Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1...........................................................................................................Latar
Belakang...........................................................................................1

1.2...........................................................................................................Ruang
Lingkup............................................................................................ 1

1.3........................................................................................................... Tujuan dan


Manfaat Pelaksanaan .......................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Metode Strukur baja...................................................................... 5

2.2. Pengertian........................................................................................ 5

2.3. Jenis jenis Baja........................................................................... 7

2.4. Sifat Baja....................................................................................... 9

2.5 Rencana Kerja & Syarat syarat Pemasangan.......................................11

BAB III POKOK PEMBAHASAN

3.1. Lokasi Pekerjaan Dilakukan...........................................................12

3.2. Penyambungan Baja....................................................................... 12

3.3. Sistem Pemasangan Baja Pada Atap..............................................23

3.3.1.Tata Cara Pelaksanaan dan Pemasangan ......................................23

3.4Evaluasi Kekurangan yang ada Selama Pemasangan


Konstruksi baja.........................................................................27

3.4.1Kelebihan dan Kekurangan menggunakan baja.....................27

BAB IVPENUTUP

4.1.Kesimpulan.........................................................................................28

4.2. Saran ..............................................................................................28


DAFTAR PUSTAKA&LAMPIRAN

KATA PENGANTAR
Pertama sekali tidak lupa kami mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa,berkat Karunianya kami dapat melaksanakan Tugas Lapangan ini dengan baik dan tak
kurang suatu apapun.Kedua,kami ucapakan terima kasih kepada Dosen kami Bpk.Ir.Simon
Dertha.MT., sebagai dosen Pembimbing kami dalam Tugas ini,sehingga kami mengerti apa
saja yang harus kami lakukan.

Dengan adanya tugas ini kami semakin mengerti bahwa di perlukan suatu pemahaman
yang sangat kuat dalam suatu pekerjaan Projek,baik dimanapun itu berada,kami juga semakin
tahu apa saja yang di perlukan dalam suatu pelaksanaan pekerjaan projek,baik dari segi alat
yang di gunakan maupun dari segi lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

Dengan demikian, semoga Laporan yang kami susun ini membantu para pembaca
lebih memahami pekerjaannya kelak dalam suatu projek pada pemasangan struktur baja pada
bangunan,terkhusus para Mahasiswa/i dalam menjalankan tanggung jawabnya.

Atas perhatiannya kami mengucapkan banyak Terima Kasih.

Medan,
14 Februari 2014

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Dengan banyaknya orang yang melaksanakan pekerjaan Projek baik dalam Projek
besar maupun sedang bahkan kecil saat ini khususnya di Medan,Mahasiswa/i tertarik untuk
ingin tahu dan ingin mempelajari bagaimana proses pelaksaan pekerjaan tersebut.Selain
karena minat Mahasiswa/i untuk mengetahuinya didukung juga dengan adanya Mata Kuliah
yang menerapkan teknik-teknik pelaksaan pekerjaan konstruksi yang dinamakan TEKNIK
PELAKSANAAN KONSTRUKSI, membuat Mahasiswa/i merasa bahwa mereka harus
lebih paham lagi mengenai pekerjaan seperti ini, yang mungkin kelak Ia juga akan
mengalami hal yang sama dalam suatu projek.

Oleh karena itu, dengan adanya hal-hal di atas maka Dosen tak jarang pula membuat
Tugas untuk mahasiswa/i agar mencari tahu, meneliti, mempelajari proses pelaksaan suatu
pekerjaan projek secara langsung di lapangan. Dalam hal ini kami Mahasiswa/i Jurusan
Teknik Sipil S-1 UNIKA St.Thomas Medan terkhusus yang mengikuti Mata Kuliah Teknik
Pelaksaan Konstruksi dari Bapak Ir.Simon Dertha, M.T, ditugaskan di lokasi Pelaksanaan
Pekerjaan pemancangan Pondasi dengan sistem Hidrolik Jacking Pile di Brig. Katamso
Medan. Tugas ini dibuat sebagai bahan pengganti Ujian Akhir Semester,T.A 2013/2014 untuk
Mata Kuliah Teknik Pelaksaan Konstruksi.

I.2.Ruang Lingkup

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, kita difokuskan pada proses pelaksanaan


pemancangan dengan sistem hidrolik jacking pile. Pedoman ini menetapkan ketentuan dan
persyaratan, metode kerja pelaksanaan, mengenal peralatan yang digunakan untuk pekerjaan
pemancangan pondasi.

I.3.Tujuan Dan Manfaat Pelaksanaan

1.3.1 Tujuan Pelaksanaan

Adapun tujuan kami adalah :

1. Dalam rangka memenuhi tugas akhir semester untuk mata kuliah Teknik Pelaksanaan
Konstruksi.
2. Untuk mengevaluasi metode pekerjaan pemancangan pondasi dengan menggunakan
hydrolic jacking pile di Jl. Brig katamso Medan.
1.3.2 Manfaat Pelaksanaan

Manfaat dari memuat laporan ini adalah kami lebih mengenal proses pemancangan
pondasi dengan menggunakan hidrolik jacking pile.
BAB II
LANDASAN TEORI

PEMANCANGAN DENGAN HYDROLIC JACKIN PILE

II.1.Pengertian

1. Umum

Dalam bidang konstruksi, produktivitas merupakan salah satu faktor


yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu proyek
konstruksi tersebut agar sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
Sehingga sangat perlu untuk menjaga agar produktivitas di lapangan
tetap stabil dengan meningkatkan sumber daya untuk mendukungnya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas.

Pengukuran produktivitas, banyak sekali mengalami kesulitan karena


produktivitas tidak bisa diukur secara akurat melainkan hanya bisa
melalui suatu pendekatan [Pilcher,1992]. Karena ada banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas. Diharapkan dengan pengukuran
produktivitas ini dapat diperoleh sebuah gambaran tren produktivitas saat
diukur, dan dapat dijadikan patokan untuk memperbaiki nilai
produktivitas untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan [Ahuja,
1983]. Perubahan desain, keterlambatan dalam penyediaan material atau
peralatan dapat merusak irama kerja. Ketika irama kerja terganggu, akan
didapatkan efek yang merugikan produktivitas dan pada gilirannya dapat
menyebabkan keterlambatan. Keterlambatan proyek dapat ditinjau pada
waktu perencanaan, pelaksanaan, dan juga melalui hasil akhir proyek.
Terlambat dapat dianggap sebagai akibat dari tidak terpenuhinya jadwal
(rencana) yang telah dibuat, yang disebabkan oleh ketidaksesuaian
kondisi latar belakang tersebut dengan kenyataan sebenarnya.

Seiring dengan perkembangan proyek konstruksi, banyak alat-alat


yang diciptakan dan dikembangkan untuk membantu dan mempermudah
aktivitas dalam pengerjaan proyek konstruksi tersebut. Alat tidak lagi
sepenuhnya menggunakan tenaga manusia tetapi manusia hanya
menjadi bagian untuk proses pengoperasian alat tersebut. Oleh sebab itu
dalam pelaksanaanya pemilihan alat sangat perlu direncanakan dengan
tepat dan cermat sesuai dengan keadaan proyek dan kemampuan
pekerja. Pengoperasian alat yang salah dan penggunaan alat yang tidak
tepat akan berpengaruh terhadap kinerja dari proyek tersebut. Demikian
pula dengan ketersediaan tenaga kerja yang ahli dalam mengoperasikan
alat tersebut. Semua faktor ini akan saling mempengaruhi dan
mendukung tetapi apabila hanya satu faktor saja yang diprioritaskan,
maka akan saling merugikan yang berakibat pada keterlambatan proyek
tersebut. Apabila alat beroperasi dengan baik dan dapat menghasilkan
output sesuai dengan yang diinginkan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas maka dianggap proyek berjalan lancar.

Salah satu alat yang umumnya dipakai pada proyek bangunan tinggi
adalah alat pancang untuk pengerjaan pondasi. Dengan keadaan proyek
yang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk lainnya maka alat
pancang yang sering digunakan dalam situasi ini adalah jack-in pile.
Kelebihan alat ini antara lain gangguan terhadap lingkungan dapat
diminimalkan karena tidak menimbulkan getaran dan kebisingan. Dalam
penggunaan jack-in pile, harus diperhatikan cara kerjanya agar alat dapat
beroperasi dengan efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga ahli yang
sesuai dengan waktu pelaksanaan serta output yang dihrapkan. Hal ini
harus diperhatikan agar proyek dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan dan ditetapkan. Konstruksi pondasi dalam (deep
foundation) mempunyai struktur yang sangat kompleks dibandingkan
dengan konstruksi pondasi dangkal (shallow foundation). Metode
konstruksinya memiliki penampilan yang lebih rumit atau memiliki
banyak keterkaitan dengan bagian-bagian lainnya. Salah satu jenis alat
pancang yang sering digunakan adalah jenis Jack-in Pile.

II.2. Pengertian Dan Defenisi Hydrolic Jack in Pile

Jack in pile adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang pelaksanaannya
ditekan masuk ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang
diberi beban counterweight sehingga tidak menimbulkan getaran dan gaya tekan
dongkrak langsung dapat dibaca melalui manometer sehingga gaya tekan tiang
setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui. Sebelum melakukan jack-in,
maka diadakan tes sondir dan boring. Dari hasil tes sondir tersebut, rata-rata
kedalaman tanah kerasnya akan diketahui yang kemudian dibandingkan dengan
perencanaan panjang dan kedalaman tiang. Pengerjaan dengan menggunakan
Jack-in Pile ini memiliki keuntungan-keuntungan antara lain, bebas dari
kebisingan/getaran dan polusi serta pondasi tipe ini cocok digunakan pada daerah
perkotaan atau daerah padat penduduk. Mampu memancang pondasi dengan
berbagai ukuran mulai dari 200x200 mm sampai 500x500 mm atau juga dapat
untuk spun pile dengan diameter 300 sampai dengan 600 mm. Mobilisasi mudah.

Pada Jack-in Pile tidak mungkin terjadi keretakan pada kepala tiang seperti
pada
sistem pemancangan dan juga tidak mungkin terjadi necking seperti pada
sistem
bore-pile.

Jack in pile ini memiliki 4 guah kaki,yang mana terdiri dari 2 kaki pada bagian luar( rel
besi berisi air),dan dua kaki pada bagian dalam yang semua nya digerakkan secara hidrolis.Kaki-
kaki ini disebut juga support sleeper yang digunakan untuk bergerak menuju titik titik yang
sudah ditentukan sebelumya dan di beri tanda.Jack in pile ini memiliki kemampuan mobilisasi
dan mampu untuk memancang tiang panjang berdiameter besar.
Alat lain yang digunakan untuk mendukung kinerja alat ini adalah mobile crane,yang
berfungsi untuk mengangkat tiang pancang ke dekat alat pancang.

II.3. Jack in Pile type Hydraulic Static Pile Driver

Alat pancang yang digunakan pada proyek ini adalah Jack-in Pile type
Hydraulic
Static Pile Driver Sunwad ZYJ320. Dengan beban ultimate yang mencapai 320
ton. Alat penekan tiang pancang yang terletak pada bagian tengah mesin
dikelilingi beban counterweight bergerak menggunakan rel yang dapat
berpindahpindah

dengan bantuan mesin hidrolis pada bagian bawah mesin (Gambar 1).

Jack-in Pile ini memiliki 4 buah kaki, yang mana terdiri dari 2 kaki pada
bagian
luar (rel besi berisi air) dan 2 kaki pada bagian dalam yang semuanya
digerakkan
secara hidrolis. Kaki-kaki ini disebut sebagai support sleeper yang digunakan
untuk bergerak menuju ke titik-titik yang sudah ditentukan sebelumnya dan
diberi
tanda. Jack-in Pile type Hydraulic Static Pile Driver memiliki kemampuan
mobilisasi dan mampu untuk memancang tiang pancang berdiameter besar.
Alat lain yang digunakan untuk mendukung kinerja alat ini adalah mobile crane
yang berfungsi untuk mengangkat tiang pancang ke dekat alat pancang.
Mobile
crane sering digunakan dalam proyek-proyek yang berskala menengah namun
proyek tersebut membutuhkan alat untuk mengangkut bahan-bahan
konstruksi
yang cukup berat, termasuk tiang pancang. Mobile crane digunakan dalam
proyek
konstruksi dengan area yang cukup luas karena mobile crane mampu bergerak

bebas mengelilingi area proyek [Nunnally, 2000].

II.4 Cara Kerja

Cara kerja alat ini secara garis besar adalah sebagai berikut:
Langkah 1
Tiang pancang diangkat dan dimasukkan perlahan ke dalam lubang pengikat
tiang
yang disebut grip, kemudian sistem jack-in akan naik dan mengikat atau
memegangi tiang tersebut. Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip, maka
tiang
mulai ditekan.
Langkah 2
Alat ini memiliki ruang kontrol/kabin yang dilengkapi dengan oil pressure atau
hydraulic yang menunjukkan pile pressure yang kemudian akan dikonversikan ke

pressure force dengan menggunakan tabel yang sudah ada.


Gambar 2. Penekanan tiang pancang.

Langkah 3
Jika grip hanya mampu menekan tiang pancang sampai bagian pangkal
lubang
mesin saja, maka penekanan dihentikan dan grip bergerak naik ke atas untuk
mengambil tiang pancang sambungan yang telah disiapkan.
Tiang pancang sambungan (upper) kemudian diangkat dan dimasukkan ke
dalam
grip (Gambar 2). Setelah itu sistem jack-in akan naik dan mengikat atau
memegangi tiang tersebut. Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip, maka
tiang
mulai ditekan mendekati tiang pancang 1 (lower). Penekanan dihentikan
sejenak
saat ke dua tiang sudah bersentuhan. Hal ini dilakukan guna mempersiapkan

penyambungan ke dua tiang pancang dengan cara pengelasan (Gambar 3).


Gambar 3. Pemasukan tiang pancang sambungan.

Gambar 3. Pemasukan tiang pancang sambungan.

Langkah 4
Untuk menyambung tiang pertama dan tiang kedua digunakan sistem
pengelasan.
Agar proses pengelasan berlangsung dengan baik dan sempurna, maka ke
dua
ujung tiang pancang yang diberi plat harus benar-benar tanpa rongga
(Gambar 4).
Pengelasan harus dilakukan dengan teliti karena kecerobohan dapat
berakibat

fatal, yaitu beban tidak tersalur sempurna.


Gambar 4. Penyambungan tiang.

II.5 Keunggulan Hydraulic Jack In Pile

1. Menghasilkan daya dukung gesek tanah yang lebih baik karena metoda hidraulic jack
in (metoda penetrasi tekan statis) sehingga tanah yang tadinya mendorong kesamping
akibat penetrasi tiang dalam beberapa jam tanah yang terdorong akan kembali
menjepit tiang dan memberikan daya dukung tambahan.
2. Tidak menghasilkan suara bising
3. Out put pekerjaan/produktifitas kerja nya lebih baik dari pada hammer
4. Tidak menimbulkan getaran disekeliling sehingga aman buat bangunan di dekat nya
5. Tidak memerlukan loading test beban aksial,karna mesin jack in pile dilengkapi
dengan pressure gauge,sehingga beben aksial aktual dapat diketahui dari pembacaan
nilai Mpa pada pressure gauge di instrumen mesin.
II.6 Kekurangan Metoda hydraulic jack in pile

1. Tidak maksimal pengerjaan nya jika terjadi hujan karena bila tiang diperlukan
welding atau pengelasan sambungan maka proses penyambungan tiang pancang butuh
waktu lama.
2. Jika menggunakan mesin hyrolic jack in robot lambat untuk berpindah dari suatu titik
ke titik pemancangan lain.
3. Pada saat mobilisasi mesin ke lokasi proyek mesin hidraulic jack in saat tergantung
terhadap ketersediaan tronton dan crane servis( mobile crane).
BAB III

PROSES PENGERJAAN DI LAPANGAN

III.1 Quality Control

1. Kondisi fisik tiang

a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak

b. Umur beton telah memenuhi syarat


c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan

2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung.
Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal
dibatasi tidak lebih dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang
tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi
setiap setengah meter.
III.2 Proses pengangkatan tiang pancang

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan


ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum
pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama

III.3. Proses Pemasukan Tiang Pancang Kedalam Lubang


Gambar diatas adalah tiang pancang yang sudah dimasukkan ke dalam lubang pengikat
tiang
yang disebut grip, kemudian sistem jack-in akan naik dan mengikat atau
memegangi tiang tersebut. Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip.
III.4 Mengecek Kemiringan

Untuk memastikan bahwa tiang pancang telah lurus dengan titik yang telah di
tentukan ,baik dari depan maupun dari samping. Yaitu dengn menggunakan alat seperti
gambar.
III.5 Proses Penekanan Tiang

Setelah tiang dijepit oleh grif,kemudian tiang ditekan perlahan-lahan,dan setiap 0.5
meter di cek kemiringannya.demikian seterusnya sampai kedalaman yang di inginkan.
BAB 4

PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dari survey yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pemancangan telah sesuai dengan prosedur yang ada.
.

1.2. Saran
Sebaik nya semua peralatan yang dibutuhkan hydrulic jack in pile disediakan
dilapangan,supaya jika ada kerusakan dapat dengan mudah diperbaiki dan tidak
menghambat proses pemancangan.

Anda mungkin juga menyukai