Disusun Oleh :
Kelompok 4
- Yanti Andriyani
- Mardiah
- Listiani
- Khaerudin
- Rohman
- Wiwi Anjela
- riki Riawan
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 9
B. Saran .............................................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat dinasti Abbasiyah mengusai wilayah Umayyah, Abd ar-Rahman bin
Muawiyah berhasil menyngkirkan Yusuf bin Abd ar-Rahman al-Fihri yang menyatakan
diri tunduk kepda dinasti Abbasiyah pada tahun 138 H/756 M. Abd ar-Rahman ad-Dakhil
memproklamasikan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan dinasti bani Abbasiyah dan ia
memakai gelar Amir (bukan Khalifah). Selama 32 tahun berkuasa, Abd ar-Rahman
berhasil mengatasi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar. Karena
ketangguhannya, ia diberi gelar rajawali Quraisy.
Karena kekuasaan Bani Abbas sepeninggal al-Mutawakil semakin merosot, Abd ar-
Rahman ad-Dakhil memproklamirkan diri sebagai Khalifah dan memakai gelar Amir
Mu’minin.
2
B. Perkembangan Islam Dinasti Umayyah II di Andalusia
Sejak menginjakkan kakinya pertama kali di Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam
terakhir di sana, Islam memainkan perna yang sangat besar. Yaitu berlangsung selama
hampir 8 abad (711 – 1429 M). Sejarah panjang yang dilalui oleh umat Islam di Andalusia
tu dapat dibagi menjadi 6 periode, yaitu :
3
Andalusia mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Dinasti Abbasiyah di
Baghdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan Universitas Cordova yang perpustakaannya
memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri
perpustakaan.
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Andalusia terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan
raja-raja golongan atau Muluk at-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Siville,
Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbasiyah di Siville.
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Pada masa ini, terdapat suatu kekuatan yang diminan yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun
(1146-1235 M). Dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agam di Afrika
Utara yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyifin. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan
sbuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke Andalusia atas undangan
penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-
raja Kristen.
Pada tahun 1143 H, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika Utara maupun
di Andalusia dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun datang ke
Andalusia di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun 1114 dan 1115 M, kota-kota
penting umat Islam seperti cordova, Almeria, dan Granada jatuh bawah kekuasaannya.
Untuk beberapa dekade dinasti ini mengalami beberapa kemajuan.
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinati Bani Ahmar
(1232-1492 M). Peradaban kembali menglami kamajuan seperti di zaman Abdurrahman
an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Dan pada
periode inilah akhir dari ekstensi umat Islam di Andalusia. Menurut Harun Nasution, pada
sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di negara ini.
4
1. Paada masa Hisyam I dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun
oleh alkhaulani, di samping menambah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang
indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa al-Mustanshir dan al-Mansur.
2. Pada masa al-Mustanshir dan al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling
pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dan tujuh
pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berda di tengah, karena berkembangnya daerah
pinggiran di sekitarnya.
1. Al-Qashr al-Kabir, adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan
disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.
2. Al-Rushafah, sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang
dibangun al-Dakhil disebelah barat laut Cordova. Istana ini mencontoh bentuk istana dan
taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.
3. Masjid Jami’ Cordova
4. Jembatan Cordova
5. Az-Zahra, Dibangun an-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena
sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova. Kemegahan az-Zahra hampir menyamai al-Qashr
al-kabir. Termasuk keistimewaan az-Zahra ialah kolam-kolam marmer buatan
konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis
emas. Selain membangun az-Zahra, an-Nashir membangun saluran air yang menembus
gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri az-Zahra dan Cordova
pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum.
6. Az-Zahirah, Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari
Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-Manshur,
gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat tinggal para
menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.Sebagaimana halnya az-Zahra, az-
Zahirah dilengkapi taman-taman indah, pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan
bangunan umum lainnya. Perkembangan az-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu
sisinya kemudian bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung
denagn az-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota
Cordova.
5
a. Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab
Kebanyakan umat Islam menganut paham Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya
adalah hadits. Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasulullah saw amat besar pada
waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad bin Abd ar-
6
Rahman bin Ziyad al-Lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam
pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang
membahas lafadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr ad-Dani Utsman ibn
Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti
yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas
kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat
Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban
pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-
perpustakaan, disamping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan
perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di
berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju,
sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu
pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara Eropa Kristen, melalui
kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas
Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya di
Andalusia.
Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah
merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka memperahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam
telah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Andalusia Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan tentara Islam
7
dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara
umat Islam sedang mengalami kemunduran.
Kalau di tempat – tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus,
orang – orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak-tidaknya
sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para
mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis
non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan
dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan tidak
adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang
dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
1. Kesulitan Ekonomi
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan
pusat kekuasaan Islam terakhir di Andalusia jatuh ketangan Ferdinan dan Isabella,
diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
1. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang
sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daulah bani Umayyah II didirikan oleh salah seorang keluarga bani Umayyah yang
berhasil meloloskan diri dari kejaran orang-orang bani Abbasiyah, yaitu Abdurrahman.
Selanjutnya karena kemampuannya meloloskan diri ke Andalusia dia diberi julukan “Ad-
Dakhil”. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di Andalusia meneruskan
usaha perluasan wilayah Islam ke beberapa daerah di Eropa. Bukan hanya usaha perluasan
wilayah saja yang mereka lakukan, melainkan juga pengembangan seni, kebudayaan, dan
ilmu pengetahuan. Hal ini bisa mereka lakukan karena daulah ini bisa bekerja sama dengan
negeri-negeri tetangganya, termasuk daulah Abbasiyah yang semula menjadi musuh
mereka. Letak Andalusia yang berada di benua Eropa memungkinkan berkembangnya
ilmu pengetahuan ke berbagai wilayah Eropa. Sehingga bisa dikatakan kemajuan yang
dicapai daulah Umayyah II hampir sama dengan kemajuan daulah Abbasiyah di Baghdad.
Seperti halnya daulah-daulah Islam yang dahulu, daulah Umayyah II juga mengalami
keruntuhan akibat perebutan kekuasaan. Meskipun penyebab terburuknya adalah serangan
kaum Kristen, namun kondisi umat Islam di Andalusia saat itu sedang melemah sedangkan
kondisi umat Kristen berada dalam kemajuan yang pesat.
B. Saran
Harapan kami, makalah ini dapat dijadikan sebagai literatur perbandingan mengenai
peristiwa maupun aspek yang melingkupi tema Masa Daulah Umayyah II itu sendiri, hal
ini dikarenakan dalam pembuatan makalah ini berdasar pada berbagai referensi buku-buku
mengenai sejarah perkembangan pada masa Daulah Umayyah II.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adan hingga Abad XX, Cet. V
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana : 2007
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Cet. I, Jakarta, UI Press : 1985.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna : 2013
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 2006
10