Pengaruh Baliho Puan Maharani Terhadap Ketertarikan Generasi Milenial Yang Tinggal Di Kota Surabaya, Berkaitan Dengan PILPRES 2024 Mendatang
Pengaruh Baliho Puan Maharani Terhadap Ketertarikan Generasi Milenial Yang Tinggal Di Kota Surabaya, Berkaitan Dengan PILPRES 2024 Mendatang
Oleh:
SURABAYA
2021
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori S-O-R (Stimulus, Organism, Respon) melihat manusia sebagai objek material
yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan
konasi (Ejournal ilmu komunikasi, 2015). Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-
Organism–Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori
komunikasi, tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi
adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2009). Menurut teori ini efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini
menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari pesan
yang disampaikan oleh komunikator (Mc Quail, 1994). Akibat atau pengaruh yang terjadi
merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu, artinya stimulus dan dalam bentuk
apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan (Sendjaja,
Pengantar ilmu komunikasi, 1999).
Respon yang disinggung dalam teori bisa diterapkan untuk mempromosikan Puan
Maharani melalui baliho. Ketika perempuan ini digadang-gadang supaya menjadi pemimpin,
generasi milenial bisa mewujudkan respon dengan memberikan nilai kepada calon presiden
ini. Nilai tersebut bisa baik atau buruk. Respon tersebut dapat diimplementasikan melalui
aspirasi (Paimin, 2005).
Aspirasi sendiri digunakan semua orang termasuk generasi milenial untuk
mempengaruhi penerima pesan (Maulana, 2013). Ketika mereka menggelar aspirasi secara
terbuka, media massa (baliho, surat kabar, televisi, dan radio) diajak bergabung dengan
politikus. Fenomena politik yang baru-baru ini sering muncul untuk menggambarkan aspirasi
tersebut dapat dilihat dari baliho (billboards) Puan Maharani. Persis di atasnya gambar Puan
tertulis slogan yang berbunyi “Kepak Sayap Kebhinekaan.” Billboards itu terpampang nyata
di sudut-sudut kota terutama di wilayah metropolitan kedua setelah Jakarta yaitu Surabaya.
Billboards tersebut tidak sekedar foto. Melainkan dilengkapi dengan desain yang
mengandung nilai-nilai yang diangkat oleh Puan Maharani. Maka desain dari baliho sendiri
sangat menentukan ketertarikan yang diekspresikan oleh kaum milenial. Apalagi gaya baliho
yang disukai milenial adalah yang sederhana tapi lugas. Milenial cenderung tidak menyukai
sesuatu yang mencolok, dengan demikian baliho yang terlalu memakai banyak warna
dianggap “norak”. (Dimock, 2019)
Lantas, respon yang diekspresikan dalam rupa ketertarikan serta persuasi (pengaruh)
membaur menjadi satu kesatuan. Kemudian politikus merangkul media massa supaya
masyarakat membeberkan kedua hal itu. Respon, pengaruh, dan peran media massa dapat
diamati dari baliho yang disebarkan sama politikus. Memang Pilpres 2024 belum dimulai.
Namun sejumlah politisi sudah bersiap-siap tebar pesona dengan memasang baliho
bergambar wajah dirinya yang berukuran super besar dan menyesaki jalanan.
Salah satu pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio pun
menyebut pemasangan baliho para tokoh tersebut adalah upaya partai politik mengenalkan
calonnya ke masyarakat. Ia menilai pemasangan baliho terbukti paling efektif untuk
memperkenalkan para politisi ke masyarakat. "Pemasangan baliho ini memang paling efektif
untuk mengenalkan calon. Itu kalau kata hasil survei KedaiKOPI. Untuk mengenalkan tokoh,
salah satu yang bisa dijadikan media paling efektif itu ya memang baliho," ujar Hendri.
Meski efektif meningkatkan popularitas atau keterkenalan calon, Hendri menyoroti
kekurangan dari strategi pemasangan baliho yang tak berpengaruh terhadap elektabilitas.
"Nah kalau untuk keterpilihan atau elektabilitas sih nggak ya, itu masih jauh dari kata efektif.
Tapi kalau meningkatkan popularitas ya iya, masih memungkinkan," kata dia
(Tribunnews.com, 2021).
Dalam penelitian ini, peneliti lebih menyoroti baliho yang memajang wajah Puan
Maharani. Sebab kedekatan Puan dengan generasi milenial cukup dekat, serta Ketua DPR RI
ini sempat menyinggung generasi milenial perihal pemilu atau pilkada. Bagi Puan banyaknya
generasi Y yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, akan menentukan siapa yang pantas
menjadi pemimpin di bangsa ini.
Selanjutnya, Lembaga Riset Independen INDex Indonesia merilis hasil survei terbaru
mengenai tokoh-tokoh yang muncul sebagai presiden dan wakil presiden di Pamasuka
(Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan). Direktur Eksekutif Riset Independen INDex
Indonesia, Agung Prihatna mengatakan, bahwa cakupan Survei ini adalah empat kepulauan
besar di Indonesia, selain Jawa, Sumatra, dan Nusa Tenggara. Wilayah Pamasuka dengan
populasi 30 juta pemilih dianggap daerah potensial yang dapat mengubah percaturan politik
Pilpres Indonesia. Selama ini survei serupa banyak dilakukan di Jawa dan Sumatra, namun
wilayah Pamasuka belum banyak diselami.
Sebetulnya baliho Puan Maharani yang tadi sudah sempat disinggung, banyak
terpasang di wilayah Jawa Timur, khususnya Surabaya. Hal ini menunjukkan keinginan kuat
putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut mencalonkan diri pada Pemilu
Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Menanggapi hal ini, analisis komunikasi politik
Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menjelaskan, Jawa Timur, khususnya Surabaya,
dapat dijadikan titik awal karena wilayah tersebut memang menjadi salah satu basis PDIP.
Surabaya selama ini memang dijadikan barometer bagi PDIP.
"Karena itu, pemasangan baliho gambar Puan Maharani dapat diartikan juga sebagai
tes ombak. Respons warga Jawa Timur, khususnya Surabaya, akan dijadikan tolok ukur
pencalonan Puan Maharani." Menurut Jamil, dapat dipahami alasan PDIP mengawali
pemasangan baliho Puan Maharani dari Surabaya. Hasil tes ombak ini diyakini akan
dilanjutkan ke daerah lain, seperti Bali, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)
(SINDONEWS.COM, 2021).
Ditemukan penelitian sebelumnya yang juga mendalami tentang iklan politik dalam
media massa dengan menitik beratkan pada sikap sebagai pijakan peneliti dalam melakukan
sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Reklame Politik Pilwako Terhadap Sikap Pemilih
Pemula di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat.” (Makalunsenge, 2014)
Penelitian ini disusun oleh Idrus Makalunsenge. Penelitian ini diadakan untuk mengkaji
pengaruh reklame politik. Pemilih muda di sini merujuk pada orang-orang yang menetap di
kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat. Maka pemilih pemula yang tinggal di
kelurahan Gogagoman dimasukkan ke populasi. Sementara penelitian ini menjadikan
generasi milenial, Surabaya sebagai populasi. Mengenai usia tidak dijelaskan secara spesifik.
Hanya merujuk pada jenis kelamin laki-laki serta perempuan.
Meski demikian, terdapat persamaan dan perbedaan yang mencolok antara penelitian
ini dari segi fenomena komunikasi yang dijadikan landasan untuk memulai sebuah penelitian.
Fenomena tersebut mengarah ke variabel pesan serta tingkat respon yang hendak diketahui
peneliti. Mengenai variabel pesan dahulu sama-sama menggunakan papan reklame (baliho)
untuk memenangkan kandidat di pemilihan umum. Lalu, tingkat respon yang sudah diteliti
pada penelitian sebelumnya menggabungkan dua pengaruh sebagai hasil dari transmisi pesan,
yakni keinginan berarti afeksi, terdapat pula tindakan yang berorientasi pada konasi.
Sementara penelitian ini sebatas mengkaji tentang ketertarikan yang digolongkan sebagai
afeksi atau umumnya dikenal sebagai perasaan atau emosi.
Penelitian yang menyinggung “Baliho Puan Maharani” bisa ada, karena terinspirasi
dari penelitian yang dipelopori oleh Idrus Makalunsenge tadi. Penelitian ini patut diadakan
agar masyarakat Indonesia. Terlebih generasi milenial – Surabaya, benar-benar bebas untuk
mengungkapkan ketertarikannya terhadap terpaan baliho yang menampilkan wajah Puan
Maharani. Tanpa dicampuri dengan hasutan atau paksaan dari orang lain yang mewajibkan
mereka supaya tertarik dengan politikus perempuan tersebut. Selain itu di penelitian ini,
peneliti juga ingin menggali lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh baliho yang
dipasang oleh relawan Puan terhadap perasaan yang ditimbulkan sama generasi milenial yang
tinggal di Kota Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh yang dirasakan generasi milenial, ketika melihat baliho Puan
Maharani? Apakah nantinya di tahun 2024 mendatang, mereka tertarik untuk memilih Puan
Maharani? Atau malah memilih tokoh politik lain.
Untuk mengkaji lebih lanjut mengenai ketertarikan sebagai afeksi yang diungkapkan
oleh generasi milenial saat menghadapi pilpres 2024.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, communication, yang berarti
pemberitahuan, penberi bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, persatuan, peran
serta atau kerjasama, asal katanya sendiri dari kata “Communis” yang berarti common
(bersifat umum sama atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya “communicare” yang
berarti berdialog berunding atau bermusyawarah, jadi komunikasi terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima
oleh komunikan, pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan
politik sudah disadari oleh para cendikiawan sejak aristoteles yang hidup ratusan tahun
sebelum masehi. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang
bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan,
imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang pada orang lain. Baik secara langsung
secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media. Dengan tujuan mengubah sikap,
pandangan atau perilaku (Cangara, Pengantar ilmu komunikasi, 2012).
Dalam arti penting media massa, (Quail, 2011) memberikan beberapa asumsi pokok
tentang peran atau fungsi media di tengah kehidupan masyarakat saat ini, antara lain:
1. Media merupakan sebuah industri. Media terus berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa. Di sisi lain, industri media
tersebut diatur oleh masyarakat.
2. Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajemen dan inovasi dalam
masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai pengganti kekuatan, tameng, atau
sumber daya lainnya, dalam kehidupan nyata.
3. Media menjadi wadah informasi yang menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan
masyarakat, baik dari dalam negeri maupun internasional.
4. Media berperan sebagai wahana pengambangan budaya. Melalui media seseorang dapat
mengembangkan pengetahuannya akan budaya lama, maupun memperoleh pemahaman
tentang budaya baru. Misalnya gaya hidup dan tren masa kini yang semuanya didapat dari
informasi di media.
5. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dikombinasikan dengan berita
dan tayangan hiburan. Media telah menjadi sumber dominan bagi individu dan kelompok
masyarakat.
Fungsi komunikasi massa menurut (DeVito, 1978):
1. Menghibur
Sebagian besar media massa memiliki fungsi sebagai sarana penghibur bagi khalayak.
Contohnya: artikel-artikel humor atau lawakan yang dimuat dalam koran, menggunakan
bahasa yang santai dan menghibur guna menarik perhatian pembaca.
2. Meyakinkan
Komunikasi persuasi melalui media massa bertujuan untuk meyakinkan khalayak.
Persuasi hadir dalam bentuk:
a. Media akan memberikan atau memperkuat kepercayaan khalayak akan suatu hal yang
telah diketahui sebelumnya, sehingga terbentuklah sikap dan opini masyarakat.
b. Media mengubah kepercayaan sementara seseorang yang semula memihak menjadi tidak
memihak pada suatu masalah tertentu.
c. Iklan dalam media akan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan.
d. Media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi sekitarnya. Ketika terjadi
penyimpangan terhadap suatu norma yang berlaku, media dapat mengungkapkannya
secara terbuka.
3. Menginformasikan
Media merupakan sumber informasi bagi masyarakat. Media massa memberikan
kabar atau berita yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional kepada khalayak luas.
4. Menganugerahkan status
Semakin sering seseorang dimuat dalam media massa, maka orang tersebut yang
menjadi pusat perhatian massa. Dan terkadang masyarakat beranggapan bahwa orang penting
adalah orang yang sering tampil dalam layar kaca. Di sini media meningkatkan popularitas
dan menganugerahkan status “penting” kepada orang yang menjadi topik media.
5. Membius
Fungsi membius terjadi ketika media menyajikan informasi tentang sesuatu dan
komunikan dalam keadaan tidak aktif, mempercayai adanya tindakan yang telah diambil.
6. Menciptakan rasa kesatuan
2.1.5 Baliho
Baliho adalah media yang bersifat luar ruangan (outdoor) dan dipasang tinggi sesuai
dengan situasi penempatan baliho tersebut. Baliho biasanya dipasang di tempat terbuka yang
banyak dilalui orang, di tempat strategis seperti jalan raya yang banyak dilalui kendaraan dan
di jalur hijau jalan utama. Baliho termasuk media luar ruang yang bersifat temporer (tidak
untuk jangka waktu lama). Baliho berisi informasi tentang event (expo, seminar, tournament,
launching produk dan sebagainya) (Departemen Pendidikan Indonesia, 2008).
Puan Maharani adalah sosok perempuan yang berkiprah di dunia politik dan akan
bertanding dengan lawan politiknya dalam pilpres 2024. Sebagai pejabat pemerintahan,
beliau bersama dengan partainya kerap melakukan promosi politik dengan mengenakan
medium baliho. Puan Maharani juga cukup akrab dengan generasi milenial yang berdiam di
Kota Surabaya. Baliho yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada slogan yang
hangat di benak masyarakat bunyinya “Kepak Sayap Kebhinekaan.” Slogan tersebut
sebetulnya ingin menjelaskan mengenai persatuan dari berbagai suku bangsa. Sekaligus
mengajak seluruh lapisan masyarakat supaya giat ketika diajak kerja sama.
Baliho mempunyai beberapa elemen, diantaranya seen word (kata-kata yang terlihat),
picture (gambar), colour (warna). Dan pada penelitian ini hendak mengukur keterkaitan
antara pengaruh baliho dengan respon yang diperlihatkan generasi milenial Surabaya. Respon
sendiri mengarah pada tertarik terhadap figur calon presiden atau malah abai begitu saja.
Adapun indikator terpaan yang dipakai adalah frekuensi, durasi, dan afinitas. Generasi
milenial adalah usia 26 sampai 41 tahun yang berani berpendapat, gemar mengkritisi situasi
politik, bahkan berperan sebagai aktivis di sebuah partai politik.
2.3 Kerangka Pemikiran
3. METODE PENELITIAN
"Definisi operasional adalah penentuan suatu konstruk (hal-hal yang sulit diukur)
sehingga ia menjadi variabel-variabel yang dapat diukur" (Umar, Metode riset komunikasi
organisasi , 2002). Variabel-variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
Terpaan baliho dapat diukur dengan seberapa besar intensitas pengaruh media
komunikasi tersebut terhadap ketertarikan generasi milenial yang diam di Kota Surabaya.
Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur intensitas menonton adalah:
1. Frekuensi terpaan baliho Puan Maharani. Seberapa sering masyarakat Surabaya usia 26-41
tahun yang melihat papan reklame politik tersebut dalam 3 bulan terakhir.
2. Durasi terpaan baliho politik Puan Maharani. Lamanya media komunikasi tersebut dilihat
oleh masyarakat Surabaya usia 26-41 tahun. Apakah baliho politik ini dilihat sepenuhnya
atau hanya beberapa bagiannya saja.
3. Atensi terpaan baliho politik Puan Maharani. Perhatian yang diberikan oleh masyarakat
Surabaya usia 26-41 tahun pada saat melihat media cetak tersebut.
3.2.2 Variabel sikap, yakni:
Sikap afektif:
1. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap slogan
melalui kalimat yang tertulis dalam baliho politik Puan Maharani.
2. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap makna
implisit pada slogan yang terkandung dalam baliho politik Puan Maharani.
3. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap gambar-
gambar yang termuat dalam baliho politik Puan Maharani. Meliputi:
- Gambar lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berupa kepala
banteng.
- Gambar Puan Maharani selaku anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
4. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap isi baliho
yang disampaikan melalui pemilihan komposisi warna dan pengaturan gelap, terang.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nominal untuk variabel X
(terpaan baliho) dan ordinal untuk variabel Y (ketertarikan). Untuk mengukur data ordinal
menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden
terhadap objek penelitian dengan menggunakan bobot 1 sampai 3. Dalam kuesioner yang
disebarkan tersebut responden diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada pilihan
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pilihannya. Kriteria penilaian untuk masing-
masing indikator yang digunakan adalah:
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatif.
Eksplanatif dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasi atau
untuk menjelaskan pengaruh satu variabel akan variabel lain. “Maka dapat disimpulkan,
bahwa penelitian eksplanasi memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab
akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial”
(Bungin, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan pengaruh dari terpaan baliho
terhadap ketertarikan generasi milenial.
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif, dimana
“survey memungkinkan peneliti untuk melakukan generalisasi suatu gejala sosial atau
variabel sosial tertentu kepada gejala sosial atau variabel sosial dengan populasi yang lebih
besar” (Bungin, 2005).
Subjek dalam penelitian ini adalah Generasi Milenial yang Tinggal di Kota Surabaya
dengan rentang usia 26-41 tahun. Generasi milenial (millennial generation) adalah generasi
yang lahir sekitar tahun 1980 hingga tahun 1995 pada saat teknologi telah maju. Jadi bisa
dikatakan generasi milenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia sekitar 26-
41 tahun. Kemudian, penentuan usia di sini didasarkan pada ketertarikan mereka terhadap
dunia politik. Mereka yang terus memantau pergerakan politik yang berlangsung di negara
ini. Selain itu usia 26-41 tahun adalah usia dimana seseorang dirasa dapat memberikan respon
yang efektif dalam survey dan dapat mencermati atau tidak mencermati iklan.
Sedangkan objek penelitiannya adalah Pengaruh Baliho Puan Maharani Berkaitan
dengan Pilpres 2024 Mendatang. Saat melihat baliho, mereka mengabaikan atau merespon
dengan penuh keaktifan. Yang dimaksud respon di sini adalah apakah generasi milenial
menganggap baliho sebagai perang politik untuk merebutkan kekuasaan atau baliho diartikan
sebagai usaha calon untuk memperoleh dukungan, penghargaan, dan pengakuan soal siapa
saja boleh memimpin negara. Tidak hanya pria saja yang sanggup memimpin, namun
perempuan juga bisa.
Keterangan:
n= ukuran sampel
N= ukuran populasi
e= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%,
3%, 4%, 5%, atau 10% (Umar, Metode riset komunikasi organisasi, 2002).
Berdasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik Surabaya, jumlah penduduk
Surabaya usia 26-41 tahun sebesar 488.754 jiwa dan terbatas para rentang usia 26-41 tahun
saja. Sehingga pada perhitungan dengan memakai rumus Slovin, digunakan batas kesalahan
10% mampu merefleksikan keseluruhan populasi yang ada. Maka dari rumus diatas, maka
akan diperoleh jumlah sampel yang diteliti.
Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian
atau objek penelitian (Bungin, 2005). Data primer dalam penelitian ini didapat dari kuesioner
yang disebarkan kepada generasi milenial yang berada di Kota Surabaya dengan rentang usia
26-41 tahun.
DAFTAR PUSTAKA