1. Bekisting / Perancah
a. Bahan :
Bekisting harus dibuat dari bahan yang sesuai dengan kebutuhan
yaitu dari kayu, papan halus, multiplex yang dibentuk sesuai
dengan ukuran.
b. Pemasangan :
Jika bekisting terdiri dari papan kayu, sambungan antara papan
dengan papan harus betul-betul rapat dan cukup kuat serta kokoh,
sehingga tidak terjadi perubahan pada bekisting yang
mengakibatkan ukuran konstruksi melengkung.
Pada sambungan antara multiplex dengan multiplex harus betul,
sehingga hasil beton tidak terjadi benjolan-benjolan. Sambungan
bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dilepas
dengan tidak menganggu kedudukan, bentuk maupun permukaan
beton itu sendiri atau bagian beton lainnya.
Bagian konstruksi yang memerlukan penopang, maka penopang
yang digunakan harus diletakkan pada pondasi yang cukup kuat,
sehingga tidak terjadi penurunan atau pergeseran, dan hal-hal lain
sudah diuraikan pada spesifikasi teknik.
2. Pemasangan Tulangan
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–
gambar penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan oleh
Pengawas Pekerjaan, sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Gambar penulangan tersebut harus mencakup gambar
penempatan besi tulangan, daftar besi tulangan dan gambar lain yang
diperlukan untuk memudahkan pembuatan dan pemasangan tulangan
a) Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar konstruksi.
b) Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan dalam waktu 2 jam setelah ada perintah
tertulis dari Pengawas Lapangan.
c) Penulangan harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana,
diameter jumlah serta jaraknya harus benar-benar sesuai dalam arti
pisik serta final. Batang tulangan yang dibengkokkan tidak boleh
dengan cara dipanaskan.
d) besi tulangan harus bersih dari karat, oli, lemak–lemak, kotoran
lain. Penulangan harus dilaksanakan secara teliti dan dipasang
ditempat yang benar sebagaimana ditunjukkan didalam gambar dan
dijaga kedudukannya agar tetap dan tidak berubah selama
berlangsungnya pengecoran, penggetaran dan pemadatan beton.
e) Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak
disepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm.Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam SNI - 2 ( PBI 1971 ).
f) Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa
harus mempunyai kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
atau ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan. Penyedia Jasa harus
menempatkan tulangan dengan jarak tertentu dan terikat kuat pada
tempatnya.
g) Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar
besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecora, dan harus
bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang beton
sesuai dengan ketentuan PBI 1971.
h) Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus bersinggungan
dengan besi tulangan lainnya disekitar tulangan tersebut diikat.
Besi tulangan harus diikat dengan kawat baja lunak yang disetujui
Pengawas Pekerjaan, dan pengikatan harus cukup kuat dengan
membentuk empat silangan dan dikunci dengan minimal tiga kali
puntiran. Ujung kawat pengikat harus mengarah kedalam.
i) Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa dan
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Tidak diperkenankan
melaksanakan pengecoran, sebelum penulangannya disetujui
Pengawas Pekerjaan.
j) Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan,
harus disingkirkan sampai kedalaman minimal 2,50 cm dari
permukaan beton tanpa merusak. Cekungan-cekungan harus diisi
dengan adukan dan permukaan harus tetap halus, rata dan warna
yang seragam.
Besi tulangan dipasang sesuai dengan ukuran diameter dan jarak yang
terdapat dalam gambar perencanaan. Rangkaian besi tulangan harus kuat
dan benar, diikat dengan kawat beton menyilang empat dengan ikatan
minimal tiga kali puntiran.
Setelah tulangan selesai dirangkai, maka dapat dimulai pekerjaan
pengecoran. Selain uraian ini harus berpedoman pada spesifikasi
teknik dan SNI.
3. Pengecoran Beton
Sebelum pengecoran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Permukaan beton lama harus betul-betul bersih.
b. Jarak, diameter, bentuk bengkokan, stek, ikatan-ikatan rangkai
sudah kuat. Sambungan besi lama dengan baru harus betul-betul
kuat dan menyatu.
c. Perancah apakah sudah betul-betul sesuai dengan bentuk, dan
ukurannya, tembok tegak, juga bagian konstruksi-konstruksi lain.
d. Potongan-potongan kawat yang tertinggal dilantai kerja atau dasar
perancah harus dibuang.
e. Peralatan dan bahan-bahan sudah siap dan cukup sesuai yang
dibutuhkan.
f. Cuaca harus memungkinkan untuk diadakan pengecoran.
Setelah semua hal-hal tersebut diatas, sesuai maka pengecoran dapat
dilakukan.
4. Test Kubus
Setiap kali pelaksanaan pengecoran beton berlangsung harus diikuti oleh
pembuatan kubus beton yang pelaksanaannya akan diatur oleh supervisi
dan persetujuan Pengawas. Dalam hal ini Penyedia Jasa harus mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan Pengawas.
Demikian pula slump test harus dilaksanakan sebelumnya untuk
mengetahui jumlah air yang sesuai dengan mix disain pada setiap kali
diadakan pengecoran.
Apabila dalam hasil test kubus beton ini ternyata tidak memenuhi syarat,
maka akan dilakukan uji hammer test dan apabila juga tidak memenuhi
syarat kekuatan beton, maka beton yang tidak memenuhi syarat tersebut
dibongkar dan diulang dan segala resiko ini ditanggung oleh Penyedia
Jasa.
8. CARA PENGECATAN
a. Pengecatan boleh dilaksanakan dengan memakai kuas, semprotan
udara, semprotan tanpa udara, semprotan panas atau dengan
memakai rol dapat dilakukan pada permukaan yang rata atau
permukaan lengkung yang telah dibersihkan dengan amplas atau
pengasaman. Pengecatan dengan memakai rol tidak boleh
dilakukan pada permukaan yang banyak terdapat paku keling, las
atau permukaan yang tidak rata lainnya.
b. Pengecatan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan, berkabut atau
ada embun pada permukaan. Bila pengecatan dilakukan dalam
cuaca yang lembab, maka permukaan yang akan dicat harus
dinaungi dan embun pada permukaan harus dibersihkan.
Pengecatan tidak boleh dilakukan bila suhu disekelilingnya diatas
35°C. Semua petunjuk khusus pemakaian cat dari pabrik harus
dipatuhi.
c. Cat dikerok untuk mengeluarkan air atau embun karena basah,
harus dibiarkan supaya menjadi kering. Permukaan yang rusak
mengelupas harus dibuang, permukaan harus diperbaiki dan dicat
lagi beberapa kali sama seperti pengecatan permukaan yang tidak
mengelupas.
d. Setiap lapis pengecatan harus dilakukan dengan merata dan dengan
ketebalan yang sama, tanpa lubang pori. Bila ada permukaan yang
terlewat pengecatannya, maka harus diulangi dan dibiarkan kering
sebelum pengecatan berikutnya dilakukan. Lapisan cat bagian
bawah yang berpengaruh buruk terhadap lapisan berikutnya, maka
permukaannya harus diamplas sedikit, dipakai zat pelarut atau cara
lainnya yang baik, yang tidak merubah cat sebelum mengecat
lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat harus menjadi kering lebih
dahulu dengan sempurna sebelum melakukan pengecatan lapisan
berikutnya.
e. Lapisan cat yang sudah kering, tebalnya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik, tetapi tidak kurang dari 0,037 – 0,050 mm tiap
lapisan permukaan dan 0,025 – 0,037 mm untuk tiap lapisan yang
terakhir.
7. PELUMASAN
Bearing harus diberi pelumas selama dan setelah pemasangan sesuai
dengan Perintah tertulis dari Pengawas.