Banyak arti yang ditarik dari kata mahabbah oleh para ulama dan ahli ilmu bahasa Arab
terdahulu. Salah satunya, menurut Ibnu Faris, mahabbah berarti tetap teguh mendampingi atau
menyertai.
Yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini adalah macam-macam cinta menurut pandangan
salah satu ulama besar, Ibnu Qayyim al-Jauzy. Dalam kita beliau yang berjudul Raudlatul
Muhibbin wan Nauzhah Musytaqin atau yang berarti Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan
Memencdam Rindu, telah dijelaskan beberapa jenis cinta dalam Islam. Hal tersebut juga dapat
membantu kita untuk tidak tenggelam dalam sebuah cinta yang semu. Cinta yang selama ini
hanya kita dengar dan kita lihat dalam bentuk duniawi.
“Terdapat tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dengan naungan-Nya pada hari yang tiada
naungan kecuali hanya naungan-Nya, (tujuh golongan tersebut) adalah; imam yang adil, pemuda
yang tumbuh dalam keadaan beribadah kepada Allah, orang yang hatinya selalu bergantung pada
masjid ketika ia keluar dari masjid hingga ia datang kembali, dua orang yang saling menyayangi
karena Allah, mereka berdua berkumpul karena Allah dan berpisah juga karena Allah, orang yang
ingat Allah di waktu sunyi lalu kedua matanya meneteskan air mata, seorang lelaki yang diajak oleh
wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia menjawab; Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, dan seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya
tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya.” (Bukhari dan Muslim).
Semoga dengan penjelasan ini, kita dapat menata hati dan cinta kita kembali. Agar menjadi
hamba-Nya yang selalu bersyukur serta mengharap ridho-Nya semata. (asm)
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzy menjelaskan dalam kitabnya Raudlatul Muhibbin wan
Nauzhah Musytaqin (Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu) bahwa
ada beberapa jenis cinta yang harus dibedakan agar tidak timbul persepsi yang salah
dan tenggelam dalam kebinasaan.
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/imam-al-ghazali-hakikat-cinta-macamnya-dan-yang-
berhak-dicinta-NMeCs
Seorang muslim tentu mencintai Rasulullah saw, dan wajib untuk mencintainya. Akan
tetapi, jika cinta ini tidak dilakukan di jalan Allah, yakni tidak sesuai dengan anjuran yang
disyareatkan, atau tidak mengikuti perintah beliau saw, justru cinta ini akan menjadi
malapetaka baginya. Karena ia sama hal dengan orang munafik, yakni orang-orang
yang perbuatannya tidak sesuai dengan hatinya.
4. Al-Mahabbah Ma’allah (Cinta Yang Menduakan Allah)
Maksudnya, cinta jenis ini kita mencintai selain Allah dan disisi lain kita juga mencintai
Allah dengan kadar yang sama. Cinta jenis ini adalah rasa cinta yang dapat
membawanya pada keburukan dan kesengsaraan, apalagi jika dilakukan bukan karena
Allah dan bukan dijalanNya. Karena ia telah menjadikan objek yang dicintainya sebagai
tandingan Allah.
Sebagaimana yang tertuang dalam Qs. Al-Baqarah : 165 “dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandangin-tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, amat besar
kecintaannya kepada Allah.”
Akan tetapi cinta jenis ini memiliki batasan khusus. Kita diperbolehkan untuk mencintai
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan kita. Namun jangan sampai hal tersebut
melalaikan kita dari mengucap syukur dan beribadah kepadaNya. Sebagaimana yang
tercantum dalam Qs. Al-Munafiqun : 09 “Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Karena barang siapa yang berbuat
demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
Itulah jenis-jenis yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Qayyim yang merupakan ulama
ternama di zamannya, dan yang menjadi rujukan ulama-ulama lainnya, khususnya
dalam mengkaji soal cinta.
https://ricky-elfaqru313.blogspot.com/2018/08/5-jenis-cinta-dalam-islam-menurut-
imam.html?m=1