Anda di halaman 1dari 13

Makalah

“ Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi


di Rio de Janeiro, Brasil “

Tahun Ajaran 2020 / 2021


Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah dengan baik tanpa halangan. Karena jika
tanpa izinnya tentunya saya tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya, oleh karena itu segala macam
saran atau kritik yang membangun sangat diharapkan. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
khususnya kepada Pak dosen pengampu mata kuliah Hukum Lingkungan yang telah
membimbing dalam penulisan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................................................ii

BAB 1 : Pendahuluan..................................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................2
BAB 2 : Pembahasan...................................................................................................................................3

A. Pengertian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi..........................................................................3


B. Sejarah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi................................................................................3
C. Kronologi Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi.......................................................4
D. Pokok-pokok kesepakatan dari Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brasil...............6
E. Sikap Negara Indonesia tentang Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brasil..............7
BAB 3 : Penutup..........................................................................................................................................8

A. Kesimpulan.........................................................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................................................8
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................9

ii
BAB 1 : Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan menjadi komponen yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Salah satu isu lingkungan
hidup yang memberikan pengaruh terhadap semua komponen kehidupan dan
sistem kehidupan adalah mengenai fenomena perubahan iklim (climate change).
Perubahan iklim muncul sebagai suatu bentuk fenomena kerusakan lingkungan
pada tataran lokal, nasional maupun global. Sudah menjadi hal yang tidak bisa
terbantahkan bahwa kerusakan lingkungan hidup di sebuah negara akan
mempunyai dampak buruk bagi banyak negara lainnya.

Pada bulan Juni 1992, tepat 20 tahun setelah konferensi Stockholm, di Rio
de Janeiro, Brasil, telah diadakan konferensi PBB tentang lingkungan hidup lagi.
Konferensi ini bernama konferensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan
(United Nations Conference on Environtment and Deveploment) terkenal juga
dengan nama KTT Bumi karena yang hadir adalah para kepala Negara dan
pemerintahan dan yang dibicarakan adalah masalah keselamatan bumi. [1]

Konferensi Rio kemudian menghasilkan berbagai kesepakatan di antaranya


mengenai Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragarnan Hayati, dan
Prinsip-Prinisp tentang Hutan. Salah satu yang menarik dari kajian Konferensi
tersebut adalah terkait isu pembangunan berkelanjutan (sustainable developnent).
Menurut the World Commision on Environment and Development, pembangunan
berkelanjutan tersebut adalah sebuah upaya umat manusia mengelola kebutuhan
hidup generasi saat ini tanpa mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang.
Gagasan tersebut bisa jadi lahir karena perubahan cara berpikir hukum dalam
pengelolaan lingkungan yang pada mulanya berorientasi terhadap penggunaan
semata (use oriented law) menjadi lebih berwawasan penyelamatan lingkungan
(environment oriented law). Itu sebabnya slogan sustainable dwelopment menjadi
salah satu maxim yang digadang-gadangkan dalam perjuangan pelestarian
lingkungan hidup di dunia. [2]

1
[1] Otto Soemarwoto, 2004, Ekologi, Lingkungan Hidup dan pembangunan, Jakarta, Djambatan hlm
19

[2] Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM., 2014, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Rajawali

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro,


Brasil?
2. Bagaimana sejarah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro,
Brasil?
3. Bagaimana kronologi pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi?
4. Apa saja pokok-pokok kesepakatan dari Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di
Rio de Janeiro, Brasil?
5. Bagaimana sikap Negara Indonesia tentang Konferensi Tingkat Tinggi
Bumi di Rio de Janeiro, Brasil?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di


Rio de Janeiro, Brasil.
2. Untuk memahami kronologi pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi
di Rio de Janeiro, Brasil.
3. Untuk mengetahui apa saja pokok-pokok kesepakatan dari Konferensi
Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brasil, dan mengetahui bagaimana
Negara Indonesia dalam menyikapinya,

2
BAB 1 : Pembahasan

D. Pengertian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi


Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi atau UNICED (United Nations
Conference on Environtment and Development) adalah  konferensi yang diadakan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membahas tentang isu lingkungan
dan pembangunan.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi mendefinisikan tentang kerusakan


alam yang harus dicegah dengan komitmen negara-negara untuk menjaga
kelestarian lingkungan.

E. Sejarah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi


Revolusi industri memberikan dampak postif bagi kegiatan ekonomi karena
pesatnya kegiatan industri. Dilihat dari sisi lain, ada pula dampak negatif dari
revolusi industri yaitu rusaknya lingkungan. Melihat keresahan tersebut
Pemerintah Swedia memberikan usul kepada PBB untuk diselenggarakannya
konferensi internasional PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (United Nations
Conference in The Human Environtment) di Stockholm, Swedia tahun 1972.
Konferensi tersebut menjadi sejarah bagi dunia karena konferensi tersebut
merupakan konferensi pertama yang membahas tentang lingkungan hidup.
Konferensi tersebut memberikan hasil berupa kesepakatan dari 114 negara tentang
rencana kerja, khususnya tentang perencanaan dan pengelolaan permukiman
manusia serta rekomendasi kelembagaan United Nation Environmental
Programme (UNEP).

Pengenalan motto “hanya ada satu bumi” (The Only One Earth) dikenalkan
dalam konferensi tersebut untuk memperkenalkan pentingnya menjaga lingkungan
bagi penduduk dunia. Sumber daya alam sangat terbatas tetapi kebutuhan manusia
tidak terbatas membuat alam terus dieksploitasi sehingga kerusakan lingkungan
terus terjadi dalam periode setelah dibentuknya UNEP.

Menanggapi hal tersebut PBB membuat Lembaga independent yang


dibentuk oleh majelis umum pada tahun 1983 yang diberi nama World
Commission on Environment and Development (WCED). WCED diketuai oleh
Perdana Menteri Norwegia, Ny. Gro Brundtland yang dapat menyelesaikan
tugasnya pada tahun 1987 dengan membuat laporan berjudul “Our Common
3
Future” dengan tema “Sustainable Development” atau biasa dikenal dengan
Laporan Brundtland.

Selama kurang lebih 5 tahun setelah Laporan Brundtland diterbitkan, PBB


menyelenggarakan United Nations Conference on Environment and
Development (UNCED) atau konferensi khusus tentang masalah lingkungan dan
pembangunan atau dikenal dengan KTT Bumi (earth summit) pada tahun 1992 di
Rio de Jainero, Brazil.

Pada KTT Bumi diperkenalkan jargon “Think Globaly, Act Locally”


sebagai bentuk sosialisai mengenai pentingnya menjaga semangat kebersamaan
antara upaya pembangunan oleh kelompok developmentalis dan upaya menjaga
kelestarian lingkungan oleh environmentalis sehingga terbentuk sinergitas untuk
menjaga bumi dari polusi dan kerusakan lingkungan. [3]

F. Kronologi Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi


Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi diadakan pada tanggal 3–14 Juni
1992 di Rio de Jainero, Brasil yang membahas tentang isu – isu lingkungan,
kelangkaan air, dan energi alternatif. Hasil dari KTT Bumi adalah Agenda 21,
Deklarasi Rio, dan Konvensi Keanekaragaman Hayati.

Hasil tersebut merupakan sikap dari 178 negara dan 2.400 perwakilan
organisasi non pemerintah dalam upaya menyelamatkan bumi dari kerusakan
lingkungan berskala global.

Salah satu isu lingkungan yang dibahas pada KTT Bumi adalah isu
perubahan iklim. Meningkatnya emisi gas rumah kaca merupakan dampak dari
eksploitasi sumber daya hayati yang berlebihan.

Hal ini menyebabkan tidak terserapnya emisi oleh tumbuhan sehingga


menyebabkan penuhnya gas karbon di udara dan menghalangi pantulan sinar
matahari dari bumi. Pantulan sinar matahari yang tidak diteruskan ke atmosfer
menyebabkan suhu bumi meningkat sehingga memicu terjadinya perubahan iklim.

Permasalahan tersebut mendorong PBB untuk membentuk konvensi


perubahan iklim The Framework Convention on Climate Change (FCCC). Tujuan
pokok konvensi ini adalah stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
dengan cara mengurangi sumber emisi gas seperti CO2, emisi pabrik, transportasi,
dan penggunaan energi fosil pada umumnya.

4
Dampak perubahan iklim adalah kelangkaan air. Fenomena ini terjadi
akibat musim kemarau yang berkepanjangan dan tidak menentu. Selain itu,
kemarau juga meningkatkan suhu bumi sehingga penguapan (evapotranspirasi)
berjalan dengan cepat.

Suhu bumi tertinggi di Indonesia yang dicatat oleh BMKG adalah 39.5°C
pada 27 Oktober 2015 di Kota Semarang.

Masalah air adalah masalah yang sangat fatal bila diabaikan begitu saja.
Oleh karena itu, PBB membuat laporan yang bertajuk “An Agenda for
Water Action” bersama bank dunia.

Pembangunan berkelanjutan merupakan isu yang dibahas pada KTT Bumi.


Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu aspek pembangunan
ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan.

Pembangunan industri menimbulkan efek bagi kemajuan ekonomi dan


sosial karena manusia mendapatkan keuntungan melalui pembangunan industri
serta membawa manusia pada peradaban baru.

Akan tetapi dalam aspek lingkungan, terjadi pencemaran yang luar biasa
karena pada pelaksanaan pembangunan industri memerlukan bahan bakar dari
alam yaitu batu bara.

Jika kegiatan industri tidak dikontrol secara serius, maka alam akan rusak
dan sumber daya akan habis untuk memenuhi kebutuhan manusia. Maka dari itu
adanya inovasi mengenai penggunaan energi alternatif dapat digunakan untuk
mengurangi dampak negatif kegiatan industri. [4]

[3] KTT Bumi: Pengertian, Sejarah, Isu, dan Hasil, https://foresteract.com/ktt-bumi/ (25/08/2020) hlm.
1

5
[4] KTT Bumi: Pengertian, Sejarah, Isu, dan Hasil, https://foresteract.com/ktt-bumi/ (25/08/2020) hlm.
1-2

G. Pokok-pokok kesepakatan dari Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio


de Janeiro, Brasil
KTT Bumi menghasilkan dokumen yang mengikat dan tidak mengikat.
Dokumen yang mengikat antara lain Konvensi Keanekaragaman Hayati dan
Konvensi Kerangka PBB untuk perubahan iklim. Sementara dokumen yang tidak
mengikat antara lain Agenda 21, Deklarasi Rio, dan prinsip-prinsip mengelola
hutan secara lestari.

Agenda 21 adalah program aksi dunia untuk pembangunan berkelanjutan


yang disepakati oleh 178 negara, termasuk Indonesia ketika diselenggarakan KTT
Bumi di Rio de Jainero tahun 1992.

Agenda 21 terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama tentang program


yang berkaitan dengan dimensi sosial ekonomi. Bagian kedua tentang pengelolaan
sumberdaya dan pencemaran. Bagian ketiga tentang program untuk penguatan
kelompok utama.

Bagian keempat yaitu program pengembangan sarana implementasi. Pada


bagian keempat dicantumkan komitmen negara maju untuk memberikan 0,7%
GNP untuk negara berkembang. Nantinya Negara berkembang akan
menggunakannya untuk pengelolaan lingkungan sebagai konsekuensi pengeluaran
polusi yang besar dari kegiatan industri negara maju.

Deklarasi Rio merupakan kesepakatan yang dideklarasikan pada KTT Bumi


Rio de Jainero, Brazil. Pada Deklarsi Rio dibentuk prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan antara lain precautionary principle, prinsip keadilan, prinsip
integrasi, dan prinsip kerjasama.

Precautionary principle merupakan prinsip yang bermakna jika ada


ancaman kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan, tidak adanya bukti
ilmiah tidak dapat digunakan sebagai alasan menunda usaha untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan tersebut.

6
Prinsip keadilan lebih menekankan kepada hak manusia untuk menikmati
hidup di lingkungan yang bersih serta mendapatkan akses yang adil dalam
mengelola sumber daya alam. Prinsip integrasi dalam konsep pembangunan yang
berkelanjutan sangat diperlukan dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan
karena perlunya kesepakatan bersama dalam mempertimbangkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Sementara prinsip kerjasama pada dasarnya bertujuan agar negara-negara


melakukan kerjasama melindungi dan melestarikan lingkungan.

Konvensi Keanekaragaman Hayati berisi tentang kesepakatan negara-


negara tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Konservasi dan
pemanfaatan sumber daya hayati secara lestari menjadi tanggung jawab negara,
walaupun negara memiliki hak berdaulat atas sumber daya hayati yang dimiliki.

Kesadaran negara-negara tentang pentingnya konservasi dan pemanfaatan


sumber daya secara lestari mampu menekan dampak terhadap perubahan iklim
atau isu-isu lingkungan lainnya karena fungsi dari keanekaragaman hayati adalah
untuk memelihara sistem-sistem kehidupan biosfer. [5]

Konferensi Rio kemudian menghasilkan berbagai kesepakatan di antaranya


mengenai Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragarnan Hayati, dan
Prinsip-Prinisp tentang Hutan. [6]

H. Sikap Negara Indonesia tentang Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio


de Janeiro, Brasil
Sebagai salah satu Negara yang bersentuhan langsung dengan hutan,
Indonesia berperan penting dalam menjaga implementasi hasil-hasil KTT Bumi
yang telah disepakati.

Pengelolaan hutan harus menggunakan konsep pembangunan berkelanjutan


atau jangka panjang (sustainable forest management) secara lestari. Hutan yang
memberikan manfaat baik berupa hasil kayu maupun non kayu serta jasa
lingkungan wajib diperhatikan agar peran dan fungsi tetap berjalan.

Peran hutan dalam melindungi dan menjadi habitat flora dan fauna, serta
manfaat lingkungan meliputi tata kelola air, cadangan air, sekaligus penyimpan
plasma nutfah perlu dikawal oleh seluruh komponen, seperti pemerintah, lembaga
negara, lembaga non pemerintah, bahkan kita sebagai masyarakat umum. [7]

7
[5] KTT Bumi: Pengertian, Sejarah, Isu, dan Hasil, https://foresteract.com/ktt-bumi/ (25/09/2020) hlm.
2

[6] Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LLM., 2014, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Rajawali

[7] KTT Bumi-Sejarah, Isu Penting, Kesepakatan dan Sikap, https://rimbakita.com/ktt-bumi/ (25/09/2020)

BAB 2 : Penutup
A. Kesimpulan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi diadakan pada tanggal 3–14 Juni
1992 di Rio de Jainero, Brasil yang membahas tentang isu – isu lingkungan,
kelangkaan air, dan energi alternatif. Hasil dari KTT Bumi adalah Agenda 21,
Deklarasi Rio, dan Konvensi Keanekaragaman Hayati.

Salah satu isu lingkungan yang dibahas pada KTT Bumi adalah isu
perubahan iklim. Meningkatnya emisi gas rumah kaca merupakan dampak dari
eksploitasi sumber daya hayati yang berlebihan.

KTT Bumi menghasilkan dokumen yang mengikat dan tidak mengikat.


Dokumen yang mengikat antara lain Konvensi Keanekaragaman Hayati dan
Konvensi Kerangka PBB untuk perubahan iklim. Sementara dokumen yang tidak
mengikat antara lain Agenda 21, Deklarasi Rio, dan prinsip-prinsip mengelola
hutan secara lestari.

B. Saran
Selaku civitas akademika, kita memiliki kewajiban untuk ikut andil dalam
menjaga lingkungan, terutama di dalam Negara Indonesia. Melalui KKT Bumi
yang diadakan pada tahun 1992 di Rio de Jainero, Brasil kita bisa mempelajari dan
memahami bagaimana dunia menyikapi dalam menjaga lingkungan, sehingga kita
bisa memiliki pandangan atau gambaran untuk kita dalam menjaga lingkungan.

8
Daftar Pustaka

https://rimbakita.com/ktt-bumi/

http://scholar.unand.ac.id/42644/2/2%20BAB%20I%20PENDAHULUANn.pdf

https://foresteract.com/ktt-bumi/2/

http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t10438.pdf

https://www.kompasiana.com/atep_afia/5500a574a333119f6f511b03/rio-dan-ktt-bumi-
1992

https://www.academia.edu/29590108/Agenda_21_Lingkungan_Hidup

9
https://www.academia.edu/21902246/Perkembangan_Hukum_Lingkungan_di_Internasio
nal_dan_Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai