Anda di halaman 1dari 3

Psikologi Komunikasi

Analisis Psikologi Komunikasi Pada Film “JOKER”

Dosen pengampu : Fanty Pratiwi Meita S.I.Kom.,M.I.Kom.

M. Chamdan Husein (18321167)

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


YOGYAKARTA
2019
Analisis Psikologi Komunikasi Pada Film “JOKER”
Pada hari Jumat tanggal 4 Oktober 2019, saya berinisiatif menonton film Joker karena
memang sedang booming. Sudah banyak beredar penilaian dan juga beberapa perasaan penonton
setelah menonton film tersebut, ada yang bilang itu merupakan “film of the year” dan juga layak
untuk mendapatkan penghargaan film “Oscar”, saya menonton film tersebut sendirian karena ada
beberapa bahasan di twitter bahwa jika ingin mendapatkan feel dari film tersebut harus menonton
sendirian dan sedang dalam keadaan down atau terpuruk, akhirnya saya menjalankan itu semua.

Film dimulai dengan menceritakan Arthur Fleck, seorang karyawan di sebuah perusahaan
kecil, ia ditugaskan sebagai seorang badut yang membawa papan iklan perusahaan tersebut, dan
seketika ada gerombolan anak remaja yang usil mengerjainya dan mengeroyk dia, kemudian
temannya menawarkan sebuah pistol untuk berjaga jaga. Saat Ia pergi ke psikolog, bisa dikethui
bahwa ternyata Arthur Fleck terkena penyakit mental yaitu PBA atau “Pseudobulbar Affect”
dimana penyakit tersebut membuat penderitanya tidak bisa mengontrol emosinya, seperti sering
tertawa tidak terkontrol. Setelah kita mengetahui latar belakang Arthur Fleck, kita dibawa ke
kehidupan apartemennya bersama ibunya Penny Fleck, dan juga perempuan yang merupakan
Love Interestnya Arthur yaitu sophie yang merupakan janda beranak satu, singkat cerita Arthur
mendapatkan kebahagiaan namun ternyata kebahagiaan itu hanyalah khayalan ia belaka, karena
diduga Arthur juga mengidap Skizofrenia yang mempengaruhi kemampuannya untuk berpikir,
merasakan, dan berperilaku dengan baik. Akhirnya dia mengetahui kebenarannya bahwa ibunya
juga mengidap Skizofrenia yang berkhayal dia adalah istri dari Thomas wayne dan kini Arthur
sangat berada di keadaan terpuruk, dan akhirnya dia ditelpon oleh pihak acara TV Murray
Franklin dan akhirnya dia melampiaskan kekesalannya disitu dan membuat seluruh kota menjadi
Chaos

Dalam Kasus Arthur Fleck atau Joker ini, bisa dilihat bahwa apa yang Arthur selama ini
alami membuat karakternya seperti tersebut, bisa kita analisis dengan analisis humanistik yang
didasari oleh rasa kemanusiaan. Seperti yang sudah digaris besarkan oleh Carl Rogers tentang
humanisme yakni perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang
identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan
fenomenal (phenomenal field) keseluruhan pengalaman subjektif seorang manusia, yang terdiri
atas pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang “bukan aku”. Dalam kasus
Arthur, ia menjadi seseorang yang begitu terobsesi dengan kericuhan karena pengalaman yang ia
lalui begitu pahit, ada yang bilang selama film diputarkan, saat dia tertawa itu merupakan bukan
tawaan, justru itu adalah tangisan karena penyakit PBA tadi membuatnya tidak bisa mengontrol
mana tawa mana tangisan, dan juga banyak adegan di film yang menjelaskan bahwa ia hanya
berhalusinasi seperti halnya di acara murray karena itu adalah pengalamannya menonton murray
yang dilandasi oleh Skizofrenia yang alhasil membuatnya berdelusi bahwa ia pernah
mengunjungi dan menjadi perhati dalam acara TV Murray Franklin.
Dan juga bisa dilihat dalam psikoanalisis bahwa dalam diri Arthur Fleck terdapat gejolak
dikarena Id, Ego, dan Superegonya tidak berjalan seimbang karena dia ingin menangis namun
yang ia keluarkan adalah tertawa yang tidak terkontrol dan bisa dilihat delusi delusi saat film
yang ia berkhayal bahwa ia memiliki pacara yaitu si sophie namun yang asli tidak. Selain itu bisa
dilihat dari kacamata kognisi bahwa mengapa Arthur memiliki perilaku berbeda dari
lingkungannya itu dikarena ia memiliki motif tersendiri, bisa dilihat bahwa kondisi kota Gotham
sangatlah ricuh dan berantakan.

Arthur Fleck mendapatkan perlakuan jelek saat awal ia menjadi badut karena ia
mendaptkan pengakuan stereotype Karena badut digambarkan orang yang tidak apa apa jika
dijahili, dan juga selain itu badut juga merupakan stereotype kota gotham dalam perihal
pergerakan demo masyarakat terhadap pemerintah yang kurang adil dalam memimpin kota,
Arthur juga mendapat Diskriminasi karena ia membawa pistol saat menghibur pasien anak kecil
di rumah sakit karena diduga ingin membunuh para pasien, namun ia mengaku bahwa itu hanya
properti saat ia tampil dan juga sebagai pelindungnya jika ada kejahatan.

Dalam Psikososial menjelaskan bahwa tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau
mengecewakan akan mempengaruhi perilaku orang tersebut di lingkungan dimanapun dia
berada. Disini Arthur Fleck selalu dikecewakan dalam lingkungan maupun kehidupan sosialnya,
dan itu sangat memengaruhi perilakunya.

Demikian analisis psikologi komunikasi dari Film Joker, semoga dengan adanya Film
Joker para manusia sangat mempedulikan kesehatan mentalnya maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai