(TINGKATAN CINTA)
1. TATAYYUM
kan?
Perhatikan kata dasar enslavement, yakni slave, yang berarti budak. Bahasa
halusnya hamba atau abdi, sedangkan bahasa kasarnya budak. Di dalam Al Quran
sering disebutkan memerdekakan hamba sahaya – hamba sahaya di sana
maksudnya budak. Hamba itu budak (slave). Maka itu, perwujudan tatayyum adalah
menerima dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Tuan/Pemilik (master/Rabb),
sedangkan kita adalah abdi-Nya, hamba-Nya, budak-Nya.
Bagian inilah yang menjadi problematika mendasar umat Islam saat ini.
Kenapa? Adalah mudah bagi seorang Muslim, atau bahkan non Muslim sekalipun,
untuk menerima bahwa Allah itu Ar-Rahmaan, atau Ar-Rahiim, atau Al-Malik, atau
Al-Ghaffaar, atau sederetan Asma-ul-Husna lainnya. Yang demikian itu merupakan
sesuatu yang mudah untuk diterima. Namun, banyak sekali Muslim, Muslim
sekalipun ya, yang sulit menerima bahwa ia adalah budak Tuhan-Nya. Apa buktinya?
Sekarang coba kita pikirkan perbedaan antara orang merdeka dengan budak. Orang
merdeka bisa melakukan apa saja yang dia inginkan. Lain halnya dengan budak.
Mereka tidak bisa seperti itu; mereka mengerjakan apa yang tuannya perintahkan,
mereka tidak akan mengerjakan apa yang dilarang oleh tuannya. Demikianlah
Muslim seharusnya. Muslim itu terikat dengan keyakinannya, terikat dengan Allah,
secara total, dalam aqidah juga syariat. Muslim yang tatayyumnya pada Allah,
Muslim yang sadar bahwa ia adalah budak Tuhan-Nya, hanya akan melaksanakan
sesuatu yang direstui Allah dan menjauhi apa yang dibenci Allah. Sama kan
gejalanya seperti orang jatuh cinta? Orang jatuh cinta akan melakukan apapun yang
membuat kekasihnya senang.
Nah, kenapa hal ini disebut bagian sulit – karena hanya segelintir orang saja
yang bisa seperti ini. Ketika dosen memberikan soal, terus yang bisa ngerjain hanya
sedikit, berarti kan soalnya sulit. Inilah soal tersulit untuk para Muslim: menerima
dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Tuan/Pemilik (master), sedangkan kita adalah
budak-Nya.
Namun, jika kita berhasil melewati soal ini, ganjarannya sepadan dengan
kesulitannya: ketenangan hidup di dunia dan surga di akhirat.
2. 'ISYQ
Yang kedua adalah 'isyq: cinta yang menimbulkan rasa hormat, patuh, ingin
membela, ingin mengikuti, dan ingin mencontoh, namun tidak sampai menghamba.
Cinta ini hanya milik Rasulullah. Allah telah menjadikan Rasul-Nya suri teladan yang
paling baik, sebagaimana dikatakan dalam Q.S. Al Ahzaab: 21 “Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...”. Tidak perlu
dijelaskan lagi ya, seperti apa Rasulullah itu hingga bisa jadi suri teladan; kita semua
tahu. Tugas kita sekarang, sebagai perwujudan 'isyq, adalah mengikuti sunnah-
sunnah Rasul. Kalau dilihat dari perwujudannya, dapat disimpulkan bahwa tatayyum
dan 'isyq merupakan manifestasi terbaik dari syahadatain.
Syauq dan shababah, keduanya merupakan cinta yang terjadi pada sesama
Muslim, namun dampak yang ditimbulkan berbeda: syauq memunculkan rasa
mawaddah wa rahmah, sedangkan shababah melahirkan ukhuwah islamiyah.
Mawaddah artinya cinta, rahmah artinya kasih sayang. Lebih spesifik lagi,
mawaddah berarti cinta yang berasal dari pernikahan; rahmah adalah kasih sayang
yang diberikan kepada keturunan.
Sebuah pelajaran tentang cinta lawan jenis bisa dipetik di sini. Perhatikan
Q.S. Al Hujuraat:7 “Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
keimanan itu indah di dalam hatimu...”. Saat seorang pria sedang dalam fase
jahiliyahnya, mungkin dia pernah suka, atau mungkin berpacaran dengan wanita
yang pakaiannya serba minim, atau tidak menutup aurat. Namun, saat pria ini
kembali pada Allah, cinta pada keimanan, menjadi ikhwan yang tatayyumnya pada
Allah, rasa sukanya berubah, kini pada akhwat. Wanita-wanita yang berjilbab lebar
sekarang lebih indah di matanya. Itulah, dijadikan keimanan itu indah dalam hatimu.
Ketika kita condong pada Allah, Allah putarbalikkan kesukaan kita pada hal-hal yang
dekat dengan iman. Dan karena sekarang dia patuh pada Tuhannya, maka ia
langsung nikahi akhwat tersebut. Q.S. Ar Ruum:21 “Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang...”. Artinya, tanpa pernah bertemu pun, tanpa
pernah bertatap muka pun, tanpa pernah mengetahui nama sebelumnya, Allah akan
jadikan cinta di sepasang suami istri.
4. SHABABAH
Contoh terbaik yang bisa kita ambil terkait ukhuwah islamiyah adalah
generasi terbaik umat ini, yakni Muhajirin dan Anshar. Bisa kita baca buktinya di Q.S.
Al Hasyr:9 “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan”. Di Sirah, di bagian Perang
Badar, ketika adik Mush'ab digiring oleh seorang Anshar (tertawan), jadi ketika
digiring itu dia berpapasan dengan Mush'ab, lalu bilang,”Tega sekali kau berbuat
seperti ini pada saudaramu”; Mush'ab jawab,”Kamu bukan saudaraku, dia
(menunjuk orang Anshar) saudaraku.” Sebuah bukti bahwa ukhuwah islamiyah lebih
tinggi dari persaudaraan yang berlandaskan pada ikatan darah.
5. 'ALAQAH
Adalah cinta pada hal-hal yang tak bernyawa, semisal harta benda,
kekuasaan, karir, popularitas, peringkat, dll. 'Alaqah berarti pelengkap/tambahan,
hanya pelengkap, hanya tambahan. Wujud 'alaqah terbatas pada pemanfaatan atau
pendayagunaan saja. Bentuk tindakan pemanfaatan di sini ada 2: memelihara dan
memberi.
Pengetahuan yang semakin banyak akan melahirkan aksi yang lebih terarah.
Ingat zaman sebelum komputer belum ada?