Anda di halaman 1dari 4

Baiklah, pada malam yang berbahagia ini, saya akan membawakan sebuah khitobah dengan tema:

“Cinta Bahasa Arab”


Kawan-kawan yang dirahmati Allah!
Mencintai bahasa Arab merupakan hal yang harus tertanam di dalam hati seluruh umat
Islam, karena bahasa Arab selain menjadi bahasa Islam, bahasa Arab juga merupakan bahasa Al-
Qur’an dan Hadits nabi, bahasa penduduk surga, nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dilahirkan di kota Mekkah Mukaromah dan wafat di kota Madinah Munawaroh yang merupakan
kota di Negara Arab, dan karena bahasa Arab merupakan sumber ilmu-ilmu agama.
Oleh karena itu kawan-kawan yang dimuliakan Allah, kita sebagai pelajar muslim dan
penerus para ulama, Amin, kita harus mempelajari bahasa Arab dengan tekun dan penuh semangat,
karena dengan kita menguasai bahasa Arab, kita akan dapat memahami isi kandungan Al-Qur’an
dan Hadits, dan dengan mempelajari bahasa Arab, kita akan dapat mengetahui dan memahami
bacaan-bacaan sholat kita, doa-doa dan wiridan yang tiap hari kita amalkan, bahkan sebagian
ibadah kita pun wajib menggunakan bahasa Arab, yang artinya jika kita mengerjakan ibadah itu
dengan bahasa lain, maka ibadah kita tidak sah.
Kawan-kawan yang dirahmati Allah!
Sungguh kita berada di dalam kenikmatan yang amat besar, yaitu adanya kita di pondok
tercinta ini, yang di mana kita diajarkan berbagai macam ilmu agama dan bahasa Arab, ada ilmu
nahwu, shorof, dan lain sebagainya. Maka patut kita syukuri nikmat itu dengan belajar yang giat,
terutama giat dalam mendalami ilmu bahasa Arab yang dengannya kita akan dapat membuka
cakrawala ilmu-ilmu agama, jangan sampai nanti kita menyesal karena tidak belajar dengan giat
di sini, ketika kawan kita ada yang pandai membaca kitab gundul atau kitab kuning yang tidak
berharokat tapi kita tidak pandai sama sekali membaca kitab gundul seperti dia.
Kawan-kawan yang dirahmati Allah!
Mungkin cukup sekian khitobah dari saya, semoga khitobah yang saya bawakan bisa
menjadi motivasi untuk kita terus belajar, terutama mendalami bahasa Arab. Saya akhiri

ََ‫َوَالَعَفَوََمَنَكَم‬،‫وَبَاللََالتَوَفَيَقَوَالَهَدَايَة‬
Kawan-kawan yang dimuliakan Allah!
Pada malam ini saya akan belajar berkhitobah, maka perkenankan saya untuk
membawakannya, yang bertemakan:
“Pintar Dalam Memilih Kawan”
Kawan-kawan yang dimuliakan Allah!
Dalam bergaul dan berkawan, hendak lah kita memilih orang yang akan kita jadikan kawan
itu termasuk orang-orang yang soleh dan berperilaku baik, kenapa harus demikian? Karena
seseorang itu akan mengikuti kebiasan orang yang ia jadikan sebagai kawan. Jika yang ia jadikan
kawannya adalah seorang yang soleh, yang biasa mengerjakan kebiasaan baik, maka ia akan
mengikuti kebiasaan baiknya, dan jika yang ia jadikan kawannya adalah seorang yang fasik, yang
biasa mengerjakan kebiasaan buruk, maka ia pun akan mengikuti kebiasaan buruknya. Rasulullah
bersabda:

َ)‫َفَلَيَنَظَرََأَحَدَكَمََمَنََيَخَالَل‬،َ‫(الَمَرَءََعَلَىَدَيَنََخَلَيَلَه‬
Yang artinya: “Seseorang itu akan mengikuti kebiasaan kawannya, maka hendak lah salah
seorang dari kalian melihat siapa yang ia jadikan kawan”.
Kawan-kawan yang dimuliakan Allah!
Jika kita mencari seorang kawan, maka perhatikan lah 5 sifat yang ada pada dirinya, agar
ia menjadi kawan kita dalam belajar dan menjadi partner kita dalam urusan agama dan dunia, 5
sifat itu adalah:
1. Pandai, maka tidak ada baiknya kita berkawan dengan orang bodoh, karena dia akan
mencelakai kita, walaupun sebenarnya dia berniat membantu kita. Dikatakan dalam
Mahfudzot:

َ)‫قَجاه ٍل‬
ٍ ‫(عد ٌّوَعاقلٌَخي ٌرَمنَصدي‬
“Musuh yang pandai itu lebih baik dari kawan yang bodoh”
2. Budi pekerti yang baik, maka jangan lah kita berkawan dengan orang buruk pekerti.
3. Kesolehan, maka jangan lah kita berkawan dengan orang yang fasik, karena berkawan
dengannya dapat menghilangkan rasa tidak suka dengan kemaksiatan hingga kita nantinya
menganggap sepele kemaksiatan itu.
4. Tidak suka hal duniawi, karena berkawan dengan orang yang suka hal duniawi
merupakan racun yang mematikan.
5. Kejujuran, maka jangan lah kita berkawan dengan orang yang suka berbohong, karena
kita akan tertipu.
Demikian lah khitobah dari saya, semoga kita dapat mengambil pelajaran dari khitobah
yang baru saja saya sampaikan, kurang lebihnya saya minta maaf,

‫وَللاََالَمَوَفَقَإَلَىَأَقَوَمََالطَرَيَق‬
Baik lah, pada malam ini saya akan belajar berkhitobah, maka perkenankan saya untuk
membawakannya, yang bertemakan:
“Bertawakal Kepada Allah”
Kawan-kawan seiman dan seislam!
Bertawakal adalah penyerahan hamba segala urusannya kepada Allah, dan menerima
semua apa yang Allah tetapkan untuknya, tentunya seorang hamba bertawakal itu setelah ia
berusaha sekuat tenaganya dalam mewujudkan apa yang dicita-citakannya.
Ketahui lah kawan-kawan, bahwa tawakal itu digolongkan ke dalam 3 golongan:
1. Tawakal dalam hal pembagian Allah, yang artinya kita harus percaya kepada Allah kalau
Dia tidak akan melewatkan kita dari apa yang telah Dia bagi untuk kita.
2. Tawakal dalam hal pertolongan, yang artinya kita hanya meminta pertolongan kepada
Allah dan yakin bahwa Dia akan memberi kita pertolongan jika kita menolong agama-Nya
dan berjihad di jalan-Nya.
3. Tawakal dalam hal rejeki, yang artinya Allah akan menanggung apa yang kita niatkan
untuk berkhidmah untuk agama-Nya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-
Nya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an:

َ)َ‫(وَمَنََيَتَوَكَلََعَلَىَللاََفَهَوََحَسَبَه‬
Yang artinya: “Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dia (Allah) akan mencukupi
semua kebutuhannya).
Kawan-kawan yang Allah muliakan!
Mari lah kita belajar dari kisah hidup Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam di saat
beliau hendak berhijrah ke kota Madinah, beliau ditemani sahabat terdekatnya, Abu Bakar
Assiddiq, dan ketika sampai di gua Tsaur untuk beristirahat, Rasaulullah dan sahabat Abu Bakar
dikejutkan dengan gerombolan kafir Quraisy yang sengaja mencari keberadaannya, di situ sahabat
Abu Bakar merasa resah akan ditemukan oleh mereka, tapi setelah nampak keresahan dari wajah
sahabat-Nya Raulullah lalu menenangkannya dan bersabda:

َ)‫(إَنََللاََمَعََنا‬
Sungguh, Allah bersama kita. Lalu akhirnya gerombolan kafir Quraisy tadi kembali ke Mekah dan
tidak melihat Rasulullah dan sahabat Abu Bakar yang tepat di bawah kaki mereka ketika mereka
berdiri di atas lorong gua Tsaur, tapi karena keagungan Allah, mereka tidak dapat melihat
Rasulullah dan sahabat Abu Bakar.
Kawan-kawan yang Allah muliakan!
Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya saya minta maaf, Akhirul
Kalam
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Izinkan lah saya memabawakan sebuah khitobah pada malamَini dengan tema:
“Dengki Dapat Menghancurkan Kita”
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Sesama manusia kita tidak boleh saling mendengki, karena dengki merupakan sifat tercela
yang wajib dihindari oleh kita, dikatakan dalam Mahfudzot:

َ)‫(الحسودََلَيسود‬
“Orang yang pendengki itu tidak akan mulia”
Artinya jika kita ingin tergolong ke dalam golongan orang-orang yang mulia, maka jangan lah kita
mempunyai sifat dengki terhadap orang lain bahkan kawan atau saudara kita.
Kalian tahu apa dengki itu? Dengki adalah keinginan sesorang akan hilangnya nikmat yang
Allah berikan kepada saudara muslimnya, yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi saudaranya
itu. Contoh: ada salah seorang dari kita mempunyai kawan yang diberi hadiah oleh orang lain
sedangkan dia tidak diberi hadiah seperti kawannya, karena hanya kawannya itu yang diberi
hadiah, maka dalam diri orang itu ada perasaan iri ingin mendapatkan hadiah seperti milik
kawannya dan dengki dengannya, dia menginginkan hadiah kawannya itu hilang atau rusak,
hingga kawannya tidak menikmatinya lagi.
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Seperti itu lah dengki yang dilarang, ada juga dengki yang dibolehkan, tapi hanya ada dua
hal yang boleh kita dengki terhadapnya, sebagaimana yang disabdakan oleh baginda nabi
Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam:

َ‫َفهوَينَفق‬،‫َورج ٌلَآتاهَللاَم ااَل‬،‫َفهوَيقومَبهَآناءَالليلَوآناءَالنهار‬،‫َرج ٌلَآتاهَللاَالقرآن‬:‫(َلَحسدَإَلَفيَاثنين‬


َ)‫آناءَالليلَوآناءَالنهار‬
“Tidak boleh dengki kecuali terhadap dua hal: Seorang yang telah Allah anugerahkan ia hapal
Al-Qur’an, yang dengannya ia menghidupkan siang dan malamnya, dan seorang yang Allah
anugerahkan ia harta, yang ia infakkan di waktu siang dan malamnya”.
Sekian dari saya, bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati antum sekalian, mohon
dimaafkan, karena saya manusia biasa, dan manusia itu tempat salah dan dosa, akhirul kalam

Anda mungkin juga menyukai