WEST JAVA
BARAT
keziawaroi@gmail.com
sisi negatif berupa maraknya penyebaran berita bohong atau hoax. Banyaknya
berita bohong yang terkait dengan isu-isu politik meningkat terutama menjelang
perilaku partisipasi politik pemilih dalam pemilihan umum. Teori yang digunakan
penelitian ini populasi yang diambil adalah warga Indonesia yang berdomisili di
Jawa Barat. Sedangkan sampel dari penelitian ini yakni warga di Jawa Barat
dilakukan dengan cara menyebar kuisioner kepada beberapa sampel yang telah
digunakan uji regresi linear sederhana dengan melakukan uji normalitas, uji
campaigning to get votes from voters, turns out to have a negative side in the
form of the widespread spread of fake news or hoaxes. The number of fake news
Election. This study aims to determine the extent to which the spread of hoaxes
through the WhatsApp application can influence the attitudes and behavior of
voters' political participation in general elections. The theory used is based on the
hypodermic needle theory which assumes that most groups by the media are
response. In this study, the population taken is Indonesian citizens who live in
West Java. While the sample of this study is residents in West Java who actively
use the internet. Data collection in this study was carried out by distributing
statistics by testing the population size through sample data. Meanwhile, to test
the hypothesis, a simple linear regression test was used by doing the normality
Pendahuluan
politik Indonesia yaitu demokrasi. Rakyat menjadi pembuat keputusan untuk bisa
memilih pemimpin mereka secara adil, jujur dan berkala dengan melakukan
menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengakses internet di dunia ini telah
melebihi dua milyar empat ratus ribu, yang bila dipersentasekan akan menjadi
34% populasi dunia (Internet Statistik Dunia 2013). Selain itu, satu dari tujuh
orang di dunia ini memiliki Facebook profil dan hampir empat dari lima pengguna
transformasi teknologi dan informasi yang cepat ini dengan gencar berkampanye
menggunakan media sosial. Maka tak heran jika kemudian segala informasi,
perang gagasan, bahkan visi misi dari setiap kandidat politik ditumpahkan di
media sosial (Wahyuni Bailussy, 2019). Sosial media memegang peran penting
kelompok ini memiliki keinginan yang kuat untuk bisa terkoneksi dengan berbagai
macam sosial media yang ada dari facebook hingga whatsapp. Media sosial adalah
tempat yang memiliki tingkat pengaruh tinggi dalam preferensi dan orientasi
kampanye yang dilakukan pada sosial media calon gubernur dan wakil gubernur,
melalui media sosial tidak mengenal adanya ruang dan waktu, serta batas usia.
Media telah mengalami transformasi besar selama dekade terakhir (Mangold dan
Faulds 2009).
2018 tentang Wanita dan Pemrosesan Berita Hoax di WhatsApp, penyebaran hoax
melalui Whatsapp yang umum terjadi berupa pesan tentang penculikan anak yang
orang anak yang tangan dan kakinya terikat. Namun dari pihak Kepolisian sendiri
telah memastikan bahwa berita atau kasus tersebut adalah palsu atau hoax. Dari
kasus hoax yang tersebar di WhatsApp tersebut, cenderung para wanita khususnya
Ada beberapa faktor mengapa wanita terutama seorang ibu dengan mudah
menerima dan memproses pesan hoax yang didapatkan dari WhatsApp, terutama
pesan tentang kasus penculikan anak. Para Ibu cenderung lebih emosional
tinggi dan merasa terlibat dengan masalah tersebut karena menganggap hal
Hoax memiliki arti informasi bohong atau sesat yang sengaja disamarkan
supaya terlihat benar, sedangkan berita hoax adalah sebuah publikasi yang terlihat
seperti berita faktual yang didalamnya berisi kebohongan, fitnah, dan tidak
memiliki pola yang dapat diidentifikasi (Rasywir & Purwarianti, 2015). Dampak
dari pesan hoax diperkuat dengan adanya aplikasi pesan instan seperti WhatsApp,
seperti kalimat "Saya mendapatkan ini dari grup lain” yang sering digunakan oleh
konten hoax tentang sosial politik. Hoax bisa menghancurkan personal branding,
dimana sosial media menyediakan tempat dan kesempatan untuk bisa memberikan
branding personal seorang kandidat calon[ CITATION Moh19 \l 1033 ] . Salah satu
contoh Branding adalah saat Barrack Obama menggunakan media sosial sebagai
media kampanye politiknya untuk bisa menjangkau lebih banyak supporter dan
gap. Pada artikel jurnal yang menjadi rujukan, belum digunakan sampel penelitian
di Jawa Barat pada rentang usia 30-60 tahun. Penelitian difokuskan pada daerah
dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana penyebaran hoax
pemilih dalam pemilihan umum. Dalam penelitian ini, populasi yang diambil
adalah seluruh warga Jawa Barat. Populasi darerah tersebut dipilih sebab menurut
daerah dengan pemakaian internet terbesar di Indonesia dan berjumlah 16% dari
Hoax di WhatsApp
WhatsApp kemudian menjadi media yang rentan akan hoax. Mengapa WhatsApp
menjadi media yang sangat populer dan rentan dalam penyebaran hoax? Aplikasi
aplikasi yang banyak dipilih oleh masyarakat baik individu, kelompok, organisasi
324 pemberitaan hate speech yang disebutkan oleh Kementerian Komunikasi dan
2019). Kendati Penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok sudah ditangani oleh
kepolisian dan pilkada DKI Jakarta telah berakhir, namun penyebaran hoax terus
terjadi dan berbalik arah menjadi isu yang mengarah pada Jokowi. Penyebaran
Kebanyakan orang lebih percaya hoax jika informasinya itu sesuai dengan opini
atau sikap yang dimilikinya. Disaat ada informasi yang dapat mengafirmasi opini
perasaan positif akan timbul pada diri seseorang ketika terafirmasi dengan apa
yang dipercayainya. Perasaan terafirmasi itu juga bisa menjadi pemicu seseorang
Penyebaran hoax juga bisa dipengaruhi oleh anonimitas pesan hoax itu
disebarkan itu salah, bukan jadi tanggung jawab orang tersebut karena orang
tentang media sosial, media digital dan sebagainya, kita harus bisa membedakan
gadget. Seseorang yang melek teknologi atau gadget pun belum tentu melek
informasi. Oleh sebabnya, secara teoretis rentan atau tidaknya seseorang terhadap
hoax itu tergantung pada kemampuan individu dalam berpikir kritis, mengevaluasi
informasi, dan literasi media, bukan hanya kemahiran dalam memanfaatkan
Menurut Dewan Pers Indonesia, hoax telah memasuki tahap serius. Hoax yang
digunakan sangat beragam seperti satir untuk menyindir lawan kandidat politik
tersebut. Tetapi, hoax kemudian justru masuk ke dimensi lain media sosial dan
Tujuan dari penyebaran hoax pun tidak lain adalah untuk menarik suara
lebih banyak dengan menjatuhkan lawan politik, untuk mengambil hati dari
pemilih, sehingga mereka berpikir buruk terhadap lawan kandidat politik yang
berpikir negatif terhadap kandidat politik yang lain. Hoax juga merupakan cara
untuk menciptakan keributan dan turunnya minat dalam partisipasi politik agar
dengan riang dan juga damai. Tentunya pesta demokrasi tersebut memerlukan
partsipasi aktif masyarakat. Pada pemilu 2019, terjadi maraknya penyebaran hoax
PKB Daniel Johan dapat mempengaruhi psikologi masyarakat pemilih. Hoax yang
hoax yang beredar dan membuat masyarakat bingung, hal tersebut dapat membuat
partsisipasi masyarakat dalam pemilu menjadi turun. Tentu hal ini bukanlah hal
yang baik untuk kelangsungan demokrasi sebuah negara, sebab indikator dari
merupakan momentum yang sangat baik harusnya bagi masyarakat untuk memilih
momentum tesebut tidak dapat berjalan dengan baik dan masyarakat tidak dapat
yang terdiri dari kepalsuan dan bahkan informasi nyata yang disebarkan secara
dalam pemilu baru-baru ini. Dengan 130 juta pengguna aktif, media sosial
menjadi aspek penting dalam politik Indonesia dan juga berita bohong. Pada
telah meningkat 61 persen antara Desember tahun lalu dan Januari 2019. Sebagian
Komunikasi dan Informatika Indonesia melaporkan lebih dari 700 hoax terkait
Tujuan dari penyebaran hoax pun tidak lain adalah untuk menarik suara
lebih banyak dengan menjatuhkan lawan politik. Dengan cara ini pula, masyarakat
sehingga mereka berpikir negatif terhadap lawan politiknya. Seperti contoh Pada
pengadilan penistaan agama untuk Basuki Tjahja Purnama atau Ahok, Gubernur
diperhatikan bahwa tujuan dari penyebaran hoax itu sendiri digunakan oleh
seorang kandidat politik untuk mengambil hati dari pemilih. Hoax juga
partisipasi politik agar seorang kandidat politik mendapatkan status yang mereka
Metode Penelitian
perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Pada penelitian
ini populasi yang diambil adalah warga Jawa Barat. Menurut Badan Pusat
Statistik pada tahun 2020 berjumlah 2.510.103 juta jiwa dengan rentang umur 30-
60 tahun yang aktif di internet. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
jumlah sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan aplikasi G*Power dan
didapatkan hasil berjumlah 50 orang dengan dengan error probability 0.05 dan
power sebesar 0.95, berdomisili di Jawa Barat serta aktif menggunakan internet.
Serta tambahan 30 orang untuk mengurangi bias dan ketidaktepatan pada
penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
menggunakan kuesioner online dari Google Form. Dalam penelitian ini, kuesioner
Tabel.1
Bentuk analisis data dalam penelitian kuantitatif terbagi menjadi dua, yaitu
statistik inferensial.
Menurut (Ronald E. Walpole,1995) statistik deskripsi yakni metode yang
penelitian ini menggunakan tabel supaya akan lebih mudah dipahami dan
berkaitan dengan analisis berupa pendugaan dan pengujian data pada sampel
ukuran populasi melalui data sampel. Analisis data yang digunakan pada
Sosial (SPSS) versi 22. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berupa
Karakteristik Responden
Profile Freq
Jumlah 82
Responden
Perempuan 53
Usia 30-60 82
Pendidikan SD 1
SMP 1
SMA 21
Diploma 3
Sarjana 43
Magister 12
Pekerjaan PNS 14
Karyawan Swasta 5
Wirausaha 10
Dosen, Guru 24
Other 12
TS 2
STS 2
kabar) STS 4
TS 9
STJ 5
Source: Research Result
Pada tabel satu dijelaskan karakteristik dari responden penelitian ini. Jumlah
rentang usia mulai dari 30-60 tahun dan aktif menggunakan internet.
sebanyak 3,6%, lalu jenjang SMP sebanyak 2,4%, dan jenjang SD sebanyak
1,4%. Berdasarkan dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa responden dari
penelitian ini mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yang didominasi
oleh sarjana.
yakni Dosen dan Guru sebanyak 29,2%, lalu responden yang bekerja sebagai Ibu
menunjukkan bahwa responden dari penelitian ini memiliki profesi yang beragam.
Pada penelitian ini terdapat screening question yang digunakan untuk
responden yang sudah mengetahui pengertian hoax dan sebanyak 4,9% tidak
terhadap informasi yang diterima. Sedangkan responden yang setuju bahwa suara
mereka dalam pemilu akan membawa perubahan terdapat sebanyak 83% dan
sebanyak 17% tidak setuju bahwa suara mereka dapat membawa perubahan.
Saya pernah membagikan komentar atau pikiran saya terhadap isu politik Yes-No Que
Saya mengajak orang lain untuk mengambil tindakan dalam isu politik Yes-No Que
Saya membagikan tautan atau artikel mengenai isu politik Yes-No Que
Saya mengajak orang lain untuk mengambil bagian dalam voting Yes-No Que
Pada pernyataan “Saya menggunakan WhatsApp hampir setiap hari” hingga
“Saya melihat sumber keaslian informasi yang saya terima di WhatsApp (sumber
dari Kominfo, Kepolisian atau Surat Kabar)” [ CITATION IYK20 \l 1033 ] diambil
saya” hingga “Suara saya saat pemilu akan membuat perubahan” [ CITATION
LWi18 \l 1033 ]
terhadap isu politik” hingga “Saya mengajak orang lain untuk mengambil bagian
Terdapat total 21 pertanyaan pada kuisioner yang dibagikan lewat Gform. Yang
merupakan kegiatan individu atau sekelompok orang yang aktif ikut serta dalam
kehidupan politik, baik secara langsung atau tidak langsung dimana keikutsertaan
penting dan mendasar, mengingat bahwa hal tersebut memilki tujuan untuk
Uji Validitas
dapat dikatakan baik apabila data instrument diuji dengan uji validitas. Validitas
apa yang hendak diukur. [ CITATION Feb18 \l 1033 ]. Berdasarkan kriteria dengan
menggunakan df atau degree of freedom, dengan rumus n-2 didapat (n=28 dengan
sig 5%) sehingga, r tabel didapatkan 0,361. Maka dari itu, semua pertanyaan
kuesioner telah valid karena r hitung > r tabel. Instrumen dapat mengukur
Barat.
Uji Reliabilitas
dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa
hasil pengukuran yang relatif sama [ CITATION Feb18 \l 1033 ]. Suatu data
angka yang mendekati angka 1. Untuk nilai Hoax di Whatsapp (X) didapatkan
nilai 0,777 dan nilai Partisipasi Politik Pemilih Dalam Pemilu (Y) 0,805. Sehingga
hasilnya 0,777 dan 0,805 mendekati 1, Maka, dapat dikatakan bahwa data
Uji Normalitas
Deviation
Most Extreme Absolute 0,098
Positive 0,078
Differences Negative -0,098
Test Statistic 0,098
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
apakah distribusi dari data hasil pengamatan sesuai dengan kajian teoritis terbukti
at normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi data tersebut dilakukan pada
].
Pada tabel 5 uji normalitas, didapatkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,200.
Dalam uji normalitas, nilai signifikan disebut juga sebagai nilai residual
berdistribusi normal. Suatu data dapat dikatakan normal apabila nilai
signifikansinya lebih dari 0,05. Jadi, karena nilai signifikansi dari data penelitian
ini lebih besar daripada 0,05, maka itu artinya data Y1 dari penelitian ini
regresi. Uji normalitas biasanya digunakan sebagai salah satu analisis agar peneliti
bisa melakukan uji regresi. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memastikan
bahwa data penelitian yang dilakukan normal agar selanjutnya dapat melakukan
uji regresi.
Uji Regresi
Coefficientsa
Standardized
Dari tabel 5 diperoleh nilai signifikan 0,026 yang berarti nilai signifikan tersebut
kurang dari 0,05 yang berarti tolak H0. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa
Jawa Barat. Analisis data yang dihasilkan dari penelitian ini juga valid dan
reliabel. Setiap hasil dari pertanyaan kuesioner yang disebarkan kepada responden
valid karena r hitung > r tabel. Sedangkan untuk instrumen data penelitian nilai
Hoax di Whatsapp (X) didapatkan nilai sebesar 0,777 dan nilai Partisipasi Politik
Pemilih Dalam Pemilu (Y) sebesar 0,805, keduanya mendekati 1 sehingga dapat
kandidat politik untuk menarik hati pemilih, penyebaran hoax di WhatsApp juga
dijadikan alat untuk menjatuhkan lawan politik yang kemudian dapat menciptakan
bahwa suaranya dalam pemilu dapat membawa perubahan juga menjadi salah satu
benar adanya dan bukan hoax. Sehingga mereka tidak akan mudah terpengaruh
dengan adanya hoax yang tersebar dan nantinya pemilu yang diadakan dapat
menjadi pesta demokrasi yang sehat dan juga damai. Untuk penelitian selanjutnya,
peneliti mungkin dapat menambah jumlah responden tidak hanya terbatas pada
rentang usia 30-60 tahun, mengingat masyarakat dibawah usia tersebut pun
banyak yang menggunakan internet dan besar kemungkinan juga rentan terpapar
hoax tanpa melakukan pengecekan dan verifikasi sumber informasi yang diterima.
Cakupan daerah untuk penelitian selanjutnya juga bisa lebih luas, tidak terbatas
hanya di daerah Jawa Barat saja, namun juga di beberapa daerah Indonesia
lainnya.
Pak S. Kunto Adi Wibowo M.Comn., Ph.D.; Ibu Benazir Bona Pratamawaty
S.I.Kom., M.I.Kom.; dan Pak Ikhsan Fuady, S.P., M.Si., selaku dosen Mata
yang telah membimbing penelitian kami ini. Kami ucapkan terima kasih pula pada
responden yang sudah membantu dan berpartisipasi sehingga penelitian kami ini
boleh selesai.
Daftar Pustaka
Aminah, A., & Sari, N. (2019). Dampak Hoaks di Media Sosial Facebook
Terhadap Pemilih Pemula. Jurnal Komunikasi Global, 8(1), 51–61.
https://doi.org/10.24815/jkg.v8i1.13565
Aprillia, M., & Rafni, A. (2019). Analisis Isu Pemilihan Presiden 2019 Di Media
Sosial Whatsapp Mahasiswa Universitas Negeri Padang. Journal of Civic
Education, 1(4), 451-463. https://doi.org/10.24036/jce.v1i4.332
271-294.
Carpini, M. X., & Keeter, S. (1993). Measuring Political Knowledge: Putting First
Edson C. Tandoc Jr., Zheng Wei Lim & Richard Ling (2018) Mendefinisikan
"Fake News", Digital Journalism, 6: 2, 137-153, DOI: 10.1080 /
21670811.2017.1360143 https://doi.org/10.1080/21670811.2017.1360143
Enchikova, E., Neves, T., Mejias, S., Kalmus, V., Cicognani, E., & Ferreira, P. D.
education, 4.
Faul, F., Erdfelder, E., Buchner, A., & Lang, A.-G. (2009). Statistical power
analyses using G*Power 3.1: Tests for correlation and regression
analyses. Behavior Research Methods, 41, 1149-1160.
Fingkel, S. E. (2002). Civic Education and the Mobilization of Political
1020.
Hui, J.Y. (2020). Social Media and the 2019 Indonesian Elections: Hoaks Takes
the Centre Stage. Southeast Asian Affairs 2020(1), 155-171.
https://www.muse.jhu.edu/article/754745.
P. Natalie., & W.T. Yue. (2019). What about WhatsApp? A systematic review of
WhatsApp and its role in civic and political engagement.
https://journals.uic.edu/ojs/index.php/fm/article/view/10417/8322
Petersen, M., Osmundsen, M., & Arceneaux, K. (2020, May). The “Need for
Chaos” and Motivations to Share Hostile Political Rumors.
https://doi.org/10.31234/osf.io/6m4ts
Education, 137–154.
Countermeasures. https://doi.org/10.1145/3308558.3313688
Reichert, F. (2016). How Internal Political Efficacy Translates Political
Knowledge Into Political Participation. Europe's Journal of Psychology,
12(2): 221–241.
Sandrino, G. (2018, February 23). Kompas.com. Retrieved from
nasional.kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2018/02/23/17152991/partisipasi-
politik-masyarakat-dalam-pemantauan-pemilu
Sholikin, A. (2019). Cyberspace : RUANG PUBLIK BARU BAGI AKTIVITAS
POLITIK MUHAMMADIYAH. Profetik Jurnal Komunikasi, 157.
Sosiawan, E. A., & Wibowo, R. (2019). Kontestasi Berita Hoaks Pemilu Presiden
Tahun 2019 di Media Daring dan Media Sosial. 133–142.
Utami, P. (2019). Hoaks in Modern Politics. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
22(2), 85. https://doi.org/10.22146/jsp.34614