Anda di halaman 1dari 4

Cinta bagiku adalah perasaan yang sangat amat rumit untuk dijelasakan hanya

dengan sebuah kata-kata. Bahkan, detik ini ketika aku menulis hal tentang cinta, aku
masih memikirkan definisi yang tepat untuk menggambarkan rasa bernama “Cinta”
ini. Ketika mendengar kata “Cinta” yang aku pikirkan hanyalah dua orang manusia,
laki-laki dan perempuan yang oleh Allah ditakdirkan untuk bersama-sama mencari
rdho-Nya. Tapi, mengapa aku hanya memikirkan hal itu? Sementara aku mempunyai
Allah yang sangat amat mencintaiku meski kadang aku tidak setia kepada-Nya, aku
punya Rasulullah yang sangat mencintaiku bahkan sekalipun kami tidak pernah
bertatap muka. Aku punya dua orang hebat yang selalu mencintaiku bernama Bapak
dan Ibuk meskipun aku selalu menghabiskan uang bulanan di pertengahan bulan. Aku
juga punya kakak laki-laki hebat yang mencintaiku meskipun aku selalu meminta uang
ketika pertengahan bulan. Aku punya keluarga besar yang sangat amat mencintaiku
meskipun aku tidak hafal nama dan alamat mereka masing – masing. Aku punya
sahabat dan teman yang sangat mencintaiku meskipun aku selalu numpang di kost
mereka, kadang lupa sama tugas kelompok, suka tidur di kelas, suka maksa, bawel,
kalau berbicara tidak pernah disaring, suka minjam uang, dan banyak kekuranganku
yang lain. Lalu, masihkah kita berpikir cinta hanya dimiliki oleh sepasang kekasih?
Apakah kita masih berpikir bahwa hidup kita hampa tanpa cinta hanya karena kita
tidak memiliki kekasih, sementara kita menghirup oksigen dengan gratis serta
nikmat sehat yang kita miliki? Pada dasarnya aku (mungkin kamu juga) kurang rasa
syukur dengan menganggap “hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga”. Nyatanya
hidup kita penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan kalau kita mau
mensyukurinya. Mengenal cinta “tak kenal maka ta’aruf” kata-kata yang sering
diplesetkan oleh jombloers. Kita ada di dunia ini, di dalam tubuh dengan nama kalian
karena berdasar oleh cinta. Pertama kenali cinta Allah kepada kita.

َ‫صفَاتِ ِه َوَأ ْف َعالِ ِه َأ َحبَّهُ الَ َم َحالَة‬ ْ ‫َمنْ ع ََرفَ هللاَ بَِأ‬
ِ ‫س َماِئ ِه َو‬

“Barang siapa yang mengenal Allah melalui nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan


perbuatan-perbuatan-Nya, pasti dia akan mencintai-Nya! ” (Ibnul Qayyim, Al-
Jawabul Kafi)

Mau sampai kapan kita terus meragukan cinta Allah kepada kita yang benar adanya?
Justru yang perlu kita ragukan adalah rasa cinta kita kepada Allah. Sudahkah kita
mencintai Allah melebihi apapaun? Tanyakan pada diri kita masing-masing! Karena
yang paling tahu seberapa besar kita mencintai Allah hanya Allah dan diri kita.
Kemudian setelah kita mencintai Allah kewajiban kita adalah mencintai Rasulullah
SAW.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫قُلْ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّونَ هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.’” [Ali ‘Imran: 31].

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan
mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk
mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang
mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap
bid’ah adalah sesat. Renungi, apakah kita termasuk salah seorang yang telah
mencintai Rasulullah? Untuk cinta yang selanjutnya adalah cinta kedua orang tua
kita.

‫ْن‬
ِ ‫الوالِدَ ي‬
َ ‫ضى‬َ ‫ضى هللاُ فى ِر‬
َ ‫ ِر‬:‫مْرو رضي هللا عنهما قال قال رسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ٍ ‫َعنْ َع ْب ُد هللا بن َع‬
)‫ْن ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم‬ ُ
َ ‫ط هللا فى َس َخط‬
ِ ‫الوالِ َدي‬ ُ ‫و َس َخ‬

"Dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. (HR. Tirmidzi)

Bisakah kita bayangkan seberapa orang tua mencintai kita, sampai-sampai Allah
SWT menempatkan keridhoan-Nya terletak pada keridhoan orang tua. Sudahkah
kita mencintai mereka yang bermandikan peluh, ikhlas tanpa batas menjaga kita,
mengalirkan do’a-doa’a yang terbaik bagi anak mereka serta mengesampingkan diri
sendiri. Dan kita masih sempat berbohong tentang hal kecil kepada mereka? Kita
masih enggan jika dimintai pertolongan, kita masih melupakan kewajiban menelfon
hanya untuk memberi mereka kabar dari perantauan. Tanyakan pada hati kecil kalian
masing-masing lalu berjanjilah untuk memperbaikinya (ini juga self reminder buat
aku). Kemudian cinta yang selanjutnya adalah cinta kepada sadara kita

‫ قَا َل ال يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ َأل ِخي ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫س َع ِن النَّبِ ِّى‬
ٍ َ‫ع َْن َأن‬
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang
dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri" (H.R Bukhari)

Kakak bagiku adalah laki-laki terbaik bersanding dengan bapak. Meskipun kami
sering terlibat cekcok hal-hal yang tidak penting, berebut kamar mandi dan hal
lainnya, akan tetapi dia yang selalu memberikan aku nasihat yang kadang membuatku
jadi semakin yakin tentang kepetusan yang akan aku pilih. Kakak adalah sosok
jurnalis hebat yang tidak kuduga diam-diam dia mengenal bapaknya seseorang dan
akrab dengan beliau. Sampai kadang aku merasa dia adalah detektif sejati
wkwkwkwk. Untuk cinta yang berikutnya adalah cinta kepada sahabat.

“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya,


merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya.”  (HR
Muslim)

Apakah kita telah memperlakukan sahabat kita sesuai dengan apa yang mereka
perbuat? Kadang jeleknya diri ini kalau diberi kebaikan oleh sahabatnya justru
malah memanfaatkan. Coba mulai sekarang perlakukan mereka selayaknya mereka
harus diperlakukan. Bayangkan, mereka telah berbuat 1000 kebaikan lalu hanya
karena 1 kesalahan kita menganggap mereka sudah menzalimi kita. Mencoba
memaafkan memang kadang sulit, tapi percayalah bahwa mereka adalah orang-orang
yang baik. Selanjutnya adalah cinta kepada sesama muslim.

“Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara
mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka
mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.”  (HR Muslim)

Sebegitu kuatnya cinta dan persaudaraan kaum muslimin. Lalu apa yang telah kita
lakukan untuk membantu mereka di luar sana yang sedang bertahan hidup di tengah
peperangan? Bukankah kita sangat beruntung hidup di lingkungan yang nyaman dan
tenteram. Bagaimana dengan mereka yang menjadi minoritas bahkan hanya
melaksanakan kewajiban untuk beribadah saja mereka harus belagak seperti
pencuri. Do’a yang kita anggap sepele ternyata sangat istimewa. Kita mungkin belum
bisa mengungkapkan cinta kita kepada mereka dengan menggenggam tangan mereka
dengan erat, tapi kita bisa memeluk mereka dengan do’a-do’a yang kita alirkan
terus-menerus. Ada banyak cinta di dunia ini yang belum bisa aku paparkan satu
persatu. Hanya bagaimana kita bisa memahami sesungguhnya tentang cinta, yang
berlandaskan cinta karena-Nya. Bahkan cinta kepada seekor semut yang kecil pun
itu adalah sebuah cinta. Lalu, sudahkah kita mengenal cinta yang sesungguhnya?

Bahwasanya cinta yang bersih dan suci (murni) itu, tidaklah tumbuh dengan
sendirinya – Buya Hamka

Anda mungkin juga menyukai