Anda di halaman 1dari 6

Maria Febryana (043529408)

Cybermedia

Dapat dirasakan bahwa segudang ide, gagasan dan visi misi mulai bergerak ke arah ruang
maya. Perdebatan, perdebatan bahkan saling tuduh frontal terjadi secara bebas di berbagai
media sosial. Untuk kalangan yang relatif berpendidikan, kampanye media sosial lebih efektif
daripada baliho dan baliho. Penyebaran berbagai macam ide, termasuk konten kampanye,
melalui media sosial sangat cepat dan nyaris tanpa batas. Di Twitter misalnya, informasi
disebarluaskan hanya dengan men-tweet ke followers dan dengan cara kerja seperti
multilevel marketing.Efektivitas jejaring sosial tidak hanya karena banyaknya pengguna.
Karakteristik jejaring sosial itu sendiri juga merupakan kekuatan. Jejaring sosial adalah
sarana komunikasi di mana setiap individu saling mempengaruhi. Setiap orang memiliki
pengaruh di sekitar mereka. Para pengguna media sosial yang berpengetahuan luas dan
berpendidikan ini tidak mudah dikelabui, tetapi mereka mudah terpengaruh dan bersimpati
pada hal-hal yang menyentuh mereka.Misalnya, ketenaran dan kekuatan politik yang
dinikmati Jokowi saat ini sebagian besar disebabkan oleh perbincangan di media sosial yang
membuat semua orang mengagumi keaslian dan keseriusan Jokowi dalam merawat
masyarakat. Di media sosial, hanya informasi faktual yang berharga. Untuk mendapatkan
keyakinan bahwa informasi tersebut sesuai dengan fakta, diskusi sering muncul. Dengan
berbagai cara yang menarik perhatian publik, ada tesis yang ditentang oleh argumen melawan
antitesis. Sihir sering muncul di jejaring sosial dalam bentuk sintesis.Tidak perlu bagi siapa
pun untuk menyimpulkan, tetapi perdebatan ini seringkali menghasilkan "kesepakatan diam"
antara pihak yang berdebat dan "penonton" mereka. Ini sintesisnya. Proses seperti ini
memakan waktu cukup lama. Karena sifatnya yang berjangka panjang, jejaring sosial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kampanye yang dimobilisasi. Pekerjaan di
jejaring sosial berjalan lambat, membahas visi, misi, gagasan,ideologi.Pengguna jejaring
sosial bukanlah orang yang terbawa suasana, melainkan bergerak dengan rela dan sadar.
Media sosial hanya berdampak signifikan pada politisi yang bekerja sepanjang waktu. Ini
bukan pekerjaan instan lima tahun. Mereka yang gencar menyebar luaskan gagasan dan terus
gencar membicarakan bidang-bidang tertentu akan menerima hasilnya saat pilkada. Jejaring
sosial tidak cocok untuk politisi "kosong", tetapi hanya untuk orang dengan kemampuan
berpikir dan dialektika.Selain itu, jejaring sosial tidak cocok untuk orang yang egois, tetapi
untuk mereka yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap berbagai masalah
masyarakat. Hanya politisi yang memiliki simpati dan empati terhadap masalah rakyat yang
akan menuai simpati dan empati publik. Sifat kampanye media sosial bisa menjadi kebalikan
dari kampanye dunia nyata. Di dunia nyata, jika kampanye nya keras, keras tetapi tidak
memiliki bukti nyata, media sosial adalah antitesis dari kebisingan dan kebisingan, yang
masuk akal. Setiap suara memiliki arti, memiliki buktinya sendiri.Politik di media sosial bisa
menjadi politik nyata. Politik yang benar-benar mengandung gagasan dan tindakan yang tulus
untuk kebaikan yang lebih besar. Ini adalah kebijakan yang memiliki kekuatan. Berbagai
masalah sosial yang melanda masyarakat kerap dicarikan solusinya di media sosial.
Keseimbangan.

Cara Gubernur Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin menanggapi keluhan warga
melalui media sosial dinilai efektif dan patut dicontoh oleh kepala daerah lainnya. Ia
mencontohkan ketika menyambangi masyarakat Kendal yang menyarankan agar penerangan
umum di wilayahnya yang mati segera diperbaiki. Ia mengatakan karena Tolberada di bawah
kewenangan kabupaten, pihaknya meminta kabupaten untuk segera
mengurusnya.Kesempatan Anda untuk dimuat di media massa, misalnya, terbuka bagi Anda.
Bagi politisi, peran media sangat penting untuk meningkatkan popularitas, penerimaan, dan
kelayakan. Di Indonesia, politisi menggunakan media sosial selain media massa. Benar atau
tidaknya penggunaan media sosial berdampak pada popularitas seorang politikus. Lihat
saja.Hampir semua dari nama politisi yang menempati posisi puncak lembaga survei
memiliki dan aktif di jejaring sosial, baik dengan akunnya sendiri maupun sebagai pengurus.
Ambil contoh Ganjar Pranowo yang namanya selalu menempati urutan pertama di berbagai
jajak pendapat.
Ganjar Pranowo memiliki akun Twitter @ganjarpranowo yang telah dicentang atau
diotentikasi berwarna biru. Dalam biografinya tertulis Ganjar aktif menggun

akan Twitter sejak Januari 2010 atau saat masih menjadi anggota DPR dan belum terpilih
sebagai Gubernur Jawa Tengah. Hingga Rabu ,26 April 2023, terdapat 3,2 juta pengikut
Ganjar di Twitter.Ganjar juga mengikuti hingga 3612 akun Twitter.
Selain Twitter,Ganjar juga aktif menggunakan Instagram dengan akun @ganjar_pranowo.
Hingga Rabu, 26 April 2023, terlihat 5,6 juta akun mengikuti akun Instagram Ganjar
Pranowo. Ada juga 4 materi Ganjar yang diposting di Instagram.6879 posting.
Per 21 Maret 2018, Ganjar juga aktif menggunakan YouTube yang memiliki 1,58 juta
pelanggan hingga saat ini. Seluruh video yang diunggah Ganjar ke akun YouTube miliknya
telah dilihat sebanyak 112.958.099 kali.
Apa yang dilakukan Ganjar Pranowo sejalan dengan konsep “network media logic” yang
dikemukakan oleh Klinger & Svensson pada tahun 2014. Menurutnya, konsep logika media
jaringan merupakan kerangka kerja alternatif untuk mengkonseptualisasikan dan mempelajari
secara empiris penggunaan jaringan sosial. media oleh politisi. Konsep ini menjelaskan
bagaimana konten diproduksi dan kemudian disebarluaskan melalui media. Melalui akun
media sosialnya, Ganjar kerap menanggapi pengaduan darimasyarakat di Jawa Tengah. Di
sini terjadi diskusi langsung dua arah antara Ganjar dan warga.Selain itu, Ganjar secara
khusus menulis di bio di akun media sosialnya, "Pak, wahai rakyat, gubernur itu hanya
amanah." Slogan ini memberikan kebebasan warga untuk menyampaikan pendapat atau
keluhannya tentang tulisan Pemprov Jateng di Ganjar Akun media sosial Pranowo. Hal
seperti itu tidak bisa dilakukan ketika Ganjar tampil di media arus utama.Dalam sebuah
artikel berjudul What Media Logics Can Tell Us About the Internet, Ulrike Klinger dan Jakob
Svensson mengatakan bahwa kehadiran Internet telah mengubah lanskap media dan model
komunikasi untuk mempengaruhi perilaku politisi. Di era digital seperti sekarang ini, para
politisi beralih sarana komunikasinya dari jejaring klasik ke jejaring sosial.
Refrensi :
https://nasional.kompas.com/read/2014/03/29/1153482/Media.Sosial.dalam.Kampanye.Politi
k

Anda mungkin juga menyukai