Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ADAB TERHADAP SESAMA


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Akidah Akhlaq

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Nazwa Lintang Seina
Shinta Apriliani
Dini Nurhasanah
Amelia Fitriani

KELAS VIII B
MTs NEGERI 4 MAJALENGKA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
berjudul ADAP TERHADAP SESAMA
Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa adab terhadap orang tua
merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena, orang tua adalah orang yang
mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun pasti
mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti
kepada orang tua, serta menjadi lebih baik dan sholeh, di samping itu juga tentunya
dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari interaksi dengan yang ada di
sekeliling kita, guru, tetangga, dan sesama makhluk Allah SWT.
Maka dari itu, jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu
berbakti kepada orang tua, melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua, dan
pantang untuk membangkang kepada orang tua, dan juga harus memperhatikan yang ada
di sekeliling kita agar terciptanya keharmonisan dalam kehidupan.
Demikian makalah ini kami susun dengan harapan dapat memberikan kontribusi
yang posisi bagi ummat manusia, dan tak lupa koreksi ataupun saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca dengan harapan hasil penyusunan kami lebih baik di
kemudian hari.

Bantarujeg,
Penyusun

Nopember 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1

Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3

Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1

Pengertian Adab..................................................................................................3

2.2

Adab Terhadap Sesama.......................................................................................4

BAB III SIMPULAN.....................................................................................................17


DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling hormat
menghormati, saling menghargai satu sama lain, dalam keluarga sangatlah penting
di tanamkan abad dan tatakrama yang sopan terhadap kedua orang dan santun
apabila berbicara terhadap keduanya.
Di zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak pergeseran tentang
adab atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral, anak dengan orang
tua tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya, murid dengan guru
sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan, perbuatan ataupun prilaku
dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak mencerminkan prilaku seorang
guru ataupun peserta didik.
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita temukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan kaidah islamiyyah yang menjunjung tinggi rasa saling menghargai,
menghormati. Dalam berkehidupan saling berdampingan dalam satu kawasan
ataupun daerah individualisme lah yang sering dimunculkan di mana rasa gotong
royong, membantu satu sama lain sudah sangat sulit sekali kita temukan, terlebih di
kota-kota besar yang memang notabene memiliki beragam etnis, kebiasaan, dan
budaya yang berbeda beda.
Dengan adanya makalah ini penyusun mencoba menjelaskan tentang
pandangan islam tentang adab/tatakrama/ prilaku yang seharusnya dijunjung tinggi
dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bergaul satu sama
lain, dalam bidang ekonomi sosial budaya dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan d kaji adalah :
1. Bagaimana pengertian adab?
2. Bagaimanakah adab seorang anak terhadap sesama?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mendiskripsikan pengertian adab.
2. Untuk menjelaskan adab seorang anak terhadap sesama?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Adab
Menurut bahasa Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan dan kebaikan
budi pekerti, akhlak. M. Sastra Praja menjelaskan bahwa, adabyaitu tata cara
hidup, penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia.Sedangkan menurut
istilah Adab adalah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari
segala sifat yang salah.
Pengertian bahwa adab ialah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia
atau hinanya seseorang, terhormat atau tercelanya nilai seseorang. Maka jelaslah
bahwa seseorang itu bisa mulia dan terhormat di sisi Allah dan manusia apabila ia
memiliki adab dan budi pekerti yang baik.
Seseorang akan menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu
menempatkan dirinya pada sifat kehambaan yang hakiki. Tidak merasa sombong
dan tinggi hati dan selalu ingat bahwa apa yang ada di dalam dirinya adalah
pemberian dari Allah swt. Sifat-sifat tersebut telah dimiliki Rasulullah saw. Secara
utuh dan sempurna.
Menurut Imam al-Ghazali akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh
para utusan Allah swt. yaitu para Nabi dan Rasul dan merupakan amal para
shadiqin. Akhlak yang baik itu merupakan sebagian dari agama dan hasil dari sikap
sungguh-sungguh dari latihan yang dilakukan oleh para ahli ibadah dan para
mutaqin.
Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan akhlak hendaknya didasarkan
atas mujahadah (ketekunan) dan latihan jiwa. Mujahadah dan riyadhah-nafsiyah
(ketekunan dan latihan kejiwaan) menurut al-Ghazali ialah membebani jiwa dengan
amal-amal perbuatan yang ditujukan kepada khuluk yang baik, sebagaimana kata
beliau: Barangsiapa yang ingin dirinya mempunyai akhlak pemurah, maka ia harus
melatih diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan pemurah, yakni dermawan, dan

gemar bersedekah. Jika beramal bersedekah dilakukan secara istiqamah, maka akan
jadi kebiasaan.
Hal ini sejalan dengan firman Allah swt :
Artinya : ... dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,,,.
Konsepsi pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Ghazali
tentang pentingnya pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode
pembentukan akhlak yang utama. Pandangan al-Ghazali tersebut sesuai dengan
pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang dikutip oleh Ali Al
Jumbulati menyatakan: Pendidikan moral terbentuk dari proses pendidikan dalam
kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus-menerus.

2.2 Adab Terhadap Sesama


Allah taala berfirman :
Yang artinya: Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. ( Az-Zukhruf : 67 )
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam: Seseorang itu sesuai agama teman dekatnya, maka hendaknya dia melihat
kepada siapakah dia berteman dekat.
Di antara adab-adab pergaulan bersama sesama saudara Muslim:
1. Memilih Teman Bergaul Dan Teman Duduk
Telah dikemukakan sebelumnya hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu
secara marfu : Seseorang itu sesuai agama teman dekatnya maka hendaknya
salah seorang dari kalian melihat bersama siapakah dia berteman
Sabda Nabi : Dan janganlah seseorang memakan makananmu kecuali
seorang yang bertakwa. Al-Khaththabi berkata : Larangan ini berlaku pada
makanan undangan bukan makanan hajat/kebutuhan, yang demikian itu karena
Allah subhanahu berfirman :
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,
anak yatim dan orang yang ditawan.( Al-Insan : 8 )

Dan teman dekat dan teman duduk yang jelek akhlaknya memberikan
bahaya yang nyata dan tidak diapat dihindari bagaimana pun cara menjaganya,
berdasarkan nash dari sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Abu Musa AlAsyari radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda : Pemisalan teman duduk yang shalih dan yang jelek
akhlaknya bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi, penjual minyak
wangi dia dapat memberimu minyak wangi atau kamu membeli darinya minyak
wangi atau kamu mendapatkan bau yang wangi, adapun pandai besi, dia dapat
membakar pakaianmu atau kamu mendapat bau yang tidak sedap darinya.
2. Mencintai Karena Allah
Kedudukan Persaudaraan yang paling agung adalah ketika hal itu karena
Allah dan untuk Allah, tidak untuk mendapatkan kedudukan, atau mendapatkan
manfaat yang segera atau yang akan datang, tidak karena mendapatkan materi,
atau selainnya. Dan barang siapa kecintaannya kepada temannya karena Allah
dan persaudaraannya karena Allah sungguh dia telah mencapai puncak tujuan,
dan agar seseorang itu berhati-hati jangan sampai kecintaannya tersebut terselip
kepentingan-kepentingan duniawi yang akan mengotori dan menyebabkan
kerusakan persaudaraan.
Dan barang siapa kecintaannya karena Allah maka hendaknya dia
bergembira dengan janji Allah dan keselamatan dari kedahsyaran hari dimana
seluruh makhluk dikumpulkan pada hari kiamat. Dan dia akan dimasukkan
dibawah naungan Arsy Dzat yang Maha perkasa Jalla Jalaluhu. Abu Hurairah
radhiallahu anhu meriwayatkan, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda : Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat :
Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku, pada
hari ini Aku akan menaungi mereka di dalam naunganku di hari tidak ada
naungan selain naungan-Ku.
3. Menampakkan Senyum, Bersikap Lembut dan Kasih Sayang Kepada Sesama
Saudara Seiman

Abu Dzar radhiallahu anhu, beliau berkata : Nabi Shallallahu alaihi wa


sallam bersabda kepadaku : Janganlah seseorang itu meremehkan perbuatan
maruf sedikitpun, walaupun dia menjumpai saudaranya dengan wajah yang
berseri-seri.
Sikap lemah lembut dan ramah dan kasih sayang diantara hal-hal yang
menguatkan ikatan diantara saudara, dan memperdalam hubungan diantara
mereka. Dimana Allah mencintai lemah lembut di dalam segala urusan. Dan
Allah subhanahu: Maha lembut mencintai kelembutan dan memberikan kepada
orang yang lembut apa yang tidak dia berikan kepada orang yang kasar dan apa
yang tidak dia berikan kepada selain orang yang lembut.
Dan selama hal itu demikan adanya, maka saudara-saudara seiman lebih
pantas dan lebih utama agar sebagian mereka berprilaku lemah lembut kepada
sebagian lainnya, dan agar sebagian mereka ramah kepada sebagian lainnya.
4. Disunnahkan Memberi Nasihat Dan Hal Itu Termasuk Kesempurnaan
Persaudaraan
Nasihat adalah tuntutan syari yang dianjurkan oleh pembuat syariat. Dan
merupakan bagian dari perkara-perkara yang menjadi sebab Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam membaiat para sahabatnya.
Jarir bin Abdullah radhiallahu anhu berkata Saya membaiat Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam agar menegakkan shalat, menunaikan zakat,
memberi nasihat kepada setiap muslim.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menggandengkan tuntunan ini
bersamaan dengan shalat dan zakat yang mana keduanya bagian dari rukun
islam, yang menunjukkan kepada kita akan besarnya kedudukan tuntunan saling
menasihati tersebut dan nilainya yang luhur.
Semisal disebutkan didalam hadits Tamim bin Aus Ad-Dari radhiallahu
anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallambersabda: Agama itu
nasehat.
Kami berkata : Kepada siapakah wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam? Beliau bersabda : Kepada Allah, kepada kitabnya, kepada rasulnya,
pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.

Dan sabda beliau : agama itu nasehat yaitu : Bahwa nasehat adalah
amalan yang paling utama dan yang paling sempurna dalam agama.
5. Saling Tolong Menolong antar Sesama
Kita memiliki teladan dan contoh dalam hal tersebut. Teladan yang paling
besar tentang hal tersebut dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .
Tidaklah sisi kerasulan beliau Shallallahu alaihi wa sallam menghalangi beliau
untuk bersama-sama para sahabatnya dan memberi bantuan kepada mereka.
Diantara hal tersebut keikut sertaan beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersama
sahabatnya ketika membangun masjid Nabawi di Madinah.
6. Sesama Saudara semestinya saling Merendahkan diri diantara mereka dan tidak
sombong atau meremehkan yang Lain
Merendahkan diri itu sifat yang dituntut dan juga diperintahkan.
Sedangkan sifat angkuh adalah sifat yang terlarang dan tercela.
Iyadh bin Himar radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya Allah mewahyukan
kepadaku agar kalian merendahkan diri sampai tidak ada seorang pun
meremehkan orang lain dan seseorang merebut jualan orang lain.
Sedangkan sifat meremehkan orang lain dan sombong adalah jalan
menuju kezhaliman, permusuhan dan kejahatan.
Dan tidak diragukan lagi bahwa

manusia

bertingkat-tingkat

keutamaannya di dalam masalah penghasilan, nasab dan harta. Ini sudah


merupakan sunnatullah pada makhluk. Bukanlah orang yang mulia yang
menjadikan dirinya mulia, dan bukanlah orang yang rendah dia yang
menjadikan dirinya rendah, demikian halnya bagi seorang yang fakir dan
seorang yang kaya raya. Melainkan hikmah Allah yang sempurna menetapkan
hal tersebut Dan Allahlah yang menetapkan segala urusan makhluknya.
Dan bukan karena bertingkat-tingkatnya kedudukan martabat manusia
sehingga seseorang diperbolehkan menganggap dirinya lebih tinggi dari pada
selainnya atau meremehkannya. Abu Hurairah radhiallahu anhu meriwayatkan
bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah seseorang

merendahkan diri

dihadapan Allah

kecuali Allah

akan mengangkat

derajatnya.
7. Berakhlak yang Terpuji :
Beruntung orang yang Allah pakaikan pakaian akhlak yang terpuji. Karena
tidak seorang pun yang diberikan akhlak tersebut kecuali orang-orang akan
menyebut dirinya dengan kebaikan, dan derajatnya akan terangkat ditengahtengah mereka. Akhlak yang terpuji diantaranya dengan wajah yang berseri-seri,
bersabar ketika mendapatkan gangguan, menahan marah, dan selainnya
daripada kepribadian dan perangai yang terpuji.
Ibnu Manshur berkata : Saya bertanya kepada Abu Abdillah : Tentang
akhlak yang baik. Berkata berkata : Agar kamu tidak marahdan tidak kasar.
Dan diantara doa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika istiftah Dan
tunjukanlah kepadaku akhlak yang baik yang tidak ada yang dapat menunjukkan
kepada akhlak yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku akhlak yang
jelek tidak ada yang memalingkan aku dari akhlak yang jelek kecuali Engkau.
8. Hati Yang Selamat
Diantara doa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : Lepaskanlah
kedengkian di dalam hatiku dan dalam riwayat At-Tirmidzi Dan lepaskanlah
kedengkian di dalam dadaku.
Kepribadian dan perilaku yang sangat luhur kedudukannya ini, ternyata
sedikit orang berhias dengannya. Disebabkan jiwa manusia akan sangat sulit
untuk lepas dari segala jeratannya, dan untuk mengalah dari hak-haknya bagi
selainnya. Bersamaan itu pula, banyak manusia terjatuh perbuatan aniaya dan
kezhaliman. Apabila seseorang menjumpai kezhaliman manusia, kejahilan dan
kesewenang-wenangan mereka dengan hati yang selamat, dan tidak menghadapi
kejahatan mereka dengan perbuatan kejahatan semisalnya, dan tidak dengki
kepada mereka, niscaya dia akan mendapatkan kedudukan yang tinggi berupa
akhlak yang tinggi dan perangai yang luhur.
Hal mulia ini jarang dan sedikit sekal dijumpai pada manusia, akan tetapi
hal itu mudah bagi orang yang Allah mudahkan. Abu Hurairah radhiallahu anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

Orang yang beriman adalah seorang yang baik dan berperangai terpuji.
Sedangkan orang yang fajir adalah orang yang jelek dan jahat perangainya.
Sabda Nabi : Orang yang beriman adalah seorang yang baik dan berperangai
terpuji , Al-Mubarakfuri mengatkaan: Di dalam An-Nihayah: Yaitu bukan
orang yang slalu membuat makar, dan dia tunduk karena ketaatan dan
kelembutannya, dan lawan kata dari al-khabbu jahat/pembuat makar.
Maksudnya bahwa orang yang beriman yang terpuji diantara tabiatnya
adalah al-ghararah(yang baik hati), tidak berlaku culas demi perbuatan jelek
dan menolak untuk mencari-cari kejelekan. Bukan dikarenakan Kebodohan
pada dirinya, akan tetapi karena sifat mulia dan akhlaknya yang terpuji.
Demikian yang dijelaskan dalam kitab Al-Mirqah.
9. Berbaik Sangka Kepada saudara Dan Tidak Memata-Matai Mereka
Sebagaimana disebutkan pada sebuah hadits bahwa Abu Hurairah
radhiallahu anhu berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Janganlah kalian berprasangka karena prasangka itu perkataan yang paling
dusta, dan janganlah kalian mencari-cari berita dan memata-matai al-hadits.
Maksud larangan prasangka disini adalah larangan terhadap prasangka
buruk. Al-Khaththabi berkata : Yaitu menerima dan membenarkan setiap
persangkaan tanpa ada kekhawatiran di dalam hati, maka sesungguhnya hal itu
tidak terkendali.
Maka hal tersebut dilarang, dan hadits ini sesuai dengan firman Allah
taala: Jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. ( Al-Hujurat : 12 )
Konteks ayat menunjukkan perintah menjaga harga diri seorang muslim
dengan sebenar-benarnya penjagaan. Karena penempatan larangan yang
didahulukan daripada tenggelam dalam sebuah prasangka. Apabila orang yang
berprasangka berkata : Saya akan membahasnya agar saya mengetahui fakta
yang sebenarnya, dikatakan kepadanya : Janganlah kamu memata-matai

maka apabila terjadi tanpa memata-matai, maka akan dikatakan kepadanya :


Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
10. Memaafkan Kesalahan Dan Menahan Marah
Ketika bercampur dan bergaul bersama manusia mau tidak mau- ada
padanya sesuatu kekurangan dan perlakuan yang melampui batas dari sebagian
mereka kepada sebagian lainya apakah itu dengan perkatan maupun perbuatan,
maka disunnahkan bagi orang yang terzhalimi agar menahan marah dan
memaafkan orang yang menyzhaliminya, Allah taala berfirman :Dan (bagi)
orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji,
dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. ( Asy-Syura : 37 )
Dan Allah taala berfirman : Dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. ( Ali Imran : 134 )
Dan tentang fiman Allah : Dan orang-orang yang menahan amarahnya
yaitu: Apabila mereka mendapatkan gangguan dari orang lain sehingga
menyebabkan kemarahan mereka dan hati mereka telah penuh dengan
kekesalan, yang mengharuskan membalasnya dengan perkataan dan perbuatan,
mereka tidak mengamalkan kosukuensi tabiat manusia tersebut.
Bahkan mereka menahan amarah yang ada pada mereka lalu bersabar
tidak membalas orang yang berbuat jahat kepadanya. Dan firman Allah : Dan
orang-orang yang memaafkan orang lain, masuk di dalam perkara memaafkan
manusia, yaitu memaafkan dari setiap orang yang berbuat jahat kepadanya
dengan perkataan atau perbuatan. Memaafkan lebih sempurna daripada
menahan marah, karena memaafkan itu meninggalkan pembalasan bersamaan
dengan adanya kerelaan terhadap orang yang berbuat jahat. Sebagaimana Allah
taala berfirman : Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,
Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah.. ( Asy-Syura : 40 ).
Memaafkan kesalahan, keteledoran dan perbuatan aniaya bukanlah
kelemahan dan bukan pula kekurangan, bahkan hal itu adalah perbuatan yang
tinggi nilainya bagi orang yang melakukannya dan merupakan perbuatan mulia,
10

Abu Hurairah radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu


alaihi wa sallam bersabda : Shadaqah tidaklah mengurangi harta, dan
tidaklah Allah menambahkan kepada seorang yang memberi maaf kecuali
kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali
Allah akan tinggikan derajatnya dan pada lafazh riwayat Ahmad: Tidaklah
seseorang memberi maaf dari perbuatan aniaya kecuali Allah tambahkan bagi
kemuliaan.
Dan orang-orang yang saling bersaudara karena Allah sangat pantas bagi
mereka agar saling memberi maaf atas kesalahan sebagian mereka, dan orang
yang berbuat baik dari mereka memberi maaf kepada mereka yang melakukan
kesalahan.
11. Larangan Saling Hasad dan Saling Membenci Dan Memboikot:
Hal ini dijelaskan didalam hadits Anas radhiallahu anhu dari Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: Janganlah kalian saling
membenci dan saling hasad, saling memboikot dan jadilah hamba-hamba Allah
yang bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya yang
lain diatas tiga hari.
Hasad itu ada dua macam terpuji dan tercela. Hasad yang tercela adalah
menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain, dan hal ini adalah
perbuatan zhalim, aniaya dan permusuhan. Hasad dan yang terpuji adalah AlGhibthah yaitu menginginkan nikmat yang serupa yang ada pada orang lain
tanpa adanya keinginan hilang nikmat tersebut padanya.
Inilah yang dimaksudkan di dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam : Tidak ada hasad kecuali pada dua perkara : seseorang yang Allah
berikan kepadanya Al-Qur`an dan dia mengamalkannya sepanjang malam, dan
seseorang yang Allah berikan kepadanya harta dan dia bersedekah dengannya
sepanjang hari dan sepanjang malam.
Saling membenci adalah lawan dari saling mencintai, dan makna AtTadabur adalah memboikot.
12. Larangan panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk

11

Termasuk penyakit lisan yang bisa mendatangkan dosa, mengobarkan


kemarahan dan menyebabkan perpecahan diantara sesama sudara, yaitu,
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, memberi gelar kepada orang
lain dengan gelar-gelar yang buruk lagi tercela, mereka saling mencela
dengannya, dan ditertawakan atasnya dari celaan tersebut, padanya ada larangan
dari Allah Maha Mulia diatas Ketinggian-Nya, Allah Taala berfirman:
Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. ( AlHujurat :11).
Dan seorang muslim berhak dengan keselamatan muslim yang lain dari
lisan dan tangannya.
Abu Jubairah bin Adh-Dhahak radhiallahu anhu meriwayatkan, beliau
berkata: Ayat ini diturunkan kepada Bani Salamah :Dan janganlah kamu
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Beliau berkata: Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam mendatangi kami dan tidaklah salah seorang dari
kami kecuali dia mempunyai dua atau tiga nama, dan Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam memanggil dengan Wahai fulan. Maka para sahabat berkata : Apa
itu wahai Rasulullah, sesungguhnya dia akan marah dengan nama tersebut,
maka turunlah ayat ini : Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. ( Al-Hujurat :11).
Mayoritas masyarakat sekarang pada saat ini banyak terjerumus
kedalamnya, berupa kelaliman dengan perkataan, berbuat dosa dengan lisan dan
merusak lisan tersebut. Dan berlepas diri dari orang yang menyakiti dengan
lisannya dan menahannya dari menjaga kehormatan kaum muslimin, agar
mereka tidak memperoleh keburukan, semoga Allah menjaga kita dan anda
semua dari kerusakan lisan dan kekhilafannya.
13. Disenangi mengadakan ishlah (perbaikan) antar sesama saudara
Tidak dapat dielakkan lagi adanya beberapa perselisihan

dan

pertengkaran diantara saudara, dari yang sudah barang tentu menyebabkan


percekcokan dan permusuhan antara mereka. Telah disepakati pada masyarakat
12

orang yang dijadikan oleh Allah sebagai perantara untuk mengadakan perbaikan
antara orang-orang yang saling memutuskan hubungan dan orang-orang yang
saling berselisih. Diriwayatkan dari Abu Darda radhiallahhu anhu beliau
berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apakah kalian
mau aku beritahukan dengan apa yang lebih utama daripada derajat puasa,
shalat dan shadaqah? Para sahabat menjawab : Iya. beliau bersabda :
(Mengadakan)

kebaikan

dzatul-bain

(antara

sesama),

sesungguhnya

kerusakan antara sesama adalah kebinasaan.


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Setiap ruas dari
seseorang padanya ada shadaqah, dan setiap hari yang terbit padanya
matahari dan dia berbuat adil antara dua orang padanya ada shadaqahalhadits. Pada riwayat yang lain : Dan setiap hari yang terbit padanya matahari
dan dia berbuat adil antara dua sesama manusia ada shadaqah.
Dan Ulul albab kaum cerdik pandai sepantasnya mereka menjadi
pendahulu untuk perbaikan sesama manusia, dan tidak sepantasnya mereka
menjauhkan diri darinya, berpaling dari jalan perbaikan setelah mengetahui
besarnya pahala yang terdapat padanya.
14. Keharaman mengungkit-ungkit pemberian
Sejumlah ayat dan hdits telah menetapkan hukum haram dari perbuatan
mengungkit-ungkit pemberian, seperti didalam firman Allah taala: Dan
mereka yangmenginfakkan harta mereka dijalan Allah, kemudian tidak
mengikuti pemberian tersebut dengan sifat mengungkit-ungkit pemberian
ataukah untuk menyakiti sipenerima ( Al-Baqarah : 262 ).
Dan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam , dari hadits Abu Dzar
radhiallahu anhu, beliau bersabda: Ada tiga golongan yang mana Allah tidak
akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan melihat kepada
mereka dan Allah tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang
pedih. Abu Dzar berkata: Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
mengulanginya sebanyak tiga kali. Abu Dzar berkata : Celakalah dan
merugilah mereka, siapakah mereka ini wahai Rasulullah ?

13

Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Seorang yang


memanjangkan kainnya melewati mata kaki, seorang yang selalu mengungkitungkit pemberiannya, dan seseorang yang menginfakkan barangnya dengan
sumpah dusta.
Dan juga sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam dari hadits Abdullah
bin Amru radhiallahu anhuma, beliau bersabda: Tidak akan masuk surga
seorang yang selalu mengungkit-ungkit pemberiannya, dan juga seorang yang
durhaka dan seseorang yang kecanduan minum khamar
15. Menjaga rahasia dan tidak menyebarluaskannya
Dan ini termasuk amanah yang wajib untuk dijaga dan disembunyikan.
Seseorang yang menyebarluaskan rahasia tergolong seorang yang mengkhianati
amanah. Dan perbuatan tersebut salah satu dari sifat orang-ornag munafik.
Abu Hurairah radhiallahu anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tanda seorang munafik ada tiga:
Apabila dia berkata dia berdusta, apabila dia berjanji maka dia menyalahinya
dan apabila dia diserahi amanah maka dia berkhianat.
Suatu yang rahasia, wajib untuk disembunyikan dan tidak disampaikan
kepada semua kaum manusia atau disebarkan. Ini tergolong anjuran syariat dan
perhatian syara agar kaum manusia menjaga segala persoalan rahasia mereka,
dimana menengoknya seorang pembicara untuk memastikan tempat tersebut
tersembunyi, sederajat dengan perkataannya: Ini adalah sbeuah rahasia maka
sembunyikanlah rahasiaku ini.
16. Celaan kepada seseorang yang bermuka dua
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan maksud dari
seorang yang bermuka dua, di dalam sabda beliau: Engkau akan mendapatkan
orang yang paling buruk disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang
bermuka dua. Yaitu seseorang yang menjumpai suatu kaum denganwajah
demikian lalu kaum lainnya dengan wajah berbeda.
Seseorang yang bermuka dua, dikategorikan sebagai manusia yang paling
buruk, disebabkan keadaannya terseut adalah kepribadian seorang munafik.

14

Karena dia mencari muka dengan kebatilan dan kedustaaan dan menyisipkan
kerusakan ditengah-tengah kaum manusia.
An-Nawawi mengatakan: Dia adalah seseorang yang mendatangi
setiap pihak dengan suatu yang mereka senangi. Dan menampakkan bahwa
dirinya termasuk bagian dari mereka dan menyalahi lawan mereka.
Perbuataannya tersebut adalah nifak yang sebenarnya.
Beliau lanjut mengatakan: Adapun yang melakukannya dnegna tujuan
mengadakan perdamaian antara kedua belah pihak maka perbuatan trsbeut
suatu yang terpuji. Selain dari beliau mengatakan: Perbedaan antara
keduanya, bahwa yang tercela adalah seseorang yang membenarkan amalan
suatu kelompok dan mencelanya dihadapan kelompok lainnya. Dan setiap
kelompok dicelanya dihadapan kelompok lainnya. Sementara yang terpuji
adalah seseorang yang datang kepada masing-masing kelompok dengan
ucapan yang penyiratkan perdamaian kepada kelompok lainnya dan
memintakan udzur masing-masing kelompok tersebut dihadapan eklompok
lainnya. Dan menyampaikan kepada kelompok tersebut segala yang baik yang
memungkinkan untuk disampakannya dan menutupi segala yang buruk.

15

BAB III
SIMPULAN
Adap terhadap sesama adalah mencintai karena allah, menampakkan senyum,
bersikap lembut dan kasih sayang kepada sesama saudara seiman, disunnahkan memberi
nasihat dan hal itu termasuk kesempurnaan persaudaraan, saling tolong menolong antar
sesama, sesama saudara semestinya saling merendahkan diri diantara mereka dan tidak
sombong atau meremehkan yang lain, berakhlak yang terpuji, berbaik sangka.

16

DAFTAR PUSTAKA
DR.Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari. 2006. Keistimewaan Akhlak Islam.
Bandung: ________ Pustaka Setia
Drs.KH.Ahmad Dimyathi Badruzzaman,M.A.2004.Panduan Kuliah Agama Islam.
Bandung: ________ Sinar Baru
Prof. Dr. Abdul Wahab khalaf, Hadits-Hadits Nabi, Gema Risalah, Perss, Bandung,
1996. ________ hal 197.
Syarifuddin Amir, MUTIARA HADITS, PT. LOGOS Wacana Ilmu. jakarta, 1997,
hlm:124

17

Anda mungkin juga menyukai