Wa Ode Mudiani
SMAN 4 Wangi-Wangi, Jl. Poros Gang Jilabu, Liya Mawi, Wangi-Wangi Sel., Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara
waodemudiani@gmail.com
Abstract
Currently, students cannot be separated from the use of social media in everyday life, both for personal matters
and to seek political preferences. Today's youth use of social media to participate in politics is more open. This
study aims to determine the perceptions of first-time voters regarding the use of social media as a campaign tool
in the 2024 election. The respondents used in this study were 2nd and 3rd grade students at SMA Negeri 4
Wangi-Wangi Selatan, Wakatobi Regency, Southeast Sulawesi, who were taken randomly as many as 30
people. Primary data sources for this research are quantitative and qualitative data analysis methods.
Quantitative research uses a questionnaire, while qualitative research uses a descriptive approach through
interviews. The percentage of first-time voters who choose to use social media as a campaign tool in the 2024
election by political candidates shows that 76.7% strongly agree, and as many as 60% of respondents vote
effectively. Beginner voters recommend several types of social media, such as Facebook, followed by
Instagram, Twitter, WhatsApp, and the lowestis YouTube.
Keywords: Campaign, Social Media, First Time Voters
Abstrak
Saat ini, pelajar tidak tidak lepas dalam menggunakan media sosial untuk kesehariannya, baik itu untuk urusan
pribadi maupun untuk mencari preferensi politik. Pengunaan media sosial oleh anak muda masa kini untuk
berpatisipasi politik lebih terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pemilih pemula terhadap
penggunan media sosial sebagai sarana kampanye pada pemilu 2024. Responden yang digunakan pada
penelitian ini adalah siswa kelas 2 dan 3 di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Wangi-Wangi Selatan,
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang diambil secara acak sebanyak 30 orang. Data primer penelitian
ini metode analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif menggunakan quesioner, sedangkan
kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui wawancara. Persentase pilihan pemilih pemula terhadap
penggunaan media sosial sebagai sarana kampaye pada pemilu 2024 oleh kandidat politik menunjukkan 76,7%
sangat setuju dan sebanyak 60% responden memilih efektif. Pemilih pemula merekomendasikan beberapa jenis
media sosial seperti dengan persentase tertinggi pada facebook, kemudian instagram, twitter, whattsApp dan
terendah adalah youtube.
Kata Kunci: Kampanye, Media Sosial, Pemilih Pemula
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang yang sudah menjadi bagian integral historis pelaksanaan sistem
ketatanegaraan. istilah pemilu telah familiar bagi penduduk Indonesia, pemilu pertama secara
demokratis telah dilaksanakan sejak tahun 1995. Masa orde baru telah dilakukan lima kali dan masa
reformasi sebanyak tiga kali. Berjalannya pemilihan umum tersebut, maka sebagai hak politik rakyat
Indonesia. Setiap individu memiliki hak memilih dalam pemilu sehingga mempunyai peranan di
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, budaya, agama, dan generasi (Rohim & Wardana,
2019). Salah satu generasi yang memiliki peran penting adalah pelajar sebagai pemilih pemula.
Menurut Zamroni (2000), menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik yang
3274 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 3273- 3278
ada dapat disebabkan oleh pendidikan politik yang belum massif. Sehingga masyarakat perlu dibekali
dengan pendidikan politik terutama bagi pelajar sebagai pemilih pemula. Pendidikan politik bertujuan
untuk memberikan dan mengenanalkan pengetahuan politik, nilai, sikap, kesadaran politik, dan
orientasi politik, sehingga mereka dapat berpartisiasi dalam politik.
Patisipasi politik anak muda masa kini lebih terbuka dan dipengaruhi oleh media sosial yang
mereka gunakan. Salah satu sebabnya karena intensitas yang besar dalam menggunakan media sosial.
Tanpa disadari, sebagian besar kaum muda sudah membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
politik sehingga membuat mereka ingin mengetahui perkembangan politik terkini. Para pemilih
pemula ternyata menggunakan media sosial sebagai preferensi untuk memilih dalam pilkada dan
pilpres oleh karena aktifitas yang banyak dihabiskan disana. Namun, situasi politik yang memanas
juga mempengaruhi konten di media sosial yang diakses oleh pemilih pemula, sehingga banyak yang
merasa terganggu. Ada pula yang dapat memfilter informasi yang muncul di media sosial sehingga
suasana menjadi lebih kondusif (Suryo & Aji, 2020).
Di era revolusi industri 4.0 ini, teknologi menjadi hal yang utama untuk menunjang segala
aspek, salah satunya di dalam peran media. Anak muda atau generasi milenial dan generasi Z sebagai
pemakai terbanyak internet memiliki kecenderungan untuk menyebarkan luaskan pengaruh mereka
kepada sesama pengguna media sosial dalam partisipasi politiknya. Anak muda sebagai netizen yang
paling banyak mempunyai kecenderungan memberikan pengaruh ke sesama pengguna media sosial
dalam partisipasi politiknya (Suryo & Aji, 2020).
Media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan
dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain membentuk
ikatan sosial secara virtual. Dalam media sosial, tiga bentuk yang merujuk pada makna bersosial
adalah pengenalan (cognition), komunikasi (communicate) dan kerjasama (cooperation) (Nasrullah,
2015). Saat ini, pelajar tidak tidak lepas dalam menggunakan media sosial untuk kesehariannya, baik
itu untuk urusan pribadi maupun untuk mencari preferensi politik. Mesin politik di partai pun
menggunakan media sosial ini sebagai tempat untuk kampanye, karena menyadari bahwa ada sekitar
10 juta orang pemilih pemula, dimana suara ini sangat potensial untuk menaikkan elektabilitas calon
dalam pemilu 2019. Media sosial dianggap juga sarana yang murah namun efektif karena dapat
menjangkau banyak pemilih dalam waktu yang singkat (Suryo & Aji, 2020). Teknologi media sosial
sekarang ini memiliki berbagai bentuk seperti misalnya majalah digital, forum internet, weblog, blog
sosial, wiki, jejaring sosial, podcast, foto atau gambar, video, rating dan bookmark sosial. Masing-
masing memiliki kelebihannya senidiri seperti bloggin, berbagai gambar atau foto, video blogging,
wall-posting, berbagi musik atau lagu, chatting, bahkan VoIP atau Voice over IP, dan sebaginya.
Media sosial yang paling seing digunakan oleh kalangan remaja antaralain: Facebook, Whatshapp,
Youtube, LINE, Twitter, Path, Messenger. Masing-masing media sosial tersebut memilki keunggulan
tersendiri dalam menarik pengguna media sosial yang mereka miliki (Fronika, 2019).
Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Kampaye Pada Pemilu 2024, Wa Ode
Mudiani
3275
METODE
Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Juni 2023, responden yang digunakan pada
penelitian ini adalah siswa kelas 2 dan 3 di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Wangi-Wangi,
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang diambil secara acak sebanyak 30 orang. Responden
merupakan siswa yang sudah memiliki hak suara pada pemilu 2024 nantinya, memiliki smartphone,
dan menggunakan media sosial dalam kesehariannya. Data primer penelitian ini metode analisis data
secara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif menggunakan questioner, sedangkan kualitatif dengan
pendekatan deskriptif melalui wawancara yaitu menggambarkan pemanfaatan media sosial sebagai
sarana kampaye pemilu 2024. Wawancara berguna untuk mengungkap pengalaman, perasaan, tentang
objek yang diteliti ketika menggunakan media sosial (Suryo & Aji, 2020). Teknik analisis data
dilakukan sejak memulai wawancara sampai dengan diperolehnya data. Analisa data melalui
pemakaian model interaktif dengan cara: data yang terkumpul (data collection), kemudian direduksi
(data reduction) dengan cara dirangkum, dipilih dan dipilah hal-hal yang pokok dan kemudian
disajikan (data display) untuk dilihat keterkaitannya, sehingga menghasilkan data yang dapat
diverifikasi dan ditarik suatu kesimpulan (conclusions: drawing/verifying) (Sugiyono, 2018).
menilai calon-calon anggota legislatif maupun calon presiden, sehingga mereka dapat memilih yang
terbaik. Hal ini dikemukakkan pula oleh Rohim & Wardana (2019), pemilih pemula ini dapat cepat
menerima informasi dari internet yang sangat dikuasai oleh generasi ini. Berbagai macam isu politik
muncul di berbagai media sosial yang dapat diakses oleh siapapun terlebih pemilih pemula yang
sengaja mencari tahu bagaimana keadaan politik di Indonesia.
Gambar 1. Persentase pilihan pemilih pemula terhadap penggunaan media sosial sebagai alat kampaye
pada pemilu 2024 oleh kandidat politik
Persentase efektifitas penggunaan media sosial sebagai alat kampaye pada pemilu 2024
menurut pemilih pemula menunjukan bahwa sebanyak 60% responden memilih efektif dan hanya
3,3% saja yang memilih tidak efektif (Gambar 2). Berdasarkan hasil wawancara, penggunaan media
sosial sebagai sarana kampaye sangat efektif karena mudah diperoleh dan banyak digunakan oleh
remaja maupun orang tua. Sehingga informasi terkait caleg dan lainnya tentu akan mudah juga
diperoleh. Menurut Suryo & Aji (2020), patisipasi politik anak muda masa kini lebih terbuka dan
dipengaruhi oleh media sosial yang mereka gunakan. Salah satu sebabnya karena intensitas yang besar
dalam menggunakan media sosial. Tanpa disadari, sebagian besar kaum muda sudah membicarakan
hal-hal yang berkaitan dengan politik sehingga membuat mereka ingin mengetahui perkembangan
politik terkini. Para pemilih pemula ternyata menggunakan media sosial sebagai preferensi untuk
memilih dalam pilkada dan pilpres oleh karena aktifitas yang banyak dihabiskan disana. Menurut
Mulyana (2013), komunikasi politik sekarang yang disasar oleh para calon menggunakan media
sosial, oleh karena itu komunikasi politik penting dilakukan sebagai strategi untuk mendapatkan
sebuah dukungan dan pemenuhan kebutuhan dalam sistem politik, dengan asumsi dapat memenuhi
kepentingan, serta mengambil keuntungan melalui kebijakan dan strategi politik.
3.3
16.7
33.3
60.0
Gambar 2. Persentase efektifitas penggunaan media sosial sebagai alat kampaye pada pemilu 2024
menurut pemilih pemula.
Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Kampaye Pada Pemilu 2024, Wa Ode
Mudiani
3277
Media sosial yang digunakan sebagai sarana promosi seperti website, jejaring sosial (facebook
dan instagram) dan juga YouTube. Facebook dan instagram ialah jejaring sosial paling sangat populer
dimasa sekarang dan saluran ini digandrungi oleh semua masyarakat nyaris seluruh masyarakat dunia
bahkan Indonesia memanfaatkan media ini sebagai media alternatif komunikasi. Kemudahan
penggunaannya menjadikan facebook dan instagram lebih populer dibandingkan dengan situs jejaring
sosial lainnya (Budiman dkk., 2019). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilih
pemula merekomendasikan beberapa jenis media sosial seperti dengan persentase tertinggi pada
facebook, kemudian instagram, twitter, whattsApp dan terendah adalah youtube.
50.0 Facebook
60.0
WhatsApp
YouTube
Instagram
56.7 46.7 Twitter
36.7
Gambar 3. Media sosial paling direkomendasikan bagus untuk digunakan sebagai sarana kampaye
menurut pemilih pemula
KESIMPULAN
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Budiman dkk., 2019), penggunaan media
sosial sebagai promosi oleh Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur adalah
menggunakan YouTube. Ada perbedaan saluran ini dengan saluran media sosial lain. Ciri dari saluran
ini yang membedakannya dengan saluran lainnya yaitu menginformasikan kegiatan maupun layanan
dari Perpusda Kabupaten Belitung Timur berbetuk video yang sudah terdokumentasi. Penggunaan
media sosial dalam bentuk YouTube di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur
tidaklah terkalahkan dari media sosial lainnya. YouTube digunakan dalam menyebarkan hasil
berbagai dokumentasi untuk berbagai aktivitas/kegiatan maupun informasi sebuah layanan sekaligus
mempromosikan perpustakaan agar dikenal, diketahui, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dengan demikiah, pemilih pemula sangat setuju dan merasa efektif jika penggunaan media
sosial sebagai sarana kampaye pada pemilu 2024 oleh kandidat politik dan merekomendasikan
beberapa jenis media sosial seperti facebook, instagram, twitter, whattsApp dan youtube.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimaksih kepada siswa-siswi dan guru-guru SMAN 4 Wangi-Wangi yang telah berkontribusi
pada penelitian ini.
3278 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 3273- 3278
REFERENSI
Fronika, W. 2019. Pengaruh Media Sosial Terhadap Sikap Remaja. Universitas Negeri Padang. osf.io.
Mulyana, D. (2013). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasrullah, R. 2015. Media Sosial; Persfektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Putri WSR, Nurwati NR, Santoso MB. 2016. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja.
PROSIDING KS: RISET & PKM. 3(1):1-154.
Rohim M, Wardana A. 2019. Analisis Politik Milenial : Persepsi Siswa SMA Terhadap Dinamika
Politik Pada PEMILU 2019 di Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan
dan Politik Daerah. 4(1):47-63.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Penelitian Yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretatif, Interaktif dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta.
Suryo H, Aji HK. 2020. Media Sosial dan Pesan Politik (Persepsi Pemilih Pemula dalam Menerima
Pesan Politik pada Pemilihan Umum 2019 Melalui Media Sosial). Research Fair Unisri. 4(1):
87-94.
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Pubilshing.