KE
MUSEUM SANGIRAN
Disusun Oleh :
Nama : Diva Mustika Devi
No. Absen : 7
Kelas : VII C
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
yang berjudul “Laporan Out Door Class Season di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah” ini
dengan baik tanpa ada halangan.
Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Selain itu, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya jika
terdapat kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Sidoharjo, ___________________
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Museum Sangiran adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan
Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan
dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan
Dunia. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen
(Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah
Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang
merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo).
Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang
menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan
terlengkap di Asia, bahkan dunia. Dalam museum ini dapat diperoleh informasi lengkap
tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu
pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs
Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus
Erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor
Von Koenigswald.
Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta
tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini, sehingga para ahli dapat
merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara
berurutan. Koleksi yang tersimpan di museum ini mencapai 13.806 buah yang tersimpan
pada dua tempat yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875 di dalam ruang
penyimpanan.
Museum sangiran menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti
Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dibahas tentang informasi tentang museum sangiran.
B. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui sejarah situs sangiran
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya sangiran.
3. Untuk mengetahui formasi lapisan sangiran
4. Untuk mengetahui pengungkap situs sejarah sangiran.
5. Untuk mengetahui koleksi – koleksi museum sangiran
6. Untuk mengetahui pengertian fosil, manfaat dan syarat terbentuknya fosil.
7. Untuk mengetahui proses pembentukan fosil
8. Untuk mengetahui kehidupan di bumi pada masa PraAksara
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Penulis :
a. Bangga menjadi warga Negara Indonesia
b. Menambah wawasan dan pengetahuan sejarah mengenai peradaban manusia
purba di Indonesia
c. Mempelajari dan memahami cara penulisan karya tulis yang benar
2. Manfaat Bagi Peneliti/ Penulis Lain
a. Karya tulis ini dapat dijadikan bahan acuan/ referensi pada penelitian/ penulisan
selanjutnya
b. Menjadikan karya tulis ini sebagai isi tinjauan pustaka dari karya tulis peneliti/
penulis lain
c. Sebagai contoh karya tulis yang benar
3. Manfaat Bagi Pembaca
a. Bagai mengunjungi museum Sangiran secara nyata padahal hanya membaca
sebuah karya tulis
b. Menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai sejarah museum purba di
Indonesia
c. Menjadikan situs Sangiran menjadi salah satu target wisata bersama keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Museum merupakan suatu tempat yang ideal sebagai wadah kegiatan pendidikan
sekaligus hiburan. Dengan demikian museum diharapkan mampu menyajikan
pengetahuan dan keterampilan dalam suasana yang menyenangkan. Peran museum
sebagai mitra pendidik dapat merujuk pada Empat Tiang Pendidikan Abad ke-21 yang
merupakan hasil rumusan Komisi Internasional untuk tahu (learn to know), belajar untuk
melakukan (learn to do), belajar untuk menjadi (learn to be) dan belajar untuk hidup
bersama (learn to live together).
Untuk menjadikan museum sebagai mitra pendidik dengan keempat pilar tersebut
memang bukan hal yang mudah. Namun, paling tidak museum-museum di Indonesia
hendaknya mulai sadar bahwa mereka mempunyai potensi yang cukup besar untuk
diarahkan menjadi wahana pembelajaran yang mendukung empat pilar pendidikan
tersebut. Dengan demikian, dunia permuseum di Indonesia akan mampu memberikan
sumbangan bagi pembangunan bangsa dan Negara di era global saat ini.
Sebagai lembaga pelestarian benda-benda budaya, koleksi museum dapat
dijadikan sebagai sumber pendidikan. Salah satunya adalah sumber pendidikan hubungan
antarbangsa khususnya kita dapat mengetahui hubungan antarbangsa pada masa lampau
melalui koleksi-koleksi museum. Koleksi museum dapat diketahui bagaimana hubungan
antarbangsa pada masa lampau berlangsung.
Bentuk hubungan antarbangsa pada masa lampau tersebut hendaknya bisa menjadi
inspirasi hubungan antarbangsa di masa sekarang ini untuk dapat menjalin hubungan
baik. Seperti pesan yang menyatakan bahwa “belajar dari masa lampau untuk merajut
hubungan yang lebih baik di masa depan”. Salah satu media pembelajarannya dapat
diperoleh dengan mengamati dan menelaah koleksi museum.
B. Pesan
Museum Sangiran merupakan salah satu museum purba kita miliki, maka
hendaknya kita menjaga. Zaman Praaksara tidak akan bisa diulang kembali, namun di
dalam Museum Sangiran terdapat bukti bukti Zaman Praaksara. Maka, kita sebagai
penerus bangsa harusnya menjaga dan mampu merawat peninggalan-peninggalan
tersebut.
C. Kesan
Mengetahui kebudayaan zaman dahulu yang sangat beragam dan menarik untuk
diketahui lebih dalam. Dan mengetahui proses terbentuknya bumi
D. Saran
1. Sebaiknya tempat-tempat wisata tersebut lebih dikembangkan sarana dan
prasarananya. Agar lebih menimbulkan daya tarik bagi para pengunjung.
2. Memperbanyak tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi.
3. Kunjungan ke tempat tempat bersejarah harus sering sering dilakukan, agar peserta
didik dapat memahami sejarah sejarah yang pernah terjadi dibumi ini.
LAMPIRAN