Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIK

DAN METODE PELAKSANAAN


I. MOBILISASI/DEMOBILISASI TENAGA KERJA DAN KERJA
Mobilisasi dan demobilisasi dimaksudkan untuk memberi ganti rugi pada
penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk (tetapi tidak mutlak)
keperluan-keperluan untuk :
- Mendatangkan tenaga kerja, alat-alat kerja, perlengkapan-perlengkapan
dan kegiatan-kegiatan di tempat pekerjaan.
- Mendirikan kantor-kantor, bangunan-bangunan, gudang-gudang dan
fasilitas-fasilitas lain di tempat pekerjaan.
- Biaya-biaya yang diperlukan untuk pembayaran-pembayaran peralatan
termasuk pembelian dan pemindahannya.
- Biaya yang diperlukan untuk pembayaran setiap pekerjaan lain yang
diperlukan yang harus dilakukan atau pekerjaan-pekerjaan yang tak
terduga pada permulaan pelaksanaan pekerjaan yang pembayarannya tidak
disebutkan dalam kontrak.
- Pembersihan tempat kerja pada awal dan akhir pekerjaan serta pemulangan
tenaga kerja dan peralatan lainnya
- Pembuatan dan pemasangan bouwplank

II. DIREKSI KEET/BARAK KERJA


Kantor Konsutan Pengawas dilengkapi dengan barang-barang kebutuhan kantor.
Semua biaya tersebut ditanggung oleh Penyedia Jasa, dan untuk perincian
mengenai volumenya akan ditentukan kemudian berdasarkan kebutuhan. Lokasi
barak kerja dekat dengan lokasi pekerjaan dan dilengkapi dengan perlengkapan
kerja yang diajukan Penyedia Jasa untuk mendapat persetujuan Konsutan
Pengawas terlebih dahulu. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mengenai
perlengkapan penerangan dan kotak obat PPPK dan lain-lainnya yang dipandang
perlu atas persetujuan Konsutan Pengawas.
III. PENGUKURAN KEMBALI
Pengukuran kembali dari saluran atau bangunan dilakukan oleh penyedia jasa
dan harus disetujui Kuonsultan Pengawas. Konsultan Pengawas akan
memeriksa hasil pengukuran kembali. Biaya untuk pemakaian pengecekan-
pengecekan tersebut akan dibebankan pada penyedia jasa. Jika diperlukan titik
tetap pembantu harus disiapkan oleh penyedia jasa untuk dipakai sebagai titik
utama dalam pelaksanaan dan pemeriksaan. Banyak titik tetap yang dibutuhkan
minimal satu buah untuk setiap bangunan. Titik tetap pembantu untuk saluran
induk sebanyak satu buah untuk setiap seratus meter. Patok-patok pembantu
tersebut terdiri dari beton bertulang K 125 dengan ukuran-ukuran sebagai
berikut :
- Untuk bangunan-bangunan : 15 x 15 x 80 (ukuran cm)
- Untuk saluran : 15 x 15 x 80 (ukuran cm)
Titik tetap pembantu tidak boleh berubah kedudukan maupun ketinggiannya,
dan peilnya ditentukan dari titik tetap yang sudah ada diberikan oleh Pengawas.
Lokasi penempatan titik tetap pembantu harus jelas dan mudah dilihat.
Patok-patok sumbu saluran dapat dibuat dari kayu dan mudah dikontrol dengan
patok-patok pembantu. Lebih lanjut supaya dapat dipedomani gambar-gambar
rencana.

IV. PENEBASAN/PEMBERSIHAN LOKASI


Pembersihan lokasi pekerjaan merupakan pembersihan semak belukar ringan
yang harus ditebas, hasil tebasan dibuang keluar areal pekerjaan agar tidak
menghambat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

V. JALAN KERJA / MASUK


Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa harus memperbaiki dan
membuat jalan menuju lokasi pekerjaan. Oleh karena hilir mudiknya pekerja dan
mobil transportasi bahan bangunan, maka Penyedia jasa selalu menjaga
terjaminnya keamanan di jalan dengan memasang rambu-rambu khusus untuk
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja dan lalulintas.
VI. PAPAN NAMA PROYEK
Papan nama proyek yang berisikan identitas pekerjaan harus disediakan dan
dipasang oleh Penyedia Jasa. Redaksi papan nama proyek disesuaikan dengan
standar yang berlaku dan atas petunjuk pengawas.

VII. PEKERJAAN TANAH


1. Galian tanah biasa
Galian tanah biasa dimaksudkan untuk membersihkan sedimen pada
badan saluran, dan untuk galian pondasi tapak bangunan. Pekerjaan
dilakukan secara manual dengan tenaga manusia, hasil galian diangkut
dan dibuang keluar lokasi pekerjaan. Hasil dari galian tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan.

2. Timbunan tanah menggunakan tanah didatangkan


Timbunan tanah dilakukan untuk pembentukan badan saluran dan untuk
membentuk tanggul saluran. Material tanah timbunan menggunakan
bahan tanah yang sesuai dengan spesifikasi dan persetujuan dari
Pengawas lapangan. Untuk mendapatkan hasil timbunan yang padat
maka perlu dilakukan pemadatan dengan menggunakan stamper dengan
kuat hentakan disesuaikan kondisi dan jarak saluran/bangunan guna
menghindari terjadinya retakan atau runtuhnya bangunan akibat
getaran/hentakan stamper.

3. Pemadatan tanah timbunan


Pelaksanaan pemadatan timbunan dilaksanakan dengan menggunakan
alat pemadat seperti yang ditentukan Pengawas. Sebelum dilaksanakan
pemadatan, maka harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas.
Alat pemadat yang dipakai dalam pemadatan adalah stamper untuk
pemadatan badan dan tanggul saluran.
Penyedia jasa wajib/harus bisa mengindetifikasi secara visual kadar air
yang optimum atas tanah timbunan yang akan segera dipadatkan.
Apabila ternyata dari hasil test kepadatan lapangan belum memenuhi
persyaratan, maka lapisan pemadatan tersebut harus diperbaiki, sehingga
bisa mencapai kepadatan yang ditentukan.
Penyedia Jasa harus melaksanakan uji coba kepadatan terlebih dahulu
untuk setiap jenis bahan timbunan yang akan digunakan sesuai petunjuk
pengawas/pengawas lapangan.
Masing-masing dari pemadatan tersebut harus diberikan bidang overlap
sebesar 20 cm. Setiap pelaksanaan pemadatan harus dikerjakan sampai
selesai dan memenuhi syarat, sebelum pekerjaan tersebut
ditinggalkan/jam istirahat.
Apabila sebelum pelaksanaan timbunan/pemadatan yang baru dimulai,
kondisi pemadatan yang lama basah/berair akibat terkena hujan, maka
pelaksanaan penimbunan/pemadatan lapisan di atas harus menunggu
sampai kering atau kalau ada lapisan lumpur di atas timbunan pemadatan
lama harus dikupas terlebih dahulu.
Selama proses pemadatan berlangsung, Penyedia Jasa harus menyusun
metode kerja yang tepat dan harus mendapatkan persetujuan
Pengawas/Pengawas terlebih dahulu, sehingga tidak saling mengganggu
antara kegiatan penimbunan dan pemadatan.

4. Pembentukan / perapihan badan saluran


Setelah pelaksanaan pemadatan selesai dilaksanakan dan dinyatakan
disetujui oleh Pengawas, maka bentuk dimensi dari pada tanggul saluran
harus dibentuk sesuai dengan profil yang ditentukan dalam gambar.
Timbunan tanah dilakukan lapis demi lapis dengan tiap lapisan setebal
maksimum 30 cm dan dipadatkan dengan alat stamper.

VIII. PEKERJAAN BETON


Mutu Beton Yang Digunakan adalah f’c=14,5 MPa (K175) yang digunakan
disetiap pekerjaan beton untuk pekerjaan struktural secara umum. Material baik
pasir maupun batu pecah harus bersih dari tanah dan bahan lain yang akan
mengurangi kualitas beton yang dihasilkan, Selain ketentuan-ketentuan diatas
harus berpedoman juga pada Spesifikasi Teknik dan SNI.

1. Bekisting / Perancah
a. Bahan :
Bekisting harus dibuat dari bahan yang sesuai dengan kebutuhan
yaitu dari kayu, papan halus, multiplex yang dibentuk sesuai
dengan ukuran.

b. Pemasangan :
Jika bekisting terdiri dari papan kayu, sambungan antara papan
dengan papan harus betul-betul rapat dan cukup kuat serta kokoh,
sehingga tidak terjadi perubahan pada bekisting yang
mengakibatkan ukuran konstruksi melengkung.
Pada sambungan antara multiplex dengan multiplex harus betul,
sehingga hasil beton tidak terjadi benjolan-benjolan. Sambungan
bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dilepas
dengan tidak menganggu kedudukan, bentuk maupun permukaan
beton itu sendiri atau bagian beton lainnya.
Bagian konstruksi yang memerlukan penopang, maka penopang
yang digunakan harus diletakkan pada pondasi yang cukup kuat,
sehingga tidak terjadi penurunan atau pergeseran, dan hal-hal lain
sudah diuraikan pada spesifikasi teknik.

2. Pemasangan Tulangan
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–
gambar penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh
Pengawas Pekerjaan, sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Gambar penulangan tersebut harus mencakup gambar
penempatan besi tulangan, daftar besi tulangan dan gambar lain yang
diperlukan untuk memudahkan pembuatan dan pemasangan tulangan
a) Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
b) Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan dalam waktu 2 jam setelah ada perintah
tertulis dari Pengawas Lapangan.
c) Penulangan harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana,
diameter jumlah serta jaraknya harus benar-benar sesuai dalam arti
pisik serta final. Batang tulangan yang dibengkokkan tidak boleh
dengan cara dipanaskan.
d) besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak, kotoran
lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang
ditempat yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan
dijaga kedudukannya agar tetap dan tidak berubah selama
berlangsungnya pengecoran, penggetaran dan pemadatan beton.
e) Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm.Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam SNI - 2 ( PBI 1971 ).
f) Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa
harus mempunyai kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
atau ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan. Penyedia Jasa harus
menempatkan tulangan dengan jarak tertentu dan terikat kuat pada
tempatnya.
g) Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar
besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecora, dan harus
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang beton
sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
h) Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan
dengan besi tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat.
Besi tulangan harus diikat dengan kawat baja lunak yang disetujui
Pengawas Pekerjaan, dan pengikatan harus cukup kuat dengan
membentuk empat silangan dan dikunci dengan minimal tiga kali
puntiran. Ujung kawat pengikat harus mengarah kedalam.
i) Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Tidak diperkenankan
melaksanakan pengecoran, sebelum penulangannya disetujui
Pengawas Pekerjaan.
j) Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan,
harus disingkirkan sampai kedalaman minimal 2,50 cm dari
permukaan beton tanpa merusak. Cekungan-cekungan harus diisi
dengan adukan dan permukaan harus tetap halus, rata dan warna
yang seragam.
Besi tulangan dipasang sesuai dengan ukuran diameter dan jarak yang
terdapat dalam gambar perencanaan. Rangkaian besi tulangan harus kuat
dan benar, diikat dengan kawat beton menyilang empat dengan ikatan
minimal tiga kali puntiran.
Setelah tulangan selesai dirangkai, maka dapat dimulai pekerjaan
pengecoran. Selain uraian ini harus berpedoman pada spesifikasi
teknik dan SNI.

3. Pengecoran Beton
Sebelum pengecoran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Permukaan beton lama harus betul-betul bersih.
b. Jarak, diameter, bentuk bengkokan, stek, ikatan-ikatan rangkai
sudah kuat. Sambungan besi lama dengan baru harus betul-betul
kuat dan menyatu.
c. Perancah apakah sudah betul-betul sesuai dengan bentuk, dan
ukurannya, tembok tegak, juga bagian konstruksi-konstruksi lain.
d. Potongan-potongan kawat yang tertinggal dilantai kerja atau dasar
perancah harus dibuang.
e. Peralatan dan bahan-bahan sudah siap dan cukup sesuai yang
dibutuhkan.
f. Cuaca harus memungkinkan untuk diadakan pengecoran.
Setelah semua hal-hal tersebut diatas, sesuai maka pengecoran dapat
dilakukan.

4. Test Kubus
Setiap kali pelaksanaan pengecoran beton berlangsung harus diikuti oleh
pembuatan kubus beton yang pelaksanaannya akan diatur oleh supervisi
dan persetujuan Pengawas. Dalam hal ini Penyedia Jasa harus mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan Pengawas.
Demikian pula slump test harus dilaksanakan sebelumnya untuk
mengetahui jumlah air yang sesuai dengan mix disain pada setiap kali
diadakan pengecoran.
Apabila dalam hasil test kubus beton ini ternyata tidak memenuhi syarat,
maka akan dilakukan uji hammer test dan apabila juga tidak memenuhi
syarat kekuatan beton, maka beton yang tidak memenuhi syarat tersebut
dibongkar dan diulang dan segala resiko ini ditanggung oleh Penyedia
Jasa.

IX. PEKERJAAN PINTU AIR


1. GAMBAR DETAIL
a. Penyedia Jasa harus membuat gambar detail semua pekerjaan besi
untuk konstruksi dan pintu air sesuai dengan kebutuhan yang
tercantum dalam gambar dan spesifikasi yang ada.
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan gambar detail dan gambar
rencana untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas sebelum
pembuatan dimulai. Gambar detail atau gambar kerja harus diberi
keterangan yang lengkap pembuatan komponen-komponen dari
konstruksi harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum benar-benar
dibuat.
2. PEMBUATAN
a. Toleransi, Pemotongan, Pemboran dan Mesin
Semua ukuran harus berada dalam batas toleransi sebagaimana
tercantum dalam gambar, pemotongan harus dilakukan dengan mesin,
gergaji atau dengan api gas acetylenc. Ujung pemotongan api, semua
karatnya harus dibuang. Semua sudut luar harus bersih, persefilan
halus. Sudut dalam harus dibulatkan dan dibersihkan. Semua lubang
harus dibor bersih dan serpihan tatal dan butiran kasarnya dibuang.
Diameter lubang untuk baut harus 2 mm lebih besar dari diameter
bautnya. Pemakaian mesin harus dilakukan dengan cara yang modern
untuk menghasilkan permukaan akhir yang baik.
b. Pengelasan
1). Pengelasan konstruksi baja harus memenuhi standar teknik.
Pengelasan termasuk cara dan prosedurnya. Pengelasan harus
memenuhi prosedur AWS atau AISC.
2). Pelaksanaan prosedur pengelasan yang telah distandarisasikan
harus diawasi secara sistimatis. Konstruksi baja dengan
pengelasan yang sederhana yang dianggap sebagai keperluan
yang sekunder, dapat dilakukan tanpa prosedur yang ditentukan
diatas. Pengelasan harus diawasi oleh pengawas yang
berpengalaman yang berkualitas baik.
Pengelasan busur nyala harus dilaksanakan oleh tukang las yang
berijazah.
3). Permukaan yang akan dilas harus bebas dari kulit ozit besi yang
lepas, ampas biji besi, karat, lemak dan cata. Pengelasan
lanjutan dari pengelasan ganda harus dilakukan dengan cermat.
Semua ampas besi dan keropois atau pengelasan yang tidak
sempurna harus dibersihkan atau dibuang sebelum pengelasan
ulangan dilakukan.
4). Lokasi bangunan yang dilas dan alat pengelas harus dilindungi
keamanannya. Tempat pekerjaannya harus dilindungi terhadap
cuaca.
3. PENYETELAN DIBENGKEL DAN PEMBERIAN TANDA
Satu minggu sebelum penyetelan di bengkel dimulai, penyedia jasa harus
memberitahu Pengawas supaya dapat mengadakan persiapan
pengawasan. Tiap-tiap komponen harus diberi tanda bagian dan tanda
sambungan. Satu set gambar yang menunjukkan tanda-tanda tersebut
harus diberikan kepada Pengawas

4. PENGANGKUTAN DAN PERAWATAN


Semua komponen konstruksi harus diberi tanda, mur, baut, skrup dan pin
harus dibungkus sesuai dengan ukurannya diberi tanda. Tiap Konstruksi
harus mempunyai daftar bungkusan komponen-komponennya yang
lengkap. Penyedia jasa harus menyediakan peralatan yang lengkap.
Penyedia jasa harus menyediakan peralatan yang lengkap dan baik untuk
mengangkat komponen-komponen tersebut untuk pemuatan,
pembongkaran dan penyetelan dilapangan. Tindakan pencegahan harus
diambil untuk menghindari pemelinntiran, pelengkungan atau jatuhnya
komponen.
Setelah sampai dilapangan pekerjaan, Pengawas dan pengawas harus
diberitahu. Bila komponen-komponen yang terlewat atau rusak harus
diberitahukan kepada Pengawas.

5. PEMASANGAN DILAPANGAN DAN PERAWATAN


Pemasangan harus dilakukan dengan cara yang disetujui dan semua
tahap pekerjaan harus diawasi oleh mandor yang berpengalaman. Urutan
pemasangan harus mengikuti gambar rencana dan toleransi yang telah
diberikan.
Komponen-komponennya harus benar-benar lurus dan semua mur
dieratkan. Setelah distel , diluruskan dan dieratkan dengan memakai
kunci putir sebagai berikut :
6. PENGECATAN
Pengecatan di Bengkel, lapangan dan pemeliharaan, adalah rangkaian
pekerjaan yang meliputi menyiapkan permukaan, pekerjaan pendahuluan
dan pelaksanaan pengecatan dan permukaan logam baik dibengkel
maupun dilapangan. Ketentuan ini juga termasuk penyediaan bahan,
buruh dan peralatan, juga pengeringan dan perlindungan atas sifat-sifat
cat.
Cat yang dipakai disini adalah yang umum dipakai dan meliputi dan cat
dasar, cat chamel, cat emulsi, cat bitumen atau lapisan aspal dan semua
pelapis lainnya yang dilakukan dengan sama, seperti cat untuk
melindungi permukaan terhadap karatan atau cuaca.

7. PENGADUKAN DAN PENGENCERAN CAT


a. Lapisan yang terbentuk pada permukaan cat didalam kaleng harus
dibuang. Jika kulit tersebut terlalu tebal sehingga praktis memberi
pengaruh kualitas cat menjadi buruk, maka cat tersebut tidak boleh
dipakai.
b. Semua unsur pada dalam kaleng cat harus diaduk sampai merata
sebelum dipakai dan harus sering diaduk selama pemakaian untuk
menjaga cat dalam keadaan tercampur rata. Cat yang diaduk dalam
kaleng asli harus diaduk sampai semua endapan bahan-bahannya
tercampur merata didalamnya. Cat tidak boleh dipindahkan dari
kaleng aslinya sampai pengadukannya sempurna walaupun ada alat
yang dapat menuangkannya dan mengembalikan lagi untuk
memudahkan pengadukan.
c. Pengadukan secara mekanis lebih baik walaupun cat dalam
kaleng yang berukuran 25 liter atau yang lebih kecil dapat diaduk
dangan tangan. Pengadukan dalam kaleng terbuka harus dilakukan
di tempat yang peranginannya baik, jauh dari percikan bunga api
dan atau api. Cat boleh diaduk dengan cara yang dijamin dapat
menghancurkan semua gumpalan, meratakan semua zat warna dan
menghasilkan susunan yang merata.
d. Semua cat yang diberi zat warna setelah diaduk harus disaring
kecuali bila dilaksanakan dengan alat semprot yang dilengkapi
dengan saringan yang baik.
Saringan harus dari jenis yang dapat memisahkan kulit cat dan
benda-benda lainnya yang tidak dikehendaki tetapi tidak
memisahkan zat warna. Zat warna yang kering dibungkus secara
terpisah harus diaduk kedalam cat dengan merata dan semua butir-
butir bubuk yang kering menjadi basah oleh pelarut.
e. Zat perekat harus diaduk kedalam cat dengan cara demikian rupa,
sehingga dapat tercampur dengan rata, dan semua gumpalan butir-
butirnya hancur, sehingga didapatkan campuran yang merata. Zat
perekat dan zat warna dari cat harus dilarutkan dengan minyak
pengencer atau pelarut cat sehinga tercampur dengan rata.
Campurannya harus disaring kemudian dituangkan dalam cat yang
lebih banyak dalam kaleng dan diaduk sampai warnanya merata.
f. Cat yang tidak mempunyai batas pemakaian atau tidak memburuk
bila dibiarkan dapat diaduk kapan saja sewaktu akan diganti tetapi
bila terjadi pengendapan, maka segera harus diaduk kembali bila
akan dipakai. Cat tidak boleh ditinggalkan dalam botol alat
penyemprot atau ember cat sepanjang malam, tetapi harus
dikumpulkan menjadi satu dalam kaleng dan diaduk sebelum
dipakai.
g. Cat tidak boleh ditambah minyak pengencer kecuali bila
diperlukan untuk pemakaiannya. Sama sekali tidak boleh
menambahkan lebih dari 1 liter minyak pengencer untuk 8 liter cat.
Jenis minyak pengencer yang dipakai harus memenuhi persyaratan
cat atau petunjuk dari pabrik. Jika pemakaiannya minyak
pengencer dapat disetujui maka minyak pengencer harus
ditambahkan kedalam cat selama diaduk. Tukang cat tidak boleh
menambahkan pengencer, pengenceran cat harus diawasi dengan
seksama oleh petugas yang sudah biasa mengetahui jumlah dan
jenis minyak pengencer yang betul, yang akan ditambahkan pada
cat.

8. CARA PENGECATAN
a. Pengecatan boleh dilaksanakan dengan memakai kuas, semprotan
udara, semprotan tanpa udara, semprotan panas atau dengan
memakai rol dapat dilakukan pada permukaan yang rata atau
permukaan lengkung yang telah dibersihkan dengan amplas atau
pengasaman. Pengecatan dengan memakai rol tidak boleh
dilakukan pada permukaan yang banyak terdapat paku keling, las
atau permukaan yang tidak rata lainnya.
b. Pengecatan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan, berkabut atau
ada embun pada permukaan. Bila pengecatan dilakukan dalam
cuaca yang lembab, maka permukaan yang akan dicat harus
dinaungi dan embun pada permukaan harus dibersihkan.
Pengecatan tidak boleh dilakukan bila suhu disekelilingnya diatas
35°C. Semua petunjuk khusus pemakaian cat dari pabrik harus
dipatuhi.
c. Cat dikerok untuk mengeluarkan air atau embun karena basah,
harus dibiarkan supaya menjadi kering. Permukaan yang rusak
mengelupas harus dibuang, permukaan harus diperbaiki dan dicat
lagi beberapa kali sama seperti pengecatan permukaan yang tidak
mengelupas.
d. Setiap lapis pengecatan harus dilakukan dengan merata dan dengan
ketebalan yang sama, tanpa lubang pori. Bila ada permukaan yang
terlewat pengecatannya, maka harus diulangi dan dibiarkan kering
sebelum pengecatan berikutnya dilakukan. Lapisan cat bagian
bawah yang berpengaruh buruk terhadap lapisan berikutnya, maka
permukaannya harus diamplas sedikit, dipakai zat pelarut atau cara
lainnya yang baik, yang tidak merubah cat sebelum mengecat
lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat harus menjadi kering lebih
dahulu dengan sempurna sebelum melakukan pengecatan lapisan
berikutnya.
e. Lapisan cat yang sudah kering, tebalnya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik, tetapi tidak kurang dari 0,037 – 0,050 mm tiap
lapisan permukaan dan 0,025 – 0,037 mm untuk tiap lapisan yang
terakhir.

7. PELUMASAN
Bearing harus diberi pelumas selama dan setelah pemasangan sesuai
dengan Perintah tertulis dari Pengawas.

X. DOKUMENTASI DAN PELAPORAN


Pekerjaan administrasi berupa laporan harian, laporan mingguan dan laporan
bulanan yang diserahkan secara periodik sesuai jadwal yang telah ditetapkan
pada kontrak (SSKK). Laporan harian menggambarkan progres/kamajuan fisik
setiap harinya, jumlah material yang digunakan, jumlah tenaga kerja, cuaca
dilokasi, alat yang digunakan dan diserahkan setiap hari keesokan paginya.
Laporan mingguan menggambarkan rekap laporan harian dalam satu minggu
pekerjaan. Laporan bulanan berisi rekap progres fisik dan keuangan selama 1
bulan, rencana kerja bulan depan, permasalahan yang dihadapi, jumlah tenaga
kerja dan laporan cuaca selama 1 bulan. Laporan bulanan diserahkan setiap akhir
bulan.
Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan diambil setiap hari mulai dari 0 %, 25 %,
50 %, 75 % sampai dengan 100 % dan disimpan dalam album. Dokumentasi
sebagaian dilaporkan sebagai lampiran untuk laporan harian, mingguan dan
bulanan.

XI. KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN KERJA


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
Pada pekerjaan ini kami uraikan

Demikian metode pelaksanaan ini dibuat sebagai acuan dasar pelaksanaan di


lapangan.

Anda mungkin juga menyukai