Anda di halaman 1dari 88

L/O/G/O

TERAPI MODALITAS

By : Ns. Dwinara Febrianti, M.Kep, Sp.Kep.J


KONSEP TERAPI MODALITAS
Asal Kata “MODALITY” yang artinya modal,
kekuatan atau potensi
Modalitas dalam konteks keperawatan
adalah segala kekuatan atau potensi yang
masih dimiliki klien dan dapat digunakan
untuk berubah
Terapi Modalitas adalah suatu tehnik terapi
dengan menggunakan pendekatan tertentu
sesuai teori dan kiat terapis, dengan
menjadikan kekuatan klien sebagai modal
utama untuk berubah (Susana &
hendarsih, 2012)
DASAR

Para ahli kesehatan jiwa mendasarkan


pemberian terapi modalitas pada “Asas
Psikodinamika” (Freud, 1911) dan “Asas
Psikososial” (Sulivan, 1962)
Meliputi :
1. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh
kepribadian atau perilaku manusia,
sehingga terapis dituntut untuk
mengidentifikasi kemampuan klien utk
dipertahankan dan dikembangkan lebih
lanjut melalui terapi modalitas
2. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan
dibina kearah kondisi yang mengandung reaksi
(respon yang baru), oleh karena itu terapis
dituntut untuk aktif dan kreatif dalam memberi
ragam terapi modalitas secara profesional
3. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada
atau tidaknya faktor yang sifatnya menimbulkan
tekanan sosial pada individu sehingga reaksi
individu tsb dapat diprediksi,pada dasarnya
setiap tingkah laku manusia terkait dua hal yaitu
reward (hasil) dan punishment (sanksi),
Pengkondisian atau pembiasaan dalam terapi
modalitas bagi tingkah laku klien merp proses
belajar yang secara perlahan tetapi pasti klien
akan terbiasa dengan aturan main atau pola
tingkah laku normatif
4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok
sangat penting dalam menunjang dan
menghambat perilaku individu dalam
kelompok sosial. Hal ini didasarkan pada
pertama manusia adalah mahluk sosial,
kedua kelompok sosial tsb berpengaruh
thd perilaku individu
5. Terapi modalitas adalah proses pemulihan
fungsi fisik, mental-emosional, dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan
secara eklitik holistik
MEKANISME
WHO, ada 5 Prinsip yg berhubungan dengan
rehabilitasi ggn jiwa:
1. Tujuannya harus difokuskan bagi perbaikan
kualitas hidup pasien dan keluarga
2. Rehab yang diberikan didasarkan pada prinsip
kemitraan
3. Perbedaan individu harus dikenali dan dihormati
4. Rehabilitasi harus menyesuaikan dengan
perubahan yang dialami pasien
5. Rehabilitasi mencakup semua aspek yang
dibutuhkan pasien untuk dapat hidup mandiri di
masyarakat
TUJUAN PROSES PEMULIHAN

1. Kemampuan yang telah pulih ditingkatkan


kemampuannya ke tingkat yang lebih
tinggi
2. Mencegah ketidakmampuan yang lebih
lanjut
3. Melindungi kemampuan yang ada pada
klien
4. Membantu klien menggunakan
kemampuannya
Proses rehabilitasi
Persiapan
 Seleksi dalam rangka menentukan klien mana yang akan
diberikan terapi
 Dapat dilakukan secara tim atau individu
 Langkah selanjutnya adalah terapi kerja, targetnya
membangun/memulihkan kembali daya konsentrasi,
kemampuan komunikasi, daya ingat, motivasi, dan
semangat hidup.
 Langkah terakhir adalah latihan kerja, dengan tujuan klien
memiliki keterampilan kerja sebagai bekal untuk kembali ke
masyarakat
 Pada tahap persiapan ini perlu melibatkan keluarga klien,
bila ada indikasi terapi keluarga, dilakukan terlebih dahulu
sehingga aktivitas terapi dapat berdayaguna dan berhasil
guna
Proses rehabilitasi

Penyaluran/Penempatan
Tahap kedua merp usahapenyaluran atau
penempatan klien. Bentuknya dapat
berupa penempatan penuh ( pemulangan
ke keluarga) atau penempatan terbatas (
ke tempat kerja, suatu institusi tertentu
seperti panti sosial)
Tahap ini lebih berhasil bila diawali dengan
terapi keluarga
Proses rehabilitasi

Pengawasan
Bentuknya ada 2:
1. Pengawasan kedalam dengan tujuan
untuk memelihara kesehatan fisik dan
mental klien
2. Pengawasan keluar yang ditujukan bagi
klien yang sudah dilakukan penempatan
penuh atau mereka yang sudah berada
diluar RS
MACAM- MACAM TERAPI
MODALITAS

TERAPI LINGKUNGAN
TERAPI KELUARGA
TERAPI KELOMPOK
TINJAUAN TERAPI SPIRITUAL
TERAPI KOPING
REHABILITASI
TERAPI LINGKUNGAN
TERAPI LINGKUNGAN
Terapi lingkungan adalah suatu terapi yang
menggunakan lingkungan secara total untuk
tujuan pengobatan.
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan
sosial yang ditata, agar dapat membantu
penyembuhan dan/ atau pemulihan klien.
Tujuan : mengembangkan ketrampilan emosional
dan sosial.
Lima aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya
menciptakan lingkungan yang terapeutik, yaitu :
aspek fisik, intelektual, sosial, emosional,
spiritual.
WHY?

Terapi lingkungan dilakukan untuk


mengatasi akibat negatif dari dirawat di
Rumah Sakit :
Menurunnya kemampuan berpikir dan
bertindak secara mandiri.
Mengadopsi nilai dan sikap dari institusi.
Kehilangan kontak dan hubungan dengan
dunia luar.
PERAN PERAWAT

PERAN PENGASUH
Memenuhi kebutuhan klien berdasarkan
identifikasi masalah, baik kebutuhan fisik
maupun emsional.
Memfasilitasi klien agar mengembangkan
kemampuan baru untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Membantu klien untuk mengenal batasan-
batasan dan menerima risiko akibat
perilakunya.
PERAN PERAWAT
PERAN SEBAGAI MANAGER
Melakukan pengkajian sebelum memberikan
asuhan keperawatan.
Mengatur dan mengorganisasi semua
kegiatan bagi klien.
Memberikan arahan singkat dan jelas
kepada klien, keluarga, dan tim
kesehatan lain.
UPAYA MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN TERAPEUTIK
ASPEK FISIK
Bagian dalam dan luar dari gedung dan
hubungannya dengan gedung lain.
Tempat (posisi gedung) di masyarakat.
Ruang dalam : melindungi privasi dan
harga diri. Misal : kamar mandi.
Kebebasan bergerak dan hubungan
dengan penataan ruang.
UPAYA MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN TERAPEUTIK

ASPEK INTELEKTUAL
Warna
Contoh : merah hindari bagi klien
dengan perilaku kekerasan.
Lampu : tidak menggunakan lampu yang silau.
Suara
Penataan ruangan : tidak rumit
UPAYA MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN TERAPEUTIK

ASPEK SOSIAL
Klien : bertanggungjawab terhadap perilaku
sehat – sakitnya.
Terapis : semua anggota tim mempunyai tujuan
untuk meningkatkan kesehatan klien

ASPEK EMOSIONAL
Semua aspek fisik, intelektual, dan sosial
menghasilkan suasana emosi.
UPAYA MENCIPTAKAN
LINGKUNGAN TERAPEUTIK

ASPEK SPIRITUAL
Tersedia tempat untuk beribadah.
Tersedia kesempatan dan narasumber.
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan terhadap
kelima aspek, yaitu :
1. Aspek fisik
2. Aspek intelektual
3. Aspek sosial
4. Aspek emosi
5. Aspek spiritual
PROSES KEPERAWATAN
PERENCANAAN
Contoh diagnosa keperawatan:
1. Bangsal yang terlalu padat
2. Gagal menjaga privasi berhubungan
dengan tidak tersedia/ kurangnya fasilitas
kamar mandi
3. Dinding bercat putih dan silau
4. Kurang dukungan untuk orientasi
5. Situasi yang dingin dan bersaing
PROSES KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI
FISIK :
Memperhatikan design agar hubungannya
dengan gedung lain mudah dicapai.
Tersedia ruang yang menjaga privasi. Misal :
kamar tidur, kamar mandi, tempat klien
menyimpan barang-barangnya.
Tata kembali ruangan agar ada keleluasaan/
kebebasan untuk bergerak.
PROSES KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI
INTELEKTUAL
Klien dapat dilibatkan: mencat, bertaman
Pengaturan suara

SOSIAL
Kembangkan komunikasi terbuka dan
partisipasi dalam mengambil keputusan.
PROSES KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EMOSIONAL
Perlu ada kerjasama dan kohesif, adanya
perasaan harmonis

SPIRITUAL
Sediakan tempat ibadah, perlengkapan ibadah
Narasumber dapat diperoleh bila dibutuhkan
PROSES KEPERAWATAN

EVALUASI
Observasi tercapainya tujuan
Lakukan modifikasi bila diperlukan
TERAPI KELUARGA
Merupakan suatu cara untuk
menata kembali masalah
hubungan antar manusia

Tujuan:
 Menggali masalah emosi yang
timbul
 Menyelesaikan masalah
dengan anggota keluarga
PERAN PERAWAT
•Merawat klien secara
utuh
•Mengkaji fungsional/
disfungsional keluarga
CIRI-CIRI FUNGSIONAL
KELUARGA
 Mempertahankan keseimbangan, fleksibel
dan adaptif
 Kontak emosi dipertahankan oleh tiap
generasi dan di antara anggota keluarga
 Hubungan yang erat
 Perbedaan yang ada di antara anggota
keluarga adalah untuk mendorong
meningkatkan pertumbuhan dan kreatifitas
individu
 Hubungan antara orangtua dan anak
merupakan hubungan yang bersahabat
DISFUNGSI KELUARGA

 Tidak memiliki satu/ lebih fungsi


keluarga
 Ibu yang over protective/ ayah
tidak di rumah
 Orangtua yang pasif
 Pasangan tidak harmonis
Indikasi Terapi keluarga:
Konflik perkawinan
Konflik saudara kandung (sibling)
Konflik beberapa generasi
Konflik orangtua dengan anak
Proses transisi dalam keluarga:
pasangan baru menikah,
kelahiran anak pertama, remaja
Terapi individu yang perlu
melibatkan anggota keluarga lain
Tidak ada kemajuan dalam
pemberian terapi individu
Manfaat Terapi Keluarga

Bagi Pasien
Mempercepat proses penyembuhan
Memperbaiki hubungan interpersonal
Menurunkan angka kekambuhan
Bagi Keluarga
Memperbaiki fungsi keluarga
Meningkatkan pengertian keluarga
terhadap pasien
Meningkatkan kemampuan dalam
membantu pasien menjalani rehabilitasi
Tempat pelaksanaan
kegiatan:
Rumah Sakit :
• Poliklinik
• Ruang rawat inap
Rumah Klien
Aplikasi terapi
keluarga
Pengkajian
 Pola komunikasi dalam keluarga
 Hubungan interpersonal antar
anggota keluarga
 Sistem pendukung yang tersedia
 Harapan keluarga
 Koping keluarga
 Persepsi keluarga terhadap masalah
Diagnosa: Koping keluarga tidak
efektif
Tujuan : Koping keluarga efektif
Tindakan Keperawatan
Manipulasi lingkungan
Sistem pendukung
(memberdayakan sistem
pendukung)
Pendekatan umum: seluruh
anggota keluarga
Pendekatan individu:
klarifikasi, reinforcement
Suasana emosi yang
sehat dalam keluarga

 Saling percaya Mengharapkan


kesepakatan tanpa
 Hangat
mengabaikan
 Perhatian keunikan individu
 Saling Konflik
menerima adaptasi untuk
merubah kebutuhan,
permintaan
L/O/G/O

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


(TAK)
PENGERTIAN

KELOMPOK
Kumpulan individu yang memiliki
- Hubungan satu dengan yang lain,
- Saling bergantung dan
- mempunyai norma yang sama
(Stuart & Laraia, 2009)
TUJUAN & FUNGSI KELOMPOK

TUJUAN FUNGSI
KELOMPOK KELOMPOK
 Membantu
anggota nya  Tempat berbagi
berhubungan dg pengalaman
orang lain  Saling membantu
 Mengubah satu sama lain
perilaku yang  Untuk
destruktif dan menemukan cara
maldaptif menyelesaikan
masalah
KOMPONEN KELOMPOK

Stuart & Laraia, 2009 Ada 8 komponen


kelompok :
1. Struktur kelompok
2. Besar Kelompok
3. Lamanya sesi
4. Komunikasi
5. Peran kelompok
6. Kekuatan kelompok
7. Norma Kelompok
8. Kekohesifan
Ada pimpinan dan anggota, Arah
Struktur
komunikasi dipandu oleh pimpinan,
kelompok
keputusan diambil bersama

Besar Jumlah yang nyaman : 5-12 orang


Kelompok Jumlah kelompok kecil : 7 – 10 orang (stuart & laraia,
2009), Lancester (1980) = 10 - 12 org, Rawlins,
Wiliams dan Beck (1993) =5 – 10 orang

Waktu optimal =20 – 40 menit (kelompok yg


Lama rendah)
sesi 60 – 120 menit = fungsi kelompok yang tinggi
Komu Tugas penting leader adalah
mengobservasi & menganalisis pola
nikasi komunikasi dlm klpnya

Peran Maintenance roles : peran serta aktif dlm proses &


Kelompok fungsi kelompok
Task roles : fokus pada penyelesaian masalah
Individual roles : self centered & distraksi pada
kelompok

Kekuatan adl kemampuan anggota kelompok


Kekuatan dlm mempengaruhi jalannya kegiatan
Kelompok kelompok dilihat dari siapa yang paling
banyak mendengar dan siapa yang membuat
keputusan dlm kelompok
Norma adl standar perilaku yg ada dlm klp
Norma Pemahaman ttg norma klp berguna u/
kelompok mengetahui pengaruhnya thd komunikasi
dan interaksi dlm kelompok

Kekohesif Kekohesifan adl kekuatan anggota kelompok bekerja


an sama dlm mencapai tujuan, Leader mendorong
kekohesifan cara mendorong anggota kelompok bicara
satu sama lain, diskusi dg kata-kata “KITA”, kelompok
mendengarkan ketika yg lain bicara. Perlu diukur dari
berapa sering antar anggota memberi pujian dan
mengungkap kekaguman satu sama lain
Perkembangan Kelompok

Fase Pra kelompok Fase Awal kelompok Fase Terminasi

Tahap evaluasi
Hal penting adl  Tahap orientasi
Perlu dicatat
tujuan kelompok  Tahap konfik
/didokumentasikan
 Tahap Kohesif
Ketercapaian proses yang terjadi
berupa notulen
tujuan sangat
dipengaruhi oleh Fase kerja kelompok
perilaku leader &
pelaksasnaan  Kelompok sudah menjadi tim
 Tujuan utama leader membantu kelp
keg. Klp mencapai tujuan dan menjaga kelompok
Perlu disusun kearah pencapaian tujuan
PROPOSAL
JENIS TERAPI KELOMPK
Kelompok Terapeutik Terapi Aktivitas
Terapi Kelompok
Kelompok

Metode pengobatan  Membantu mengatasi


Kelompok
ketika klien ditemui stress emosi, penyakit
fisik krisis, tumbang, dibagi sesuai
dlm rancangan  Dikembangkan mjd kebutuhan:
waktu tertentu dg SELF HELP GROUP
 Stimulasi
tenaga yg  Tujuan: mencegah
mslh kes, mendidik & persepsi
memenuhi syarat mengembangkan  Stimulasi
Fokus : membuat potensi anggota klp,
sensoris
sadar diri, dan meningkatkan
kualitas kelompok   Orientasi
peningkatan hub antar anggota saling realita
interpersonal, membantu
 Sosialisasi
membuat menyelesaikan
masalah
perubahan
TUJUAN TAK

Terapeutik
1. Melakukan sosialisasi
a. Meningkatkan rasa dimiliki
b. Meningkatkan percaya diri
2. Mendorong kemajuan fungsi
kognitif dan afektif
3. Belajar cara penyelesaian masalah
TUJUAN TAK

Rehabilitatif
1. Meningkatkan ketrampilan
ekspresi diri
2. Meningkatkan ketrampilan sosial
3. Meningkatkan kemampuan empati
4. Meningkatkan pengetahuan
penyelesaian masalah.
PENGORGANISASIAN
KELOMPOK
1. Pimpinan Kelompok (Leader)
Tugas:
• Menyusun rencana TAK
• Mengarahkan kelompok mencapai
tujuan
• Memfasilitasi anggota untuk
mengekspresi- kan perasaan, pendapat
dan memberi umpan balik
• Sebagai role model
PENGORGANISASIAN
KELOMPOK
2. Pembantu Pimpinan Kelompok (Co-
Leader)
• Membantu leader mengorganisir anggota
kelompok.

3. Fasilitator
• Membantu leader memfasilitasi anggota untuk
berperan aktif dan memotivasi.

4. Observer
• Mengobservasi respon klien.
• Mencatat semua proses yang terjadi.
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

1.Terapi Aktifitas Kelompok


Sosialisasi
2.Terapi Aktifitas Kelompok
Stimulasi kognitif/ persepsi
3.Terapi Aktifitas Kelompok
Stimulasi sensori
4.Terapi Aktifitas Kelompok
Stimulasi Realita
TAK SOSIALISASI
 Adalah upaya memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial
 Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang
melatih kemampuan sosialisasi klien.
 Lama kegiatan per sesi adalah 45 menit.
 Indikasi untuk:
 Isolasi sosial
 Kerusakan interaksi sosial
 Harga diri rendah
Tujuan: TAKS
 Klien mampu memperkenalkan diri
 Klien mampu berkenalan dengan anggota
kelompok
 Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota
kelompok
 Klien mampu menyampaikan dan membicarakan
topik percakapan
 Klien mampu menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi pada orang lain
 Klien mampu bekerja sama dalam permainan
sosialisasi kelompok
 Klien mampu menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
TAHAPAN TAKS
Sesi I: Memperkenalkan diri
Sesi II: Berkenalan dg Anggota
Kelompok
Sesi III: Bercakap-cakap dg anggota
kelompok
Sesi IV: Menyampaikan topik
pembicaraan
Sesi V: Membicarakan masalah pribadi
Sesi VI: Bekerja sama dlm permainan
Sesi VII: Menyampaikan pendapat
manfaat kegiatan
TAK STIMULASI PERSEPSI

Adalah terapi yang menggunakan


aktivitas sebagai stimulus dan
terkait dengan pengalaman dan/
atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok.
Tujuan khusus:
 Klien dapat mempersepsikan stimulus yang
dipaparkan kepadanya dengan tepat.
 Klien dapat menyelesaikan masalah yang
timbul dari stimulus yang dialami.
Indikasi TAK Stimulasi
Persepsi:

Pasien dg Risiko PK
Pasien halusinasi
Pasien HDR
Pasien Isolasi Sosial
TAK STIMULASI PERSEPSI

Aktivitas dibagi empat bagian:


1.Mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari
(UMUM)
a.TAK Stimulasi Persepsi: menonton televisi
b.TAK Stimulasi Persepsi: membaca majalah/
koran/ artikel.
c.TAK Stimulasi Persepsi: melihat gambar

Indikasi : klien perubahan sensori persepsi dan


klien menarik diri yang telah mengikuti TAKS
TAK STIMULASI PERSEPSI
2. Mempersepsikan stimulus nyata dan respons
yang dialami dalam kehidupan (TAKSP: PK)
a. TAK Stimulasi Persepsi: mengenal kekerasan yang
biasa dilakukan (penyebab, tanda dan gejala, akibat
perilaku kekerasan).
b. TAK Stimulasi Persepsi:mencegah Perilaku Kekerasan
(PK) melalui kegiatan fisik
c. TAK Stimulasi Persepsi:mencegah PK melalui interaksi
sosial asertif
d. TAK Stimulasi Persepsi:mencegah PK melalui
kepatuhan minum obat
e. TAK Stimulasi Persepsi:mencegah PK melalui kegiatan
ibadah
Indikasi: klien PK yang telah kooperatif.
TAK STIMULASI PERSEPSI
3. Mempersepsikan stimulus yang tidak
nyata dan respons yang dialami dalam
kehidupan (TAKSP: Halusinasi)
a. TAK Stimulasi Persepsi : mengenal halusinasi
b. TAK Stimulasi Persepsi:menghardik halusinasi
c. TAK Stimulasi Persepsi:mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan
d. TAK Stimulasi Persepsi:mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
e. TAK Stimulasi Persepsi:mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat.
Indikasi : klien halusinasi.
TAK STIMULASI PERSEPSI
4. Mempersepsikan stimulus nyata yang
mengakibatkan harga diri rendah (HDR) 
TAKSP : HDR
a. TAK Stimulasi Persepsi: mengidentifikasi
aspek yang membuat HDR dan aspek
positif kemampuan yang dimiliki selama
hidup (di rumah dan rumah sakit)
b. TAK Stimulasi Persepsi: melatih
kemampuan yang dapat digunakan di
rumah sakit dan di rumah.

Indikasi : Klien gangguan konsep diri: HDR


TAK STIMULASI SENSORIS
• Adalah upaya menstimulasi semua panca
indra (sensori) agar memberi respons
yang adekuat.

• Tujuan Khusus:
 Klien mampu berespons terhadap suara yang
didengar
 Klien mampu berespons terhadap gambar yang
dilihat
 Klien mampu mengekspresikan perasaan
melalui gambar.

Indikasi : klien menarik diri, harga diri rendah yang


disertai dengan kurang komunikasi verbal.
TAK STIMULASI SENSORIS

Stimulasi Sensoris Mendengar


Musik
Stimulasi Sensoris menggambar
Stimulasi Sensoris menonton TV/
Video
TAK STIMULASI ORIENTASI
REALITAS
• Adalah upaya untuk mengorientasikan
keadaan nyata kepada klien, yaitu diri
sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat dan
waktu.

• Tujuan Khusus:
 Klien mampu mengenal tempat ia berada dan
pernah berada
 Klien mengenal waktu dengan tepat
 Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang
di sekitarnya dengan tepat.

Indikasi : klien halusinasi, demensia,


kebingungan, tidak kenal dirinya, salah
mengenal orang lain, tempat dan waktu
TAK STIMULASI
ORIENTASI REALITAS

Aktivitas yang dilakukan tiga sesi :


Sesi 1 : Pengenalan Orang
Sesi 2 : Pengenalan Tempat
Sesi 3 : Pengenalan Waktu
PROSES TAK

1. PERSIAPAN
2. ORIENTASI:
– Salam terapeutik
– Evaluasi/validasi
– Kontrak
3. TAHAP KERJA
4. TAHAP TERMINASI:
– Evaluasi
– Rencana Tindak lanjut
– Kontrak yang akan datang
Persiapan

Memilih klien sesuai dengan


indikasi
Membuat kontrak dg klien
Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
Orientasi
Salam terapeutik: mengucapkan salam
pembuka
Evaluasi/validasi: menanyakan
perasaan klien saat ini
Kontrak:
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan aturan main: perkenalan,
cara meninggalkan kelompok, lama
kegiatan
Tahap Kerja

Daftar kegiatan dari satu awal sampai


akhir yang dilaksanakan
Sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai
Terinci berupa skenario kegiatan dari
awal sampai akhir
Terminasi
Evaluasi:
 Menannyakan perasaan klien setelah
kegiatan
 Memberikan pujian
Rencana tindak lanjut: menganjurkan
klien melakukan kegiatan sesuai
dengan TAK yang baru diikuti
Kontrak YAD: TAK yg akan
dilaksanakan kemudian
Evaluasi

Unsur yang dinilai:


 Kemampuan verbal
 Kemampuan non verbal
Dokumentasi hasil evaluasi
Dokumentasikan dalam
dokumen rekam medik
KUALIFIKASI TERAPIS

Telah melalui persiapan teoritis


melalui pendidikan formal, literatur,
bacaan, lokakarya.
Praktik yg disupervisi
Pengalaman mengikuti terapi
kelompok

Di Amerika ~ minimal master.


TERAPI KERJA/REHABILITASI
 Terapi kerja pertama klai digunakan untuk suatu
kegiatan rehabilitasi pada tahun 1920 oleh Simon
 Terapis : orang yang membimbing dan melatih
klien melakukan terapi kerja, telah mendapatkan
pelatihan dan sertifikat
 Peran Perawat : mendorong minat klien untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan terapi kerja,
perawat harus mengerti tentang kesempatan yang
tersedia dan penting membantu klien
menimbulkan kembali minatnya untuk mencapai
sesuatu dengan usahanya sendiri
TERAPI SPIRITUAL
Terapi spiritual gangguan mental bisa dibagi dua
golongan besar saja, yaitu
 nonpsikotik
Untuk non psikotik banyak jenisnya, seperti
gangguan cemas, depresi, gangguan kepribadian,
 psikotik.
(1) Skizofrenia (5 tipe); (2) Gangguan Afektif
Berat dengan gejala psikotik ( Bipolar manik dan
Depresi Berat); (3) Skizoafektif; (4) Psikosis
Polimorfik Akut; (5) Gangguan Waham Menetap;
(6) Psikosis Non Organik lainnya; dan
(7) Gangguan Psikotik Organik.
 pada gangguan psikotik (skizofrenia) terapi spiritual tidak bisa
langsung dikerjakan? Bahkan merupakan kontraindikasi?
 Ciri gangguan psikotik adalah : ego yang collaps atau
disfungsi, penalaran runtuh, adanya waham (pikiran
terdistorsi), halusinasi (pendengaran, visual, penciuman,
tactil) , gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), tingkah laku
kacau atau katatonik, gangguan daya nilai realitas, dan tidak
adanya kesesuaian antara pikiran dengan perasaan dan
tindakan.
 penderita tidak mampu mengarahkan kemauannya secara
sadar, tidak mempunyai tilikan diri, dan tidak bisa
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pemberian
terapi spiritual akan diinterpretasikan secara salah karena
gejala-gejala itu semua berpengaruh kuat pada proses
pikirnya. Misalnya, akan timbul rasa bersalah atau berdosa
dan tidak berguna, yang berlanjut ke usaha bunuh diri. Atau
munculnya kembali waham paranoid karena merasa mau
”dijejali” ide-ide agama oleh musuh-musuhnya secara
terencana.
Syarat terapi spiritual
 Untuk pasien-pasien psikotik (skizofrenia)
(1)bila dengan pengobatan antipsikotik selama 2-4
mg, gejala-gejala waham, halusinasi, inkoherensi
dan tingkah laku kacau (gaduh gelisah) sudah
mereda;
(2)ego dan penalaran sudah mulai berfungsi
kembali sehingga interpretasi terhadap ide-ide
sudah tepat;
(3)status mental tidak rentan/rapuh atau emosi
sudah stabil;
(4)bila perlu dengan skor Brief Psychiatric Rating
Scale (BPRS) yang sudah minimal.
JENIS Terapi spiritual
 Individual dan kelompok.
 Individual berarti suatu psikoterapi religius. Psikoterapi
dengan memasukkan unsur-unsur religius.
 Kelompok. Mungkin seperti psikoterapi kelompok tapi
memakai unsur keagamaan.
 Untuk kedua jenis ini berarti harus ada interaksi antara
terapis dengan pasien.
 Bagi yang kelompok, diusulkan dua model. Pertama, dalam
bentuk ceramah keagamaan (religius) intensif untuk 15-20
pasien psikotik (setelah diseleksi, tidak seluruh pasien satu
bangsal). Dengan memberi kesempatan pasien bertanya
atau memancing pertanyaan. Model yang kedua sama
dengan yang pertama tapi ditambah kegiatan ritual
keagamaan seperti sembahyang, doa, dzikir, pengkajian
ayat-ayat suci.
L/O/G/O

TERAPI PERILAKU
(KOPING)
Penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berakar pada berbagai teori tentang belajar (Corey,
2007)

Pada dasarnya, terapi perilaku diarahkan pada


tujuan-tujuan memperoleh perilaku baru,
penghapusan perilaku yang maladaptif, serta
memperkuat dan mempertahankan perilaku yang
diinginkan (Corey, 2007)

Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan


kondisi-kondisi baru bagi proses belajar

Segenap perilaku adalah dipelajari, termasuk perilaku


maladaptif
PERILAKU
Respon secara eksternal dan
dipengaruhi oleh stimulus
lingkungan; dapat dikontrol oleh
konsekuensinya.

81
Operant
Seperangkat perilaku/ respon,
dilakukan dalam suatu lingkungan
hasil: konsekuensi tertentu

82
 Melibatkan stimulus tak berkondisi
(UCS) yang secara otomatis
membangkitkan respon berkondisi
(CR), yang sama dengan respon tak
berkondisi (UCR) bila diasosiasikan
dengan stimulus tak berkondisi

 Jika UCS dipasangkan dengan suatu


stimulus berkondisi (CS) maka lambat
laun CS mengakibatkan munculnya CR
UCS UCR
(eating food) (salivation)

UCS CR
(sight of food) (salivation)

CS No Respon
(bell)

UCS+CS CR
(food + bell) (salivation)
CS CR
(bell) (salivation)
OPERANT CONDITIONING
(PENGONDISIAN OPERAN)
Melibatkan pemberian ganjaran
kepada individu atas pemunculan
perilakunya yang diharapkan pada
saat perilaku itu muncul
Pemberian penguatan positif dapat
memperkuat perilaku, sedangkan
pemberian penguatan negatif dapat
memperlemah perilaku
Lingkungan sosial digunakan untuk
membantu individu meningkatkan
kontrol terhadap perilaku berlebihan
atau kurang
OPERANT CONDITIONING

Meningkatkan/ mempertahankan
perilaku
•Positive reinforcement
•Negative reinforcement

Menurunkan perilaku
•Positive punishment
•Negative punishment: Respon cost,
time out
Positive Reinforcement:
Mempertahankan dan
meningkatkan perilaku
Lebih bersifat pujian
Jika diberi hal yang
menyenangkan maka akan
meningkatkan perilaku
tersebut
Tehnik Modifikasi Perilaku:
Extinction: menurunnya perilaku yang tidak
baik secara perlahan-lahan karena tidak adanya
penguatan positif yang diberikan
Token Economy: pemberian penghargaan
dilakukan bila klien berperilaku seperti yang
diinginkan atau berperilaku baik; tanda
penghargaan diberikan segera bersama dengan
umpan balik.
Modeling: membentuk perilaku baru dengan
cara meniru perilaku orang (dapat terjadi secara
alami atau melalui terapi)
Time Out: Hukuman bagi klien yang
berperilaku tidak baik dengan cara mengisolasi
klien dari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai