Anda di halaman 1dari 19

Yayasan Selasar Sunaryo

Manajemen Kinerja Sebuah Organisasi Nirlaba

Satu pagi seperti biasa di bulan Desember tahun 2005, bertempat di Bale Handap,
salah satu bagian dari selasarnya yang asri di kawasan Bandung Utara, Sunaryo sedang
berkumpul bersama jajaran pengurus Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Saat itu hadir
adalah Sunaryo sebagai pendiri dan direktur, Siswandi Djoko, adik kandung Sunaryo
yang memegang jabatan sebagai wakil direktur, Yanni Aman sebagai General Affair
yang memiliki jabatan rangkap sebagai Kepala SDM dan Kepala Unit Usaha, Conny
Rosmawati dari Bagian Keuangan, Agung Hujatnika sebagai Kurator Pelaksana dan
Anggi sebagai Manajer Program. Saat itu suasana cukup akrab, tidak terlihat wajah-
wajah yang menunjukkan raut ketegangan Mereka berkumpul untuk membahas isu-isu
apa yang terjadi menyangkut eksistensi Yayasan Selasar Sunaryo (YSS) sebagai induk
organisasi dan SSAS sebagai bagian dari YSS serta apa yang akan di lakukan keduanya
untuk menjaga eksistensinya di kemudian hari.
Sambil menikmati hidangan khas berupa kopi dan makanan ringan yang
disediakan dari Kopi Selasar, Sunaryo selaku direktur mulai membuka pembicaraan
mengenai kondisi yayasan.
Satu persatu jajaran manajemen yang hadir melaporkan kondisi departemen
mereka masing-masing. Dimulai dari Yanni Aman selaku General Affair yang juga
memegang jabatan sebagai Kepala SDM dan Unit Usaha. Ia menjelaskan kondisi umum
YSS dan SSAS serta unit-unit yang ia kepalai. Selesai laporan dari Yanni, Conny
Rosmawati selaku kepala bagian keuangan menjelaskan kondisi permasalahan keuangan
yang selama ini di hadapi oleh SSAS. Ketergantungan terhadap pembiayaan dari Sunaryo
menjadi salah satu masalah pokok yang dihadapi oleh SSAS. Laporan dilanjutkan oleh
Agung Hujatnika dan Anggi yang menjadi kurator pelaksana dan Manajer Program.
Keduanya melaporkan program-program yang telah dan akan dilaksanakan oleh SSAS.
Mendengar semua laporan yang diberikan anak buahnya, Sunaryo tertegun.
Ternyata di balik kesuksesan SSAS saat ini, masih banyak masalah yang harus dihadapi
oleh YSS sebagai induk dari SSAS. Selaku pendiri dan direktur yayasan, Sunaryo
memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga keberadaan yayasannya. Ia mulai
berpikir tentang langkah apa saja yang harus di lakukan guna menjaga eksistensi YSS
untuk tahun-tahun mendatang, kalau bisa selamanya... ya, selamanya.

Tantangan Bisnis dan Permasalahan


Sebagai sebuah organisasi nirlaba yang masih tergantung pada sumber dana
pendirinya, SSAS memiliki banyak tantangan bisnis yang harus di hadapi. Tantangan
bisnis tersebut meliputi:
1. Belum memiliki strategi perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi
yang diemban.
2. Organ organisasi YSS masih belum lengkap sesuai dengan UU No.16 Tahun
2001.
3. Belum memiliki struktur organisasi yang optimal sesuai dengan strategi.
4. Perberdayaan sumber daya manusia yang masih minim.
5. Belum adanya uraian kerja tertulis untuk masing-masing posisi dalam organ
organisasi YSS.
6. Rencana regenerasi pengurus atau pegawai yang belum tersusun dengan baik
(belum adanya rencana regenerasi dalam organ YSS).
7. Pembiayaan masih tergantung pada Sunaryo.
8. Pemberdayaan YSS masih minim dalam pembiayaan SSAS dan unit bisnis
lainnya.
Sedangkan untuk SSAS sendiri, dalam kurun waktu satu-dua tahun terakhir ini,
SSAS nyaris telah menjadi sebuah dominasi dalam menghadirkan peristiwa-peristiwa
kesenian di Bandung. Tak hanya yang menampilkan karya-karya para seniman Indonesia,
melainkan juga seniman-seniman manca nagera. Demikian pula dengan genre seni yang
ditampilkannya. Tak hanya seni rupa, melainkan juga tari hingga program-program
workshop bagi anak-anak.
Kemapanan dan kemunculan SSAS menjadi menarik karena ia hadir di tengah
kelumpuhan galeri-galeri lain yang ada, karena itu wajar jika lantas ia naik daun, namun
selain itu SSAS juga masih dianggap sebagai lembaga yang tertutup karena masih
membubuhkan nama seseorang. Akibatnya, seluruh kegiatannya menjadi tidak bebas
nilai, seluruh kegiatannya tidak lepas dari otoritas pemilik. Seluruh aktivitasnya tidak
akan lepas dari suatu kepentingan, karena itu Selasar sulit untuk menjadi suatu lembaga
yang netral.

Tentang Sunaryo
Sunaryo Sutono adalah seorang seniman besar Indonesia yang menguasai
berbagai bidang seni rupa. Ia dilahirkan di Banyumas pada tanggal 15 Mei 1943. Sejak
masih dalam kandungan Sunaryo telah diinginkan oleh paman dan bibinya untuk
diangkat sebagai anak karena setelah bertahun-tahun perkawinan, mereka belum juga di
karuniai seoarang anak. Untuk memenuhi keinginan mereka akhirnya saat Sunaryo
menginjak usia sekolah, hak pengasuhannya diberikan pada paman dan bibinya. Sejak
saat itu mereka mulai mengasuh Sunaryo dan kemudian mewariskan Sunaryo nama
keluarga, Sutono.
Ayah angkatnya, Sutono adalah seorang Kepala Kantor Penyuluh Keresidenan
Banyumas. Ia merupakan orang yang jujur sehingga dihormati oleh banyak orang. Selain
jujur, ia juga memiliki sifat yang keras. Sedangkan ibunya memiliki sifat yang humanis,
senang menolong orang. Sifat-sifat dari ayah dan ibunya tersebut kemudian diwariskan
dan mengalir dalam darah Sunaryo.
Bakat seni yang dimiliki Sunaryo sudah terlihat semenjak ia masih sekolah di
Sekolah Dasar. Ia senang menggambar dan sering mendapatkan pujian dan penghargaan
dari gurunya karena mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran tersebut. Pada mulanya
Sunaryo selalu menggambar pemandangan, ia tidak berani menggambar yang lain. Hal
ini bermula dari rasa senang Sunaryo saat melihat gambar pemandangan di atas Sabak
(alat tulis jaman dulu, terbuat dari batu) di dalam kelasnya. Ia kemudian belajar
menggambar pemandangan, kerja kerasnya membuahkan hasil. Dengan menggambar
pemandangan ia selalu mendapat nilai tertinggi pada pelajaran menggambar. Hal ini
membuatnya terpaku untuk terus menggambar pemandangan. Namun atas dorongan dari
guru-guru sekolah dan bimbingan dari ayahnya ia akhirnya mau menggambar hal lain.
Selain pemandangan, ia mulai menggambar dengan tema lain, terutama objek hidup.
Kesenangan Sunaryo untuk menggambar tidak berakhir pada masa Sekolah Dasar
saja, hobinya itu berlanjut hingga saat beliau melanjutkan ke sekolah menengah. Di masa
SMA Sunaryo memilih kelas Sosial (SMA A) karena menurutnya akan mendukung
rencananya untuk melanjutkan studi mengenai seni di bangku perkuliahan. Selepas SMA
Sunaryo melanjutkan studinya di jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia
lebih memilih ITB dibandingkan Akademi Seni Rupa (ASRI) di Jogjakarta yang letaknya
lebih dekat dengan tempat tiggalnya. Hal ini disebabkan Sunaryo menganggap ITB
memiliki teknologi yang menurutnya akan lebih mendukung dalam mencapai
keberhasilan. Orang tua Sunaryo sesungguhnya menginginkannya untuk melanjutkan
kuliah di jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), namun keinginan yang kuat
dari Sunaryo untuk kuliah di Seni Rupa ITB meyakinkan mereka untuk mendukung
rencananya tersebut.
Lulus dari tes penerimaan mahasiswa baru Seni Rupa ITB, Sunaryo pindah ke
Bandung. Awalnya ia tinggal dengan kerabatnya di jalan Gatot Subroto, namun karena
menurutnya terlalu jauh dari tempat kuliah ia akhirnya pindah ke rumah kerabatnya yang
lain di jalan Cihampelas yang lebih dekat dengan kampusnya. Setelah beberapa kali
mengikuti perkuliahan, akhirnya Sunaryo memutuskan untuk tinggal di asrama
mahasiswa di jalan Cisitu.
Di masa-masa awal kuliah, Sunaryo selalu mendapat kiriman dari orang tuanya
sebesar 900 rupiah, namun uang sebesar itu tidak cukup untuk dapat membayar biaya
sewa asrama tempatnya tinggal sebesar 2.750 rupiah perbulan. Untuk dapat memenuhi
biaya tersebut serta biaya hidup lainnya Sunaryo harus mencari tambahan uang melalui
proyek-proyek yang ia kerjakan. Sejak tahun ke-dua perkuliahanya ia sudah tidak lagi
tergantung pada bantuan orangtuanya. Bukan hanya itu, Sunaryo bahkan mampu
memberikan bantuan pada mereka dengan mengirimkan sebagian uang yang ia peroleh.
Sejak tahun ke-tiga perkuliahannya, Sunaryo sudah mampu mengerjakan berbagai
proyek, misalnya membuat patung dan membuat relief. Karena hasil kerjanya yang
menarik dan berbeda dari orang lain, Sunaryo diminta untuk mengerjakan proyek
pembuatan taman di Medan oleh DR. Pardede. Melihat hasil kerjanya yang bagus, DR.
Pardede menawarkan beasiswa untuk mempelajari lanskap di Jepang, namun tawaran ini
ditolak Sunaryo mengingat studinya di ITB belum selesai.
Lulus dari Seni Rupa ITB, Sunaryo memutuskan untuk menjadi dosen di
almamaternya pada tahun 1969. Kemudian pada tahun 1975, ia melanjutkan studinya
untuk belajar tentang Seni Patung di Carrara Italia selama satu tahun.
Sunaryo tidak pernah terpaku dalam satu jenis bidang seni. Hasil karyanya dibuat
dalam berbagai bentuk: lukisan, patung, instalasi, monumen publik dan karya mural.
Kekuatan hasil karya seninya berasal dari manifestasi perasaan dan pikirannya.
Seringkali dalam karyanya Ia menjelajah berbagai keadaan, seperti tekanan budaya antara
modern dan tradisional, masalah lingkungan, misteri alam semesta, dan masalah
kemanusiaan. Hasil karyanya sudah sering di pertunjukkan dalam bentuk pameran
tunggal atau bersama-sama seniman yang lain, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sunaryo menegaskan bahwa karyanya merupakan sebuah bahasa simbolis. (Contoh hasil
karya-karya Sunaryo dapat dilihat dalam lampiran)
Sunaryo banyak dikenal masyarakat melalui berbagai karyanya yang
monumental, seperti monumen Bandung Lautan Api di Bandung, monumen Jogja
Kembali di Yogyakarta, dan patung Jenderal Sudirman yang berdiri dengan gagah di
jalan Sudirman Jakarta. Kecintaan Sunaryo dalam bidang seni rupa tidak hanya di
wujudkan dalam bentuk karya, pada tahun 1998 ia mendirikan Yayasan Selasar Sunaryo
sebagai bentuk sumbangan terhadap dunia kesenian di Indonesia.

Tentang Yayasan Selasar Sunaryo


Sejarah Organisasi
Yayasan Selasar Sunaryo (YSS) merupakan lembaga nirlaba yang menaungi
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Yayasan ini didirikan tanggal 3 Agustus 1998 di
Bandung, di hadapan notaris Lien Tanudirdja, S.H. berdasarkan surat keputusan Menteri
Kehakiman tertanggal 4 Maret 1998 nomor J.A.7/3/25, dengan dihadiri saksi:

1. Sunaryo selaku pendiri yayasan


2. Heti Komalasari Sunaryo
3. Adhi Ardianto

Jangka waktu berdiri tidak ditentukan lamanya dan dimulai sejak tanggal akta pendirian
yayasan disahkan. Yayasan ini memiliki maksud dan tujuan untuk memajukan seni dan
budaya Indonesia. Untuk itu, YSS berhak:

1. Mendirikan museum, galeri dan sekolah–sekolah kesenian serta kebudayaan.


2. Memberikan kursus–kursus, seminar, dan ceramah kesenian serta kebudayaan.
Berdasarkan hak tersebut, YSS mewadahi SSAS yang bergerak secara khusus di
bidang pengembangan dan pengkajian seni rupa modern dan kontemporer sebagai
dukungan terhadap praktek kebudayaan di Indonesia secara lebih luas.
SSAS yang dahulu dikenal dengan nama "Selasar Seni Sunaryo" dibangun selama
kurang lebih tiga tahun semenjak 1994, di atas tanah seluas 5000 meter persegi, sebagai
realisasi dari mimpi berkepanjangan Sunaryo untuk mewujudkan sumbangannya terhadap
perkembangan infrastruktur seni rupa di Indonesia. (Foto-foto lokasi SSAS dapat dilihat
di dalam lampiran)
Konsep utama "Selasar" dalam hal ini adalah menghubungkan seni dengan
kehidupan, menghubungkan karya seni dan pemirsanya sekaligus menghubungkan satu
budaya dengan budaya yang lain. Selasar sangat terbuka bagi publik yang ingin
menikmati, mengamati dan mengkaji karya-karya seni budaya yang terpilih dan
merepresentasikan dinamika perkembangan seni rupa di Indonesia dan mancanegara.
Pembukaan Selasar Seni Sunaryo pada bulan September 1998 ditandai dengan
pameran tunggal Sunaryo bertajuk "Titik Nadir" yang sekaligus merupakan refleksi sang
seniman terhadap kondisi sosial-politik di Indonesia yang saat itu carut marut dan
dinaungi keputusasaan: krisis ekonomi, reformasi bergulir, rejim Soeharto tumbang dan
rakyat dilanda kekurangan pangan. Alih-alih membuka sebuah museum seni rupa yang
telah dirancang dan dibangun dengan cucuran keringatnya, ketika itu Sunaryo malah
memutuskan untuk membungkus semua karya dan beberapa bagian bangunan dengan
kain hitam sebagai cerminan dari kondisi kreativitasnya yang gamang, bahkan mencapai
"titik yang terendah". Karya-karya yang sedianya hendak dipamerkan dalam pembukaan
tersebut dihadirkan sebagai sebuah konfigurasi karya baru dengan reinterpretasi baru
pula. Di salah satu sudut pintu masuk, di atas kain hitam tertulis pernyataannya yang
menyentuh:
”Prahara negeri kita telah mendesak saya membungkus karya-karya ini. Sejak awal
98, telah hilang daya untuk berkreasi seperti biasanya. Rasa gusar, pedih, cemas
membuat semua beku terhimpit segala krisis "sampai titik nadir" Dalam proses
pembungkusan, terjadi interaksi, bagai berkarya di atas karya. Mengikat, melipat,
merajut. Sampai kapan terdiam dan tetap terbungkus Entah menunggu negeri kita
mulai berseri” (selasarsunaryo.com, 2004).
Lingkup Bidang Usaha
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, YSS diijinkan untuk menyelenggarakan
kegiatan atau menaungi lembaga yang bertujuan memajukan seni dan kebudayaan
Indonesia. Namun demikian, hingga saat ini seluruh kegiatan untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut masih dilakukan oleh SSAS. Yayasan hanya dijadikan label hukum
saja, sedangkan kegiatan operasionalnya dapat dikatakan belum ada.
Hal ini menyebabkan YSS belum bisa mendanai kegiatan SSAS, sehingga SSAS
masih tergantung langsung kepada pendirinya (Sunaryo). Dalam hal ini semestinya YSS
yang menyokong kebutuhan SSAS lewat usaha-usaha pencarian dana yang sifatnya
independen. Padahal sebagai lembaga yang bergerak secara khusus dalam bidang seni
rupa, SSAS secara berkala menyelenggarakan kegiatan berupa pameran seni rupa,
pementasan seni pertunjukan, pembacaan puisi, pemutaran film yang diikuti diskusi,
seminar ataupun sarasehan yang bertujuan untuk mengkaji dan melihat relevansi seni
rupa dengan persoalan-persoalan kebudayaan secara luas. Ditambah lagi SSAS juga
menyelenggarakan program edukasi publik berupa panduan tour dan program anak-anak.
Dari mulai 1998 hingga tahun 2006, SSAS telah mengadakan sekitar 72 kegiatan
kesenian yang meliputi pameran seni rupa, pertunjukkan musik, pembacaan puisi,
pementasan teater dan sebagainya. Jumlah kegiatan yang dilaksanakan selalu bertambah
dari tahun ke tahun. Pada awal berdirinya, yaitu pada tahun 1998 SSAS hanya
mengadakan satu kali kegiatan kesenian, yaitu pameran seni rupa karya Sunaryo sendiri
yang berjudul Titik Nadir. Pada tahun 2006 dari bulan Januari hingga bulan sepetember
SSAS telah mengadakan duabelas kegiatan kesenian. Adapun jumlah kegiatan SSAS dari
tahun ke tahun adalah sebagai berikut:

Tahun Jumlah Nama Kegiatan


1998 1 The Nadir Point
1999 1 The Stones Travel Through Time
2000 3 The Other, Prince Sunten Jaya, ART
2001 5 Trace of the Eyes, DiscoPigs, BAE Bienalle 2001, Hole: Entering Hamlet
Machines, Repertoirs of the Rain
2002 8 Reflection, Framing the Potrait, Our Space, International Artists Residence -
Unesco, Ecstaticus Mundi, The Rite of Water – Soil, Arching Ark, The
Burning Yard
2003 12 Revealing the Mask, : Revealing the Mask, Gusbarlian & Ramla Istibar
Exhibition,Please Let Me See Your Face, \bæmbuw\, Solitude
Sculpture, Fake Beauty, Selasar Kids Program, Selasar Weekend Cinema,
Artists in Residence for the Writers in Fine Arts: "The Discourse of Bandung
Fine Arts, Dance Expression, Isolated Horizon, Discussion on “Contemporary
Fine Arts in Asia-Pacific”,
2004 11 Residensi Seniman Internasional UNESCO-Aschberg, Asian Video Art
Conference, Toys 'S' Us,Selasar Kids Program: Playing with “Discourse of
Every Animals", Video < > Painting Kadek, Music Concert: "Of Life - Of
Love", ARTSCOPE - Inside of Myself/Outside of Yourself, Dance Film
Screening: "Forward Motion", International Artist in Residence for UNESCO-
ASCHBERG Program, Triennale of Indonesian Graphic Works 2003
2005 19 Peluncuran Buku: The Long Road toward Recognition, Peluncuran Buku:
Relativitas, Video Screening, The Wahana Project: Imagined Legacies,
JazzSphere@ArtSpace, Living Together, The 3rd Asia Europe Art Camp,
Domestic Circle, International Artist Residency,
Open Call for Curatorial Project, Selasar Kids Program, tanah - manusia –
ruang, Seni Rupa & Kekuasaan, Selasar Weekend Cinema (SWC), Black
Moon, Paula Modersohn-Becker und die Worpsweder,, Workshop &
Pertunjukan Tari Korea – Indonesia, Provocative Bodies, The Hottest Ads

2006 12 Ti Iwung Nungtung Ka Padung Ti Kanteh Dugi Ka Boeh,


heteroARSITEKTUR, JazzSphere@ArtSpace, Amuk Bumi, Sunken Sea,
Bandung New Emergence, Workshop Kuratorial, Pameran dan Peluncuran
Buku Wouter Stips, Selasar Kids Program, Diskusi Seni Rupa, AdFest: Even
Hotter Than Ever, Diskusi British Council

Setiap kegiatan yang dilaksanakan di SSAS baik yang gratis maupun yang
dipungut bayaran selalu diminati pengunjung. Pada setiap kegiatan jumlah pengunjung
selalu memenuhi tempat kegiatan. Hal ini berbeda dengan hari-hari biasa. Pada hari-hari
dimana tidak ada kegiatan khusus, pengunjung yang datang ke SSAS untuk menikmati
karya seni hanya satu dua orang.
Dalam mempromosikan kegiatannya, SSAS tidak pernah memasang iklan di
media cetak ataupun audio visual. Umumnya informasi disebarkan melalui website,
email, undangan dan pamflet. Hal ini dikarenakan SSAS tidak mau mengecewakan
pengunjung. Biasanya kegiatan-kegiatan yang diiklankan di media cetak menimbulkan
persepsi bahwa kegiatan tersebut bersifat besar-besaran, sedangkan kegiatan-kegiatan di
SSAS tidak demikian. Namun demikian jumlah pengunjung yang datang selalu melebihi
dari yang di harapkan.
Dalam mengukur kesuksesan sebuah kegiatan, SSAS tidak mematok jumlah
pemasukkan uang yang diperoleh. SSAS lebih melihat ukuran kesuksesan dari jumlah
pengunjung yang datang, acara berjalan lancar, tidak terjadi hal-hal yang buruk dan
publikasi hasil kegiatan di media cetak.

Fasilitas
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Selasar sampai saat ini
SSAS menyediakan fasilitas yang banyak, yaitu:

1. Taman Batu, sebuah ruangan terbuka yang digunakan untuk memamerkan


karya seni Sunaryo yang terbuat dari batu-batuan

2. Ruang Pameran Utama, ruangan seluas 700m2 digunakan untuk menyimpan


dan memajang karya-karya Sunaryo yang dipilih oleh Dewan Pertimbangan
Kuratorial atas dasar periodisasi dan nilai kesejahteraannya. Ruangan ini juga
digunakan untuk pameran-pameran berskala besar yang menampilkan seniman-
seniman dari Indonesia dan mancanegara.
3. Ruang Sayap, digunakan untuk menyelenggarakan pameran-pameran yang
menampilkan karya-karya seniman muda Indonesia dan mancanegara. Selain
itu, ruangan-ruangan ini juga digunakan untuk memajang koleksi permanen
yang terdiri dari karya-karya terpilih seniman Indonesia dan mancanegara.
4. Kopi Selasar, teras terbuka yang disediakan bagi para pengunjung untuk
menikmati kopi dan makanan kecil sambil menyimak pemandangan bukit Dago
yang asri.
5. Ruang Tengah, memiliki fungsi yang sama dengan Ruang Sayap
6. Cinderamata Selasar, sebuah toko kecil yang menjual buku-buku dan jurnal
seni- budaya serta pernak-pernik cinderamata khas Selasar.
7. Ruang Rupa Rungu, digunakan untuk pemutaran film, seminar dan diskusi-
diskusi seputar seni rupa dan kebudayaan,
8. Amphitheatre, merupakan sebuah panggung terbuka dengan kapasitas 300
orang penonton yang dirancang khusus untuk pementasan seni pertunjukkan,
pembacaan puisi, monolog maupun pementasan-pementasan seni budaya
lainnya.
9. Rumah Bambu, rumah sederhana terbuat dari bambu yang digunakan untuk
menginap para seniman yang bekerja untuk program tertentu serta tamu-tamu
khusus.
10. Bale Handap adalah salah satu ruang serba guna yang digunakan untuk ruang
diskusi dan lokakarya. Model bangunan ini terinspirasi dari bangunan
tradisional jawa dengan adanya teras terbuka. Bale Handap terletak terpisah
dari bangunan utama yaitu diantara rumah bambu dan level paling bawah.
(selasarsunaryo.com, 2006)
(Foto-foto fasilitas yang terdapat di SSAS dapat dilihat pada lampiran)

Visi, Misi dan Tujuan


Impian dari pendiri saat mendirikan YSS ialah untuk memajukan seni dan budaya
Indonesia yang akhirnya dijadikan maksud dan tujuan yang tertulis dalam akta
pendiriannya. Selain itu, keinginan untuk regenerasi yang diharapkan dapat melanjutkan
segala kegiatan yang berlangsung saat ini.

SSAS yang berada di bawah naungan YSS telah mempunyai Visi dan Misi
sebagaimana berikut
Visi:
Menjadi pusat pengkoleksian dan pengkajian karya-karya Sunaryo sebagai salah
satu tokoh seni rupa modern Indonesia.

Misi:
1. Mendukung terselenggaranya mekanisme medan sosial seni rupa yang sehat
dan pengembangan infrastruktur yang ideal, positif serta berkesinambungan.
2. Menyelenggarakan program / aktivitas yang bersifat edukatif dan bertujuan
mengkomunikasikan seni rupa sebagai disiplin yang otonom serta bidang-
bidang kebudayaan yang lain secara luas masyarakat Indonesia.
3. Menjadi wadah bagi akses informasi tentang seni rupa Indonesia dan
Internasional.

Adapun tujuan didirikannya SSAS adalah:


1. Kegiatan yang dilakukan di SSAS bertujuan mengembangkan dan
menumbuhkan wacana seni rupa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, peran
media penyebaran informasi, seperti media massa umum dan media informasi
yang diselenggarakan oleh SSAS sendiri menjadi penting. Namun demikian,
orientasi kegiatan harus mampu melampaui sasaran tingkat penyebaran
pemikiran dan iklim dialog yang akhirnya akan mengukuhkan wacana seni rupa
Indonesia secara umum
2. Pengembangan wacana seni rupa memiliki kedekatan dengan bidang
pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan dilihat dalam maknanya yang hidup,
yang selalu memberikan ruang-ruang kemungkinan dimana pendidikan bisa
dilihat dalam kerangka penyelenggaraan yang formal maupun nonformal.
Khususnya bagi kelangsungan pendidikan formal seni rupa di Indonesia. SSAS
diharapkan bisa menjadi salah satu potensi legitimasi perkembangan seni rupa
yang mempu menciptakan rivalitas positif bagi kelangsungan proses pendidikan
secara formal.
3. SSAS juga bertujuan untuk menciptakan kepakaran dan profesionalitas
manajemen dan sumberdaya manusia yang mampu secara mandiri menjalankan
program dan usaha SSAS. Melihat kondisi kelangsungan infrastruktur seni
Indonesia, manajemen dan sumber daya manusia SSAS harus mampu secara
kreatif membuka berbagai ruang dan kemungkinan kerja sama di tingkat lokal
maupun internasional.
4. SSAS juga berkeinginan untuk menggali potensi lokal perkembangan seni rupa
Indonesia melalui penyelenggaraan pameran-pameran lokal dan internasional.
Pameran lokal merupakan langkah penggalian makna perkembangan masa lalu
(tradisi seni rupa modern), serta langkah pemaknaan secara aktif perkembangan
senirupa modern yang tengah hidup saat ini. Pameran dan kegiatan internasional
bertujuan mendukung perkembangan lokal yang kemudian secara bertahap
menjadi kontribusi SSAS pada kerangka perkembangan seni rupa regional dan
internasional.

Struktur Organisasi
Sampai saat ini YSS dikelola oleh badan pengurus yang terdiri atas 3 orang, yakni:

1. Ketua : Sunaryo
2. Sekretaris : Adhi Ardianto
3. Bendahara : Heti Komalasari Sunaryo

Struktur organisasi SSAS saat ini dapat digambarkan seperti diagram berikut:

Yayasan Selasar
Sunaryo
Direktur
Sunaryo
Kurator Pelaksana
Agung Hujatnika Dewan
Jennong Pertimbangan
Kuratorial (01-02)
Wakil Direktur Jim Supangkat
Siswandi Djoko Yuswadi Saliya
Saini KM
Keuangan Asmudjo J
Conny Rosmawati Rizki A. Zaelani
Bambang S

Manager Program General Affair


Anggi Yanni Aman

Dokumentasi Front Office Sekretariat Unit Usaha SDM


Diah Handayani Wilma / Nadia Wilma / Nadia Yanni Aman Yanni Aman

Keamanan Rumah Tangga


Glenn, Herman, Asmarudin, Ujang,
Oman, Ipung Koko, Mail

Gambar 11.2. Struktur organisasi Selasar Sunaryo Art Space

Terdapat dua tipe struktur organisasi yang diterapkan SSAS, yaitu struktur
birokratik dan struktur adhocratic. Untuk operasional pengelolaan yang sifatnya reguler,
diterapkan struktur organisasi birokratik dengan mengacu pada konsep hierarki dengan
spesialisasi yang formal. Sedangkan untuk program yang bersifat temporer, struktur
organisasi yang digunakan ialah adhocratic yang lebih fleksibel. Bahkan sering terjadi
penambahan anggota organisasi yang sifatnya temporer dari luar SSAS. Penyesuaian ini
bisa meliputi pergantian tugas maupun peran dari masing-masing organ, terkecuali untuk
tugas yang memerlukan keahlian khusus semacam kuratorial.

Sumber Daya
Sumber Daya Manusia
Berdasarkan struktur organisasi yayasan saat ini, YSS hanya memiliki 3 orang
pengurus. Di pihak lain, SSAS sendiri memiliki 21 orang tenaga kerja yang kompeten
dalam bidangnya masing-masing untuk menunjang kegiatan operasional yang ada.
Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang beragam dari tingkat SD hingga tingkat
pascasarjana. Hal ini disesuaikan dengan tanggung jawab yang harus dipegang.
Karyawan dengan tingkat pendidikan lebih rendah memegang tanggung jawab yang lebih
rendah pula. Dalam sistem perekrutan karyawan SSAS tidak mengadakan pemilihan
terbuka seperti memasang iklan di koran atau media lainnya. Selain itu juga calon
karyawan tidak diuji melalui berbagai tes seperti yang biasa dilakukan oleh banyak
perusahaan. Sistem rekrutmen yang diterapkan sangat sederhana, yaitu melalui
rekomendasi dari orang yang dikenal dan memiliki ketertarikan terhadap pengembangan
kesenian. Pihak Selasar kemudian akan menghubungi orang tersebut dan menanyakan
apakah bersedia untuk bergabung. Jika bersedia maka akan dilakukan percobaan selama
tiga bulan, jika performa kerjanya memuaskan maka akan dilanjutkan, jika tidak maka
kontraknya tidak akan diperpanjang. Sistem pelatihan yang dilakukan oleh SSAS juga
tidak rumit. Pada minggu pertama bekerja, karyawan akan dibimbing oleh karyawan
senior mengenai tanggung jawab dan pekerjaan yang harus dilakukan. Selepas minggu
pertama karyawan tersebut akan dilepas, namun jika masih ada hal yang tidak dimengerti
karyawan tersebut bisa bertanya pada seniornya.
Sistem gaji yang diterapkan di SSAS bersifat bulanan. Setiap karyawan di beri gaji
sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dengan jumlah di atas UMR yang
ditentukan. Selain itu juga terdapat tunjangan untuk setiap karyawan walaupun jumlah
nya tidak terlalu besar. SSAS belum menerapkan sistem bonus untuk performa yang
ditampilkan oleh karyawan.
Tingkkat turn over di SSAS terbilang kecil. Umumnya karyawan senang bekerja di
sana, karena sifat kekeluargaan yang terjalin di antara para karyawan. Keakraban tersebut
terjalin di semua level, baik antar departemen maupun antar karyawan secara individu.

12

Jumlah Karyawan (org)


9

0
SD SMP SMA D1/D3/S1
Tingkat Pendidikan

Gambar 11.3. Profil SDM berdasarkan pendidikan

86%

14%

21 - 35 tahun > 35 tahun

Gambar 11.4 Profil SDM berdasarkan Usia

Sumber Daya Finansial


Sampai saat ini biaya operasional SSAS masih sangat tergantung kepada
pendirinya. Hampir semua program yang dilaksanakan SSAS memperoleh pembiayaan
dari Sunaryo. Sebagai sebuah organisasi nirlaba, SSAS belum memiliki sponsor tetap
yang bersedia membiayai kebutuhan operasionalnya. Memang untuk kegiatan-kegiatan
tertentu SSAS mendapatkan bantuan finansial dari instansi-instansi baik pemerintah
maupun swasta, namun itu juga tidak mampu menutup semua kebutuhannya, sumber
finansial terbesar tetap tergantung pada Sunaryo. Selain bantuan dari Sunaryo dan
sponsor, selama ini SSAS memiliki unit usaha yang bersifat profit oriented, namun
keuntungan yang diperoleh dari unit usaha ini tidak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap kebutuhan biaya operasional SSAS.
Hal-hal yang menyebabkan besarnya biaya operasional yang harus di
keluarkan oleh SSAS adalah banyaknya fasilitas yang terdapat di SSAS, gaji para
karyawan yang besarnya bervariasi dan banyaknya kegiatan yang di laksanakan
SSAS. Dalam setahun, SSAS sekurang-kurangnya mengadakan delapan kali
kegiatan kesenian dan bisa mencapai lebih dari 15 kali pertunjukkan. Satu kali
kegiatan bisa membutuhkan biaya sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Sumber Daya Teknologi


Jika anda datang ke SSAS, anda akan di sambut oleh sebuah layar monitor di
depan pintu masuk. Dengan monitor tersebut anda dapat mencari informasi seputar
SSAS. Layaan tersebut di beri nama Kios-K, salah satu bentuk teknologi informasi yang
diterapkan di SSAS. Selain itu saat ini SSAS menerapkan teknologi internet dengan
menggunakan website untuk menyampaikan informasi mengenai kegiatan atau fasilitas
yang ada di SSAS. Hal ini merupakan salah satu upaya agar SSAS dapat terus
berkomunikasi dengan para pecinta seni di Indonesia. Banyaknya orang yang memiliki
minat terhadap kegiatan-kegiatan selasar dapat dilihat dari jumlah yang datang
mengunjung situs tersebut. Rata-rata dalam sehari terdapat 2000 orang pengunjung.
Sebelumnya SSAS menggunakan mailing list untuk menyampaikan informasi mengenai
selasar.
Pengadaan internet ini merupakan hasil kerja sama SSAS dengan Indonet, salah
satu penyedia layanan (provider) internet di Indonesia. Indonet menjadi sponsor
pengadaan IT di SSAS yang meliputi Internet, website, jaringan dan hotspot. Para
pengunjung yang memiliki fasilitas wi-fi dalam laptopnya dapat browsing internet di
SSAS. Semua perangkat keras yang mendukung teknologi informasi di Selasar di peroleh
secara gratis dari Indonet dan setiap bulannya SSAS memperoleh potongan biaya yang
cukup besar dalam sistem pembayaran kepada Indonet.
Selain teknologi yang di sebutkan di atas, saat ini SSAS juga berencana untuk
mengimplementasikan sistem teknologi informasi yang lain, yaitu direktori seniman
Indonesia dan Supply Chain Management. Direktori seniman indonesia berisi data-data
mengenai seniman-seniman yang ada di Indonesia. Selain itu seniman-seniman tersebut
bisa mengakses dan mengupdate informasi tentang dirinya masing-masing. Supply Chain
Management digunakan untuk mengatur aliran keluar masuknya karya.

Proses Bisnis
Mengenai bisnis utama SSAS sendiri fokus pada kegiatan yang bersifat non profit-
oriented sesuai dengan Visi dan Misi yang ada. Terdapat dua kategori kegiatan yang
masuk dalam bisnis utama ini, yakni:
1. Kegiatan yang bersifat reguler seperti pengelolaan galeri seni yang
menampilkan karya – karya koleksi Sunaryo sebagai salah satu tokoh seni rupa
modern Indonesia. Galeri tersebut terbuka untuk umum serta membuka
kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengkajian terhadap karya –
karya tersebut.
2. Kegiatan temporer yang penyelenggaraannya meliputi pameran tunggal seniman
lain, seminar, pameran karya seni, pekan sinema, konser musik, diskusi seni
rupa, pertunjukan seni peran, tarian, dan sebagainya.

Dilihat dari aspek pengelolaan lembaga, kegiatan yang bersifat reguler


dilaksanakan dengan menggunakan struktur organisasi birokratik yang mengacu pada
struktur organisasi yang bersifat baku, formal, dan hierarki. Dalam hal ini struktur
organisasi di SSAS sendiri. Sebaliknya, untuk kegiatan yang bersifat temporer, SSAS
mengadopsi struktur organisasi adhocratic yang mempunyai sifat lebih fleksibel bahkan
tidak menutup kemungkinan ada penambahan pihak luar yang bersifat sementara juga.
Selain itu, SSAS memiliki beberapa unit bisnis yang bersifat profit-oriented untuk
menunjang kegiatan utama SSAS. Bisnis pendukung terletak pada kegiatan SSAS
yang bersifat profit-oriented guna menunjang pengelolaan SSAS. Unit bisnis yang
masuk kategori bisnis pendukung ini ialah:
1. Kopi Selasar.
2. Cinderamata Selasar.
3. Penyewaan fasilitas SSAS.

Aturan Pemerintah Mengenai Yayasan


Sebelum tahun 2001 Indonesia belum memiliki aturan yang secara khusus
membahas tentang pendirian yayasan. Saat itu aturan-aturan yang ada hubungannya
dengan pendirian yayasan dijelaskan secara sporadis pada aturan-turan perundangan
seperti KUHPerdata, Rv, Undang-Undang Kepailitan (Faillissements-verordening),
Undang-Undang Perpajakan dan perundang-undangan Agraria. Ketentuan-ketentuan
yang berlaku saat itu tidak ada satupun yang menyinggung rumusan mengenai definisi
dari yayasan, status hukum yayasan dan cara mendirikan yayasan.
Walaupun belum ada aturan yang jelas, pada saat itu yayasan yang ada di
Indonesia telah memiliki pengakuan yang sah dilihat dari sudut pandang hukum.
Pengakuan tersebut didasarkan pada kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah
Agung. Untuk memperoleh pengakuan hukum sebuah yayasan hanya harus memenuhi
dua syarat, yaitu syarat materiil dan syarat formil. Syarat materiil mengharuskan adanya
pemisahan harta kekayaan pribadi dan yayasan, adanya suatu tujuan dan memiliki
organisasi. Sedangkan untuk syarat formil, yayasan haruslah memiliki akta autentik.
Dalam praktik hukum yang berlaku di Indonesia biasanya yayasan didirikan
dengan akta notaris yang kemudian di daftarkan di pengadilan negeri dan diumumkan
dalam Berita Negara, namun ada juga yang tidak didaftarkan ke Pengadilan Negeri dan
tidak di umumkan dalam Berita Negara. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan
hukum yang jelas, sehingga bisa saja dibuat akta di bawah tangan.
Setelah ada undang-undang yang mengatur keberadaan yayasan, maka untuk
mendapatkan pengakuan yang sah di mata hukum sebuah yayasan haruslah mengikuti
aturan-turan yang ada dalam undang-undang tersebut. Dalam Undang-undang Yayasan
disebutkan jika ingin memperoleh pengakuan hukum sebuah yayasan harus memperoleh
pengesahan dari menteri melalui Kepala Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia di wilayah kerja dimana yayasan tersebut berada.
Berdasarkan Undang-undang no. 16 tahun 2001, untuk mendirikan sebuah yayasan
syarat-syarat yang harus dipenuhi meliputi

1. Didirikan oleh 1 (satu) orang atau lebih


2. Ada kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pendirinya

3. Harus dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia

4. Harus memperoleh pengesahan Menteri

5. Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

6. Tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh yayasan lain, atau
bertentangan dengan ketertiban umum dan / atau kesusilaan.

7. Nama yayasan harus didahului dengan kata "Yayasan".

Sedangkan dalam ketentuan umum tentang yayasan disebutkan bahwa yayasan


harus memiliki organ yang terdiri dari pembina, pengurus dan pengawas. Ketiga bagian
organ tersebut tidak diperbolehkan memiliki jabatan rangkap sebagai anggota direksi atau
pengurus dan anggota dewan komisaris atau pengawas dari badan usaha yang didirikan
untuk mendukung jalannya yayasan. Selain itu ketiga bagian organ tersebut tidak
diperbolehkan memperoleh bagian dari hasil usaha yang didirikan.

Yayasan juga harus memiliki anggaran dasar yang sekurang-kurangnya memuat:

1. Nama dan tempat kedudukan


2. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut

3. Jangka waktu pendirian

4. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam
bentuk uang atau benda
5. Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan

6. Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian anggota Pembina,


Pengurus dan Pengawas

7. Hak dan Kewajiban anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas

8. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan

9. Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar

10. Penggabungan dan pembubaran yayasan, dan

11. penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah
pembubaran

(Untuk dapat memahami lebih jelas, Undang-undang no.16 tahun 2001 dapat dilihat pada
lampiran.)

Sesuai dengan pasal 71, yayasan yang telah berdiri sebelum adanya Undang-
undang no16 tahun 2001, dan telah didaftarkan ke pangadilan negeri berhak untuk tetap
diakui sebagai badan hukum, namun harus melakukan penyesuaian anggaran dasar sesuai
dengan aturan yang baru dalam waktu paling lambat selama lima tahun setelah
dilaksanakannya undang-undang yayasan. Yayasan tersebut kemudian harus
mendaftarkan kepada menteri paling lambat satu tahun setelah dilakukannya
penyesuaian. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka pemerintah memiliki hak untuk
membubarkan yayasan tersebut.

Pertanyaan:

Rancang Sistem Manajemen Kinerja Selasar Sunaryo tersebut yang menyangkut


Framework, definisi tiap indikator yang digunakan, keterkaitan antar indicator kinerja,
formula pengukuran indicator dan standar kinerja yang akan diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai