Anda di halaman 1dari 108

BUKU AJAR

TEKNOLOGI BAHAN 2
(PERKEMBANGAN & TEKNOLOGI KONSTRUKSI)

MATA KULIAH: TEKNOLOGI BAHAN 2


PRODI: DIPLOMA EMPAT

Oleh :
Budiman, ST., MT
Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan & Jembatan
Jurusan Teknik Sipil
Fakfak, 3 Maret 2023

POLINEF PUBLISHING
KATA PENGANTAR

Puji syukur kekhadirat Allah SWT oleh karena hanya dengan berkat
rahmat dan ridhanyalah sehingga bahan ajar ini dapat diselesaikan. Tujuan
penyusunan bahan ajar untuk memenuhi kebutuhan materi pembelajaran pada
matakuliah Teknologi Bahan II sesuai tuntutan kurikulum program diploma tiga
dan diploma empat baik secara konsep, teoritis maupun aplikasi yang dilengkapi
dengan rangkuman materi dan soal-soal latihan.
Matakuliah yang disajikan dalam bahan ajar ini terdiri atas 8 Bab, Bab I
membahas tentang Mortar dan perkembangan beton, Bab II tentang Teknologi
Beton, Bab III tentang Beton Polimer, Bab IV tentang Beton Ringan, Bab V
tentang Beton Normal, Bab VI tentang Beton Serat, Bab VII tentang Beton Mutu
Tinggi dan Bab VIII tentang aspal yang dilengkapi umpan balik berupa tugas
individu disetiap akhir bab.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Mudah-
mudahan bahan ajar ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi para mahasiswa
pada umumnya yang mengambil mata kuliah Teknologi Bahan II.

Fakfak, 3 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
TINJAUAN PERKULIAHAN viii
BAB I. MATERIAL BETON
1.1. Mortar 1
1.2. Perkembangan Beton 3
1.3. Penggunaan Awal Beton pada Bangunan 6
1.4. Soal Latihan 12
BAB II. TEKNOLOGI BETON
2.1. Sejarah Beton 13
2.2. Definisi Beton 16
2.3. Sifat dan Karakteristik Beton 17
2.4. Jenis – Jenis Beton 20
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Beton 22
2.6. Soal Latihan 23
BAB III. BETON POLIMER
3.1. Definisi Beton Polimer 24
3.2. Sifat – Sifat Khas Bahan Polimer 24
3.3. Komposit Polimer-Beton 25
3.4. Komposit Beton-Polimer 25
3.5. Beberapa Contoh Penelitian Polimer 25
3.6. Soal Latihan 26
BAB IV. BETON RINGAN
4.1. Sejarah Beton Ringan 27
4.2. Definisi Beton Ringan 28
4.3. Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan 29
4.4. Pembuatan Beton Ringan 31

iii
4.5. Aplikasi Beton Ringan 33
4.6. Beton Non Pasir 34
4.7. Keunggulan Beton Non Pasir 37
4.8. Aplikasi Beton Non Pasir 38
4.9. Soal Latihan 39
BAB V. BETON NORMAL
5.1. Karakteristik Beton 40
5.2. Parameter yang Mempengaruhi Kualitas Beton 41
5.3. Definisi Beton Normal 42
5.4. Persyaratan Mix Disain Beton Normal 43
5.5. Jenis – Jenis Mix Disain 44
5.6. Rancangan Campuran Beton 45
5.7. Contoh Analisa Karakteristik Agregat 51
5.8. Contoh Perhitungan Mix Disain Beton Normal 52
5.9. Soal Latihan 55
BAB VI. BETON SERAT
6.1. Definisi Beton Serat 56
6.2. Sifat Beton Serat 56
6.3. Kelebihan dan Kekurangan Beton Serat 57
6.4. Penggunaan Beton Serat 57
6.5. Beberapa Contoh Penelitian Beton Serat 57
6.6. Soal Latihan 59
BAB VII. BETON MUTU TINGGI
7.1. Definisi Beton Mutu Tinggi 60
7.2. Sifat – Sifat Beton Mutu tinggi 61
7.3. Persyaratan Mix Disan Beton Mutu Tinggi 64
7.4. Jenis – Jenis Mix Disan Beton Mutu Tinggi 69
7.5. Contoh Perhitungan Mix Disan Beton Mutu Tinggi 71
7.6. Analisa Balok Beton Mutu Tinggi 78
BAB VIII. ASPAL
8.1. Bahan Campuran Beton Aspal 80

iv
8.2. Lapisan Aspal Beton 83
8.3. Aspal 86
8.4. Karakteristik Beton Aspal 88
8.5. Gradasi Campuran 91
8.6. Kadar Aspal Rencana 93
8.7. Parameter dan Formula Perhitungan 93
8.8. Soal Latihan 98

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel hal.
1. Contoh Perhitungan Karakteristik Agregat Halus 51
2. Contoh Perhitungan Karakteristik Agregat Kasar 51
3. Contoh Perhitungan Mix Disain Beton Normal 52
4. Contoh Rancangan Campuran Beton 54
5. Sifat Fisik Beton Mutu Tinggi 62
6. Nilai Slump untuk Beton dengan dan tanpa HRWR 65
7. Ukuran Maksimum Agregat Kasar 65
8. Perkiraan Volume Agregat Kasar Per satuan Volume Beton
untuk Agregat Halus dengan Modulus Kehalusan 2,5 – 3,2 66
9. Perkiraan Jumlah Air dengan Kadar Udara Pasir 35% 66
10. Rasio (w/c+p) untuk Beton tanpa HRWR 67
11. Rasio (w/c+p) untuk Beton dengan HRWR 67
12. Ketentuan Agregat Kasar 82
13. Ketentuan Agregat Halus 83
14. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Beraspal Panas (AC) 86
15. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70 88
16. Ukuran Bukaan Saringan 92
17. Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal 92

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar hal.
1. Timeline perkembangan beton 5
2. Sebuah bangunan kuno Nabataea 6
3. Bangunan Piramid di Mesir 8
4. Tembok besar cina 9
5. The pantheon di Roma 11
6. Foto Aspdin (1778-1855) 13
7. Kapal kecil dari bahan semen 14
8. Tipikal bangunan Hennebique 15
9. Diagram tegangan – regangan berbagai mutu beton 63

vii
TINJAUAN PERKULIAHAN

Mata kuliah teknologi bahan II merupakan lanjutan teknologi bahan I pada


semester 1. Kebutuhan material untuk konstruksi saat ini berkembang sangat
pesat. Hal ini didorong oleh perkembangan teknologi beton misalnya konstruksi
dengan menggunakan beton ringan, beton polimer, beton serat dan beton mutu
tinggi. Untuk menghasilkan konstruksi dengan mutu tertentu, maka dibutuhkan
material dengan karakteristik yang memenuhi spesifikasi.

Dalam industri manufaktur misalnya dibutuhkan material yang memikul


beban dan biasa digunakan pada konstruksi adalah beton. Untuk menghasilkan
beton yang baik dan mempunyai kekuatan sesuai persyaratan konstruksi
diperlukan pengetahuan tentang bahan-bahan penyusun beton. Bahan-bahan
penyusun beton terdiri dari agregat, bahan perekat dan air. Perkembangan akhir-
akhir ini penggunaan admixture/bahan tambah untuk memperbaiki sifat beton
semakin umum digunakan. Bahan ajar ini menguraikan tentang material utama
penyusun beton dan mortar, perkembangan teknologi beton dan materi aspal

Bahan ajar ini terdiri atas 8 Bab, Bab I membahas tentang Material
Penyusun Beton dan Mortar, Bab II tentang Teknologi Beton, Bab III tentang
Beton Polimer, Bab IV tentang Beton Ringan, Bab V tentang Beton Normal, Bab
VI tentang Beton Serat, Bab VII tentang Beton Mutu Tinggi dan Bab VIII tentang
aspal, disetiap akhir bab disediakan tugas latihan sebagai umpan balik materi.

Di dalam bahan ajar ini juga membahas tentang standar-standar yang


digunakan untuk pengujian bahan, syarat mutu bahan digunakan standar Indonesia
terdiri dari : SII, SNI, SK-SNI, PBI dan Peraturan Bahan Bangunan Indonesia.
Sedangkan peraturan asing yang digunakan adalah ACI, ASTM dan British
Standard tentang bahan bangunan.

viii
BAB I

MORTAR DAN PERKEMBANGAN BETON

1.1. Mortar
Mortar dibuat dari semen dan agregatnya yang dicampur dengan air. Agregat
meliputi pasir sungai, kerikil sungai atau makadam dan sebagainya, dan dibagi ke
dalam agregat kasar dan halus menurut ukuran butirannya. Umumnya pengayaan
dengan 5 mm mesh diterapkan sebagai standar. Bagian yang lewat saringan sebanyak
85% atau lebih banyak disebut agregat halus, dan bagian yang tinggal di saringan
disebut agregat kasar. Bila agregat hanya terdiri dari agregat halus saja, disebut
mortar semen atau mortar saja, dan bila mengandung agegrat yang kasar disebut
beton.
Mortar Istilah lain dari adukan adalah mortar, atau dikenal juga dengan spesi
adalah campuran dari bahan pengikat (semen, kapur), bahan pengisi (pasir) dan air.
Kegunaan/manfaat adukan atau mortar pada pasangan bata adalah:
1. Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya
2. Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata
3. Untuk menyalurkan beban
Sedangkan fungsi dari mortar/adukan dalam plesteran adalah untuk meratakan
permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk menambah keawetan
pasangan bata.
a) Sifat-sifat pada mortar/adukan adalah:
1. Sifat kuat, campuran adukan harus cukup baik agar mampu menopang beban
yang diterima dinding
2. Sifat mudah untuk dikerjakan/digunakan, adukan harus mudah dikerjakan,
tidak terlalu basah (encer) dan tidak terlalu kering
3. Sifat menyusut, adukan yang terlalu banyak airnya akan mudah menyusut
yang berakibat retak pada plesteran maupun tembok.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 1


Budiman, S.T., M.T.
b) Jenis Komposisi Mortar atau Adukan
1. Adukan semen, kapur, pasir
2. Adukan semen, pasir
3. Adukan pozolan atau tras alam, kapur
4. Adukan kapur, tras (alam atau buatan), pasir
Mortar digolongkan menurut penggunaannya, misalnya untuk sambungan,
tembok , tahan air, tahan api dan seterusnya. Mortar untuk sambungan digunakan
untuk menyambung bata, batu dan blok beton. Perbandingan semen dan pasir adalah
1 : 2 atau 1: 3 dan banyaknya kapur mati ekuivalen dengan 20 % dari semen yang
ditambahkan. Mortar tembok yang dipergunakan dalam berbagai perbandingan
campuran untuk memenuhi keperluan pekerjaaan. Pekerjaan dengan mortar tembok
berlangsung menurut urutan berikut ini: pelapisan dasar, penghalusan, pelapisan
kedua dan penyelesaian. Berikut ini merupakan berbagai macam mortar, yaitu :
a. Mortar lumpur dibuat dari pasir, tanah liat/lumpur dan air. Bahan-bahan tersebut
dicampur sampai rata dan mempunyai tingkat kekentalan yang cukup baik.
Perbandingan bahan-bahan harus tepat untuk memperoleh adukan yang baik.
Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak-retak setelah mengeras
sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir menyebabkan
adukan kurang dapat merekat.
b. Mortar kapur dibuat dari pasir, semen merah, kapur dan air. Semen merah
berfungsi sebagai pozolan untuk membantu reaksi antara kapur dan air, namun
semen merah sendiri bila dicampur dengan air tidak berekasi.
c. Mortar semen dibuat dari pasir, semen portland dan air. Perbandingan antara
volume semen dan volume pasir berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar,
biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom atau bagian lain yang menahan beban.
d. Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur
dan mortar semen dengan tujuan tertentu.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 2


Budiman, S.T., M.T.
1.2. Perkembangan Beton
Periode waktu selama beton pertama kali ditemukan, tergantung pada
bagaimana orang menafsirkan istilah "beton." Bahan Kuno beton adalah semen
mentah dibuat dengan menghancurkan dan membakar gipsum atau kapur. Kapur
yang dihancurkan atau batu kapur dibakar. Ketika pasir dan air ditambahkan ke
semen tersebut akan menjadi mortar, yang merupakan bahan plester-seperti
digunakan untuk membentuk batu satu sama lain. Selama ribuan tahun, bahan
tersebut diperbaiki, dikombinasikan dengan bahan lain dan, pada akhirnya, berubah
menjadi beton modern. Beton saat ini dibuat dengan menggunakan semen Portland,
agregat kasar dan halus dari batu dan pasir, dan air. Pencampuran bahan kimia yang
ditambahkan ke campuran beton untuk mengontrol pengaturan sifat karekateristik
beton dan digunakan terutama ketika menempatkan beton dengan lingkungan
ekstrim, seperti suhu tinggi atau rendah, kondisi berangin, dan lain lain (Gromicko
& Shepard, 2012).

Beton diciptakan pada sekitar 1300 SM ketika pembangunan di Timur


Tengah, dan ahli menemukan bahwa ketika mereka melapisi bagian luar benteng
dan dinding rumah yang ditumbuk dengan tanah liat tipis, lapisan basah batu kapur
yang dibakar, akan bereaksi secara kimia dengan gas di udara untuk membentuk
material keras pada permukaan pelindung. Ini tidak nyata, tapi itu adalah awal dari
perkembangan semen. Material komposit awal cementicious biasanya termasuk
mortar-hancur, batu kapur dibakar, pasir dan air, yang digunakan untuk bangunan
dengan batu, sebagai bahan pengecoran materi dalam cetakan, yang pada dasarnya
adalah bagaimana beton modern digunakan dengan cetakan untuk menjadi
bentuk beton.
Sebagai salah satu unsur utama dari beton modern, semen telah ada sejak lama.
Sekitar 12 juta tahun lalu di wilayah yang sekarang disebut Israel, deposit alam
dibentuk oleh reaksi antara batu kapur dan serpihan minyak yang dihasilkan oleh
pembakaran spontan. Namun, semen tidak konkret. Beton merupakan bahan

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 3


Budiman, S.T., M.T.
bangunan komposit dan bahan-bahan dan semen adalah salah satunya yang telah
berubah dari waktu ke waktu dan berubah bahkan sampai sekarang. Karakteristik
kinerja dapat berubah sesuai dengan kekuatan yang berbeda bahwa beton akan
perlu meningkat terus kekuatannya. Kekuatan ini dapat dilakukan secara bertahap
atau intens, mungkin berasal dari atas (gravitasi), bawah (tanah naik-turun), sisi
(beban lateral), atau mungkin mengambil bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia.
Bahan- bahan beton dan proporsinya disebut campuran desain. Sejarah
perkembangan beton secara “timeline”. (lihat Gambar 1).

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 4


Budiman, S.T., M.T.
Gambar 1. Timeline Perkembangan Beton

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 5


Budiman, S.T., M.T.
1.3. Penggunaan Awal Beton pada Bangunan
Beton pertama adalah seperti struktur yang dibangun oleh pedagang
Nabataea atau Badui yang yang menduduki dan menguasai oasis dan
mengembangkan kerajaan kecil di wilayah selatan Suriah dan Yordania utara di
sekitar 6500 SM. Mereka kemudian menemukan keuntungan dari penggunaan
kapur hidrolik - yaitu, semen yang mengeras di bawah air - dan pada 700 SM,
mereka membangun kiln untuk memasok mortar untuk pembangunan rumah atau
dinding, lantai beton, dan waduk tahan air bawah tanah. Waduk dirahasiakan dan
salah satu alasan Nabataea yang mampu tumbuh subur di padang pasir.
a. Nabataea
Nabataea adalah suatu daerah di jajirah Arab yang dalam pembuatan beton
dilakukukan dan dipahami bahwa kebutuhan untuk menjaga campuran sampai
kering atau slum serendah mungkin sudah ada seak dulu, karena kelebihan air
menyebabkan void dan kelemahan kekuatan beton. Pada bangunan Nabataea kuno
(Gambar 2.2) pada pelaksanaan pembuatannya termasuk penempatan dan
pemadatan beton baru, ditempatkan dengan alat khusus. Proses tamping
(pemadatan) menghasilkan lebih gel, yang merupakan bahan pengikat yang
dihasilkan oleh reaksi kimia yang terjadi selama hidrasi yang ikatan partikel dan
agregat bersama.

Gambar 2. Sebuah Bangunan Kuno Nabataea (National Geographic


(Photograph by Martin Gray), 2013)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 6


Budiman, S.T., M.T.
Seseorang berdiri di ambang pintu Biara di Petra, Yordania, menunjukkan
dahsyatnya pintu masuk bangunan kuno. Diukir di bukit pasir oleh Nabataeans di
abad kedua Masehi, struktur menjulang, disebut El-Deir, mungkin telah digunakan
sebagai gereja atau biara oleh masyarakat kemudian, tapi kemungkinan dimulai
sebagai sebuah kuil (Milstein, 2014).

Seperti Romawi, pada 500 tahun kemudian, Nabataea memiliki bahan yang
tersedia secara lokal yang dapat digunakan untuk membuat semen dan tahan
air. Dalam wilayah
mereka deposit permukaan utamanya adalah pasir silika halus. Tanah merembes
melalui silika dapat mengubahnya menjadi bahan pozzolan, yang merupakan abu
vulkanik berpasir. Untuk membuat semen, yang terletak di deposit Nabataea dan
menggunakannnya serta dikombinasikan dengan kapur, kemudian dipanaskan
dalam tanur untuk digunakan untuk membuat tembikar dengan suhu dalam kisaran
yang sama. Sekitar 5600 SM di sepanjang Sungai Danube di daerah bekas negara
Yugoslavia, rumah yang dibangun menggunakan jenis beton untuk lantai.

b. Mesir
Pada sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan
jerami untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan adobe dari
beton. Namun, mereka juga menggunakan mortar gipsum dan kapur dalam membangun
piramida, meskipun sebagian besar dari kita berpikir mortar dan beton sebagai dua bahan
yang berbeda. Piramida Besar di Giza (Vyse & Howard, 1784-1853) diperlukan sekitar
500.000 ton mortar (Gambar 2.3), yang digunakan sebagai bahan tempat tidur untuk batu
casing yang membentuk permukaan dari piramida. Hal ini memungkinkan tukang batu
untuk mengukir dan mengatur casing batu sendi dengan membuka tidak lebih luas dari
1/50-inch.

Salah satu misteri Mesir Great Pyramid diteliti awal September 2002, ketika
arkeolog menembus poros yang dibuat 4.500 tahun hanya untuk menemukan batu lain

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 7


Budiman, S.T., M.T.
menghalangi jalan masuk selama berabad-abad yang dibuat dari kapur dengan angkur
tembaga dan mungkin telah tertanam saat pembangun piramida yang digunakannya
sebagai alat perekat (Gupton, 2003). Sekitar tahun 2550 SM, Pyramid terbesar dibangun di
Giza dengan menara setinggi 481 kaki (147 meter) di atas dataran tinggi. Estimasi 2,3 juta
blok batu masing-masing berat rata-rata 2,5 sampai 15 ton digunakan (Handwerk, 2014).

Gambar 3. Bangunan Piramid di Mesir (Wikipedia, 2014)

c. Cina

Tembok besar di China diukur sepanjang lebih dari 20.000 Km atau


panjangnya 21,196 kilometer (13,173 miles), berdasarkan laporan Xinhua News
Agency, merujuk the State Administration of Cultural Heritage (Bloomberg News,
2012).
Material yang digunakan untuk membuat tembok besar beda-beda sesuai
periode dinasti. Sebelum batu bata ditemukan, tembok besar dibuat dari tanah, batu
dan kayu. Pembangunannya selalu membutuhkan sumber daya yang banyak, para
pekerja memanfaatkan bahan-bahan yang seadanya tergantung material setempat,
dipegunungan menggunakan batu gunung, saat membangun di tanah datar, tembok
dibuat dari tanah yang digemburkan dan jika melewati padang gurun, bahan yang
digunakan adalah rerumputan campur pasir dan ranting-ranting pohon conifer.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 8


Budiman, S.T., M.T.
Tembok dari bahan ini rapuh, mudah ditembus dan cepat hancur. Pada masa Dinasti
Qin dan Dinasti Han, material yang digunakan adalah tanah atau tanah campur
kerikil dengan beberapa bagian tembok hanya terdiri dari gundukan batu-batu
besar. Pada masa Dinasti Tang, batu bata sudah diproduksi digunakan terbatas
pada gerbang kota dan tembok yang dekat. Baru pada zaman Dinasti Ming,
diproduksi batu bata berkualitas dan lebih ringan, tahan beban dan lebih efektif
dalam waktu yang cepat. Batu masih dipakai, terutama untuk fondasi, pinggiran
luar dan dalam gerbang dikarenakan lebih kuat daripada batu bata. Cina utara
menggunakan bentuk semen di perahu-bangunan dan dalam membangun Tembok
Besar (Gambar 4).

Gambar 4. Tembok Besar di China, kemiringan di Pegunungan Yan, Utara Propinsi


Hebei, China (Scholz, 2014)

d. Roma

Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang
dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur. Orang-orang Yunani
adalah pekerja produktif dalam membangun dengan beton di Roma. Pada 200 SM,
Roma sedang membangun dan sangat berhasil menggunakan beton, tapi itu
tidak seperti beton yang digunakan saat ini. Itu bukan beton plasits yang

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 9


Budiman, S.T., M.T.
dituangkan ke dalam bentuk yang mengalir, tetapi lebih seperti puing-puing yang
disemen. Bangsa Romawi membangun sebagian besar struktur bangunan dengan
menumpuk batu berbagai ukuran dan mengisi ruang antara batu dengan mortar. Di
atas tanah, pada dinding dilapisi bagian dalam dan luar dengan batu bata tanah liat
yang juga berfungsi sebagai pembentuk beton. Bata memiliki sedikit atau tidak ada
nilai struktural dan penggunaannya terutama hanya kosmetik. Dahulu, dan di
sebagian besar pada waktu itu (termasuk 95% dari Roma), mortar umum
digunakan adalah semen kapur sederhana yang mengeras perlahan-lahan dari
bereaksi dengan karbon dioksida di udara, hal ini merupakan hidrasi kimia.
The Pantheon (Gambar 5) memiliki eksterior dinding pondasi 26 meter dan
lebar 15 meter dan terbuat dari semen pozzolana (kapur, pasir vulkanik reaktif dan
air) yang dipadatkan di atas lapisan agregat batu padat. Kubah tersebut masih ada
sampai saat ini walaupun terjadi perubahan pergerakan selama hampir 2.000 tahun,
bersama dengan gempa bumi sesekali, telah menciptakan keretakan, biasanya akan
melemah struktur. Dinding eksterior yang mendukung kubah berisi tujuh relung
spasi merata dengan ruang antara dinding yang memanjang ke luar. Relung dan
ruang ini awalnya dirancang hanya untuk meminimalkan berat struktur, lebih tipis
dari bagian utama dari dinding dan bertindak sebagai kontrol sendi yang
mengontrol lokasi retak. Tekanan disebabkan oleh pergerakan yang terjadi dengan
retak di relung dan ruang ini berarti bahwa kubah pada dasarnya didukung oleh 16
pilar beton struktural. Cara lain untuk menghemat berat adalah penggunaan
agregat ringan dalam struktur, penggunaannya seperti batu apung pada dinding
tinggi dan kubah atau lancip dengan ketebalan yang tipis untuk mengurangi berat
struktur itu sendiri.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 10


Budiman, S.T., M.T.
Gambar 5. The Pantheon di Roma (Encyclopædia
Britannica’s, 2014)

Selain the The Pantheon bangunan lainnya adalah Guilds Romawi


(Gambar 6). Rahasia lain untuk keberhasilan Romawi adalah penggunaan serikat
dagang. Setiap perdagangan memiliki serikat yang anggotanya bertanggung jawab
untuk atas pengetahuan tentang bahan, teknik dan alat untuk magang di Legions
Romawi. Selain pertempuran, legiun dilatih untuk menjadi mandiri, sehingga
mereka juga dilatih dalam metode konstruksi dan rekayasa (Stoeger, 2009).

Gambar 6. Bangunan Guilds Romawi (Hao, 2010)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 11


Budiman, S.T., M.T.
Soal Latihan

1. Jelaskan material utama penyusun mortar ?


2. Jelaskan syarat-syarat mutu material penyusun mortar ?
3. Mengapa material penyusun mortar perlu dilakukan pengujian karakteristik
sebelum digunakan dalam campuran?
4. Jelaskan perkembangan beton ?
5. Jelaskan tanggapan anda, tentang awal penggunaan beton pada bangunan ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 12


Budiman, S.T., M.T.
BAB II

TEKNOLOGI BETON

2.1. Sejarah Beton


Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya. Kemudian
pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan
semen untuk di pamerkan pada pameran dunia tahun 1855. Lalu J. Monir, seorang
ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk
mengatasi tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun 1886,seorang warga negara
Jerman yang bernama Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan
struktur beton.
a. Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
1. Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;

Gambar 6. Foto Joseph Aspdin (1778-1855)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 13


Budiman, S.T., M.T.
2. J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit
(gabungan dua bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama
memikul beban);

Gambar 7. kapal kecil dari bahan semen dibuat J.L. Lambot,1850 untuk dipamerkan pada
Pameran Dunia Tahun 1855 di Paris (Escales Maririmes, 2008)

3. F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada


konstruksi atap, pipa dan kubah;
4. Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan
sengkang sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk
mengurangi beban akibat berat sendiri;

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 14


Budiman, S.T., M.T.
Gambar 8. Tipikal Bangunan Hennebique (Wilhelm Ernst & Sohn Verlag, 2014)

5. Neuman melakukan analisis letak garis netral;


6. Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
7. E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

b. Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya:


1. Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;
2. Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk
dipatenkan oleh Joseph Monier tahun 1867);
3. Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);
4. Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
5. Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 15


Budiman, S.T., M.T.
c. Analisis dasar perhitungan di Indonesia:
1. PBI 1955 – PBI 1971 yang lebih dikenal dengan perhitungan lentur cara –
n; dan
2. SK SNI 1991 ( T-15-1991-03) tentang Standar Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton.

2.2. Definisi Beton


Beton merupakan suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar
dari kehidupan sosial modern. Beton sendiri adalah merupakan campuran yang
homogen antara semen, air dan aggregat. Karakteristik beton adalah mempunyai
tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah.
Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis
dan kimia sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi
tentang beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan
membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah
atau agregat agregat lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan kataristik tertentu,
seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan
(Mc.Cormac, 2004).
Secara Sederhana Beton dibentuk oleh pengkerasan campuran antara
semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah kerikil). Kadang-
kadang ditambahkan campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki
kualitas beton ( Asroni, 2010).
Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, agregat dengan atau
tanpa bahan tambah tertentu. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 16


Budiman, S.T., M.T.
dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang plastis sehingga dapat
dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.
Perbandingan campuran bahan susun disebutkan secara urut, dimulai dari
ukuran butir yang paling kecil (lembut) ke butir yang besar, yaitu :semen, pasir,
dan kerikil. Jadi jika campuran beton menggunakan semen 1 : 2 : 3, berarti
campuran adukan betonnya menggunakan semen 1 bagian, pasir 2 bagian, dan
kerikil 3 bagian. (Asroni, 2010).

2.3. Sifat dan karakteristik beton


1) Mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik
yang rendah;
2) Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan;
3) Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar;
4) Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi;
5) Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah;
6) Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang;
7) Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa
dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi;
8) Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan;
9) Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya;

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 17


Budiman, S.T., M.T.
10) Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok,
maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik;
11) Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik;
12) Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative
rendah;
13) Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai
50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta
aman terhadap bahaya kebakaran;
14) Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi; dan
15) Adanya perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut dan rangkak.

2.3.1. Beton dibedakan dalam 2 kelompok besar yaitu:


1. Beton keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan
tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur,
keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting
adalah kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada
kaitannya dengan strukturt beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton
keras ini antara lain:
1) Uji kekuatan tekan (compression test);
2) Uji kekuatan tarik belah (spillting tensile test);
3) Uji kekuatan lentur;
4) Uji lekatan antara beton dan tulangan; dan
5) Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 18


Budiman, S.T., M.T.
2. Beton segar
Ada 2 hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton:
1. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume; dan
2. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam
kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding
dan segregation.

Walaupun begitu, adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat


workabilitas karena penting untuk control kualitas.
Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan antara lain:
1. Slump test;
2. Compaction test;
3. Flow test;
4. Remoulding test;Penetration test; dan
5. Mixer test.
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
1. Kualitas semen;
2. Proporsi semen dalam campuran beton;
3. Kekuatan dan kebersihan agregat;
4. Ikatan/adhesi antar pasta semen dan agregat;
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton; dan
6. Pemadatan beton dan perawatan.

Seperti disebutkan oleh L.J. Murdock dan K.M. Brock bahwa “kecakapan
tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam produksi suatu bangunan. Ada 3
kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton:
1. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu mudah dikerjakan dan dibentuk serta
mempunyai nilai ekonomi;

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 19


Budiman, S.T., M.T.
2. Kekuatan tekan tinggi; dan
3. Durabilitas atau keawetan tinggi.
Persyaratan diameter agregat yang dipakai untuk campuran beton :
1. Agregat halus ( pasir ) dengan diameter maksimal 1 cm; dan
2. Agregat kasar ( split ) dengan diameter 2 cm atau lebih.

Menurut SNI-15-1990-03, untuk penggunaan beton dengan kekuatan tidak


lebih dari 10 MPa boleh menggunakan campuran 1 pc:2 psr:3 batu pecah/split dengan
slump untuk pengukuran pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm.
Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan hingga 20 MPa boleh menggunakan
penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan kekuatan tekan lebih dari 20 MPa
harus menggunakan campuran berat.

2.4. Jenis-Jenis Beton


2.4.1. Menurut Mulyono.T, 2004 bahwa beton dapat dibagi atas 6 jenis yaitu:
a. Beton Ringan
Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan merupakan
agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil
pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi
hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900kg/m3 atau
berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440-
1850kg/m3 , dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa.
b. Beton Normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat
halus dan kerikil sebagai agregat kasar dan mempunyai berat jenis beton
antara 2200kg/m3 -2400kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15-40 MPa.
c. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang mempunyai berat isi

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 20


Budiman, S.T., M.T.
lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400kg/m3 . Untuk menghasilkan
beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis yang besar.
d. Beton Massa (Mass Concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar dan
masif misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, jembatan.
e. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara
memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi
kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
f. Beton Serat (Fibre Concrete)
Beton Serat (Fibre Concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari
beton dan bahan lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah
retak- retak sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.

2.4.2. Menurut Tjokrodimuljo (1996), macam-macam beton sebagai berikut:


a) Beton normal
Merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400 kg/m³
dengan nilai kuat tekan 15 – 40 MPa dan dapat menghantar panas.
b) Beton ringan
Merupakan beton dengan berat kurang dari 1800 kg/m³. Nilai kuat
tekannya lebih kecil dari beton biasa dan kurang baik dalam menghantarkan
panas.
c) Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar
yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya
dianggap beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm.
d) Ferosemen
Adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan kepada

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 21


Budiman, S.T., M.T.
mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat
diartikan beton bertulang.
e) Beton serat
Adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Bahan serat dapta berupa serat asbes, serat tumbuh-
tumbuhan (rami, bamboo, ijuk), serat plastic (polypropylene) atau potongan
kawat logam.
f) Beton non pasir
Adalah suatu bentuk sederhana dan jenis beton ringan yang diperoleh
menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatannya. Rongga dalam
beton mencapai 20-25 %.
g) Beton siklop
Beton ini sama dengan beton biasa, bedanya digunakan agregat dengan
ukuran besar-besar. Ukurannya bisa mencapai 20 cm. Namun, proporsi
agregat yang lebih besar tidak boleh lebih dari 20 %.
h) Beton hampa (Vacuum Concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat
kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum
(vacuum method). Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang
dipakai sebgai reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat
kuat.

i) Mortar
Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri
dari pasir, bahan perekat, kapur dan PC.
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Beton
Beton memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain
a. Kelebihan beton:

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 22


Budiman, S.T., M.T.
1. Dapat dibentuk sesuai keinginan;
2. Mampu memikul beban tekan yang berat;
3. Tahan terhadap temperatur tinggi; dan
4. Biaya pemeliharaan rendah/ kecil.
b. Kekurangan beton:
1. Bentuk yang sudah dibuat sulit diubah;
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi;
3. Berat;
4. Daya pantul suara besar;
5. Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk;
6. Tidak memiliki kekuatan tarik;
7. Setelah dicampur beton segera mengeras; dan
8. Beton yang mengeras sebelum pengecoran, tidak bisa didaur ulang.
2.6. Soal latihan
1. Jelaskan perkembangan teknologi beton di Indonesia ?
2. Jelaskan teknologi beton apa saja yang diaplikasikan pada konstruksi di
Indonesia ?
3. Mengapa pembangunan konstruksi dunia dominan menggunakan teknologi
konstruksi yang canggih ?
4. Mengapa beton lemah terhadap kekuatan tarik ?
5. Jelaskan menurut pendapat anda, teknologi beton yang bagus untuk
konstruksi di Indonesia ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 23


Budiman, S.T., M.T.
BAB III

BETON POLIMER

3.1. Definisi Polimer

Polimer adalah bahan dengan berat molekul yang besar itu disebut polimer,
mempunyai struktur dan sifat-sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom
pembentuk yang jauh lebih besar . Sejumlah bahan polimer umumnya tidak larut pada
zat pelarut dan kalaupun bisa larut, viskositasnya sangat tinggi .Umumnya berikatan
kovalen, bahan polimer yang mencair dengan sangat kental dan tidak menguap.
Bahan yang tidak bisa berfusi itu terurai karena panas menjadi karbon, pada tahap
akhir tanpa penguapan.
Beton polimer merupakan bahan beton yang diimpregnasi dengan polimer
sehingga menghasilkan suatu bahan yang sifatnya lebih baik dari betonnya sendiri.
3.2. Sifat-sifat khas bahan polimer:

1) Mampu cetak adalah baik


2) Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat.
3) Isolasi listrik yang baik. Dan dapat juga dibuat konduktor dengan campuran
logam.
4) Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia.
5) Produk cukup berbeda sifatnya.
6) Polimer lebih murah.
7) Kurang tahan terhadap panas
8) Kekerasan permukaan yang sangat kurang.
9) Kurang tahan terhadap pelarut.
10) Mudah termuati listrik secara elektrostatik.
11) Beberapa bahan tahan abrasi, atau mempunyai koefisien gesek yang kecil.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 24


Budiman, S.T., M.T.
3.3. Komposit Polimer-Beton

Alasan dibuatnya beton polimer:


1. Kebutuhan meningkat
2. Tuntutan konstruksi
 Kekuatan
 Kelenturan, dan
 Keawetan
3. Peningkatan efektifitas
4. Perbaikan atas mutu beton.
5. Penggabungan teknologi pembuatan berbagai komposit berbasis semen.
6. Beton polimer biasanya tahan terhadap lingkungan korosif
3.4. Komposit Beton-Polimer

1. Beton diperkenyang polimer (PIC)


2. Beton semen-polimer (PCC), campuran pasta semen dengan aggregat yang
telah ditambahi monomer sebelum setting
3. Beton-polimer, merupakan agregat yang diikat binder polimer
4. Beton diperkuat serat (FRC)
5. Beton polimer diperkuat serat
6. Prosesnya dapat dilakukan denganTermal, katalitik, dan radiasi

3.5. Beberapa contoh penelitian polimer


1. Riger Manuahe dkk, 2014 memanfaatkan abu terbang sebagai material untuk
beton geopolymer. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh grafik
hubungan antara kuat tekan beton terhadap curing time. Trend
menunjukkan bahwa semakin lama curing time maka semakin besar kuat
tekan yang dihasilkan. Terlihat juga bahwa kuat tekan optimum dihasilkan
pada curing time 24 jam.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 25


Budiman, S.T., M.T.
2. Fennil Buana dan Indra Gunawan, 2016 dengan judul pengaruh diameter
serat polymer etilene braid terhadap kuat tekan dan kuat tarik belah pada
beton mutu tinggi. Dari pengujian slump test dapat disimpulkan bahwa
penambahan dan semakin besarnya diameter serat menurunkan workability
campuran beton. Pada pengujian kuat tekan, penambahan dan semakin
besarnya diameter serat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kuat tekan, kuat tekan tertinggi di peroleh pada campuran serat
diameter 0,8 mm proporsi 0,4% dengan nilai kuat tekan sebesar 62,49 MPa.
Pada pengujian kuat tarik belah beton, penambahan dan semakin besarnya
diameter serat menghasilkan kuat tarik belah yang lebih tinggi dari beton
tanpa serat, kuat tarik belah tertinggi pada campuran serat 1,20 mm
persentase serat 0,4% dengan nilai kuat tarik belah sebesar 7,06 MPa.
3. A. Tatang, 2011 dengan judul kinerja perkerasan jalan beton semen dengan
serat polimer sintetis. Hasil evaluasi lapangan menunjukkan bahwa serat
polimer sintetis dalam beton dapat menghambat penyebaran retak yang
relative besar, memiliki daktalitas yang sangat tinggi, dan untuk struktur
berbentuk slab dapat meningkatkan kapasitas lentur setelah retak awal beton.
panjang slab dapat dibuat sekitar 7-15 meter

3.6. Soal latihan

1. Mengapa beton polimer, jika diimpregnasi dengan polimer dapat


menghasilkan suatu bahan yang sifatnya lebih baik dari betonnya sendiri ?
2. Mengapa orang tertarik melakukan penelitian tentang beton polimer ?
3. Apakah beton polimer sudah diaplikasikan untuk konstruksi di Indonesia,
berikan contoh ?
4. Jelaskan keunggulan beton polimer disbanding dengan beton laiinya ?
5. Jelaskan menurut pendapat anda, jika beton polimer diaplikasi pada
konstruksi ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 26


Budiman, S.T., M.T.
BAB IV

BETON RINGAN

4.1 Sejarah Beton Ringan

Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton


ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga
(Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete,
Cellular Concrete (semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara ), Porous
Concrete, dan di Inggris disebut Aircrete and Thermalite.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923
sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton
ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman Barat di
tahun 1943. Dia memutuskan untuk mengembangkan sistem bangunan yang lebih
baik dengan biaya yang lebih ekonomis. Inovasi-inovasi brilian yang dilakukannya,
seperti proses pemotongan dengan menggunakan kawat, membuka kemungkinan-
kemungkinan baru bagi perkembangan produk ini. Hasilnya, beton ringan aerasi ini
dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena
dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah
dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi.
Kesuksesan Hebel di Jerman segera dilihat negara-negara lain. Pada tahun
1967 bekerja sama dengan Asahi Chemicals dibangun pabrik Hebel pertama di
Jepang. Sampai saat ini Hebel telah berada di 29 negara dan merupakan produsen
beton aerasi terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak
tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 27


Budiman, S.T., M.T.
4.2 Definisi Beton Ringan

Beton ringan merupakan beton yang memiliki berat jenis (density) lebih
ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan
aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved
Aerated Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika,
kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat
dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur
sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600
kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga
apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat secara
signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada
perhitungan pondasi.
Beton ringan adalah beton yang Berat Volumenya rendah. Pada umumnya
beton ringan terdiri dari campuran yang sama dengan beton pada umumnya,
namun pada pembuatan beton ringan dapat dilakukan pencampuran additive untuk
menghasilkan rongga udara.
Menurut Mulyono (2004 : 307), agregat yang digunakan untuk memproduksi
beton ringan merupakan agregat ringan juga. Berat volume agregat ringan sekitar
1900 kg/m3 atau ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar 300 –
1850 kg/m3 . Beton ringan adalah beton yang berat isi maksimum 1,9 ton/m3 (SNI 03-
2491-2002).
Menurut Dobrowolski (1998) dan jenis jenis beton ringan sebagai berikut :

a) Beton dengan kuat tekan rendah (Low-Density Concrete)


dengan berat volume beton 240-800 kg/m³ dan kuat tekan 0,35-6,9
MPa.
b) beton ringan dengan kekuatan menengah (Moderates-Strhength
Lightweight Concretes) dengan berat volume beton 800-1440 kg/m³
dan kuat tekan 6,9 – 17,3 MPa.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 28


Budiman, S.T., M.T.
c) Beton ringan struktur (Stuctural Lightweight Concretes) dengan berat
volume beton 1440-1900 kg/m³ dengan kuat tekan beton lebih dari 173
MPa.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengurangi Berat Volume beton atau membuat beton lebih
ringan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen
sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambah bubuk alumunium ke
dalam bubuk campuran beton.
2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu
apung atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih
ringan daripada beton biasa.
3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus
atau pasir yang disebut sebagai beton non pasir.

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan

Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC),
yaitu :

1. Balok AAC mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat
dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang
digunakan pun sederhana, cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah
gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak
perlu batu atau kerikil untuk mengisi lantai beton.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 29


Budiman, S.T., M.T.
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik AAC
dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat dalam
pengerjaannya.
6. Semennya khusus cukup 3 mm saja.
7. Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
8. Mengurangi biaya penguat atau pondasi
9. Waktu pembangunan lebih pendek.
10. Tukang yang mengerjakan lebih sedikit. Sehingga secara keseluruhan bisa
lebih murah dan efisien
11. Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
12. Kedap suara
13. Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
14. Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus.
dibebani AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel
dinding fisher sistem injeksi.
15. Anti jamur
16. Tahan gempa
17. Anti serangga
18. Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami
perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
19. Nyaman
20. Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.

Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :


1. Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan
waste yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang
akan memasangnya, karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu
pemasangan.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 30


Budiman, S.T., M.T.
2. Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan.
3. nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
4. Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional. Di pasaran, beton
ringan dalam bentuk bata dijual dalam volume m3 , sehingga dengan ukuran
60cmx20cmx10cm / m3 bata ringan terdiri dari 83 buah. Jika dikonversikan
dalam m2 maka 1 m2 terdiri dari 8.5 buah. Harga per bata kurang lebih Rp.
8000,-, sehingga harga per m2 nya Rp.68.000,-. Belum termasuk semen instan
dan ongkos pasangnya.

4.4 Pembuatan Beton Ringan

Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam
beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
1. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian
beton ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, stereofoam, batu alwa, atau
abu terbang yang dijadikan batu.
2. Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya
debu/abu terbangnya dibersihkan).
3. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi
menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.

Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara


kimiawi kini lebih sering digunakan. Sebelum beton diproses secara aerasi dan
dikeringkan secara autoclave, dibuat dulu adonan beton ringan ini.
Adonannya terdiri dari pasir kuarsa, Semen, Kapur, Gypsum, Aluminium
pasta (Zat Pengembang). Untuk memproduksi 1 m3 beton ringan hanya dibutuhkan
bahan sebanyak ± 0,5 – 0,6 m3 saja, karena nantinya campuran ini akan mengembang.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 31


Budiman, S.T., M.T.
Dalam komposisinya, secara umum pasir kuarsa memiliki persentase yang
cukup tinggi yaitu berkisar 60%, kemudian perekat yang terdiri dari semen dan kapur
sebanyak 30%, dan sisanya sebanyak 10% yaitu campuran gypsum dan aluminium
pasta.
Semen yang digunakan merupakan semen tipe I. Semen tipe I merupakan
yang biasanya digunakan untuk segala macam jenis konstruksi. Untuk proses
produksi, dalam 1 hari dapat dihasilkan beton ringan sebanyak ± 300 – 400 m3 .
Pembuatan beton ringan ini sepenuhnya dikerjakaan dengan mesin. Mesin yang
digunakan seperti mesin penggiling, mesin mixxing, mesin cutting, autoclaved
chamber. Untuk proses awal semua bahan baku ditempatkan didalam tangki masing –
masing untuk mempermudah proses pencampuran. Khusus untuk pasir kuarsa harus
dimasukkan kedalam mesin penggiling terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke
dalam tangki, untuk menghaluskan butiran – butiran pasir. Kemudian melalui ruang
control, diatur kadar campuran yang akan dibuat.
Kadar campuran dapat berubah – ubah tergantung dari keadaan bahan baku
yang ada. Kemudian campuran beton ringan tersebut dituangkan kedalam cetakan
yang memiliki ukuran 4,20 x 1,20 x 0,60 m. Adonan tersebut diisikan sebanyak ½
bagian saja. Kemudian didiamkan sekitar ± 3 – 4 jam, sehingga adonan dapat
mengembang.
Dalam proses pengembangan ini, terjadi reaksi kimia. Saat pencampuran pasir
kuarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta ini terjadi
reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di
dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini
membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-
gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume
semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke
atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga udara yang terbentuk
ini yang membuat beton ini menjadi ringan.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 32


Budiman, S.T., M.T.
Meskipun hidrogennya hilang, tekstur beton tetap padat tetapi lembut.
Sehingga mudah dibentuk balok, atau palang sesuai kebutuhan. Setelah mengembang,
adonan dipotong untuk memperoleh ukuran yang persisi, karena pada saat
pengembangan ukurannya tidak dapat dikontrol sehingga dipotong setelah proses
pengembangan selesai.
Setelah melalui proses pemotongan, beton ringan dimasukkan kedalam
autoclave chamber selama ± 12 jam. Didalam autoclaved ini pasir kwarsa bereaksi
dengan kalsium hidroksida menjadi kalsium hidrat silika. Dalam proses ini beton
ringan diberi tekanan sebesar 11 bar atau sebesar 264 psi ( = 1,82 Mpa) dengan suhu
setinggi 374 ⁰F. Sehingga terbentuk kalsium silikat dan beton ringan berubah warna
menjadi putih. Pada saat didalam autoclaved ini, semua reaksi kimia dituntaskan dan
dibersihkan pada suhu tinggi, sehingga nantinya pada saat digunakan tidak
mengandung reaksi kimia yang berbahaya. Kenapa tidak dijemur saja? Karena kalau
adonan ini dijemur di bawah terik matahari hasilnya kurang maksimal, karena tidak
bisa stabil dan merata hasil kekeringannya.
Setelah keluar dari autoclave chamber, beton ringan aerasi ini sudah siap
untuk dipasarkan dan digunakan sebagai konstruksi bangunan.
4.5 Aplikasi Beton Ringan
Dengan berbagai kelebihan dari beton ringan yang telah disebutkan di atas,
saat ini beton ringan banyak diaplikasi dalam pelbagai proyek dalam bentuk :

1. Blok (bata)
Contohnya Bata Celcon, yang dapat digunakan pada dinding dan atap.
2. Panel
Contohnya Panel beton ringan yang digunakan sebagai pengganti tembok.
3. Bentuk Khusus
Contohnya bentuk-bentuk dekorasi, sebagai ornamen bangunan.
4. Ready Mix
Contohnya pada ready mix sebagai material pengisi.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 33


Budiman, S.T., M.T.
4.6 Beton Non Pasir

Beton non pasir atau disebut juga no fines concrete merupakan bentuk
sederhana dari jenis beton ringan. Dalam pembuatan beton ini tidak menggunakan
aggregat halus (pasir), Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan
beton yang berpori sehingga beratnya berkurang (Tjokrodimulyo, 2009). Selain
itu karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta untuk menyelimuti butir pasir
sehingga kebutuhan akan semen relatif lebih sedikit. Beton non pasir juga dapat
disebut permeconcrete atau pervious concrete yaitu beton yang dibentuk dari
campuran semen, aggregate kasar, air dengan bahan tambah atau admixture.
Pervious concrete dibuat dengan menggunakan sedikit anggregat halus atau
bahkan menghilangkan penggunaan aggregat. Beton non pasir umumnya
digunakan pada non struktural seperti pagar, rabat beton, batako. Beton non pasir
lebih menonjolkan estetikanya dan hanya menggunakan sedikit semen yaitu
karena untuk melapisi permukaan agregat kasar saja. (Trisnoyuono, 2009).
Pada umumnya beton non pasir memiliki Berat Volume yang rendah jika
dibandingkan dengan beton normal. Berat Volume beton non pasir dipengaruhi oleh
Berat Volume dan gradasi aggregat penyusunnya (Kusuma, 2012).
Sedangkan kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut :
1) Faktor air semen
Faktor air semen pada beton non pasir berkisar 0,36 dan 0,46 sedangkan
nilai faktor air semen optimum sekitar 0,40. Perkiraan faktor air semen tidak
dapat terlalu besar karena jika faktor air semen terlalu besar maka pasta semen
akan terlalu encer sehingga pada waktu pemadatan pasta semen akan
mengalir ke bawah dan tidak menyelimuti permukaan aggregat.
Sedangkan jika faktor air semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak
cukup menyelimuti butir butir aggregat kasar penyusun beton. Maka pada
beton non pasir perlu ditambahkan admixture untuk menambah workability.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 34


Budiman, S.T., M.T.
Nilai Slump umumnya sangat kecil bahkan mencapai 0, sehingga untuk pada
pelaksanaan dalam jumlah besar beton non pasir menggunakan conveyor dan
tidak disarankan menggunakan concrete pump. Dengan nilai faktor air semen
optimum akan dihasilkan pula kuat tekan maksimum suatu beton non pasir
(Tjokrodimulyo, 1992).
2) Rasio volume aggregat dengan semen
Rasio volume aggregat dengan semen merupakan proporsi
penggunaan aggregat berbanding semen. Jika nilai rasio aggregat –semen 10
artinya perbandingan aggregat berbanding dengan semen adalah 10. Pada nilai
faktor air semen yang tetap, pengaruh besar rasio aggregat dengan semen akan
berakibat terhadap pasta yang terbentuk, jika semakin besar rasio aggregat –
semen maka semakin sedikit pasta semennya sehingga bahan pengikat
antar aggregat akan sedikit pula sehingga kuat tekan beton non pasir yang
terbentuk akan semakin rendah.
Variasi rasio semen berbanding agregat yang sering digunakan beton non pasir
adalah sebagai berikut:
a) Beton non pasir yang dihasilkan sedikit berongga dengan perbandingan
1 : 2.
b) Beton non pasir yang dihasilkan sedikit berongga dengan perbandingan
1: 4.
c) Beton non pasir yang dihasilkan berongga dengan perbandingan 1 : 6.
d) Beton non pasir yang dihasilkan berongga dengan perbandingan 1 : 8.
e) Beton non pasir yang dihasilkan sangat berongga dengan perbandingan
1 : 10.
f) Beton non pasir yang dihasilkan sangat berongga dengan perbandingan
1 : 12.
Menurut ACI 522R- 06, persentase rongga pada beton nonpasir
adalah 15% s/d 25%. Sedangkan menurut Tjokrodimulyo (2009), persentase
rongga pada beton non pasir berkisar antara 20 % s/d 25 %. Menurut

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 35


Budiman, S.T., M.T.
Trisnoyuono (2009), Sifat – sifat mekanik beton non pasir pada umur 28
hari adalah, kuat tekan berkisar antara 2,47 dan 15,60 MPa, dimana pada
rasio volume semen agregat 1 : 4 memiliki kuat tekan tertinggi. Nilai
modulus elastisitas bervariasi antara 4243,50 dan 15007,50 MPa.
Volume pori berkisar antara 3,07 dan 18,71 % dan kepadatan beton dari
1705 sampai 2052 kg/m³. Secara garis besar beton non pasir khususnya pada
rasio volume semen – agregat 1 : 4 dapat digunakan sebagai elemen struktur
bangunan rumah tinggal yang memikul beban ringan tetapi pada rasio volume
semen agregat 1 : 6 memiliki hasil yang paling optimal dan ideal sebagai
beton non pasir ditinjau dari segi jumlah penggunaan semen dan volume
rongga yang dicapai. Rasio volume semen – agregat 1 : 6 sampai 1 : 12 dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan bata beton non pasir pejal dan
berlubang mutu I sampai mutu IV.
Semakin tinggi nilai banding semen/agregat maka semakin tinggi
volume rongganya, namun berat volume, modulus elastisitas, serta kuat
tekannya semakin turun.
3) Jenis aggregatnya
Telah dijelaskan di atas bahwa jenis aggregat yang digunakan
mempengaruhi Berat Volume dari beton non pasir yang dibentuk. Berat beton
non pasir umumnya berkisar 60% s/d 75% dari beton biasa (Tjokrodimulyo,
2009). Berat beton non pasir berkisar 2/3 dari beton biasa dengan agregat yang
sama. Ukuran aggregat maksimum yang lazim dipakai pada beton non pasir
adalah 10 mm samapi 20 mm. Pemakaian aggregat dengan gradasi rapat dan
bersudut tajam (batu pecah) akan menghasilkan beton non pasir yang
kuat tekan dan Berat Volumenya sedikit lebih tinggi daripada
penggunaan aggregat dengan ukuran seragam dan bulat (Kusuma, 2012).

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 36


Budiman, S.T., M.T.
4.7 Keunggulan Beton Non Pasir

Sebagai beton ringan tentu saja beton non pasir mempunyai keunggulan.
Menurut Kusuma (2012), beberapa kelebihan beton non pasir adalah sebagai berikut
:
1) Low Shrinkage , Penyusutan total beton non pasir saat
mengeras/kering adalah sekitar setengah dari beton padat yang dibuat
dengan agregat yang sama. Tingkat penyusutan juga jauh lebih cepat.
Gerakan penyusutan total, telah ditemukan bahwa 50% sampai 80%
terjadi dalam 10 hari pertama, dimana untuk beton padat hanya 20
sampai 30 persen akan terjadi pada periode yang sama. Ini berarti bahwa
bahaya retak jauh lebih kecil terjadi jika debandingkan dengan beton normal.
2) Light Weight, karena penggunaan aggregate ringan maka dihasilkan
beton dengan bobot yang ringan.
3) Thermal insulation, sebagai bahan isolasi panas.
4) Eliminated segregation,tidak ada kecenderungan untuk bersegresi, sehingga
dapat dijatuhkan dengan tinggi jatuh yang lebih tinggi.
5) Reduce cement demand, kebutuhan semen sedikit karena tidak menggunakan
pasir, maka luas permukaan aggregat berkurang.
6) Simple yaitu berarti cara pembuatannya sederhana dan lebih cepat.
7) Sound insulation, sebagai bahan isolasi suara (peredam suara).
8) Environment Friendly, mudah meloloskan air dapat digunakan sebagai
bahan pembuat sumur resapan sehingga meningkatkan resapan ke dalam
tanah.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 37


Budiman, S.T., M.T.
4.8 Aplikas i Beton Non Pasir

Beton non pasir dalam dunia teknologi teknik sipil bukanlah hal baru. Di luar
negeri aplikasi beton khusus ini sudah diterapkan untuk bangunan gedung dan
jalan, (Kusuma, 2012).
1) Konstruksi bangunan gedung
Penggunaaan beton non pasir di dunia internasional sudah cukup
lama dikenal. Salah satunya adalah gedung apartement 4 (empat) lantai
yang didirikan di London, Inggris pada tahun 1961. Kontraktor lokal asal
inggris mengerjakan proyek tersebut dengan menggunakan imajinatif tekstur
yang berbeda, rendering atau menghaluskan semua cor menggunakan
agregat kasar berwarna lokal ada juga beberapa diimpor dalam bentuk
keping batu alam.
Penggunaan beton non pasir di Indonesia belum populer, tetapi pada
perkembangannya sudah pernah diaplikasikan untuk struktur ringan yaitu
kolom dan dinding bangunan sederhana, bata beton dari beton non pasir, dan
buis beton dari beton non pasir.
2) Konstruksi perkerasan jalan raya
Aplikasi beton non pasir sebagai perkerasan jalan raya dikenal istilah
permeconcrete atau pervious concrete dengan pertimbangan ramah
lingkungan maka perkerasan jalan menggunakan beton non pasir supaya air
hujan dapat meresap ke dalam tanah.
3) Konstruksi dinding penahan tanah/ retaining wall
Aplikasi beton non pasir pada dinding penahan tanah (retaining wall).
Selain pertimbangan ramah yang digunakan, pada konstruksi dinding
penahan tanah, pemilihan jenis beton non pasir untuk alasan stabilisasi tanah
dibelakang struktur dinding penahan tanah. Teksturnya yang berpori
meloloskan air membuat dinding penahan tanah sehingga takanan air
dibelakang dinding penahan tanah dapat diminimalisir sehingga konstruksi

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 38


Budiman, S.T., M.T.
dinding penahan tanah lebih tabil terhadap gaya geser maupun gaya guling
yang dipengaruhi oleh tekanan air tanah
4.9 Soal Latihan
1. Jelaskan material penyusun beton ringan dan beton non pasir ?
2. Jelaskan perbedaan beton ringan dan beton non pasir dari segi kelebihan
dan kelemahan ?
3. Jelaskan pengaplikasian beton ringan di Indonesia ?
4. Mengapa beton non pasir lebih banyak digunakan untuk konstruksi berat
dibandingkan beton ringan ?
5. Menurut pendapat anda, mengapa beton ringan saat ini banyak diproduksi
di Indonesia ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 39


Budiman, S.T., M.T.
BAB V

BETON NORMAL

Beton sederhana dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat


halus, agregat kasar (batu pecah/kerikil), udara dan kadang-kadang campuran
tambahan lainnya. Campuran yang masih plastis ini dicor kedalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen-air yang menyebabkan
pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan yang tinggi
dan ketahanan terhadap tarik rendah atau kira- kira kekuatan tariknya 0,1 kali
kckuatan terhadap tekan. Maka penguatan tarik dan geser harus diberikan pada
daerah tarik dari penampang untuk mengatasi kelemahan pada daerah tarik dari
elemen beton bertulang. Karena adanya perbedaan dengan penampang kayu atau baja
yang homogen yang dari komposisinya beton merupakan bahan yang tidak homogen,
maka pcrlu adanya modifikasi pendekatan dari prinsip - prinsip dasar perencanaan
struktural. Kedua komponen ini (beton dan tulangan) harus disusun komposisinya
sehingga dapat dipakai sebagai material yang optimal. Hal ini dimungkinkan karena
boton dapat dengan mudah dibentuk dengan cara menempatkan campuran yang
masih basah ke dalam cetakan beton sampai terjadi pengerasan beton. Jika berbagai
unsur pembentuk beton tersebut dirancang dengan baik, maka hasilnya adalah bahan
yang kuat, tahan lama dan apabila dikombinasikan dengan baja tulangan akan
menjadi elemen yang utama pada suatu sistem struktur.

5.1 Karakteristik Beton

Untuk merencanakan dan memperoleh beton yang karakteristik dan fungsinya


sesuai dengan tujuan tertentu, kita perlu mengetahui karakteristik beton yang baik.
Yang perlu disadari benar disini adalah perancangan komposisi bahan pembentuk
beton merupakan penentu kualitas beton yang berarti pula kualitas total. Bukan hanya
bahannya yang harus baik, melainkan juga keseragamannya harus dipertahankan pada

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 40


Budiman, S.T., M.T.
keseluruhan produk beton. Karakteristik beton yang baik disimpulkan sebagai
berikut:

1. Kepadatan
Ruang yang ada pada beton sedapat mungkin terisi oleh agregat dan pasta
semen. Kepadatan mungkin saja merupakan kriteria primer untuk beton yang
dipakai pada radiasi nuklir.
2. Kekuatan.
Beton harus mempunyai kekuatan dan daya tahan internal berbagai jenis
kegagalan.
3. Faktor air - semen.
Faktor air semen harus terkontrol sehingga memenuhi persyaratan kekuatan
beton yang direncanakan.
4. Tekstur
Permukaan beton ekspos harus mempunyai kerapatan dan kekerasan tekan
yang tahan segala cuaca.

5.2 Parameter-Parameter yang Mempengaruhi kualitas Beton.

Untuk mencapai kondisi-kondisi yang dituliskan diatas, harus ada control


kualitas yang baik. Parameter-parameter yang paling penting adalah :
1. Kualitas semen.
2. Proporsi semen terhadap air dalam campurannya.
3. Kekuatan dan kebersihan agregat.
4. Interaksi atau adesi antara pasta semen dan agreyat.
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton.
6. PeneMPatan yang benar, penyelesaian dan koMPaksi beton segar.
7. Perawatan pada temperature yang tidak rendah dari 50 F pada saat beton
hendak mencapai kekuatannya.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 41


Budiman, S.T., M.T.
8. Kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton ekspos dan 1% untuk
beton terlindung.

Penyelidikan mengenai persyaratan ini membuktikan bahwa hampir semua


kontrol menyangkut hal-hal sebelum pengecoran beton segar. Karena kontrol ini
menyangkut penentuan komposisi dan kemudahan mekanis atau kemudahan
pengangkutan dan pengecoran, maka perlu pula dipelajari kriteria-kriteria yang
berdasarkan teori penentuan komposisi untuk setiap campuran beton.
Dua metode yang diterima secara umum untuk perancangan campuran beton
berbobot ringan dan beton berbobot berat adalah metode perancangan campuran
American Concrete Institute yang berupa rekomendasi praktis untuk perancangan
campuran pada beton struktur ringan.

5.3 Definisi Beton Normal

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah serta tidak
menggunakan bahan tambahan. Dalam klasifikasi beton, yang termasuk beton normal
adalah kelas II. Beton kelas II adalah untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar
B1, K125, Kl75 dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi
pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan
tidak diisyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dan K225, pengawasan
mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan-bahan dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinyu.
Pada beton kelas II, untuk pertimbangan-pertimbangan tertentu bila diinginkan
mutu lain daripada mutu standar yang telah disebutkan diatas, maka hal itu diijinkan
asal syarat-syarat yang ditentukan tetap dipenuhi. Dalam hal ini mutu beton tersebut

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 42


Budiman, S.T., M.T.
dinyatakan dengan hurup K diikuti dengan angka dibelakangnya, yang menyatakan
kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.

5.4 Persyaratan Mix Disain Beton Normal

Seperti kita ketahui bahan campuran beton terdiri dari semen, agregat, air dan
bahan tambahan (admixture). Bahan campuran ini sudah diteliti oleh para ahli tcknik
terdahulu, begitu juga dilakukan pada sifat-sifat dan perbandingan bahan-bahan
campuran beton. Pada dasarnya Perencanaan Campuran Adukan Beton (PCAB) harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Memenuhi ketentuan tekan karakteristik atau kekuatan tekan minimum yang


dikehendaki (Compressive strength).
2) Memenuhi keawetan terhadap pengaruh-pengaruh serangan agresif
lingkungan (durabilitas).
3) Memenuhi kemudahan pengerjaan di lapangan (workabilitas)
4) Harga adukan beton harus ekonomis.

Yang dimaksud kekuatan tekan beton adalah tegangan tekan hancur


karakteristik yang dibutuhkan dan dapat diperkirakan dari tegangan rata-rata, yang
dipengaruhi pula oleh standar deviasi rencana, fc’ = fcr – 1,65.S dan fc = fcr + 2,33 –
N – 4. Besarnya standar deviasi rencana (Sr) ini tcrgantung kemampuan mutu
pclaksanaan dari kontraktor, yang mana mutu pelaksanaan ini sangat dipengaruhi
oleh manajemen pelaksanaan di lapangan, peralatan yang dipakai dan skil labour
(pengetahuan dari pelaksana). Harga K = 1,64 yang berarti kemungkinan kegagalan
tes benda dibawah fc sekitar 5%. Pada metode ACI, probabilitas kegagalan 10%
dengan K = 1,34. Bila tegangan rata–rata (fcr) diketahui, FAS pun ditentukan pula.

Sedangkan untuk masalah durabilitas ini sulit diukur, sebab masalah keawetan
merupakan fungsi waktu. Dalam beton, hal keawetan ini dipertimbangkan terutama
pada beton yang dibuat pada lingkungan yang agresif atau pekerjaan khusus. Untuk

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 43


Budiman, S.T., M.T.
masalah keawetan ini, unsur-unsur kimia dari bahan-bahan beton yaitu semen,
agregat juga mempunyai pengaruh dan masalah kekedapan beton (water tight) juga
merupakan tuntutan yang harus diperhatikan. Beberapa saran yung perlu diperhatikan
agar beton yang dihasilkan memenuhi syarat keawetan. Syarat-syarat yang dimaksud
antara lain:

1. Penggunaan semen sesuai dengan fungsi dari konstruksi yang akan dibangun
dan lingkungannya.
2. Rencanakan adukan beton sedapat mungkin dengan menggunakan gradasi
sebaik mungkin.
3. Batasi penggunaan diameter maksimum agregat kasar = 30 mm.
4. Batasi penggunaan FAS, harga FAS berkisar antara 0,4 - 0,6 atau maksimum
0,6.
5. Bila perlu diadakan tes permeabilitas untuk mengukur kekedapan beton.
6. Kekuatan minimal rata - rata 250 - 300 kg/m²
7. Penggunaan pasir zone 2.
8. Gunakan tambahan mineral yang dapat meningkatkan
kekedapan/impermeabilitas beton.

Untuk masalah workabilitas (kemudahan pengerjaan beton), sesuaikan dcngan


kcbuluhan atau fungsi struktur, karena bagian struktur kolom, balok dan pelat serta
pondasi mempunyai batasan slump masing - rnasing. Pada dasarnya slump 7,5 - 8,0
cm menghasilkan workabilitas yang baik karena slump 7,5 memenuhi tuntutan slump
keseluruhan bagian struktur.
Untuk masalah ekonomis, berhubungan dengan pelaksanaan dan ruang pori
adukan minimum. Makin minimum ruang porinya, makin sedikit pasta yang
dipergunakan, sehingga kebutuhan semen juga makin berkurang. Masalah lain yang
perlu diperhatikan ialah bahwa adukan beton harus dikontrol sifat bleeding dan
segresinya secara visual. Perlu dipertimbangkan keadaan tertentu ponambahan
admixture dan pengurangan semen untuk mendapatkan beton yang ekonomis.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 44


Budiman, S.T., M.T.
5.5 Jenis - Jenis Mix Disain

Seperti telah dijelaskan diatas, beton normal adalah beton kelas II yang
mempunyai mutu standar B KI25, K175 dan K. Untuk beton mutu B, dan KI25 harus
dipakai campuran nominal semen, pasir dan kerikil (batu pecah) dalam perbandingan
isi 1 : 2 : 3 atau 1 : 1½ : 2 ½. Sedangkan untuk beton mutu K175 dan K225 serta
mutu - mutu lainnya yang lebih tinggi, harus dipakai campuran beton yang
direncanakan. Yang dimaksud dengan campuran beton yang direncanakan adalah
campuran yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman-pengalaman
pelaksanaan beton di waktu yang lalu atau dengan data dari percobuan-percobaan
pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang disyaratkan dapat tercapai.
Dalam melaksanakan beton dengan campuran yang telah direncanakan,
jumlah semen minimum dan nilai fakor air semen maksimum yang dipakai harus
disesuaikan dengan keadaan sekelilingnya. Sehingga dapat dicapai beton yang
kekuatannya optimum, dengan semen yang minimum dan kemudahan pengerjaan
yang dapat diterima Semakin kecil faktor air semen, semakin tinggi kekuatan beton.
Dengan demikian dapat disimpulkan, jenis - jenis campuran pada beton normal ada
dua, yaitu : campuran nominal dan campuran yang direncanakan.

5.6 Rancangan Campuran Beton (Concrete Mix Design)

Adapun langkah-langkah mix design dengan metode D.O.E (Departement Of


Environment) adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan mutu beton yang disyaratkan (fc, kg/cm² untuk beton uji
selinder)
b. Menetapkan target standar deviasi (Sr, kg/cm²)
c. Menghitung besarnya margin (M)
d. Menghitung kuat tekan rata-rata (fcr)
e. Menetapkan tipe semen (Semen yang digunakan adalah semen tipe 1)
f. Menetapkan tipe agregat

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 45


Budiman, S.T., M.T.
g. Menetapkan faktor air semen (fₐs)
h. Penetapan slump (mm),
i. Menetapkan kadar air bebas (kg/m³ beton)
j. Penetapan kadar semen (kg/m³beton)
k. Penetapan perkiraan berat jenis
Pembuatan benda uji beton dilaksanakan setelah perhitungan rencana
campuran selesai, persiapan alat dan bahan dalam kondisi baik. Pembuatan benda uji
beton dilakukan dalam satu kali adukan. Pengujian dilakukan pada umur benda uji 3,
7, dan 28 hari.
Langkah-langkah pembuatan benda uji beton adalah sebagai berikut :
1) Hitung fcr = f´c + m ( 1)
2) Berdasarkan f´cr tentukan W/C
3) Tentukan berat semen minimum.
4) Tentukan berat air minimum per 3 beton = Wa = fas x Ws (2)
5) Tentukan proporsi gradasi agregat gabungan sehingga masuk dalam
rentang gradasi sesuai grafik. Kemudian tentukan persen (%) pasir dan (%)
kerikil.
6) Tentukan kebutuhan agregat per m3 beton.
Wag.camp = W beton - Wair – Ws (3)
7) Tentukan kebutuhan agregat halus dan kasar per m3 beton.
Misal P = 40% K = 60%
Wpsr = P / (P+K) x Wagg camp (4)
Wkrkl = K / (P+K) x Wagg camp ( 5)
1. Analisa Data
Adapun metode analisa data sebagai berikut :
a. Analisa saringan

Fpasir (6)

Fpasir = modulus kehalusan pasir

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 46


Budiman, S.T., M.T.
b. Kadar air

Kadar air (%) (7)

Keterangan :
C = berat basah ( kondisi lapangan )
D = berat kering ( setelah di oven )
c. Kadar lumpur dan lempung

Kadar lumpur (8)

Keterangan :
A = berat kering sebelum di cuci (gram)
B = berat kering setelah di cuci (gram)
d. Rancangan Campuran Beton
Menghitung besarnya margin (M)
Rumus : M = k.Sr untuk Sr > 40 kg/cm² (9)
M = k.Sr – 40 Kg/cm² untuk Sr > 2,64 ( 10 )
M = 2,64 Sr- 40 Kg/cm² ( 11 )
Keterangan : k = 2.33 jika kemungkinan gagal 1.0%
k = 1.96 jika kemungkinan gagal 2.5%
k = 1.64 jika kemungkinan gagal 5.0%
k = 1.28 jika kemungkinan gagal 10.0%
k = Koefisien yang di ambil berdasarkan % kemungkinan
gagal.

e. Menghitung kuat tekan rata – rata (f’cr)


F’cr = f’c + M ( 12 )
f. Menetapkan tipe semen
Semen yang digunakan adalah semen tipe I.
g. Penetapan tipe agregat
Agregat yang digunakan adalah :

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 47


Budiman, S.T., M.T.
a) Agregat halus = pasir alami,
b) Agregat kasar = batu pecah (split)
h. Penetapan faktor air semen (fas)
i. Penetapan slump (mm)
j. Penetapan kadar air bebas (k g/m³ beton)
k. Penetapan kadar semen (kg/m³ beton)

Kadar semen ( 13 )

l. Penetapan perkiraan berat jenis spesifik gabungan, berat jenis spesifik


gabungan dengan
a % x bj.sp.SSD pasir + b% x BJ . sp. SSD split ( 14 )
keterangan :
a = presentase penggabungan agregat halus ( penggabungan )
b = presentase penggabungan agregat kasar ( penggabungan )
m. Perkiraan berat volume beton segar (kg/m³)
Berat volume beton segar dapat diperoleh dari grafik hubungan antara
berat volume SSD beton, kadar air bebas dan berat jenis spesifik
gabungan SSD,
n. Penetapan porsi agregat
Berat agregat halus (A) = a% x (D – Ws – Wa) ( 15 )
Berat agregat kasar (B) = b% x (D – Ws – Wa) ( 16 )
Keterangan :
a = presentase penggabungan pasir
b = presentase penggabungan batu pecah
D = berat volume beton segar (kg/cm³)
Ws = kadar semen (kg/m³beton)
Wa = kadar air bebas (kg/m³beton)
o. Hasil rancang campuran beton teoritis
Air = Wa kg/m³ beton

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 48


Budiman, S.T., M.T.
Semen = Ws kg/m³ beton
Pasir = A kg/m³ beton
Batu pecah = B kg/m³ beton
p. Koreksi campuran beton dengan cara eksak (rasional)
Untuk koreksi campuran beton secara eksak menggunakan rumus umum
sebagai berikut :

BL ( 17 )

Dengan memakai indeks p untuk pasir dan k untuk batu pecah, maka
diperoleh koreksi secara eksak sebagai berikut :

 BLp ( 18 )

 BLk ( 19 )

 Air = Wa + ( Bssd . p - BLp) + (Bssd) ( 20 )


q. Berat volume
Berat isi kg/liter ( 21 )

Kererangan :
B = berat wadah + beton segar
A = berat wadah
V = volume wadah
r. Kekuatan tekan beton
fci = (kg/cm2 ) ( 22 )

Keterangan : P = beban maksimum (kg)


A = luas penampang bidang (cm²)
a. Kuat Tekan Beton Rata-rata

fci = (kg/cm2 ) ( 23 )

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 49


Budiman, S.T., M.T.
b. Penentuan Standar Deviasi

S=√ (kg/cm²) ( 24 )

c. Penentuan Kuat Tekan Karakteristik Beton


f’c = fcr – k.S (kg/cm²) ( 25 )
Keterangan:
fcm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm²)
fci = kuat tekan masing- masing bendauji(kg/cm²)
f’c = kuat tekan karakteristik (kg/cm²)
n = jumlah benda uji
S = standar devuasi
K = 1,64

s. Slump Test
Slump test digunakan untuk pengukuran terhadap tingkat keenceran
adukan suatu beton seperti pada penjelasan tabel 6.
Berat volume beton segar

Berat isi = ( 26 )

Keterangan:
B = Berat wadah + beton segar
A = Berat wadah
V = Volume wadah
t. Uji tekan beton
Kekuatan tekan beton = fc = ( 27 )

keterangan: P = beban maksimum (kg)


A = luas penampang bidang (cm²)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 50


Budiman, S.T., M.T.
5.7 Contoh Analisa Karakteristik Agregat
Sebelum perhitungan rancangan mix disain beton, dilakukan analisa data
karakteristik material penyusun beton seperti pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Contoh Perhitungan Karakteristik Agregat Halus

HASIL
KARAKTERISTIK
NO. INTERVAL PENGAMATAN RATA- KETERANGAN
AGREGAT
RATA
1 Kadar Organik <3 2 Memenuhi

2 Kadar lumpur Maks 5% 3.74% Memenuhi

3 Kadar air 0,5% - 5% 1.84% Memenuhi

4 Berat Volume 1,4 - 1,9 kg/liter 1.46 Memenuhi

5 Absorpsi 0,2% - 2% 1.38% Memenuhi

6 Berat jenis spesifik

a. Berat Jenis Semu 1,6 - 3,3 2.56 Memenuhi

b. Berat Jenis Kering 1,6 - 3,3 2.47 Memenuhi

c. Berat Jenis Permukaan 1,6 - 3,3 2.51 Memenuhi

7 Modulus kehalusan 1,50 - 3,80 3.73 Memenuhi

Tabel 6. Contoh Perhitungan karakteristik Agregat Kasar

HASIL
KARAKTERISTIK
NO. INTERVAL PENGAMATAN RATA- KETERANGAN
AGREGAT
RATA
1 Kadar lumpur Maks 5% 1.16% Memenuhi

2 Kadar air 0,5% - 5% 0.80% Memenuhi

3 Berat Volume 1,6 - 1,9 kg/liter 1.72 Memenuhi

4 Absorpsi 0,2% - 2% 1.98% Memenuhi

5 Berat jenis spesifik

a. Berat Jenis Dasar Kering 1,6 - 3,3 2.03 Memenuhi

b. Berat Jenis Permukaan 1,6 - 3,3 2.12 Memenuhi

6 Modulus kekasaran 5,50 - 8,50 5.51 Memenuhi

Sumber : analisa data, Budiman dkk (2019)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 51


Budiman, S.T., M.T.
5.8 Contoh Perhitungan Mix Disain Beton Normal
Setelah data-data memenuhi sesuai spesifikasi, maka dilakukan rancangan
campuran beton dengan metode DOE seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Contoh Perhitungan Mix Disain Beton Normal
Rancangan Campuran Beton dengan Metode DOE
(Concrete Mix Design)

Data
Slump = 5.0 cm
Kuat tekan yang disyaratkan = 225 kg/cm2
Faktor air semen (fas maks ) = 0.710
Modulus kehalusan pasir = 3.730 %
Ukuran maksimun agregat = 20 mm
Berat jenis spesifik SSD pasir = 2.560
Berat jenis spesifik SSD kerikil = 2.030
Kadar air pasir (Wp ) = 1.84%
Absorpsi pasir (Rp ) = 1.38%
Kadar air kerikil (Wk ) = 0.80%
Absorpsi kerikil (Rk ) = 1.98%
Prosentase gabungan terbaik
a. pasir = 40.00%
b. kerikil = 60.00%
Volume silinder 15 x 30 = 0.005301 m3
= 0.0063617
a. Menentukan deviasi standar
2
Berdasarkan nilai kuat tekan yang disyaratkan yaitu 175 kg/cm (selinder), maka :
56 2 5.6 Mpa
Deviasi standar (Sr) = kg/cm =
S = yang disarankan himswort h

b. Menghitung nilai tambah (margin)


M = 1.64 x Sr
= 1.64 x 5.6 = 9.184 Mpa = 91.84 kg/cm2
= 1.64 x 5.6 = 9.184 Mpa = 91.84 kg/cm2
c. Menghitung kuat tekan rata-rata
f'c = f'c + M
f'cr = 225.00 + 91.8 = 316.84 kg/cm2

d. Penetapan Faktor air semen


Besar faktor air semen (fas) diambil dari harga terkecil fas yang diperoleh dari :
- berdasarkan kuat tekan rata-rata (f'cr) = 0.71 berdasarkan grafik korelasi fas dan f'cr
- fas max ditentukan = 0.75
- fas terkecil yang diambil = 0.71

e. Penetapan kadar air bebas


Berdasarkan nilai slump 5 cm dan f maksimum agregat 20 mm, maka diperoleh :
Kadar air bebas alami (Wf) = 180 kg/m3 beton
SNI 03-2834-1993, Hal 8,Tabel 3
Kadar air bebas bt. Pecah (Wc) = 210 kg/m3 beton
Kadar air bebas = ( 2/3 x Wf ) + ( 1/3 x Wc )
= ( 2/3 x 180 ) + ( 1/3 x 210 )
= 190.0 kg/cm3 beton

f. Penetapan kadar semen


kadar air bebas (Wf) 190
Kadar semen = =
faktor air semen (fas) 0.71
= 267.61 kg/m3 beton

g. Berat jenis gabungan agregat


Bj. Gabungan = a x bj.Spesifik SSD pasir + b x Bj. Spesifik SSD kerikil
= 0.40 x 2.56 + 0.60 x 2.03
= 2.24
h. Berat volume beton segar
Berdasarkan nilai bj. Gabungan 2.24 dan kadar air bebas 190.0 kg/m3 , maka diperoleh :
Berat volume beton segar = 2199 kg/m3 SNI 03-2834-1993, Hal 22, grafik 16

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 52


Budiman, S.T., M.T.
Sumber : analisa data, Budiman (2019)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 53


Budiman, S.T., M.T.
Selanjutnya perhitungan mix disain yang direncanakan dibuat seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Contoh Rancangan Campuran Beton

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 54


Budiman, S.T., M.T.
5.9 Soal Latihan
1. Hitunglah mix disain campuran beton, dengan ketentuan data sebagai berikut
:
Tabel 1. Data Karakteriktik Agregat Kasar
HASIL
KARAKTERISTIK
NO. INTERVAL PENGAMATAN RATA- KETERANGAN
AGREGAT
RATA
1 Kadar lumpur Maks 5% 0.69% Memenuhi

2 Kadar air 0,5% - 5% 1.48% Memenuhi

3 Berat Volume 1,6 - 1,9 kg/liter 1.60 Memenuhi

4 Absorpsi 0,2% - 2% 0.76% Memenuhi

5 Berat jenis spesifik

a. Berat Jenis Dasar Kering 1,6 - 3,3 1.98 Memenuhi

b. Berat Jenis Permukaan 1,6 - 3,3 2.02 Memenuhi

6 Modulus kekasaran 5,50 - 8,50 5.53 Memenuhi

Tabel 2. Data Karakteriktik Agregat Halus


HASIL
KARAKTERISTIK
NO. INTERVAL PENGAMATAN RATA- KETERANGAN
AGREGAT
RATA
1 Kadar Organik <3 1 Memenuhi

2 Kadar lumpur Maks 5% 4.15% Memenuhi

3 Kadar air 0,5% - 5% 3.25% Memenuhi

4 Berat Volume 1,4 - 1,9 kg/liter 1.88 Memenuhi

5 Absorpsi 0,2% - 2% 0.73% Memenuhi

6 Berat jenis spesifik

a. Berat Jenis Semu 1,6 - 3,3 2.90 Memenuhi

b. Berat Jenis Kering 1,6 - 3,3 2.84 Memenuhi

c. Berat Jenis Permukaan 1,6 - 3,3 2.86 Memenuhi

7 Modulus kehalusan 1,50 - 3,80 2.90 Memenuhi

2. Menurut pendapat anda, mengapa material penyusun utama beton


ketersediaanya semakin berkurang ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 55


Budiman, S.T., M.T.
BAB VI

BETON SERAT

6.1. Definisi Beton Serat


Beton merupakan beton yang cara pembuatannya ditambah serat. Tujuan
penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, sehingga
beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya
terjadi pada beton dengan permukaannya yang luas. Jenis serat yang dapat digunakan
dalam beton serat dapat berupa serat alam atau serat buatan.
Beton serat didefinisikan sebagai beton yang terbuat dari campuran semen,
agregat halus, agregat kasar dan sejumlah kecil serat/fibre (ACI Cocommitte 544,
1982). Bahan-bahan serat yang dapat digunakan untuk perbaikan sifat beton pada
beton serat antara lain serat buatan seperti baja, plastik, kaca, karbon dan serat alami
seperti ijuk, jerami maupun serat tumbuhan lainnya (ACI, 1982)
Serat Buatan, umumnya terbuat dari senyawa-senyawa polimer yang
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh cuaca (polypropilene,
polyetilen, dll) Untuk mendapatkan hasil terbaik dianjurkan menggunakan rasio 50 –
100 dimana jika diambil diameter serat 1mm, panjangnya berkisar 50 – 100 mm.
6.2. Sifat Beton Serat
1. Sifat fisis beton serat
Beton dengan serat membuatnya menjadi lebih kaku sehingga memperkecil
nilai slump serta membuat waktu ikat awal (initial setting) lebih cepat.
2. Sifat Mekanis beton serat
Penambahan serat sampai batas optimum umumnya meningkatkan kuat
tarik dan kuat lentur, tetapi menurunkan kekuatan tekan. Jenis serat tertentu
meningkatkan kinerja beton seperti serat baja dan serat tembaga.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 56


Budiman, S.T., M.T.
6.3. Kelebihan dan Kelemahan Beton Serat
1. Kelebihan beton serat
Dengan adanya penambahan serat pada beton, akan meningkatkan
kekuatan tarik dan mengurangi sifat getas serta meningkatkan ketahanan
retak awal pada
2. Kelemahan beton serat
a) Penambahan serat pada beton, membuat beton sulit untuk dipadatkan,
b) Penambahan serat pada beton akan mengakibatkan waktu ikat awal
pada beton menjadi lebih cepat,
c) Penambahan serat pada beton umunya akan menurunkan mutu beton,
tetapi penambahan batas optimum umumnya akan mrenguatkan kuat
tarik dan lentur pada beton.
6.4. Penggunaan Beton Serat
Beton serat digunakan pada konstruksi yang harus mempunyai permukaan luas
dimana temperatur, oksidasi dan penguapan mempunyai pengaruh besar terhadap
besarnya susut muai, seperti landasan pacu di bandar udara, plat atap, jalan, dan lain-
lain.
6.5. Beberapa Contoh Penelitian Beton Serat
Beberapa penelitian tentang beton serat dengan menggunakan serat alami
maupun serat buatan antara lain :
1) Budiman, 2019 memanfaatkan serat ijuk dan LCP dengan judul
Penggunaan serat ijuk dan LCP Sebagai bahan tambah alami pada beton.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serat ijuk (SI) dan
cangkang pala (CP) pada campuran beton mempengaruhi nilai kuat tekan
karakteristik beton (fck’). Nilai kuat tekan karakteristik (fck’) pada beton
normal diperoleh 66,95 kg/cm2 , fck’ sampel beton SI 0,25% sebesar 70,32
kg/cm2 , SI 0,50% sebesar 66,80 kg/cm2 menurun jika dibandingkan dengan
beton normal sedangkan nilai fck’ sampel beton CP 0,25% sebesar 80,03
kg/cm2 , CP 0,50% sebesar 86,13 kg/cm2 mengalami peningkatan. Nilai

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 57


Budiman, S.T., M.T.
kuat tekan beton cangkang pala (CP) 0,25% dan CP 0,50% meningkat
sebesar 16,34% dan 22,26% pada umur 28 hari.
2) Budiman, 2018 memanfaatkan serat limbah cangkang pala (LCP) sebagai
bahan tambah alami pada campuran beton dengan judul The effect of LCP
addition to the compressive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
penambahan limbah cangkang pala (LCP) pada campuran beton
mempengaruhi nilai kuat tekan karakteristik beton (fck’). Dimana nilai kuat
tekan karakteristik beton meningkat pada penambahan LCP 0,25% dan
LCP 0,50%, menurun setelah penambahan LCP 0,75%. Nilai kuat tekan
karakteristik beton (fck’) pada penambahan LCP 0,25% dan LCP 0,50%
sebesar 80,03 Kg/cm2 dan 86,13 Kg/cm2 terjadi peningkatan sebesar
16,34% dan 22,26%. Peningkatan nilai kuat tekan beton yang terjadi cukup
signifikan jika dibanding beton tanpa LCP (beton normal) dengan nilai fck’
sebesar 66,95 Kg/cm2 . Penurunan nilai fck’ terjadi pada proporsi
penambahan LCP 0,75% dengan nilai fck’ sebesar, 64,56 Kg/cm2 pada
umur 28 hari.
3) Budiman dan James WTP, 2018 memanfaatkan serat serabut kelapa (SSK)
sebagai bahan tambah alami dalam campuran beton dengan judul
Penambahan serat yang optimal terhadap kuat tekan beton pada beton
normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan serat
serabut kelapa (SSK) pada campuran beton mempengaruhi nilai kuat tekan
karakteristik beton. Dimana nilai kuat tekan karakteristik beton meningkat
pada penambahan SSK 0,3% dan SSK 0,6%, menurun setelah penambahan
SSK 0,9% dan SSK 1,2%. Nilai f’c karakteristik beton pada penambahan
SSK 0,3% dan SSK 0,6% sebesar 84,12 Kg/cm2 dan 69,84 Kg/cm2 terjadi
peningkatan sebesar 20,41% dan 3,45%. Peningkatan nilai kuat tekan beton
yang terjadi tidak signifikan jika dibanding beton tanpa SSK (beton
normal) dengan nilai f’ck sebesar 66,34 Kg/cm2 . Penurunan nilai f’ck
terjadi pada proporsi penambahan SSK 0,9% dan SSK 1,2% dengan nilai

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 58


Budiman, S.T., M.T.
f’ck diperoleh masing-masing sebesar, 63,5 Kg/cm2 dan 44,47 Kg/cm2 pada
umur 28 hari.
4) Suryo Sumarno, 2017 memanfaatkan serat ampas tebu dan paku sebagai
bahan tambah pada campuran beton dengan judul pengaruh penambahan
serat ampas tebu dan paku terhadap kuat tekan beton normal (uji
laboratorium). Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan penambahan
serat ampas tebu dan paku memiliki nilai kuat tekan yang berbeda
terhadap beton normal. Beton normal memiliki kuat tekan 23,39 MPa.
Penambahan variasi serat ampas tebu 0,3%;0,8%;dan 1,3% memiliki kuat
tekan berturut- turut 23,61 MPa, 18,54 MPa, dan 20,08 MPa. Nilai kuat
tekan yang terjadi pada beton dengan penambahan 0,3%;0,8%; dan 1,3%
paku memiliki kuat tekan yang lebih rendah dari beton normal yakni
berturut-turut 19,862 MPa, 22,069 MPa, dan 20,525 MPa.
5) Sahrudin dan Nadia, 2016 memanfaatkan serat serabut kelapa sebagai
bahan tambah alami pada campuran beton dengan judul pengaruh
penambahan serat sabut kelapa terhadap kuat tekan beton. Hasil pengujian
menunjukan penambahan serat sabut kelapa sebesar 0.125% menghasilkan
kuat tekan 244.84 kg/cm2 dan 0.50 % sebesar 272.14 kg/cm2 . Terdapat
peningkatan kuat tekan sebesar 16.56% dan 29.55% dari beton normal.

6.6. Soal Latihan


1. Jelaskan kelebihan beton serat dibandingkan dengan beton lainnya ?
2. Jelaskan perbedaan beton normal dan beton serat ?
3. Jelaskan perbedaan beton ringan dan beton serat ?
4. Jelaskan aplikasi beton serat pada konstruksi di Indonesia, berikan contoh ?
5. Menurut pendapat anda, bagaimana potensi penggunaan beton serat alami
dan buatan di Indonesia ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 59


Budiman, S.T., M.T.
BAB VII

BETON MUTU TINGGI

Beton merupakan bahan bangunan yang sampai saat ini merupakan sangat
populer karena beberapa sifat yang unggul dibandingkan bahan lain. Diantaranya
adalah mudah dalam mendapatkan bahan bakunya, tahan api dalam tingkat suhu
tertentu, mudah mengikuti bentuk arsitektur yang diinginkan. Meskipun teknologi
beton telah terbukti kemampuannya, namun karena tuntutan konstruksi terhadap
kekuatan dan keawetan, teknologi ini dapat ditingkatkan efektifitas kinerjanya dengan
memperbaiki mutu beton yang dikenal dengan sobutan
7.1. Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi banyak yang mendifinisikan tentang kategori beton mutu tinggi
disesuaikan dengan kuat tekannya, seperti misalnya :
a. CSA mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c
lebih besar dari 70 MPa.
b. ACI mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c
lebih besar dari 60 MPa.
c. Sedangkan Firlandia telah kategori beton sebagai berikut :
- Normal Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan
tekan nominal berkisar antara 20 MPa - 60 MPa.
- High Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan
nominal sampai dengan 100 MPa.
Karena beton ini memiliki kekuatan yang tinggi maka sering disebut dengan
High Strength Concrete (HSC), selain memiliki kekuatan yang tinggi, beton ini juga
memiliki keawetan yang tinggi schingga disebut juga High Performance Concrete
(HPC).
Perbedaan yang jelas antara beton mutu tinggi dengan beton normal adalah
faktor air semen (f.a.s) yang digunakan. Pada beton mutu tinggi faktor air semen yang
digunakan rendah sehingga proses pengeringannya lebih cepat.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 60


Budiman, S.T., M.T.
Teknologi beton mutu tinggi telah banyak digunakan dalam konstruksi
konstruksi, baik dalam konstruksi gedung, jembatan maupun untuk konstruksi beton
pratekan. Ada beberapa alasan mengapa beton mutu tinggi ini digunakan, diantaranya
adalah
1. Pada bangunan tinggi (struktur kolom, balok, pelat, core atau shearwall)
- Kekuatan yang dicapai dapat lebih tinggi dibandingkan baton biasa.
Pengerjaan yang lebih mudah.
- Kekakuan frame yang lebih tinggi
- Lebih ekonomis karena dapat dikerjakan lebih ccpat dan mudah
- Mempunyai daktilitas sendi-sendi balok pada frame yang lebih tinggi. Bila
digunakan pada struktur pelat akan lebih tipis.
2. Industri Komponen Pracetak-Pratekan (komponen balok, kolom, pipa tiang
listrik, sheet pile, tiang pancang, pelat atap atau pelat lantai):
- Mempunyai berat yang ringan, sehingga memudahkan untuk
pcngangkatan.
- Beban retaknya lebih tinggi.
- Penggunaan untuk komponen pelat tidak memerlukan perancah.
- Mempunyai ketahanan geser pons yang lebih tinggi. Lebih tahan terhadap
lingkungan agresif
- Dapat dipratekan dengann dipratekan yang lebih tinggi
3. Untuk jembatan
- Dapat meningkatkan bentang jembatan
- Mempunyai creep dan susut yang kecil
- Beban ringan sehingga dapat mengurangi beban struktur pondasi.

7.2 Sifat-Sifat Beton Mutu Tinggi


Selain berbagai keuntungan yang dimiliki oleh beton mutu tinggi tcrdapat juga
permasalahan yang ditimbulkan dengan pcmakaian beton mutu tinggi ini. Pada beton

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 61


Budiman, S.T., M.T.
mutu tinggi pola keruntuhan yang dihasilkan bersifat getas (keruntuhan getas akan
segera terjadi retak lentur merambat sampai titik tangkap beban terpusat).

Melihat dan sifat getas yang dimiliki oleh beton mutu tinggi maka perlu
diketahui tentang sifat-sifat beton mutu tinggi baik sifat fisik maupun mekaniknya.
Selain itu telah dilakukan penelitian tentang perilaku balok boton mutu tinggi

7.2.1 Sifat Fisik Beton Mutu Tinggi


Beberapa perbandingan sifat fisik beton mutu tinggi dengan beton normal
seperti pada Tabel 9.

Tabel 9. Sifat fisik beton mutu tinggi


No Sifat fisik yang ditinjau Beton mutu tinggi vs Catatan
beton normal

1 Peningkatan kekuatan Pada awal lebih tinggi, Sifat ini


terhadap umur selanjutnya hampir sama) menguntungkan
dalam
pelaksanaan

2 Perkembangan panas Lebih besar karena Hati-hati pada


akibat hidrasi partikel halus lebih susut awal
banyak

3 Sifat termodinamika (kalor Hampir sama


spesifikasi, penyebaran
panas, pengantar panas).

Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

7.2.2 Sifat Mekanik Beton Mutu Tinggi


Tegangan - regangan beton mutu tinggi
Hubungan antara tegangan dan regangan beton sangat berpengaruh untuk
menetapkan perumusan dalam perhitungan kapasitas penampang dari sebuah elemen
struktur beton seperti pada Gambar 1.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 62


Budiman, S.T., M.T.
Gambar 9. Diagram tegangan-regangan berbagai mutu beton

Dari diagram tegangan dan regangan berbagai mutu beton terlihat bahwa
apabila kadar spesinya sangat dominan maka harya modulus elastisitasnya dapat
menurun cukup berarti dan semakin tinggi mutu beton semakin rendah regangan yang
terjadi sehingga hal ini menyebabkan perilaku keruntuhan lebih getas dibandingkan
dengan beton normal.

 Durabilitas
 Kepadatan
 HPC dibentuk selain dengan adanya kualilas agregat yang tinggi, juga dengan
adanya bahan tambahan yang menjadikan pasta semennya mempunyai
kekuatan dan kekompakan yang lebih tinggi. Bahan tambahan tersebut dapat
berupa bahan mineral seperti abu terbang (fly ash), abu sekam (rice ash),
silica fume, blast furnace slag dan lain sebagainya, sedang bahan kimia
biasanya berupa plasticiser atau super plasticiser dan bahan tambahan lain

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 63


Budiman, S.T., M.T.
berupa steel fibre, Bahan tambahana mineral ini (Mineral Admixture) akan
bereaksi dengan kapur scbagai proses hidrasi Portland semen dan membentuk
perekat baru yang mengisi pori-pori yang ada sebclumnya, sehingga akan
memperkecil nilai porositas, permeabilitas dan koefesien difusitasnya.
 Ketahanan terhadap lingkungan agrcsif
Proses pelapukan umumnya sulit untuk dihindari, yang biasa dilakukan adalah
memperlambat proses pelapukan dengan cara membuat beton menjadi lebih
kompak dan padat. Dengan pori pori yang berdiameter lebih kecil senyawa
yang terbentuk akibat reaksi dengan lingkungan agresif akan mengendap
(tidak karat) dan menutup pori-pori sehingga menurunkan difusitas beton
sehingga dapat memperlambat korosi. Mineral admixture yang paling baik
untuk meningkatkan ketahanan MFC adalah Silica Fume (SF).
 Ketahanan terhadap kebakaran
Ketahanan terhadap kebakaran pada HPC dan pada beton normal tidak jauh
berbeda. Hanya terdapat perbedaan mekanisme yang terjadi. Pada HPC uap
air yang ada didalam tidak mudah keluar karena pori-pori HPC yang lebih
kecil, hal ini dapat menyebabkan tckanan dari dalam beton itu sendiri.
Tekanan uap itu sendiri tidak hanya rnenurunkan kuat tekanan tetapi juga
dapat menyebabkan penutup beton mengelupas.

7.3 Persyaratan Mix Disain Beton Mutu Tinggi


Perencanaan campuran Beton menurut metoda ACI dikenal atas dua macam
yaitu metoda ACI 211.1 -91 dan ACI 211.4R-93
a. Metoda ACI 211.1-91 didasarkan atas “Standard Practice for Selecting
Proportions for Normal, Heavyweight, and Mass Concrete". Metoda ini
digunakan bagi beton dengan kekuatan normal (f’c<40 MPa) tanpa
menggunakan bahan tambahan termasuk superplasticizer.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 64


Budiman, S.T., M.T.
b. Metode ACI 211.4R-93 didasarkan atas "Guide for Selecting Proportions for
High Strength Concrete". Metoda ini digunakan untuk merancang campuran
beton dengan kuat tekan rencana rata-rata 48 MPa sampai 83 MPa.
Dalam perencanaan campuran beton mutu tinggi perlu diperhatikan beberapa
syarat menurut ACI 211.4R-93 yaitu sebagai berikut :
1. Pemilihan nilai slump
Nilai slump yang dianjurkan oleh ACI 211.JR-93 adalah seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Slump untuk Beton dengan dan Tanpa HRWR
Beton dengan HRWR
Slump sebelum penambahan HRWR 1 inch - 2 inch
Baton tanpa HRWR
Slump 2 inchi - 4 inch

2. Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar


Untuk beton mutu tinggi, ACI 211.4R-93 merekomendasikan penggunaan ukuran
maksimum agregat kasar pada Tabel 11.
Tabel 11. Ukuran maksimum agregat kasar.
Kuat tekan beton (MPa) Ukuran maksimum agregat kasar (inch)
< 62 ¾-1
> 62 3/8 – 1/2

Saat menggunakan HRWR kekuatan beton 9000 Psi sampai 12000 Psi dapat
dicapai dengan menggunakan ukuran agregat kasar > 1 inci.

3. Perkiraan volume agregat kasar


Perkiraan volume agregat kasar kondisi kering persatuan volume beton
ditentukan berdasarkan ukuran maksimum agregat kasar seperti icrlihat pada
Tabel 12.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 65


Budiman, S.T., M.T.
Tabel 12. Perkiraan volume agregat kasar per satuan volume beton untuk
agregat halus dengan modulus kehalusan 2,5 - 3,2.

Ukuran maksimum agregat Volume agregat kasar


kasar (inch) kondisi kering padat
3/8 0,66
½ 0,68
¼ 0,72
1 0,75
Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

Berat agregat kasar kondisi kering padat adalah volume menurut tabel diatas kalikan
dengan be rat isi kering padat agregat.

4. Perkiraan jumlah air dan udara terperangkap


Jumlah kebutuhan air per satuan volume beton tergantung dari nilai slump dan
ukuran maksimum agregat kasar. Perkiraan jumlah kebutuhan air dibcrikan dalam
Tabel 13.
Tabel 13. Perkiraan jumlah air dengan kadar udara pasir 35%.

Slump Air pencampur (lb/yd3)


(inch) Ukuran maksimum agregat kasar (inch)
3/8 1/2 3/4 1
310
1-2 295 285 280
320
2-3 310 295 290
330
3-4 320 305 300
3
Udara (%) 2,5 2 1,5
2,5
Udara* (%) 2 1,5 1
Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

Dengan jumlah air menurut tabel dan kadar udara pasir 35%, maka void agregat halus
adalah :

V=[ ] (28)

Tambahan air = ( V - 35 ) 4,75 kg/m3

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 66


Budiman, S.T., M.T.
5. Pemilihan rasio air/bahan semen (w/c+p)
Rasio air/bahan semen ditentukan berdasarkan kua tekan beton rcncana rata-rata dan
ukuran maksimum agregat kasar seperti Tabel 14 dan 15.

Tabel 14 Rasio (w/c+p) untuk beton tanpa HRWR


Rasio (w/c + p)
Kuat tekan rata-rata
Ukuran maksimum agregat kasar (inch)
f cr (Psi)
3/8 ½ 3/4 1
28 hari 0,24 0,41 0,40 0,39
7000 56 hari 0,46 0,45 0,44 0,43
28 hari 0,35 0,34 0,33 0,33
8000 56 hari 0,38 0,37 0,36 0,35
28 hari 0,30 0,29 0,29 0,28
9000 56 hari 0,33 0,32 0,31 0,30
28 hari 0,26 0,26 0,25 0,25
10000 56 hari 0,29 0,28 0,27 0,26
Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

Tabel 15. Rasio (w/c+p) untuk beton dengan HRWR


Rasio (w/c + p)
Kuat tekan rata-rata
Ukuran maksimum agregat kasar (inch)
f cr (Psi)
3/8 ½ 3/4 1
28 hari 0,50 0,48 0,45 0,43
7000 56 hari 0,55 0,52 0,48 0,46
28 hari 0,44 0,42 0,40 0,38
8000 56 hari 0,48 0,45 0,42 0,40
28 hari 0,38 0,36 0,35 0,34
9000 56 hari 0,42 0,39 0,37 0,36
28 hari 0,33 0,32 0,31 0,30
10000 56 hari 0,37 0,3 0,33 0,32
28 hari 0,30 0,27 0,27 0,27
11000 56 hari 0,33 0,29 0,29 0,29
28 hari 0,27 0,20 0,20 0,25
12000 56 hari 0,30 0,27 0,27 0,26
Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

6. Kebutuhan semen
Jumlah kebutuhan semen adalah jumlah kebutuhan air dibagi dengan rasio (w/c+p)
menurut Tabel 15.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 67


Budiman, S.T., M.T.
7. Menghitung berat agregat halus kering
Volume agregat halus kering adalah : Vah = 1 - (Va + Vs + Vu + Vak) (29)
Dimana :
Va : Volume air
Vs : Volume semen
Vu : Volume udara
Vak : Volume agregat kasar Berat agregat halus kering adalah volume agregat
halus dikalikan dengan berat isi kering agregat halus.
8. Koreksi jumlah air dan agregat berdasarkan kondisi lapangan.
Koreksi air ini perlu dilakukan karena jumlah agregat yang diperoleh sampai
dengan langkah
 Akibat absorbsi agregat kasar
X = (ak - wak). Wak (kering) Dimana : X : Tambahan air agregat kasar ak :
Absorbsi agregat kasar Wak : Kadar air agregat kasar Wak (kering) : Berat
agregat kasar kering
 Akibat absorbsi agregat halus
Y = (ah - wah). Wah (kering) Dimana : Y : Tambahan air agregat kasar ah :
Absorbsi agregat kasar Wah : Kadar air agregat kasar Wah (kering) : Berat
agregat kasar kering Jumlah air actual : air pada langkah 4 + X + Y Jumlah
agregat aktual juga berubah menurut :
 Agregar kasar
Wak (lap) = (1 + wak) . Wak (kering)
 Agregat halus
Wah (aktual) - (1 + wah) . Wah (kering)

Selain persyaratan yang disebutkan diatas masih ada persyaratan performance


dari beton mutu tinggi yaitu :

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 68


Budiman, S.T., M.T.
1. Tes umur
Penentuan perbandingan campuran dapat dipengaruhi dapat dipengaruhi oleh
ics umur. Beton mutu tinggi bias diperoleh setelah umur 28 hari. Untuk mendapatkan
keuntungan karakteristik, banyak spesifikasi untuk kuat tekan dimodifikasi dari
kriteria umur 28 hari ke umur 56 hari, 91 hari, atau lebih. Perbandingan komponen
semen biasanya sudah diperkirakan untuk mendapatkan kekuatan yang diinginkan
pada umur yang ditentukan.

2. Kekuatan yang diinginkan


ACI 318 mengijinkan campuran beton dibuat dilapangan atau dilaboratorium.
Untuk menemukan spesifikasi kekuatan yang diinginkan, beton harus dibuat
sedemikian rupa sehingga hasil kekuatan tekan rata-rata pengesetan lapangan
melampaui kakuatan tekan desain (fc) dengan jumlah yang cukup tinggi untuk
mendapatkan probabilitas untuk pengesetan dengan jumlah kecil. Untuk mendapatkan
kekuatan tekan rata-rata yang dikehendaki dapat menggunakan persamaan :

f’cr = f’c + 1.34s f’ cr = 0.90 f’c + 2.33s (30)

3. Persyarataan - persyaratan Lainnya


Pertimbangan yang lain dari kekuatan tekan dapat mempengaruhi pemilihan
material dan perbandingan campuran. Persyaratan-persyaratan lain itu adalah
modulus elastisitas, kuat lentur dan kuat tarik, panas hidrasi, durabililas,
permaibilitas, workabililas.

7.4 Jenis Mix Disain Beton Mutu Tinggi


Dalam perencanaan beton mutu tinggi jenis mix disain (jenis campuran) yang
mengisi bagian dalamnya, yaitu :
1. Jenis Semen
Salah satu langkah terpenting dalam memproduksi beton mutu tinggi adalah
menyeleksi merk dan tipe semen Portland yang akan digunakan. ASTM C97 sangat

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 69


Budiman, S.T., M.T.
berguna dalam menentukan bahan semen. Variasi komposisi kimia dan sifat fisik
semen dapat mempengaruhi kekuatan beton melebihi dari variasi yang lainnya. Untuk
beberapa set material yang diberikan, ada kadar semen optimum yang lebih,
dimana ada atau tidak peningkatan dalam kekuatan yang dicapai dari penambahan
kadar semen.

2. Bahan Lain Yang Bersifat Semen


Dalam pembuatan beton mutu tinggi selain semen Portland diperhitungkan pula
penggunaan bahan yang bersifat semen, misalnya abu terbang, blast furnace slag
ataupun silica fume. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan semen yang tinggi
sementara (w/c + p) harus rendah.

3. Air Pencampur
Kriteria penggunaan air untuk beton mutu tinggi tidak perlu diperhatikan secara
khusus jika air yang digunakan mutunya cukup baik untuk diminum. Jika tidak, maka
mutu air harus diuji sesuai ASTM C94.

4. Agregat Kasar
Dalam merancang proporsi campuran beton, agregat kasar perlu diperhatikan
secara khusus karena agregat kasar sangat mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat
beton. Agregat kasar mempengaruhi kekuatan dan sifat struktur beton. Untuk hal ini
agregat kasar harus dipilih yang cukup keras, tidak retak dan tidak mudah pecah,
bersih, bebas dari lapisan pada permukaannya. Sifat dari agregat kasar juga
mempengaruhi karakteristik lekatan agregat mortar dan pencampuran air yang
diperlukan. Untuk setiap tingkatan kekuatan bcton, ada ukuran optimum kasar
sehingga menghasilkan kekuatan terbesar setiap pound semen.

5. Agregat halus
Gradasi dan bentuk butiran agregat halus adaiah faktor yang terpenting dalam
produksi beton mutu tinggi. Sepertti halnya agregat kasar, bentuk butiran dan tekstur

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 70


Budiman, S.T., M.T.
permukaan agregat halus dapat sangat mempengaruhi kebutuhan air dan kuat tekan
beton.

6. Bahan Tambahan Kimiawi (Admixture Kimia)


Pada pembuatan beton, kekuatan yang lebih tinggi biasanya dicapai dengan
rasio (w/c+p) yang lebih rendah. Penggunaan bahan tambahan kimiawi dapat
meningkatkan dan mengcndalikan laju pengerasan dan kehilangan slump, sehingga
dihasilkan campuran beton yang lebih lecak, perkembangan kekuatan beton yang
lebih cepat, serta keawetan jangka panjang yang lebih baik. Menurut ASTM C494,
tipe-tipe bahan tambahan kimiawi yang dapat digunakan dalam campuran beton
adalah :

• Tipe A : Water reducting admixture


• Tipe B : Retarding admixture
• Tipe C : Accelerating admixture
• Tipe D : Water reducting and retarding admixture
• Tipe E : Water reducting and accelerating admixture
• Tipe F : Water reducting high range admixture
• Tipe G : Water reducting high range and retarding admixture

7.5 Contoh dan Perhitungan Mix Disain Sesuai Dengan Jenis campuran
Sebuah contoh disajikan disini untuk menggarnbarkan prosedur perbandingan
beton mutu tinggi. Pada contoh ini semen yang digunakan adalah tipe I.
Beton mutu tinggi yang diinginkan untuk kolom pada tiga lantai pertama dun
bangunan tingkat tinggi. Persyaratan kekuatan tckan adalah 9000 Psi atau 62 MPa
pada umur 28 hari. Akibat jarak tulangan yang dekat dalam kolom. Ukuran
maksimum nominal agregat yang dapat digunakan adalah 1/4 inch. Pasir alami dalam
bata 5 ASTM C33 akan digunakan, yang mempunyai sifat seperti : modulus
kehalusan (FM) = 2,90 ; bulk specific gravity pada berat kering (BSG dry) 2,59 ;

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 71


Budiman, S.T., M.T.
resapan pada berat kering (Abs) = 1,1% ; dry roppcd unit weight (DKUW) 103 lb/ft3 .
Juga digunakan HRWR dan sejumlah retander admixture.

1. Menentukan slump dan kekuatan yang diinginkan


Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 1 sampai
inch sebelum penambahan HRWR. Kekuatan rata-rata yang digunakan untuk
menentukan perbandingan bcton adalah: f’cr = 11.556 Psi,... yaitu ... 11.600
Psi 90 ,0) 1400c 'f (90 ,0) 14009000
2. Menentukan ukuran maksimum agregat
Batu pecah (crushed limestone) yang mempunyai ukuran maksimum nominal
½ inch yang digunakan. Sifat-sifal material ini adalah: bulk specific gravity
pada berat kering (BSG dry) 2,76; resapan pada berat kering (Abs) 0,7%, dry
ropped unit weight (DRUW) =101 lb/ft3 .

3. Menentukan kadar agregat kasar optimum


Kadar agregat kasar optimum yaitu 0,68 per unit volume beton. Berat kering
agregat per yd3 beton (Wdry) adalah ;
Wdry = (0,68) x (101) x (27) = 1854 lb, menggunakan persamaan :
Wdry = (% x DRUW x 27)
4. Estimasi air campuran dan kadar udara
Berdasarkan pada slump 1 sampai 2 inch dan ukuran maksimum agregat
kasar ½ inch, estimasi pertama dari air campuran yang diperlukan dipilih,
yaitu 295 lb/yd3 dan entrapped air content, maka campuran yang
menggunakan HRWR adalah 2,0%. Dengan menggunakan persamaan :

V= [ ] x 100%

V= [ ] x 100% = 36%

Pengaturan air campuran, dihitung dengan menggunakan persamaan:


Pengaturan air = (V - 35 ) 8 lb/yd3 = (36-35)8 lb/yd3 = + 8 lb/yd3 beton

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 72


Budiman, S.T., M.T.
Akan tetapi total air campuran yang diperlukan per Ib/yd beton adalah 295 +
8 atau 303 lb. Air campuran yang diperlukan itu termasuk retarding
admixture, tetapi tidak termasuk air dalam HRWR.
5. Menentukan Rasio air/bahan semen (W/C +P)
Untuk beton yang dibuat dengan menggunakan HRWR deugan ukuran
maksimum agregat l/2 inci, dan mempunyai kekuatan tekan rata-rata
beradasarkan trial mix laboratorium sebesar 11600 Psi pada urnur 28 hari.
(W/C+P) yang diperlukan dipilih dari tabel 2.6. yang kemudian ditambah
sehingga menjadi 0,31. (0,9) x fcr (0,9) x 11,600 = 10440 Psi
6. Mengitung kadar bahan semen
Berat bahan semen per lb/yd3 beton adalah

[ ] = 977 Ib

7. Perbandingan dasar campuran hanya dengan semen


a. Kadar semen per yd3 = 977 lb
b. Volume material per lb/yd3 kecuali pasir, sebagai berikut:
 Semen = (977) / (3,15 x 62,4) = 4.97 ft3
 Agregat kasar = (1854) / (2,76 x 62,4) = 10,77 ft3
 Air = (303)7(62,4) = 4,86 ft3
 Udara = (0,02) x (27) = 0,54 ft3
 Volume total = 21,14 ft3
Oleh karena itu, volume pasir yang diperlukan per lb/yd3 beton adalah : (27
-21,14) = 5,86 ft3
Perubahan ini untuk berat pasir kering per yd3 beton, berat pasir yang
diperlukan adalah : (5,86) x (62,4) x (2,59) = 947 lb.

Semen 977 lb
Pasir, kering 947 lb

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 73


Budiman, S.T., M.T.
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 3 ons / cwt* retanding admixture 303 lb
* = seratus dari berat semen
8. Perbandingan campuran gabungan semen dan fly ash
a. Pada ASTM fly ash kelas C yang digunakan mempunyai bulk specific
gravity 2,64. Batasan yang dianjurkan untuk pengganti diberikan dalam
label :
Fly ash Penggantian yang dianjurkan (berat dalam persen)

Kelas F 15 sampai 25
Kelas C 20 sampai 30

b. Empat gabungan campuran dibandingkan mempunyai perseratus


pengganti fly ash sebagai berikut :
Gabungan campuran # 1 20%
Gabungan campuran # 2 25%
Gabungan campuran # 3 30%
Gabungan campuran # 4 35%

c. Untuk gabungan campuran #1, berat fly ash per yd 3 beton adulah (0,2) x
(977) = 195 lb, oleh karena itu semennya = (977) - (195) = 782 lb.
d. Untuk campuran #1, volume semen per yd 3 beton adalah (782) (3,14 x
62,4) = 3,98 ft3 dan fly ash per yd3 adalah (195) (2,64 x 62,4 ) = 1,18 ft3.
Volume semen, fly ash dan total bahan semen pada campuran pertama
adalah 5,16 ft. Untuk semua gabungan campuran, volume agregat kasar,
air dan udara per yd3 beton adalah sama dengan dasar campuran yang
tidak mengandung bahun semen. Bagaimanapun juga, volume bahan
semen setiap campuran bervariasi. Berat pasir yang diperlukan per yd 3
beton untuk gabungan campuran #1 sebagai berikut :

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 74


Budiman, S.T., M.T.
Volume (per kubik
Komponen
yard beton)
Bahan Semen 5,16
Agregat Kasar 10,77
Air (termasuk 2,5 ons/cwt retarding admixture) 4,86
Volume pasir yang diperlukan adalah (27 - 21,33) + 5,6 ft3 . Perubahan pada
berat pasir kering per yd3 beton, berat yang diperlukan adalah (5,67) x (62,4)
x (2,59) = 916, 1b. Perbandingan campuran beton untuk masing-masing
campuran adalah
Campuran gabungan #1

Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
Campuran gabungan #2

Semen 733 lb
Fly ash 244 lb
Pasir, kering 908 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 75


Budiman, S.T., M.T.
Campuran gabungan #3
Semen 684 lb
Fly ash 293 lb
Pasir, kering 900 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
Campuran gabungan #4
Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 2

9. Trial Campuran
Trial mixtures (trial campuran) dilakukan untuk campuran dasar dan masing-
masing dari keempat campuran gabungan tersebut. Pasir ditentukan yang
mempunyai total kelembaban 6,4% dan agregat kasar mempunyai total
kelembaban 0,5%, pada kondisi kering. Koreksi untuk menentukan bcrat
batching untuk campuran dasar dilakukan sebagai berikut: pasir, basah (947)
x (1+ 0,064) = 1008 lb; agregat kasar, basah (1854) x (1 + 0,005) = 1863 lb;
dan air, koreksi = (303)- (947) (0,064 - 0,01 1) - (1854) -0,007) = 257 lb.
Ukuran trial campuran menjadi 3,0 ft3 . Pengurangan berat batch untuk
menghasilkan 3,0 ft3 adalah sebagai berikut:
Campuran Dasar Camp. # 1 Camp. # 2 Camp. # 3 Camp. #,4
Semen, lb 108,56 86,89 81,44 76 70,56
Fly ash, Ib - 21,67 27,11 3256 38
Pasir, Ib 112 108,33 107,33 1 06,44 105,44
Agregat 207 207 207 207 207
kasar, lb
Air, lb 28,56 28,67 28,67 28,78 28,78

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 76


Budiman, S.T., M.T.
10. Penentuan perbandingan campuran
Trial Mix yang dicapai :
Semen (108,56)7(3,15 x 62.4) = 0,55 ft3
Pasir (105,26)7(2,59 x 62,4) = 0,65 ft3
Agregat kasar (205,97)7(2,76 x 62,4) = 1,20 ft3
Air (34,73)/(62,4) = 0,56 ft3
Udara (3,02) (3,0) = 0,06 ft3
Volume total = 3,02 ft3

Kesimpulan dari Performance Trial Campuran


Campuran Dasar Camp. # 1 Camp. # 2 Camp. # 3 Camp. #4
Semen, lb 1003 782 738 671 621
Fly ash;lb - 195 246 237 331
Pasir, lb 915 916 914 917 922
Agregat kasar, lb 1841 1854 1866 1854 1866
Air, lb 311 303 301 297 296
Slump, inci 1,00 1,25 1,00 1,50 2,00
Retarder, ons/cwt 3,0 2,5 2,5 2,0 2,0
HRWR, ons/cwt 11,0 11,0 10,0 9,5 9,0
Slump, inci 10,0 10,5 9,0 10,3 9,5
Kuat tekan 28 11.750 11.500 11.900 11.600 11.370
hari, psi
Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

11. Menentukan Perbandingan Campuran Optimum


Campuran gabungan #4 merupakan satu-satunya trial mix yang mcmpunyai
kekuatan tekan yang diinginkan kurang dari 11.600 psi pada umur 28 hari.
Semua trial batch yang lainnya dibuat dilapangan. Campuran diatur menurut
slump yang diinginkan baik sebelum maupun sesudah penambahan HRWR
dan kekuatan benda uji tetap berlangsung. Temperatur beton juga dicatat
sebagai berikut :

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 77


Budiman, S.T., M.T.
Kekuatan tekan pada Temperatur,
Campuran
umur 28 hari, psi Farenhaith
Campuran gabungan #1 10.410 94
Campuran gabungan #2 10.570 93
Campuran gabungan #3 10.530 89
Campuran gabungan #4 10.490 84
Sumber : Buku ajar konstruksi Beton 1, I Putu Laintarawan, dkk (2009)

Meskipun semua campuran menghasilkan kekuatan dilapangan yang diinginkan


yaitu 10.400 pada campuran 28 hari, temperatur beton berkurang dan kadar bahan
semen dari campuran #3 dibuat lebih disukai oleh prosedur rcady mix. Karena
kondisi lingkungan atau sifat material yang bervariasi, mcnambah pentingnya
pcngaturan dilapangan.

7.6 Analisa Balok Beton Mutu Tinggi


Analisa mengenai perilaku balok HSC mencakup aspek daktilitas, tulangan
minimum, kekuatan geser dan retak lentur balok LSC di lingkungan agresif
a. Seperti pada beton normal, daktilitas balok NSC sangat tergantung dari
rasio /b.
b. Tulangan tarik minimum pada SNI’93 atau pada ACI-318 dinyatakan
sccara sederhana tergantung hanya pada fy, untuk pemakaian HSC juga
dikaitkan dengan nilai b.
c. Percobaan kekuatan balok beton tanpa dan dengan begel telah diselidiki,
diperoleh kesimpulan :
1. Balok tanpa tulangan dengan rasio a/d = 2,5 - 3,0 seperti pada beton
normal akan gagal secara getas setelah retak lentur merambat
sampai titik tangkap beban terpusat.
2. Balok dengan rasio a/d < 5 untuk beton mutu tinggi memberikan
keruntuhan yang dapat dikategorikan sebagai keruntuhan geser
lentur. Dengan pemasangan begel ternyata kekuatan geser balok
mencapai lebih dari 2x kekuatan yang ditaksir oleh rumus ACI.
Balok menunjukkan perilaku daktail.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 78


Budiman, S.T., M.T.
3. Perilaku hubungan beban dengan lendutan mendekati prediksi
lendutan teoritis untuk kondisi beban dibawah beban runtuh.
d. Pada uji pembebanan lentur didapatkan pola retak yang sama antara balok
dilingkungan normal dengan balok dilingkungan agrcsilf. Yang
membedakan adalah jumlah retak yang terjadi pada balok HSC di
lingkungan agresif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah retak balok
HSC di lingkungan normal.
e. Tulangan longitudinal minimum (balok dalam lentur)
min = CSA fy c 'f 2 ,0
f. Tulangan tranversal
y w c f s x b x f' 0,06 min Av
g. Modulus hancur berkisar 0,6 s/d √
h. Batas rendah tarik belah 0,5

7.5 Soal Latihan


1) Jelaskan perbedaan beton normal dengan beton mutu tinggi ?
2) Jelaskan sifat fisik dan mekanik beton mutu tinggi ?
3) Jelaskan mengapa beton mutu tinggi digunakan pada bangunan konstruksi
?
4) Jelaskan kaitan antara material yang bermutu dengan mutu beton yang
dihasilkan ?
5) Menurut pendapat anda, mengapa material untuk beton mutu tinggi
harganya lebih mahal dan sulit diperoleh ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 79


Budiman, S.T., M.T.
BAB VIII

ASPAL

8.1 Bahan Campuran Beton Aspal


Campuran aspal adalah kombinasi material bitumen dengan agregat yang
merupakan permukaan perkerasan yang biasa dipergunakan akhir-akhir ini.
Material aspal dipergunakan untuk semua jenis jalan raya dan merupakan salah
satu bagian dari lapisan beton aspal jalan raya kelas satu hingga di bawahnya.
Material bitumen adalah hidrokarbon yang dapat larut dalam karbon disulfat.
Material tersebut biasanya dalam keadaan baik pada suhu normal dan apabila
kepanasan akan melunak atau berkurang kepadatannya. Ketika terjadi
pencampuran antara agregat dengan bitumen yang kemudian dalam keadaan
dingin, campuran tersebut akan mengeras dan akan mengikat agregat secara
bersamaan dan membentuk suatu lapis permukaan perkerasan (Harold N.
Atkins, PE. 1997).
Proses desain campuran beraspal adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mendapatkan komposisi campuran beraspal yang paling menguntungkan. Campuran
aspal yang didesain pada kadar aspal yang tepat diharapkan dapat memberikan
kinerja layan yang baik. Berdasarkan analisis parameter dan karakteristik
Marshall didapatkan suatu range (batas) nilai kadar aspal yang memenuhi semua
persyaratan. (Mesiriawati, Yeti. 2007)
Agregat bergradasi rapat adalah agregat yang bergradasi baik mulai dari kasar
hingga halus. Ada perbedaan nilai stabilitas campuran terhadap pemilihan grading,
sedang pengaruh interaksi antar grading dan material terhadap stabilitas tidak
berbeda.(Kusharto, Harry. 2007)
Pada uji durabilitas campuran dengan filler 100% semen portland mempunyai
nilai yang lebih baik dari pada 50% abu batu – 50% semen portland dan 100%
abu batu. Pada indeks stabilitas sisa campuran dengan filler 100% semen portland
mempunyai prosentase 95,1578%, pada 50% abu batu – 50% semen portland 92,02

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 80


Budiman, S.T., M.T.
sedangkan pada 100% abu batu 91,5040%. (Putrowijoyo, Rian. 2006)
Jenis perkerasan lapisan aspal beton ini merupakan campuran merata antara
agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu (Sukirman,S.1992).
Bahan Laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika diperlukan)
dan aspal keras. Berikut bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan :
1. Agregat
Agregat atau biasa disebut batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi
kulit bumi yang keras dan solid. ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai
suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar
ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama dari
lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95 % agregat.
Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana transportasi,
khususnya pada konstruksi perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan
ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Dengan
pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan sangat menentukan
keberhasilan pembangunan jalan.
Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi
atas 2 (dua) fraksi, yaitu :
a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm).
Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang
bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan
material asing lainya serat mempuyai tekstur permukaan yang kasar
dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan
material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis
perkerasan lebih permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara
meningkat dan menurunya daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan
aspal dari batuan.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 81


Budiman, S.T., M.T.
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 16.
Tabel 16. Ketentuan Agregat Kasar.

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium
SNI 3407:2008 Maks.12 %
dan magnesium sulfat
Campuran AC bergradasi kasar Maks. 30%
Abrasi dengan
SNI 2417:2008
mesin Los Angeles Semua jenis campuran aspal Maks. 40%
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
DoT’ s
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) 95/90
Pennsylvania
Test Method,
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) 80/75
PTM No.621
ASTM D479 1
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %
Perbandingan 1: 5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

b. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus
adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Agregat dapat
meningkatkan stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking) antara
butiran. Selain itu agregat halus juga mengisi ruang antara butir, bahan
ini dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran
dari keduanya. Agregat halus pada umumnya harus memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera
pada Tabel 17.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 82


Budiman, S.T., M.T.
Tabel 17. Ketentuan Agregat Halus.

Pengujian Standar Nilai

Min 50% untuk SS, HRS


dan AC bergradasi Halus
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997
Min 70% untuk AC
bergradasi kasar

Maks. 8%
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997

Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%


Angularitas (kedalaman dari
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 Min. 45

Angularitas (kedalaman dari atau


ASTM C1252-93 Min. 40
permukaan 10 cm)

Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

c. Bahan Pengisi
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus
mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075) tidak kurang dari
75% terhadap beratnya (Bina Marga 2010).

8.2 Lapisan Aspal Beton (Laston)


Lapis aspal beton (Laston) merupakan jenis tertinggi dari perkerasan bitumen
bergradasi menerus dan cocok untuk jalan yang banyak dilalui kendaraan berat.
Aspal beton biasanya dicampur dan dihamparkan pada termperatur tinggi dan
membutuhkan bahan pengikat aspal semen. Agregat minimal yang digunakan yang
berkualitas tinggi dan menurut proporsi didalam batasan yang ketat. Spesifikasi
untuk pencampuran, penghamparan kepadatan akhir dan kepadatan akhir
penyelesaian akhir permukaan memerlukan pengawasan yang ketat atas seluruh
tahap konstruksi.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 83


Budiman, S.T., M.T.
1. Teori Lapisan Aspal Beton /Asphalt Concrete
Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Laston merupakan
suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras
dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan
dipadatkan pada suhu tertentu. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan
jenis aspal yang akan digunakan. Sedangkan yang dimaksud gradasi
menerus adalah komposisi yang menunjukkan pembagian butiran yang
merata mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil. Lapis
aspal beton pertama kali dikembangkan di Amerika oleh Asphalt Institude
dengan nama Asphalt Concrete (AC).
Adapun sifat – sifat Laston (AC) adalah kedap terhadap air, tahan
terhadap keausan akibat lalu lintas, mempunyai nilai struktural, mempunyai
stabilitas yang tinggi serta peka terhadap penyimpangan perencanaan dan
pelaksanaan. Dari hal tersebut tentu laston (AC) mempunyai fungsi sebagai
pendukung beban lalu lintas, laston juga berfungsi sebagai lapisan aus atau
yang terletak di atas pada perkerasan sehingga melindungi konstruksi
dibawahnya selain itu laston berfungsi sebagai penyedia permukaan jalan
yang rata dan tidak licin.
2. Filosofi Laston
Menurut Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (2010) laston
mempunyai latar belakang :
b. Yang diutamakan adalah stabilitas, yang merupakan sasaran
Lapisan Aspal beton.
c. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi harus menerus
(well graded), agar interlocking antara butir besar.
d. Gradasi yang digunakan gradasi menerus maka menyebabkan
rongga antar butir menjadi kecil.
e. Kebutuhan campuran terhadap aspal adalah sedikit, agar
mencegah bleeding.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 84


Budiman, S.T., M.T.
3. Pembagian Laston (AC)
Menurut spesifikasi campuran beraspal Departemen Pekerjaan Umum
(2010), laston dibagi menjadi :
a. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC
(Asphalt Concrete-Wearing Course), diameter butir maksimal 19,0
mm, bertekstur halus.
b. Laston sebagai lapisan antara/pengikat, dikenal dengan nama AC-
BC (Asphalt Concrete-Binder Course), diameter butir maksimal
25,4 mm, bertekstur sedang.
c. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-
Base (Asphalt Concrete-Base), diameter butir maksimal 37,5
mm, bertekstur kasar.
Lapisan aspal beton terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu. Bahan Laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika
diperlukan) dan aspal keras. Bahan harus terlebih diteliti mutu dan
gradasinya. Penggunaan hasil pencampuran aspal dari beberapa pabrik yang berbeda
tidak dibenarkan walaupun jenis aspal sama. Laston AC-binder course adalah
lapisan perkerasan yang letaknya dibawah lapisan aus (AC- WC) dan tidak
berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk
memikul beban lalu-lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan (Sukirman,S
2003). Tebal minimum lapis AC-BC adalah 5 cm. Ketentuan sifat – sifat
campuran beraspal panas di Indonesia seperti campuran beraspal jenis AC-BC
(Binder Course) adalah ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah bersama- sama dengan Bina Marga, hal itu
menjadi acuan dalam penelitian ini. yaitu seperti tertera dalam Tabel 18.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 85


Budiman, S.T., M.T.
Tabel 18. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Beraspal Panas (AC).

LASTO N
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis Pengikat Lapis
Aus / Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan perbidang 75 112
Min 3,5
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Max 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal (VFA) (%) Min 65 63 60
Min 800 1800
Stabilitas Marshall (Kg)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60o C
Rongga dalam campuran (%) Min 2,5

8.3 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.
Menurut The Asphalt Institute Superpave (1999) Series No.1 (SP-1),
tonase dari produksi aspal setiap tahunnya bertambah terus-menerus mulai dari
3 juta ton pada tahun 1926 meningkat menjadi 8 juta ton pada tahun 1946,
kemudian terjadi peningkatan secara drastis pada tahun 1964 yaitu sebanyak 24 ton.
Aspal adalah sistem koloida yang rumit dari material hydrocarbon yang terbuat
dari Asphaltenes, resin dan oil.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 86


Budiman, S.T., M.T.
Sedangkan material aspal tersebut berwarna coklat tua hingga hitam
dan bersifat melekat, berbentuk padat atau semi padat yang didapat dari alam
dengan penyulingan minyak.(Krebs, RD & Walker, RD.,1971)
Aspal dibuat dari minyak mentah (crude oil) dan secara umum berasal
dari sisa organisme laut dan sisa tumbuhan laut dari masa lampau yang
tertimbun oleh dan pecahan batu batuan. setelah berjuta juta tahun material
organis dan lumpur terakumulasi dalam lapisan lapisan setelah ratusan meter,
beban dari beban teratas menekan lapisan yang terbawah menjadi batuan sedimen.
Sedimen tersebut yang lama kelamaan menjadi atau terproses menjadi minyak
mentah senyawa dasar hydrocarbon. Aspal biasanya berasal dari destilasi
minyak mentah tersebut, namun aspal ditemukan sebagai bahan alam (misal :
asbuton), dimana sering juga disebut mineral (Shell Bitumen, 1990).
Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut
aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal.
Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :
a) Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu
sendiri.
b) Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-
pori yang ada dari agregat itu sendiri.
c) Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan aspal alam
yaitu :
1. Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis
sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan
dan sebaliknya.
2. Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras
dengan bahan pelarut berbasis minyak.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 87


Budiman, S.T., M.T.
3. Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras.
Pada proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan
didispersikan dalam air.
Campuran beraspal diatas harus memenuhi spesifikasi yang telah dibuat
sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan diatas
mengalami tingkat penurunan pelayanan jalan yang disebabkan terjadinya kerusakan
dini perkerasan diawal umur pelayanan. Akibatnya tingkat keamanan dan
kenyamanan berkendaraan berkurang karena kondisi bentuk dan hasil pemeliharaan
rutin maupun peningkatan jalan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh
sebab itu dilakukan evaluasi dengan cara mengontrol kualitas perkerasan konstruksi
pada spesifikasi yang ditetapkan pada pekerjaan jalan.
Aspal pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 19.
Tabel 19. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70.

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Persyaratan


o
1 Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; SNI 06-2456-1991 60 – 70
o
2 Viskositas 135 C SNI 06-6441-1991 385
o
3 Titik Lembek ( C) SNI 06-2434-1991 ≥ 48
4 Indeks Penetrasi - ≥ - 1,0
5 Daktilitas pada 25 o C, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100
o
6 Titik Nyala ( C) SNI 06-2433-1991 ≥ 232
7 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0
8 Berat yang Hilang SNI 06-2440-1991 ≤ 0.8
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

8.4 Karakteristik Beton Aspal


Menurut Silvia Sukirman (2003), terdapat tujuh karakteristik campuran
yang harus dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan, kelenturan atau
fleksibilitas, ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 88


Budiman, S.T., M.T.
permukaan atau ketahanan geser, kedap air dan kemudahan pelaksanaan
(workability). Di bawah ini adalah penjelasan dari ketujuh karakteristik tersebut.
1) Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban
lalulintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur
dan bleeding. Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan dan
beban lalu lintas yang dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas
tinggi dan mayoritas kendaraan berat membutuhkan perkerasan jalan
dengan stabilitas tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas
beton aspal adalah :
a. Gesekan internal yang dapat berasal dari kekasaran permukaan
butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir,
gradasi agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal.
b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya
lekatnya, sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir
agregat.
2) Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi
beban lalulintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda
kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat penaruh
cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau perubahan temperatur. Durabilitas
aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori
dalam campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran.
3) Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan
pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan
terjadi akibat dari repetisi beban lalu lintas ataupun akibat beban sendiri
tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli.
4) Ketahanan terhadap kelelahan (Fatique Resistance) adalah kemampuan
beton aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 89


Budiman, S.T., M.T.
beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat
tercapai jika menggunakan kadar aspal yang tinggi.
5) Kekesatan/tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal
terutama pada kondisi basah, memberikan gaya esek pada roda
kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir ataupun slip. Faktor-faktor
untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan untuk mendapatkan
stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan dari butir-butir agregat,
luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat,
kepadatan campuran dan tebal film aspal.
6) Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki
air ataupun udara lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan asapal dan pengelupasan selimut aspal dari
permukaan agregat.
7) Workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk
mudah dihamparkan dan dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan
menentukan tingkat effisensi pekerjaan. Faktor kemudahan dalam proses
penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekatan aspal
terhadap perubahan temperatur dan gradasi serta kondisi agregat.
Ketujuh sifat campuran beton aspal ini tidak mungkin dapat dipenuhi
sekaligus oleh satu campuran. Sifat-sifat beton aspal mana yang dominan lebih
diinginkan akan menentukan jenis beton aspal yang dipilih. Hal ini sangat perlu
diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani lalu
lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya lebih memilih jenis beton
aspal yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibilitas yang tinggi daripada
memilih jenis beton aspal dengan stabilitas tinggi.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 90


Budiman, S.T., M.T.
8.5 Gradasi Campuran
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya, ukuran butir agregat
dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat dinyatakan
dalam persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat
agregat. Gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi
dalam agregat campuran. Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa
partikel agregat halus berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-
masing ukuran partikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi
ukuran butir agregat ini disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi
besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workability (sifat mudah
dikerjakan) dan stabilitas campuran. Untuk menentukan apakah gradasi agregat
memenuhi spesifikasi atau tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran
partikel dan gradasi agregat diukur.
Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus
melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan
kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per
inchi persegi dari saringan tersebut. Satu set saringan dan ukuran bukaan agregat,
seperti tertera pada Gambar 2 dan Tabel 20.

Gambar 2. Satu set saringan

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 91


Budiman, S.T., M.T.
Tabel 20. Ukuran Bukaan Saringan.

Ukuran Bukaan Ukuran Bukaan


Saringan (mm) Saringan (mm)
4 inci 100 3/8 inci 9,5
3½ inci 90 No.4 4,75
3 inci 75 No.8 2,36
2½ inci 63 No.16 1,18
2 inci 50 No.30 0,6
1½ inci 37,5 No.50 0,3
1 inci 25 No.100 0,15
¾ inci 19 No.200 0,075
½ inci 12,5

Gradasi agregat gabungan dalam campuran aspal ditunjukan oleh persen


terhadap berat agregat dan bahan pengisi. Gradasi yang digunakan pada penelitian
ini adalah laston AC-BC gradasi kasar yang tertera pada amplop gradasi agregat
gabungan untuk campuran aspal pada spesifikasi Bina Marga 2010 halaman 6-36
dan seperti yang tertera pada Tabel 21.

Tabel 21. Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal.

% Berat Yang Lolos


Ukuran Ayakan LASTON (AC)
Gradasi Halus Gradasi Kasar
(Inch) (mm) AC-WC AC-BC AC-Base AC-WC AC-BC AC-Base
11/2 '' 37,5 - - 100 - - 100
1" 25 - 100 90 - 100 - 100 90 - 100
3/4'' 19 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90
1/2'' 12.5 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 – 100 71 - 90 55 - 76
3/8'' 9.5 72 - 90 64 - 82 47 - 67 72 – 90 58 - 80 45 - 66
No.4 4.75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 – 63 37 - 56 28 - 39,5
No.8 2.36 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 26,8
No.16 1.18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1
No.30 0.6 23,1 - 30 20,7 - 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6
No.50 0.3 15,5 - 22 13,7 - 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4
No.100 0.15 9 - 15 4 – 13 4 – 10 6 – 13 5 - 11 4,5 - 9
No.200 0.075 4 - 10 4-8 3–6 4 – 10 4-8 3-7
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal.

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 92


Budiman, S.T., M.T.
8.6 Kadar Aspal Rencana

Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat direncanakan setelah dilakukan


pemilihan dan pengabungan pada tiga fraksi agregat. Sedangkan perhitungannya
adalah sebagai berikut :

P b = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K (31)


Keterangan :
Pb : Perkiraan kadar aspal optimum
CA : Nilai proewntase agregat kasar
FA : Nilai prosentase agregat halus
FF : Nilai proentase Filler
K : konstanta (kira-kira 0,5 - 1,0)
Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke atas terdekat.

8.7 Parameter dan Formula perhitungan

Parameter dan formula untuk menganalisa campuran aspal panas adalah


sebagai berikut :
1) Berat Jenis Bulk dan Apparent Total Agregat
Agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan
bahan pengisi/filler yang masing-masing mempunyai berat jenis yang
berbeda, baik berat jenis kering (bulk spesific gravity) dan berat jenis semu
(apparent grafity). Setelah didapatkan Kedua macam berat jenis pada masing-
masing agregat pada pengujian material agregat maka berat jenis dari total
agregat tersebut dapat dihitung dalam persamaan berikut :
a. Berat jenis kering (bulk spesific gravity)

Keterangan:
Gsbtot agregat : Berat jenis kering agregat gabungan, (gr/cc)
Gsb1, Gsb2… Gsbn : Berat jenis kering dari masing-masing agregat 1,2,3..n, (gr/cc)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 93


Budiman, S.T., M.T.
P 1, P 2, P 3, … : Prosentase berat dari masing-masing agregat, (%)

b. Berat jenis semu (apparent grafity)

Keterangan:
Gsatot agregat : Berat jenis semu agregat gabungan, (gr/cc)
Gsa1, Gsa2… Gsan : Berat jenis semu dari masing-masing agregat 1,2,3..n, (gr/cc)
P 1, P 2, P 3, … : Prosentase berat dari masing-masing agregat

2) Berat Jenis Efektif Agregat

Berat jenis maksimum campuran (Gmm) diukur dengan AASHTO T.209-90,


maka berat jenis efektif campuran (Gse), kecuali rongga udara dalam partikel
agregat yang menyerap aspal dapat dihitung dengan rumus berikut yang
biasanya digunakan berdasarkan hasil pengujian kepadatan maksimum teoritis.

Keterangan:
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gmm : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan (gr/cc)
Pmm : Persen berat total campuran (=100)
Pb : Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Gb : Berat jenis aspal

Berat jenis efektif total agregat dapat ditentukan juga dengan


menggunakan persamaan dibawah ini :

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 94


Budiman, S.T., M.T.
Keterangan:
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gsb : Berat jenis kering agregat / bulk spesific gravity, (gr/cc)
Gsa : Berat jenis semu agregat / apparent spesific gravity, (gr/cc)

3) Berat Jenis Maksimum Campuran


Berat jenis maksimum campuran, Gmm pada masing-masing kadar aspal
diperlukan untuk menghitung kadar rongga masing-masing kadar aspal. Berat
jenis maksimum dapat ditentukan dengan AASHTO T.209-90. Ketelitian hasil
uji terbaik adalah bila kadar aspal campuran mendekati kadar aspal optimum.
Sebaliknya pengujian berat jenis maksimum dilakukan dengan benda uji
sebanyak minimum dua buah (duplikat) atau tiga buah (triplikat).
Selanjutnya Berat Jenis Maksimum (Gmm) campuran untuk masing-masing
kadar aspal dapt dihitung menggunakan berat jenis efektif (Gse) rata-rata
sebagai berikut:

Keterangan:
Gmm : Berat jenis maksimum campuran,(gr/cc)
Pmm : Persen berat total campuran (=100)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Pb : Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gb : Berat jenis aspal,(gr/cc)

4) Berat Jenis Bulk Campuran Padat


Perhitungan berat jenis bulk campuran setelah pemadatan (Gmb) dinyatakan
dalam gram/cc dengan rumus sebagai berikut :

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 95


Budiman, S.T., M.T.
Keterangan:
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan, (gr/cc)
Vbulk : Volume campuran setelah pemadatan, (cc)
Wa : Berat di udara, (gr)

5) Penyerapan Aspal

Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total,


tidak terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
Pbe : Kadar aspal efektif, persen total campuran, (%)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Pba : Penyerapan aspal, persen total agregat, (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)

6) Kadar Aspal Efektif


Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aspal total
dikurangi jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif
ini akan menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan
menentukan kinerja perkerasan beraspal. Rumus Kadar aspal efektif adalah :

Keterangan:
Pbe : Kadar aspal efektif, persen total campuran, (%)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Pba : Penyerapan aspal, persen total agregat, (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 96


Budiman, S.T., M.T.
7) Rongga di antara mineral agregat (Void in the Mineral Aggregat/ VMA)
Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara partikel
agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif
(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung berdasarkan
berat jenis bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume bulk
campuran yang dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat campuran
total atau terhadap berat agregat total. Perhitungan VMA terhadap campuran
adalah dengan rumus berikut :
1. Terhadap berat campuran total

[ ]

Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)

2. Terhadap berat agregat total

[ ]

Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%)

8) Rongga di dalam campuran (Void In The Compacted Mixture/ VIM)


Rongga udara dalam campuran (Va) atau VIM dalam campuran perkerasan
beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal.
Volume rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 97


Budiman, S.T., M.T.
[ ]

Keterangan :
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, prosentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gmm : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan (gr/cc)

9) Rongga udara yang terisi aspal (Voids Filled with Bitumen/ VFA)
Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat diantara
partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap
oleh agregat. Rumus adalah sebagai berikut:

[ ]

Keterangan :
VFA : Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, (%)
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%)
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, prosentase dari volume total, (%)

8.8 Soal Latihan


1. Jelaskan fungsi aspal pada perkerasan jalan ?
2. Jelaskan peran agregat dalam campuran perkerasan aspal ?
3. Jelaskan ketentuan penggunaan agregat kasar dan agregat halus pada
perkerasan aspal ?
4. Jelakan definisi aspal ?
5. Menurut pendapat anda, apa penyebab terjadinya gubangan air pada jalan
aspal yang sering kita jumpai, jelaskan ?

Bahan Ajar Teknologi Bahan II Page 98


Budiman, S.T., M.T.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 1983. Teknologi Bahan 1. Bandung : PEDC.


Anonim , 1983. Teknologi Bahan 2. Bandung : PEDC.
Budiman, 2019. Penggunaan Serat Ijuk dan LCP Sebagai Bahan Tambah Alami Pada
Beton. Jurnal Inovtek Vol. 9 No. 2 November 2019, Politeknik Negeri
Bengkalis, Riau. 2019
Budiman, 2018. Penambahan Serat Yang Optimal Terhadap Kuat Tekan Beton Pada
Beton Normal. Jurnal Inovtek Vol. 8 No. 2 November 2018, Politeknik Negeri
Bengkalis, Riau. 2018
Budiman, 2018. The Effect of LCP Addition to The Compressive. Jurnal LOGIC Vol.
18. No. 2 July 2018, Politeknik Negeri Bali, Bali. 2018
Latifa EA, 2003. Teknologi Bahan 2. Jakarta : Politeknik Negeri Jakarta.
Mulyono, T , 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta : Andi
Muhtarom R. dan Amalia, 2005. Teknologi Bahan 1. Jakarta : Politeknik Negeri
Jakarta
Samekto W, 2001. Teknologi Beton. Yogyakarta : Kanisius.
Kusharto, Harry. 2007. Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Perilaku Campuran
Beton Aspal. Teknik Sipil dan Perencanaan, Vol. 9, No. 1 : 57.
Affandi, F . 2011. Pengaruh Kandungan Mineral Asbuton Dalam Campuran
Beraspal.Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.Bandung
Affandi, F. 2009. Sifat Campuran Beraspal Panas Dengan Asbuton Butir. Jurnal Jalan
– Jembatan, Volume 26 No.2.Bandung.
Bina Marga, 1983, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) no 13
/PT/B/1983, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Bina Marga, 1999,
Pedoman Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak, Jakarta :
Departemen Pekerjaan Umum.
Bina Marga, 2010, Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian
Pekerjaan Umum, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai