matakuliah
pendidikan
agama kristen
Pertemuan I
A. PRINSIP
Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok/ dasar orang berfikir dan bertindak.
Tingkat kebenaran ada 4 golongan, yaitu :
1. kebenaran menurut pancaindra (lahiriah)
2. Kebenaran menurut ilmiah
3. Kebenaran menurut filsafat
4. Kebenaran menurut relegius (Agama)
Untuk memehami tingkat kebenaran diatas, melalui contoh tetang pertanyaan
“Tiap-tiap manusia pada suatu saat pasti akan mati”.
Menurut Pancaindra : Itu benar, karena tiap hari kita melihat orang mati.
Menurut Ilmiah : Itu benar, karena nenek moyang kita tidak hidup lagi sampai
sekarang
Menurut Filsafat : Itu benar, karena menurut saya itu tidak adil apabila hanya
generasi tua menikmati dunia ini terus menerus.
Kebenaran itu dapat dibenarkan sesuai kepentingan, eksistensi, eksperimental, dan wujud
hubungan yang efektif antara bagian-bagian dengan keseluruhan.
Jadi Prinsip Agama dalam hal ini adalah :
‘Seseorang yang bertindak benar harus sesuai dengan ajaran dan aturan agamanya agar
kebenaran dalam bertindak tidak hanya dalam perasaan seseorang’.
1.1 Prinsip Agama
1. Berasal dari Tuhan yang lazim disebut Agama wahyu. Yang dapat dihayati dengan
iman atau kepercayaan secara bulat kepadaNya. Wahyu ini lazim tercantum dalam
apa yang disebut Kitab Suci oleh penganutnya
2. Timbul sebagai pernyataan lahiriah atas pelaksanaan iman seperti : doa, sembahyang,
upacara-upacara atau tatacara-tatacara sosial tertentu seperti perkawinan, kematian,
dll.
Pelaksanaan iman sebagai pernyataan lahiriah atas pelaksanaan iman mempunyai 2
aspek, yaitu :
a. dalam hubungan antara manusia dengan Tuhannya dalam kultus dan ritus. Hal ini
lazim disebut ibadah atau kebaktian dalam arti sempit, atau supra-natural.
b. Dalam hubungan antara sesama manusia, baik yang berupa tatacara sosial tertentu
(dengan ritus) maupun umum (perbuatan kebajikan kepada sesama manusia).
5. Fungsi transformative
Fungsi transformatif disini diartikan bahwa dengan adanya agama dapat
mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan
menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.
3. PRINSIP-PRINSIP KEHIDUPAN
A. Prinsip Hidup Secara Umum
Hipwee mencoba merangkum tulisannya filsuf, jurnalis, dan pengarang asal Amerika,
Ralph Waldo Emerson. Esai ini sudah berjudul Self-Reliance, dan di Amerika sana dijadikan
bacaan wajib bagi remaja SMA dan anak kuliah. Dari sini kita bisa belajar banyak soal prinsip
hidup, utamanya yang percaya pada kekuatan diri sendiri.
7. Kamu Sama Sekali Nggak Pintar Ketika Merasa Lebih Pintar Dari Orang Lain
4. Hidup dengan visi dan semangat pengharapan yang tinggi (Living in a vision and spirit
of great expectancy)
Orang Kristen seharusnya tidak beraktivitas hanya untuk mengisi waktu, mengaktualisasi diri,
menjalankan suatu rutinitas atau program yang telah ditentukan. Keyakinan para Reformator
Kristen bahwa setiap umat Tuhan lahir untuk memenuhi sebuah panggilan hidup tertentu di
dunia oleh Tuhan membentuk mereka menjadi orang-orang yang visioner. Seluruh aktivitas yang
dilakukannya diintegrasikan guna mencapai visi tersebut dan dilaksanakan dengan penuh
semangat dan harapan yang tinggi. Mereka menyadari betul bahwa kegiatan misi adalah aktivitas
utama gereja di zaman antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua, dan bukti
kemenangan Kristus atas kuasa kegelapan pada kedatangan-Nya yang pertama merupakan suatu
kekuatan dan pengharapan yang mereka imani di dalam menjalankan misi peperangan rohani.
Keyakinan mereka bahwa seluruh kehidupan ini adalah milik Tuhan yang berdaulat di dalam
memelihara umat-Nya melalui sarana peristiwa sehari-hari, turut membentuk kesadaran para
Reformator mengenai di mana mereka harus berdiri di tengah dunia dan kemanakah visi
kehidupannya. Visi gerakan seorang Reformator Kristen tidak kurang dari melakukan
pembaruan total kehidupan masyarakat (totally re-formed society) berdasarkan prinsip-prinsip
Alkitab.
5. Alkitab sebagai otoritas final terhadap setiap nilai dan kepercayaan hidup (Bible as a
final authority to all beliefs)
Bagi para Reformator Kristen, setiap nilai-nilai keyakinan yang dikembangkan oleh manusia,
baik itu budaya, agama, ideologi, sistem politik, filsafat hidup dan sebagainya, hanya akan
menemukan keutuhannya apabila ia tunduk pada otoritas Alkitab, yang adalah sumber
Kebenaran bagi segala “kebenaran” lainnya. Di luar Alkitab, setiap nilai-nilai dan sistem
kehidupan tanpa terkecuali merupakan sesuatu yang rapuh dan fragmented.
Keyakinan bahwa Alkitab adalah sumber otoritas atas segala hal dalam kehidupan ini
membentuk karakter dari gerakan Reformasi Kristen di dalam membangun peradaban manusia.
Kedahsyatan dari pengaruh mereka di dalam membangun peradaban dunia selama abad ke-16
sampai ke-18 tidak serta merta diawali oleh ide-ide cemerlang yang dihasilkan oleh para
tokohnya, tetapi oleh keberanian mereka dalam menyangsikan dan melawan otoritas di setiap
bidang kehidupan yang tidak tunduk pada prinsip Alkitab. Keberanian ini ditopang oleh
keyakinan para martir Kristen bahwa setiap nilai-nilai kehidupan hanya akan menemukan
keutuhannya apabila ditundukkan pada otoritas Alkitab. Keyakinan mereka bahwa seluruh tema
dalam setiap aspek kehidupan ini dapat ditemukan akarnya di Alkitab, mendorong keterlibatan
para Reformator Kristen ke dalam berbagai bidang kehidupan, guna menegakkan tema-tema
tersebut sesuai pada prinsip Firman Tuhan.
Thomas Cartwright, salah seorang tokoh awal Reformasi Kristen di Inggris, mengatakan bahwa
“Alkitab berisikan arahan untuk segala hal yang dapat ditemukan dalam setiap kehidupan
manusia.” Berdasarkan landasan ini dan natur penerapan prinsip Alkitab yang bersifat universal,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu lingkup bidang pun di dunia ini di mana orang
Kristen tidak dapat menerapkannya berdasarkan kenyataan Firman Tuhan dan prinsip-prinsip
Alkitab.
6. Keimamatan orang-orang percaya (Priesthood of all believers)
Setiap aspek kehidupan tanpa tekecuali hanya akan berjalan benar bila diterapkan berdasarkan
prinsip Alkitab yang adalah sumber otoritasnya, dan hanya umat pilihan Tuhanlah yang
mengetahui bagaimana mengembalikan tatanan kehidupan pada posisi sebenarnya. Oleh sebab
itu, sudah menjadi tanggung jawab bagi setiap umat Kristen untuk “memimpin” setiap aspek
kehidupan di dunia sesuai panggilannya. Hanya dengan cara inilah, Tuhan dipermuliakan di
bumi. Dengan demikian, maka setiap umat Tuhan tanpa terkecuali, berkewajiban melaksanakan
fungsi keimamatannya di seluruh aspek kehidupan dan untuk bisa melakukannya, maka ia harus
selalu mempelajari Alkitab sebagai panduan hidupnya. Increase Mather, seorang Rektor Harvard
di abad ke-17, mengungkapkan bahwa “maksud tujuan Alkitab kepada kita adalah untuk
menunjukkan bagaimana semestinya kita melayani Tuhan, dan bagaimana semestinya kita
melayani panggilan generasi di masa kita.”
Bagi para Reformator Kristen, hanya Alkitablah satu-satunya sarana yang mampu
mempersiapkan dan membentuk seseorang menjadi pelayan Tuhan yang efektif dan produktif
bagi kepentingan umum di seluruh bidang kehidupan, karena Alkitablah sumber otoritas dan
Kebenaran bagi seluruh aspek kehidupan. Maka, tindakan pertama untuk mempersiapkan
seseorang menjadi pelayan Tuhan yang efektif di manapun bidang kehidupan yang sedang atau
akan ditekuninya, harus dimulai dari pembelajaran isi Alkitab itu sendiri dan pembinaan di
dalam pengaplikasiannya.
Richard Baxter mengatakan bahwa “panggilan sebuah reformasi adalah suatu panggilan untuk
mengambil tindakan, pertama-tama mentransformasi diri seseorang menjadi instrumen yang
layak (fit) di dalam melayani kehendak Tuhan, dan kemudian mengkaryakannya di tengah dunia
untuk mentransformasi seluruh kehidupan masyarakat.” Mempelajari Alkitab dan panggilan
untuk terlibat aktif menuntun setiap aspek kehidupan pada prinsip-prinsip Alkitab merupakan
dua fungsi keimamatan orang Kristen yang saling melekat satu sama lain.
Saudara-saudari, meskipun kondisi bangsa semakin terpuruk, semoga melalui artikel ini kita
boleh tetap menikmati kehidupan di dalam memuliakan Tuhan, yang adalah tujuan akhir hidup
dari setiap orang Kristen, baik itu di pekerjaan, kuliah, organisasi dan aktivitas lainnya, serta
dapat membantu kita di dalam upaya menjadi pelayan Tuhan yang berkarakter dan dapat
berperan di dalam memperbarui bangsa dan negara Indonesia
3. Agama Buddha
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya
sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang
masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur
kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia
Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini
praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai
dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang
utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada ,Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana),
yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
Salah satu pilar ajaran Buddha yang mendasari cara berpikir Buddha adalah seperti yang
tersirat di dalam Empat Kebenaran Mulia (cattari ariya sacca). Di berbagai bagian Sutta
Pitaka dapat kita temukan cara berpikir analisis seperti yang terdapat pada konsep Empat
Kebenaran Mulia. Cara berpikir tersebut adalah:
1. Memahami Suatu Masalah dan menganalisa masalah tersebut
2. Menyadari dan menemukan ada penyebab masalah tersebut
3. Mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan mencari cara penyelesaiannya
4. Menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan Menjalankan caranya
Hal tersebut menunjukkan kecerdasan Sang Buddha dan cara berpikir yang logis. Empat
Kebenaran Mulia disadari oleh Buddha Gautama ketika beliau mencapai pencerahan :
“Ketika pikiranku yang terkonsentrasi telah demikian termurnikan, terang, tak ternoda,
bebas dari ketidaksempurnaan, dapat diolah, lentur, mantap dan mencapai keadaan tak
terganggu, aku mengarahkannya pada pengetahuan tentang hancurnya noda-noda. Secara
langsung aku mengetahui sebagaimana adanya: ‘Inilah penderitaan’, ‘Inilah asal mula
penderitaan’, ‘Inilah berhentinya penderitaan’, ‘Inilah jalan menuju berhentinya
penderitaan’; Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya ‘Inilah noda-noda’,
‘Inilah asal mula noda-noda’, ‘Inilah berhentinya noda-noda’, ‘Inilah jalan menuju
berhentinya noda-noda’
Empat Kebenaran Mulia ini adalah ajaran yang pertama kali diperkenalkan oleh Sang
Buddha dalam khotbah pertamanya di Benares. Selain itu Empat Kebenaran Mulia juga
adalah ajaran khusus para Buddha, yang berarti setiap Buddha selalu mengajarkan 4
Kebenaran Mulia ini walaupun dengan bahasa yang berbeda atau sistematisasi pembagian
ajaran yang berbeda.
Empat Kebenaran Mulia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Qiyas,
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan
kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu
perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang
sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau
‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina,
apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
2. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang
lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya
belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah
(kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system pembayaran
di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.
3. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun
menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan
manusia.
Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan
untuk membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam
demi kemaslahatan umat.
4. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut
istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,
padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar
jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
5. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat
seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
6. Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa
perkataan maupun perbuatan.
Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran
atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah
dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
5. Agama Kristen
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasar pada ajaran, hidup,
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristusmenurut Perjanjian Baru. Agama ini
meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang diramalkan dalam Perjanjian
Lama, juruselamatbagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Pengikutnya
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus
pertama kali dipanggil Kristen di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11: 26b).
Dasar-dasar Iman
Crucifixion, menggambarkan kematian Yesus di kayu salib, lukisan dari D. Velázquez,
pada abad ke 17.
Agama Kristen termasuk salah satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran,
kematian dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga,
sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus
adalah Mesiasyang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi).
Kekristenan adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam
bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal. Tritunggal dipertegas pertama kali pada
Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I.
Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat,
dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen,
Yesus Kristus adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi
(InjilMatius 16: 18-19)
Umat Kristen juga percaya bahwa Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya sebagai
Raja dan Hakim akan dunia ini. Sebagaimanaagama Yahudi, mereka menjunjung ajaran
moral yang tertulis dalam Sepuluh Perintah Tuhan.
Kata Kristen sendiri memiliki arti "pengikut Kristus atau "pengikut Yesus". Murid-murid
Yesus Kristus untuk pertama kalinya disebut Kristen ketika mereka berkumpul di Antiokia
(Kisah Para Rasul 11: 26b).
Ibadah
Contoh benda-benda yang digunakan umat Kristen dan Katolik untuk beribadah—Alkitab, sebuah Salib, and
sebuahRosario.
Liturgi
Ibadah dapat divariasikan untuk acara-acara khusus, seperti baptisan, pernikahan, atau hari
raya Kristen seperti Natal dan Paskah. Ada pula ibadah untuk anak-anak, yang biasanya
disebut Sekolah Minggu atau Ibadah Anak.
Sakramen Ekaristi
Sakramen
Sakramen adalah ritus Agama Kristen yang menjadi perantara (menyalurkan) rahmat ilahi.
Kata 'sakramen' berasal dari Bahasa Latinsacramentum yang secara harfiah berarti
"menjadikan suci". Salah satu contoh penggunaan kata sacramentum adalah sebagai
sebutan untuk sumpah bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian
digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam pengertian sumpah
tadi.
Kalender Liturgis
Gereja Katolik Roma, Gereja Timur, Anglikan, dan Kristen Protestan mengatur ibadah
dalam jadwal kalender liturgis. Hal ini termasuk hari-hari suci, misalnya Hari Perenungan
yang memperingati sebuah kejadian di dalam hidup Yesus Kristus, hari-hari puasa, atau
perayaan-perayaan biasa seperti hari memperingati orang-orang kudus. Komunitas Kristen
yang tidak mengikuti tradisi kalender liturgis biasanya masih tetap merayakan perayaan-
perayaan tertentu, seperti Natal, Paskah, dan Kenaikan Yesus ke Surga. Beberapa Gereja
sama sekali tidak memakai kalender liturgis.
Simbol
Salib, yang saat ini adalah simbol Kekristenan yang paling mudah dikenali di seluruh
dunia, telah digunakan sebagai simbol Kristen pada zaman sangat awal. Lambang ikanjuga
nampaknya berada di urutan teratas lambang favorit setelah salib. Lambang ikan dipakai
oleh karena kemiripan 5 huruf konsonan yang membentuk kata ikan (Ichthys), yang mana
dapat dipakai sebagai singkatan untuk menggambarkan Yesus: Iesous Christos Theou Yios
Soter, artinya Yesus Kristus, Anak Allah, Penyelamat.
Orang Kristen awal mula suka untuk menghiasi makam-makam mereka dengan ukir-ukiran
dan gambar mengenai Yesus, orang-orang kudus, kejadian dari Alkitab, dan perlambang-
perlambang yang lain. Orang-orang Kristen awal tidak memiliki pemikiran negatif
menganai gambar, ukiran, maupun patung. Simbol-simbol yang lain meliputi
burung merpati (simbol Roh Kudus), anak domba (simbol pengorbanan Yesus),
pohon anggur beserta ranting-rantingnya (simbol bahwa orang Kristen harus memiliki
hubungan secara pribadi dengan Yesus) dan banyak yang lain. Semua ini diambil dari ayat-
ayat Alkitab Perjanjian Baru.
Baptisan
Baptisan merupakan sebuah ritual dan sakramen menggunakan air, yang menandakan
seseorang berkomitmen menjadi seorang Kristen dan tergabung menjadi anggota Gereja.
Ada gereja yang memperbolehkan baptisan dengan air yang dipercikkan (misalnya Gereja
Kristen Protestan, Gereja Katolik dan Ortodoks), ada gereja yang mengharuskan baptisan
dilakukan dengan diselamkan ke dalam air seperti Yesus (misalnya Gereja Pantekosta dan
Karismatik).
Doa
Dalam tradisi lanjutan, beberapa gerakan sebelum berdoa dianjurkan, seperti misalnya
membuat tanda salib, berlutut, atau membungkuk. Kebiasaan melipat tangan, menyatukan
kedua tangan di depan dada, atau mengangkat tangan pun terkadang sering dilakukan
untuk meningkatkan konsentrasi ketika berdoa dan mengekspresikan isi doa.
1.IBADAH
Yang dimaksud dengan "ibadah" ialah aneka tindakan dan sikap yang menghargai dan
menghormati kelayakan Allah semesta langit dan bumi yang agung.
Jadi,
ibadah berpusat pada Allah dan bukan pada manusia. Di dalam ibadah Kristen,
kita menghampiri Allah
dengan bersyukur karena apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita di dalam Kristus dan melalui
Roh Kudus. Ibadah menuntut komitmen iman dan pengakuan bahwa Dialah Allah dan Tuhan
kita.
SEJARAH SINGKAT IBADAH KEPADA ALLAH YANG BENAR.
Umat manusia telah menyembah Allah sejak awal sejarah. Adam dan Hawa secara teratur
bersekutu dengan Allah di Taman Eden (bd. Kej 3:8). Baik Kain maupun Habel membawa
persembahan (bah. Ibr. minhah yang juga diterjemahkan sebagai "upeti" atau "hadiah") berupa
tanaman dan ternak kepada Tuhan (Kej 4:3-4); keturunan Set "memanggil nama Tuhan" (Kej
4:26). Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan untuk mempersembahkan korban bakaran setelah air
bah (Kej 8:20). Abraham membangun mezbah-mezbah korban bakaran bagi Tuhan di berbagai
tempat di negeri perjanjian (Kej 12:7-8; 13:4,18; 22:9) dan berbicara secara akrab dengan Dia
(Kej 18:23-33; 22:11-18).
Akan tetapi, baru setelah peristiwa keluaran ketika Kemah Suci didirikan, maka ibadah yang
umum memperoleh bentuknya. Setelah itu, korban-korban yang tetap dipersembahkan setiap hari
dan secara khusus pada hari Sabat.
Allah juga menetapkan beberapa hari raya agama tahunan sebagai saat-saat penyembahan umum
bagi Israel (Kel 23:14-17; Im 1:1-7:38; 16:1-34; Im 23:4-44; Ul 12:1-32; 16:1-22). Ibadah ini
kemudian dipusatkan di Bait Suci di Yerusalem (bd. rencana-rencana Daud sebagaimana tercatat
dalam 1Taw 22:1-26:32).
Ketika Bait Suci dibinasakan pada tahun 586 SM, orang Yahudi membangun sinagoge sebagai
tempat pendidikan dan ibadah sementara mereka berada dalam pembuangan dan di manapun
mereka tinggal. Bangunan-bangunan ini masih dipakai sebagai tempat ibadah bahkan setelah bait
suci yang kedua dibangun di bawah pimpinan Zerubabel (pasal-pasal Ezr 3:1-6:22). Terdapat
banyak sinagoge di Palestina dan seluruh wilayah Roma pada masa PB (mis. Luk 4:16; Yoh
6:59; Kis 6:9; 13:14; Kis 14:1; 17:1,10; 18:4; 19:8; 22:19).
Ibadah gereja yang mula-mula dilaksanakan di Bait Suci Yerusalem dan rumah-rumah pribadi
(Kis 2:46-47). Di luar Yerusalem, orang Kristen beribadah dalam sinagoge selama mereka
diizinkan; ketika tidak diperbolehkan lagi, mereka berkumpul di tempat lain untuk beribadah --
biasanya di rumah-rumah pribadi (bd. Kis 18:7; Rom 16:5; Kol 4:15; Filem 1:2), sekalipun
kadang-kadang di gedung-gedung umum (Kis 19:9-10).
UNGKAPAN-UNGKAPAN IBADAH KRISTEN
1) Dua prinsip pokok menentukan ibadah Kristen.
(a) Penyembahan yang sesungguhnya terjadi dalam roh dan kebenaran (lihat cat. --> Yoh
4:23),
• maksudnya: penyembahan harus diadakan sesuai dengan penyataan diri Allah di
dalam Putra-Nya (bd. Yoh 14:6). Demikian pula, ibadah melibatkan roh manusia
dan bukan hanya pikirannya, serta berbagai manifestasi Roh Kudus (1Kor 12:7-12).
(b) Pelaksanaan ibadah Kristen harus sesuai dengan pola PB bagi gereja (lihat --> Kis
7:44]
• Orang percaya dewasa ini harus mendambakan, mencari, dan mengharapkan sebagai
norma untuk gereja semua unsur pengalaman menyembah yang terdapat di PB
2) Ciri utama ibadah PL adalah sistem persembahan korban (lih. pasal-pasal Bil 28:1-29:40).
Karena korban Kristus di salib menggenapi sistem ini, di dalam ibadah Kristen tidak perlu
pencurahan darah lagi (lih. Ibr 9:1- 10:18). Melalui sakramen Perjamuan Kudus, gereja PB
terus-menerus memperingati korban Kristus yang satu kali untuk selamanya (1Kor 11:23-26).
Demikian pula, gereja dinasihatkan untuk "senantiasa mempersembahkan korban syukur
kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibr 13:15)dan untuk
mempersembahkan tubuh kita "sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang
berkenan kepada Allah" (lihat cat. --> Rom 12:1).
3) Memuji Allah sangat penting bagi ibadah Kristen. Pujian menjadi unsur penting baik dalam
penyembahan Israel kepada Allah (mis. Mazm 100:4; 106:1; 111:1; 113:1; 117:1-2) maupun
dalam ibadah Kristen yang mula-mula (Kis 2:46-47; 16:25; Rom 15:10-11; Ibr 2:12;
4) Satu cara penting untuk memuji Allah ialah dengan menyanyikan mazmur, kidung puji-pujian,
dan nyanyian rohani. PL penuh dengan nasihat untuk bernyanyi bagi Tuhan (mis. 1Taw
16:23; Mazm 95:1; 96:1-2; Mazm 98:1,5-6; 100:1-2). Ketika Yesus lahir, seluruh bala
sorgawi tiba-tiba menyanyikan pujian (Luk 2:13-14), dan gereja PB merupakan masyarakat
yang menyanyi (1Kor 14:15; Ef 5:19; Kol 3:16; Yak 5:13). Nyanyian orang Kristen PB
dinyanyikan baik dengan akal budi (yaitu, dengan bahasa yang dikenal) maupun dengan roh
(yaitu, dengan bahasa roh;
lihat--> 1Kor 14:15). Tidak pernah mereka memandang nyanyian sebagai sekedar hiburan
saja.
5) Unsur penting lainnya dalam ibadah ialah mencari wajah Allah di dalam doa. Para orang saleh
PL senantiasa berkomunikasi dengan Allah melalui doa (mis. Kej 20:17; Bil 11:2; 1Sam 8:6;
2Sam 7:27; Dan 9:3-19; bd. Yak 5:17-18). Para rasul berdoa terus-menerus setelah Yesus naik
ke sorga (Kis 1:14) dan doa menjadi bagian tetap dari ibadah Kristen bersama (Kis 2:42;
20:36; 1Tes 5:17;
Doa-doa ini bisa bagi diri mereka sendiri (mis. Kis 4:24-30) atau merupakan doa syafaat
demi orang lain (mis. Rom 15:30-32; Ef 6:18). Pada segala waktu doa Kristen harus disertai
ucapan syukur kepada Allah (Ef 5:20; Fili 4:6; Kol 3:15,17; 1Tes 5:18). Sebagaimana halnya
bernyanyi, doa dapat dipanjatkan dengan bahasa yang diketahui atau dengan bahasa roh (1Kor
14:13-15).
6) Pengakuan dosa jelas merupakan bagian penting dalam ibadah PL. Allah telah menetapkan
Hari Pendamaian bagi bangsa Israel sebagai saat pengakuan dosa nasional (pasal Im 16:1-34;
lih. art.HARI PENDAMAIAN).
Dalam doanya pada saat menahbiskan bait suci, Salomo mengakui pentingnya pengakuan
dosa (1Raj 8:30-39).
Demikian pula, dalam Doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan orang percaya untuk memohon
pengampunan dosa (Mat 6:12). Yakobus menasihati orang percaya untuk mengakui dosa-dosa
mereka satu terhadap yang lain (Yak 5:16); melalui pengakuan tersebut kita menerima
kepastian akan pengampunan Allah yang murah hati (1Yoh 1:9).
7) Ibadah juga harus mencakup membaca Alkitab di depan umum serta pemberitaannya secara
benar.
Pada zaman PL Allah mengatur supaya setiap tujuh tahun, pada Hari Raya Pondok Daun,
umat Israel harus berkumpul untuk mendengarkan pembacaan Hukum Musa di muka umum
(Ul 31:9-13); contoh paling jelas dari unsur ibadah PL ini terjadi pada masa Ezra dan
Nehemia (lih. Neh 8:2-13). Pembacaan Alkitab menjadi bagian tetap dari ibadah di sinagoge
pada hari Sabat (lih. Luk 4:16-19; Kis 13:15);
demikian pula, ketika orang percaya PB berkumpul untuk ibadah, mereka juga mendengarkan
Firman Allah (1Tim 4:13; bd. Kol 4:16; 1Tes 5:27) bersama dengan ajaran, khotbah, dan
nasihat berlandaskan pembacaan itu (1Tim 4:13; 2Tim 4:2; bd. Kis 19:8-10; 20:7).
2. AKHLAK TERPUJI
A. Pengertian Moral dan Akhlak (etika)
Moral adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian
tentang perbedaan antara salah dan benar.
Sedangkan akhlak ialah seperangkat tata nilai yang bersifat azali, yang mewarnai cara
berfikir, bersikap dan bertindak seorang terhadap alam lingkungannya
• Menurut Al-Ghazali :
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.
Akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan
santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika)
Dimana-mana setiap kesempatan dan situasional orang berbicara tentang etika. Memang
etika ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekkan.
Etika adalah sistem daripada prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Baik dan buruk
terhadap tindakan dan atau perilaku.
Apabila kita berbicara tentang etika ini, maka akan kita temukan beberapa pengertian
antara lain :
• Etika : sistem daripada prinsip-prinsip moral, dapat juga berarti rules of conduct, kode
sosial (social code), etika kehidupan. Dapat juga berarti ilmu pengetahuan tentang moral
atau cabang filsafat.
• Ethos (jiwa) : karakteristik dari masyarakat tertentu atau kebudayaan tertentu.
Esprit (semangat) : semangat d’corps, loyalitas dan cinta pada kesatuan, kelompok,
masyarakat, pemerintah dan lain-lain
• Rule (ketentuan, peraturan) : ketentuan-ketentuan dalam kebiasaan pergaulan masyarakat
yang memberi pedoman atau pengawasan atau kegiatan tentang benar dan salah.
• Norma : merupakan standar, pola, patokan, ukuran, kriteria yang mantap dari masyarakat
atau pemerintah.
• Moral : prinsip-prinsip yang berhubungan dengan benar atau salah, pengertian tentang
perbedaan antara salah dan benar.
3. AKHLAK KEPADA PENCIPTA
Menurut Kejadian 1 : 26-28, “Imagodei” yang artinya :
B. Pernikahan (Berkeluarga)
Apa itu Keluarga?
Salah satu definisi “keluarga” di Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah, “Ibu dan bapak
beserta anak-anaknya.”. Definisi ini sama mirip dengan ide di dunia barat yang berbahasa
Inggris. Akan tetapi keluarga inti (atau batih, “nuclear family”) adalah fenomena modern
yang mulai sebagai akibat urbanisasi sesudah revolusi industri.
Definisi lain di KBBI lebih dekat ke ide di Alkitab, misalnya, “seisi rumah”, “orang seisi
rumah yang menjadi tanggungan”.
PENGERTIAN KELUARGA KRISTEN
Keluarga Kristen adalah bagian integral dari keluarga-keluarga dalam masyarakat yang
plural. Dalam hal ini tentunya keluarga Kristen juga memiliki hak dan tanggungjawab
dalam pembangunan masyarakat yang madani, adil dan sejahtera. Tentunya hal ini harus
senantiasa di bangun atas dasar kesadaran dan apresiasinya akan eksistensinya sebagai
ciptaan Allah yang istimewa. Ada tanggungjawab dalam setiap keluarga Kristen untuk
memberi kontribusi positif dalam pembentukan masyarakat yang teratur, damai dan
sejahtera.
KELUARGA DI PERJANJIAN LAMA
Tidak ada kata untuk “keluarga” di PL bahasa Ibrani yang dapat disamakan secara tepat
dengan kata modern, “keluarga inti”. Beberapa kelompok sosial digambarkan sebagai
“suku”, dan menggambar asal etnik. Kata umumnya (beth ab = rumah ayah) dapat
berarti keluarga inti yang tinggal di rumah yang sama (Kej 50.7-8); kelompok sanak
yang lebih besar/luas termasuk dua atau lebih generasi (Kej 7.1; 14.14); dan juga sanak
dengan berarti lebih luas (Kej 24.38). Kata lain menunjuk ke kelompok sanak yang
besar dan kadang-kadang diterjemahkan sebagai “kaum” (Bil 27.8-11).
Pada kenyataannya, keluarga-keluarga yang digambarkan di PL adalah rumah tangga
yang mempunyai seorang lelaki pada pusat kehidupan keluarga. Rumah tangga terdiri
atas semua orang, anak-anak, kerabat lain, pelayan-pelayan dan orang lain yang tinggal
di rumah. Sebelum masa Daud, hidup keluarga difokuskan pada keperluan umum yaitu
pekerjaan, makanan, dan perlindungan. Rumah tangga adalah tempat dimana
pendidikan, sosialisasi, dan pendidikan agamani, terjadi . Walaupun ada kekuatan-
kekuatan di pola hidup ini, ada banyak penyalahgunaan, dan banyak contoh keluarga
yang fungsinya terganggu di PL (misalnya keluarga Ishak, Yakub, Daud).
KELUARGA DI PERJANJIAN BARU
Keluarga Yahudi di PB tersusun seperti rumah tangga di PL. Ada tekanan pada asal
etnik dan jabatan ayah. Keluarga Greco-Roman juga rumah tangga besar, yaitu rumah
tangga termasuk semua orang yang tinggal di rumah. Tidak ada kata di bahasa Yunani
yang dapat disamakan secara tepat dengan ide modern, “keluarga inti”. Rumah tangga
besar ini adalah satuan dasar masyarakat. Kata umum adalah “rumah” (oikos), atau frasa
“kepunyaan sendiri”.
Di PB ada beberapa yang dinamakan ‘pedoman-pedoman kehidupan keluarga’ (Kol
3.18 - 4.1; Ef 5.21 - 6.9; 1 Pet 2.18 - 3.7; 1 Tim 2.8-15; 6.1-2; Tit 2.1-10). Pedoman ini
mungkin dimaksudkan untuk membantu anggota rumah tangga Kristen untuk hidup
secara terterima sesuai dengan kebudayaannya. Di pihak lain kenyataan bahwa pedoman
itu tertuju kepada para suami, istri, orang tua, anak, dan pelayan, menunjukkan bahwa
ajaran Kristen khusus diterapkan ke kehidupan rumah tangga. Kita seharusnya
memperhatikan bahwa bagian-bagian ini tidak menunjukkan keluarga sebagai satuan,
tetapi menunjukkan hubungan-hubungan yang beragam di dalam keluarga itu sendiri.
Allah, Bapa kami, pandanglah kami semua yang sedang gelisah mendoakan …… yang sedang
menghadapi persalinan. Betapa camas dan gelisah dia karena sakit bersalin. Betapa dia berjuang
keras untuk melahirkan manusia baru di tengah kami. Berilah dia kekuatan dan ketenangan.
Tabahkanlah dia dalam menghadapi sakit bersalin ini. Tenangkanlah hatinya supaya persalinan
berlangsung tanpa kesulitan.
Semoga sesudah penderitaan dan pengorbanan yang berat ini ia menikmati kegembiraan karena
lewat dia seorang manusia baru telah dilahirkan di dunia. Semoga kesehatannya segera pulih,
sehingga ia dapat menunaikan tugasnya merawat dan membesarkan bayinya.
Semua ini kami mohon demi Kristus, Tuhan, pengantara kami. Amin
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa
karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa”
mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun
masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi
pembuahan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi. Dalam “Lontar Tutur
Panus Karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam
manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”. Selanjutnya Lontar itu menuturkan
bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-teman” adalah: I Karen, sebagai calon ari-ari; I Bra,
sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai calon Yeh-nyom.
Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-
masing: I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah
dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya “saudara
yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika
Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama
Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh
bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci
Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: “Ma no mahantam uta ma no arbhakam” artinya:
Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29: “Anagohatya vai bhima”
artinya: Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29: “Ma no gam
asvam purusam vadhih” artinya: Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos
Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena
Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa,
serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai
sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun
dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah “Dharmasampati”
artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain
adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan
sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah
Theology Hindu disebut sebagai “Amoring Acintya”. Oleh karena itu maka suatu rangkaian
logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan)
adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat
ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan sex hanya untuk
kesenangan belaka.Prilaku manusia menurut Veda adalah yang penuh dengan pengendalian diri,
termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa nafsu.Pasangan suami-istri
yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya melakukan pengendalian
nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak dalam batas
perencanaan yang baik.Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam
Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya direncanakan dan
dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang
berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan
memercikkan tirta pensucian. Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram,
damai dan penuh kasih sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah,
sedih, mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.
Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk
memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak
dibenarkan.
Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan
seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
a. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.
Yer 1:5 ~ “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau,
dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah
menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Kej 16:11; Kej 25:21-26; Hos 12:2-3; Rom 9:10-13; Kel 21-22; Yes 7:14; Yes 44:2,24; Yes
46:3; Yes 49:1-2; Yes 53:6; Ayb 3:11-16; Ayb 10:8-12; Ef 1:4; Mat 25:34; Why 13:8; Why 17:8
b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang
perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat
kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami
perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika
perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan
nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur
ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
c. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-
muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang
tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya,
tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”
Kis 17:25-29; Mzm 94:9; Rom 8:28; Im 19:14; Yes 45:9-12
d. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.
Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua
melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang
sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami;
dialah bapa bani Amon yang sekarang.
Kej 50:20; Rom 8:28
e. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya.
Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan
Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: “Apabila kamu menolong
perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika
anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia
hidup.” Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja
Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
Yeh 16:20-21; Yer 32:35; Mzm 106:37-42 ; II Raj 16:3; 17:17 ; 21:6 ; Ul 12:31; 18:10-13;Im
18:21, 24 dan 30
f. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.
Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia
kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku
akan mati.” Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah pengganti
Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?”
Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah
kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-
anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya
dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh
di pintu gerbang.
Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran kandungan
atau membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu.Dari sudut pandang
Buddhis aborsi bisa di toleransi dan dipertimbangkan untuk dilakukan.Agama Buddha, umat
Buddha terdiru dari dua golongan yaitu pabbajita dan umat awam.Seorang pabbajita mutlak tidak
boleh melakukan aborsi karena melanggar vinaya yaitu parajjika.Tetapi sebagai umat awam
aborsi boleh dilakukan dengan alasan yang kuat.Misal janin dalam kandungan dalam kondisi
abnormal yang dapat membahayakan kesehatan ibu bahkan dapat mengancam keselamatan
ibu.Aborsi dalam agama Buddha merupakan suatu pembunuhan yang tidak diperbolehkan yang
dapat menimbulkan karma buruk.Tetapi agama Buddha tidak melarang secara multak orang yang
melakukan aborsi.Dengan alasan yang sangat kuat aborsi dapat dilakukan dengan berbagai
pertimbangan.Hal terbaik untuk tidak melakukan aborsi adalah menghindari terjadinya aborsi
misal tidak melakukan hubungan seks bebas yang bisa memungkinkan terjadinya aborsi. Dalam
kasus lain yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya aborsi boleh dilakukan dengan alasan tidak
ada cara lain yang terbaik dan dengan alasan yang sangant kuat. Aborsi boleh dilakukan dengan
kondisi yang sangat sulit akan tetapi seminimal mungkin untuk menghindari terjadinya aborsi
karena dalam agama buddha aborsi merupakan suatu pembunuhan yang tidak diperbolehkan
karena menghilangkan nyawa suatu mahluk yang mengakibatkan karma buruk.
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus diselesaikan
dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.
Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup :
a. Mata utuni hoti: masa subur seorang wanita
b. Mata pitaro hoti: terjadinya pertemuan sel telur dan sperma
c. Gandhabo paccuppatthito: adanya gandarwa, kesadaran penerusan dalam siklus kehidupan
baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki energi karma
Dari penjelasan di atas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan aborsi
karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata. Suatu
pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut:
a) Ada makhluk hidup (pano)
b) Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)
c) Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)
d) Melakukan pembunuhan (upakkamo)
e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)
Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi
pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat dengan karma maka
pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang
mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan tindak
pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun mereka telah
melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di kemudian hari.
Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh
makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada
makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai
manusia di mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang".
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari
jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang
otak.
1. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah
(transfusi darah).
2. Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-
paru dan sel otak.
Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi (nursing-
transplan.blogspot.com), yaitu :
1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang
sudah meninggal.
2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian
tubuh sendiri atau tubuh orang lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan traplantasi,
yaitu :
1. Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil
jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan
jaringan atau organ.
2. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima atau organ tubuh baru
sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi
baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Semakin berkembangnya ilmu tranplantasi modern, ditemukan metode-metode pencangkokan
(nursing-transplan.blogspot.com), seperti :
1. Pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr. George E.
Green.
2. Pencangkokan jantung, dari jantung ke kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard,
walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari.
3. Pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson
oleh Dr. Andreas Bjornklund.
3. Pandangan Tranplantasi dari Segi Agama
1) Pandangan menurut agama Islam
Pendapat pertama mengatakan, haram memanfaatkan organ tubuh manusia yang sudah
meninggal, karena sosok mayat manusia harus dihormati sebagaimana ia dihormati semasa
hidupnya. Landasannya, sabda Rasullulah saw., “Memotong tulang mayat sama dengan
memotong tulang manusia ketika masih hidup.” ( HR. Abu Daud)
Pendapat kedua menyatakan, memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan
dibolehkan dalam keadaan darurat. Alasannya, hadits riwayat Abu Daud yang melarang
memotong tulang mayat tersebut berlaku jika dilakukan semena-mena tanpa manfaat. Apabila
dilakukan untuk Pengobatan, pemanfaatan organ mayat tidak dilarang karena hadits yang
memerintahkan seseorang untuk mengobati penyakitnya lebih banyak dan lebih meyakinkan
daripada hadits Abu Daud tersebut.
Akan tetapi pemanfaatannya harus mendapat ijin dari orang tersebut ( sebelum ia wafat) atau dari
ahli warisnya (setelah ia wafat). Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pendapat pertama,
menurut hemat saya, pendapat kedua lebih logis untuk diterima. Karena itu wajar kalau sebagian
besar ulama madzhab Hanafi, Syafi’I, Maliki, Hanbali, dan ulama Zaidyyah membolehkannya.
Kesimpulannya, transpantasimerupakan cara pengobatan Islam.
Menjadi pendonor hukumnya mubah (boleh) bahkan bernilai ibadah kalau dilakukan dengan
ikhlas asal tidak membinasakan pendonor dan menjadi haram bila membinasakannya. Orang
meninggal boleh dimanfaatkan organnya untuk pengobatan dengan catatan sebelum wafat orang
tersebut mengizinkannya. Wallahu A’lam.
Ayat e mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, maka IDI dalam seminar nasionalnya
mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi
spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atauirreversible, atau terbukti telah
terjadi kematian batang otak.
Pasal 10.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
Pasal 11
1. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ditunjuk
oleh menteri kesehatan.
2. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik dengan
dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan 2 (dua)
orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari
korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan keluarga
terdekat.
Pasal 15
1. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh
donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya,
2. Termasuk dokter konsultan mengenai operasi, akibat-akibatya, dan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi.
3. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa calon donor yang
bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material
apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke dan dari
luar negeri.
Selanjutnya dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dicantumkan beberapa pasal tentang
transplantasi sebagai berikut:
Pasal 33.
1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi
organ dan jaringan tubuh, transfusi darah, imflan obat dan alat kesehatan, serta bedah plastik dan
rekontruksi.
2. Transplantasi organ dan jaringan serta transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan, yang dilarang untuk tujjuan komersial.
Pasal 34
1. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan disarana kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan
donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
ASPEK ETIK TRANSPLANTASI
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan
fungsi salah satu organ tubuhnya. dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib dilakukan jika ada
indikasi, berlandaskan dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) (Arifin, 2009), yaitu:
Pasal 2.
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.
Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.
Pasal 11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya
untuk kepentingan penderita.
Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah mencakup
aspek etik, mengenai larangan memperjual belikan alat atau jaringan tubuh untuk tujuan
transplantasi atau meminta kompensasi material.
Yang perlu diperhatikan dalam tindakan transplantasi adalah penentuan saat mati seseorang akan
diambil organnya,yang dilakukan oleh (2) orang dokter yang tidak ada sangkut paut medik
dengan dokter yang melakukan transplantasi, ini erat kaitannya dengan keberhasilan
transplantasi, karena bertambah segar organ tersebut bertambah baik hasilnya. tetapi jangan
sampai terjadi penyimpangan karena pasien yang akan diambil organnya harus benar-benar
meninggal dan penentuan saat meninggal dilakukan dengan pemeriksaan elektroensefalografi
dan dinyatakan meninggal jika terdapat kematian batang otak dan sudah pasti tidak terjadi
pernafasan dan denyut jantung secara spontan.pemeriksaan dilakukan oleh para dokter lain
bukan dokter transplantasi agar hasilnya lebih objektif.
4. INSEMINASI
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang rekayasa genetika
cukup banyak membawa dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia. Karena ruang
lingkup rekayasagenetika yang demikian luas, maka penulis hanya mengambil dua jenis saja
yang penulis anggap sangat erat bagi kehidupan manusia dan salah satu bidang dalam Theologia,
yaitu bidang etika kristen. Kedua jenis perekayasaan genetika itu adalah :1.Usaha-usaha secara
genetis.menghilangkan(mencegah)p e n ya k i tmenurun2.Inseminasi buatan.Yang banyak
menimbulkan permasalahan etis dalam rekayasa genetika adalah masalah pemanipulasian gen.
Sejauh mana seorang dokter atau ahli genetik dianggap etis untuk memanipulasi gen orang lain.
Pemanipulasian gen ini mungkin dalam rangka mencegah (mengobati) penyakit yang menurun
secara genetis ; ataupun dalam inseminasi buatan supaya orang bisa mendapatkan keturunan
seperti yang diharapkan. Itulah sebabnya perlu batasan-batasan tertentu supaya orang
tidakmemanipulasi gen sekehendak hatinya. Batasan-batasan itu adalah etika, dalam hal ini
adalah etika kristen. Bahaya utama yang harus dicegah adalah semakin merosotnya moral
manusia dalam perkembangan teknologi. Manakala orang memanipulasi gen seenaknya, orang
tersebut bisa beranggapan bahwa dirinya bisa "menciptakan" manusia lain dengan
merekayasa genetika sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian manusia bisa berkata tidak
perlu Allah untuk menciptakan manusia. Manusia bisa berbuat seolah-olah Allah tidak ada dan
tidak dibutuhkan lagi. Disinilah kesombongan manusia untuk menyamai Allah muncul
sebagaimanapernah diperbuat oleh manusia pertama ketika jatuh dosa. Kalau sudah begitu, nilai-
nilai kehidupan dan kemanusiaan bisa diremehkan.Etika kristen perlu berbicara, supaya hal-hal
di atas tidak terjadi.
Etika kristen adalah etika yang menilai apa yang ada berdasarkan pokok iman kristiani.
Tetapi penilaian ini tidak bisa dilepaskan dari_norma-norma yang ada di setiap tempat dan bisa
juga mempengaruhi moral orang yang bersangkutan. Sebab salah satu landasan etika kristen
adalah Alkitab. Sedangkan penafsiran terhadap Alkitab harus memperhatikan tiga konteks. Yaitu
konteks Alkitab, konteks sejarah (historis) dan konteks masa kini. Dengan sendirinya konteks
masa kini itu juga dipengaruhi situasi tempat dimana penafsiran dilakukan, antara lain norma
yang berlaku di tempat itu. Dalam rekayasa genetika gen etika kristen cara-cara banyak yang
menyoroti ditempuh terhadap untukpemanipulasiandanpengembangannya. Sebab rekayasa
genetika itu mencakup serangkaian metode canggih yang memungkinkan seseorang mengambil
gen-gen dari sebuah sel, kemudian mencangkokkannya pada gen-gen lain, sehingga gen-gen itu
sating mengikat diri. Bagian yang dimanipulasi adalah DNA, yaitu bagian terkecil dalam
kromosom yang membawa informasi genetik. Pemanipulasian itu juga bisa dilakukan dalam
inseminasi buatan untuk mendapatkan jenis anak yang diinginkan, Ada banyak cara yang harus.
ditempuh untuk inseminasi buatan. Tetapi yang sudah diterapkan di Indonesia baru tiga cara,
yaitu :1. 2. 3.Artificial Isemination (AI). In Vitro Insemination. (IVF). Artificial Embryonatidn
(AE).Bentuk-bentuk pengembangan teknologi seperti di atas memang hanya mampu dilakukan
oleh manusia. Manusia sebagai ciptaan Allah
yangistimewa,diciptakanAllahdengandilengkapiakalbudi,kreatifitas dan kemampuan untuk
berelasi dengan Allah, Namun demikian manusia sebagai ciptaan tetap tidak sama dengan Allah
yang menciptakannya. Perbedaanperbedaan itu antara lain adalah: 1. Hanya Allah yag mampu
menoiptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan manusia hanya mampu
berkreasi, mengembangkan apa yang ada untuk dibentuk manjadi wujud yang lain. 2. Manusia
keberadaannya terbatas oleh ruang, waktu dan tempat.Dengan kata lain manusia itu sifatnya
temporer, sedangkan Allah tidak. Perbedaan-perbedaan itu menunjukkan Allah tetap diatas
manusia. Allahlah yang menghembusi nafas kehidupan pada manusia. Dengan demikian hidup
manusia bergantung pada Allah sebagai pemberi kehidupan itu. Karena kehidupan itu pemberian
Allah, maka hanya Dia yang berhak mengambilnya, Oleh sebab itu tidak dibenarkan (secara etis)
kalau seseorang berbuat sawenang-wenang terhadap hidup orang lain, termasuk kehidupan janin
yang masih dalam kandungan. Sebab Allah juga memelihara dan memperhatikan mereka,
sebagaimana tertulis dalam Maz 139:13-18 dan Yer 1:5. Sejak pembuahan, janin itu sudah bisa
dikatakan sebagai makhluk yang hidup. Karena itu pemusnahan terhadamnya termasuk
pelanggaran etis. Begitu juga dengan pembuangan telur-telur yang sudah dibuahi yang
merupakan telur sisa dari 'inseminasi buatan. Mengingat manusia sebagai makhluk etis
dan sebagai ciptaan yang paling mulia, maka riset terhadap manusia juga harus memperhatikan
beberapaa hal yang nangandung nilai etis. Jangan sampai riset itu justru melanggar hak hidup
orang lain, memaksa atau bahkan menindas orang yang dijadikan obyek dari riset itu. Begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan untuk pengembangan rekayasa genetika. Tidak
dibenarkan kalau demi penelitian itu seseorang mengorbankan hidup orang lain, walaupun itu
berupa janin ataupun bayi. Anak adalah sesuatu yang sangat berarti dalam sebuah perkawinan.
Bahkan itudianggap sebagai berkat Tuhan yang istimewa dalam sebuah keluarga. Anak
merupakan hasil persekutuan hidup suami isteri yang telah mengikat diri mereka dalam sebuah
persetubuhan. Karena itu nilai persetubuhan sangat berarti dalam sebuah perkawinan. Tetapi
adanya anak tanpa proses persetubuhan misalnya dalam inseminasi buatan, tidaklah merusak
persekutuan hidup suami isteri, asalkan sperma dan telur berasal dari suami isteri yangsah dan
diputuskan bersama dalam perkawinan yang stabil. Karena bagaimanapun juga anak itu maaih
merupakan bagian dari mereka. Tetapi kalau sudah melibatkan orang lain, entah itu sebagai
donor atau peminjam rahim, itu sulit dibenarkan secara etika kristen. Usaha pengadaan anak
secara hal. inseminasi Misalnya, buatan jangan ini perlu jugamempertimbangkan inseminasi
buatanbeberapa ini justrusampai programprogram keluargamenjadipenghambatberencana yang
telah dilaksanakan di Indonesia. orang memang berencana membuat keputusan etis dalam hal ini.
Di satu pihak orang ingin memiliki anak seperti yang diinginkan (jenis kelamin, intelegensi yang
tinggi dan sebagainya), tetapi di pihak lain dia juga dituntut menunjukkan loyalitasnya pada
negara. Sebab negara (pemerintahan) adalah wakil pemerintahan Allah di dunia, selama
pemerintah menjalankan pemerintahannya sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini etika
kristen memberi pengertian bahwa anak, apapun jenis kelaminnya adalah sama di hadapan
Tuhan. Bahkan anak yang lahir cacatpun sama kedudukannya di hadapan Tuhan. Karena itu
dianggap tidakk etis untuk "memusnahkan - janin yang akan lahir cacat, ataupun nengikuti
program inseminasi buatan hanya karena ingin "memesan" jenis anak seperti yang
dikehendaki. Hal ini juga menyangkut pertimbangan biaya yang mahal untuk pendanaan
inseminasi buatan. Dalam halkeadilan"dalampelayanankesehatan memang perlu
dipertimbangkan juga. Mengapa orang harus menghabiskan uang yang banyak untuk memiliki
anak, sementara banyaksekali anak terlantar yang memerlukan uluran tangan? Bukankah dengan
mengadopsi mereka juga merupakan wujud kasih kepada sesama yang menderita? Adalah hal
yang memprihatinkan apabila ada orang menghabiskan sekian juta uang untuk bisa memiliki
anak, sementara di tempat lain banyak bayi yang mati karena tidak bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan, atau mungkin juga mereka tidak bisa menjangkau pos-pos kesehatan di daerah
mereka yang terpenCil. Mengadopsi anak-anak seperti ini memang dianjurkan, tetapi bukan
berarti bahwa pengadopsian anak itu tanpa masalah. Dengan melihat begitu besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk inseminasi buatan dan rekayasa genetika pada umumnya, maka tidak
mustahil kalau bidang ini dihantui banyak godaan, khususnya godaan untuk menjadikan rekayasa
genetika sebagai sarana bisnis. Untuk kebutuhan bisnis itu orang bisa mengabaikan niiainilai etis,
kemanusiaan, atau bahkan menggeser tujuan semula menoLong orang lain yang menginginkan
anak. Demi bisnis dan untuk menyenangkan pasien seorang dokter rela mengorbankan
sumpahnya, memanipulasi gen seenaknya supaya bisa "menciptakan" bayi seperti
yang dikehendaki pasien. Dengan demikian seorang dokter atau ahli genetik bisa mengeruk
keuntungan yang sebanyakbanyaknya. Karena itulah saat ini pemerintah Indonesia sangat
membatasi program inseminasi buatan. Tidak semua rumah sakit diperbolehkan
menyelenggarakan program ini. Namun demikian bukan berarti permasalahan etis tidak ada lagi,
Dengan pembatasan itupun tidak menutup kemungkinan orang berebut mengikuti program
tersebut dan orang harus membayar mahal untuk bisa mendapat kesempatan pertama. Melihat
godaan-godaan semacam itu, menjadi jelas bahwa untuk menentukan sikap etis terhadap
rekayasa genetika tidaklah sederhana. Ada banyak rektor yang digunakan untuk menilainya oleh
sebab kekompleksan masalah ini. Orang yang akan mengambil sikap etis harus
mempertimbangkan apakah tujuan, cara yangdipakai itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Kalaupun itu sudah terjawab, orang masih harus memikirkan bagaimana akibat-akibat lain dari
tindakan itu. Apakah itu juga sesuai dengan rencana Tuhan. Karena itulah dalam setiap situasi
dan setiap kasus orang perlu mempertanyakan hal yang utama dalam etika kristen. Yaitu apakah
tindakan itu mewujudkan tindakan kasih pada Tuhan dan pada sesama? Dengan
pembatasan" dari etika kristen ini diharapkan manusia tidak meniadakan peran Tuhan
dalam setiap tindakannya, termasuk dalam pengembangan rekayasa genetika.
Sikap Etika Kristen Terhadap Inseminasi
Perlu diketahui, bahwa ada perbedaan pandangan mengenai inseminasi buatan dengan suami
sendiri dan inseminasi buatan dengan donor. Seperti yang dikatakan oleh Norman L. Geiser
bahwa, Nampaknya tidak ada keberatan-keberatan moral yang sah dari prespektif Kristen untuk
inseminasi buatan suami sendiri. Sekali seseorang memiliki dasar secaramoral diizinkan untuk
memperbaiki kesukaran untuk memenuhi perintah Allah didalam membiakkan kehidupan, maka
inseminasi buatan oleh suami nampaknyaakan cocok dalam kategori ini. Jika tidak, maka
seseorang akan memperdebatkan operasi-operasi perbaikan yang lain, termasuk operasi-operasi
untuk memulihkan pengelihatan.
5. BAYI TABUNG
A. Sejarah Bayi Tabung
Penemuan bayi tabung dipelopori sejumlah dokter Inggris. Bayi tabung pertama lahir ke dunia
ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G.
Edwardsdan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik
bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai
anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak pada wanita.
Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) semakin
populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali diterapkan di
Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi tabung yang kini
disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada
2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar
empat.
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional In Vitro
Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh
negara-negara di dunia. Kesuksesan program bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia
kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah bayi tabung terus berlanjut.
B. Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah individu atau bayi yang pembuahannya terjadi diluar tubuh wanita, dengan
cara mempertemukan sel gemet betina (ovum) dengan sel jantan (spermatozoon) dalam sebuah
bejana (petri disk) yang didalam bejana telah disediakan medium yang cocok (suhunya dan
lembabnya) dengan didalam rahim sehingga ayigote (hasil pembuahan) yang terjadi dari dua sel
tadi menjadi morulla (moerbei) dan kemudian menjadi blastuta (pelembungan). Pada stadium
blastuta calon bayi dimasukkan (diinflantasikan) dalam selaput lendir wanita yang siap untuk
dibuahi dalam masa subur (sekresi). Teknik ini biasa dikenal dengan Fertilisasi in Vitro (FIV).
Jadi bayi tabung adalah metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di
bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria.
KESIMPULAN
Bayi tabung dari sisi medis sudah dapat dipastikan akan menimbukan banyak permasalahan, dari
keguguran hingga kecacatan tubuh serta kecacatan mental yang sangat parah. Dan dari sisi etika
Kristen, pembuatanbayi tabung pada manusia telah membuat manusia menjadi pembunuh-
pembunuh bakal anak atau embrio, merendahkan kodrat dirinya dan mencoba menabrak batasan
posisinya, didalam rancangan awal dalam kehidupan manusia serta mandat yang telah manusia
terima.
Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, maka sebagai orang Kristen kita harus berani
menyatakan penolakan kita terhadap bayi tabung, karena hal tersebut menunjukan
pemberontakan manusia kepada Allah.
6. BEDAH PLASTIK
Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi
atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran.
Operasi plastik atau dikenal dengan “plastik surgery” (dalam inggris) atau dalam bahasa
arab biasa disebut dengan “Jirahah Tajmil” adalah bedah yang dilakukan untuk
mempercantik atau memperbaiki satu bagian didalam anggota badan, baik yang nampak
ataupun tidak nampak dengan cara dditambah, dikurangi bertujuan untuk memperbaiki
fungsi dan estetika tubuh (Al mausu’ah At-Thibbiyal al-haditsah Li Majmu’ah
minal at-thibba, Juz 3, hlm 454, cet. Lajnah An Nasyr Al-‘ilmi).
• Kristen Katolik
Menurut kristen katolik untuk mengatur kelahiran anak suami istri harus tetap menghormati dan
menaati moral katolik dan umat katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang
memanfaatkan masa tidak subur.
3.pandangan Agama Budha mengenai KB
Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum timbul ketika Buddha Gotama masih
hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajaran-Nya yang relevan dengan makna Keluarga Berencana.
Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara suami dan isteri, dan antara
orang tua dengan anaknya.
Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan danmemperkembangkan
kesejahteraan untuk anak-anaknya. Jadinya, bila kitaperhatikan KB menurut agama budha harus
dilaksanakan, karena KB menimbul kankesejahteraan keluarga. KB dibenarkan dalam agama
Buddha. Dan umat Buddha hanya memilih cara KB yang cocok untuk mereka masing-masing.
4. Pandangan Agama Hindu tentang Keluarga Berencana
KB menurut agama hindu di perbolehkan karena KB dapat membatasi jumlah anak
dengan tujuan agar sejahtera.
8. EUTHANASIA
Pandangan Agama Kristen pada Euthanasia Aktif
1.Tak ada orang yang mempunyai hak moral untuk membunuh manusia tak bersalah. Kata
Alkitab, “Jangan membunuh” (Kel. 20:30). “..dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan
dari tangan-Ku” (Ul. 32:29). Ayub mengatakan, ”Tuhan memberi, Tuhan yang mengambil”
(Ayb. 1:21) dan Dia saja yang berhak mengambilnya (Ibr 9:27). Kesalahan euthanasia aktif
adalah memainkan peranan sebagai Allah dan bukan manusia. Bahkan Alkitab mengatakan
bahwa kita bukanlah pencipta hidup kita. Jadi hidup kita bukanlah milik kita (Kis. 14:17; 17:24-
25)
2.Bukan belas kasihan jika membunuh penderita. Membunuh bayi belum lahir sama saja dengan
Child Abuse. Membunuh bayi cacat atau kaum dewasa yang menderita bukan menghindarkan
dari kesengsaraan manusia, melainkan menyebabkan penderitaan kematian. Bahkan Alkitab
mengatakan, membunuh orang yang tak bersalah bukan perbuatan baik; melainkan kejahatan
(Kel 20:13).
3.Jika euthanasia adalah memperbolehkan membunuh dengan tujuan yang baik, maka dengan
membunuh pendukung euthanasia dan aborsi, jutaan nyawa bisa terselmatakan. Tetapi tidak akan
ada pendukung euthanasia yang memperbolehkannya.
4.Dari penderitaan banyak dapat dipelajari. “ kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji mienimbulakan pengharapan”
(Rm. 5:3-4). Yakobus berkata, “..anggaplah sebagai suatu kebahagiaan , apabila kamu jatuh ke
dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan”. Penderitaan membentuk karakter, “tiap-tiap pada waktu ia diberikan
tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran
yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (Ibr. 12:11).
5.Tidak ada label haraga pada hidup manusia. Yesus berkata, “ Apa gunanya seorang
memperolah seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?” (Mrk. 8:36). Suatu nyawa manusia
lebih berharga daripada apapun di dunia ini (Mat. 6:26). Pandangan membunuh untuk
menghemat uang adalah materialistis.
6.Tujuan tidak membenarkan cara.
7.Manusia bukanlah hewan. “..sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri”
(Kej. 9:6)
9. HIV/AIDS
Berikut ini perspektif agama-agama terhadap HIV/AIDS
Sejak awal epidemi HIV di Indonesia selalu muncul pernyataan yang dibalut dengan moral,
seperti penanggulangan HIV/AIDS dengan agama, mencegah HIV dengan moral, dll. Padahal,
HIV/AIDS adalah fakta medis artinya dapat diuji di laboratorium dengan teknologi kedokteran.
Maka, cara pencegahannya pun dapat pula dilakukan dengan teknologi medis yang konkret.
Tapi, karena sejak awal pemerintah, dalam hal ini beberapa menteri kesehatan, selalu mengait-
ngaitkan penularan HIV dengan norma, moral dan agama maka sampai sekarang anggapan itu
tidak berubah. Bahkan, banyak kalangan yang menilai balutan norma, moral dan agama
belakangan ini justru lebih kental daripada di awal-awal epidemi.
Kalau balutan norma, moral dan agama itu bisa menanggulangi epidemi HIV tentulah kasus
kumulatif HIV/AIDS dan insiden infeksi baru tidak akan bertambah. Faktanya, sampai
Desember 2010 Kemenkes sudah melaporkan 68.927 HIV dan 24.131 AIDS dengan 4.539
kematian. Sedangkan di Jakarta dilaporkan 3.995 AIDS dengan 576 kematian.
Begitu pola dengan anggapan yang mengaitkan sosialisasi kondom untuk mencegah penularan
HIV melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah akan mendorong laki-laki berzina
ternyata dipupus oleh fakta kasus HIV/AIDS di kalangan ibu-ibu rumah tangga. Dilaporkan
1.970 ibu rumah tangga (istri) yang terdeteksi HIV/AIDS. Di Jakarta dilaporkan 12 persen dari
kasus HIV/AIDS terdeteksi di kalangan ibu rumah tangga. Ini menunjukkan suami mereka tidak
memakai kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan pasangan lain.
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Buddha tidak konkret. Disebutkan penularan HIV
terjadi (a). Melalui hubungan seksual (homo, maupun heteroseksual) dengan seseorang yang
mengidap virus HIV. Tapi tidak ada pencegahan yang ditawarakan.
Disebutkan pula penularan HIV melalui (b). Transfusi darah yang mengandung virus HIV.
Pencegahan yang ditawarkan adalah: (b). Tidak menerima transfusi/spesimen darah dari sumber
yang tidak jelas dan (c). Bagi pengidap HIV jangan menjadi donor darah. Dari sumber yang
dikenal pun bisa saja terjadi sumber yang dikenal itu sudah mengidap HIV karena orang-orang
yang sudah tertular HIV tidak menunjukkan gejala khas AIDS sebelum masa AIDS (antara 5-15
tahun setelah tertular HIV). Pencegahan yang konkret adalah hanya menerima darah untuk
transfusi dari PMI karena PMI sudah melakukan skrining HIV terhadap darah donor. Orang-
orang yang sudah terdeteksi HIVmelalui tes yang sesuai dengan standar prosedur operasi tes
HIV yang baku tidak akan mendonorkan darahnya. Yang jadi persoalan adalah donor dari orang-
orang yang sudah tertular HIV tapi tidak terdeteksi karena ada masa jendela (jika donor
menyumbangkan darah di bawah tiga bulan setelah tertular maka hasil skrining HIV di PMI bisa
negatif palsu artinya HIV sudah ada di darah tapi tidak terdeteksi karena belum
ada antibody HIV).
Sedangkan pencegahan untuk (d) Penularan virus dari ibu hamil yang mengidap virus HIV
kepada bayinya disebutkan (a). Bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Ini
ngawur. Perempuan yang mengidap HIV sudah hamil tentulah pencegahan pada masa kehamilan
bukan melarang perempuan hamil yang mengidap HIV itu hamil lagi. Pencegahan HIV pada
penularan vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya adalah dengan pemberian obat
antiretroviral (ARV) dan persalinan dengan operasi Caesar.
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Buddha tidak konkret. Disebutkan penularan HIV
terjadi (a). Melalui hubungan seksual (homo, maupun heteroseksual) dengan seseorang yang
mengidap virus HIV. Tapi tidak ada pencegahan yang ditawarakan.
Disebutkan pula penularan HIV melalui (b). Transfusi darah yang mengandung virus HIV.
Pencegahan yang ditawarkan adalah: (b). Tidak menerima transfusi/spesimen darah dari sumber
yang tidak jelas dan (c). Bagi pengidap HIV jangan menjadi donor darah. Dari sumber yang
dikenal pun bisa saja terjadi sumber yang dikenal itu sudah mengidap HIV karena orang-orang
yang sudah tertular HIV tidak menunjukkan gejala khas AIDS sebelum masa AIDS (antara 5-15
tahun setelah tertular HIV). Pencegahan yang konkret adalah hanya menerima darah untuk
transfusi dari PMI karena PMI sudah melakukan skrining HIV terhadap darah donor. Orang-
orang yang sudah terdeteksi HIVmelalui tes yang sesuai dengan standar prosedur operasi tes
HIV yang baku tidak akan mendonorkan darahnya. Yang jadi persoalan adalah donor dari orang-
orang yang sudah tertular HIV tapi tidak terdeteksi karena ada masa jendela (jika donor
menyumbangkan darah di bawah tiga bulan setelah tertular maka hasil skrining HIV di PMI bisa
negatif palsu artinya HIV sudah ada di darah tapi tidak terdeteksi karena belum
ada antibody HIV).
Sedangkan pencegahan untuk (d) Penularan virus dari ibu hamil yang mengidap virus HIV
kepada bayinya disebutkan (a). Bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Ini
ngawur. Perempuan yang mengidap HIV sudah hamil tentulah pencegahan pada masa kehamilan
bukan melarang perempuan hamil yang mengidap HIV itu hamil lagi. Pencegahan HIV pada
penularan vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya adalah dengan pemberian obat
antiretroviral (ARV) dan persalinan dengan operasi Caesar.
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Hindu sama sekali tidak menyebutkan cara-cara yang
konkret untuk mencegah penularan HIV yang disebutkan.
Penularan dan Pencegahan HIV Perspektif Islam
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Islam juga tidak menyebutkan cara pencegahan
melalui hubungan seksual. Sedangkan mencegah (d) Penularan virus dari ibu hamil yang
mengidap virus HIV kepada bayinya disebutkan (a). Bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk
tidak hamil. Perempuan yang mengidap HIV sudah hamil tentulah pencegahan pada masa
kehamilan bukan melarang perempuan hamil yang mengidap HIV itu hamil lagi. Pencegahan
HIV pada penularan vertikal dari ibu-ke-bayi yang dikandungnya adalah dengan pemberian obat
antiretroviral (ARV) dan persalinan dengan operasi Caesar.
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Katolik mengandung mitos. Disebutkan penularan
HIV (2). Melalui cairan kelamin (air mani, cairan vagina dalam hubungan seksual) dengan cara
pencegahanya adalah: (1). Hindari hubungan seks di luar nikah dan berganti-ganti pasangan, dan
(2). Gunakan kondom bagi mereka yang mempunyai pasangan HIV positif. Tidak ada kaitan
langsung antara penularan HIV dan hubungan seks di luar nikah. Penularan HIV melalui
hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu
dari pasangan tsb. mengidap HIV dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama
(kondisi hubungan seksual). Buktinya, 12 persen kasus HIV/AIDS di Jakarta terdeteksi pada ibu
rumah tangga. Mereka tertular dari suaminya melalui hubungan seksual di dalam ikatan
pernikahan yang sah.
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Konghucu juga tidak komprehensif. Tidak ada cara
pencegahan untuk penularan Dari ibu hamil positif HIV kepada bayinya serta Melalui transfusi
darah yang mengandung HIV.
Sedangkan cara pencegahan untuk penularan HIV Melalui hubungan seksual yang berisiko
dengan pasangan yang terinfeksi HIV disebutkan: Hindari hubungan seksual sebelum menikah,
Bersikap saling setia pada pasangan yang sah, Gunakan kondom jika salah satu pasangan
terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual. Ini juga mitos karena penularan HIV tidak terkait
dengan sifat hubungan seksual. Sesudah menikah pun tetap ada risiko tertular HIV jika dilakukan
tanpa kndom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang
sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial atau pelaku kawin-carai.
Pencegahan HIV dalam perspektif agama Kristen juga tidak konkret. Disebutkan penularan HIV
(2). Melalui cairan kelamin (air mani, cairan vagina dalam hubungan seksual) dengan cara
pencegahanya adalah: (1). Hindari hubungan seks di luar nikah dan berganti-ganti pasangan, dan
(2). Gunakan kondom bagi mereka yang mempunyai pasangan HIV positif. Tidak ada kaitan
langsung antara penularan HIV dan hubungan seks di luar nikah.
Pada perspektif agama Katolik dan Kristen disebutkan melalui kontak darah seperti pada facial
wajah. Belum ada kasus penularan HIV melalui facial wajah. Padahal, faktor risiko (mode of
transmission) HIV secara nasional dan global didominasi oleh hubungan seksual di dalam dan di
luar nikah. Pertanyaannya adalah: Mengapa (anjuran) pencegahan tidak menukik ke faktor risiko
hubungan seksual?
Bertolak dari fakta tentang pencegahan HIV berdarakan persektif agama seperti yang ada pada
leaflet maka bisa dipastikan masyarakat luas tidak akan (pernah) mengetahui cara-cara penularan
dan pencegahan yang konkret. Maka, tidak mengherankan kalau kemudian insiden penuaran
HIV baru, terutama di kalangan laki-laki dewasa akan terus terjadi, Ini dapat dipantau dari kasus
HV/AIDS pada ibu rumah tangga yang terdeteksi.
Daftar Pustaka
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2004.
Budiyono, A.P, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama 1, Jakarta, Kanasius.
Smith, Huston. 2004. Agama-agama Manusia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan
Hadikusuma, Hilman. 1983. Antropologi Agama. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.