar modul terbuat dari polycrystalline/multicrystalline type yang
dilengkapi dengan plug dan soket untuk memudahkan penyambungan
module secara parallel. Solar modul dipasang pada bingkai struktur
dengan kemiringan tertentu untuk mendapatkan radiasi yang maksimum
dari sinar matahari

5. Pemasangan Pipa GIP Ø 400 mm (Medium)


a. Penyimpanan dan Pengangkutan
i. Setiap kendaraan yang dipakai untuk mengangkut pipa harus mempunyai
badan yang sesuai dengan panjang pipa, karena pipa tidak boleh
tergantung. Cara penanganan pengangkutan pipa harus mengikuti
rekomendasi dari pabrik. Tali dan semua pengait serta alat besi lainnya
yang dipakai dalam proses pengangkutan harus benar-benar dilapisi
dengan bahan lunak. Tidak diperkenankan untuk memasang pengait
pada permukaan dinding bagian dalam ujung pipa. Tali yang kuat harus
dipakai. Posisi pengangkutan dengan tali harus diperhatikan sehingga
kerusakan pada pipa berkurang seminimal mungkin.
ii. Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diadakan untuk dilaksanakan
pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak.
Jika terjadi kerusakan atau hilang bahan pipa dan perlengkapannya harus
diganti sesuai dengan kualitas/bentuk aslinya dan biaya yang ditimbulkan
akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan penyedia jasa.
b. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
i. Pipa yang telah sampai dilokasi pekerjaan dilaksanakan pengambilan
contoh secara acak untuk dilakukan pengujian oleh direksi. Bagian ujung
pipa (bevel maupun expanded joint) harus rapi dan simetris.
ii. Apabila dalam pengujian terdapat pipa yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis penyedia jasa harus menggantinya sesuai dengan
spesifikasi teknis yang disyaratkan.
iii. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari
pabrik pembuat yang menyatakan bahwa tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa
juga harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik
(Hidrostatik Presure) yang dilakukan di pabrik atau laboratorium
pengujian independen.
iv. Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa GIP Class Medium SNI
0039.2013

Ketebalan Dinding
Diameter Nominal Diameter Luar (mm)
Minimum (mm)
Inch mm Nom. Min. Max.
14 350 355,6 352 359,2 6,4
12 300 323,8 320,6 327 6,4
8 200 219,1 216,9 221,3 6,4
Toleransi ketebalan +15 %, -10 %
c. Pipa GIP disambung dengan cara di las agar menyatu sehingga lebih kuat
dan bersifat permanen. Pemasangan pipa membutuhkan bahan tambahan
kawat las. Proses pemasangan pipa menggunakan alat welding set dan
generator set serta menggunakan dump truck untuk pengangkutan ke titik
lokasi pemasangan.
d. Pengelasan yang dilakukan harus menghasilkan suatu sambungan yang
sesuai dengan persyaratan kekuatan minimal logam dasar dan memenuhi
kualifikasi prosedur pengelasan yang disyaratkan.
e. Prosedur Pemasangan Pipa GIP yang dipakai untuk pekerjaan yang
mengikuti standar ini adalah tukang pipa dan operator welding set yang
dipekerjakan adalah tenaga terampil yang bersertifikat.
f. Penyedia barang/jasa harus mendapat izin-izin yang diperlukan apabila
terdapat bangunan, ruang jalan dan bangunan fasilitas lainnya yang akan
dilalui jaringan pipa transmisi.

6. Pengadaan dan Pemasangan Pipa GIP Ø 300 mm (Medium)


a. Penyimpanan dan Pengangkutan
i. Setiap kendaraan yang dipakai untuk mengangkut pipa harus mempunyai
badan yang sesuai dengan panjang pipa, karena pipa tidak boleh
tergantung. Cara penanganan pengangkutan pipa harus mengikuti
rekomendasi dari pabrik. Tali dan semua pengait serta alat besi lainnya
yang dipakai dalam proses pengangkutan harus benar-benar dilapisi
dengan bahan lunak. Tidak diperkenankan untuk memasang pengait
pada permukaan dinding bagian dalam ujung pipa. Tali yang kuat harus
dipakai. Posisi pengangkutan dengan tali harus diperhatikan sehingga
kerusakan pada pipa berkurang seminimal mungkin.
ii. Pipa dan perlengkapan pipa yang telah diadakan untuk dilaksanakan
pemasangannya harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang atau rusak.
Jika terjadi kerusakan atau hilang bahan pipa dan perlengkapannya harus
diganti sesuai dengan kualitas/bentuk aslinya dan biaya yang ditimbulkan
akibat penggantian tersebut menjadi tanggungan penyedia jasa.
b. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
iii. Pipa yang telah sampai dilokasi pekerjaan dilaksanakan pengambilan
contoh secara acak untuk dilakukan pengujian oleh direksi. Bagian ujung
pipa (bevel maupun expanded joint) harus rapi dan simetris.
iv. Apabila dalam pengujian terdapat pipa yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis penyedia jasa harus menggantinya sesuai dengan
spesifikasi teknis yang disyaratkan.
v. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari
pabrik pembuat yang menyatakan bahwa tersebut sesuai dengan
kebutuhan yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa
juga harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik
(Hidrostatik Presure) yang dilakukan di pabrik atau laboratorium
pengujian independen.
vi. Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa GIP Class Medium SNI
0039.2013

Ketebalan Dinding
Diameter Nominal Diameter Luar (mm)
Minimum (mm)
Inch mm Nom. Min. Max.
24 600 610,0 603,9 616,1 9,5
16 400 406,4 402,3 410,5 6,4
14 350 355,6 352 359,2 6,4
12 300 323,8 320,6 327 6,4
8 200 219,1 216,9 221,3 6,4
4 100 114,3 113,1 115,0 4,5
Toleransi ketebalan +15 %, -10 %
c. Pipa GIP disambung dengan cara di las agar menyatu sehingga lebih kuat
dan bersifat permanen. Pemasangan pipa membutuhkan bahan tambahan
kawat las. Proses pemasangan pipa menggunakan alat welding set dan
generator set serta menggunakan dump truck untuk pengangkutan ke titik
lokasi pemasangan.
d. Pengelasan yang dilakukan harus menghasilkan suatu sambungan yang
sesuai dengan persyaratan kekuatan minimal logam dasar dan memenuhi
kualifikasi prosedur pengelasan yang disyaratkan.
e. Prosedur Pemasangan Pipa GIP yang dipakai untuk pekerjaan yang
mengikuti standar ini adalah tukang pipa dan operator welding set yang
dipekerjakan adalah tenaga terampil yang bersertifikat.
f. Penyedia barang/jasa harus mendapat izin-izin yang diperlukan apabila
terdapat bangunan, ruang jalan dan bangunan fasilitas lainnya yang akan
dilalui jaringan pipa transmisi
7. Perakitan dan Pemasangan besi profil
• Penyedia jasa harus mempersiapkan semua tenaga, alat, bahan dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk pekerjaan ini.
• Penyedia jasa tidak menggunakan material yang dihasilkan dari pabrik
dengan teknologi Induction Furnace.
• Pengadaan dan pemasangan jembatan pipa tidak hanya melaksanakan
pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan pemasangan
pipa dengan persetujuan Direksi.
• Penyedia jasa harus memeriksa kembali semua ukuran yang ada didalam
gambar kerja sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh penyedia
jasa. Biaya yang timbul akibat pekerjaan survey menjadi tanggung jawab
penyedia jasa.
• Data hasil penyelidikan tanah yang diperlukan untuk pemasangan jembatan
pipa, dapat diminta dari Direksi jika ada, bila tidak ada penyedia jasa
diwajibkan untuk mengadakan penelitian kondisi tanah tersebut atas biaya
sendiri.
• Ring support (klem pengaman baja) harus betul-betul dipasang pada setiap
bantalan pier.
• Klem pengaman pipa harus dibuat dari satu jenis baja sesuai dengan
standar yang ditentukan. Setelah semua klem pengaman pipa dipasang
pada posisi yang dikehendaki kemudian dilas pada sekeliling pipa dan dicat.
• Penyedia jasa harus mempersiapkan kayu-kayu ataupun batang- batang
kelapa melintasi sungai dengan lebar seperlunya untuk perancah
pelaksanakan pemasangan pipa, penyambungan, pengelasan dan untuk
pengecatan pipa.
• Perancah tersebut harus dibuat dalam keadaan kuat, sehingga terjamin
pelaksanaan yang aman pada waktu pelaksanaan pemancangan pondasi
tiang pancang (bila ada).
• Bila pemasangan pipa digantung pada jembatan yang ada, ataaupun
digantung pada bangunan lain yang ada, persetujuan dari pemilik atau
instansi yang berwenang mengenai rencana pelaksanaan penggantungan
pipa pada bangunan-bangunan tersebut menjadi tanggung jawab penyedia
jasa dan biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi tanggung jawab
penyedia jasa.
• Dari hasil survey lapangan dan pengecekan kembali segala ukuran dan
data geologi, penyedia jasa harus mempersiapkan gambar kerja dan
gambar pelaksanaan untuk pengadaan dan pemasangan jembatan pipa.
• Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar yang
menunjukkan semua ukuran, detail pipa, pondasi abutmen, tiang pancang
dan perhitungan yang diperlukan harus diserahkan kepada Direksi untuk
terlebih dahulu diperiksa dan disetujui. Penyedia jasa tidak dibenarkan
melaksanakan pemasangan jembatan pipa sebelum gambar kerja disetujui
Direksi.
• Prosedur Pemasangan Pelintas pipa yang dipakai untuk pekerjaan yang
mengikuti standar ini, Tukang Pipa & Operator Welding Set yang
diperkerjakan adalah tenaga terampil yang bersertifikat.

8. Pengadaan dan Pemasangan Pompa centrifugal, Kapasitas 40 l/dt, Head 80


m.

Prosedur standar untuk pemasangan pompa yang harus dilaksanakan


Penyedia Barang adalah sebagai berikut :
❖ Pemeriksaan dan pengangkutan unit pompa dari gudang Bagian Proyek
kelokasi yang telah ditentukan, termasuk memuat dan membongkarnya.
❖ Menyiapkan alat pokok dan alat pendukung serta material pendukung
untuk pemasangan pompa di lokasi bak penampungan.
❖ Pemeriksaan terhadap semua komponen unit pompa sesuai dengan
packing list yang ada. Periksa terhadap adanya kemungkinan kerusakan
karena pengerjaan pabrik maupun selama pengangkutan dan bongkar
muat, serta cocokkan dengan data teknis yang ada.
❖ Ukur tahanan antara terminal-terminal motor (winding resistance) dan
sesuaikan dengan data teknis motor, perbedaan sampai 5% adalah
wajar/normal.
❖ Unit pompa dipasang di atas pondasi dan dilengkapi dengan
penahan yang dibutuhkan.
❖ M elaksanakan p e m as a ng an u n i t pompa sesuai dengan prosedur
p e m a s a n g a n d a r i Pabrik Pembuat Pompa atau teknik standar yang di
persyaratkan ole pabrik pembuat pompa.

9. Pembesian

Daftar Bengkokan
• Penyedia Jasa harus memahami sendiri semua penjelasan yang diberikan
dalam gambar dan spesifikasi, kebutuhan akan talangan yang tepat untuk
dipakai dalam pekerjaan. Daftar bengkokan yang mungkin diberikan oleh
Direksi kepada Penyedia Jasa harus diperiksa dan diteliti.
• Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas dari
belitan dan bengkokan atau kerusakan lainya dan dibengkokkan dalam
keadaan dingin oleh tukang yang berpengalaman. Batang dengan garis
tengah 20 mm atau lebih harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok
yang direncanakan untuk itu dan disetujui oleh Direksi. Ukuran
pembengkok harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia NI- 2, PBI
1971 kecuali jika ditentukan lain, atau diperintahkan oleh Direksi. Bentuk-
bentuk tulangan baja harus dipotong sesuai dengan gambar, tidak boleh
menyambung tulang tanpa persetujuan Direksi.

Pemasangan
• Penyedia Jasa harus menempatkan dan memasang tulangan baja dengan
tepat pada tempat kedudukan yang ditunjukkan dalam gambar dan harus
ada jaminan bahwa tulangan itu akan tetap pada kedudukannya pada
waktu pengecoran beton. Pengelasan tempel dengan adanya persetujuan
Direksi lebih dahulu dapat diijinkan untuk menyambung tulangan-tulangan
yang saling tegak lurus, tetapi cara pengelasan lain tidak akan dibolehkan.
Penggunaan ganjal, alat perenggang dan kawat harus mendapat
persetujuan dari Direksi. Perenggang dari beton harus dibuat dari beton
dengan mutu yang sama seperti mutu beton yang akan dicor. Perenggang
tulangan dari besi beton dan kawat harus sepadan dengan bahan
tulangannya. Selimut beton yang ditentukan harus terpelihara.

Selimut Beton
• Kecuali ditentukan lain dalam gambar, tulangan baja harus dipasang
sedemikian, hingga terdapat selimut/penutup minimum sampai permukaan
penyelesaian beton, sebagai berikut :
Kelas Beton Minimum Jenis Pekerjaan Selimut (mm)

K 300 Beton prestress Tiang beton 25


bertulang Bagian- bagian
Pracetak
K 300 Bidang yang terkena 50
gesekan/ atau pada air laut

K 225 Pekerjaan-pekerjaan 40
umumnya
K 225 Pelat Beton Pracetak 25
Pipa Beton
K175 Beton Bertulang Umumnya 40

• Tiap-tiap cetakan harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan
harus mudah distel. Tiang perancah boleh mempunyai paling banyak satu
sambungan yang tidak disokong kearah samping.
• Bambu juga boleh digunakan untuk tiang perancah, asalkan dipikirkan
terhadap stabilitas terutama terhadap berat sendiri beton, serta beban-
beban lain yang timbul selama pengecoran seperti akibat getaran alat
penggetar, berat pekerja dll.

10. Pasangan Batu 1 PC : 4 PP


a. Batu harus bersih, keras, padat, tahan lama (tidak retak dan rapuh).
b. Semen
Semen yang digunakan mengikuti ketentuan dari PBI 1971-NI-2
c. Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kadar
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih dari 5%.
d. Air
Air yang digunakan untuk campuran pekerjaan pasangan batu tidak boleh
mengandung minyak, alkali, garam-garam, bahan- bahan organis untuk itu
sebaiknya dipakai air yang dapat diminum.
e. Adukan Semen
- Adukan haruslah merupakan semen mortar yang memenuhi persyaratan
dari adukan semen. Adukan semen diklarifikasikan menurut
perbandingan campuran antara semen dan pasir. Perbandingan
campuran ini adalah perbandingan volume dan harus mengikuti sesuai
dengan yang ditentukan.
- Untuk pasangan batu, perbandingan campuran antara semen dan pasir
adalah satu berbanding empat (1 PC:4 PP)
- Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk (Molen),
pencampuran menggunakan tenaga manusia harus mendapat
persetujuan Direksi.
- Prosedur Pemasangan Batu Kali / Batu Gunung 1:4 yang dipakai untuk
pekerjaan yang mengikuti standar ini, Tukang Batu & Operator Concrete
Mixer yang diperkerjakan adalah tenaga terampil yang bersertifikat.

11. Beton K-225


1. Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan ini Semen Portland Komposit
(PCC), produksi dalam negeri dan memenuhi persyaratan SNI 15-7064-
2004.
2. Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kadar
lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh melebihi dari 5%.
1. Air yang digunakan untuk campuran pekerjaan pasangan batu tidak boleh
mengandung minyak, alkali, garam, bahan-bahan organis.
2. Besi tulangan yang bulat dan polos, sesuai dengan SNI 07-2529- 1991 dan
PBI 1971.
3. Bahan batuan (kerikil cor atau batu pecah) harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan SNI 03-2417-1991)
4. Pencampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk (Molen),
pencampuran menggunakan tenaga manusia harus mendapat persetujuan
Direksi.
5. Di dalam membuat campuran beton, jumlah semen dan agregat diukur
menurut berat, kecuali dalam beberapa hal khusus dengan persetujuan
Direksi.
6. Semua volume dan berat agregat, semen dan air harus ditakar dengan
seksama. Bilamana proporsi-proporsi yang disyaratkan tidak dilaksanakan
penyedia jasa maka konstruksi beton yang ssudah dicor akan diperintahkan
untuk segera disingkirkan.
7. Pengujian slump beton segera setelah beton keluar dari mixer (molen).
i. Slump minimum = 5.0 cm
ii. Slump maximum= 12.5 cm
3. Penyedia jasa harus membuat merawat dan mengadakan test-test kubus
beton pada laboratorium beton yang disetujui Direksi atas biaya sendiri.
Test yang dilakukan pada waktu kubus beton berumur 7 hari dan 28 hari.
Setiap 5 m3 beton yang dicor, maka harus dibuat satu seri benda uji terdiri
dari yaitu untuk 7 hari dan 28 hari. Setiap benda uji harus diberi tanggal
pembuatan dan dari bagian mana beton diambil. Jika digunakan beton
ready mix, maka dari setiap truck dibuat benda uji untuk test 7 hari dan 28
hari.
8. Penyedia jasa harus membuat laporan lengkap mengenai hasil test kubus
dilaboratorium dan disampaikan pada Direksi. Secara rutin.
9. Sebelum pekerjaan beton dimulai, maka 24 jam sebelum penyedia jasa
harus membuat laporan tertulis kepada Direksi yang menyebutkan :
a. Jumlah volume beton yang dicor
b. Jumlah alat-alat pengecoran a.l. mixer, vibrator yang tersedia di
lapangan.
c. Jumlah Portland cement composite yang tersedia dilapangan.
d. Jumlah pasir, koral/kerikil yang tersedia dilapangan.
e. Jumlah air yang tersedia untuk pembetonan.
f. Jumlah cetakan-cetakan kubus beton yang tersedia dilapangan.
g. Jumlah alat-alat slump yang tersedia dilapangan viii.Jumlah tenaga kerja
yang ada dilapangan
h. Perbandingan campuran beton yang akan dilaksanakan
i. Time schedule pelaksanaan pengecoran
j. Skema jalannya pengecoran sampai selesai
10. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persyaratan tersebut diatas
terpenuhi, dan disetujui Direksi.
11. Pipa, pipa listrik, angker dan bahan lain yang dibuat dari besi yang
ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat sebelum pelaksanaan
pengecoran beton, kecuali jika ada perintah lain dari Direksi. Jarak antara
bahan tersebut dengan setiap bagian pembesian sekurang-kurangnya
harus 5 cm. Cara yang dibenarkan untuk mengikat bahan itu pada
kedudukan yang benar adalah dengan kawat atau mengelas ke besi beton.
12. Prosedur Pemasangan Beton yang dipakai untuk pekerjaan yang mengikuti
standar ini, Tukang Batu & Operator Concrete Mixer yang diperkerjakan
adalah tenaga terampil yang bersertifikat.
Persiapan dan permukaan yang akan dicor
• Sebelum adukan beton dicor, semua ruang-ruang yang akan diisi dengan
beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan
dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Permukaan tanah atau lantai kerja
harus dibasahi dengan siraman air sebelum pengecoran, permukaan
tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air terus menerus sampai
tiba saat pengecoran. Bagaimana juga permukaan tersebut harus bebas
dari air yang tergenang dan juga bebas dari lumpur serta kotoran- kotoran
pada saat pengecoran beton.
Sambungan beton
• Bidang-bidang beton yang lama yang akan berhubungan erat dengan beton
baru. Dan bila perlu juga bidang-bidang akhir dari beton pada siar
pelaksanaan, harus dikasarkan dulu, kemudian bidang-bidang tersebut
harus dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lepas, setelah itu
harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Setelah permukaan disiapkan
dengan persetujuan Direksi, sesaat sebelum beton yang baru akan dicor
semua permukaan sambungan beton yang horizontal harus dilapisi atau
disapu dengan spesi mortel dengan susunan yang sama seperti yang
terdapat dalam betonnya. Lapisan spesi mortel tersebut harus tersebar
merata dan harus dikerjakan benar sampai mengisi ke dalam seluruh liku-
liku permukaan beton lama yang tidak rata, sedapat mungkin harus
dipergunakan sapu kawat untuk menyisipkan lapisan aduk tersebut ke
dalam celah permukaan beton lama.
Persiapan pengecoran
• Beton tidak boleh dicor, bila seluruh pekerjaan bekisting, pekerjaan
tulangan dan pekerjaan instalasi yang tertanam selesai dipasang dan
persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran belum disetujui Direksi.
Seluruh permukaan beketing dan bagian instalasi yang akan ditanam
didalam beton yang tertutup dengan kerak beton bekas pengecoran yang
lalu, harus dibersihkan terhadap seluruh kerak beton tersebut, sebelum
beton disekelilingnya atau beton yang berdekatan di cor.
Penyingkiran Air
• Beton tidak boleh dicor sebelum semua genangan air yang memasuki
tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya. Beton
tidak boleh dicor di dalam air tanpa persetujuan Direksi. Penyedia Jasa juga
tidak dibenarkan membiarkan air mengalir diatas beton sebelum beton
cukup umurnya dan mencapai pengerasan awal.
Pembuatan beton dan peralatannya
• Sebelum pembuatan adukan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan
pengangkut beton harus sudah bersih.
• Pengadukan beton pada semua mutu beton, harus dilaksanakan dengan
mesin pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat beton- beton tengangan
karakteritiknya lebih besar dari 225 kg/cm2, harus diperlengkap dengan
alat-alat yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang
dimasukkan dalam drum pengaduk.
• Jenis mesin pengaduk dan jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran
semen, agregat dan air harus disetujui Direksi sebelum dapat dipergunakan.
• Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi
terus menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli dengan jalan
pemeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru.
• Beberapa slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air pencampur yang
dimasukkan kedalam drum pengaduk adalah cukup tetap, atau perlu
dikoreksi dalam hubungannya dengan faktor air semen yang diinginkan.
• Pengadukan di tiap mesin pengaduk harus terus menerus dan waktu
pengadukan bergantung dari kapasitas drum pengadukan, banyaknya
adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan
slump dari betonnya, akan tetapi tidak kurang dari 15 menit sesudah bahan
termasuk air berada didalam molen, selama molen itu harus terus berputar
pada kecepatan yang akan menghasilkan kekentalan adukan yang merata
pada akhir waktu pengadukan.
• Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan
dan warna yang merata. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak
memenuhi syarat minimum, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam
pemberian jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang
tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai
dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.
• Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton
yang sebagian telah mengeras di dalam molen.
• Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima material-
material dari adukan berikutnya. Mesin pengaduk harus dibersihkan dan
dicuci, juga pada setiap akhir pekerjaan dan bila beton yang akan dibuat
berbeda mutunya.
Penolakan dari beton
• Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan.
Penyedia Jasa harus mengganti/membongkar dan memperbaiki beton-
beton yang tidak memenuhi syarat atas biaya sendiri sesuai dengan
instruksi yang diberikan oleh Direksi.
• Syarat kekuatan beton. Kekuatan beton harus sesuai dengan persyaratan
dalam PBI
Pengangkutan dan pengecoran
• Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, Penyedia Jasa harus
memberi tahu Direksi dan mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada
persetujuan Direksi, maka Penyedia Jasa akan diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri. Penyedia Jasa harus
mendapatkan izin dari Direksi setiap kali akan mulai mengecor. Pengecoran
beton tidak diizinkan, bila Direksi berpendapat bahwa Penyedia Jasa tidak
memiliki fasilitas yang baik untuk melayani pengecoran, proses pengecoran
dan penyelesaian beton.
• Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti
sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan menurut gambar
atau dengan persetujuan Direksi.
• Apabila pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui menurut
ketentuan atas persetujuan Direksi.
• Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu (1) jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus
menerus secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih
panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
yang berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi. Beton harus dicor
sedekat-dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk mencegah pemisahan
bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan.
• Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana tidak terjadi
pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. Cara pengangkutan adukan beton
harus lancar dan kontinyu sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang belum
dicor. Metode dan cara pengangkutan beton yang akan dilakukan oleh
Penyedia Jasa dan harus mendapat persetujuan dari Direksi.
• Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau kedalam
papan bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral
dari adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau
tepi bekisting ketika adukan beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh
dicor dalam bekisting sehingga mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting diatas beton yang dicor. Dalam hal ini, harus
disiapkan corong atau saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton
dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain. Bagaimanapun
juga tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter
dibawah ujung corong.
• Adukan beton harus dicor merata selama proses pengecoran, setelah dicor
pada tempatnya adukan tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2
meter arah mendatar. Adukan beton dalam bekisting harus dicor berupa
lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 60 -70 cm dalamnya dan
harus diperhatikan agar terhindar terjadinya lapisan adukan yang miring
atau sambungan beton yang miring, kecuali bila diperlukan untuk bagian
konstruksi miring.
Pemadatan dan penggetaran
• Pada waktu adukan beton dicor ke dalam bekisting atau lubang galian,
tempat tersebut harus telah padat betul dan tetap, tidak ada penurunan lagi.
Adukan beton tersebut haru memasuki semua sudut, melalui celah
pembesian, tidak terjadi sarang koral.
• Perhatian khusus perlu diberikan untuk pengecoran beton disekeliling
waterstop.
• Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator dengan cadangan yang cukup
• Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Direksi
dapat menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator.
• Pekerjaan pengecoran harus dipadatkan sebaik-baiknya sehingga tidak
terjadi cacat beton seperti kropos, adanya kantong udara dan sarang koral
yang akan memperlemah kekuatan beton.
• Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator dan pada
waktu yang sama bekistingnya diketuk sampai adukan beton betul-betul
mengisi penuh bekisting tersebut atau lubang galian dan menutupi seluruh
permukaan bekisting.
• Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak
dikerjakan secara seksama.
• Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan vibrator, harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
• Slump dari beton tidak lebih dari 12,5 cm
• Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan secara vertikal
dan dengan persetujuan Direksi, dalam keadaan- keadaan khusus
boleh miring sampai 45 derajat.
• Selama penggetaran, jarum tidak digerakkan ke arah horizontal
karena hal ini akan memindahkan bahan-bahan.
• Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton
yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang
lebih dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras.
Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan
getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana
betonnya sudah mengeras.
• Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 – 50 cm. Berhubung
dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis
dapat dipadatkan dengan baik.
• Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai
nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri
dari agregat), yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30
detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar
rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
• Jarak antara pemaukan jarum harus dipilih sedemikian rupa sehingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.
Perlindungan cuaca dan perawatan beton
• Perlindungan cuaca panas; adukan beton yang baru dicor harus diberi
perlindungan terhadap panas matahari secepat mungkin setelah
pengecoran dan segera setelah permukaan beton yang baru sudah cukup
mengeras.
• Perlindungan musin hujan; tidak diperbolehkan mengecor selama turun
hujan dan beton yang dicor harus dilindungi dari curahan hujan.
Penghentian beton yang baru dicor harus dilindungi terhadap pengikisan
aliran air hujan. Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan, maka seluruh
beton yang kena hujan atau aliran air hujan harus diperiksa untuk diperbaiki
dan dibersihkan dulu terhadap beton-beton yang tercampur/terkikis air
hujan. Pengecoran selanjutnya harus mendapatkan izin dari Direksi terlebih
dahulu.
• Perlindungan beban selama dalam proses pengerasan lantai dan bagian
konstruksi yang lain, tidak diperkenankan mempergunakan lantai tersebut
sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan atau sebagai tempat
penimbunan bahan.
• Tidak diperbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi untuk
keperluan-keperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa harus dilakukan,
harus mendapat persetujuan dari Direksi.
• Selama perawatan, bekisting kayu dibiarkan tetap tinggal agar beton tetap
basah untuk mencegah retak pada sambungan beton lama dan baru karena
pengeringan beton yang terlalu cepat.
• Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan selama paling sedikit 7 hari
dengan cara membasahi dengan air.
Penyelesaian permukaan beton
• Semua permukaan atau permukaan yang dicetak harus dikerjakan
secara cermat sesuai dengan bentuk, garis, kemiringan dan potongan
sebagaimana tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi.
Permukaan pelat beton merupakan suatu permukaan yang rapih, licin,
merata dan keras. Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas
permukaan beton untuk menghisap air yang berlebihan. Pelat lantai dan
bagian atas dinding ”exposed” : harus dirapihkan dengan sendok aduk dari
baja.
• Perbaikan cacat permukaan harus dilakukan segera setelah cetakan
dilepaskan, semua permukaan ”exposed” (terbuka) harus diperiksa secara
teliti, bagian yang tidak rata harus segera digosok atau diisi secara baik
agar diperoleh suatu permukaan yang seragam dan merata. Perbaikan
hanya boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaan dari Direksi, pekerjaan
perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk Direksi. Semua
penggantian dan perbaikan sebagaimana diuraikan disini harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa atas biaya sendiri. Beton yang
menunjukkan adanya rongga-rongga, lubang, keropos, atau cacat sejenis
lainnya harus dibongkar dan diganti. Semua perbaikan tersebut harus
dirawat sebagaimana diperlukan untuk beton yang diperbaiki. Untuk struktur
reservoir dan yang berhubungan dengan air, sebelum struktur diisi dengan
air, tiap retakan yang kiranya timbul harus diberi tanda dan diperbaiki agar
menjadi kedap dengan adukan water profing.

12. Bekisting
a. Penyedia jasa harus menyerahkan rencana-rencana dan penjelasan
tentang bekisting acuan dan harus membuat contoh acuan untuk
mendapatkan persetujuan direksi.
b. Bekisting harus dipasang dengan sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk
dan ukuran yang benar dari pekerjaan beton, yang ditunjukkan dalam
gambar.
c. Bekisting untuk permukaan beton harus sedemikian rupa untuk mencegah
hilangnya bahan-bahan dari beton dan bisa menghasilkan permukaan
beton yang padat. Jika dibutuhkan bekisting untuk permukaan beton yang
kelihatan harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan permukaan
yang halus tanpa adanya garis, atau kelihatan terputus.
d. Bekisting dibuat dari kayu atau tripleks ketebalan ± 1.2 cm, besi atau
bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran– ukuran yang ada
di dalam gambar dan dapat digunakan sampai 3 kali pakai. Dan harus
diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri adukan beton,
penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya dengan
tidak berubah bentuk
e. Tiap kali sebelum pekerjaan pembetonan dimulai, bekisting harus
diperiksa dengan teliti dan dibersihkan.
f. Pekerjaan beton hanya boleh dimulai apabila direksi sudah memeriksa dan
memberi persetujuan mengenai bekisting yang terpasang.
g. Penyedia jasa tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting, sebelum
mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 atau telah mendapat persetujuan
oleh direksi.
h. Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian pekerjaan
beton mendapat tekanan melebihi perhitungan, maka tidak dibenarkan
untuk membongkar bekistingnya untuk jangka waktu selama keadaan itu
berlangsung. Harus ditekankan disini bahwa tanggung jawab terhadap
keamanan beton sepenuhnya berada dipihak penyedia jasa serta harus
memenuhi peraturan mengenai pembongkaran bekisting di dalam PBI
1971
i. Penyedia jasa wajib memberitahukan kepada direksi pada waktu akan
membongkar bekisting bagian-bagian pekerjaan beton yang penting serta
mendapatkan persetujuan direksi, tapi hal ini tidak mengurangi tanggung
jawab atas hal tersebut.
j. Pembongkaran bekisting beton dapat dilakukan setelah beton berumur 3
(tiga) minggu, atau telah mendapat persetujuan direksi
k. Prosedur Pemasangan Bekisting yang dipakai untuk pekerjaan yang
mengikuti standar ini adalah Tukang Kayu yang diperkerjakan adalah
tenaga terampil yang bersertifikat.

Pembongkaran Cetakan
a. Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton
tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di
bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton.
b. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet),
dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.

Makassar, Desember 2022

Pejabat Pembuat Komitmen


Penyediaan Air Baku III

Andi Asnaeni, ST., MT


NIP.: 19770509 201012 2 001

Anda mungkin juga menyukai