oleh:
LINDA SIENA MARIA SOARES
10612002
I
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
LINDA SIENA MARIA SOARES
NIM. 40617057
Mengetahui/Menyetujui :
Pembimbing Akademik,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Upaya Meningkatkan
Pelayanan Diare Balita Di Puskesmas Singosari Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang” ini tepat waktu. Penyusunan laporan ini merupakan salah
satu tugas PKL III tahap profesi Pendidikan Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran
Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Departemen Ilmu Kesehatan
Gigi Masyarakat.
Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Firmina Tri Rahayu J, dr., M. Kes selaku Kepala Puskesmas Pakis Kabupaten
Malang yang telah meluangkan banyak waktu untuk membantu proses
pelaksanaan PKL III
2. Gustian Pamungkas, drg., selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
kegiatan PKL III
3. Fiory Dioptis, drg., M.Kes selaku Pembimbing Akademik Fakultas
Kedokteran Gigi dan dosen pembimbing akademik Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri.
4. Ledy Martha Aridiana, S. Kep., Ns., M. Kes selaku pembimbing operasional
yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam proses penulisan
laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
5. Segenap staf dan karyawan Puskesmas Singosari, yang telah membantu
penulis dalam pelaksanaan program ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan PKL III.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan karena manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis juga
iv
berharap laporan ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................3
1. Tujuan Umum..............................................................................3
2. Tujuan Khusus.............................................................................3
D. Sasaran Kegiatan.............................................................................3
E. Manfaat............................................................................................3
1. Bagi Puskesmas ..........................................................................3
2. Bagi Masyarakat..........................................................................4
3. Bagi Mahasiswa...........................................................................4
5
6
2. Tujuan Posbindu........................................................................15
3. Manfaat Posbindu......................................................................15
4. Klasifikasi Posbindu..................................................................16
5. Langkah Penyelenggaraan.........................................................17
6. Pelaksanaan...............................................................................18
C. Promosi Kesehatan (Promkes)........................................................19
1. Definisi Promkes.......................................................................19
2. Langkah-langkah Perencanaan..................................................19
3. Media yang digunakan dalam Promkes.....................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................50
LAMPIRAN.....................................................................................................52
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
11
Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB (Kejadian Luar Biasa) diare
dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang dengan CFR
atau Case Fatality Rate sebanyak 2.47% (Kemenkes RI, 2015).
12
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan Pelayanan Balita Diare di Puskesmas Singosari Kabupaten
Malang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dampak dari penyakit
diare.
2. Memberikan informasi terhadap orang tua tentang dampak dari penyakit
diare pada balita.
3. Mendorong dan memotivasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang penyakit diare pada balita untuk berobat ke puskesmas
1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan adalah Pelayanan Balita Diare di Puskesmas Singosari
Kabupaten Malang.
13
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas
1. Target puskesmas untuk meningkatkan Pelayanan Balita Diare dengan
Penyuluhan yang optimal dan pemberian poster.
2. Membantu puskesmas dalam mencari alternatif pemecahan masalah
untuk memperbaiki rendahnya Pelayanan Balita Diare.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
mendukung upaya peningkatan Pelayanan Balita Diare dalam mengikuti
penyuluhan di posyandu dan pemberian poster.
1.4.3 Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas
masalah, melalui analisa data-data primer dan sekunder.
2. Mahasiswa mampu mencari akar penyebab masalah dan menentukan
prioritas penyebab masalah.
3. Melatih kemandirian mahasiswa dalam melakukan advokasi kepada
masyarakat, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat.
4. Mahasiswa mampu menerapkan inovasi baru, untuk memecahkan masalah
di lapangan, seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan operasional, pemecahan
masalah kesehatan masyarakat.
1.4.4 Bagi Pendidikan
Memberikan masukan bagi institusi mengenai upaya meningkatkan
Pelayanan Balita Diare melalui penyuluhan yang optimal dan pemberian poster.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan intensitas
feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3
kali dalam 24 jam. Apabila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut
sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan
pada diare kronik, feses dapat dengan atau tanpa lendir. (Amin,
2015)Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoadapat menyebabkan
diare. Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp, Campylobacterjejuni, dan
Cryptosporidium sp merupakan mikroorganisme tersering penyebab diare pada
balita. (Utami, dkk. 2016)Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap
berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan daya tahan tubuh balita yang masih lemah.
Selain itu kehidupan balita juga masih sangat bergantung kepada orang tua
terutama pada ibu, sehingga masalah kesehatan pada balita pun menjadi tanggung
jawab orang tua yang tidak bisa dianggap remeh. Salah satu masalah kesehatan
balita di Indonesia yang masih sering terjadi adalah diare. (Christy, 2014)
2.2 Etiologi
3.Faktor perilaku yang terdiri dari pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif
dan kebiasaanmencuci tangan. (Utami, dkk. 2016)
2.1.4 Epidemiologi
Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian karena angka morbiditas dan mortilitasnya masih tinggi. Data
dari Riskesdas 2007 menyebutkan bahwa penyakit diare dari tahun ke tahun
masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Di dunia
sekitar lima juta anak meninggal dunia karena diare akut, dimana sebagian besar
terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Beberapa survei menunjukkan
bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita. Sedangkan menurut
SKRT 2001 menyebutkan angka mortilitas balita mencapai 13%; Studi Mortalitas
Dunia 2005 menyebutkan angka mortilitas anak karena diare sebanyak 17%;
WHO (Asia) sebesar 15%; dan Riskesdas 2007 menyebutkan angka mortilitas
karena diare balita (1–4 tahun) sebesar 25,2%. (Christy, 2014). Prevalensi diare
16
untuk Provinsi Jawa Timur sendiri mencapai 7,9% . Provinsi Jawa Timur
menduduki peringkat ke-10 dari 33 prevalensi menurut provinsi di Indonesia.
Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur tertinggi terdapat pada kelompok
umur balita (1-4 tahun) yaitu sebesar 16,7%. Prevalensi diare berdasarkan
kelompok umur tertinggi terdapat pada kelompok umur balita (1-4 tahun) yaitu
sebesar 16,7% yang digambarkan pada table 2.1 berikut :
(Christy, 2014)
b. Diare Persisten
17
Dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare jenis ini sering
terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi
infeksi,(Iskandar2011).
c. Penularan Diare
Menurut departemen Kesehatan RI (2005), kuman penyebab diare
biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman
yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberap
perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan
resiko terjadinya dire yaitu: tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulanpada
pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada
suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyuapi anak dan tidak membuang tinja termasuk tinja bayi yang benar
Secara umum faktor risiko Diare pada dewasa yang sangat berpengaruh
terjadinya penyakit Diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih , jamban
keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih
dan sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi, malabsorpsi,
keracunan, immuno defisiensi serta sebab-sebab lain.. Sedangkan pada balita
faktor risiko terjadinya Diare selain faktor intrinsik dan ekstrinsik juga sangat
dipengaruhi oleh prilaku ibu atau pengasuh balita karena balita masih belum bisa
menjaga dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya, jadi apabila
ibu balita atau pengasuh balita tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat
maka kejadian Diare pada balita tidak dapat dihindari.
Penularan penyakit Diare pada balita biasanya melalui jalur fecal oral terutama
karena : 1.Menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air) Dari
peneltian Sobel J dkk di Sao Paulo, Brazil ditemukan bahwa mencuci botol susu
bayi dengan air mendidih dapat mencegah diare dengan matched odds ratio
(mOR) = 0,60 , p = 0,026 2.Kontak dengan tangan yang terkontaminasi Penelitian
18
a.Tidak memadainya penyediaan air bersih Pada penelitian di kota Kano pula
didapatkan bahwa rumah tangga yang menggunakan air ledeng untuk kebutuhan
air bersih rumah tangga dapat mencegah 80 % diare pada anak (AAOR = 0,2; 95
%; CI = 0,1 – 0,7)
b.Kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air oleh tinja Penelitian oleh
Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret di lima
propinsi di Indonesia yang mendapatkan proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi
(KKG) pada bulan Agustus-September 2003 didapatkan bahwa keluarga yang
mempunyai sumber air bersih dari sumur dan ledeng dapat mencegah diare pada
anak sebanyak 66 % (OR 0,34 95 % interval kepercayaan = 0,16 – 0,70) dan
membuang sampah pada tempat sampah khusus dapat mencegah diare dimana
yang tidak mempunyai tempat sampah khusus mempunyai risiko 2 kali lipat
terkena diare dibanding yang membuang sampah ditempat khusus. c.Penyiapan
dan penyimpanan makanan tidak secara semestinya. Strina A dkk mengadakan
penelitian di Salvador, Brazil ditemukan bahwa keluarga yang mempunyai prilaku
kurang hygienis mempunyai risiko 2,2 kali terkena diare dibanding dengan anak
dari keluarga yang mempunyai prilaku yang hygienis. 4.Tindakan penyapihan
yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, susu botol, pemberian ASI yang
diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama). Selain beberapa faktor
diatas kemungkinan penularan Diare pada balita juga sangat dipengaruhi oleh :
a.Gizi kurang b.Kurang kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh
c.Berkurangnya keasaman lambung d.Menurunnya motilitas usus Penyebab diare
19
diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi
karena daya tahan tubuh yang kurang. Status gizi ini sangat dipengaruhi oleh
kemiskinan, ketidak tahuan dan penyakit. Begitu pula rangkaian antara
pendapatan, biaya pemeliharaan kesehatan dan penyakit, keadaan sosio ekonomi
yanmg kurang, hygiene sanitasi yang jelek, kepadatan penduduk rumah,
pendidikan tentang pengertian penyakit, cara penanggulangan penyakit serta
pemeliharaan kesehatan 4)Faktor lingkungan Penularan penyakit diare sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana sebagian besar penularan melalui
faecal oral yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana air bersih dan
jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan serta perilaku hidup sehat dari
keluarga 38Oleh karena itu dalam usaha mencegah timbulnya diare yaitu dengan
melalui penyediaan fasilitas jamban keluarga yang disertai dengan penyediaan air
yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya. Upaya tersebut harus diikuti
dengan peningkatan pengetahuan dan sosial ekonomi masyarakat, karena tingkat
pendidikan dan ekonomi seseorang dapat berpengaruh pada upaya perbaikan
lingkungan. 5)Faktor susunan makanan Faktor susunan makanan berpengaruh
terhadap terjadinya diare disebabkan karena kemampuan usus untuk menghadapi
kendala baik itu yang berupa : a.Antigen : susunan makanan mengandung protein
yang tidak homolog sehingga dapat berlaku sebagai antigen. Lebih-lebih pada
bayi dimana kondisi ketahanan lokal usus belum sempurna sehingga terjadi
migrasi molekul makro. b.Osmolaritas : susunan makanan baik berupa formula
susu maupun makanan padat yang memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga
dapat menimbulkan diare. c.Malabsorpsi : kandungan nutrient makanan yang
berupa karbohidrat, lemak maupun protein dapat menimbulkan intoleransi,
malabsorpsi maupun alergi sehingga terjadi diare pada balita. d.Mekanik :
kandungan serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik dapat
merusak fungsi usus sehingga timbul diare.
21
13.Pencegahan Diare
a.Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu
penting:
1)Sebelum makan.
b.Mengkonsumsiair yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui proses
pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses klorinasi.
Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda
meggunakan WC/jamban yang bertangki septik atau memiliki sepiteng
(Ihramsulthan.com, 2010).
sudah dimulai produksi secara masal susu kaleng yang berasal dari air susu sapi
sebagai pengganti ASI. ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain ; susu
formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
disebut disusui secara penuh. Bayi - bayi harus disusui secara penuhsampai
mereka berumur 4-6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI
harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 x lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora usus pada bayi -bayi yang disusui mencegah tumbuhnya
bakteri penyebab diare. Pada bayi yahg tidak diberi ASI secara penuh, pada6
bulan pertama kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar.
Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol
untuk susu formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Pada akhir-akhir ini dengan bertambahnya
penggunaan" Pengganti ASI” (PASI) untuk makanan bayi, terutarna di negara-
negara yang sedang berkembang, timbulah berbagai sindrom, misalnya yang
dikenal dengan syndrome Jelliffe yang terdiri dari kekurangan kalori protein tipe
marasmus, monilisasi pada mulut, dan diare karena infeksi. Hal ini disebabkan
karena di negara-negara yang sedang berkembang, tingkat pendidikan ibu yang
masih rendah, kebersihan yang masih kurang, tidak adanya sarana air bersih, dan
rendahnya keadaaan sosial ekonomi dari penduduknya. c.Makanan Pendamping
ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa
yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI
dapat menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare ataupun penyakit lain
yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI
24
yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan. Ada bebarapa saran yang dapat meningkatkan cara
pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu : 1) Perkenalkan
makanan lunak, ketika anak berumur 4 - 6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan
makanan lebih sering (4 x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4 - 6 x sehari, teruskan pemberian ASI bila
mungkin. 2)Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-
bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
3)Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih. 4)Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan
sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak. d.Prilaku hidup bersih dan sehat Untuk melakukan pola prilaku
hidup bersih dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara lain adalah :
1.Penimbangan balita . Apabila ada balita pertanyaanya adalahapakah sudah
ditimbang secara teratur ke posyandu minimal 8 kali setahun. 2.Gizi , anggota
keluarga makan dengan gizi seimbang. 3.Air bersih, keluarga menggunakan air
bersih (PAM, sumur, perpipaan) untuk keperluan sehari-hari. 4.Jamban keluarga,
keluarga. buang air besar di jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan.
Air yang di minum dimasak terlebih dulu. 6.Mandi menggunakan sabun mandi.
7.Selalu cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun 8.Pencucian
peralatan menggunakan sabun. 9.Limbah, apakah SPAL sering di bersihkan.
2)Terhadap faktor bibit penyakit. a.Memberantas sumber penularan penyakit, baik
dengan mengobati penderita maupun carrieratau dengan meniadakan
reservoirpenyakit. b.Mencegah terjadinya penyebaran kuman, baik di tempat
umum maupun di lingkungan rumah. c.Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga
dapat memperbaiki dan memelihara kesehatan. 3)Terhadap faktor lingkungan
Mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup, sehingga faktor-faktor
yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan
kesehatan manusia.
25
BAB III
ANALISA SITUASI
1. GEOGRAFI
Chart Title
Desa Kelurahan
Gunungrejo Pagentan
13% 12%
Desa Kelurahan
Klampok Candirengo
12% 10%
Desa
Desa Watugede
Purwoasri 9%
11%
Desa
Desa Banjararum
Langlang 12%
12% Desa
Tunjungtirt
o
10%
2. DEMOGRAFI
1) Jumlah penduduk
JUMLAH PENDUDUK
49,000
48,777
48,800
48,600
48,400
48,186
48,200
48,000
47,800
Laki-Laki Perempuan
banyak dengan total 48,777 jiwa sedangkan perempuan 48,186 jiwa di Singosari
tahun 2019
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Kesimulan : Penduduk usia produktif lebih banyak (usia 15-64 tahun) pada wilayah
Puskesmas Singosari 2019
Sex Ratio
Laki-Laki
Perempuan
100 101
Kesimpulan : Sex ratio untuk keseluruhan wilayah kerja Puskesmas Singosari adalah
101 yang berarti terdapat 101 laki-laki di antara 100 perempuan .
56.825
Kesimpulan : terdapat 1000 wanita usia 15-49 tahun dengan 100 anak usia 5 tahun
Chart Title
1%
lahir hidup
lahir mati
99%
Kesimpulan :terdapat lahir hidup sebanyak 1.482 jiwa dan lahir mati sebanyak
9 jiwa di puskesmas Singosari tahun 2019.
10000 9429
8944
9000
8000 6926 7125
7000 6113
6000 5466
4798
5000 4414
4000
3000 2454 2157
1640
2000 1151
779 806
1000 125 100 155 100
0
LAKI-LAKI PEREMPUAN
20
medis
perawat gigi
15 bidan
farmasi
gizi
10 sanitasi
kesmas
analis kesehatan
rekam medis
5
0
TENAGA KERJA
31
Kesimpulan : tenaga kerja paling banyak pada Puskesmas Sidomulyo adalah perawat gigi
dengan jumlah 21 orang
b. Sarana Pendidikan
45
38
36
19
7 6
c. Sarana Kesehatan
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1. RS pemerintah 0 unit
2. RS Swasta 3 unit
3. Klinik Swasta 3 unit
4. Pos KB 1 unit
5. Posyandu Balita 94 unit
6. Posyandu Lansia 47 unit
7. Hattra 9 unit
8. Apotek 8 unit
9. Penyehat Tradisional 82 unit
10. Dokter Praktek Umum 17 orang
11. Dokter Praktek Spesialis 8 orang
12. Bidan Praktek Swasta 26 orang
13. Kader Aktif 470 orang
33
55
52
38
3
1
p o sy . Pr a tam a p o sy . M ad y a p o sy . p o sy . M a n d ir i p o sy . Pu r i
Pu rnam a
2. Prasarana
Sarana khusus untuk melaksanakan pelayanan kesehatan
bagi seluruh masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Singosari
35
2. Strategi
3. Visi dan misi Puskesmas Singosari akan dicapai dengan beberapa
strategi yang diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang
terencana, terarah dan berkesinambungan. Beberapa strategi
tersebut antara lain :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
Singosari di bidang kesehatan
b. Meningkatkan kemandirian masyarakat Kesamatan Singosari
dibidang kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat, swasta
dan kerjasama lintas sector
c. Meningkatkan kualitas manajemen dan sumber daya manusia
secara berkelanjutan
36
4. Tujuan
Sebagai tujuan akhir yang akan dicapai dari penjabaran visi, misi
dan strategi Puskesmas Singosari adalah meningkatnya kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas Singosari sehingga
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
5. Tenaga Kesehatan
10
6
5
1 1 1 1 2 2
0
is i n i zi si at is
ed ig da as Gi an ed
G Bi m ita rak at
M at F ar S an sy
a s e h M
w m
ra M
a Ke ka
Pe an al
is Re
n
da hat A n
at s e
ra
w Ke
Pe
6. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas Singosari mengacu pada Struktur
Organisasi Tata kerja (SPOT) yang terdiri dari unsur pimpinan,
unsur pembantu pimpinan dan unsur fungsional.
37
Gambar 3.8 STRUKTUR ORGANISASI PKM SINGOSARI
PENANGGUNG PENANGGUNG
PENANGGUNG UPAYA KESEHATAN
JAWAB UKM & JAWAB USAHA
JAWAB UKM JARINGAN & KEPEGAWAIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN
PENGEMBANGAN JEJARING
KESMAS PERSEORANGAN
38 JEJARING 1. PERENCANAAN
FASYANKES 2. EVALUASI
39
BAB IV
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan laporan dari data Penilaian Kinerja Puskesmas tahun 2019 Puskesmas
Singosari, ditemukan beberapa masalah yang masih dihadapi oleh Puskesmas Singosari
A. Prioritas Masalah
40
Dari beberapa masalah yang telah dikumpulkan, dipilih satu masalah sebagai prioritas
1. Urgency : dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut
diselesaikan.
subur (PUS)
yang belum
mengetahui
tentang
keluarga
Berencana
Masih ada 1 4 3 8 5
7,7% rumah
tangga yang
belum
memiliki
akses
terhadap SAB
Masih kurang 3 5 4 12 3
18,4% balita
(0-59 bulan)
yang belum
menerima
pelayanan
kesehatan
B. Penyebab Masalah
yang berpengaruh terhadap masalah tersebut menggunakan alat analisis diagram tulang
ikan (Fish bone Analizer) dan didapatkan penyebab masalah sebagai berikut :
MANUSIA LINGKUNGAN
kreteria :
1. Capabillity
2. Accessibility
3. Readiness
4. Leverage
46
NO Indikator
Kegiatan Tujuan Sasaran Rincian kegiatan Waktu Lokasi Pelaksana Dana
Keberhasilan
PERSIAPAN
1 Advokasi kepala Mencari Kepala Menanyakan 24 Pukesmas Mahasiswa Mendapatkan
Puskesmas dan permasalahan Puskesmas permasalahan yang ada Agustus Singosari Linda informasi
pembimbing yang ada di dan di Puskesmas, data, 2020 Siena permasalahan
lapangan puskesmas dan pembimbing informasi-informasi yang dapat
mendapatkan lapangan yang penting, meminta diangkat
-
informasi Puskesmas dukungan kegiatan menjadi kasus
penting dan Singosari
dukungan
kegiatan
2 Advokasi Mengolah data Pemegang Konsultasi masalah dan 29 Puskesmas Linda Memperoleh
Pemegang Program pengumpulan data-data Agustus Singosari Siena data pendukung
-
Program Diare Puskesmas yang diperlukan 2020
Balita Singosari
3 Pengumpulan Mendapatkan Mendapat
Data Penyakit dukungan Wilayah Membicarakan rencana informasi yang
29
Diare Balita kegiatan Seluruh kegiatan, dan langkah- Puskesmas Linda lebih dalam
Agustus -
intervensi dan Puskesmas langkah kegiatan Singosari Siena untuk
2020
informasi yang Singosari pelaksanaan kegiatan. mendukung
menunjang kegiatan
4 Advokasi ke Mendapatkan Kepala Desa Membicarakan rencana 1 Balai Desa Linda - Mendapatkan
49
Perangkat Desa, izin dan dan Bidan kegiatan, sasaran yang Septemb dan Siena ijin
Bidan desa dan dukungan Desa tepat, dan waktu er 2020 Polindes
Kader kegiatan pelaksanaan kegiatan.
PELAKSANAAN KEGIATAN
pada:
bidan desa dan perawat desa, untuk meminta ijin melakukan kegiatan
dilakukan pada:
Puskesmas Singosari.
kader
orang tua balita ditemani oleh kader kesehatan dan ditemani oleh
Penyakit Diare Balita dengan bantuan media poster, leaflet dan buku
saku.
55
tua balita selain itu, kehadiran beberapa kader juga cukup membantu
masyarakat di lingkungannya.
56
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
penyakit diare balita, dan berkoordinasi dengan perangkat Desa serta Kader khusus
menangani permasalan.
57
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa IW, Dewi KAT, A. Z. (2016).
Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor
Lingkungan terhadap Kejadian Diare
pada Balita di Desa Sukawati ,
Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014 I
Wayan Arimbawa , Komang Ayu
Trisna Dewi , Zakwan bin Ahmad
Program Studi Pendidikan Dokter ,
Fakultas Kedokteran Univ, 6(1), 8–15.
Aziz. (2006). Diare Pembunuh Utama
Balita. Jakarta: Graha Pustaka.
Berhe, H., Mihret, A., & Yitayih, G. (2016).
Prevalence of Diarrhea and Associated
Factors Among Children Under-Five
Years of Age in Enderta Woreda,
Tigray, Northern Ethiopia, 2014.
International Journal of Therapeutic
1(9), 14–19.
Notoatmodjo, P. (2010). Konsep Perilaku
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Riskesdas. (2013). Laporan Riset
Kesehatan Dasar.
Rohmah, Z., Handajani, S., & Rosida.
(2014). Hubungan Tingkat Pendidikan
Ibu Balita Diare Dengan Penggunaan
Oralit di Wilayah Kerja Puskesmas
Jajag Banyuwangi Tahun 2014, 27–
31.
Rosyidah, A. (2014). Hubungan Perilaku
Cuci Tangan Terhadap kejadian diare
pada Siswa di SDN Ciputat 02.
Saleh, Muhammad, H. (2014). Hubungan
Kondisi Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Diare pada Anak Balita di
59