Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH PUASA RAMADHAN

Disusun Oleh :
Lia Anggi Safitri
Dosen : Aminah Alatas, SE, MM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes KESOSI
SEPTEMBER 2017
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini
berhasil kami selesaikan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Agama Islam.

Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari


kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi
yang di sajikan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kemajuan kami dimasa
mendatang. Dalam penulisan ini kami mengucapkan teimaksaih kepada
ibu Aminah Alatas, SE, MM sebagai fasilitator kami.

Kami mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan setra


pengetahuan kita mengenai “ Puasa Ramadhan “. Untuk itu kami selaku
penulis mengucapkan terimakasih.

Jakarta, September 2017

Lia Anggi Safitri


3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Puasa ramadhan 3


B. Ketentuan Awal Puasa 3
C. Cara Pelaksanaan Puasa 5
D. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa 8
E. Sunah- Sunah Puasa 10
F. Keringanan Puasa 12
G. Denda atau Kafarat Puasa 12
H. Hikmah atau faedah Puasa 14

BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia agar mengenal dan


menyembah-Nya, menunaikan hak-hak rububiyah dan uluhiyah-
Nya. Karena itu, Islam menjadikan penghambaan (ta’abud atau
‘ibadah) kepada Allah sebagai kewajiban pertama yang dituntut
dari seorang Muslim. Rukun-rukun Islam, yang terdiri dari dua
kalimat syahadat, medirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah, merupakan perwujudan dari
ta’abud kepada Allah SWT.

Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan suami


istri (pada siang hari), dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak
terbit fajar sampai terbenam matahari. Berpuasa pada bulan
Ramdhan ini merupakan salah satu rukun Islam yang lima.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan puasa Ramadhan?
b. Bagamiana cara menentukan ketentuan awal dan akhir
Ramadhan?
c. Bagaimana cara pelaksanakan puasa?
d. Apa saja hal-hal yang membatalkan puasa?
e. Apa sajakah faedah puasa?
5

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian puasa Ramadhan

2. Untuk mengetahui ketentuan awal dan akhir bulan Ramadhan

3. Untuk mengetahui pelaksanaan berpuasa

4. Untuk mengetahui hal-hal yang memabtalkan puasa

5. Untuk mengetahui faeda-faedah puasa


6

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Puasa Ramadhan


Puasa dalam Bahasa Arab berasal dari kata soum atau siyam yang
artinya sama dengan imsak yaitu menahan

Sedangkan menuru istilah syariat islam puasa adalah suatu amal


ibadah yang dilakukan denggan menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya
matahari disertai sengan niat karena Allah dengan syarat dan rukun
tertentu,

Ramadhan berarti panas terik dari sengatan matahari/


membakar/ bulan yang membakar dosa.

Jadi puasa ramadhan adalah suatu amal ibadah puasa yang


dilakukan dalam bulan ramadhan.

B.Ketentuan Awal Puasa


Puasa Ramadhan adalah puasa yang telah ditentukan jumlah
bilangan hari dan waktu pelaksanaannya, yakni satu bulan penuh. Ada
yang berjumlah 30 hari ada pula yang berjumlah 29 hari.
7

Untuk menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan dapat ditempuh


tiga cara, yaitu :

1. Dengan cara rukyatul hilal, yaitu dengan melihat bulan sabit


tanggal satu bulan Qamariah dengan mata telanjang.

2. Dengan cara istikmal, yaitu dengan menyempurnakan bilangan


hari dari bulan Sya’ban dan Ramadhan.

3. Dengan cara hisab, yaitu dengan cara perhitungan peredaran


bulan dan matahari.

Sulaiman Rasjid di dalam bukunya berpendapat bahwa cara


menetapkan awal bulan Ramadhan adalah

a) Dengan melihat bulan bagi yang melihatnya sendiri.

b) Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga puluh hari,

c) Dengan adanya melihat (ru’yat) yang dipersaksikan oleh seorang


yang adil di muka hakim.

d) Dengan kabar mutawatir, yaitu kabar orang banyak, sehingga


mustahil mereka akan dapat bersepakat untuk berdusta.

e) Percaya kepada orang yang melihat.

f) Tanda-tanda yang biasa dilakukan di kota-kota besar untuk


memberitahukan kepada orang banyak (umum) seperti lampu,
meriam, dan sebagainya.

g) Dengan ilmu hisab atau kabar dari ahli hisab (ilmu bintang).
8

Adapun dalil yang menunjukkan wajib puasa dibulan ramadhan


yaitu:

Q.S. Al-Baqarah: 183


َ َ َّ ُ َ َ ُ ُ ُ ْ َ َ ُ َ ِّ َ َ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ُ َّ َ َ ُ َّ َ
‫ين أ ُّي َها َيا‬ ‫تتقون ل َعلك ْم ق ْب ِلك ْم ِمن ال ِذين عل ك ِتب كما الصيام عليكم ك ِتب آمنوا ال ِذ‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.”(Q.S. Al-baqarah;183)

C.Cara Pelaksanaan Puasa


Cara mengerjakan puasa , yaitu diawali dengan niat, sahur, dan
menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar
sampai terbenamnya matahari.[5]

Dalam melaksanakan ibadah puasa, disyaratkan melakukan hal-


hal sebagai berikut :

1. Niat

Puasa harus dengan niat di dalam hati yang diucapkan pada malam
harinya (menjelang puasa). Sempurnanya niat harus jelas untuk
berpuasa besok, memenuhi kewajiban karena Allah Ta’ala.

a. Niat puasa Ramadhan untuk satu bulan(dibaca pada awal


ramadhan):
ُ َ َ َ َ ِّ َّ َ َ َ
‫لِل ِكل ِه َر َمضان ش ْهر َص ْو َم ن َو ْيت‬
ِ ِ ‫تعال‬
9

Nawaitu shauma syahri ramadhaana kulihi lillaahi ta’aalaa

"Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan


tahun ini karena Allah Taala"

b. Niat puasa Ramadhan harian (dibaca setiap hari):


ُ َ َ َ ََ َ َّ َ َ َ َ َّ َّ َ َ
‫السن ِة ه ِذ ِه َر َمضان االش ْهر ف ْرض أد ِاء ع ْن غد َص ْو َم ن َو ْيت‬ ِ ِ ‫ت َعال‬
‫لِل‬

Nawaitu saumagadin an'adai fardi syahri ramadhana


hadzihissanati lillahita'ala

"Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban


puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala".

2. Makan sahur

Makan sahur menurut ijma’ umat Islam adalah sunah dan tidak berdosa
bila ditinggalkan. Waktu sahur adalah dari pertengahan malam sampai
terbit fajar dan di sunahkan mengakhirnya. Tujuan dari makan sahur
adalah untuk menguatkan orang yang berpuasa pada esok harinya.

3. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa

Orang yang berpuasa hendaklah menjaga diri dari hal-hal yang


membatalkannya, seperti makan, minum, bersenggama, muntah yang
disengaja, dan lain sebagainya.
10

Untuk melaksanakan puasa secara benar dan sah, terdapat


beberapa syarat dan rukun yang ditetapkan syara’:

1. Syarat Wajib Puasa

Syarat-syarat wajib berpuasa adalah :

a) Berakal sehat, orang gila dan hilang ingatannnya tidak diwajibkan


berpuasa.

b) Baligh, yaitu orang yang telah dewasa. Anak-anak tidak wajib


berpuasa.

c) Mampu (kuat) berpuasa, orang yang sudah tua atau sakit yang
tidak kuat berpuasa lagi, maka tidak diwajibkan berpuasa tetapi harus
membayar fidyah.

2.Syarat Sah Puasa

Syarat – syarat sah puasa :

a) Islam, maka orang yang bukan Islam tidak sah berpuasa.

b) Mumayyiz, yaitu anak yang sudah bisa membedakan antara yang


baik dan yang buruk. Anak-anak seperti ini puasanya sah dan pahalanya
untuk dia sendiri serta orang tuanya.

c) Suci dari haid dan nifas. Orang perempuan yang sedang dalam
keadaan haid dan nifas tidak sah puasanya.

d) Pada waktu yang dibolehkan berpuasa, puasa pada waktu yang


terlarang seperti dua hari raya dan hari tasyrik adalah tidak sah
11

3.Rukun Puasa

Diantara rukun-rukun puasa yaitu:

a) Niat di dalam hati , niat ini diwajibkan pada tiap-tiap malam,


kerana ibadat puasa pada tiap-tiap hari dalam bulan Ramadhan adalah
perbuatan yang terpisah di antara hari dengan hari yang lain
Sebagaimana Hadis Nabi SAW :

‫له صيام فال الفجر قبل الصوم يجمع لم من‬

Artinya :”Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar maka
tiada puasa baginya”(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Asbus Sunan).

b) Menahan diri daripada makan dan minum atau menahan dari


segala sesuatu yang membatalkan puasa dari keluarnya fajar hingga
tenggelamnya matahari.

D.Hal – Hal Yang Membatalkan Puasa


Adapun hal-hal yang membatalkan puasa dan mesti ditinggalkan
selama berpuasa itu ialah :

1. Makan dan minum. Dalilnya adalah firman Allah SWT :


ُ ُ ُ َ ْْ َ َّّ َ َ َّ َ َ َ ُ ُ َ ُ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ
...‫اشبوا َوكلوا‬ ‫أ ِت ُّموا ث َّم الف ْجر ِم َن األ ْس َو ِد الخ ْي ِط ِمن األبيض الخيط لكم يتبي حت و‬
ِّ ‫ال ْيل إ َل‬...
‫الص َي َام‬
َّ
ِ ِ
Artinya : “dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa
itu sampai (datang) malam” (QS. Al-Baqarah (2) : 187)
12

Dalam hal ini masuknya sesuatu rongga badan atau rongga kepala
melalui jalan terbuka, mulut, hidung, atau telinga dianggap sama
dengan makan dan membatalkan puasa.

Jadi bila orang yang puasa itu makan dan minum dengan sengaja, atas
kemauan sendiri, sadar bahwa ia sedang berpuasa, dan tahu bahwa
perbuatan itu haram, batal lah puasanya.

2. Al-Huqnah, yakni memasukkan sesuatu ke dalam rongga melalui


kemaluan dubur atau qubul.

3. Muntah dengan sengaja, sekalipun diyakinkan tidak ada yang


kembali masuk setelah keluar ke mulut. Akan tetapi, bila seseorang
muntah dengan tidak sengaja, atau dengan sengaja, tetapi tidak
mengetahuinya haramnya, atau muntah karena dipaksa, maka
puasanya tidak batal.

4. Bersetubuh, walaupun tidak sampai keluar mani.

5. Keluar mani dengan sebab mubasyarah (sentuhan kulit tanpa


alas), mencium, dan sebagainya. Akan tetapi keluar mani tanpa
bersentuhan kulit, misalnya dengan sebab pandangan atau karena
mimpi tidak membatalkan puasa.

6. Haid. Para ulama telah ijma’ bahwa orang yang sedang haid
haram, dan tidak sah berpuasa.

7. Nifas. Nifas adalah darah haid yang terkumpul, dan tertunda


keluarnya. Jadi hukumnya sama dengan darah haid.

8. Gila, karena keadaan gila menghilangkan kecakapan beribadah.

9. Riddah (murtad), karena orang kafir tidak sah melakukan ibadah


13

Berikut adalah beberapa hal yang dimakruhkan pada saat puasa


yaitu:

a) Berkata yang tidak baik, seperti berbohong, mengumpat,


menfitnah dan sebagainya, Rasulullah Bersabda:
َ ْ
‫وشابه طعامه يدع أن ف حاجة هلل فليس به والعمل الزور قول يدع لم من‬

Artinya:”Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta


dan beramal dengannya maka Allah tidak mempunyai hajat padanya
dalam dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya sia-
sia).”(H.R. Bukhari)

b) Sengaja melambatkan berbuka meskipun sudah masuk waktu


maghrib

c) Berbekam, kecuali kalau terpaksa

d) Bersiwak, sikat gigi dan berkumur secara berlebihan pada saat


matahari sudah tergelincir ke barat(waktu Dhuhur), kecuali terpaksa

e) Sebagaian ulama’ berpandapat bahwa: suntik cacar termasuk


makruh, jika tidak ada keperluan mendesak.

E.Sunah – Sunah Puasa


Diantara Sunah-Sunahnya Puasa Yaitu:

a) Makan Sahur, Rasulullah bersabda:


َ َ َّ َ ُّ ‫َب َر َكة‬
‫الس ُحور ِف ن ف ِا ت َس َّح ُروا‬

Artinya:”Hendaklah kalian makan sahur karena didalam sahur itu


terdapat keberkahan”(Mutafaqun Alaih)
14

b) Mengakhiri sahur, Rasulullah Bersabda:


َ َ ‫المرسلي‬
‫سي من السحور تأخي إن‬ َ

Artinya:” Sesungguhnya melewatkan bersahur itu adalah sunnah


Para Rasul”(Diriwayatkan oleh Ibn. Hibban)

c) Menyegerakan berbuka, Rasulullah Bersabda:

‫الفطر عجلوا ما بخي الناس يزال ال‬

Artinya:” Manusia akan tetap berkeadaan baik selagi mereka


menyegerakan berbuka”(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

d) Meninggalkan perkataan yang tidak baik, seperti berbohong,


mengumpat, menfitnah dan sebagainya, Rasulullah Bersabda:
َ ْ
‫وشابه طعامه يدع أن ف حاجة هلل فليس به والعمل الزور قول يدع لم من‬

Artinya:”Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta


dan beramal dengannya maka Allah tidak mempunyai hajat padanya
dalam dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya sia-
sia).”(H.R. Bukhari)

e) Berbuka dengan kurma atau yang manis-manis atau dengan air


sebelum makan yang lain

f) Memberi makan orang lain untuk berbuka

g) Berdoa ketika berbuka, Doa itu antara lain:


َّ ّ َ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ َْ
‫افط ْرت رزِقك َوعل ا َمنت َو ِبك ُص ْمت لك ال ُله َم‬

Artinya;” Wahai Tuhanku, karena-Mulah aku berpuasa dan


dengan rizki-mulah aku berbuka”.
15

F. Orang – Orang Yang Mendapat Keringanan Berpuasa


Orang-orang berikut ini boleh tidak berpuasa tapi harus melakukan
kafarat/denda.

a) Orang sakit

b) Orang dalam perjalanan(Musyafir)

sebagaimana firman Allah:


َ َ َ ََ َ َّ َ َ َ ُ ُ ُ َّ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ُ ُ ْ ُ
‫الِل ُيريد أخ َر أ َّيام ِم ْن ف ِعدة َسفر عل أ ْو َمريضا كان َو َم ْن‬ َ ‫س بكم يريد وال الي‬
‫س ِبكم‬ َ
ِ ‫الع‬
Artinya: “Barang siapa yang sakit atau sedang dalam perjalanan,
maka hendaklah dia berpuasa di hari lain. Allah menghendaki
keringanan bagi kamu, dan Dia tidak menghendaki kesukaran ke atas
kamu.”(Q.S. Al-Baqarah, Ayat: 185)

c) Wanita haid dan nifas

d) Wanita yang sedang hamil & menyusui, karena dikhawatirkan


menganggu kesehatan dirinya dan anaknya.

G. Denda atau Kafarat Puasa


Denda atau kafarat puasa adalah perbuatan yang harus dilakukan
sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan dengan berdasarkan
ketentuan Allah SWT. Jika seseorang tidak melakukan puasa ramadhan
16

dengan alasan atau sebab tertentu yang dibolehkan syara’ maka


berlaku ketentua denda/ kafarat sbb:

1. Wajib mengkhodo’ pada hari lain sesuai dengan jumlah hari yng
ditinggalkan:

a) Orang sakit yang masih bisa sembuh

b) Orang yang sedang dalam perjalanan (Musyafir)

Sebagaimana firman Allah:


َ َ َ ََ َ َّ َ َ َ ُ ُ ُ َّ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ُ ُ ْ ُ
‫الِل ُيريد أخ َر أ َّيام ِم ْن ف ِعدة َسفر عل أ ْو َمريضا كان َو َم ْن‬ َ ‫س بكم يريد وال الي‬
‫س ِبكم‬ َ
ِ ‫الع‬
Artinya: “Barang siapa yang sakit atau sedang dalam perjalanan,
maka hendaklah dia berpuasa di hari lain. Allah menghendaki
keringanan bagi kamu, dan Dia tidak menghendaki kesukaran ke atas
kamu.”(Q.S. Al-Baqarah, Ayat: 185)

c) Wanita yang sedang hamil & menyusui, jika mengkhawatirkan


membahayakan diri sendiri dan anaknya maka wajib mengkhodo’, tapi
jika hanya mengkhawatirkan anaknya saja maka wajib baginya
mengkhodo’ dan membayar fidyah

2. Wajib membayar fidyah yaitu memberi makan(makanan pokok)


fakir miskin pada tiap hari yang ditinggalkan sebesar 1 mud (6 ons).

a) Orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh

b) Orang tua yang tidak mampu berpuasa.

Sebagaimana firman Allah:


َ َ َ َّ ُ َ ُ ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ
‫ين َوعل‬ ‫ِمس ِكي طعام ِفدية ي ِطيقونه ال ِذ‬
17

Artinya:” Dan atas orang yang mampu tetapi amat payah


menunaikannya (kerana tua, lemah atau sebagainya) hendaklah dia
membayar fidyah, (iaitu) memberi makan orang miskin”.

G. Faedah atau Hikmah Berpuasa


Berpuasa disamping dapat menambah takewa pada Allah, juga
mengandung beberapa hikmah diantaranya sbb:

a) Akan timbul rasa hibah terhadap fakir miskin yang sering kali tidak
makan sehingga timbul keinginan untuk menolong.

b) Dapat mendidik diri untuk bersabar dalam menghadapai cobaan


dan penderitaan. Sebab orang yang berpuasa itu harus mampu
menahan penderitaan lapar dan haus, sehingga akan terlatih kesabaran
hatinya.

c) Dapat mendidik diri untuk bersifat amanah dan percaya diri.


Karena orang yang berpuasa dengan menahan lapar dan haus tidak ada
orang yang tahu kecuali hanya Allah, sehingga akan terlatih sifat
amanah dan percaya dirinya.

d) Dapat mendidik untuk tidak berbuat dusta dan berkata keji

e) Dapat memelihara kesehatan tubuh.


18

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dan wajib
hukumnya bagi seorang muslim untuk menjalankannya seperti dalam
firman Allah dalam QS Al-Baqoroh ayat 183. Puasa yaitu menahan
makan dan minum dari terbit fajar hingga tergelincirnya matahari.
Puasa juga memilik banyak keutamaan salah satunya dapat
meningkatkan rasa sabar.
19

DAFTAR PUSTAKA

http://ilmu-lovers.blogspot.co.id/2013/07/puasa-ramadhan-
pengertian-syarat-sah.html

http://pilihanmakalah.blogspot.co.id/2016/08/makalah-puasa-
ramadhan.html

Anda mungkin juga menyukai