Anda di halaman 1dari 5

Jenis Cinta dalam Islam Menurut

Ibnu Qayyim | YDSF


12 Februari 2020
Cinta, sesuatu yang sudah menjadi fitrah setiap makhluk hidup. Cinta dapat diartikan sebagai
sebuah emosi dari kasih sayang dan ketertarikan pribadi. Dalam bahasa Arab, cinta diistilahkan
dengan ‘mahabbah’. Yang mana berasal dari kata hubb.

Di dalam Al-Qur’an, hubb memiliki makna yang berbeda-beda. Mulai


bermakna itsar (mendahulukan atau mengedepankan), memilih, al-Mawaddah (cinta itu
sendiri), al-Qillah (sedikit), hingga an-Naf’u (bermanfaat).

Banyak arti yang ditarik dari kata mahabbah oleh para ulama dan ahli ilmu bahasa Arab
terdahulu. Salah satunya, menurut Ibnu Faris, mahabbah berarti tetap teguh mendampingi atau
menyertai.

Yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini adalah macam-macam cinta menurut pandangan
salah satu ulama besar, Ibnu Qayyim al-Jauzy. Dalam kita beliau yang berjudul Raudlatul
Muhibbin wan Nauzhah Musytaqin atau yang berarti Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan
Memencdam Rindu, telah dijelaskan beberapa jenis cinta dalam Islam. Hal tersebut juga dapat
membantu kita untuk tidak tenggelam dalam sebuah cinta yang semu. Cinta yang selama ini
hanya kita dengar dan kita lihat dalam bentuk duniawi.

1. Mahabbatullah (Cinta Kepada


Allah)
Mencintai Allah dengan segala keagungan-Nya, memang sudah menjadi hal yang selayaknya
bahkan sebua kewajiban kita. Namun, cinta kepada Allah saja tidaklah cukup. Para orang-orang
musyrik, penyembah salib, umat Yahudi, dan cabang-cabang lainnya juga mengaku cinta pada
Allah (dengan pemahaman mereka masing-masing).

Sebagaimana Allah Swt. berfirman,


‫ت‬
ِ ‫َاوا‬ ُ ‫وب ُك ْم ۖ َب ْل َأ ْن ُت ْم َب َش ٌر ِممَّنْ َخلَقَ ۚ ي َْغفِ ُر ِل َمنْ َي َشا ُء َويُعَ ِّذبُ َمنْ َي َشا ُء ۚ َوهَّلِل ِ م ُْل‬
َ ‫ك ال َّسم‬ ِ ‫ت ْال َيهُو ُد َوال َّنصَ ارَ ٰى َنحْ نُ َأ ْب َنا ُء هَّللا ِ َوَأ ِحبَّاُؤ هُ ۚ قُ ْل َفلِ َم يُعَ ِّذ ُب ُك ْم ِب ُذ ُن‬ِ َ‫َو َقال‬
ْ
‫ض َومَا َب ْي َن ُهمَا ۖ َوِإلَ ْي ِه المَصِ ي ُر‬ ِ ْ‫َواَأْلر‬
“Orang-orang  Yahudi dan Nasrani  mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-
kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu
bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara
orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-
lah kembali (segala sesuatu).” (Qs. Al-Maidah: 18).
Maka, jelas dalam ayat tersebut, bahwa mencintai Allah saja tidak cukup menyelamatkan kita
dari adzab pedih. Harus disertai dengan pengesaan dan ibadah terhadap-Nya.

2. Mahabbah Maa Yuhibbullah


(Mencintai Apa yang Dicintai Allah)
Ketika sudah mencinta, maka kita juga harus mencitai apa-apa yang disukai-Nya. Agar Allah pun
juga mencintai diri kita. Perkara sederhana ini pun juga dapat membuat kita menjadi lebih dekat
dengan Allah dan Islam, serta menjauhkan dari kekufuran.

3. Al-Hubb Fillah wa Lillah (Cinta


Karena Allah dan di Jalan Allah)
Ketika kita sudah  mencintai dengan betul, ikhlas, dan sepenuh hati kepada Allah, maka saat
akan memulai cinta kepada hal lain pun juga harus karena dan berada di jalan Allah Swt. Karena
dengan hal tersebut, dapat menjauhkan kita dari cinta-cinta yang salah. Dan dalam setiap cinta
karena Allah dan dalam ketaatan kepada-Nya, akan membuat kita menjadi lebih tulus dalam
mencinta.

Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw.,

“Terdapat  tujuh golongan yang akan dinaungi Allah  dengan naungan-Nya pada hari yang tiada
naungan kecuali hanya naungan-Nya, (tujuh golongan tersebut) adalah; imam yang adil, pemuda
yang tumbuh dalam keadaan beribadah kepada Allah, orang yang hatinya selalu bergantung pada
masjid ketika ia keluar dari masjid hingga ia datang kembali,  dua orang yang saling menyayangi
karena Allah, mereka berdua berkumpul karena Allah dan berpisah juga karena Allah, orang yang
ingat Allah di waktu sunyi lalu kedua matanya meneteskan air mata, seorang lelaki yang diajak oleh
wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia menjawab; Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, dan seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya
tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya.” (Bukhari dan Muslim).

4. Al-Mahabbah Ma’allah (Cinta


Selain Allah Bersama Allah)
Cinta ini adalah cinta yang menduakan Allah. Dan dalam cinta seperti ini yang akan membawa
kesengsaraan dan keburukan bagi siapa saja yang melakukannya. Karena telah menjadikan hal
lain sebanding atau sederajat dengan Allah.
5. Al-Mahabbah Ath-Thabi’iyyah
(Cinta Manusiawi)
Pada cinta jenis ini, berbeda dengan pembahasan empat cinta di atas. Rasa cinta yang satu ini
berhubungan dengan tabiat, watak, atau hal-hal yang kita senangi hingga kemudian
menumbuhkan cinta. Namun, tetap saja, cinta jenis ini juga harus memiliki batasan khusus.
Jangan sampai membutakan dan membuat kita lupa untuk bersyukur kepada Allah Swt.

Allah Swt. berfirman,


َ‫مْوال ُ ُك ْم َواَل َأ ْواَل ُد ُك ْم عَ نْ ذ ِْك ِر هَّللا ِ ۚ َو َمنْ َي ْفعَ ْل ٰ َذلِكَ َفُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ْال َخاسِ رُون‬
َ ‫يَا َأ ُّيهَا الَّذِينَ آ َم ُنوا اَل ُت ْل ِه ُك ْم َأ‬
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs. Al-
Munafiqun: 9).

Semoga dengan penjelasan ini, kita dapat menata hati dan cinta kita kembali. Agar menjadi
hamba-Nya yang selalu bersyukur serta mengharap ridho-Nya semata. (asm)

Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzy menjelaskan dalam kitabnya Raudlatul Muhibbin wan
Nauzhah Musytaqin (Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu) bahwa
ada beberapa jenis cinta yang harus dibedakan agar tidak timbul persepsi yang salah
dan tenggelam dalam kebinasaan.
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/imam-al-ghazali-hakikat-cinta-macamnya-dan-yang-
berhak-dicinta-NMeCs

1. Mahabbatullah (Cinta Kepada Allah)


Cinta kepada Allah adalah cinta yang sebenar-benarnya, cinta yang hakiki, dan
merupakan kewajiban bagi kita untuk bisa mewujudkannya. Tetapi, hanya dengan
mencintai Allah saja tidak cukup untuk menyelamatkan kita dari siksaNya. Karena
orang-orang musyrik, para penyembah salib, umat Yahudi, dan yang lainnya juga
mengaku mencintai Allah (namun dalam konteks yang berbeda.)

Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam Qs. Al-Maidah:18.


“orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata : ‘kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-
kekasihNya.’ Katakanlah : ‘mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian ?’”
Dalam ayat tersebut sudah jelas bahwa cinta saja tidak cukup untuk membangun
kedekatan kepada Allah, akan tetapi harus disertai dengan ibadah dan pengesaan
terhadapNya.

2. Mahabbah Maa Yuhibbullah (Mencintai Apa Yang Dicintai Allah)


Jika kita ingin dicintai seseorang, tentunya kita juga harus mencintai sesuatu yang
disukainya. Begitu juga jika ingin mendapatkan cinta Allah. Cinta jenis ini mengajak kita
agar kita lebih dicintai Allah, karena dengan begitu Allah akan mencintai kita, dan
dicintai oleh seluruh makhlukNya, baik yang berada di bumi ataupun di langit.

3. Al-Hubb Fillah Wa Lillah (Cinta Karena Allah dan di Jalan Allah)


Jenis cinta ini merupakan syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh Allah
(Mahabbah Maa Yuhibbullah) karena mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus
kecuali jika ia mencinntai karena Allah dan di jalan Allah. Sebagaimana ilustrasi berikut :

Seorang muslim tentu mencintai Rasulullah saw, dan wajib untuk mencintainya. Akan
tetapi, jika cinta ini tidak dilakukan di jalan Allah, yakni tidak sesuai dengan anjuran yang
disyareatkan, atau tidak mengikuti perintah beliau saw, justru cinta ini akan menjadi
malapetaka baginya. Karena ia sama hal dengan orang munafik, yakni orang-orang
yang perbuatannya tidak sesuai dengan hatinya.
4. Al-Mahabbah Ma’allah (Cinta Yang Menduakan Allah)
Maksudnya, cinta jenis ini kita mencintai selain Allah dan disisi lain kita juga mencintai
Allah dengan kadar yang sama. Cinta jenis ini adalah rasa cinta yang dapat
membawanya pada keburukan dan kesengsaraan, apalagi jika dilakukan bukan karena
Allah dan bukan dijalanNya. Karena ia telah menjadikan objek yang dicintainya sebagai
tandingan Allah.

Sebagaimana yang tertuang dalam Qs. Al-Baqarah : 165 “dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandangin-tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, amat besar
kecintaannya kepada Allah.”

5. Al-Mahabbah Ath-Thabi’iyyah (Cinta Manusiawi)


Untuk cinta jenis ini, berbeda dari jenis cinta sebelumnya. Kita diperbolehkan
memilikinya. Cinta jenis ini memiliki kesesuaian dengan watak dan naluri kita untuk
mencintai. Sebagaimana orang yang haus pasti akan mencintai air dan sangat
mengharapkannya, dan juga orang yang lapar pasti akan mencintai makanan dan
sangat mengharapkannya. Begitu juga dengan cinta jenis ini.

Akan tetapi cinta jenis ini memiliki batasan khusus. Kita diperbolehkan untuk mencintai
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan kita. Namun jangan sampai hal tersebut
melalaikan kita dari mengucap syukur dan beribadah kepadaNya. Sebagaimana yang
tercantum dalam Qs. Al-Munafiqun : 09 “Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Karena barang siapa yang berbuat
demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Itulah jenis-jenis yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Qayyim yang merupakan ulama
ternama di zamannya, dan yang menjadi rujukan ulama-ulama lainnya, khususnya
dalam mengkaji soal cinta.

https://ricky-elfaqru313.blogspot.com/2018/08/5-jenis-cinta-dalam-islam-menurut-
imam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai