Anda di halaman 1dari 18

KULTUM: BERSABAR DALAM PENANTIAN

oleh : Kartika Setianingrum


Bismillahirrohmanirrohim
Yaa nabi salam alaika, yaa rosul salam, salam alaika..
Yaa habib salam, alaika, sholawatullohalika
Menangkap ikan pakai baskom
Hadirin sekalian, assalamualaikum
Robbisrohliisodrii wa yassirlii amrii wahluluqdatanmilisaanii yafqouhuu qoulii,
Yang saya hormati hadirin sekalian, para pejuang dakwah islam, bagaimana kabar hari ini?
(Alhamdulillah , luar biasa, ALLOHUAKBAR!!)
Alhamdulillah, puji syukur keharibaan Robbizzati yang sampai saat ini selalu
mendampingi langkah kita, memberikan segenap kekuatan sehingga kita mampu merasakan
betapa besar nikmat yang telah Alloh limpahkan kepada diri kita.
Sholawat selalu kita senandungkan kepada kekasih Alloh, seorang utusan yang
memberi risalah dakwah kepada umatnya, ialah baginda rosul Muhammad SAW,sehingga
kita mampu berada dalam jalan yang penuh keberkahan ini.
Pejuang dakwah yang saya cintai, adakah yang tahu tentang VMJ?
Ya, Virus Merah Jambu yang menjadi virusnya para aktivis dakwah yang masih single dan
dalam umur remaja menuju dewasa. Ada yang pernah terserang virus ini?
Semoga meskipun pernah terserang, antivirus dalam iman kita selalu aktif sehingga menjadi
proteksi dan pelindung dalam ibadah kita.
Merupakan fitrah atas apa yang dinamakan cinta, keindahan yang hanya dirasakan dengan
beragam warna, berbeda antara satu orang dengan orang lain mengenai bagaimana makna
cinta itu. Menurut anti, bagaimana rasa dari sebongkah cinta?? Apakah seperti gula jawa?
Yogurt?garam?atau bahkan cabai? Ya relatif atas jawaban cinta.
Para pejuang dakwah sekalian, dalam satu tahun kita menjumpai bulan Ramadhan dengan
penuh keberkahan, sehingga dari setiap insan ingin selalu berlomba-lomba memperoleh
pahala dan syafaat, rasa lapar, dahaga, lelah, lemas sering kita rasakan, terlebih pada saat
siang terik. Seakan kita ingin meneguk air untuk menyiram kerongkongan yang kerontang,
namun apa, apakah semua muslim melakukannya?bagaimana dengan kita?
Alhamdulillah seberat apapun aktivitas kita, namun ketika dihadapkan dengan puasa
ramadhan, sekuat tenaga kita akan berjuang sehingga mampu bertahan hingga tiba waktu
berbuka
Sekarang, kedua mata kita tak bisa menutupi atas keadaan remaja seumuran kita yang sering
berjalan berdua, bergandengan tangan, sampai berani melakukan perbuatan zina, semoga kita
selalu diampuni dan dijaga olehNya.
Bagaimana dengan para pejuang dakwah disini?
Akankah mau berbuka sebelum waktunya?
Ataukah sekuat tenaga bertahan hingga tiba waktu berbuka dan merasakan kenikmatan ketika
dahaga itu terobati? insyaAlloh.
Sedikit kutipan dari Salim A Fillahalangkah seringnya mentergesai kenikmatan tanpa
ikatan , membuat detik-detik didepan terasa hambar. Belajar dari ahli puasa bahwa ada dua
kebahagiaan baginya yakni saat berbuka dan saat Alloh menyapa lembut memberikan
pahala
Para pejuang yang selalu dilindungi Alloh, yuk kita tilik kehidupan asmara dari Nabi
Muhammad SAW, beliau adalah manusia seperti kita yang juga pernah merasakan jatuh
cinta. Ya, hanya cara yang membedakan antara kita dan beliau. Rosul mengiringi cintanya
selalu atas dasar kecintaan yang lebih besar yakni kepada RobbIzzati, cinta yang ia haturkan
kepada Khadijah dan Aisyah ialah wujud cinta agung untuk Alloh, bersama para istrinya,
beliau membina dan membawa keluarganya menuju Keluarga Asmara(asakinah, mawaddah,
wa rahmah), dan itulah seharusnya dari kesejatian cinta itu.
Kutipan Anis Matta( dalam jiwa Sang Nabi ada dua cinta yang berbeda pada kedua
perempuan terhormat itu. ketika beliau ditanya tentang orang yang ia cintai,ia mnejawab
Aisyah. Tapi ketika beliau ditanya tentang cintanya pada Khadijah, ia menjawabcinta itu
dikaruniakan Alloh padaku. Cintanya pada Aisyah adalah bauran dari pesona kecantikan.
Maka Ummu Salamah berkata, Rosul SAW tidak bisa menahan dirinya untuk bertemu
dengan Aisyah, tapi cintanya pada Khadijah adalah jawaban jiwa pesona kematangan
Khadijah. Mengingat bagaimana kesabaran Khadijah untuk turut menyertai dakwah bersama
Rosul, ia yang mendampingi jihad dan memberikan keteduhan dari kematangan
bertindaknya.
Banyak anak muda bilangaku gak bisa hidup tanpamu!!lho , yang ngasih nyawa kan
Alloh, kok kayak ceweknya saja yang ngasih nyawa.
Inilah kesejatian cinta yang sejak dini harus kita tanamkan, jangan sampai kita salah
melangkah dipersimpangan sehingga tergoda untuk berbuka sebelum waktunya.
Astaghfirulloh, miris ketika barangkali masa lalu pernah kita khilaf, namun saat ini Alloh
telah semakin membuka retina kita, jangan sampai kita pura-pura buta sehingga kita jatuh
kedalamnya.
Pejuang dakwah yang selalu dirahmati Alloh,
Dalam QS. Ar-Rum:21
Dan diantara tanda-tanda kebesaranNya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dsn merasa tentram kepadanya, dan Dia
menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda kebesaran Alloh bagi kaum yang berpikir
Sungguh Maha Sayang Alloh yang telah menitipkan rasa cinta itu kepada manusia, akankah
kita memungkirinya? Jikapun masih meragukan rasa sayang itu, maka takkan pernah ada bayi
yang hidup lantaran ketiadaan sayang itu akan membutakan hati seorang ibu sehingga dengan
tega dibunuh bayinya.
Ikhwan dan akhwat fillah, masih panjang jalan kita untuk terus berdakwah dan memberikan
prestasi kepada kedua orang tua, ingatkah jika kita masih berhutang kepada ayah dan ibu,
akankah kita tega membayar budi itu dengan kekecewaan yang kita perbuat karena cinta yang
salah merjemahkan?.
Tentunya tidak para hadirin, kita disini ialah hati yang telah dipilh oleh Alloh untuk semakin
menafakuri kesejatian cinta itu. bersabarlah untuk menebus dahaga itu, bersabarlah karena
tulang rusuk itu tidak akan pernah tertukar dengan yang lain.
Bahwa Alloh menjadi Sutradara terhebat yang telah merancang segenap skenario jalan cinta
setiap hambaNya, dan sungguh semua akan indah ada masanya, percaya ???? insyaAlloh
harus.
Dalam hadist menyatakan bahwa, barang siapa yang belum siap untuk menikah , maka
berpuasalah. Memang betul dan menjadi harapan kita semua untuk merasakanNikmatnya
pacaran setelah pernikahan, judul buku dari Salim A Fillah untuk kita yang masih dalam
penantian itu.
Seperti apa sih suami/istri yang kita inginkan kelak?
Soleh/sholehah?
Cantik/cakep?
Pinter?
Berpenghasilan tetap?
Setia?
Sayang keluarga? Dll,
Tentunya kita berharap yang baik-baik dari calon kita kelak, nah.. sebelum itu, yuk kita
bercermin dari diri kita.
Apakah kita sudah sholeh? Sudah sholehah? Terjaga amal ibadahnya? Berbuat baik kepada
sesama?
Bersama kita instropeksi diri , seberapa jauhkah ikhtiar kita?
Alloh saja menjanjikan, laki-laki yang baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya laki-laki
yang buruk untuk wanita yang buruk.
Tergantung kepada kita sekarang,mau pilih yang mana, memiliki istri/suami yang baik atau
yang pas-pasan? Semua tergantung pada ikhtiar dan doa kita.
Bagi yang ikhwan, sembari menjemput jodoh, sembari pula memperbaiki kualitas diri.
Bagi yang akhwat, sembari menanti, sembari pula meningkatkan kualitas pribadinya.
Magnet itu nanti akan tertarik dengan sendirinya, kemana arahnya, Alloh yang akan
menuntun.
Jadi sekarang, masih ragu tidak ????
Tidak ya insyaAlloh.
Ikhwan dan akhwat fillah,
Tidaklah memberatkan Alloh memberikan perintah, semuanya ialah untuk kita, karena Alloh
sayang kepada kita sehingga Ia ingin menjaga kita.
Marilah kita beristighfar, jikalau sering hati kita meragukan, menduakan, melalaikan
perintahnya, dan lalai dalam mengingatnya.(Astaghfirullahaladzim)
Atas setiap aliran nikmat yang diberikan Alloh kepada kita sampai detik ini marilah kita
berucap syukur Alhamdulillah
Saya kira, cukup sekian penyampaian dari saya, mohon maaf atas segala khilaf, kebenaran
hanyalah milik ALLOH semata.
Para pejuang dakwah, teruslah berjuang, Alloh telah mempersiapkan hidangan surga bagi
yang pandai bersabar.
Subhanakallohumma wabihamdika,asyhadualailla haaillaanta, astaghfiruka wa atubuilaik..
Burung pelikan, burung cendrawasih
Cukup sekian, terimakasih
Wassalamualaikum Wr.Wb
Mencari Jodoh (Alm. KH Zainuddin MZ)

Assalamualaikum Wr. Wb
Saudara-saudara kaum muslimin terutama adek-adek para remaja dan pemuda yang
saya cintai. Apabila seseoranag akan membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan
beberapa pilihan. Sejak dari memilih lokasi di mana rumah itu akan didirikan, sampai kepada
menentukan bahan-bahan kualitas yang akan dipakainya, sampai kemudian kepada wujud dan
bentuk rumah yang akan ditinggalinya. Demikianlah bahwa untuk membangun sebuah rumah,
yang hanya untuk menaungi kehidupan di dunia ini kita mengadakan berbagai macam pilihan.
Apalagi kalu kita akan membangun sebuah rumah tangga yang kita harapkan tidak hanya
menaungi kehidupan di dunia ini, tidak hanya untuk kepentingan kita saja, tetapi juga untuk
kepentingan anak cucu kita di belakang hari termasuk sampai kepada hari akhirat nanti. Oleh
karena itu pada pertemuan kali ini saya hanya ingin khusus berbicara kepada adek-adek remaja
dan para pemuda bagaimana sebaiknya memilih jodoh menurut ajaran agama Islam. Dalam Al-
Quran Allah SWT menjelaskan yang artinya Bahwa manusia apapun jenisnya asal dia bernama
manusia dihiasi dengan perasaan cinta kepada perempuan, jadi sejak dahulunya secara fitrah
laki-laki seneng kepada perempuan sebagaimana perempuanpun seneng kepada laki-laki. Dihiasi
rasa cinta ini dalam kehidupan manusia. Dan oleh karena adanya rasa cinta berkembanglah
segala macam persoalan. Sehingga seorang ahli cinta pernah berkata, cinta adalah 5 huruf yang
membuat persoalan tidak akan pernah selesai, 5 huruf yang membuat persoalan tidak akan
pernah selesai-selesai. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari sering kita saksikan bahwa cinta ini
bisa mendorong memberikan motivasi yang baik dan cinta inipun bisa juga memberikan
dorongan yang tidak baik, oleh karenanya apabila cinta itu ibarat setetes embun yang jatuh di
bumi yang subur akan tumbuhlah di atasnya aneka ragam bunga-bunga-an yang harum
semerbak indah mewangi, sedap dipandang orang menebarkan rasa aman, damai, sentosa dan
begitu selanjutnya, tapi jika cinta itu jatuh di hati yang gersang dan tandus tidak ada yang akan
dapat tumbuh di sana selain sirih memanjat batu, kuning daunnya, lemah gagangnya. Maka cinta
yang semacam itu tidak akan memberikan dorongan positif kepada seseorang di dalam
kehidupannya. Maka lebih dahulu kita akan membicarakan cinta dalam artian yang positif ini
untuk nanti sampai kepada perempuan yang bagaimana yang harus kita cintai atau laki-laki
yang bagaimana yang harus dicintai oleh seorang perempuan.
Saudara hadirin yang saya hormati cinta dalam artian yang positif, pertama dia selalu
mendatangkan keindahan, yang kedua cinta itu memberikan energi atau semangat untuk
berjuang dan yang ketiga cinta itu selalu membawa resiko dalam bentuk pengorbanan. Maka
cinta yang positif pertama melahirkan keindahan, di sinilah orang memerlukan filter atau
saringan sebab keindahan yang di dasarkan karena cinta itu merupakan suatu keindahan yang
relative saja. Boleh jadi karena indah orang jadi cinta, boleh juga jadi karena cinta segala sesuatu
terasa jadi indah. Namun bagaimanapun juga kalau hati sudah diliputi oleh rasa cinta segalanya
akan terasa menjadi indah, cinta itu adalah keindahan. Yang kedua cinta itu energi melahirkan
dorongan dan semangat, yang lemah bisa menjadi kuat, yang takut bisa menjadi berani, yang
jauh jadi terasa dekat, itu semua karena dorongan cinta. Dan dari energi ini lahirlah yang ketiga
bahwa cinta adalah pengorbanan, sehingga orang berkata berani bercinta artinya harus berani
berkorban, takut berkorban jangan bercinta. Kalau cinta ini kita salurkan kepada nilai-nilai
agama umpamanya yang pertama cinta mendatangkan keindahan kita cinta kepada agama maka
apapun yang diperintahkan oleh agama akan terasa menjadi indah. Solat akan terasa menjadi
indah, puasa terasa menjadi indah, zakat terasa menjadi indah, jihadpun akan terasa menjadi
indah, persis kalau kita cinta kepada seorang gadis. Jika kita cinta kepada seorang gadis, apanya
saja akan keliatan menjadi indah, jalannya terasa indah, lenggak-lenggoknya terasa indah,
suaranya merdu padahal cemprengnya bukan main. Seluruhnya akan mendatangkan keindahan
karena dasarnya sudah cinta. Cinta membawa kepada keindahan. Yang kedua, cinta itu
melahirkan energi orang yang cinta kepada agama akan lahir tenaga dan semangatnya
melaksanakan ibadah, melaksanakan puasa, melaksanakan zakat, melaksanakan solat,
melaksanakan haji bahkan melaksanakan jihad sekalipun. Cinta selamanya menimbulkan energi
dan semangat. Sama saja dengan kita apabila jatuh cinta kepada seorang gadis, walaupun
rumahnya jauh katanya, gunungpun akan kudaki lautan kusebrangi. Untuk apa itu? Untuk
menemui apa yang kita cintai. Cinta selamanya melahirkan energi, cape tidak terasa, lelah tidak
terasa, semuanya tertutup oleh keindahan yang bernama cinta. Lalu yang ketiga cinta membawa
pengorbanan, apabila kita cinta kepada agama maka pengorbanan terhadap apapun yang
diminta oleh agama, baik itu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan pengorbanan
nyawa sekalipun kita tidak akan berat melaksanakannya karena cinta kita kepada agama yang
kita anut ini. Demikian juga cinta kita kepada seorang perempuan, akan membuat kita rela
berkorban, apapun yang dia minta, jangankan kita mampu, kita tidak mampu sekalipun kita
pasti berusaha untuk mampu guna memenuhi tuntutan si buah hati belahan jantung. Kadang-
kadang malam minggu si doi ngajak nonton, umpamanya. Duit tidak ada, gajian belum, kerja
enggak. Timbullah inisiatif entah sepatu kita jual ke tukang loak, entah celana mampir dulu ke
tempat lain, yang penting kita berkorban untuk memenuhi permintaan si buah hati belahan
jantung. Ketika itu pengorbanan sudah tidak kita rasakan lagi. Bahkan pengorbanan yang paling
pedih sekalipun, dalam gurau dalam bercanda misalnya dicubit kita oleh kekasih kita, pedih
bukan main, terkelupas kulit, mengalir darah, bukan nangis, nyengir. Malah kadang-kadang
minta ditambah dicubit lagi. Itulah romantikanya cinta sanggup membuat orang berkorban,
melahirkan energi dan semangat menambah keindahan dalam kehidupan sepanjang dia dalam
artian yang positif.
Kalau demikian masalahnya di dunia yang penuh dengan perbenturan nilai sekarang ini
orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk membangun rumah tangga yang
bahagia. Jangan lupa bahwa membangun rumah tangga ini bukan hanya untuk satu-dua bulan,
bukan hanya untuk satu-dua taun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia lebih daripada
itupun untuk menunjang kebahagiaan di akhirat. Oleh karenanya memilih jodoh bukan suatu hal
yang mudah, bukan suatu hal yang bisa dilaksanakan sambil lalu, tetapi memerlukan penelitian,
memerlukan pengamatan yang mendalam. Apa petunjuk agama tentang itu dengan kata lain
bagaimana seharusnya seseorang memilih jodoh dalam kehidupannya. Ini tentu saja sumbangan
moril buat adek-adek remaja dan para pemuda yang lagi kebingungan memilih jodoh atau
barangkali buat bapa-bapa yang kepengen nambah lagi. Mohon maaf kepada ibu-ibu saya tidak
menganjurkan cuma ngajarin.
Yang pertama, menurut Nabi nikahilah perempuan itu karena rupanya, karena hartanya,
karena keturunannya dan karena agamanya. Ada 4 motif utama di sini, pertama memilih jodoh
liatlah rupanya, lagian siapa yang kepengen dapet jodoh rupanya gak karu-karu-an. Cari rupa
yang cantik, indah dan menawan namun jangan lupa saya katakana di zaman di mana sering
terjadi perbenturan nilai seperti sekarang ini orang sulit untuk mendapat keaslian. Di mana
teknologi sudah sedemikian canggih, di mana ilmu kedokteran sudah sedemikian maju. Maka
berbagai macam rupa dapat dibentuk dengan apa yang dinamakan operasi plastik. Oleh karena
itu kalau pilihan hanya tertuju kepada rupa yang cantik saja semata-mata kita sudah melakukan
suatu kesalahan yang sangat besar. Sebab apa diperingatkan oleh Nabi melalui hadits Ibnu
Majah, Bazar dan Baihaki dari Ibnu Umar, Janganlah kamu kawini seorang perempuan karena
kecantikannya, sebab kecantikan boleh jadi akan mencelakakan, jangan juga kamu kawini
perempuan karena hartanya sebab kekayaan biasanya akan mendatangkan kesombongan, tetapi
kawinilah karena agama dan akhlaknya karena itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan
DERITA JOMBLO, KIFARAT DOSA





Assalamualaykum Warahmatulah Wabarakatuh...
Tulisan ini sepenuhnya diambil dari ceramah Ustadz Hanan At-Taqi yang diambil intisarinya.

DERITA JOMBLO ADALAH KIFARAT DOSA

Jomblo adalah Ujian.


Punya pacar adalah Musibah.
Memiliki pasangan sah (suami/istri) adalah Rahmat.
Orang yang paling banyak diuji adalah para nabi, para shalihin dan orang-orang yang
semisalnya. Berbahagialah sebagai seorang jomblo, karena jomblo adalah salah satu ujian
dari Allah sebagai tanda bahwa kita hampir selevel dengan para nabi dan shalihin dalam hal
diuji.
:Silahkan baca Alquran surat Al-Imran [3] ayat 14 sampai 17 berikut
Terjemahan:
14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian
itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga
yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka
dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan
hamba-hamba-Nya.
16. (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman,
Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka,"
17. (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.

Wanita, anak, harta dan peliharaan adalah perhiasan dunia atau kesenangan dunia.
Namun di waktu yang sama, perhiasan dunia atau kesenangan dunia adalah ujian dari Allah
Swt. Ujian yang menarik adalah inta (hubb). Hubb (cinta) menjadi gejala yang paling besar
di masyakarat kita. Bahkan dijadikan sebagai sesembahan. Hingga ada istilah atas nama
cinta bahkan ada orang yang rela mati demi orang yang dicintainya, dan lain-lain. Orang
yang paling diuji dengan hubb ini adalah para pemuda yang belum menikah (sebut saja
jomblo). Atas nama cinta seorang jomblo bisa berbuat dosa besar. Cinta yang arahnya
kepada syahwat ini adalah ujian dan fitnah kepada orang-orang yang beriman.
Nabi Saw. mengajarkan banyak ilmu kepada para pemuda yang belum menikah. Hal
ini terbukti dari adanya bab Fitnatusy Syabab berupa nasihat nabi untuk para pemuda.
Diantaranya dalah hadis Nabi Saw berikut, Berbahagialah kalian jika kalian adalah seorang
jomblo, karena sesungguhnya Allah Swt. memberi balasan kepada seseorang tergantung
tingkat kesulitannya dalam beramal. Dan orang yang paling sulit itu justru di masa muda,
apalagi yang masih muda, apalagi yang belum pernah berhubungan sex karena akan peasaran.
Maka kata nabi berbahagialah.
Banyak anak muda sekarang yang lebih mementingkan hura-hura, bersenang-senang
dengan pacaran dsbg. Di Indonesia, menjadi jomblo itu sulit. Tidak seperti di Arab, ketika
ada dua orang muda-mudi yang berdua-duaan, akan ditanya surat nikahnya. Ketika check in
ke hotel pun akan ditanya surat nikahnya. Berbeda dengan di Indonesia, berdua-duaan bukan
mahrom itu hal biasa.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, terdapat 7 golongan yang mendapat
naungan Allah di Padang Mahsyar, golongan nomor 2 nya adalah pemuda yang tumbuh
dalam keadaan taat kepada Allah. Rasul pun bersabda, Sesungguhnya anak muda yang
datang ke mesjid, lebih dicintai Allah daripada orangtua yang datang ke mesjid. Dalam hal
ini, digunakan kata Syakun karena menjadi pemuda yang soleh itu berat, modalnya IMAN
dan SABAR (bukan kekuatan fisik). Golongan nomor 5 adalah seorang lelaki yang digoda
oleh wanita kaya dan cantik untuk berzina, kemdian mengatakan saya takut kepada Allah.
Orang yang beribadah di masa sulit, pahalanya seperti hijrah kepada Rasul Saw.
Jomblo itu keadaan yang sulit, jika kita tetap beribadah ketika jomblo, kita mendapat pahala
seperti para Muahjirin, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan sahabat Muhajirin lain.
Seorang muslimah sholehah yang masih jomblo, pahalanya lebih besar daripada laki-laki
sholeh yang jomblo. Karena ujiannya lebih besar daripada laki-laki.
Menjadi jomblo adalah kesempatan untuk mendapat level yang istimewa. Hadis Nabi
Saw dari Ali, Ibadah yang paling baik adalah menunggu adanya kelapangan di masa-masa
yang sulit. Hal ini lebih afdhol daripada ibadah-ibadah yang mubah, lebih afdhol daripada
ibadah yang sunnah, namun tidak lebih afdhol daripada ibadah yang wajib. Misalnya,
seseorang yang berumur 27 tahun, mengharapkan pernikahan sejak tamat SMA (sekitar 18
tahun), maka selama masa penantiannya (9 tahun) dihitung ibadah setiap detiknya oleh Allah
Swt. Penantian ini tidak hanya untuk jodoh, namun untuk segala hal, baik ujian fisik,
perasaan, syahwat. Menanti datangnya kesembuhan, menanti terbayarnya hutang sambil terus
bekerja keras, menanti hadirnya buah hati, dll. Semua penantian itu dihitung ibadah asalkan
tidak melakukan dosa selama masa penantian dan bersabar.
Apa amanat atau nasihat Nabi Saw untuk para jomblo? Yaitu menjaga Iffah. Artinya
menghindari dosa-dosa yang diharamkan Allah Swt. Iffah dalam urusan syahwat dengan
menjaga kemaluannya. Iffah dalam urusan rezeki dengan menjaga diri untuk tidak meminta-
minta. Tugas yang paling luar biasa pahalanya di sisi Allah Swt. Berikut hadis dari Abu
Hurairah, Nabi bersabda: Ada 3 golongan manusia yang Allah pasti akan menolong mereka,
yaitu: 1) mujahid fi sabilillah 2) Al-makatib.... 3) Orang yang menikah karena ingin menjaga
iffah.
Ulasan ringkas materi di atas:
Pemuda yang belum menikah, akan mendapatkan janji dari Allah yaitu:
1. Menjadi salah satu dari golongan Muhajirin.
2. Digolongkan ke dalam satu golongan yang mendapat naungan Allah di Padang Mahsyar.
3. Pemuda yang taat. Setiap detiknya bernilai ibadah di sisi Allah.
Cara mendapatkan semua yang di atas tadi sedangkan kita belum menikah?
Jawabannya ada di Alquran surat An-Nur ayat 33:
Terjemahan:
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu
miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika
kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian
dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena
kamu hendak mencari Keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka)
sesudah mereka dipaksa itu.
Menjaga Iffah dalam hal makan dengan tidak rakus. Menjaga Iffah dalam urusan
berpakaian dengan mengenakan pakaian yang pantas, bersih dan menarik. Yang paling tinggi
pahalanya yaitu menjaga Iffah dengan menahan hawa nafsu. Allah sendiri mengatakan tidak
tercela orang yang menikah karena ingin menjaga kehormatan, karena hawa nafsu.
Rasul besabda, Siapa yang menjaga kehormatannya, Allah yang akan menjaga
Iffahnya. Iffah dengan tidak mengganggu istri orang lain. Iffah-lah kalian sehingga Allah
akan menjaga iffah pasangannya. Siapa yang istrinya tidak mau diganggu orang lain, maka
jangan ganggu istri orang lain. Siapa yang adiknya tidak mau diganggu orang lain, maka
jangan ganggu adik orang lain. Karena balasan itu tergantung jenis amal. Wallahu alam.
Laki-laki yang baik itu adalah yang pencemburu. Posesif dalam Islam itu baik. Karena Nabi
pernah bersabda, Ada 2 orang yang tidak akan masuk surga dan dilaknat Allah, 1) Fattat
(perempuan yang asal ngomong, biasanya bilang cenah katanya); 2) Dayyus (orang yang
tidak cemburu ketika istrinya selingkuh).
Ketika Ustadz Hanan datang ke Papua, dijemput oleh seorang Bapak di Bandara.
Bapak ini bercerita tentang istrinya yang selingkuh. Bapak itu mengatakan, Demi anak saya,
saya bersabar saja (dengan perselingkuhan isrinya). Nah, hal ini tidak boleh. Suami boleh
memukul istri namun tidak melukainya.
Nabi bersabda, Berbaktilah kepada orang tua kalian, maka anak kalian akan berbakti
kepada kalian.
Sifat Afiif (orang yang mnejada iffahnya) bahkan rela mati kelaparan demi menjaga
iffahnya. Buah atau kebaikan bagi orang yang selalu menjaga Iffah yaitu:
1. Digolongkan diantara ahli surga. Dalam QS. Al-Muminun dijanjikan surga Firdaus. Bahkan
surga Firdaus yang dijanjikan. Firdaus dibandingkan dengan surga yang lainnya seperti surga
lainnya dibandingkan dengan dunia. Surga yang lainnya jika dibandingkan dengan dunia
seperti setetes ujung jarum bahkan lebih lemah dari sayap nyamuk.
Nabi bersabda, Siapa yang menjamin bagi saya, akan menjaga diantara dua kakinya
(kemaluannya) dan menjaga diantara kedua janggutnya (lisannya), aku jaminkan baginya
surga. (HR. Bukhari) Laki-laki menjaga kemaluannya dan perempuan menjaga lisannya.
2. Akan Allah berikan jalan keluar ketika ada musibah dan doanya akan diistijabah
(dikabulkan). Hadisnya tentang 3 orang yang terkurung di dalam gua, orang pertama
mengatakan Saya selalu berbakti kepada ibu dan tidak pernah mengecewakannya, jika
engkau rela dengan amalku ini maka bukakanlah pintu gua ini. Maka terbukalah sedikit
pintu gua itu. Lalu orang kedua mengatakan Saya punya pekerja yang selalu mengambil
upahnya sebelum pulang. Namun suatu hari dia lupa mengambil upahnya sehingga saya
membeli domba dari upahnya tersebut dan menternakannya sehingga berkembang biak.
Domba-domba itu banyak sehingga memenuhi bukit. Setelah beberapa tahun pekerja saya itu
kembali untuk mengambil upahnya, saya berikan seluruh domba itu kepadanya hingga tak
tersisa seekor domba. (Ini sifatnya wafaa yaitu menyempurnakan hak orang lain). Jika
Engkau rela dengan amalku ini, selamatkanlah kami. Maka terbukalah sedikit pintu gua itu.
Terakhir, orang ketiga mengatakan, Saya punya seorang sepupu yang cantik sekali dan
saya menyukainya. Saya mengajaknya menikah, dia menolak. Suatu ketika, dia butuh sekali
pertolongan saya dan saya bilang, jika engkau mau saya tolong, berzinalah dengan saya.
Akhirnya saya tolong dia dan ketika saya sudah berada di atas tubuhnya, saya teringat
kepada Engkau lalu saya berlari karena takut kepada Engkau. Jika engkau rela dengan ini,
maka selamatkanlah kami.
3. Akan membuahkan baginya cinta yang terindah (jodoh dunia akhirat). Jagalah iffah karena
cinta sejati itu anugerah dari Allah. Orang yang beriman dan beramal saleh akan diberikan
wuddah (cinta). Contohnya: Nabi Musa bersama istrinya.

Syukuri nikmat jomblo dengan cara menjaga iffah


Mudah-mudahan bermanfaat.
Wassalamualaykum Warahmatulah Wabarakatuh...
Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi Julaibib
Mendapatkan Jodoh
Posted by Furqan Nuryady Friday, 19 April 2013 19 comments

Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi Julaibib Mendapatkan


Jodoh - Namanya Julaibib, begitulah dia biasa dipanggil. Nama ini sendiri mungkin sudah
menunjukkan ciri fisiknya yang kerdil dan pendek. Nama Julaibib adalah nama yang tidak
biasa dan tidak lengkap. Nama ini, tentu bukan ia sendiri yang menghendaki. Bukan pula
orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Demikian
pula orang-orang, semua tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang nasab Julaibib. Bagi
masyarakat Yatsrib, tidak bernasab dantidak bersuku adalah cacat sosial yang sangat
besar.

Julaibib yang tersisih


Tampilan fisik dan kesehariannya juga menjadi alas an sulitnya orang lain ingin berdekat-
dekat dengannya. Wajahnya jelek terkesan sangar, pendek, bunguk, hitam, dan fakir.
Kainnya usang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah tidak beralas. Tidak ada rumah
untuk berteduh, tidur hanya berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tidak ada
perabotan, minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak
tangan. Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib,
Jangan pernah biarkan Julaibib masuk diantara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu,
aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya! demikianlah keadaan Julaibib pada
saat itu.

Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tidak satu makhluk pun bisa
menghalangi. Julaibib menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaf terdepan dalam
shalat maupun jihad. Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada,
tidak begitu dengan Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam Shollallahu alaihi wasallam
sang rahmat bagi semesta alam. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari
ditegur oleh Sang Nabi Shollallahu alaihi wasallam, Julaibib, begitu lembut beliau
memanggil, Tidakkah engkau menikah?
Siapakah orangnya Ya Rasulallah Shollallahu alaihi wasallam, kata Julaibib, yang mau
menikahkan putrinya dengan diriku ini?
Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tidak ada kesan menyesali diri atau
menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya. Rasulullah Shollallahu
alaihi wasallam juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan
pada Julaibib. Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah
Shollallahu alaihi wasallam menanyakan hal yang sama. Julaibib, tidakkah engkau
menikah?. Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu.
Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Sang Nabi menggamit lengan Julaibib dan membawanya ke salah
satu rumah seorang pemimpin Anshar. Aku ingin menikahkan putri kalian., kata
Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam pada si empunya rumah,
Betapa indahnya dan betapa barakahnya, begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira
bahwa sang Nabi lah calon menantunya. Ooh.. Ya Rasulallah Shollallahu alaihi wasallam,
ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami.
Tetapi bukan untukku, kata Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam, ku pinang putri
kalian untuk Julaibib
Julaibib?, nyaris terpekik ayah sang gadis
Ya. Untuk Julaibib.
Ya Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam, terdengar helaan nafas berat. Saya harus
meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini
Dengan Julaibib?, istrinya berseru, Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lecak, tidak
bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak. Tidak
akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib
Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Sang putri dari balik tirai berkata anggun, Siapa
yang meminta?
Sang ayah dan sang ibu menjelaskan.
Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam? Demi
Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam
yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku. Sang
gadis yang shalehah lalu membaca ayat ini :
Dan

tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata (QS. Al Ahzab : 36)
Dan sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah, Ya Allah, limpahkanlah kebaikan
atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..
Doa yang indah.

Pelajaran dari Kisah Julaibib


Kita belajar dari Julaibib untuk tidak meratapi diri sendiri, untuk tidak menyalahkan takdir, untuk selalu
pasrah dan taat pada Allah dan RasulNya. Tidak mudah menjadi Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang
sangat terbatas.
Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat
kepada Allah, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia tidakkan
membebani kita melebihi yang kita sanggup memikulnya.
Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada Allah. Lain tidak! Jika kita bertidakwa padaNya, Allah
akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita.
Urusan kita adalah taat kepada Allah.

Maka benarlah doa sang Nabi. Maka Allah karuniakan jalan keluar baginya. Maka kebersamaan di dunia
itu tidak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri shalehah dan bertaqwa, tapi bidadari telah
terlampau lama merindukannya. Julaibib telah dihajatkan langit mesti tercibir di bumi. Ia lebih pantas
menghuni surga daripada dunia yang bersikap tidak terlalu bersahabat padanya.
Saat syahid, Sang Nabi begitu kehilangan. Tapi ia akan mengajarkan sesuatu kepada para sahabatnya.
Maka ia bertanya diakhir pertempuran. Apakah kalian kehilangan seseorang?
Tidak Ya Rasulallah Shollallahu alaihi wasallam!, serempak sekali. Sepertinya Julaibib memang tidak
beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.
Apakah kalian kehilangan seseorang?, Sang Nabi bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.
Tidak Ya Rasulallah Shollallahu alaihi wasallam!. Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tidak
seyakin tadi. Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri.
Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam menghela nafasnya. Tetapi aku kehilangan Julaibib, kata beliau.
Para sahabat tersadar,Carilah Julaibib!
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di
sekitarnya tergolek tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh. Sang Rasul, dengan tangannya sendiri
mengafani Sang Syahid. Beliau Shollallahu alaihi wasallam menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat
hari berbangkit. Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.
Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tidak suka.
Melampaui batas cinta dan benci. Karena hikmah sejati tidak selalu terungkap di awal pagi. Karena
seringkali kebodohan merabunkan kesan sesaat. Tapi yakinlah, di jalan cinta para pejuang, Allah lebih
tahu tentang kita. Dan Dialah yang akan menyutradarai pentas kepahlawanan para aktor ketaatan. Dan
semua akan berakhir seindah surga. Surga yang telah dijanjikanNya.

Apalah ertinya rupa yang cantik dan kedudukan yang tinggi, tapi rumah tangga porak peranda. Suami
curang terhadap isteri, manakala isterinya juga bermain kayu tiga di belakang suami. Apalah yang
dibanggakan dengan harta kekayaan yang melimpah ruah tetapi hati tetap tidak senang malah selalu
bimbang dan cemas kerana diburu orang ke mana pergi. Memadailah rezeki yang sedikit yang Allah
kurniakan tetapi berkat. Memadailah dengan suami yang dijodohkan tiada rupa asalkan suami tersebut
dapat memberi kebahagiaan di dunia dan lebih-lebih lagi Akihrat.
kisah sahabat Nabi, salman al farizi Argumentasi, Lelaki Shalih, dan
Cinta
Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang, kata Rasulullah mengandaikan
sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, Maka, nikahkanlah dia. Rasulullah memaksudkan
perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.
Apabila engkau tidak menikahkannya, lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, Niscaya akan terjadi
fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas. Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau
konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara
umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.
Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka,
terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi. Kita
bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang
karena mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah
salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak
meminang siapapun.
Saya, katanya dengan aksen Madinah memperkenalkan diri pada pihak perempuan, Adalah Abud Darda.
Dan ini, ujarnya seraya memperkenalkan si pelamar, Adalah saudara saya, Salman Al Farisi. Yang
diperkenalkan tetap membisu. Jantungnya berdebar.
Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia
memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya.
Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya, tutur Abud Darda
dengan fasih dan terang.
Adalah kehormatan bagi kami, jawab tuan rumah atas pinangan Salman, Menerima Anda berdua, sahabat
Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah
yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami. Yang dipinang pun
ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti.
Maafkan kami atas keterusterangan ini, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili
putrinya.
Tapi, karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri
kami menolak pinangan Salman.
Ah, romansa cinta Salman memang jadi indah di titik ini. Sebuah penolakan pinangan oleh orang yang
dicintainya, tapi tidak mencintainya. Salman harus membenturkan dirinya dengan sebuah hukum cinta yang
lain, keserasaan. Inilah yang tidak dimiliki antara Salman dan perempuan itu. Rasa itu hanya satu arah saja,
bukan sepasang.
Salman ditolak. Padahal dia adalah lelaki shalih. Lelaki yang menurut Ali bin Abi Thalib adalah sosok
perbendaharaan ilmu lama dan baru, serta lautan yang tak pernah kering. Ia memang dari Persia, tapi
Rasulullah berkata tentangnya,
Salman Al Farisi dari keluarga kami, ahlul bait. Lelaki yang bertekad kuat untuk membebaskan dirinya dari
perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas. Lelaki yang dengan
kecerdasan pikirnya mengusulkan strategi perang parit dalam Perang Ahzab dan berhasil dimenangkan Islam
dengan gemilang. Lelaki yang di kemudian hari dengan penuh amanah melaksanakan tugas dinasnya di Madain
dengan mengendarai seekor keledai, sendirian. Lelaki yang pernah menolak pembangunan
rumah dinas baginya, kecuali sekadar saja. Lelaki yang saking sederhana dalam jabatannya pernah dikira kuli
panggul di wilayahnya sendiri. Lelaki yang di ujung sekaratnya merasa terlalu kaya, padahal di rumahnya tidak
ada seberapa pun perkakas yang berharga. Lelaki shalih ini, Salman Al Farisi, ditolak pinangannya oleh
perempuan yang dicintanya.
Salman ditolak. Alasannya ternyata sederhana saja. Dengarlah.
Namun, jika Abud Darda kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan
jawaban mengiyakan, kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya. Anda mengerti? Si perempuan
shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar,
Abud Darda. Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak.
Ada juga kisah cinta yang lain. Abu Bakar Ash Shiddiq meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah.
Ia ingin mempererat kekerabatannya dengan Sang Rasul dengan pinangan itu. Saat itu usia Fathimah
menjelang delapan belas tahun. Ia menjadi perempuan yang tumbuh sempurna dan menjadi idaman para lelaki
yang ingin menikah. Keluhuran budi, kemuliaan akhlaq, kehormatan keturunan, dan keshalihahan jiwa menjadi
penarik yang sangat kuat.
Saya mohon kepadamu, kata Abu Bakar kepada Rasulullah sebagaimana dikisahkan Anas dalam Fatimah Az
Zahra, Sudilah kiranya engkau menikahkan Fathimah denganku. Dalam riwayat lain, Abu Bakar melamar
melalui putrinya sekaligus Ummul Mukminin Aisyah.
Mendapat pinangan dari lelaki shalih itu, Rasulullah hanya terdiam dan berpaling. Sesungguhnya, Fathimah
masih kecil, kata beliau dalam riwayat lain. Hai Abu Bakar, tunggulah sampai ada keputusan, kata
Rasulullah. Yang terakhir ini diriwayatkan oleh Ibnu Sad dalam Ath Thabaqat. Maksud Rasulullah dengan
menunggu keputusan adalah keputusan dari Allah atas kondisi dan keadaan itu, apakah menerima pinangan itu
atau tidak.
Ketika Umar bin Khathab mendengar cerita ini dari Abu Bakar langsung, ia mengatakan, Hai Abu Bakar, beliau
menolak pinanganmu.

Kemudian Umar mengambil kesempatan itu. Ia mendatangi Rasulullah dan menyampaikan pinangannya untuk
menikahi Fathimah binti Muhammad. Tujuannya tidak terlalu berbeda dengan Abu Bakar. Bahkan jawaban
yang diberikan Rasulullah kepada Umar pun sama dengan jawaban yang diberikan kepada Abu Bakar.
Sesungguhnya, Fathimah masih kecil, ujar beliau. Tunggulah sampai ada keputusan, kata Rasulullah.
Ketika Abu Bakar mendengar cerita ini dari Umar bin Khathab langsung, ia mengatakan, Hai Umar, beliau
menolak pinanganmu.
Kita bisa membayangkan itu? Dua orang lelaki paling shalih di masa hidup Rasulullah pun ditolak pinangannya.
Abu Bakar adalah sahabat paling utama di antara seluruh sahabat yang ada. Kepercayaannya kepada Islam dan
kerasulan begitu murni, tanpa reverse ataupun setitis keraguan. Karena itulah ia mendapat julukan Ash
Shiddiq. Ia adalah lelaki yang disebutkan Al Quran sebagai pengiring jalan hijrah Rasulullah di dalam gua. Ia
adalah dai yang banyak memasukkan para pembesar Mekah dalam pelukan Islam. Ia adalah pembebas budak-
budak muslim yang senantiasa tertindas. Ia adalah lelaki yang menginfakkan seluruh hartanya untuk jihad, dan
hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya bagi seluruh keluarganya. Ia adalah orang yang ingin diangkat sebagai
kekasih oleh Rasulullah. Ia adalah salah satu lelaki yang telah dijamin menginjakkan tumitnya di kesejukan
taman jannah. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.
Sementara, siapa tidak mengenal lelaki shalih lain bernama Umar bin Khathab. Ia adalah pembeda antara
kebenaran dan kebathilan. Ia dan Hamzah lah yang telah mengangkat kemuliaan kaum muslimin di masa-masa
awal perkembangannya di Mekah. Ia lelaki yang seringkali firasatnya mendahului turunnya wahyu dan ayat-
ayat ilahi kepada Rasulullah. Ia adalah lelaki yang dengan keberaniannya menantang kaum musyrikin saat ia
akan berangkat hijrah, ia melambungkan nama Islam. Ia lelaki yang sangat mencintai keadilan dan
menegakkannya tatkala ia menggantikan posisi Rasulullah dan Abu Bakar di kemudian hari. Ia pula yang di
kemudian hari membuka kunci-kunci dunia dan membebaskan negeri-negeri untuk menerima cahaya Islam.
Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.
Mari kita simak kenapa pinangan dua lelaki shalih ini ditolak Rasulullah. Ketika itu, Ali bin Abi Thalib datang
menemui Rasulullah. Shahabat-shahabatnya dari Anshar, keluarga, bahkan dalam sebuah riwayat termasuk
pula dua lelaki shalih terdahulu mendorongnya untuk datang meminang Fathimah binti Muhammad kepada
Rasulullah. Ia menemui Rasulullah dan memberi salam.
Hai anak Abu Thalib, sapa Rasulullah pada Ali dengan nama kunyahnya, Ada perlu apa?
Simaklah jawaban lugu yang disampaikan Ali kepada Rasulullah sebagaimana dinukil Ibnu Sad dalam Ath
Thabaqat.
Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah, katanya lirih hampir tak terdengar. Dengar dan rasakan
kepolosan dan kepasrahan dari setiap diksi yang terucap dari Ali bin Abi Thalib itu. Kepolosan dan kepasrahan
seorang pecinta akan cintanya yang demikian lama. Ia menggunakan pilihan kata yang sangat lembut di dalam
jiwa, Terkenang. Kata ini mewakili keterlamaan rasa dan gelora yang terpendam, bertunas menembus
langit-langit realita, transliterasi rasa.
Ahlan wa sahlan! kata Rasulullah menyambut perkataan Ali. Senyum mengiringi rangkaian kata itu meluncur
dari bibir mulia Rasulullah. Kita tidak usah sebingung Ali memahami jawaban Rasulullah. Jawaban itu
bermakna bahwa pinangan Ali diterima oleh Rasulullah seperti yang dipahami rekan-rekan Ali.
Mari kita biarkan Ali dengan kebahagiaan diterima pinangannya oleh Rasulullah. Mari kita melihat dari
perspektif yang lebih fokus untuk memahami penolakan pinangan dua lelaki shalih sebelumnya dan penerimaan
lelaki shalih yang ini. Kita boleh punya pendapat tersendiri tentang masalah ini.
Ketika Rasulullah menjelaskan alasan kepada Abu Bakar dan Umar berupa penolakan halus, kita tidak bisa
menerimanya secara letter lijk. Sebab bisa jadi itu adalah bahasa kias yang digunakan Rasulullah. Misalnya
ketika Rasulullah mengatakan bahwa Fathimah masih kecil, tentu saja ini tidak bisa diterjemahkan sebagai
kecil secara harfiah, sebab saat itu usia Fathimah sudah hampir delapan belas tahun. Sebuah usia yang cukup
matang untuk ukuran masa itu dan bangsa Arab. Sementara Rasulullah sendiri berumah tangga dengan Aisyah
pada usia setengah usia Fathimah saat itu. Maka, kita harus memahami kalimat penolakan itu sebagai bahasa
kias.
Saat Rasulullah meminta Abu Bakar dan Umar bin Khathab untuk menunggu keputusan, ini juga diterjemahkan
sebagai penolakan sebagaimana dipahami dua lelaki shalih itu. Jadi, pernyataan Rasulullah itu bukan
pernyataan untuk menggantung pinangan, sebab jika pinangan itu digantung, tentu saja Umar dan Ali tidak
boleh meminang Fathimah. Pernyataan itu adalah sebuah penolakan halus.
Atau bisa jadi, saat itu Rasulullah punya harapan lain bahwa Ali bin Abi Thalib akan melamar Fathimah. Beliau
tahu sebab sejak kecil Ali telah bersamanya dan banyak bergaul dengan Fathimah. Interaksi yang lama dua
muda mudi sangat potensial menumbuhkan tunas cinta dan memekarkan kuncup jiwanya. Ini dibuktikan dari
pernyataan Rasulullah untuk meminta dua lelaki shalih itu menunggu keputusan Allah tentang pinangannya.
Jadi, dalam hal ini kemungkinan Rasulullah mengetahui bahwa putrinya dan Ali telah saling mencintai.
Sehingga Rasulullah pun punya harapan pada keduanya untuk menikah. Rasulullah hanya sedang menunggu
pinangan Ali. Di masa mendatang sejarah membuktikan ketika Ali dan Fathimah sudah menikah, ia berkata
kepada Ali, suaminya,
Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda. Saya yakin kita tahu siapa yang dimaksud
oleh Fathimah. Ini perspektif saya.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan singkat Ali, Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah. Satu kalimat
itu sudah mewakili apa yang diinginkan Ali. Rasulullah sangat memahami ini. Beliau adalah seseorang yang
sangat peka akan apa-apa yang diinginkan orang lain dari dirinya. Beliau memiliki empati terhadap orang lain
dengan demikian kuat. Beliau memahami bentuk sempurna keinginan seseorang seperti Ali dengan beberapa
kata saja.
Dan jawaban Rasulullah pun menunjukkan hal yang serupa, Ahlan wa sahlan! Ungkapan sambutan selamat
datang atas sebuah penantian.
Jadi, dengan perspektif ini, kita akan memahami bahwa lelaki shalih yang datang untuk meminang bisa ditolak
pinangannya, tanpa akan menimbulkan fitnah di muka bumi ataupun kerusakan yang meluas. Wanita shalihah
yang dipinang Salman Al Farisi telah menunjukkan kepada kita, bahwa ia mencintai Abud Darda dan menolak
pinangan lelaki shalih dari Persia itu. Rasulullah pun telah menunjukkan pada kita bahwa ia menolak pinangan
dua lelaki tershalih di masanya karena Fathimah mencintai lelaki shalih yang lain, Ali Bin Abu Thalib. Di sini,
kita belajar bahwa cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang
shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.
Mari kita dengarkan sebuah kisah yang dikisahkan Ibnu Abbas dan diabadikan oleh Imam Ibnu Majah. Seorang
laki-laki datang menemui Rasulullah. Wahai Rasulullah, kata lelaki itu,
Seorang anak yatim perempuan yang dalam tanggunganku telah dipinang dua orang lelaki, ada yang kaya dan
ada yang miskin.
Kami lebih memilih lelaki kaya, lanjutnya berkisah, Tapi dia lebih memilih lelaki yang miskin. Ia meminta
pertimbangan kepada Rasulullah atas sikap yang sebaiknya dilakukannya.
Kami, jawab Rasulullah,
Tidak melihat sesuatu yang lebih baik dari pernikahan bagi dua orang yang saling mencintai, lam nara lil
mutahabbaini mitslan nikahi.
Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu
laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati diterpa badai kemarau dan
panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah
mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.
Cinta itu, kata Prof. Dr. Abdul Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Marah fi Ashrir Risalah, Adalah perasaan
yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah. Artinya yang satu menjadikan yang lainnya
sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan.
Dengan maksud yang serupa, Imam Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang
saling mencintai. Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang saling mencintai, kata
Rasulullah, Seperti halnya pernikahan. Ya, tidak ada yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan
lelaki ini meyakini bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai,
memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang menghapus fitnah di muka bumi
dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya Allah.
Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk
mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.
Kisah Mahar Paling Mulia

Penyusun: Ummu Ishaq Sejarah telah berbicara tentang berbagai kisah yang bisa
kita jadikan pelajaran dalam menapaki kehidupan. Sejarah pun mencatat perjalanan
hidup para wanita muslimah yang teguh dan

By Redaksi Muslimah.Or.Id August 14, 2008

22 5430 56

Penyusun: Ummu Ishaq

Sejarah telah berbicara tentang berbagai kisah yang bisa kita jadikan pelajaran dalam menapaki
kehidupan. Sejarah pun mencatat perjalanan hidup para wanita muslimah yang teguh dan setia di atas
keislamannya. Mereka adalah wanita yang kisahnya terukir di hati orang-orang beriman yang
keterikatan hati mereka kepada Islam lebih kuat daripada keterikatan hatinya terhadap kenikmatan
dunia. Salah satu diantara mereka adalah Rumaisha Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid
bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah. Beliau
dikenal dengan nama Ummu Sulaim.

Siapakah Ummu Sulaim ?

Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu anhu, salah seorang sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu,
Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari
kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam. Kemarahan
suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya.
Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun,
kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran
sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.

Dan, apakah kalian tahu wahai saudariku???

Kesabaran dan ketabahan Ummu Sulaim telah menyemikan perasaan cinta di hati Abu Thalhah yang
saat itu masih kafir. Abu Thalhah memberanikan diri untuk melamar beliau dengan tawaran mahar
yang tinggi. Namun, Ummu Sulaim menyatakan ketidaktertarikannya terhadap gemerlapnya pesona
dunia yang ditawarkan kehadapannya. Di dalam sebuah riwayat yang sanadnya shahih dan memiliki
banyak jalan, terdapat pernyataan beliau bahwa ketika itu beliau berkata, Demi Allah, orang seperti
anda tidak layak untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir, sedangkan aku adalah seorang
muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah
mahar bagiku dan aku tidak meminta selain dari itu. (HR. An-Nasai VI/114, Al Ishabah VIII/243
dan Al-Hilyah II/59 dan 60). Akhirnya menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan
mahar yang teramat mulia, yaitu Islam.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa mahar sebagai pemberian yang diberikan kepada istri berupa harta
atau selainnya dengan sebab pernikahan tidak selalu identik dengan uang, emas, atau segala sesuatu
yang bersifat keduniaan. Namun, mahar bisa berupa apapun yang bernilai dan diridhai istri selama
bukan perkara yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa
sallam. Sesuatu yang perlu kalian tahu wahai saudariku, berdasarkan hadits dari Anas yang
diriwayatkan oleh Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu alihi wa sallam bersabda, Aku belum pernah
mendengar seorang wanita pun yang lebih mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya
adalah Islam. (Sunan Nasai VI/114).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga melarang kita untuk bermahal-mahal dalam mahar,
diantaranya dalam sabda beliau adalah: Di antara kebaikan wanita ialah memudahkan maharnya
dan memudahkan rahimnya. (HR. Ahmad) dan Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah
yang paling mudah maharnya.(HR. Abu Dawud)

Demikianlah saudariku muslimah


Semoga kisah ini menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan kita dan menjadi jalan untuk
meluruskan pandangan kita yang mungkin keliru dalam memaknai mahar. Selain itu, semoga kisah ini
menjadi salah satu motivator kita untuk lebih konsisten dengan keislaman kita. Wallahu
Waliyyuttaufiq.

Sumber: https://muslimah.or.id/129-kisah-mahar-paling-mulia.html

Anda mungkin juga menyukai