LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
Menyetujui
Manajemen Konstruksi Konsultan Perencana
PT. Kogas Driyap Konsultan PT. Patroon Arsindo
Mengetahui,
Pejabat Pembuat Komitmen
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor
Deni Septiadi, SE
NIP. 1969090 4 2000 031 002
Rencana Kerja
&
Syarat – Syarat Teknis (RKS)
2019
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG
1.1. UMUM
Untuk mencapai hasil konstruksi fondasi yang sesuai dan memenuhi semua kriteria
teknis di dalam perencanaan struktur fondasi yang telah dituangkan di dalam gambar
rencana, maka pekerjaan pemancangan pondasi tiang di dalam proyek ini perlu
mengacu kepada semua persyaratan teknis yang digunakan di dalam
perencanaannya.
1.2. STANDARD
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penentuan persyaratan teknis
ini adalah :
• SNI 8460-2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
• Standard Industri Indonesia (SII)
• American Concrete Institute (ACI)
• American Welding Society (AWS)
• American Society For Testing and Materials (ASTM)
• British Standard Code of Practice BS – 8004 and BS - 8110
1.3. MATERIAL
Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan
maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan
baik sesuai rencana.
Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam proyek ini tiang pancang
Pracetak 50 x 50 cm panjang 25 meter (tertera dalam gambar) dengan tulangan
utama strand 7 ea1/2, maka alternatif alat pancang yang dapat digunakan dalam
pemancangan ini adalah :
Semua alat kerja seperti rig pancang, diesel penggerak, dan alat bantu lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima sehingga mutu pekerjaan
maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai.
1.5. PERSIAPAN
Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh kontraktor pancang sebelum
memulai pekerjaan pemancangan adalah :
• Pengukuran dan marking posisi koordinat dalam gambar piling plan terbaru
yang disetujui oleh perencana. Pengukuran harus dilakukan oleh
surveyor yang qualified di bawah pengawasan
MK/Pengawas/Owner Engineer.
• Pencatatan dan Laporan. Setiap tiang yang dipancang, mulai dari awal hingga
akhir harus dicatat dalam piling record form yang meliputi tanggal
pemancangan, nomor tiang, umur tiang, tipe dan ukuran tiang kedalaman dan
final set yang dicapai. Setiap lembar pencatatan ini harus diperiksa dan
diketahui oleh Engineer pengawas. Untuk ketertiban administrasi, kontraktor
pancang perlu membuat laporan harian mengenai progress pemancangan
yang disetujui oleh Engineer pengawas.
Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai
dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi
berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi
pekerjaan.
Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara
berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak :
• Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa
pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile
heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan
berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi pile heaving,
maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya
• Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok
harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan
berikutnya
• (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke
BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain dan mungkin
hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak
memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur)
• Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul
ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau
sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re- drive harus dicatat
pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan pengambilan grafik final
set lagi
1.8.4. Bila dipandang perlu untuk Test PDA tambahan, kontraktor harus
mengajukan metoda dan peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu
kepada pengawas untuk disetujui.
1.8.5 Jika terjadi kegagalan dalam loading test, maka kontraktor harus
melakukan load test ulang yang berhasil sebanyak 2 kali lipat dari yang
disyaratkan atas biaya kontraktor.
A : Beban ditahan tetap selama 1 jam dan sampai mencapai penurunan; 0,25
mm/jam atau maksimum 2 jam.
B : Beban ditahan selam 12 jam dan sampai mencapai penurunan 0,25 mm/jam atau
maksimum 24 jam
Penambahan /
Pengurangan Lama Pembebanan Pembacaan
Beban (%) Lateral
10 180 20 0 – 5 – 10 – 20
10 190 20 0 – 5 – 10 – 20
10 200 CYCLE 4 60 0 – 5 – 10 – 20 – 25 –
30 – 35 – 40 – 45 – 50
– 55 – 60
-50 150 10 0 – 5 – 10
-50 100 10 0 – 5 – 10
-50 50 10 0 – 5 – 10
-50 0 30 0 – 5 – 10 – 20 – 25 –
30
Tiang pancang yang disediakan oleh Kontraktor, termasuk tiang uji tidak diijinkan
untuk menggantikan tiang pancang yang telah diterima sebelumnya oleh Direksi
Pekerjaan, yang ternyata kemudian hilang atau rusak sebelum penyelesaian kontrak
Bilamana kontraktor mengecor tiang pancang beton pracetak lebih panjang dari
yang diperlukan, sebagaimana seluruh panjang baja tulangan untuk memudahkan
pemancangan, maka tidak ada pengukuran untuk bagian beton yang harus
dibongkar supaya agar batang tulangan itu dapat dimasukkan kedalam struktur yang
mengikatnya.
Rencana Kerja
&
Syarat – Syarat Teknis (RKS)
PEKERJAAN STRUKTUR
Pembangunan Gedung Rektorat dan Ruang Kuliah
KAMPUS PEPI
2019
Pasal 1
U m u m
1.1. Jenis dan uraian pekerjaan dan persyaratan teknis khusus gambar - gambar rencana
( Design ) adalah merupakan satuan dengan RKS ini.
1.2. standar yang dipakai untuk pekerjaan tersebut diatas ialah berdasarkan:
Badan Standardisasi Indonesia (BSN)
ASTM ( Amerika Society for Testing & Materials )
ASSHO ( Amerika Association of State Highway Officials )
Pasal 2
Syarat - syarat Umum
2.1. UMUM
Untuk dapat memahami dengan sebaik - baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan
ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar
pelaksanaan beserta uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan seperti yang
diuraikan didalam buku ini. Bila terdapat ke-tidak jelasan dan atau perbedaan
dalam gambar dan uraian ini, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut
kepada Perencanaan atau pengawas untuk mendapatkan penyelesaian.
Penyelesaian tenaga kerja, bahan - bahan dan alat - alat kerja yang dibutuhkan
dalam melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan, mengawasi, dan
memelihara bahan - bahan, alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa
pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan pekerjaan dapat selesai
dengan sempurna.
2.4.1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar - gambar
yang ada ( AR, ST, dan ME ) dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun pekerjaan
yang terjadi akibat keadaan dilokasi, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal
tersebut kepada Perencana/Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan
keputusan pelaksanaan dilokasi setelah Pengawas berunding terlebih dahulu
dengan Perencana. Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh
Kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
2.4.2. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang
2.4.4. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran - ukuran
yang tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan pengawasan
2.4.5. Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing - masing dua salinan,
segala gambar - gambar, spesifikasi teknis, agenda, berita - berita perubahan
dan gambar - gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat pekerjaan.
Dokumen - dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas konstruksi
dan direksi setiap saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima
kesatu, dokumen - dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi
Tugas.
2.5.2. Contoh - contoh adalah benda - benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja. Ini akan dipakai oleh
Konsultan Pengawas untuk menilai dahulu.
2.5.5. Konsultan Pengawas dan Perencana akan memeriksa dan menolak atau
menyetujui gambar - gambar pelaksanaan atau contoh - contoh dalam waktu
sesingkat - singkatnya, sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan
mempertimbangkan syarat - syarat keindahan.
2.5.8. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar - gambar pelaksanaan atau contoh -
contoh yang harus disetujui Konsultan Pengawas, tidak boleh dilaksanakan
sebelum ada persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2.5.9. Gambar - gambar pelaksanaan atau contoh - contoh harus dikirimkan pengawas
dalam dua salinan, Konsultan Pengawas akan memeriksa dan mencantumkan
tanda - tanda “ Telah Diperiksa Tanpa Perubahan “ atau “ Telah Diperiksa Dengan
Perubahan “ atau “ Ditolak “.
Satu salinan ditahan oleh Konsultan Pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua
dikembalikan kepada Sub Kontraktor atau yang bersangkutan lainnya.
2.5.10. Sebutan Katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila menurut
Konsultan Pengawas hal - hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau barang
cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah.
Barang cetakan ini juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing -
masing jenis dan diperlukan sama seperti butir diatas.
2.5.11. Contoh - contoh yang disebutkan dalam Spesfikasi Teknis harus dikirimkan kepada
Konsultan Pengawas.
Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik / merk dari suatu jenis
bahan / komponen, maka Kontraktor menawarkan dan memasang sesuai dengan
yang ditentukan. Jadi tidak ada alasan bagi Kontraktor pada waktu pemasangan
menyatakan barang tersebut sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar
didapat dipasaran.
Untuk barang - barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk sebagai
pemenang, Kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada agennya di
Indonesia.
Apabila Kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat pemesanaan
bahan / merk tersebut tidak / sukar diperoleh, maka Perencana dengan persetujuan
tertulis dari Pemberi Tugas akan menentukan sendiri alternatif merk lain dengan
spesifikasi minimum yang sama. Setelah 1 ( satu ) bulan penunjukan pemenang,
Kontraktor harus memberikan kepada pemberi tugas fotocopy dari pemesanan
material yang diimport pada agen ataupun importir lainnya, yang menyatakan
bahwa material - material tersebut telah dipesan ( order import ).
2.8.1. Contoh - contoh material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya
harus segera disediakan atas biaya Kontraktor dan contoh - contoh tersebut
diambil dengan jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti. Contoh - contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh
Pemberi Tugas atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan tidak sesuai
dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
2.8.3. Barang - barang contoh ( sample ) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti /
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang - barang / material -
material tersebut.
2.8.4. Untuk barang - barang dan material yang akan didatangkan ke site ( melalui
pemesanan ), maka Kontraktor diwajibkan menyerahkan :
Brochure, katalogue, gambar kerja atau shop drawing, konster dan sample,
yang dianggap perlu oleh Perencana / Pengawas dan harus mendapatkan
persetujuan Perencana / Pengawas.
2.9. SUBTITUSI
Seluruh peralatan, mineral yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru.
Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap
pekerja harus mempunyai ketrampilan yang memuaskan, dimana latihan khusus
bagi pekerja sangat diperlukan dan Kontraktor harus melaksanakannya.
Apabila dalam Dokumen Tender ini ada klausal - klausal yang disebutkan
kembali pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir tersebut
tetapi dengan pengertian lebih menegaskan masalahnya.
Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap
Spesifikasi Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai
bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain - lain untuk segala “ Claim“
atau tuntutan terhadap hak -hak asasi manusia.
2.12.1. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh
bagian yang terlibat didalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih
dahulu agar gangguan dan konflik satu dengan yang lainnya dapat dihindarkan.
Melokalisasi / memerinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk
menghindari gangguan dan konflik, serta harus mendapat persetujuan dari
Konsultan / Pengawas.
2.12.2. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat -
syarat pelaksanaan, gambar - gambar dan instruksi - instruksi tertulis dari
Pengawas.
2.12.3. Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada
setiap waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas dalam pengontrolan
terhadap kekeliruan - kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor, tidak berarti Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
2.12.4. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat - syarat pelaksanaan (
spesifikasi ) atau gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas harus diperbaiki
atau dibongkar. Semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor
2.15. IKLAN
2.16.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat - syarat ( RKS ) ini, berlaku dan mengikat ketentuan - ketentuan
dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
2.16.1.3. Keputusan - keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari
2.16.1.4. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
2.16.1.6. SNI 1726-2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
2.16.1.7. SNI 1727:2013 : Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain
2.16.1.12. Peraturan dan Ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan / Instansi
Pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
2.16.2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas, berlaku dan
mengikat pula.
2.16.2.1. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar - gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor dan sudah disahkan / disetujui Direksi.
2.17.1. Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur
berdasarkan disain yang ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari
pengawas.
2.17.2. Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data - data yang diperlukan
termasuk keterangan produk bahan, keterangan pemasangan, data - data
tertulis, dan hal - hal lain yang diperlukan.
2.17.4. Semua bahan untuk pekerjaan baja difabrikasikan diworkshop, kecuali atas
persetujuan pengawas.
2.17.5. Semua baut, baik yang dikerjakan diworkshop maupun dilapangan harus selalu
memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang baut
tersebut.
2.17.7. Keragu - raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar dan spesifikasi harus
ditanyakan kepada Pengawas / Perencana.
Pasal 3
Pekerjaan Persiapan / Pendahuluan
3.1.1. Lokasi proyek adalah bangunan yang sudah berdiri untuk perbaikan
strukturnya, pembersihan dilaksanakan pada area tertentu yang perlu
dilaksanakan perbaikan struktur.
3.1.2. Sebelum pekerjaan dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan rata.
3.1.3. Segala macam sampah dan barang bongkaran harus dikeluarkan dari tapak proyek,
dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar pagar proyek meskipun untuk
sementara.
3.1.4. Semua sisa bongkaran, seperti pondasi, jaringan listrik, pipa air, dan lain-lain yang
menurut penilain Pengawas jika ditinggalkan ditempat akan mengganggu
pekerjaan tapak, seperti landscaping, jalan, dan lain-lain, harus dibongkar dan
dikeluarkan dari tapak proyek.
3.2.2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Perencana / Pengawas untuk
dimintakan keputusannya.
3.2.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut - sudut hanya dilakukan dengan alat
waterpass / Theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
3.2.5. Pengurusan sudut siku dengan prisma atau barang secara asas segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian - bagian kecil yang disetujui
oleh Perencana / Pengawas.
3.3.1 Letak dan jumlah tugu patokan dasar ditentukan oleh Perencana dan atau
Konsultan Pengawas.
3.3.2. Tugu patokan dasar dibuat dari beton bertulang berpenampang sekurang-
kurangnya 20 x 20 cm, tertanam ke dalam tanah sedalam 1 meter dengan
bagian menonjol di atas muka tanah secukupnya untuk memudahkan
pengukuruan selanjutnya dan sekurang-kurangnya setinggi 40 cm di atas tanah.
Tugu patokan dasar harus dilengkapi dengan titik ukur dari bahan baja dan
diangkur ke beton.
3.3.3. Setiap tugu patokan dasar harus tertera dengan jelas kode koordinat dan
ketinggiannya.
3.3.4. Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bias diubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Perencana atau
Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
3.3.5. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan tugu patokan dasar menjadi
tanggungan kontraktor.
3.4.1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau Meranti 5/7,
tertancap ditanah sehingga tidak bisa digerak - gerakkan atau diubah - ubah,
berjarak maksimum 2 m satu sama lain.
3.4.2. Papan patok ukur dibuat dari kayu Meranti, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20
cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya ( waterpass )
3.4.3. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan yang lainnya , kecuali
dikehendaki lain oleh Perencana / Pengawas.
3.4.4. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 300 cm dari as pondasi terluar.
3.4.5. Setelah pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus melaporkan kepada
Perencana / Pengawas.
3.5.1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa
dilokasi proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih dari debu, bebas dari
lumpur, minyak dan bahan - bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan harus
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana / Pengawas.
3.5.2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, dengan
sekurang-kurangnya berdaya 20 kVA.
3.5.3. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaan sementara atas persetujuan Pengawas. Daya listrik juga disediakan
untuk suplai Kantor Konsultan Pengawas.
3.7.1. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada ditapak,
Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada.
3.7.2. Arah aliran ditujukan ke daerah / permukaan yang terendah yang ada ditapak atau
kesaluran yang sudah ada dilingkungan daerah pembuangan.
3.7.3. Pembuatan saluran sementara harus sesuai petunjuk dan persetujuan Pengawas.
3.8.2. Pembuatan pagar pengaman dibuat sesuai dengan batas pemilikan tanah yang ada,
sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilakukan, serta
tempat penimbunan bahan-bahan.
3.8.3. Pagar pengaman dibuat sedemikian sehingga dapat bertahan sampai pekerjaan
pembangunan selesai.
1 (satu) buah meja rapat ukuran 1,20 x 3,00 m2 dengan 10 (sepuluh) kursi
1 (satu) buah meja tulis ukuran 0,70 x 1,40 m2 dengan 2 (dua) kursi
1 (satu) buah meja gambar A-1 dari kayu lipat
1 (satu) buah lemari ukuran 1,50 x 2,00 x 0,50 m3 dapat dikunci
1 (satu) buah white board ukuran 1,20 x 2,40 cm2
3.9.4. Alat - alat yang harus senantiasa tersedia diproyek, untuk setiap saat dapat
digunakan oleh Direksi Lapangan adalah :
3.10.1. Ukuran luas kantor Kontraktor Los Kerja serta tempat simpan bahan,
disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor dengan mengabaikan keamanan dan
kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam kebakaran.
3.10.2. Khusus untuk tempat simpan bahan - bahan seperti : pasir, kerikil harus
dibuatkan kotak simpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat,
sehingga masing - masing bahan tidak tercampur.
3.11.1. Kontraktor harus menyediakan Papan Nama Proyek yang mencantumkan nama
- nama Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan
Kontraktor.
3.11.2. Ukuran layout dan peletakan papan nama harus dipasang sesuai dengan
pengarahan Konsultan Pengawas.
Pasal 4
Pekerjaan Pengukuran
4.1.2. Pemborong harus memasang dan mengukur secara teliti tugu patokan dasar
(BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan perancangan
kembali, pengukuran sipat datar dari perkerasan atau penentuan titik dari
pekerjaan yang akan dilakukan. Tugu patokan dasar (Benchmark) yang permanen
harus dibangun diatas tanah yang tidak akan terganggu / dipindahkan.
4.1.3. Untuk pekerjaan jalan Pemborong harus menentukan titik patok konstruksi
yang menunjukan garis dan kemiringan untuk lebar perkeraskan, lebar bahu
dan drainase saluran samping sesuai dengan penampang melintang standar
yang diberikan dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan MK
sebelum memulai konstruksi. Jika terjadi perubahan dari garis dan kemiringan,
baik sebelum maupun sesudah penentuan patok perlu persetujuan lebih lanjut.
Pasal 5
Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan
5.1.1. Seluruh tanah bagian yang mengandung humus pada daerah yang akan
dibangun harus dibuang / dikupas. Tebal lapisan yang akan dikupas sedalam 50
cm dari permukaan tanah asli, termasuk pembersihan kembali dari sisa - sisa akar
tanaman yang masih tertinggal.
5.1.3. Bahan - bahan bekas galian jalan dan strippingnya tidak boleh digunakan
sebagai bahan material timbunan, tetapi dipindahkan kekaveling sebelah area
proyek atau tempat yang akan ditentukan oleh MK, dimana tanah bekas galian -
galian tersebut harus dirapikan dan dipadatkan.
5.1.4. Material timbunan harus didatangkan dari lokasi lain yang disetujui oleh MK.
Bahan urugan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tanah harus dibersihkan dan tidak mengandung akar, kotoran dan bahan
organis lainnya.
Terlebih dahulu diadakan test dan hasilnya harus tertulis serta diketahui
oleh MK.
Penimbunan tanah dilakukan sampai peil yang ditentukan pada gambar
rencana.
5.1.5. Penimbunan baru dilaksanakan setelah tanah yang dikupas dipadatkan sampai
98 % kepadatan maximum compaction standart proctor.
5.1.6. Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah yang gradasinya bagus serta
bebas dari humus / akar – akaran.
Pasal 6
Pekerjaan Tanah
6.1.1. Seluruh lapangan pekerjaan harus diratakan / digali dan semua sisa - sisa
tanaman seperti akar - akaran, rumput - rumput dan sebagainya harus dihilangkan.
6.1.2. Pekerjaan penggalian tanah, perataan tanah, harus dikerjakan lebih dahulu
sebelum kontraktor memulai pekerjaan. Pekerjaan galian tersebut disesuaikan
dengan kebutuhannya sesuai dengan peil - peil (level), pada lokasi yang telah
ditentukan didalam gambar, dan mendapatkan persetujuan pengawas.
6.1.3. Daerah yang akan digali harus dibersihkan dari semua benda penghambat
seperti sampah - sampah, tonggak bekas - bekas lubang dan sumur , lumpur pohon
dan semak - semak.
Bekas - bekas lubang dan sumur, harus dikuras airnya dan diambil lumpur /
tanahnya yang lembek, yang ada didalamnya.
Pohon - pohon yang ada, hanya boleh disingkirkan setelah mendapat
persetujuan pengawas. Tunggak - tunggak pepohonan dan jalinan - jalinan akar
harus dibersihkan dan disingkirkan sampai pada kedalaman + 1,5 m dibawah
permukaan tanah.
Segala sisa dan kotoran yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut, harus
disingkirkan dari daerah pembangunan oleh Kontraktor, sesuai dengan
petunjuk pengawas.
6.1.4. Setelah selesai pekerjaan penggalian tanah, perataan tanah, peil-peil (level)
tanah hasil pekerjaan di check kembali sesuai gambar perencanaan.
6.2.1. Galian untuk pondasi harus dilakukan menurut ukuran yang sesuai dengan peil
- peil yang tercantum dalam gambar rencana pondasi. Semua bekas - bekas
pondasi bangunan lama, jaringan jalan / aspal, akar dan pohon - pohon dibongkar
dan dibuang.
6.2.2. Apabila ternyata terdapat pipa - pipa pembuangan, kabel listrik telepon dan lain
- lain yang masih digunakan, maka secepatnya memberitahukan kepada pengawas
atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk seperlunya.
Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan - kerusakan sebagi akibat
dari pekerjaan galian tersebut.
6.2.3. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka
kontraktor harus mengisi / mengurung daerah galian tersebut dengan bahan -
bahan pengisian untuk pondasi yang sesuai dengan spesfikasi.
6.2.4. Kontraktor harus menjaga agar lubang - lubang galian pondasi tersebut bebas dari
longsoran - longsoran tanah dikiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh
alat - alat penahan tanah dan bebas dari genangan air ) sehingga pekerjaan pondasi
dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan spesifikasi.
Pemompaan, bila diperlukan harus dilakukan dengan hati - hati agar tidak
mengganggu struktur bangunan yang sudah jadi.
6.2.5. Pengisian kembali dengan tanah ( batuan ) bekas galian, dilakukan selapis demi
selapis dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya
boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan
pengawas dan bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah dan
memenuhi sebagai tanah urug.
6.2.6. Pemberian anti rayap pada dasar bangunan pre-construction termite control
untuk mengendalikan hama rayap khususnya rayap tanah
6.3.1. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran, sampai dan
sebagainya.
6.3.2. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan 20
cm material lepas, dipadatkan sampai mencapai kepadatan maksimum dengan alat
pemadat dan mencapai peil permukaan yang direncanakan.
6.3.3. Material - material bahan urugan yang terletak pada daerah yang tidak
memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat - alat berat, urugan dilakukan
dengan ketebalan maksimum 10 cm material lepas dan dipadatkan dengan
mesin stamper.
6.3.5. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan harus ditest dilaboratorium, untuk
mendapat nilai standart proctor.
Laboratorium yang memeriksa harus laboratorium resmi atau laboratrium yang
ditunjuk oleh pengawas.
Dengan bahan yang sama, material yang akan dipadatkan harus ditest juga
dilapangan dengan sistem “ Field Density Test “ dengan hasil kepadatannya
sebagai berikut :
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Pengawas. Semua hasil -
hasil pekerjaan diperiksa kembali terhadap patok - patok referensi untuk
mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat, harus dipertahankan dan
dijaga jangan sampai rusak, akibat pengaruh luar dan tetap menjadi tanggung
jawab kontraktor s/d masa pemeliharaan.
Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah mendapat persetujuan Pengawas.
6.3.6. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar dalam lapisan - lapisan
yang rata dalam ketebalan yang tidak melebihi 200 mm pada kedalaman gembur.
Gumpalan - gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus
dicampur dengan cara menggaru atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang kepadatannya sama.
6.4.1. Pengurugan pasir untuk alas pondasi dengan ketebalan pengurugan sesuai
dengan gambar.
6.4.2. Pasir urug yang digunkan harus bersih dan tidak mengandung potongan-
potongan bahan keras yang berukuran lebih dari 1,5 cm.
6.5.1. Pembuangan material hasil galian menjadi tanggung jawab kontraktor. Material
hasil galian harus dikeluarkan palig lambat dalam waktu 1 x 24 jam, sehingga
tidak mengganggu penyimpanan material lain.
6.5.2. Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan pengawas telah diseleksi bagian-
bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan dan urugan. Sisanya
harus dibuang ke laur site atau tempat lain atas persetujuan pengawas.
Pasal 7
Pekerjaan Cetakan dan Perancah
7.1 UMUM
7.1.3 Standard
Semua bahan dan konstruksi, jika tidak diberi catatan khusus harus memenuhi
standard yang umum dipakai di Indonesia SNI 2847-2013 (Standart Peraturan
Beton Bertulang), ACI-347 (Recommended Practice for Concrete Formwork),
PUBI-1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan). Jika persyaratan yang
tersebut diatas tidak cukup memadahi, maka konstruksi harus disesuaikan
dengan standard Internasional yang diakui dan dapat diterima oleh Pengawas.
7.2 BAHAN
Semua balok-balok kayu dan multipleks untuk cetakan harus bahan baru.
Permukaan dan bahan cetakan harus licin, bebas dari celah dan kotoran.
Hal tersebut diatas berlaku untuk sistim konvensional maupun bekisting siap pakai.
7.3 PELAKSANAAN
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh, stabil dan dapat
memikul beban-beban vertikal dan horizontal, dan beban-beban pelaksanaan
lainnya yang mungkin terjadi.
Bila tidak ditentukan lain dalam gambar, cetakan dibuat dengan “camber” pada tengah
bentang sebagai berikut :
Balok dan pelat = 0.2 % dari bentang yang bersangkutan
Cantilever (balok dan pelat) = 0.4 % dari bentang yang bersangkutan
Perancah harus diinspeksi secara rutin selama pengecoran beton berlangsung untuk
mengetahui lebih dini jika terjadi perlemahan pada sistim cetakan dan perancah
yang menyebabkan terjadinya perubahan kedudukan, ketidak-stabilan dan
perubahan bentuk. Jika hal ini terjadi, pekerjaan pengecoran harus segera
dihentikan dan Kontraktor diwajibkan untuk memperkuat, memperbaiki atau
membongkar dan mengulangi pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan tersebut
jika kerusakan tidak dapat diperbaiki. Semua biaya yang timbul menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
Cetakan harus kokoh dan cukup kedap air, sehingga dijamin tidak timbul sirip atau
adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari beton. Cetakan harus terbuat
dari bahan-bahan yang tidak mudah menyerap air dan harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga mudah dapat dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan
kerusakan pada beton pada saat pembongkaran dan tanpa harus memindahkan
penunjang utama yang masih diperlukan selama waktu perawatan.
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan ukuran, bentuk dan kedudukan vertikal
maupun kedudukan horizontal, dan harus dilengkapi dengan block-out untuk
lubang-lubang atau opening, chamfers dan detail-detail lainnya yang ditunjukkan
dalam gambar-gambar rencana arsitektur, struktur dan M&E.
Tolerasi dari permukaan cetakan untuk struktur beton bertulang adalah sebagai
berikut :
Terhadap ketinggian/level untuk sisi bawah pelat, balok, kolom dan dinding :
Untuk setiap 3 meter ...................................................................... 5 mm
Untuk setiap bentang atau 6 meter ................................................ 10 mm
Untuk panjang keseluruhan (maksimal).......................................... 20 mm
Terhadap ukuran dan posisi bukaan atau sleeve di balok, pelat dan dinding :
Plus / minus .................................................................................... 5 mm
Bila digunakan bahan untuk pelepas cetakan (release agent), pelaksanaannya harus
sebelum pemasangan besi tulangan dan tidak boleh berlebihan. Bilamana besi
tulangan dan/atau permukaan beton lama pada sambungan cor terkomtaminasi oleh
release agent ini, maka harus dibersihkan dengan baik untuk menghindari hilangnya
rekatan beton dengan besi tulangan atau beton lama akibat bahan tersebut.
Pipa, saluran dan lain-lainnya yang akan ditanam dan perlengkapan lain untuk
membuat lobang, saluran dan lain-lain harus dipasang pada posisi yang benar dan
kokoh agar tidak bergerak selama pelaksanaan pekerjaan pengecoran. Penempatan
pipa dan saluran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangikekuatan struktur dan tidak menyebabkan pemindahkan atau
pembengkokkan besi beton.
7.5 PEMBONGKARAN
Bekisting/cetakan dan perancah yang memikul berat beton balok, pelat dan elemen
struktur lainnya hanya boleh dibongkar setelah beton mencapai minimal 75%
kekuatan yang disyaratkan, tetapi tidak boleh kurang dari pedoman berikut ini :
PENGERASAN
BAGIAN SECARA NORMAL
1. Kolom, dinding dan sisi balok 24 jam
2. Dasar cetakan pelat dan balok 7 hari
(Prop/penumpu masih terpasang)
3. Prop/penumpu pelat dan balok 14 hari
4. Prop/penumpu pelat dan balok kantilever 28 hari
Apabila cetakan dan perancah untuk pelat dan balok dibongkar setelah hari ke 14,
panel pelat dan balok tersebut harus tetap ditunjang (re-shored) setempat-setempat
yang posisinya harus direncanakan dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
Pemakaian ulang cetakan hanya diijinkan bilamana keadaan cetakan masih betul-
betul dalam keadaan baik, dimana masih dapat dikencangkan dengan baik, masih
kedap air, tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton yang dicetak, dan dianggap
layak oleh Pengawas.
Pasal 8
Pekerjaan Beton
8.1. SEMEN
8.1.1. Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal setara yang sesuai
dengan syarat-syarat :
Peraturan Semen Portland Indonesia ( SNI 15-2049-2004 ).
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013
Mempunyai sertifikat Uji (test sertificate).
Mendapat Persetujuan Perencana / Pengawas.
8.1.2 Semua semen yang akan dipakai harus dari satu jenis dan merk yang sama
(tidak diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk
suatu konstruksi/struktur yang sama), seperti yang digunakan dalam
menentukan rencana campuran beton dan telah diuji pada saat pembuatan
campuran beton percobaan (trial mix design), dalam keadaan baru dan asli,
dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih diegel dan tidak pecah.
8.1.3 Dalam pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan. Harus diterimakan dalam
sak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus
disimpan digudang yang cukup ventilasinya dan diletakan tidak kena air,
diletakan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-
sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m atau
maksimal 10 sak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan dengan
maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
8.1.4 Untuk semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah
penyimpanan dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa
melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.
8.2. AGREGAT
8.2.1. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat :
8.2.2. Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintegrasi alami dari batuan alam
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir
lebih dari 5 mm.
Agregat kasar harus keras, bersih, dan tidak berpori. Jumlah butir-butir pipih
tidak lebih dari 20%. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat
kering dan bahan lain yang merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.
Agregat kasar yang mempunyai ukuran lebih besar dari 30 mm, untuk
penggunaannya harus mendapat persetujuan Pengawas.
8.2.3. Agregat halus dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan
alam, atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Pasir harus
terdiri dari butir-butir yang tajam dank eras, tahan lama, bersih, dan tidak
mengandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering, atau bahan organis yang
merusak beton.
Pasir laut tidak dapat digunakan.
8.2.4. Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan test kwalitas dari
agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh pengawas,
setiap saat dalam laboratorium yang diakui atas biaya Kontraktor.
8.2.5. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disuplai, maka
Kontraktor diwajibkan memberitahukan Pengawas.
8.2.6. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.
8.3. AIR
8.4. ADMIXTURE.
8.4.1. Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture,
sesuai ASTM 924.
8.4.2. Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus ditest dan disetujui
terlebih dahulu oleh pengawas.
8.4.3. Admixture yang telah disimpan lebih lebih dari 6 bulan dan telah rusak, tidak
boleh dipergunakan.
8.5.2. Adukan beton terdiri dari bahan semen PC (tanpa fly ash), bahan pembantu
(admixture ASTM 494 Tipe A dan atau F), dan waterproofing integral
(hydrophobic type) untuk Pelat Lantai Dasar & Lantai Atap, Dinding DPT,
GWT/STP, agregat halus, agregat kasar dan air. Kualitas bahan tersebut harus
memenuhi syarat yang ditentukan.
8.5.3. Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan beton yang berlainan
harus direncanakan oleh Kontraktor dengan membuat adukan percobaan (trial
mix design), dimana harus ditunjukkan water-cement ratio, water content, gradasi
agregat, slump dan kekuatan, dan design mix tersebut harus dimintakan
persetujuan ke Konsultan MK sebelum dapat dipakai dalam pembuatan trial mix.
Secara umum, adukan beton harus direncanakan untuk menghasilkan beton
yang sedemikian rupa sehingga diperoleh kepadatan maksimum , penyusutan
minimum, tidak ada kelebihan air pada permukaan ataupun menyebabkan
terjadinya pengendapan (segregation) dari agregat.
8.5.4. Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mix) tersebut diatas harus
dilakukan untuk menentukan komposisi pembentuk beton yang akan
digunakan.
8.6.1. Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk membuat benda
uji dari adukan beton yang dibuat.
Dari setiap set benda uji (4 silinder), satu benda uji digunakan untuk percobaan
kekuatan beton umur 7 hari dan 2 benda uji untuk umur 28 hari, sedangkan benda
uji keempat harus disimpan sebagai cadangan dan digunakan bilamana hasil uji
tekan 28 hari tidak memenuhi syarat. Laporan hasil percobaan tekan beton
tersebut (satu asli dan satu copy) harus diserahkan kepada Konsultan MK.
benda uji tambahan untuk keperluan tersebut diluar jumlah yang telah ditentukan
di atas.
8.6.4. Cetakan benda uji harus berbentuk silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm, dan
memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-1974-1990.
8.6.5. Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji dan curingnya harus dibawah
pengawasan. Produsernya harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2458-
1991 : Metoda Pengambilan Contoh Campuran Beton Segar, dan SNI 03-2493-
1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Contoh Uji Beton di Laboratorium.
8.6.6. Ukuran identifikasi, silinder uji harus ditandai dengan suatu kode yang dapat
menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang
bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.
8.6.8. Semua silinder uji harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan
disetujui pengawas.
8.6.9. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada pengawas segera sesudah
percobaan, paling lambat 7(tujuh) hari sesudah pengetesan, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran
adukan, berat kubus benda uji dan data-data lain yang diperlukan.
8.6.10. Jika kekuatan beton berumur 7 hari kekuatannya kurang dari 70% kekuatan beton
yang berumur 28 hari, maka Pengawas dengan segera memerintahkan untuk
mengecek campuran yang dipakai, dan jika perlu membuat mix design atau
komposisi campuran beton yang baru.
8.6.11. Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi
spesifikasi, maka pengawas berhak meminta Kontraktor agar mengadakan
percobaan non destruktif ( hammer test, loading test ) atau kalau
memungkinkan mengadakan percobaan destruktif (coring test).
Percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 2847-1013. Apabila
gagal, maka bagian tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai
dengan petunjuk Pengawas. Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat
gagalnya pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
8.6.12. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
8.7.1. Banyaknya air yang digunakan dalam adukan beton harus cukup dan tidak
boleh melebihi yang disyaratkan. Waktu mengadukan beton harus diambil tetap
dan normal, sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa adanya bahan-
bahan yang terpisah satu sama lainnya.
8.7.2. Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan „ Standard Test
Method for Slump of Portland Cement“ ASTM C143 dan atau SNI 03-1972-
1990 : Metode Pengujian Slump Beton.
8.7.3. Slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk masing-
masing jenis pekerjaan. Secara Umum batasan nilai slump maksimum adalah
sebagai berikut :
Dengan Additif 16 + 2 cm (Struktur Atas)
Tanpa additif 12 + 2 cm (Struktur Atas)
Untuk nilai slump untuk struktur Bore Pile lihat pada pasal 10.7.1
8.8.3. Dalam cuaca normal adukan beton harus sudah dituang/dicor tidak lebih dari
90 menit sejak ditambahkannya air dalam campuran semen dan agregat, tetapi
dalam cuaca yang sangat panas (diatas 35° C) tidak boleh lebih dari 60 menit,
kecuali digunakan retarder.
8.8.4. Beton tidak boleh dicor tanpa ijin Konsultan MK atau bila keadaan cuaca hujan
atau panas yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik,
kecuali jika telah disiapkan fasilitas-fasilitas untuk hal tersebut seperti yang
ditentukan oleh Pengawas.
8.8.5. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan pengawas.
8.8.6. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan
lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.
8.8.7. Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis maksimum 30cm
dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan manjatuhkan dari suatu
ketinggian tinggi jatuh melampui 1,5 meter dibawah ujung corong, saluran atau
kereta dorong untuk pengecoran, yang akan menyebabkan pengendapan
agregat
8.8.8. Adukan beton harus dicor dengan merata selama proses pengecoran; setelah
adukan dicor pada tempatnya tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari
2 (dua) meter dalam arah mendatar.
8.8.9. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran
digunakan internal concrete vibrator. Pemakaian external concrete vibrator
tidak dibenarkan tanpa persetujuan Pengawas.
8.8.11. Kontraktor harus menaruh perhatian khusus untuk segera memberi pelindung pada
beton yang baru dicor terhadap terik matahari maupun hujan agar dapat dicegah
pengeringan yang terlalu cepat atau masuknya air hujan pada adukan beton yang
baru dicor, yang mana dapat mempengaruhi kekuatan beton tersebut.
8.9.1. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran
digunakan internal concrete vibrator. Pemakaian external concrete vibrator
tidak dibenarkan tanpa persetujuan Konsultan MK.
8.9.2. Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat
tersebut harus telah betul-betul padat dan tetap; tidak ada penurunan lagi. Adukan
beton tersebut harus memasuki semua sudut, melalui celah pembesian, tidak
terjadi sarang koral dan selama pengecoran kelebihan air pada permukaan beton
harus sedikit saja.
8.9.4. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak
dikerjakan secara seksama.
8.9.5. Kontraktor harus menggunakan alat penggetar listrik berkecepatan tinggi yang
bergetar bagian dalamnya dari jenis "tenggelam" dengan amplitudo yang cukup,
sehingga diperoleh hasil yang baik dalam jangka waktu 15 (limabelas) menit
setelah beton dengan konsistensi yang ditentukan dicor dalam cetakan. Jarum
alat penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, dan dalam keadaan
khusus boleh miring sampai 45 derajat tetapi jarum alat penggetar tidak
diijinkan untuk digerakkan dalam arah horizontal karena hal ini dapat
menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
8.9.6. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum penggetar
dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 ~ 50 cm. Untuk pengecoran
bagian-bagian yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap
lapisnya dapat dipadatkan dengan baik.
8.9.7. Ujung vibrator beton tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun
pembesian. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila disekitar jarum
mulai nampak pemisahan air semen dan agregat, yang biasanya terjadi sekitar
30 detik. Penarikan jarum penggetar tidak boleh terlalu cepat agar tidak rongga
bekas jarum penggetar dapat terisi penuh. Penggetaran ulang pada beton yang
sudah mulai “set” (pengikatan awal) tidak diijinkan.
Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Pengawas dapat
menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator.
Kontraktor harus menyediakan alat vibrator cadangan yang cukup dan harus
diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
8.10.2. Sambungan pelaksanaan pada pelat dan balok pada prinsipnya harus
ditempatkan pada sekitar tengah-tengah bentang dari balok dan pelat tersebut.
Tetapi pada balok yang ditengah-tengah bentangnya ada pertemuan atau
persilangan dengan balok lainnya, maka lokasi siar pelaksanaan ditempatkan
sekitar 3 lebar balok persimpangan balok tersebut. Apabila tempat sambungan
pelaksanaan tidak ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana, maka
sambungan pelaksanaan tersebut harus ditempatkan pada tengah-tengah
bentang atau tempat lainnya yang disetujui oleh Pengawas.
8.10.3. Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan harus padat dan bersih dari
kotoran-kotoran atau beton yang rapuh dan bilamana dianggap perlu dapat
dipasang kawat ayam. Sebelum melaksanakan pengecoran beton, semua
sambungan pelaksanaan harus dalam kondisi bersih dan basah.
8.11.2 Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu, jika tidak
ditentukan lain.
8.11.3 Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah.
Apabila cetakan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan, maka selama sisa
waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan mambasahi
permukaan beton terus menerus, dengan menutupinya dengan karung basah, fog
spraying, curing coumpond, atau dengan cara lain yang disetujui pengawas.
Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kerusakan, dalam bentuk apapun
dan harus merupakan suatu permukaan yang rapi, licin, merata dan keras.
Permukaan bagian atas pelat beton yang tidak di-finish harus dijadikan
permukaan yang seragam dan dirapikan dengan menggunakan alat trowel besi,
kecuali bila ditentukan lain.
8.13.3. Beton yang menunjukkan rongga-rongga, lobang, keropos atau cacat sejenis lainnya
harus diperbaiki atau dibongkar dan diganti. Perbaikan baru boleh dikerjakan
setelah ada pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas; pekerjaan perbaikan
tersebut harus mengikuti petunjuk Pengawas. Lubang bekas batang pengikat
cetakan harus diisi (di-grout). Permukaan beton yang mengalami perbaikan
tersebut harus dirawat sebagaimana disyaratkan atau diperlukan untuk beton.
8.14.1. Umum
Pelat lantai daerah basah, pelat lantai atap atau yang berhubungan langsung
dengan udara luar, dan daerah lainnya seperti tertera di dalam gambar-gambar
arsitektur harus diberi lapisan kedap air.
Pengawas atau Sub kontraktor spesialis yang khusus dan telah ahli dalam
pemasangan material waterproofing, dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
standar-standar seperti SNI 03-2914-1992 : Beton Bertulang Kedap Air, ASTM
D 146, ASTM D 412, ASTM D 903 dan ASTM E 154.
8.14.2. Bahan
Integral waterproofing digunakan pada lantai basement terbawah, dinding
basement serta pelat lantai yang berhubungan dengan halaman dimana pada
bagian bawahnya berupa basement atau ruangan.
Integral waterproofing yang digunakan setara produk Fosroc, BASF, atau Sika,
dari tipe hydrophobic.
Pemakaian integral waterproofing tidak boleh membuat slum beton menjadi lebih
dari 18 ± 2 cm.
Membrane waterproofing untuk pemasangan pada pelat lantai daerah basah dan
pelat lantai atap harus memenuhi spesifikasi bahan sebagai berikut :
Asphaltic bituthene membrane self adhesive dengan kwalitas yang setara
dengan produk GRACE – Bithuthene 3000 dengan tebal minimum 1,5 mm – yang
terdiri dari 1,4 mm rubberized asphaltic dan 0,1 mm cross 'laminated high density
polyethylene film' dengan tensile strength : 40.000 KN/m2 (ASTM D
412) dan kemampuan elongation : 300%., atau persyaratan lain yang ditentukan
oleh Perencana Arsitektur.
Pada bagian-bagian sudut atau bidang patah di bawah lapisan kedap air harus
dipasang serat-serat fibre sesuai dengan persyaratan pabrik dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
Lapisan kedap air yang terbentuk harus dapat ditembusi uap air dari beton
tanpa terjadi gelembung-gelembung udara yang dapat merusak lapisan kedap
air itu sendiri.
8.14.3. Pelaksanaan
Semua pemasangan harus didasarkan pada prosedur pemasangan dan petunjuk
dari pabrik pembuat bahan-bahan tersebut.
Sebelum pemasangan lapisan kedap air dilaksanakan permukaan beton yang akan
dikenakan bahan ini harus diperbaiki jika ada kerusakkan-kerusakkan, harus
bersih, harus kering dan harus rata.
Sistem pelapisan kedap air yang dipilih harus dapat memberikan jaminan dari
produsen/pabrik pembuat terhadap mutu bahan selama minimal 10 tahun.
8.15.1. Umum
Mass Concrete adalah pelaksanaan pengecoran beton dalam jumlah besar yang
harus dilakukan secara terus menerus tanpa terputus, dan perlu pengendalian
thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi semen.
8.16.1 Beton non struktural merupakan bagian elemen beton yang tidak terikat dengan
kekuatan sistem struktur bangunan yang hanya berfungsi sebagai penguat biasa
atau pengikat dinding arsitektural.
8.16.2 Pekerjaan beton non struktural meliputi : beton kolom praktis, beton balok praktis,
rabat beton, lantai kerja, dan lain-lain yang tidak terikat dengan sistem struktur
bangunan.
8.16.3 Mutu yang digunakan pada beton non struktural yaitu mutu beton kelas I antara
lain : B0, K100, K125, K175, dan K200.
Pasal 9
PEKERJAAN PEMBESIAN
9.1. UMUM
9.1.3. Standard
Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar standar detail,
catatan-catatan pada gambar, peraturan, atau standar yang berlaku:
- Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013
- Peraturan Baja Tulangan Beton SNI 2052-2014
- SII Baja Tulangan Beton SII-0136
9.2. BAHAN
9.2.2. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan perencana/pengawas.
9.2.3. Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak
diperkenankan untuk mencampur-adukan bermacam-macam sumber besi beton
tersebut untuk pekerjaan konstruksi. Setiap pengiriman ke site harus disertakan
dengan Mill Certificate, yang mencantumkan hasil uji tarik, lengkung, dan
analisa kimia dari material.
9.2.4. Kontraktor bilamana diminta harus mengadakan pengujian mutu besi beton
yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk Pengawas. Batang percobaan
diambil dibawah kesaksian Pengawas. Jumlah test besi beton dengan interval
setiap 1 truk = 3 buah benda uji untuk setiap 1 jenis ukuran/diameter, atau
setiap 30 ton = 3 buah benda uji besi, 2 untuk uji tarik dan 1 untuk uji
lengkung. Pengujian dilakukan di laboratorium independent yang ditunjuk oleh
Konsultan Pengawas atau Pemilik. Percoabaan mutu besi beton juga akan
dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh pengawas.
9.2.5. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak sesuai
dengan spesifikasi di atas, harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima
instruksi tertulis dari pengawas, dalam waktu 2 x 24 jan.
9.3. PEMBENGKOKAN
9.3.2. Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan sedemikian rupa,
sehingga rusak atau cacat.
9.3.4. Batang tulangan deform, setelah dibengkokkan dan diluruskan kembali, tidak
boleh dibengkokkan lagi dalam jarak minimal 60 cm dari bengkokan
sebelumnya.
9.3.5. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam
gambar-gambar rencana atau telah disetujui Konsultan Pengawas.
9.4. PEMASANGAN
9.4.1. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar atau mendapat
persetujuan pengawas.
9.4.2. Sebelum besi dipasang dan dicor, besi beton harus bersih dari kotoran, minyak,
karat lepas, cat, karet lepas, kulit giling, serta bahan-bahan lain yang dapat
merusak atau mengurangi daya lekat besi dan beton.
9.4.3. Hubungan antara besi beton satu dengan yang lain harus menggunakan kawat
beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton. Dipasang
penunjang dan atau penggantung logam sehingga sebelum dan selama pengecoran
besi beton tidak menyentuh lantai kerja atau papan acuan.
9.4.5. Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai untuk
memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai ketentuan
berikut :
- Di dalam pelat, spacer berdiameter 12 mm berbentuk U atau Z dengan
jarak 80 – 100 cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.
- Di dalam dinding dengan 2 lapisan penulangan, penjaga jarak (spacer)
berbentuk U atau Z berdiameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm.
9.5. SAMBUNGAN
9.5.1. Bila tidak ditentukan lain dalam, SNI 2847-1013, dan gambar detail strandar
pekerjaan struktur, panjang sambungan besi harus sesuai peraturan yang
berlaku, gambar standar, gambar detail, atau minimum 40 kali diameter besi
terbesar yang disambung.
9.5.2. Penyambungan tulangan dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan tarik
terkecil. Sambungan tulangan atas balok dan pelat harus diadakan di tengah
bentang, tulangan bawah balok dan pelat pada tumpuan, dan kolom pada
tengah bentang.
9.5.3. Penyambungan tulangan tidak boleh dilakukan sekaligus pada satu penampang
tapi dilaksanakan dengan sistem “staggered“.
9.5.4. Sambungan mekanik harus digunakan jika luas tulangan kolom lebih
dari 3% luas penampang beton. Dipasang dengan posisi berselang-seling. Jenis
atau merk sambungan mekanik yang akan digunakan harus memenuhi syarat
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
9.6.1. Material pengganjal tulangan pembentuk selimut beton, dapat terbuat dari
material beton mutu B0 atau material PVC.
Pasal 10
PEKERJAAN BAJA
10.1.1. Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan semua bahan, tenaga kerja dan
peralataan konstruksi baik dilapangan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan
konstruksi baja termasuk pemasangan alat - alat dan benda - benda yang
terletak dan berkaitan dengannya, yang meliputi :
d. Pekerjaan besi dan baja dilaksanakan untuk semua atap dengan bahan baja
dan kolom komposit .
10.2. REFERENSI
Kecuali dinyatakan lain dalam syarat - syarat teknis ini, maka seluruh persyaratan
pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan - ketentuan yang tercantum
dalam standart dan peraturan dibawah ini :
1. PUBI - 1982
2. JIS
3. AISC
4. AWS, ASTM, SSPC, dll.
5. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729:2015
6. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain
SNI 1727:20
7. Syarat dan petunjuk dari pabrik / produsen pembuat.
8. Persyaratan Teknis.
1. Kesempurnaan Pelaksanaan
2. Gambar kerja
Pemotongan material baja harus menggunakan mesin potong atau dengan las
potong yang cukup memadai. Ujung dari potongan harus digerinda halus,
sehingga mendapatkan permukaan yang rata.
a. Sebelum pekerja las dimulai, maka harus ada jaminan bahwa bidang -
bidang yang akan disambung dengan sambungan las tidak boleh
bergerak sampai pekerjaan las selesai dilakukan.
b. Bagian - bagian yang akan dilas sebaiknya dalam keadaan datar, dan
bila ada yang harus dilas tegak, maka pengelasan harus dimulai dari bawah
kemudian kearah atas.
c. Bagian ujung dari suatu las tumpul harus mendapat jaminan bahwa
sambungan dilaksanakan dalam keadaan penuh. Untuk itu sebaiknya
dipakai batang - batang penyambungan pada bagian ujung dari sambungan
tersebut agar pengelasan dapat dilaksanakan dengan penuh.
e. Pengelasan harus dilaksanakan dengan las busur listrik dan batang las
harus dari bahan yang sama campurannya dengan bahan yang akan
dilas.
h. Setelah pengelasan selesai, maka sisa - sisa kerak las harus dibersihkan
dengan baik.
10.5. PENGECATAN
10.5.1. Pengecatan seluruh pekerjaan sesuai dengan NI 3 dan NI 4 atau sesuai dengan
spesifikasi dan anjuran dari pabrik.
10.5.2. Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal antara lain ICI, Nippon Paint atau
setara.
10.5.3. Cat yang akan digunakan harus berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak
pecah dan bocor serta mendapat persetujuan pengawas. Seluruh permukaan harus
dibersihkan dengan sikat baja untuk menghilangkan karat, sisa - sisa serpihan las
sebelum dimulai pengecatan.
10.6.1. Permukaan yang akan dicat harus dibebaskan dari kotoran - kotoran, karet -
karet dan sebagainya dengan ampelas. Bila perlu dengan sikat kawat tetapi
harus dijaga jangan sampai merusak lapisan / permukaan penutup logam yang
bersangkutan.
Besi / baja :
Primer (meni) : Menie satu lapis
Cat dasar : Cat dasar satu lapis
Cat akhir : Cat mengkilap / gloss dua lapis
Pasal 11
Pengujian pada komponen struktur
Tahapan dan prosedur uji beban, harus mengikuti dan memenuhi ketentuan
berikut ini :
11.1. Pembacaan awal ( datum untuk pengukuran lendutan ) harus dibuat sesaat
sebelum pelaksanaan pembacaan dilakukan.
11.2 Bagian struktur yang dipilih untuk dibebani harus diberi suatu beban total, termasuk
beban mati yang telah bekerja, yang ekivalen dengan 0,85 (1,2 D + 1,6 L ) .
Penentuan harga L ( beban hidup ) harus memperhitungkan reduksi beban hidup
seperti yang diizinkan dalam SNI 1727 - 1989 - F “ Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung”.
11.3 Beban uji harus dilakukan dalam tidak kurang dari empat tahapan penambahan
hingga “ perlengkungan “ ( arching ) dari bahan - beban dapat dihindarkan.
11.4 Setelah beban uji telah berada pada posisinya selama 24 jam, pembacaan
lendutan awal ( segera setelah beban pada posisinya ) harus segera dilakukan.
11.5 Beban uji harus diangkat segera setelah pembacaan lendutan dilakukan, dan
pembacaan lendutan akhir harus dilakukan 24 jam kemudian setelah
pengangkatan beban uji.
11.6 Bila bagian struktur yang diuji menunjukan gejala keruntuhan yang terlihat secara
nyata, maka bagian struktur ini harus dianggap tidak lulus uji dan bagian struktur
tersebut tidak diperkenankan diuji ulang.
11.7 Bila bagian struktur yang diuji tidak menunjukkan gejala keruntuhan terlihat secara
nyata, maka kriteria berikut harus digunakan sebagai indikasi perilaku yang
memuaskan, yaitu :
11.8 Bila lendutan maksimum terukur a dari suatu balok, lantai atau atap kurang dari
l 2 / 20,000 h.
11.9 Bila lendutan maksimum terukur a dari sebuah balok, lantai atau atap melebihi l
2
/ 20,000 h, maka pemulihan lendutan selama 24 jam setelah beban diangkat
sekurang - kurangnya 75 % dari lendutan maksimum untuk beton non - pratekan,
atauu 80 % untuk beton pratekan.
11.10. Dalam pasal 12.7, , untuk kantilever harus diambil dua kali jarak antara
tumpuan sampai dengan ujung kantilever, dan lendutan harus dikoreksi
terhadap pergerakkan tumpuan.
Demikian RKS ini disajikan agar dapat digunakan dengan semestinya oleh pihak-pihak terkait
dalam mendukung pembangunan proyek ini