TEKNOLOGI BAHAN 2
(PERKEMBANGAN & TEKNOLOGI KONSTRUKSI)
Oleh :
Budiman, ST., MT
Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan & Jembatan
Jurusan Teknik Sipil
Fakfak, 3 Maret 2023
POLINEF PUBLISHING
KATA PENGANTAR
Puji syukur kekhadirat Allah SWT oleh karena hanya dengan berkat
rahmat dan ridhanyalah sehingga bahan ajar ini dapat diselesaikan. Tujuan
penyusunan bahan ajar untuk memenuhi kebutuhan materi pembelajaran pada
matakuliah Teknologi Bahan II sesuai tuntutan kurikulum program diploma tiga
dan diploma empat baik secara konsep, teoritis maupun aplikasi yang dilengkapi
dengan rangkuman materi dan soal-soal latihan.
Matakuliah yang disajikan dalam bahan ajar ini terdiri atas 8 Bab, Bab I
membahas tentang Mortar dan perkembangan beton, Bab II tentang Teknologi
Beton, Bab III tentang Beton Polimer, Bab IV tentang Beton Ringan, Bab V
tentang Beton Normal, Bab VI tentang Beton Serat, Bab VII tentang Beton Mutu
Tinggi dan Bab VIII tentang aspal yang dilengkapi umpan balik berupa tugas
individu disetiap akhir bab.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan bahan ajar ini. Mudah-
mudahan bahan ajar ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi para mahasiswa
pada umumnya yang mengambil mata kuliah Teknologi Bahan II.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
TINJAUAN PERKULIAHAN viii
BAB I. MATERIAL BETON
1.1. Mortar 1
1.2. Perkembangan Beton 3
1.3. Penggunaan Awal Beton pada Bangunan 6
1.4. Soal Latihan 12
BAB II. TEKNOLOGI BETON
2.1. Sejarah Beton 13
2.2. Definisi Beton 16
2.3. Sifat dan Karakteristik Beton 17
2.4. Jenis – Jenis Beton 20
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Beton 22
2.6. Soal Latihan 23
BAB III. BETON POLIMER
3.1. Definisi Beton Polimer 24
3.2. Sifat – Sifat Khas Bahan Polimer 24
3.3. Komposit Polimer-Beton 25
3.4. Komposit Beton-Polimer 25
3.5. Beberapa Contoh Penelitian Polimer 25
3.6. Soal Latihan 26
BAB IV. BETON RINGAN
4.1. Sejarah Beton Ringan 27
4.2. Definisi Beton Ringan 28
4.3. Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan 29
4.4. Pembuatan Beton Ringan 31
iii
4.5. Aplikasi Beton Ringan 33
4.6. Beton Non Pasir 34
4.7. Keunggulan Beton Non Pasir 37
4.8. Aplikasi Beton Non Pasir 38
4.9. Soal Latihan 39
BAB V. BETON NORMAL
5.1. Karakteristik Beton 40
5.2. Parameter yang Mempengaruhi Kualitas Beton 41
5.3. Definisi Beton Normal 42
5.4. Persyaratan Mix Disain Beton Normal 43
5.5. Jenis – Jenis Mix Disain 44
5.6. Rancangan Campuran Beton 45
5.7. Contoh Analisa Karakteristik Agregat 51
5.8. Contoh Perhitungan Mix Disain Beton Normal 52
5.9. Soal Latihan 55
BAB VI. BETON SERAT
6.1. Definisi Beton Serat 56
6.2. Sifat Beton Serat 56
6.3. Kelebihan dan Kekurangan Beton Serat 57
6.4. Penggunaan Beton Serat 57
6.5. Beberapa Contoh Penelitian Beton Serat 57
6.6. Soal Latihan 59
BAB VII. BETON MUTU TINGGI
7.1. Definisi Beton Mutu Tinggi 60
7.2. Sifat – Sifat Beton Mutu tinggi 61
7.3. Persyaratan Mix Disan Beton Mutu Tinggi 64
7.4. Jenis – Jenis Mix Disan Beton Mutu Tinggi 69
7.5. Contoh Perhitungan Mix Disan Beton Mutu Tinggi 71
7.6. Analisa Balok Beton Mutu Tinggi 78
BAB VIII. ASPAL
8.1. Bahan Campuran Beton Aspal 80
iv
8.2. Lapisan Aspal Beton 83
8.3. Aspal 86
8.4. Karakteristik Beton Aspal 88
8.5. Gradasi Campuran 91
8.6. Kadar Aspal Rencana 93
8.7. Parameter dan Formula Perhitungan 93
8.8. Soal Latihan 98
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel hal.
1. Contoh Perhitungan Karakteristik Agregat Halus 51
2. Contoh Perhitungan Karakteristik Agregat Kasar 51
3. Contoh Perhitungan Mix Disain Beton Normal 52
4. Contoh Rancangan Campuran Beton 54
5. Sifat Fisik Beton Mutu Tinggi 62
6. Nilai Slump untuk Beton dengan dan tanpa HRWR 65
7. Ukuran Maksimum Agregat Kasar 65
8. Perkiraan Volume Agregat Kasar Per satuan Volume Beton
untuk Agregat Halus dengan Modulus Kehalusan 2,5 – 3,2 66
9. Perkiraan Jumlah Air dengan Kadar Udara Pasir 35% 66
10. Rasio (w/c+p) untuk Beton tanpa HRWR 67
11. Rasio (w/c+p) untuk Beton dengan HRWR 67
12. Ketentuan Agregat Kasar 82
13. Ketentuan Agregat Halus 83
14. Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Beraspal Panas (AC) 86
15. Spesifikasi Aspal Keras Pen 60/70 88
16. Ukuran Bukaan Saringan 92
17. Gradasi Agregat untuk Campuran Aspal 92
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar hal.
1. Timeline perkembangan beton 5
2. Sebuah bangunan kuno Nabataea 6
3. Bangunan Piramid di Mesir 8
4. Tembok besar cina 9
5. The pantheon di Roma 11
6. Foto Aspdin (1778-1855) 13
7. Kapal kecil dari bahan semen 14
8. Tipikal bangunan Hennebique 15
9. Diagram tegangan – regangan berbagai mutu beton 63
vii
TINJAUAN PERKULIAHAN
Bahan ajar ini terdiri atas 8 Bab, Bab I membahas tentang Material
Penyusun Beton dan Mortar, Bab II tentang Teknologi Beton, Bab III tentang
Beton Polimer, Bab IV tentang Beton Ringan, Bab V tentang Beton Normal, Bab
VI tentang Beton Serat, Bab VII tentang Beton Mutu Tinggi dan Bab VIII tentang
aspal, disetiap akhir bab disediakan tugas latihan sebagai umpan balik materi.
viii
BAB I
1.1. Mortar
Mortar dibuat dari semen dan agregatnya yang dicampur dengan air. Agregat
meliputi pasir sungai, kerikil sungai atau makadam dan sebagainya, dan dibagi ke
dalam agregat kasar dan halus menurut ukuran butirannya. Umumnya pengayaan
dengan 5 mm mesh diterapkan sebagai standar. Bagian yang lewat saringan sebanyak
85% atau lebih banyak disebut agregat halus, dan bagian yang tinggal di saringan
disebut agregat kasar. Bila agregat hanya terdiri dari agregat halus saja, disebut
mortar semen atau mortar saja, dan bila mengandung agegrat yang kasar disebut
beton.
Mortar Istilah lain dari adukan adalah mortar, atau dikenal juga dengan spesi
adalah campuran dari bahan pengikat (semen, kapur), bahan pengisi (pasir) dan air.
Kegunaan/manfaat adukan atau mortar pada pasangan bata adalah:
1. Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya
2. Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata
3. Untuk menyalurkan beban
Sedangkan fungsi dari mortar/adukan dalam plesteran adalah untuk meratakan
permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk menambah keawetan
pasangan bata.
a) Sifat-sifat pada mortar/adukan adalah:
1. Sifat kuat, campuran adukan harus cukup baik agar mampu menopang beban
yang diterima dinding
2. Sifat mudah untuk dikerjakan/digunakan, adukan harus mudah dikerjakan,
tidak terlalu basah (encer) dan tidak terlalu kering
3. Sifat menyusut, adukan yang terlalu banyak airnya akan mudah menyusut
yang berakibat retak pada plesteran maupun tembok.
Seperti Romawi, pada 500 tahun kemudian, Nabataea memiliki bahan yang
tersedia secara lokal yang dapat digunakan untuk membuat semen dan tahan
air. Dalam wilayah
mereka deposit permukaan utamanya adalah pasir silika halus. Tanah merembes
melalui silika dapat mengubahnya menjadi bahan pozzolan, yang merupakan abu
vulkanik berpasir. Untuk membuat semen, yang terletak di deposit Nabataea dan
menggunakannnya serta dikombinasikan dengan kapur, kemudian dipanaskan
dalam tanur untuk digunakan untuk membuat tembikar dengan suhu dalam kisaran
yang sama. Sekitar 5600 SM di sepanjang Sungai Danube di daerah bekas negara
Yugoslavia, rumah yang dibangun menggunakan jenis beton untuk lantai.
b. Mesir
Pada sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan
jerami untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan adobe dari
beton. Namun, mereka juga menggunakan mortar gipsum dan kapur dalam membangun
piramida, meskipun sebagian besar dari kita berpikir mortar dan beton sebagai dua bahan
yang berbeda. Piramida Besar di Giza (Vyse & Howard, 1784-1853) diperlukan sekitar
500.000 ton mortar (Gambar 2.3), yang digunakan sebagai bahan tempat tidur untuk batu
casing yang membentuk permukaan dari piramida. Hal ini memungkinkan tukang batu
untuk mengukir dan mengatur casing batu sendi dengan membuka tidak lebih luas dari
1/50-inch.
Salah satu misteri Mesir Great Pyramid diteliti awal September 2002, ketika
arkeolog menembus poros yang dibuat 4.500 tahun hanya untuk menemukan batu lain
c. Cina
d. Roma
Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang
dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur. Orang-orang Yunani
adalah pekerja produktif dalam membangun dengan beton di Roma. Pada 200 SM,
Roma sedang membangun dan sangat berhasil menggunakan beton, tapi itu
tidak seperti beton yang digunakan saat ini. Itu bukan beton plasits yang
TEKNOLOGI BETON
Gambar 7. kapal kecil dari bahan semen dibuat J.L. Lambot,1850 untuk dipamerkan pada
Pameran Dunia Tahun 1855 di Paris (Escales Maririmes, 2008)
Seperti disebutkan oleh L.J. Murdock dan K.M. Brock bahwa “kecakapan
tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam produksi suatu bangunan. Ada 3
kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton:
1. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu mudah dikerjakan dan dibentuk serta
mempunyai nilai ekonomi;
i) Mortar
Mortar sering disebut juga mortel atau spesi ialah adukan yang terdiri
dari pasir, bahan perekat, kapur dan PC.
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Beton
Beton memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain
a. Kelebihan beton:
BETON POLIMER
Polimer adalah bahan dengan berat molekul yang besar itu disebut polimer,
mempunyai struktur dan sifat-sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom
pembentuk yang jauh lebih besar . Sejumlah bahan polimer umumnya tidak larut pada
zat pelarut dan kalaupun bisa larut, viskositasnya sangat tinggi .Umumnya berikatan
kovalen, bahan polimer yang mencair dengan sangat kental dan tidak menguap.
Bahan yang tidak bisa berfusi itu terurai karena panas menjadi karbon, pada tahap
akhir tanpa penguapan.
Beton polimer merupakan bahan beton yang diimpregnasi dengan polimer
sehingga menghasilkan suatu bahan yang sifatnya lebih baik dari betonnya sendiri.
3.2. Sifat-sifat khas bahan polimer:
BETON RINGAN
Beton ringan merupakan beton yang memiliki berat jenis (density) lebih
ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan
aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved
Aerated Concrete/ AAC) yang mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika,
kapur, semen, air, ditambah dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat
dengan tekanan uap air. Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur
sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600
kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga
apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat secara
signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada
perhitungan pondasi.
Beton ringan adalah beton yang Berat Volumenya rendah. Pada umumnya
beton ringan terdiri dari campuran yang sama dengan beton pada umumnya,
namun pada pembuatan beton ringan dapat dilakukan pencampuran additive untuk
menghasilkan rongga udara.
Menurut Mulyono (2004 : 307), agregat yang digunakan untuk memproduksi
beton ringan merupakan agregat ringan juga. Berat volume agregat ringan sekitar
1900 kg/m3 atau ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar 300 –
1850 kg/m3 . Beton ringan adalah beton yang berat isi maksimum 1,9 ton/m3 (SNI 03-
2491-2002).
Menurut Dobrowolski (1998) dan jenis jenis beton ringan sebagai berikut :
Ada beberapa Kelebihan dari Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC),
yaitu :
1. Balok AAC mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat
dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang
digunakan pun sederhana, cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah
gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak
perlu batu atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam
beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
1. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian
beton ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, stereofoam, batu alwa, atau
abu terbang yang dijadikan batu.
2. Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya
debu/abu terbangnya dibersihkan).
3. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi
menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.
1. Blok (bata)
Contohnya Bata Celcon, yang dapat digunakan pada dinding dan atap.
2. Panel
Contohnya Panel beton ringan yang digunakan sebagai pengganti tembok.
3. Bentuk Khusus
Contohnya bentuk-bentuk dekorasi, sebagai ornamen bangunan.
4. Ready Mix
Contohnya pada ready mix sebagai material pengisi.
Beton non pasir atau disebut juga no fines concrete merupakan bentuk
sederhana dari jenis beton ringan. Dalam pembuatan beton ini tidak menggunakan
aggregat halus (pasir), Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan
beton yang berpori sehingga beratnya berkurang (Tjokrodimulyo, 2009). Selain
itu karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta untuk menyelimuti butir pasir
sehingga kebutuhan akan semen relatif lebih sedikit. Beton non pasir juga dapat
disebut permeconcrete atau pervious concrete yaitu beton yang dibentuk dari
campuran semen, aggregate kasar, air dengan bahan tambah atau admixture.
Pervious concrete dibuat dengan menggunakan sedikit anggregat halus atau
bahkan menghilangkan penggunaan aggregat. Beton non pasir umumnya
digunakan pada non struktural seperti pagar, rabat beton, batako. Beton non pasir
lebih menonjolkan estetikanya dan hanya menggunakan sedikit semen yaitu
karena untuk melapisi permukaan agregat kasar saja. (Trisnoyuono, 2009).
Pada umumnya beton non pasir memiliki Berat Volume yang rendah jika
dibandingkan dengan beton normal. Berat Volume beton non pasir dipengaruhi oleh
Berat Volume dan gradasi aggregat penyusunnya (Kusuma, 2012).
Sedangkan kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut :
1) Faktor air semen
Faktor air semen pada beton non pasir berkisar 0,36 dan 0,46 sedangkan
nilai faktor air semen optimum sekitar 0,40. Perkiraan faktor air semen tidak
dapat terlalu besar karena jika faktor air semen terlalu besar maka pasta semen
akan terlalu encer sehingga pada waktu pemadatan pasta semen akan
mengalir ke bawah dan tidak menyelimuti permukaan aggregat.
Sedangkan jika faktor air semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak
cukup menyelimuti butir butir aggregat kasar penyusun beton. Maka pada
beton non pasir perlu ditambahkan admixture untuk menambah workability.
Sebagai beton ringan tentu saja beton non pasir mempunyai keunggulan.
Menurut Kusuma (2012), beberapa kelebihan beton non pasir adalah sebagai berikut
:
1) Low Shrinkage , Penyusutan total beton non pasir saat
mengeras/kering adalah sekitar setengah dari beton padat yang dibuat
dengan agregat yang sama. Tingkat penyusutan juga jauh lebih cepat.
Gerakan penyusutan total, telah ditemukan bahwa 50% sampai 80%
terjadi dalam 10 hari pertama, dimana untuk beton padat hanya 20
sampai 30 persen akan terjadi pada periode yang sama. Ini berarti bahwa
bahaya retak jauh lebih kecil terjadi jika debandingkan dengan beton normal.
2) Light Weight, karena penggunaan aggregate ringan maka dihasilkan
beton dengan bobot yang ringan.
3) Thermal insulation, sebagai bahan isolasi panas.
4) Eliminated segregation,tidak ada kecenderungan untuk bersegresi, sehingga
dapat dijatuhkan dengan tinggi jatuh yang lebih tinggi.
5) Reduce cement demand, kebutuhan semen sedikit karena tidak menggunakan
pasir, maka luas permukaan aggregat berkurang.
6) Simple yaitu berarti cara pembuatannya sederhana dan lebih cepat.
7) Sound insulation, sebagai bahan isolasi suara (peredam suara).
8) Environment Friendly, mudah meloloskan air dapat digunakan sebagai
bahan pembuat sumur resapan sehingga meningkatkan resapan ke dalam
tanah.
Beton non pasir dalam dunia teknologi teknik sipil bukanlah hal baru. Di luar
negeri aplikasi beton khusus ini sudah diterapkan untuk bangunan gedung dan
jalan, (Kusuma, 2012).
1) Konstruksi bangunan gedung
Penggunaaan beton non pasir di dunia internasional sudah cukup
lama dikenal. Salah satunya adalah gedung apartement 4 (empat) lantai
yang didirikan di London, Inggris pada tahun 1961. Kontraktor lokal asal
inggris mengerjakan proyek tersebut dengan menggunakan imajinatif tekstur
yang berbeda, rendering atau menghaluskan semua cor menggunakan
agregat kasar berwarna lokal ada juga beberapa diimpor dalam bentuk
keping batu alam.
Penggunaan beton non pasir di Indonesia belum populer, tetapi pada
perkembangannya sudah pernah diaplikasikan untuk struktur ringan yaitu
kolom dan dinding bangunan sederhana, bata beton dari beton non pasir, dan
buis beton dari beton non pasir.
2) Konstruksi perkerasan jalan raya
Aplikasi beton non pasir sebagai perkerasan jalan raya dikenal istilah
permeconcrete atau pervious concrete dengan pertimbangan ramah
lingkungan maka perkerasan jalan menggunakan beton non pasir supaya air
hujan dapat meresap ke dalam tanah.
3) Konstruksi dinding penahan tanah/ retaining wall
Aplikasi beton non pasir pada dinding penahan tanah (retaining wall).
Selain pertimbangan ramah yang digunakan, pada konstruksi dinding
penahan tanah, pemilihan jenis beton non pasir untuk alasan stabilisasi tanah
dibelakang struktur dinding penahan tanah. Teksturnya yang berpori
meloloskan air membuat dinding penahan tanah sehingga takanan air
dibelakang dinding penahan tanah dapat diminimalisir sehingga konstruksi
BETON NORMAL
1. Kepadatan
Ruang yang ada pada beton sedapat mungkin terisi oleh agregat dan pasta
semen. Kepadatan mungkin saja merupakan kriteria primer untuk beton yang
dipakai pada radiasi nuklir.
2. Kekuatan.
Beton harus mempunyai kekuatan dan daya tahan internal berbagai jenis
kegagalan.
3. Faktor air - semen.
Faktor air semen harus terkontrol sehingga memenuhi persyaratan kekuatan
beton yang direncanakan.
4. Tekstur
Permukaan beton ekspos harus mempunyai kerapatan dan kekerasan tekan
yang tahan segala cuaca.
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah serta tidak
menggunakan bahan tambahan. Dalam klasifikasi beton, yang termasuk beton normal
adalah kelas II. Beton kelas II adalah untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar
B1, K125, Kl75 dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi
pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan
tidak diisyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dan K225, pengawasan
mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan-bahan dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinyu.
Pada beton kelas II, untuk pertimbangan-pertimbangan tertentu bila diinginkan
mutu lain daripada mutu standar yang telah disebutkan diatas, maka hal itu diijinkan
asal syarat-syarat yang ditentukan tetap dipenuhi. Dalam hal ini mutu beton tersebut
Seperti kita ketahui bahan campuran beton terdiri dari semen, agregat, air dan
bahan tambahan (admixture). Bahan campuran ini sudah diteliti oleh para ahli tcknik
terdahulu, begitu juga dilakukan pada sifat-sifat dan perbandingan bahan-bahan
campuran beton. Pada dasarnya Perencanaan Campuran Adukan Beton (PCAB) harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Sedangkan untuk masalah durabilitas ini sulit diukur, sebab masalah keawetan
merupakan fungsi waktu. Dalam beton, hal keawetan ini dipertimbangkan terutama
pada beton yang dibuat pada lingkungan yang agresif atau pekerjaan khusus. Untuk
1. Penggunaan semen sesuai dengan fungsi dari konstruksi yang akan dibangun
dan lingkungannya.
2. Rencanakan adukan beton sedapat mungkin dengan menggunakan gradasi
sebaik mungkin.
3. Batasi penggunaan diameter maksimum agregat kasar = 30 mm.
4. Batasi penggunaan FAS, harga FAS berkisar antara 0,4 - 0,6 atau maksimum
0,6.
5. Bila perlu diadakan tes permeabilitas untuk mengukur kekedapan beton.
6. Kekuatan minimal rata - rata 250 - 300 kg/m²
7. Penggunaan pasir zone 2.
8. Gunakan tambahan mineral yang dapat meningkatkan
kekedapan/impermeabilitas beton.
Seperti telah dijelaskan diatas, beton normal adalah beton kelas II yang
mempunyai mutu standar B KI25, K175 dan K. Untuk beton mutu B, dan KI25 harus
dipakai campuran nominal semen, pasir dan kerikil (batu pecah) dalam perbandingan
isi 1 : 2 : 3 atau 1 : 1½ : 2 ½. Sedangkan untuk beton mutu K175 dan K225 serta
mutu - mutu lainnya yang lebih tinggi, harus dipakai campuran beton yang
direncanakan. Yang dimaksud dengan campuran beton yang direncanakan adalah
campuran yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari pengalaman-pengalaman
pelaksanaan beton di waktu yang lalu atau dengan data dari percobuan-percobaan
pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang disyaratkan dapat tercapai.
Dalam melaksanakan beton dengan campuran yang telah direncanakan,
jumlah semen minimum dan nilai fakor air semen maksimum yang dipakai harus
disesuaikan dengan keadaan sekelilingnya. Sehingga dapat dicapai beton yang
kekuatannya optimum, dengan semen yang minimum dan kemudahan pengerjaan
yang dapat diterima Semakin kecil faktor air semen, semakin tinggi kekuatan beton.
Dengan demikian dapat disimpulkan, jenis - jenis campuran pada beton normal ada
dua, yaitu : campuran nominal dan campuran yang direncanakan.
a. Menetapkan mutu beton yang disyaratkan (fc, kg/cm² untuk beton uji
selinder)
b. Menetapkan target standar deviasi (Sr, kg/cm²)
c. Menghitung besarnya margin (M)
d. Menghitung kuat tekan rata-rata (fcr)
e. Menetapkan tipe semen (Semen yang digunakan adalah semen tipe 1)
f. Menetapkan tipe agregat
Fpasir (6)
Keterangan :
C = berat basah ( kondisi lapangan )
D = berat kering ( setelah di oven )
c. Kadar lumpur dan lempung
Keterangan :
A = berat kering sebelum di cuci (gram)
B = berat kering setelah di cuci (gram)
d. Rancangan Campuran Beton
Menghitung besarnya margin (M)
Rumus : M = k.Sr untuk Sr > 40 kg/cm² (9)
M = k.Sr – 40 Kg/cm² untuk Sr > 2,64 ( 10 )
M = 2,64 Sr- 40 Kg/cm² ( 11 )
Keterangan : k = 2.33 jika kemungkinan gagal 1.0%
k = 1.96 jika kemungkinan gagal 2.5%
k = 1.64 jika kemungkinan gagal 5.0%
k = 1.28 jika kemungkinan gagal 10.0%
k = Koefisien yang di ambil berdasarkan % kemungkinan
gagal.
Kadar semen ( 13 )
BL ( 17 )
Dengan memakai indeks p untuk pasir dan k untuk batu pecah, maka
diperoleh koreksi secara eksak sebagai berikut :
BLp ( 18 )
BLk ( 19 )
Kererangan :
B = berat wadah + beton segar
A = berat wadah
V = volume wadah
r. Kekuatan tekan beton
fci = (kg/cm2 ) ( 22 )
fci = (kg/cm2 ) ( 23 )
S=√ (kg/cm²) ( 24 )
s. Slump Test
Slump test digunakan untuk pengukuran terhadap tingkat keenceran
adukan suatu beton seperti pada penjelasan tabel 6.
Berat volume beton segar
Berat isi = ( 26 )
Keterangan:
B = Berat wadah + beton segar
A = Berat wadah
V = Volume wadah
t. Uji tekan beton
Kekuatan tekan beton = fc = ( 27 )
HASIL
KARAKTERISTIK
NO. INTERVAL PENGAMATAN RATA- KETERANGAN
AGREGAT
RATA
1 Kadar Organik <3 2 Memenuhi
HASIL
KARAKTERISTIK
NO. INTERVAL PENGAMATAN RATA- KETERANGAN
AGREGAT
RATA
1 Kadar lumpur Maks 5% 1.16% Memenuhi
Data
Slump = 5.0 cm
Kuat tekan yang disyaratkan = 225 kg/cm2
Faktor air semen (fas maks ) = 0.710
Modulus kehalusan pasir = 3.730 %
Ukuran maksimun agregat = 20 mm
Berat jenis spesifik SSD pasir = 2.560
Berat jenis spesifik SSD kerikil = 2.030
Kadar air pasir (Wp ) = 1.84%
Absorpsi pasir (Rp ) = 1.38%
Kadar air kerikil (Wk ) = 0.80%
Absorpsi kerikil (Rk ) = 1.98%
Prosentase gabungan terbaik
a. pasir = 40.00%
b. kerikil = 60.00%
Volume silinder 15 x 30 = 0.005301 m3
= 0.0063617
a. Menentukan deviasi standar
2
Berdasarkan nilai kuat tekan yang disyaratkan yaitu 175 kg/cm (selinder), maka :
56 2 5.6 Mpa
Deviasi standar (Sr) = kg/cm =
S = yang disarankan himswort h
BETON SERAT
Beton merupakan bahan bangunan yang sampai saat ini merupakan sangat
populer karena beberapa sifat yang unggul dibandingkan bahan lain. Diantaranya
adalah mudah dalam mendapatkan bahan bakunya, tahan api dalam tingkat suhu
tertentu, mudah mengikuti bentuk arsitektur yang diinginkan. Meskipun teknologi
beton telah terbukti kemampuannya, namun karena tuntutan konstruksi terhadap
kekuatan dan keawetan, teknologi ini dapat ditingkatkan efektifitas kinerjanya dengan
memperbaiki mutu beton yang dikenal dengan sobutan
7.1. Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi banyak yang mendifinisikan tentang kategori beton mutu tinggi
disesuaikan dengan kuat tekannya, seperti misalnya :
a. CSA mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c
lebih besar dari 70 MPa.
b. ACI mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c
lebih besar dari 60 MPa.
c. Sedangkan Firlandia telah kategori beton sebagai berikut :
- Normal Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan
tekan nominal berkisar antara 20 MPa - 60 MPa.
- High Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan
nominal sampai dengan 100 MPa.
Karena beton ini memiliki kekuatan yang tinggi maka sering disebut dengan
High Strength Concrete (HSC), selain memiliki kekuatan yang tinggi, beton ini juga
memiliki keawetan yang tinggi schingga disebut juga High Performance Concrete
(HPC).
Perbedaan yang jelas antara beton mutu tinggi dengan beton normal adalah
faktor air semen (f.a.s) yang digunakan. Pada beton mutu tinggi faktor air semen yang
digunakan rendah sehingga proses pengeringannya lebih cepat.
Melihat dan sifat getas yang dimiliki oleh beton mutu tinggi maka perlu
diketahui tentang sifat-sifat beton mutu tinggi baik sifat fisik maupun mekaniknya.
Selain itu telah dilakukan penelitian tentang perilaku balok boton mutu tinggi
Dari diagram tegangan dan regangan berbagai mutu beton terlihat bahwa
apabila kadar spesinya sangat dominan maka harya modulus elastisitasnya dapat
menurun cukup berarti dan semakin tinggi mutu beton semakin rendah regangan yang
terjadi sehingga hal ini menyebabkan perilaku keruntuhan lebih getas dibandingkan
dengan beton normal.
Durabilitas
Kepadatan
HPC dibentuk selain dengan adanya kualilas agregat yang tinggi, juga dengan
adanya bahan tambahan yang menjadikan pasta semennya mempunyai
kekuatan dan kekompakan yang lebih tinggi. Bahan tambahan tersebut dapat
berupa bahan mineral seperti abu terbang (fly ash), abu sekam (rice ash),
silica fume, blast furnace slag dan lain sebagainya, sedang bahan kimia
biasanya berupa plasticiser atau super plasticiser dan bahan tambahan lain
Saat menggunakan HRWR kekuatan beton 9000 Psi sampai 12000 Psi dapat
dicapai dengan menggunakan ukuran agregat kasar > 1 inci.
Berat agregat kasar kondisi kering padat adalah volume menurut tabel diatas kalikan
dengan be rat isi kering padat agregat.
Dengan jumlah air menurut tabel dan kadar udara pasir 35%, maka void agregat halus
adalah :
V=[ ] (28)
6. Kebutuhan semen
Jumlah kebutuhan semen adalah jumlah kebutuhan air dibagi dengan rasio (w/c+p)
menurut Tabel 15.
3. Air Pencampur
Kriteria penggunaan air untuk beton mutu tinggi tidak perlu diperhatikan secara
khusus jika air yang digunakan mutunya cukup baik untuk diminum. Jika tidak, maka
mutu air harus diuji sesuai ASTM C94.
4. Agregat Kasar
Dalam merancang proporsi campuran beton, agregat kasar perlu diperhatikan
secara khusus karena agregat kasar sangat mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat
beton. Agregat kasar mempengaruhi kekuatan dan sifat struktur beton. Untuk hal ini
agregat kasar harus dipilih yang cukup keras, tidak retak dan tidak mudah pecah,
bersih, bebas dari lapisan pada permukaannya. Sifat dari agregat kasar juga
mempengaruhi karakteristik lekatan agregat mortar dan pencampuran air yang
diperlukan. Untuk setiap tingkatan kekuatan bcton, ada ukuran optimum kasar
sehingga menghasilkan kekuatan terbesar setiap pound semen.
5. Agregat halus
Gradasi dan bentuk butiran agregat halus adaiah faktor yang terpenting dalam
produksi beton mutu tinggi. Sepertti halnya agregat kasar, bentuk butiran dan tekstur
7.5 Contoh dan Perhitungan Mix Disain Sesuai Dengan Jenis campuran
Sebuah contoh disajikan disini untuk menggarnbarkan prosedur perbandingan
beton mutu tinggi. Pada contoh ini semen yang digunakan adalah tipe I.
Beton mutu tinggi yang diinginkan untuk kolom pada tiga lantai pertama dun
bangunan tingkat tinggi. Persyaratan kekuatan tckan adalah 9000 Psi atau 62 MPa
pada umur 28 hari. Akibat jarak tulangan yang dekat dalam kolom. Ukuran
maksimum nominal agregat yang dapat digunakan adalah 1/4 inch. Pasir alami dalam
bata 5 ASTM C33 akan digunakan, yang mempunyai sifat seperti : modulus
kehalusan (FM) = 2,90 ; bulk specific gravity pada berat kering (BSG dry) 2,59 ;
V= [ ] x 100%
V= [ ] x 100% = 36%
[ ] = 977 Ib
Semen 977 lb
Pasir, kering 947 lb
Kelas F 15 sampai 25
Kelas C 20 sampai 30
c. Untuk gabungan campuran #1, berat fly ash per yd 3 beton adulah (0,2) x
(977) = 195 lb, oleh karena itu semennya = (977) - (195) = 782 lb.
d. Untuk campuran #1, volume semen per yd 3 beton adalah (782) (3,14 x
62,4) = 3,98 ft3 dan fly ash per yd3 adalah (195) (2,64 x 62,4 ) = 1,18 ft3.
Volume semen, fly ash dan total bahan semen pada campuran pertama
adalah 5,16 ft. Untuk semua gabungan campuran, volume agregat kasar,
air dan udara per yd3 beton adalah sama dengan dasar campuran yang
tidak mengandung bahun semen. Bagaimanapun juga, volume bahan
semen setiap campuran bervariasi. Berat pasir yang diperlukan per yd 3
beton untuk gabungan campuran #1 sebagai berikut :
Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
Campuran gabungan #2
Semen 733 lb
Fly ash 244 lb
Pasir, kering 908 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
9. Trial Campuran
Trial mixtures (trial campuran) dilakukan untuk campuran dasar dan masing-
masing dari keempat campuran gabungan tersebut. Pasir ditentukan yang
mempunyai total kelembaban 6,4% dan agregat kasar mempunyai total
kelembaban 0,5%, pada kondisi kering. Koreksi untuk menentukan bcrat
batching untuk campuran dasar dilakukan sebagai berikut: pasir, basah (947)
x (1+ 0,064) = 1008 lb; agregat kasar, basah (1854) x (1 + 0,005) = 1863 lb;
dan air, koreksi = (303)- (947) (0,064 - 0,01 1) - (1854) -0,007) = 257 lb.
Ukuran trial campuran menjadi 3,0 ft3 . Pengurangan berat batch untuk
menghasilkan 3,0 ft3 adalah sebagai berikut:
Campuran Dasar Camp. # 1 Camp. # 2 Camp. # 3 Camp. #,4
Semen, lb 108,56 86,89 81,44 76 70,56
Fly ash, Ib - 21,67 27,11 3256 38
Pasir, Ib 112 108,33 107,33 1 06,44 105,44
Agregat 207 207 207 207 207
kasar, lb
Air, lb 28,56 28,67 28,67 28,78 28,78
ASPAL
b. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus
adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). Agregat dapat
meningkatkan stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking) antara
butiran. Selain itu agregat halus juga mengisi ruang antara butir, bahan
ini dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran
dari keduanya. Agregat halus pada umumnya harus memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera
pada Tabel 17.
Maks. 8%
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997
c. Bahan Pengisi
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus
mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 (0,075) tidak kurang dari
75% terhadap beratnya (Bina Marga 2010).
LASTO N
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis Pengikat Lapis
Aus / Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan perbidang 75 112
Min 3,5
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Max 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi Aspal (VFA) (%) Min 65 63 60
Min 800 1800
Stabilitas Marshall (Kg)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60o C
Rongga dalam campuran (%) Min 2,5
8.3 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.
Menurut The Asphalt Institute Superpave (1999) Series No.1 (SP-1),
tonase dari produksi aspal setiap tahunnya bertambah terus-menerus mulai dari
3 juta ton pada tahun 1926 meningkat menjadi 8 juta ton pada tahun 1946,
kemudian terjadi peningkatan secara drastis pada tahun 1964 yaitu sebanyak 24 ton.
Aspal adalah sistem koloida yang rumit dari material hydrocarbon yang terbuat
dari Asphaltenes, resin dan oil.
Keterangan:
Gsbtot agregat : Berat jenis kering agregat gabungan, (gr/cc)
Gsb1, Gsb2… Gsbn : Berat jenis kering dari masing-masing agregat 1,2,3..n, (gr/cc)
Keterangan:
Gsatot agregat : Berat jenis semu agregat gabungan, (gr/cc)
Gsa1, Gsa2… Gsan : Berat jenis semu dari masing-masing agregat 1,2,3..n, (gr/cc)
P 1, P 2, P 3, … : Prosentase berat dari masing-masing agregat
Keterangan:
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gmm : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan (gr/cc)
Pmm : Persen berat total campuran (=100)
Pb : Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Gb : Berat jenis aspal
Keterangan:
Gmm : Berat jenis maksimum campuran,(gr/cc)
Pmm : Persen berat total campuran (=100)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Pb : Prosentase kadar aspal terhadap total campuran, (%)
Gse : Berat jenis efektif/ efektive spesific gravity, (gr/cc)
Gb : Berat jenis aspal,(gr/cc)
5) Penyerapan Aspal
Keterangan:
Pbe : Kadar aspal efektif, persen total campuran, (%)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Pba : Penyerapan aspal, persen total agregat, (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
Keterangan:
Pbe : Kadar aspal efektif, persen total campuran, (%)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Pba : Penyerapan aspal, persen total agregat, (%)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
[ ]
Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Ps : Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
[ ]
Keterangan :
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gsb : Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Pb : Kadar aspal, persen total campuran, (%)
Keterangan :
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, prosentase dari volume total, (%)
Gmb : Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Gmm : Berat jenis campuran maksimum teoritis setelah pemadatan (gr/cc)
9) Rongga udara yang terisi aspal (Voids Filled with Bitumen/ VFA)
Rongga terisi aspal (VFA) adalah persen rongga yang terdapat diantara
partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap
oleh agregat. Rumus adalah sebagai berikut:
[ ]
Keterangan :
VFA : Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, (%)
VMA : Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total, (%)
VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, prosentase dari volume total, (%)