Anda di halaman 1dari 9

Etika Fotografi dalam Perspektif Al-Qur’an

Ethics of Photography in Perspective of Al-Qur’an

Muhammad Chamdan Husein

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

18321167@students.uii.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perspektif Al-Qur’an untuk melihat
relasi dengan etika-etika dalam fotografi, penelitian ini menggunakan metode
teknik kepustakaan dengan membaca dan menelaah literature penelitian
sebelumnya. Penelitian ini menemukan bahwa adanya relasi etika fotografi dan
akhlaq yang dituliskan dalam Al-Qur’an sehingga ini bisa mendasari seorang
fotografer terkhusus kaum muslim dalam menjalankan hobi maupun profesinya

Kata kunci: Etika fotografi, Akhlaq, Al-Qur’an

Abstract
This study was conducted to see the perspective of Al-Qur’an to see relations
with ethics in photography, this study using Library Reasearch by reading and
studying previous research literature. The study found that the relation of
photography ethics and morality written in the Qur'an so that it can underlie a
photographer especially those of the Muslims in the running hobby or
profession

Keywords: Photography Ethics, morality, Al-Qur'an


Latar Belakang Selain menilai estetika dan juga makna
dalam foto, seseorang fotografer bisa dicap
Fotografi pada era sekarang menjadi
sebagai fotografer professional adalah
hobi maupun profesi yang digandrungi oleh
dengan memperhatikan etika dalam
generasi millenial, bermodalkan kamera
pengambilan gambarnya.
DSLR (Digital Single Lens Reflex) atau
Kamera Mirrorless atau masih Merriam-Webster (Bersak, 2006
menggunakan kamera analog, para dalam Widyatmoko, 2016:213)
fotografer dapat menciptakan sebuah karya mendefinisikan etika sebagai kode etik yang
visual dengan peralatan yang mereka baik bagi seorang individu atau kelompok,
punyai. Menurut Ajidarma (2002 dalam atau sesuatu yang berkaitan dengan
Wibowo 2015:138) teknologi fotografi moralitas, moral, prinsip, dan standar.
memang dilahirkan untuk memburu objek, Dengan memperhatikan etika dalam
karena kemampuannya untuk pengambilan gambar, maka akhlaq
menggambarkan kembali realitas visual seseorang tersebut bisa terjaga. Sebagai
dengan tingkat presisi yang tinggi. Maka seorang muslim, hendaknya kita menjaga
dengan adanya teknologi ini, orang-orang etika dan akhlaq dalam melakukan sebuah
mampu menjadi seorang fotografer dengan perbuatan termasuk dalam bidang fotografi.
mudahnya. Widyatmoko (2016:213) memaparkan
bahwa foto-foto juga dapat menyebabkan
Sebuah karya foto dapat dikatakan
kerusakan besar jika mereka tanpa perasaan
sebagai karya seni jika di dalamnya tidak
mengganggu atau dimanipulasi. Maka
hanya sekadar menampilkan gambar saja,
dengan pemaparan tersebut etika dalam
namun juga harus dilandasi dengan gagasan/
fotografi sangatlah diperlukan.
pikiran terhadap gejala yang ditangkap oleh
seorang fotografer ke dalam bentuk yang Dalam makalah Mujtahid (2013)
artistic (Wibowo, 2015:139). Maka dengan beliau memaparkan “Apakah ada kode etik
adanya pendapat tersebut, kita bisa dalam dunia fotografi? Jawabnya, tentu saja
membedakan mana seseorang yang ada. Sekalipun bagi para fotografer di
mempunyai concern sebagai fotografer Indonesia, kode etik itu belum tertulis secara
professional dan mana seseorang yang hanya formal, tapi baru dalam tahapan sekadar
melakukan fotografi hanya sebagai hobi. ‘sesuatu yang dipahami’. Artinya, sampai
hari ini kode etik tersebut masih sampai pokoknya ialah, bagaimana pandangan etika
pada tataran ‘sekadar pegangan’ yang tidak fotografi dalam perspektif komunikasi
memiliki kekuatan mengikat.” Dan profetik?. Maka dengan adanya pertanyaan-
selanjutnya dia menambahkan pertanyaan tersebut, penelitian ini akan
argumentasinya “Apakah dengan mengeksplorasi tentang permasalahan etika-
mempertahankan nilai-nilai islam dalam etika dalam fotografi dalam perspektif
fotografi dapat menghambat kreatifitas komunikasi profetik.
seorang fotografer? tidak. Justru dengan
Kerangka Teori
nilai-nilai islami tersebutlah kreatifitas kita
tersalurkan dengan baik dan diridhai Allah, 1. Teori tentang Etika
sehingga setiap kreatifitas muslim berjalan Menurut Bagus (2000:217 dalam
di atas ridha Allah.” (Mujtahid, 2013). Nurazizah, 2016:15) Secara etimologi kata
“etika” berasal dari bahasa yunani yang
Pelanggaran-pelanggaran etika
terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos.
dalam fotografi masih marak dilakukan,
Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat
seperti halnya dilansir oleh Antara News
yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban,
Kepri oleh Anugraha A.(2016), Pengurus
kelakuan dan perbuatan yang baik.
Daerah (Pengda) Asosiasi Profesi Fotografi
Sedangkan menurut Bakry (1978:9 dalam
Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (Pengda
Nurazizah, 2016:15) dalam bahasa Arab
APFI Kepri) mengecam segala bentuk
kata etika dikenal dengan istilah akhlak,
pelanggaran hak cipta fotografi yang diatur
artinya budi pekerti. Sedangkan dalam
dalam Undang-Undang RI nomor 28 tahun
bahasa Indonesia disebut tata susila.
2014 tentang Hak Cipta. Ketua Pengda APFI
2. Teori tentang Akhlaq
Kepri Andri Mediansyah di Tanjungpinang,
Dalam penelitian Habibah (2015:73)
Rabu mengatakan pihaknya menerima tujuh
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari
pengaduan lisan terkait penggunaan foto
bentuk mufradatnya“khuluqun” yang berari
tanpa izin dari pemilik foto dan juga badan
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
usaha yang memiliki bukti kecurangan
tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
dimaksud. (Anugraha A. 2017). Dengan
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik
adanya pelanggaran seperti hal tersebut,
dan buruk (benar dan salah), mengatur
maka edukasi tentang etika fotografi
memang sangatlah penting, pertanyaan
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan pertimbangan khusus untuk subjek
akhir dari usaha dan pekerjaannya. yang menjadi korban kejahatan atau
Akhlak pada dasarnya melekat tragedi.
dalam diri seseorang, bersatu dengan 5. Ketika memotret subjek tidak
perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang sengaja berkontribusi, mengubah,
melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang atau berusaha untuk mengubah atau
buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, memengaruhi peristiwa.
apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak 6. Editing harus menjaga integritas
mahmudah.(Habibah,2015) konten gambar fotografi dan konteks.
Jangan memanipulasi gambar atau
3. Etika Fotografi menambah atau mengubah suara
dengan cara apapun yang dapat
Dalam penelitian Widyatmoko
menyesatkan pemirsa atau
(2016:213), beliau menemukan ada 9 etika
ketidaksesuaian subjek.
fotografi yang di tulis dalam Newseum
7. Jangan membayar narasumber atau
Photo Ethics (2014: 6) yakni:
subjek atau memberikan hadiah
material atas informasi atau
1. Foto harus akurat dan komprehensif
partisipasinya.
dalam representasi subyek. Menolak
8. Jangan menerima hadiah, bantuan,
untuk memanipulasi oleh peluang
ataukompensasi dari mereka yang
foto yang diciptakan.
mungkin berusaha memberikan
2. Foto harus lengkap dan memotret
pengaruh.
atau merekam subyek sesuai dengan
9. Jangan sengaja menyabotase upaya
konteks.
wartawan lainnya
3. Hindari stereotip individu dan
kelompok.Mengenali dan bekerja
Metode Penelitian
untuk menghindari efek bias dari
Penelitian ini menggunakan teknik
pemaknaan oleh diri sendiri ketika
kepustakaan, menurut Kartono (1998:78)
bekerja.
tehnik kepustakaan adalah “penelitian
4. Perlakukan semua subjek dengan
kepustakaan yang dilaksanakan dengan cara
hormat dan bermartabat.
membaca, menelaah dan mencatat berbagai
Memberikan
literatur atau bahan bacaan yang sesuai membatasi gerak agar menjaga nama baik
dengan pokok bahasan, kemudian disaring dan tidak sembarangan dalam mengerjakan
dan dituangkan dalam kerangka pemikiran sesuatu, menurut Mangesti (2017) dalam
secara teoritis”. Teknik ini dilakukan guna jurnalnya menjelaskan bahwa
memperkuat fakta untuk membandingkan
“Kode etik profesi merupakan
perbedaan dan atau persamaan antara teori
produk etika terapan yang
dan praktek yang sedang penulis teliti terkait
dihasilkan berdasarkan penerapan
masalah etika-etika fotografi menurut
pemikiran suatu profesi. Kode Etik
perspektif komunikasi profetik.
Profesi dapat berubah dan diubah
seiring dengan perkembangan ilmu
Hasil dan Pembahasan
pengetahuan dan teknologi,
Etika dan Akhlaq merupakan fondasi merupakan nilai profesi hakiki yang
utama untuk menjadi manusia yang tidak dipaksakan dari luar.”
bermoral. Etika dalam islam bisa disebut
Fotografi merupakan salah satu hobi
dengan akhlak yang berasal dari bahasa
dan profesi yang sangat digandrungi
Arab yaitu al-akhlak yang merupakan
kalangan pemuda dalam memasuki dunia
bentuk jamak dari kata al-khuluq yang
karier, maka dengan banyaknya peminat
bermakna budi pekerti, atau watak yang
dalam profesi ini tentunya harus meniliki
tercantum dalam al-qur’an sebagai
pedoman / kode etik dalam menjalankan
konsideran. (Pertimbangan yg menjadi dasar
profesi ini, dan juga tentu dalam hal etika ini
penetapan keputusan, peraturan). Dalam
erat kaitannya dengan akhlaq-akhlaq yang
sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
diajarkan dalam agama Islam.
sallam, beliau bersabda
Dalam etika-etika fotografi dalam
ِ ُ‫تَ ْقوى هَّللا ِ َو ُحس ُْن ْال ُخل‬
‫ق‬ newseum photo ethics terdapat 9 etika
fotografi yang ditulis, dan dalam 9 etika
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak
tersebut bisa dijabarkan dengan perspektif
dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
komunika profetik dengan merelasikan
Tirmidzi, Ibnu Majah)
dengan ayat ayat dalam kitab suci Al-Qur’an
Didalam dunia pekerjaan, setiap sebagai berikut:
profesi pasti memiliki kode etik untuk
1. Foto harus akurat dan komprehensif “Dan janganlah kamu merugikan manusia
dalam representasi subyek. Menolak dengan mengurangi hak-haknya dan
untuk memanipulasi oleh peluang janganlah membuat kerusakan di muka
foto yang diciptakan. Dalam Al- bumi.”
Qur’an
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa
Dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 105
kita harus adil dan harus lengkap dan
berbunyi:
mengurangi hak sehingga tidak terjadi
ِ ‫ت هَّللا‬ َ ‫إِنَّ َما يَ ْفت َِري ْال َك ِذ‬
ِ ‫ب الَّ ِذينَ اَل ي ُْؤ ِمنُونَ بِآيَا‬ kerusakan, dalam dunia fotografi hendaknya
َ‫ۖ َوأُو ٰلَئِكَ هُ ُم ْال َكا ِذبُون‬ membentuk sebuah momen dengan lengkap
dan mengurangi konteks.
“Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang-orang yang 3. Hindari stereotip individu dan

tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan kelompok.Mengenali dan bekerja

mereka itulah orang-orang pendusta.” untuk menghindari efek bias dari

Dalam etikanya, memanipulasi pemaknaan oleh diri sendiri ketika

termasuk dalam mengada-adakan bekerja.

kebohongan dalam sebuah foto, maka hal Dalam Al-Qur’an surah Al-Mumtahanah

tersebut pun dilarang dalam Al-Qur’an ayat 8 Allah berfirman:

2. Foto harus lengkap dan memotret


ِ ‫اَل يَ ْنهَا ُك ُم هَّللا ُ َع ِن الَّ ِذينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬
‫ِّين‬
atau merekam subyek sesuai dengan ‫ار ُك ْم أَ ْن تَبَرُّ وهُ ْم‬
ِ َ‫َولَ ْم ي ُْخ ِرجُو ُك ْم ِم ْن ِدي‬
konteks َ‫َوتُ ْق ِسطُوا إِلَ ْي ِه ْم إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬
Dalam Al-Qur’an Surah Asy-syuara ayat
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat
183 Allah berfirman:
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang

‫اس أَ ْشيَا َءهُ ْم َواَل تَ ْعثَوْ ا فِي‬


َ َّ‫َواَل تَبْخَ سُوا الن‬
yang tidak memerangimu dalam urusan
agama dan tidak mengusir kamu dari
ِ ْ‫اأْل َر‬
َ‫ض ُم ْف ِس ِدين‬ kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Dalam ayat ini, kita bisa belajar
menghormati perbedaan dan tidak
menstereotipkan sebuah individu dan
kelompok, karena Allah mencintai orang- 6. Editing harus menjaga integritas
orang yang berlaku adil. konten gambar fotografi dan konteks.
4. Perlakukan semua subjek dengan Jangan memanipulasi gambar atau
hormat dan bermartabat. menambah atau mengubah suara
Memberikan pertimbangan khusus dengan cara apapun yang dapat
untuk subjek yang menjadi korban menyesatkan pemirsa atau
kejahatan atau tragedi. ketidaksesuaian subjek
Dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 85 Allah Dalam etika itu seperti dengan etika pertama
berfiman: dan kelima, namun dalam Al-Qur’an surah

ِ ‫َويَا قَوْ ِم أَوْ فُوا ْال ِم ْكيَا َل َو ْال ِمي َزانَ بِ ْالقِس‬
‫ْط َواَل‬ An-Nur ayat ke 7 Allah berfirman:

َ‫َو ْالخَ ا ِم َسةُ أَ َّن لَ ْعنَتَ هَّللا ِ َعلَ ْي ِه إِ ْن َكانَ ِمن‬


ِ ْ‫اس أَ ْشيَا َءهُ ْم َواَل تَ ْعثَوْ ا فِي اأْل َر‬
‫ض‬ َ َّ‫تَ ْب َخسُوا الن‬
َ‫ُم ْف ِس ِدين‬ َ‫ْال َكا ِذبِين‬
"Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat
“Dan wahai kaumku, penuhilah takaran dan Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang
timbangan secara adil, dan janganlah kamu yang berdusta.”
merugikan manusia terhadap hak-hak
Sudah disebutkan berkali-kali dalam
mereka dan janganlah kamu melakukan
Al-Qur’an bahwa barangsiapa yang berdusta
kejahatan di muka bumi dengan berbuat
pasti mendapat laknat dari Allah SWT.
kerusakan.”
7. Jangan membayar narasumber atau
Dalam ayat ini kita dituntut untuk
subjek atau memberikan hadiah
berlaku adil dan tidak merugikan hak-hak
material atas informasi atau
tiap orang agak tidak terjadi kerusakan.
partisipasinya.
5. Ketika memotret subjek tidak
Dalam etika ini kenapa kita sebagai
sengaja berkontribusi, mengubah,
fotografer dilarang membayar/memberikan
atau berusaha untuk mengubah atau
sebuah hadiah kepada narasumber/
memengaruhi peristiwa.
partisipan karena dikhawatirkan hal tersebut
Dalam etika ini seperti yang sudah dibahas
dianggap sebagai tindakan penyuapan,
di etika yang pertama yakni mengada-
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
adakan kebohongan maka hal tersebut
dilarang dan bagi yang melakukan dianggap
tidak beriman kepada Allah SWT.
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ Dalam etika ini hendaknya kita sebagai
fotograafer dilarang menyabotase atau
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ ْعنَةُ هَّللا ِ َعلَى الر‬
‫َّاشي‬ َ
merusak dengan sengaja kepada wartawan /
‫َو ْال ُمرْ تَ ِشي‬ fotografer lain, dalam Al-Qur’an surah An-
“Dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata: Nahl ayat 9- Allah berfirman:
Rasûlullâh n bersabda, “Laknat Allâh
ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
‫ان َوإِيتَا ِء ِذي‬
kepada pemberi suap dan penerima suap”.
‫ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي‬
[HR. Ahmad, no. 6984; Ibnu Majah, no.
2313. Hadits ini dinilai sebagai hadits shahih َ‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬
oleh syaikh al-Albani dan syaikh Syu’aib al- Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
Arnauth]” berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
8. Jangan menerima hadiah, bantuan,
dari perbuatan keji, kemungkaran, dan
ataukompensasi dari mereka yang
permusuhan. Dia memberi pengajaran
mungkin berusaha memberikan
kepadamu supaya kamu dapat mengambil
pengaruh.
pelajaran.
Dalam etika ini pun dikhawatirkan juga
Kesimpulan
termasuk bentuk dari penyuapan seperti
halnya di etika yang ketujuh, adapun istilah Dengan ditemukannya relasi antara
yang berbunyi: etika fotografi dan juga akhlaq-akhlaq yang

‫اط ٍل‬ ِ َ‫ أَوْ ِإلحْ ق‬، ‫ق‬


ِ َ‫اق ب‬ ٍّ ‫َما يُ ْعطَى ِإل ْبطَال َح‬ dituliskan dalam Al-Qur’an hendaknya kita
bisa lebih berhati-hati dalam menjalan hobi
dan profesi dan menjadi insan yang
“risywah (suap) adalah: sesuatu yang
bertaqwa dan berlaku adil dalam
diberikan untuk membatalkan kebenaran
menjalankan hobi dan profesi sebagai
atau untuk menegakkan atau melakukan
seorang fotografer.
kebatilan (kepalsuan; kezhaliman). [al-
Mausû’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah,
22/219]”
9. Jangan sengaja menyabotase upaya
wartawan lainnya
Kartono, K. (1998). “Pengantar Metodologi
Research”, ALUMNI, Bandung.

Mangesti, Y.A. (2017). KONSTRUKSI


KODE ETIK PROFESI
DALAM BINGKAI NILAI
KEINDONESIAAN, Surakarta
Daftar Pustaka
Mujtahid. (2013). “Mempertahankan Nilai-
Anugraha, A. (2017). “APFI Kepri Kecam
Nilai Islami dalam Fotografi”, Kairo
Pelanggaran Hak Cipta
Fotografi”. Diambil dari Nurazizah,N.(2016). “ETIKA SUNDA
https://kepri.antaranews.com/b (Studi Naskah Sanghyang Siksakandang
erita/41547/apfi-kepri-kecam- Karesian)”, Semarang.
pelanggaran-hak-cipta-
Wibowo, A.A. (2015). “Fotografi Tak Lagi
fotografi. Diakses pada tanggal
Sekadar Alat Dokumentasi”, Yogyakarta.
20 November 2019 pukul
17:45 WIB. Widyatmoko, A.T. (2016). “Etika Menulis
Habibah, S. (2015). “Akhlaq dan Etika dengan Cahaya”, Semarang.
dalam Islam”, Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai