10060319088 Farmasi C Resume Materi 15 PAI/Sejarah Peradaban Islam
PERISTIWA - PERISTIWA PENTING
1. PERANG SALIB Kata Salib berasal dari bahasa Arab (salibun) yang berarti kayu palang/silang. Peperangan tersebut disebut dengan Perang Salib karena didada seragam merah yang dipakai serdadu tergantung/terjahit tanda Salib, sehingga umat Islam yang diperangi menyebutnya dengan nama perang Salib. Dalam Perang Salib lebih mengangkat motif agama sebagai masalah utama. Hal tersebut dimaksudkan tidak lain hanyalah untuk memberi suasana dahsyat pada peperangan itu, yang sulit diperoleh dan dibangkitkan dengan motif-motif lain. Latar Belakang Timbulnya Perang Salib, pada kenyataannya Perang Salib itu terjadi tidak hanya didorong oleh motivasi keagamaan saja, akan tetapi juga ada beberapa kepentingan yang turut mewarnai dalam Perang Salib tersebut, diantaranya faktor sosial, ekonomi dan politik. Periodenisasi Perang Salib Perang Salib I (1094-1144 M) Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan. Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil membangkitkan semangat umat kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II, pada consili clermont pada tanggal 26 November 1095, yang intinya mewajibkan untuk melakukan Perang Salib bagi umat Kristiani sehingga terbentuk kaum Salibin. Perang Salib II (1144-1193 M) Disebabkan bangkitnya Bani Seljuk dan jatuhnya Halab (Aleppo), Edessa, dan sebagian negeri Syam ke tangan Imaddudin Zanky (1144 M). Perang Salib II ini dipimpin oleh Lode wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard de Clairvaux dan Concrad III dari Jerman. Perang Salib III (1193-1291 M) Periode ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib sendiri. Hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material, dari motivasi agama. Perang Salib IV (1202-1206 M) Perang Salib IV ini dilakukan atas kerja sama dengan Venesia dan bekas kaisar Yunani. Tentara Salib menguasai Konstatinopel (1204 M) dan mengganti kekuasaan Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu itu Mesir diperintah oleh Sultan Salib, maka dibuatlah perjanjian dengan orang-orang Kristen pada tahun 1203-1204 M dan 1210- 1211 M. Isi perjanjian itu adalah mempermudah orang Kristen ziarah ke Baitul Maqdis dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak. Perang Salib V (1217–1221 M) Perang Salib V tetap berada di Konstantinopel dan tidak hentihentinya terjadi konflik dengan pihak Kaisar. Perang Salib V dipimpin oleh Jeande Brunne Kardinal Pelagius serta raja Hongaria. Perang Salib VI (1228–1229 M) Perang Salib VI dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen, Kaisar Jerman dan raja Itali dan kemudian menjadi Raja muda Yerussalem lantaran berhasil menguasai Yerussalem tidak dengan perang tapi dengan perjanjian damai selama 10 tahun dengan Sultan Al-Malikul Kamil, keponakan Shalahuddin al-Ayyubi. Perang Salib VII (1248–1254 M) Peperangan ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Perang Salib VII (1248–1254 M) Peperangan ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M) Dalam Perang Salib lanjutan ini ada beberapa faktor yang melatar belakanginya yaitu ketika kaum muslimin mundur dari Cordova atau Granada oleh Ferdinand, Leon dan Castelin. Dampak Perang Salib Hubungan Orientalisme, bahwa Orientalis (pengetahuan orang Barat tentang agama, kebudayaan, peradaban, sastra dan bahasa Timur) sudah lama berkembang di Barat. Hal ini disebabkan karena perhatian orang-orang Barat terhadap Islam atau soal ke Timuran sudah sejak Perang Salib. Kemudian mengenai kegiatan-kegiatan Orientalisme dalam studinya terhadap Dunia Timur atau Islam, sebenarnya telah didorong oleh beberapa motivasi, yaitu; motivasi religius, motivasi imperial, motivasi politis, dan motivasi ilmiyah. Hubungan Kolonialisme, Merupakan suatu kelanjutan dari Perang Salib, dimana gerakan-gerakan tersebut sudah merupakan warisan dari kejadian Perang Salib, dalam artian masih mempunyai hubungan yang sulit untuk dipisahkan karena Perang Salib itu sendiri merupakan jembatan bagi kolonialisme untuk menjajah Dunia Islam. Hubungan Kristenisasi, Semangat untuk menyiarkan agama kristen diantara bangsa- bangsa yang belum mengenalnya dipandang sebagai satu kewajiban bagi umat Kristiani. Pengaruh Perang Salib Terhadap Dunia Barat Perang Salib menjadi penghubung bagi bangsa Eropa, mengenali Dunia Islam secara lebih dekat, sehingga kontak hubungan antara Barat dan Timur semakin dekat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat Timur yang maju menjadi daya dorong pertumbuhan intelektual bangsa Barat (Eropa) sehingga memberi andil yang sangat besar dalam melahirkan era Renaisans di Eropa. Bangsa Barat yang selama itu tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa Timur mengakibatkan adanya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai seni dan pengetahuan penting serta berbagai penemuan yang telah dikenal di Timur seperti kincir angin, kompas kelautan, dan lain-lain. Bangsa Barat dapat mengenali sistem industri Timur yang telah maju sehingga setelah kembali ke Eropa mereka lantas mendirikan sistem pemasaran barang-barang produk Timur. 2. KERUNTUHAN GRANADA Pada Periode Keenam Muslim Andalusia kembali mempunyai kekuasaan di Granada, Bani Ahmar-lah sebagai penguasa penghujung kekuasaan Islam di Andalusia, pada saat itu Islam sangat dikenal dengan kemajuannya dengan Al-Hambranya yang begitu megah, meskipun secara garis politik maupun geografis Islam hanya menguasai sebagian kecil dari daerah Andalusia yang begitu cukup luas. Kerajaan ini berkuasa dari 1232-1492 M, di sebuah bukit La Sabica, Granada, Spanyol. Kemajuan-Kemajuan Bani Ahmar Raja-raja Bani Ahmar bukan hanya memerhatikan Istana untuk dibangun terus menjadi indah, akan tetapi mereka juga sangat memerhatikan kemakmuran rakyatnya dengan cara memerhatikan bidang pertanian rakyat dan roda perniagaan. Secara implisit penggambaran al-Hambra (dengan ornamen serba merah), Istana ini dilengkapi dengan taman mitra, semacam pohon murtuscommunis dan bunga-bunga yang indah, dan juga dilengkapi dengan taman singa. Taman ini juga dikelilingi sebanyak 128 tiang yang terbuat dari marmer. Memiliki beberapa ruangan yang mempunyai beberapa fungsi. Masa kejayaannya istana ini dilengkapi dengan barang-barang berharga seperti logam mulia, perak, dan permadani-permadani yang indah. Selain kemajuan dalam bidang arsitektur, kemajuan dalam bidang keilmuan juga berkembang pesat, ditandai dengan lahirnya ilmuan-ilmuan ternama seperti Ibnu Bathutah (134-1377 M) dan Ibnu Alhatif (1317-1374 M) sebagai ahli sejarah. Selain itu Histograf ternama pula pernah singgah di Granada, dan Ibnu Khaldun (1332 M). Kehancuran Bani Ahmar Bermula dari konflik internal dalam kerajaan yang kemudian masalah ini menjadi awal kehancuran kekuasaan Bani Ahmar di Granada, Spanyol dan harus merelakan kekuasaannya diambil alih oleh pihak Kristen. Sengketa perebutan kekuasaan yang menjadi penyebab utama kehancuran Dinasti Bani Ahmar yaitu ketika Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya yang tidak menunjuknya menjadi penggantinya. Abu Abdullah ini kemudian memberontak dan berusaha merampas kekuasaan, waktu itu ayahnya terbunuh, dan kepeminpinandigantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah Muhammad terus berusaha menguasai kerajaan, hingga dia meminta bantuan kepada raja Ferdinand dan Isabella. akhirnya Abu Abdullah menjadi raja. Kekuasaan kerajaan Kristen membuat orang-orang Islam-pun tersiksa dan dipaksa keluar dari tanah sepanyol, kecuali mereka memeluk agama Kristen Katolik, hal senada-pun dirasakan oleh orang-orang Yahudi. Tidak hanya itu, kemajuan-kemajuan yang pernah dicapai oleh ummat Islam seperti halnya perpustakaan ikut dibumi hanguskan. Dengan berakhirnya kekuasaan Bani Ahmar berakhir pula kekuasaan Islam di Spanyol yang telah berkuasa selama delapan abad mulai dari Kordoba sampai Granada. 3. PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL Kejatuhan Konstantinopel adalah penaklukan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, yang terjadi setelah pengepungan sebelumnya di bawah komando Sultan Utsmaniyah yang berumur 21 tahun, yaitu Muhammad Al-fatih, melawan tentara bertahan yang dikomandoi oleh Kaisar Bizantium Konstantinus XI. Pengepungan berlangsung dari Jumat, 6 April 1453- Selasa, 29 Mei 1453 (berdasarkan Kalender Julian), ketika kota itu ditaklukkan oleh Utsmaniyah. Penaklukan Konstantinopel menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Bizantium, yang berkuasa selama 1.500 tahun, hal ini merupakan pukulan besar untuk Kristen. Peristiwa Kejatuhan Konstantinopel secara tidak langsung menjadi salah satu tonggak krusial dalam peradaban umat manusia yang berdampak luas (globalisasi). Kekaisaran menyerah kalah dan sebagai simbol resmi Turki Ustmaniyah menguasai Konstatinopel. 4. PERTEMPURAN MUNZIKART Salah satu peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan Alp Arselan (Penguasa Saljuk) adalah peristiwa Munzikart pada tahun 1071 M. (464 H.). perang Munzikart merupakan perang antara kaum muslimin asal Saljuk yang dipimpin oleh Alib Arselan dengan orang-orang Romawi Byzantiun kaum muslimin menorehkan kemenangan besar atas mereka dan menguasai arab kecil. Perang ini dianggap sebagai titik tolak dalam perjalanan sejarah Islam secara umum dan sejarah Asia barat secara khusus. Sebab, peristiwa ini telah menjadi jalan bagi penghancuran pengaruh Romawi dari sebagian besar wilayah asia kecil dan membuka jalan baru terhadap Romawi. Peristiwa ini juga telah mengguncang benua Eropa dan menjadi salah satu faktor terjadinya perang salib. Fakta menarik dalam peristiwa munzikart Membenci syiah Strategi Alp Arslan Sebelum Memulai Pertempuran Hari Jum’at Pakaian Putih Jumlah Pasukan yang jauh lebih sedikit dibanding jumlah pasukan lawannya Peperangan Memperlakukan tawanan perang dengan baik Pengaruh Pertempuran Munzikart.
5. PERTEMPURAN ‘AIN JULUT
Pertempuran Ain Jalut (atau Ayn Jalut dalam bahasa Arab yang artinya Mata Jalut) terjadi pada tanggal 3 September 1260 di Palestina antara Bani Mameluk (Mesir) yang dipimpin oleh Qutuz dan Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa. Terjadinya Perang ‘Ain Jalut (Invansi Mongol Dan Runtuhnya Bagdad) sebagai permulaan dari kehancuran Kekhalifahan Abbasiyah di Bagdhad dan khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah, Khurazan dan Persia dan menguasai Asia kecil, dengan demikian Irak telah tebuka di depan mata mereka. (Ahmad Al husaeri: 2007, 258). terjadi perguncangan Dinasti Abbasiyah yang akhirnya banyak dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari Bagdhad. Salah satunya disebabkan pula oleh di bawah kholifah yang sudah memudar. Pada 1256, sejumlah besar benteng Hasyasyin, termasuk “puri induk” di Alamut, telah direbut tanpa sedikitpun kesulitan, dan kekuasaan kelompok yang ketakutan hancur- lebur. Pada Januari 1258, anak buah Hulagu dibawah pimpinan Katbugha Noen bergerak untuk meruntuhkan tembok ibukota. Selanjutnya, ia ingin merebut Mesir, Ia pun mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Atas saran Nasiruddin At-Tusi, seorang filosof muslim besar, ia membangun observatorium di Maragha pada tahun 1259. Tetapi malang pasukan Mamluk dibawah pimpinan Saifuddin Quthuz rupanya lebih kuat dan lebih cerdik dalam menyusun strategi perang menghadapai tentara Tartar pada tahun 1260 pertengahan 25 Ramadhan 658 H, sehingga pasukan Mongol dapat dipukul mundur di ‘Ain Jalut, sebuah dataran luas yang dikelilingi perbukitan di bagian barat Palestina. Imbas dari Pertempuran ‘Ain Jalut Orang Mongol kembali beberapa kali ke kawasan Siria dan Palestina, tetapi mereka tidak pernah bisa mengancam Mesir lagi. Keturunan Hülegü berdiam di Persia, memeluk Islam, dan pada akhirnya menjadi pelindung budaya Islam. Wilayah mereka kemudian dikenal sebagai ilkhanate Persia. Ilkhanate berarti ”kekhanan (kerajaan) bawahan”. Qutuz menikmati kejayaannya hanya sebentar. Ia dibunuh oleh para seterunya tidak lama setelah itu. Salah satu seterunya adalah Baibars I, sultan pertama dari kesultanan Mesir dan Siria yang bersatu kembali.