Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH BALIHO PUAN MAHARANI TERHADAP KETERTARIKAN


GENERASI MILENIAL YANG TINGGAL DI KOTA SURABAYA, BERKAITAN
DENGAN PILPRES 2024 MENDATANG

Oleh:

Andrew Christian F11190054

Jefferson Marcellino F11190056

Jovan Ferdian F11190060

Justin Julian F11190065

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS HUMANIORA DAN INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

SURABAYA

2021
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teori S-O-R (Stimulus, Organism, Respon) melihat manusia sebagai objek material
yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan
konasi (Ejournal ilmu komunikasi, 2015). Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-
Organism–Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori
komunikasi, tidaklah mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi
adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (Effendy, 2009). Menurut teori ini efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini
menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari pesan
yang disampaikan oleh komunikator (Mc Quail, 1994). Akibat atau pengaruh yang terjadi
merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu, artinya stimulus dan dalam bentuk
apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan (Sendjaja,
Pengantar ilmu komunikasi, 1999).

Sikap merupakan bentuk ketertarikan terhadap sesuatu dan cenderung bertindak


supaya menguntungkan atau merugikan seseorang karena diterpa oleh suatu objek atau
gagasan (Morrisan, 2007). Menurut Azwar, sikap didefinisikan sebagai keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi).
Seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku
yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon terhadap
stimulus lingkungan sosial (Azwar, 2013).

Respon yang disinggung dalam teori bisa diterapkan untuk mempromosikan Puan
Maharani melalui baliho. Ketika perempuan ini digadang-gadang supaya menjadi pemimpin,
generasi milenial bisa mewujudkan respon dengan memberikan nilai kepada calon presiden
ini. Nilai tersebut bisa baik atau buruk. Respon tersebut dapat diimplementasikan melalui
aspirasi (Paimin, 2005).
Aspirasi sendiri digunakan semua orang termasuk generasi milenial untuk
mempengaruhi penerima pesan (Maulana, 2013). Ketika mereka menggelar aspirasi secara
terbuka, media massa (baliho, surat kabar, televisi, dan radio) diajak bergabung dengan
politikus. Fenomena politik yang baru-baru ini sering muncul untuk menggambarkan aspirasi
tersebut dapat dilihat dari baliho (billboards) Puan Maharani. Persis di atasnya gambar Puan
tertulis slogan yang berbunyi “Kepak Sayap Kebhinekaan.” Billboards itu terpampang nyata
di sudut-sudut kota terutama di wilayah metropolitan kedua setelah Jakarta yaitu Surabaya.

Billboards tersebut tidak sekedar foto. Melainkan dilengkapi dengan desain yang
mengandung nilai-nilai yang diangkat oleh Puan Maharani. Maka desain dari baliho sendiri
sangat menentukan ketertarikan yang diekspresikan oleh kaum milenial. Apalagi gaya baliho
yang disukai milenial adalah yang sederhana tapi lugas. Milenial cenderung tidak menyukai
sesuatu yang mencolok, dengan demikian baliho yang terlalu memakai banyak warna
dianggap “norak”. (Dimock, 2019)

Di samping itu, penelitian ini memposisikan generasi milenial sebagai subjek


penelitian, dengan alasan: generasi sebelum generasi Z ini makin menunjukkan keaktifannya
di urusan politik. Argumen tersebut dapat dibuktikan lewat hasil survei LIPI sewaktu pemilu
2019. Bersumber pada data yang dimiliki lembaga ini sekitar 35 persen sampai 40 persen
pemilih dalam Pemilu 2019 didominasi pemilih generasi millenial (tirto.id, 2018) dan hasil
survei diperkirakan terus meningkat hingga 2024 nanti. Alasan lain gen Y telah lahir dan
tumbuh semenjak berkembangnya informasi dan politik yang sangat pesat. Terlebih di era 90
an mereka diterpa dengan berbagai macam peristiwa politik yang terjadi di negeri ini,
sehingga menjadikan generasi milenial lebih aktif dalam menanggapi kegiatan-kegiatan
perpolitikan. Seperti pemilihan presiden yang akan berlangsung di 2024 mendatang (Mantika,
2019).
Terlepas daripada itu, baliho dipakai sebagai riset pada fenomena ini karena:
berdasarkan penjelasan dari pakar politik CSIS, Arya Fernandes. Arya menjelaskan hanya
35-40 persen orang yang mempunyai akses ke digital. Ini maksudnya terkoneksi dengan
internet. Beliau turut menjelaskan hanya 35-40 persen itu hanya masyarakat yang berada di
kota-kota urban. Umumnya didominasi oleh generasi milenial. Sedangkan penduduk yang
tinggal di area pedesaan belum sepenuhnya terkoneksi dengan internet (detikNews, 2021).
Atas dasar situasi itulah, baliho masih dibilang cukup relevan di tengah zaman serba digital
ini. Dengan kemunculan baliho yang sedang marak sekaligus senantiasa bertahan sampai
sekarang, menjadikan daerah yang belum terjamah oleh internet. Tetap mampu meluapkan
perasaan dalam bentuk ketertarikan sebagai respon dari terpaan baliho Puan Maharani.

Lantas, respon yang diekspresikan dalam rupa ketertarikan serta persuasi (pengaruh)
membaur menjadi satu kesatuan. Kemudian politikus merangkul media massa supaya
masyarakat membeberkan kedua hal itu. Respon, pengaruh, dan peran media massa dapat
diamati dari baliho yang disebarkan sama politikus. Memang Pilpres 2024 belum dimulai.
Namun sejumlah politisi sudah bersiap-siap tebar pesona dengan memasang baliho
bergambar wajah dirinya yang berukuran super besar dan menyesaki jalanan.

Salah satu pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio pun
menyebut pemasangan baliho para tokoh tersebut adalah upaya partai politik mengenalkan
calonnya ke masyarakat. Ia menilai pemasangan baliho terbukti paling efektif untuk
memperkenalkan para politisi ke masyarakat. "Pemasangan baliho ini memang paling efektif
untuk mengenalkan calon. Itu kalau kata hasil survei KedaiKOPI. Untuk mengenalkan tokoh,
salah satu yang bisa dijadikan media paling efektif itu ya memang baliho," ujar Hendri.
Meski efektif meningkatkan popularitas atau keterkenalan calon, Hendri menyoroti
kekurangan dari strategi pemasangan baliho yang tak berpengaruh terhadap elektabilitas.
"Nah kalau untuk keterpilihan atau elektabilitas sih nggak ya, itu masih jauh dari kata efektif.
Tapi kalau meningkatkan popularitas ya iya, masih memungkinkan," kata dia
(Tribunnews.com, 2021).
Dalam penelitian ini, peneliti lebih menyoroti baliho yang memajang wajah Puan
Maharani. Sebab kedekatan Puan dengan generasi milenial cukup dekat, serta Ketua DPR RI
ini sempat menyinggung generasi milenial perihal pemilu atau pilkada. Bagi Puan banyaknya
generasi Y yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, akan menentukan siapa yang pantas
menjadi pemimpin di bangsa ini.

Selanjutnya, Lembaga Riset Independen INDex Indonesia merilis hasil survei terbaru
mengenai tokoh-tokoh yang muncul sebagai presiden dan wakil presiden di Pamasuka
(Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan). Direktur Eksekutif Riset Independen INDex
Indonesia, Agung Prihatna mengatakan, bahwa cakupan Survei ini adalah empat kepulauan
besar di Indonesia, selain Jawa, Sumatra, dan Nusa Tenggara. Wilayah Pamasuka dengan
populasi 30 juta pemilih dianggap daerah potensial yang dapat mengubah percaturan politik
Pilpres Indonesia. Selama ini survei serupa banyak dilakukan di Jawa dan Sumatra, namun
wilayah Pamasuka belum banyak diselami.

Hasilnya, nama-nama yang muncul sebagai tokoh potensial Capres menurut


masyarakat Pamasuka tak jauh-jauh dari nama-nama yang sudah sering disebut-sebut di
berbagai survei sebelumnya dan sudah menjadi perbincangan publik selama ini. Menurut
Agung, terdapat 5 nama yang paling populer di mata responden yang dianggap berpotensi
sebagai calon presiden Indonesia tahun 2024, yaitu Prabowo Subianto (popularitas 98.3%),
Anies Baswedan (95.4%), Puan Maharani (88.9%), Ganjar Pranowo (70.4%), dan Airlangga
Hartarto (51.4%). Ketika dipancing dengan pertanyaan tertutup, rata-rata penanggap tertarik.
Hingga mengenal nama-nama tersebut (VIVA.co.id, 2021).
Sedangkan data yang dirilis Citra Opini Polling Study (COPS) meyakinkan bahwa
Ketua DPR RI Puan Maharani menyalip Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Temuan
data COPS dari 1668 responden, tokoh paling dikenal publik adalah Prabowo Subianto
dengan persentase 93,7 persen. Pada urutan kedua Puan Maharani yang menembus 90,8
persen dan Ganjar Pranowo berada di urutan kedua dengan 82,2 persen. Direktur Eksekutif
COPS Alamsyah Wijaya mengatakan, COPS mengajukan pertanyaan pada responden terkait
pengenalan masyarakat pada tokoh politik yang menjalankan aktivitas kenegaraan. "Tokoh
mana yang paling anda kenal selama ini berkecimpung dalam politik dan kenegaraan?"
demikian pertanyaan survei COPS. Tidak hanya itu, hasil survei COPS yang dilakukan pada
1-13 Agustus 2021 menempatkan Ketua DPP PDIP Puan Maharani sebagai salah satu tokoh
yang diinginkan menjadi Presiden dengan memperoleh 9,3 persen. Puan hanya dikalahkan
oleh Prabowo (9,9 persen) dan menyalip Ganjar Pranowo yang hanya 8,4 persen. Secara
berurutan di bawah Gubernur Jateng itu ada Agus Harimurti Yudhoyono (7,1 persen), Gatot
Nurmantyo (6,8 persen), Moeldoko (5,5 persen) dan Muhaimin Iskandar dengan perolehan
5,1 persen. Survei COPS memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error
kurang dari 2,4 persen (REPUBLIK MERDEKA, 2021).

Sebetulnya baliho Puan Maharani yang tadi sudah sempat disinggung, banyak
terpasang di wilayah Jawa Timur, khususnya Surabaya. Hal ini menunjukkan keinginan kuat
putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut mencalonkan diri pada Pemilu
Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Menanggapi hal ini, analisis komunikasi politik
Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menjelaskan, Jawa Timur, khususnya Surabaya,
dapat dijadikan titik awal karena wilayah tersebut memang menjadi salah satu basis PDIP.
Surabaya selama ini memang dijadikan barometer bagi PDIP.
"Karena itu, pemasangan baliho gambar Puan Maharani dapat diartikan juga sebagai
tes ombak. Respons warga Jawa Timur, khususnya Surabaya, akan dijadikan tolok ukur
pencalonan Puan Maharani." Menurut Jamil, dapat dipahami alasan PDIP mengawali
pemasangan baliho Puan Maharani dari Surabaya. Hasil tes ombak ini diyakini akan
dilanjutkan ke daerah lain, seperti Bali, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)
(SINDONEWS.COM, 2021).

Ditemukan penelitian sebelumnya yang juga mendalami tentang iklan politik dalam
media massa dengan menitik beratkan pada sikap sebagai pijakan peneliti dalam melakukan
sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Reklame Politik Pilwako Terhadap Sikap Pemilih
Pemula di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat.” (Makalunsenge, 2014)
Penelitian ini disusun oleh Idrus Makalunsenge. Penelitian ini diadakan untuk mengkaji
pengaruh reklame politik. Pemilih muda di sini merujuk pada orang-orang yang menetap di
kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat. Maka pemilih pemula yang tinggal di
kelurahan Gogagoman dimasukkan ke populasi. Sementara penelitian ini menjadikan
generasi milenial, Surabaya sebagai populasi. Mengenai usia tidak dijelaskan secara spesifik.
Hanya merujuk pada jenis kelamin laki-laki serta perempuan.

Meski demikian, terdapat persamaan dan perbedaan yang mencolok antara penelitian
ini dari segi fenomena komunikasi yang dijadikan landasan untuk memulai sebuah penelitian.
Fenomena tersebut mengarah ke variabel pesan serta tingkat respon yang hendak diketahui
peneliti. Mengenai variabel pesan dahulu sama-sama menggunakan papan reklame (baliho)
untuk memenangkan kandidat di pemilihan umum. Lalu, tingkat respon yang sudah diteliti
pada penelitian sebelumnya menggabungkan dua pengaruh sebagai hasil dari transmisi pesan,
yakni keinginan berarti afeksi, terdapat pula tindakan yang berorientasi pada konasi.
Sementara penelitian ini sebatas mengkaji tentang ketertarikan yang digolongkan sebagai
afeksi atau umumnya dikenal sebagai perasaan atau emosi.
Penelitian yang menyinggung “Baliho Puan Maharani” bisa ada, karena terinspirasi
dari penelitian yang dipelopori oleh Idrus Makalunsenge tadi. Penelitian ini patut diadakan
agar masyarakat Indonesia. Terlebih generasi milenial – Surabaya, benar-benar bebas untuk
mengungkapkan ketertarikannya terhadap terpaan baliho yang menampilkan wajah Puan
Maharani. Tanpa dicampuri dengan hasutan atau paksaan dari orang lain yang mewajibkan
mereka supaya tertarik dengan politikus perempuan tersebut. Selain itu di penelitian ini,
peneliti juga ingin menggali lebih lanjut mengenai seberapa besar pengaruh baliho yang
dipasang oleh relawan Puan terhadap perasaan yang ditimbulkan sama generasi milenial yang
tinggal di Kota Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh yang dirasakan generasi milenial, ketika melihat baliho Puan
Maharani? Apakah nantinya di tahun 2024 mendatang, mereka tertarik untuk memilih Puan
Maharani? Atau malah memilih tokoh politik lain.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengkaji lebih lanjut mengenai ketertarikan sebagai afeksi yang diungkapkan
oleh generasi milenial saat menghadapi pilpres 2024.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, communication, yang berarti
pemberitahuan, penberi bagian, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, persatuan, peran
serta atau kerjasama, asal katanya sendiri dari kata “Communis” yang berarti common
(bersifat umum sama atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya “communicare” yang
berarti berdialog berunding atau bermusyawarah, jadi komunikasi terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima
oleh komunikan, pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan
politik sudah disadari oleh para cendikiawan sejak aristoteles yang hidup ratusan tahun
sebelum masehi. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang
bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan,
imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang pada orang lain. Baik secara langsung
secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media. Dengan tujuan mengubah sikap,
pandangan atau perilaku (Cangara, Pengantar ilmu komunikasi, 2012).

2.1.2 Komunikasi Politik


Blake dan Haroldsen dalam A Taxonomy of Concepts in Communication menyatakan
bahwa "Komunikasi politik adalah komunikasi yang memiliki pengaruh aktual dan potensial
mengenai fungsi dari pernyataan politik atau entitas politik lainnya". Sedangkan Dan Nimmo
mendefinisikan "Komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan
konsekuensinya (aktual maupun potensial) mengatur kegiatan manusia di dalam situasi
konflik (Haroldsen, 1975).
Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas pada even-even politik
seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk komunikasi yang
dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena komunikasi politik yang berlangsung
dalam suatu masyarakat, seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari dinamika politik, tempat komunikasi itu berlangsung. Karena itu, kegiatan
komunikasi politik di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari proses politik nasional yang
menjadi latar kehidupannya.
2.1.2.1 Prinsip Komunikasi Politik
Pertama, konsistensi. Dalam melakukan komunikasi politik, informasi yang
disampaikan harus konsisten dengan substansi platform partai dan konsisten terhadap
paradigma partai dan solusi atas problem-problem yang dihadapi oleh konstituen dan publik.
Kedua, replikasi. Dalam melakukan komunikasi politik, informasi harus disampaikan
berulang kali, sehingga konstituen dan publik paham betul dengan content/isi platform partai
dan apa yang sedang diperjuangkan oleh partai. Ketiga, evidence. Dalam komunikasi politik
informasi yang disampaikan oleh partai harus ada dan dapat dibuktikan kebenaran dan
eksistensinya (Nimmo, 1978).

2.1.3 Radio Massa


Menurut Hafied Cangara, media massa adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa
sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan
menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Cangara,
Pengantar ilmu komunikasi , 2010).
Saluran yang disebut media massa tersebut diperlukan dalam berlangsungnya
komunikasi massa. Berdasarkan bentuknya, media massa dikelompokkan atas:
1. Media cetak (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah, buku, brosur, dan
sebagainya.
2. Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain (Vivian, 2008).
Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik
Media massa menurut Cangara antara lain:
a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni
mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya
dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya
memerlukan waktu dan tertunda.
c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia
memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang
disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.
d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
e. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa
mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
(Biagi, 1988) menyebutkan tiga konsep penting tentang media massa yaitu:
1. Media massa adalah suatu bentuk usaha yang berpusat pada keuntungan.
2. Perkembangan dan perubahan dalam pengiriman dan pengkonsumsian media massa,
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
3. Media massa senantiasa mencerminkan sekaligus mempengaruhi kehidupan masyarakat,
dunia politik, dan budaya.

2.1.3.1 Fungsi Media Massa

Dalam arti penting media massa, (Quail, 2011) memberikan beberapa asumsi pokok
tentang peran atau fungsi media di tengah kehidupan masyarakat saat ini, antara lain:

1. Media merupakan sebuah industri. Media terus berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa. Di sisi lain, industri media
tersebut diatur oleh masyarakat.
2. Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajemen dan inovasi dalam
masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai pengganti kekuatan, tameng, atau
sumber daya lainnya, dalam kehidupan nyata.
3. Media menjadi wadah informasi yang menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan
masyarakat, baik dari dalam negeri maupun internasional.
4. Media berperan sebagai wahana pengambangan budaya. Melalui media seseorang dapat
mengembangkan pengetahuannya akan budaya lama, maupun memperoleh pemahaman
tentang budaya baru. Misalnya gaya hidup dan tren masa kini yang semuanya didapat dari
informasi di media.
5. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dikombinasikan dengan berita
dan tayangan hiburan. Media telah menjadi sumber dominan bagi individu dan kelompok
masyarakat.
Fungsi komunikasi massa menurut (DeVito, 1978):

1. Menghibur
Sebagian besar media massa memiliki fungsi sebagai sarana penghibur bagi khalayak.
Contohnya: artikel-artikel humor atau lawakan yang dimuat dalam koran, menggunakan
bahasa yang santai dan menghibur guna menarik perhatian pembaca.
2. Meyakinkan
Komunikasi persuasi melalui media massa bertujuan untuk meyakinkan khalayak.
Persuasi hadir dalam bentuk:
a. Media akan memberikan atau memperkuat kepercayaan khalayak akan suatu hal yang
telah diketahui sebelumnya, sehingga terbentuklah sikap dan opini masyarakat.
b. Media mengubah kepercayaan sementara seseorang yang semula memihak menjadi tidak
memihak pada suatu masalah tertentu.
c. Iklan dalam media akan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan.
d. Media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi sekitarnya. Ketika terjadi
penyimpangan terhadap suatu norma yang berlaku, media dapat mengungkapkannya
secara terbuka.
3. Menginformasikan
Media merupakan sumber informasi bagi masyarakat. Media massa memberikan
kabar atau berita yang bersifat lokal, nasional, maupun internasional kepada khalayak luas.
4. Menganugerahkan status
Semakin sering seseorang dimuat dalam media massa, maka orang tersebut yang
menjadi pusat perhatian massa. Dan terkadang masyarakat beranggapan bahwa orang penting
adalah orang yang sering tampil dalam layar kaca. Di sini media meningkatkan popularitas
dan menganugerahkan status “penting” kepada orang yang menjadi topik media.
5. Membius

Fungsi membius terjadi ketika media menyajikan informasi tentang sesuatu dan
komunikan dalam keadaan tidak aktif, mempercayai adanya tindakan yang telah diambil.
6. Menciptakan rasa kesatuan

Media mampu membuat khalayak merasa menjadi anggota suatu kelompok.

a. Privatisasi. Media mampu/memiliki kecenderungan menimbulkan efek anti sosial pada


khalayaknya, sehingga seseorang akan menarik diri dari kelompok sosial dan selanjutnya
akan “menutup” diri.
b. Parasosial. Melalui media, masyarakat dapat menjalin dan mengembangkan hubungannya
dengan para tokoh media atau orang-orang penting di dunia.

2.1.3.2 Jenis Media Massa


Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan. Sedangkan pengertian dari media massa sendiri adalah alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan menggunakan alat-alat komunikasi, seperti surat
kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Berikut merupakan jenis-jenis media massa
menurut (Cangara, Pengantar ilmu komunikasi , 1998).
1. Media Massa Cetak
Media massa cetak adalah sebuah media yang dicetak dalam lembaran kertas. Media
massa cetak terbagi menjadi beberapa tipe meliputi surat kabar, tabloid, majalah, buku,
newsletter, dan bulletin. Umumnya, isi informasi dalam media massa cetak terbagi dalam tiga
jenis tulisan yang terdiri dari berita, opini dan feature.
2. Media Massa Elektronik
Media massa elektronik dapat digolongkan menjadi media yang sangat menarik sebab
disalurkan melalui suara dan/atau gambar dengan menggunakan teknologi elektro seperti
radio, televisi dan film.
3. Media Massa Online
Media massa online menjadi jenis media yang paling digemari karena kemudahan
aksesnya luas dan hampir tak terbatas. Dengan menggunakan media online/cyber media,
khalayak dapat mendapatkan sebanyak mungkin informasi dengan mudah, murah dan cepat.
2.1.3.3 Efek Media Massa
Steven M. Chaffe menyebutkan tiga pendekatan dalam melihat efek media massa,
yaitu:
1. Pesan dan media berkaitan dengan hadirnya efek media massa.
2. Akan timbul perubahan pada diri khalayak komunikasi massa. Jenis perubahan tersebut
antara lain, perubahan kognitif, afektif, dan konatif atau behavioral.
3. Satuan observasi yang dikenai dan merasakan adanya efek komunikasi massa, yaitu
meliputi individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa (Ardianto, 2004).
Menurut Steven M. Chaffee yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto mengatakan bahwa
media massa mempunyai efek yang berkaitan dengan perubahan sikap, perasaan dan perilaku
komunikasinya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa media massa mempunyai
efek kognitif, efek afektif dan efek konatif/behavioral.
a. Efek Kognitif
Adalah akibat yang ditimbulkan pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi
dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat
membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya.
b. Efek Afektif
Tujuan dari media massa bukan sekedar memberi khalayak tentang sesuatu tetapi
lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih,
gembira dan sebagainya. Agar media massa dapat membuat suasana atau menarik emosional
khalayak dalam menyampaikan pesannya.
c. Efek Konatif/Behavioral
Merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan,
atau kegiatan. Banyak sekali khalayak yang terpengaruh oleh pesan media yang
disampaikannya, seperti masyarakat pedesaan yang takut datang ke Ibu Kota Jakarta, karena
mereka menganggap di Jakarta itu sering terjadi konflik, ini diakibatkan karena yang
disajikan oleh media berita yang berunsur kekerasan (Elvinaro Ardianto, 2007).
2.1.4 Persuasi
Persuasi sebagai salah satu fungsi komunikasi massa yakni kemampuan media massa
dalam mempengaruhi khalayaknya agar berbuat sesuatu sesuai apa yang ditawarkan media
massa (Nida, 2014). Contoh: tajuk rencana, artikel, surat pembaca adalah bernuansa
persuasif. Persuasi bisa datang dalam berbagai bentuk:
1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
2. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
3. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Memperkenalkan etika, atau menawarkan nilai tertentu.

2.1.5 Baliho
Baliho adalah media yang bersifat luar ruangan (outdoor) dan dipasang tinggi sesuai
dengan situasi penempatan baliho tersebut. Baliho biasanya dipasang di tempat terbuka yang
banyak dilalui orang, di tempat strategis seperti jalan raya yang banyak dilalui kendaraan dan
di jalur hijau jalan utama. Baliho termasuk media luar ruang yang bersifat temporer (tidak
untuk jangka waktu lama). Baliho berisi informasi tentang event (expo, seminar, tournament,
launching produk dan sebagainya) (Departemen Pendidikan Indonesia, 2008).

2.1.5.1 Baliho Politik


Sebagaimana jenisnya, baliho politik adalah berisi tentang hal yang bersangkut
dengan kehidupan politik, misalnya tentang partai politik, demokrasi, pemilihan pejabat
pemerintahan, pemilihan anggota legislatif, pemilihan anggota DPD, kekuasaan negara dan
sebagainya. Baliho politik umumnya dilakukan oleh para politisi atau institusi. Muatan pesan
baliho ini diutamakan untuk membentuk citra baik organisasi, dan memasang slogan di setiap
baliho politik yang terpampang di sepanjang jalan raya (Junaedi, 2013).
2.1.6 Perilaku Memilih
Perilaku memilih, adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, diantara
lembaga-lembaga pemerintah dan diantara kelompok dan individu dalam masyarakat, dalam
rangka proses pembuatan pelaksanaan dan penegakan keputusan politik (Ramlan, 1992).
Perilaku politik adalah tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam kegiatan
politik. Menurut pendapat (Ramlan, 1992) perilaku politik adalah sebagai kegiatan yang
berkenaan dengan proses pembuatan dan keputusan politik. Perilaku pemilih merupakan hal
yang dilihat untuk menilai bagaimana masyarakat menunjukan keikutsertaannya didalam
pemilihan umum yaitu diantaranya ikut dalam proses kampanye, memberikan hak suaranya
atau menunjukan keikutsertaannya didalam pemilihan umum presiden, anggota legislatif
ataupun pemilihan kepala daerah dan ikut mengawasi di dalam penentuan pemenang dalam
pemilihan tersebut.

2.1.7 Teori Model Stimulus-Respon


Menurut DeFleur model stimulus-response (Rangsangan-Tanggapan) atau lebih
populer sebutan S-R menjelaskan pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver)
sebagai akibat dari komunikasi. Menurut model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada
pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari “stimulus” (rangsangan)
tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh
tersebut itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R ini ada kaitannya
dengan asumsi dari model “jarum suntik” yang berpandangan bahwa media massa
mempunyai pengaruh langsung kepada khalayaknya. Isi media massa diibaratkan sebagai
jarum yang disuntikkan ke tubuh khalayak, sehingga menghasilkan pengaruh yang sesuai
dengan isinya. Asumsi mengenai kekuatan pengaruh dari media massa ini didasarkan atas
pemikiran bahwa masyarakat, ibarat atom-atom sosial merupakan sekumpulan individu-
individu yang terpisah-pisah dan bertingkah laku sesuai keinginannya masing-masing. Dalam
masyarakat atomistis demikian, kendala-kendala sosial jarang terjadi dan pengaruh dari
ikatan-ikatan sosial sangat kecil.
Model S-R ini kemudian banyak dikritik, karena masyarakat menerima pesan dari
media massa dipandang tidak bersikap dan bertindak pasif, melainkan aktif dan selektif. Atas
dasar hal tersebut DeFleur kemudian melakukan modifikasi terhadap model S-R. Menurut
DeFleur, penerimaan khalayak atas berbagai stimulus yang disampaikan media massa
berbeda antara satu dengan orang lainnya. Karena, setiap orang mempunya karakteristik
personalitas sendiri-sendiri. Hal ini berarti, bahwa pengaruh yang terjadi, tidak semata-mata
diakibatkan oleh adanya stimulus, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor personalita.
Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan media massa, namun akibat
yang terjadi dikalangan khalayak akan berbeda antara satu orang dengan lainnya (Sendjaja,
Teori komunikasi, 2001).
2.2 Nisbah Antar Konsep

Menjelang bergulirnya pemilihan presiden 2024 mendatang, promosi dalam ranah


politik tidak hanya diterapkan dengan cara digital, melainkan sudah berarah menjadi
kampanye politik dengan menggabungkan media massa. Media yang dipilih adalah baliho.
Baliho politik adalah bagian dari iklan layanan masyarakat, dimana tujuan yang diharapkan
dari baliho tersebut ialah politikus mendapat dukungan, semakin dikenal oleh publik atau
masyarakat. Baliho masih tetap eksis, dijadikan sarana bagi semua calon untuk
menyampaikan visi, misi, serta tekad. Baliho bermuatan politik tentu sangat berbeda dengan
papan reklame mengenai produk. Baliho politik menyajikan sebuah ideologi dan nilai-nilai
yang menggambarkan sifat kandidat.

Puan Maharani adalah sosok perempuan yang berkiprah di dunia politik dan akan
bertanding dengan lawan politiknya dalam pilpres 2024. Sebagai pejabat pemerintahan,
beliau bersama dengan partainya kerap melakukan promosi politik dengan mengenakan
medium baliho. Puan Maharani juga cukup akrab dengan generasi milenial yang berdiam di
Kota Surabaya. Baliho yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada slogan yang
hangat di benak masyarakat bunyinya “Kepak Sayap Kebhinekaan.” Slogan tersebut
sebetulnya ingin menjelaskan mengenai persatuan dari berbagai suku bangsa. Sekaligus
mengajak seluruh lapisan masyarakat supaya giat ketika diajak kerja sama.

Baliho mempunyai beberapa elemen, diantaranya seen word (kata-kata yang terlihat),
picture (gambar), colour (warna). Dan pada penelitian ini hendak mengukur keterkaitan
antara pengaruh baliho dengan respon yang diperlihatkan generasi milenial Surabaya. Respon
sendiri mengarah pada tertarik terhadap figur calon presiden atau malah abai begitu saja.
Adapun indikator terpaan yang dipakai adalah frekuensi, durasi, dan afinitas. Generasi
milenial adalah usia 26 sampai 41 tahun yang berani berpendapat, gemar mengkritisi situasi
politik, bahkan berperan sebagai aktivis di sebuah partai politik.
2.3 Kerangka Pemikiran
3. METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Konseptual


Terpaan baliho politik adalah kegiatan menerima (membaca atau menonton) pesan
politik secara pasif atau aktif. Biasanya bagaimanapun juga penerimaan aktif sebuah pesan
disebut dengan atensi.
Sikap pemilih pemula adalah kecenderungan keyakinan dan rasa suka dari pemilih
pemula dalam pemilu 2024 yang berusia 26-41 tahun terhadap suatu objek dalam bentuk
sikap yang positif atau negatif terhadap suatu objek tertentu.

3.2 Definisi Operasional

"Definisi operasional adalah penentuan suatu konstruk (hal-hal yang sulit diukur)
sehingga ia menjadi variabel-variabel yang dapat diukur" (Umar, Metode riset komunikasi
organisasi , 2002). Variabel-variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

1. Variabel terpaan iklan (variabel X)


2. Variabel sikap pemilih pemula (variabel Y)

3.2.1 Variabel terpaan baliho

Terpaan baliho dapat diukur dengan seberapa besar intensitas pengaruh media
komunikasi tersebut terhadap ketertarikan generasi milenial yang diam di Kota Surabaya.
Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur intensitas menonton adalah:

1. Frekuensi terpaan baliho Puan Maharani. Seberapa sering masyarakat Surabaya usia 26-41
tahun yang melihat papan reklame politik tersebut dalam 3 bulan terakhir.
2. Durasi terpaan baliho politik Puan Maharani. Lamanya media komunikasi tersebut dilihat
oleh masyarakat Surabaya usia 26-41 tahun. Apakah baliho politik ini dilihat sepenuhnya
atau hanya beberapa bagiannya saja.
3. Atensi terpaan baliho politik Puan Maharani. Perhatian yang diberikan oleh masyarakat
Surabaya usia 26-41 tahun pada saat melihat media cetak tersebut.
3.2.2 Variabel sikap, yakni:
Sikap afektif:
1. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap slogan
melalui kalimat yang tertulis dalam baliho politik Puan Maharani.
2. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap makna
implisit pada slogan yang terkandung dalam baliho politik Puan Maharani.
3. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap gambar-
gambar yang termuat dalam baliho politik Puan Maharani. Meliputi:
- Gambar lambang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berupa kepala
banteng.
- Gambar Puan Maharani selaku anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
4. Muncul ketertarikan yang ditimbulkan oleh generasi milenial Surabaya, terhadap isi baliho
yang disampaikan melalui pemilihan komposisi warna dan pengaturan gelap, terang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nominal untuk variabel X
(terpaan baliho) dan ordinal untuk variabel Y (ketertarikan). Untuk mengukur data ordinal
menggunakan skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden
terhadap objek penelitian dengan menggunakan bobot 1 sampai 3. Dalam kuesioner yang
disebarkan tersebut responden diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada pilihan
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pilihannya. Kriteria penilaian untuk masing-
masing indikator yang digunakan adalah:

1. Skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” (STS)”


2. Skor 2 untuk jawaban “Tidak Setuju” (TS)”
3. Skor 3 untuk jawaban “Netral” (N)”
4. Skor 4 untuk jawaban “Setuju” (S)”
5. Skor 5 untuk jawaban “Sangat Setuju (SS)”
3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatif.
Eksplanatif dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasi atau
untuk menjelaskan pengaruh satu variabel akan variabel lain. “Maka dapat disimpulkan,
bahwa penelitian eksplanasi memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan sebab
akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial”
(Bungin, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan pengaruh dari terpaan baliho
terhadap ketertarikan generasi milenial.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif, dimana
“survey memungkinkan peneliti untuk melakukan generalisasi suatu gejala sosial atau
variabel sosial tertentu kepada gejala sosial atau variabel sosial dengan populasi yang lebih
besar” (Bungin, 2005).

3.5 Subjek dan Objek

Subjek dalam penelitian ini adalah Generasi Milenial yang Tinggal di Kota Surabaya
dengan rentang usia 26-41 tahun. Generasi milenial (millennial generation) adalah generasi
yang lahir sekitar tahun 1980 hingga tahun 1995 pada saat teknologi telah maju. Jadi bisa
dikatakan generasi milenial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia sekitar 26-
41 tahun. Kemudian, penentuan usia di sini didasarkan pada ketertarikan mereka terhadap
dunia politik. Mereka yang terus memantau pergerakan politik yang berlangsung di negara
ini. Selain itu usia 26-41 tahun adalah usia dimana seseorang dirasa dapat memberikan respon
yang efektif dalam survey dan dapat mencermati atau tidak mencermati iklan.
Sedangkan objek penelitiannya adalah Pengaruh Baliho Puan Maharani Berkaitan
dengan Pilpres 2024 Mendatang. Saat melihat baliho, mereka mengabaikan atau merespon
dengan penuh keaktifan. Yang dimaksud respon di sini adalah apakah generasi milenial
menganggap baliho sebagai perang politik untuk merebutkan kekuasaan atau baliho diartikan
sebagai usaha calon untuk memperoleh dukungan, penghargaan, dan pengakuan soal siapa
saja boleh memimpin negara. Tidak hanya pria saja yang sanggup memimpin, namun
perempuan juga bisa.

3.6 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini merujuk pada seluruh generasi milenial di Kota
Surabaya. Lalu populasi dari penelitian ini adalah generasi milenial yang berumur 26-41
tahun, serta menetap di Surabaya.

3.7 Teknik Penarikan Sampel


Penentuan ukuran atau jumlah sampel dapat dilakukan dengan penghitungan statistik.
Perhitungan statistik ini bisa diterapkan untuk populasi yang sudah diketahui jumlahnya
maupun populasi yang belum diketahui jumlahnya. Untuk menentukan ukuran sampel dari
populasi yang diketahui jumlahnya dapat menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

Keterangan:

n= ukuran sampel

N= ukuran populasi

e= kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir, misalnya 2%,
3%, 4%, 5%, atau 10% (Umar, Metode riset komunikasi organisasi, 2002).
Berdasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik Surabaya, jumlah penduduk
Surabaya usia 26-41 tahun sebesar 488.754 jiwa dan terbatas para rentang usia 26-41 tahun
saja. Sehingga pada perhitungan dengan memakai rumus Slovin, digunakan batas kesalahan
10% mampu merefleksikan keseluruhan populasi yang ada. Maka dari rumus diatas, maka
akan diperoleh jumlah sampel yang diteliti.

sumber: (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2021)

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan


memanfaatkan metode multistage cluster simple random sampling. Dimana pada metode ini
populasi dan sampel diseleksi dan digolongkan ke dalam beberapa kelompok atau kategori
(cluster). “Pembagian atau pengelompokkan tersebut melalui beberapa tahap
pengelompokkan, karena itu dikenal pula dengan nama klaster banyak tahap (multistage
cluster)” (Kriyantono, 2012). Selain itu juga digunakan simple random sampling dengan
menuliskan semua unsur populasi dalam kertas kemudian mengundinya hingga memperoleh
jumlah yang dikehendaki. “Pada teknik ini harus mempunyai kerangka sampling yaitu daftar
lengkap semua unsur populasi. Berdasarkan pada kerangka sampling, ditarik sejumlah orang
nanti menjadi sampel” (Rakhmat, 2017).
3.8 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Kriyantono, 2012) dalam riset kuantitatif dikenal metode pengumpulan


data: kuesioner (angket), wawancara (biasanya berstruktur). Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data kuesioner yang di dalamnya berisi daftar pertanyaan untuk para responden
yang dijadikan sampel. Kuesioner dikirimkan kepada responden melalui sarana new media,
jadi peneliti membuat pertanyaan kuesioner di Google form kemudian diberikan ke
responden dalam bentuk WhatsApp ataupun LINE. Berikutnya, supaya responden menjawab
kuesioner dengan benar sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, peneliti akan selalu online
di media sosial saat mereka mengalami kesulitan dalam menjawab. Kuesioner yang
digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup, dimana para responden disodorkan beberapa
pertanyaan dengan tiga sampai empat pilihan jawaban. Sengaja dibuat seperti ini biar peneliti
tidak kesulitan ketika memetakan jawaban yang sudah dikumpulkan oleh responden sekaligus
memudahkan para responden.

3.9 Jenis Sumber Data

Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian
atau objek penelitian (Bungin, 2005). Data primer dalam penelitian ini didapat dari kuesioner
yang disebarkan kepada generasi milenial yang berada di Kota Surabaya dengan rentang usia
26-41 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, E. d. (2004). Komunikasi massa: suatu pengantar . Bandung : Simbiosa Rekatama


Media.
Azwar, S. (2013). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. (2021, Desember 14). Proyeksi penduduk kota
Surabaya (jiwa), 2018-2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik Kota Surabaya:
https://surabayakota.bps.go.id/indicator/12/197/1/proyeksi-penduduk-kota-
surabaya.html
Biagi, S. (1988). Media/impact: an introduction to mass media. California: Wadsworth
Publishing.
Bungin, B. (2005). Metode penelitian kuantitatif: komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik
serta ilmu ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Cangara, H. (1998). Pengantar ilmu komunikasi . Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Cangara, H. (2010). Pengantar ilmu komunikasi . Jakarta: Rajawali Pers.
Cangara, H. (2012). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Pendidikan Indonesia. (2008). Kamus besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai
Pustaka.
detikNews. (2021, Agustus 6). Perang baliho politikus di era digital, masih efektifkah?
Retrieved from detikNews: https://news.detik.com/berita/d-5671668/perang-baliho-
politikus-di-era-digital-masih-efektifkah
DeVito, J. A. (1978). Communicology: an introduction to the study of communication.
Pennsylvania State University: Harper & Row.
Dimock, M. (2019, January 17). Defining generation : where millennials end and generation
Z begins. Retrieved from Pew Research Center: https://www.pewresearch.org/fact-
tank/2019/01/17/where-millennials-end-and-generation-z-begins/
Effendy, O. U. (2009). Komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ejournal ilmu komunikasi. (2015). ejournal.ilkom.co.id, 41-50.
Elvinaro Ardianto, L. K. (2007). Komunikasi massa: suatu pengantar. Bandung: Sambiosa
Rekatama Media.
Haroldsen, B. R. (1975). A taxonomy of concepts in communication. New York: Hasting
House Publishers.
Junaedi, F. (2013). Komunikasi politik . Jakarta : PT Mata Padi Pressindo.
Kriyantono, R. (2012). Buku teknik praktis riset komunikasi. Jakarta: Prenada.
Makalunsenge, I. (2014). Pengaruh Reklame Politik Pilwako Terhadap Sikap Pemilih Pemula
di Kelurahan Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat. Journal "Acta Diurna", 1-
11.
Mantika, F. (2019, Januari 4). Pemilih pemula dan wacana yang menarik bagi kaum milenial.
Retrieved from Center for Security and Welfare Studies:
https://csws.fisip.unair.ac.id/2019/01/pemilih-pemula-dan-wacana-yang-menarik-
bagi-kaum-milenial-a-faricha-mantika/
Maulana, H. d. (2013). Psikologi komunikasi dan persuasi. Jakarta: Akademia Permata.
Mc Quail, D. (1994). Teori komunikasi massa. Jakarta: Erlangga.
Morrisan. (2007). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu . Jakarta: Ramdina Prakarsa .
Nida, F. L. (2014). Perusasi dalam media komunikasi massa. Journal Komunikasi Penyiaran
Islam , 88.
Nimmo, D. (1978). Political communication and public opinion and america. California:
Goodyear Publishing.
Paimin. (2005). Peran dan pertanggungjawaban DPR kajian di DPRD Profinsi DKI Jakarta.
Jakarta: Aumni Bandung.
Quail, D. M. (2011). Mass Communication Theory. London: SAGE.
Rakhmat, J. (2017). Metode penelitian komunikasi dilengkapi contoh analisis statistik dan
penafsirannya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ramlan, S. (1992). Memahami ilmu politik. Jakarta: PT. Grasindo.
REPUBLIK MERDEKA. (2021, Agustus 21). Survei capres terbaru, Puan Maharani salip
Ganjar Pranowo. Retrieved from RMOL.ID:
https://politik.rmol.id/read/2021/08/21/501235/survei-capres-terbaru-puan-maharani-
salip-ganjar-pranowo
Sendjaja, S. (1999). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sendjaja, S. (2001). Teori komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
SINDONEWS.COM. (2021, Juni 15). Pasang baliho Puan Maharani di Surabaya, PDIP
'Tes ombak' untuk 2024. Retrieved from SINDONEWS.COM:
https://nasional.sindonews.com/read/455800/12/pasang-baliho-puan-maharani-di-
surabaya-pdip-tes-ombak-untuk-2024-1623712014
tirto.id. (2018, Desember 11). Hasil Survei LIPI: 40 Persen Suara di Pemilu Didominasi
Milenial. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/hasil-survei-lipi-40-persen-suara-di-
pemilu-didominasi-milenial-dbGF
Tribunnews.com. (2021, Agustus 5). Pemasangan baliho dinilai paling efektif untuk
kenalkan calon ke masyarakat. Retrieved from Tribunnews.com:
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/05/pemasangan-baliho-dinilai-paling-
efektif-untuk-kenalkan-calon-ke-masyarakat
Umar, H. (2002). Metode riset komunikasi organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Umar, H. (2002). Metode riset komunikasi organisasi . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
VIVA.co.id. (2021, September 10). Survei capres: Prabowo-Anies teratas, Puan Maharani
bikin kejutan. Retrieved from VIVA.co.id:
https://www.viva.co.id/berita/politik/1403327-survei-capres-prabowo-anies-teratas-
puan-maharani-bikin-kejutan
Vivian, J. (2008). Teori komunikasi massa. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai