Anda di halaman 1dari 10

PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN PERIKATAN AUDIT

RESUME

Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi tugas Dosen Mata Kuliah Auditing dan Assurans

Oleh :

Dwita Ninzi Maiviza

NPM : 51622220013

MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN PERIKATAN AUDIT

1. Penerimaan perikatan dan pentingnya pengaruhnya atas audit laporan keuangan


Perikatan asurans berarti suatu perikatan yang di dalamnya seorang praktisi
menyatakan suatu kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan derajat
kepercayaan pengguna yang dituju (selain pihak yang bertanggung jawab) terhaadap
hasil pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dibandingkan dengan
kriteria.(Ikatan Akuntan Publik Indonesia, 2012)
Dalam beberapa perikatan asurans, pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok
dilakukan oleh pihak yang bertanggungjawab atas hal pokok, dan informasi hal pokok
disajikan dalam bentuk asersi oleh pihak yang bertanggung jawab yang tersedia bagi
pengguna yang dituju. Perikatan ini disebut “perikatan berbasis asersi”. Dalam
perikatan asurans lainnya, praktisi melakukan pengevaluasian atau pengukuran secara
langsung atas hal pokok atau dengan memperoleh representasi dari pihak yang
bertanggung jawab .atas hal pokok yang sebelumnya telah melakukan pengevaluasian
atau pengukuran atas hal pokok tersebut, yang tidak tersedia bagi pengguna yang
dituju. Informasi hal pokok disediakan bagi pengguna yang dituju dalam bentuk
laporan asurans. Perikatan ini disebut “perikatan pelaporan langsung”
Sebelum melakukan audit laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan
apakah menerima atau menolak suatu perikatan audit dari calon klien. Jika menerima,
maka auditor harus menanggung resiko yang terjadi, karena banyak resiko yang
dihadapi KAP dalam menerima Klien, sehingga KAP harus berhati hati dalam memilih
klien.

2. Ruang Lingkup Kerangka Penerimaan Perikatan


Dalam kerangka ini terdapat dua tipe perikatan asurans yang dapat dilakukan oleh
praktisi, yaitu perikatan yang memberikan keyakinan memadai dan perikatan yang
memberikan keyakinan terbatas. Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan
memadai adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat
diterima dalam kondisi perikatan tersebut sebagai basis kesimpulan praktisi yang
dinyatakan dalam bentuk positif. Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan
terbatas adalah penurunan risiko perikatan asurans ke tingkat yang dapat diterima
dalam kondisi perikatan tersebut (namun risikonya lebih besar daripada risiko dalan
perikatan yang memberikan keyakinan memadai), sebagai basis kesimpulan praktisi
yang dinyatakan dalam bentuk negatif.
Tidak semua perikatan yang dilakukan oleh praktisi merupakan perikatan asurans.
Perikatan lain yang sering dilakukan dan tiudak memenuhi defenis sitas (serta tidak
dicakup dalam kerangka ini) meliputi :
 Perikatan yang dicakup dalam standar jasa terkait (STJ), seperti perikatan
prosedur yang disepakati dan perikatan kompilasi atas informasi keuangan
atau informasi lainnya
 Penyusunan surat pemberitahuan pajak yang didalamnya tidak ada
kesimpulan (yang memberikan suatu keyakinan) yang dinyatakan
 Perikatan jasa konsultasi seperti jasa konsultasi manajemen dan jasa
konsultasi perpajakan

Suatu perikatan asurans mungkin merupakan bagian perikatan lain yang lebih
besar, seperti bila suatu perikatan jasa konsultasi akuisisi bisnis mencakup
permintaan untuk memberikan asurans tentang informasi keuangan historis atau
prospektif. Dalam kondisi tersebut kerangka ini hanya relevan terhadap bagian
asurans dari perikatan yang lebih besar tersebut

3. Penerimaan perikatan
Praktisi menerima periaktan asurans hanya jika pengetahuan awal praktisi atas kondisi
perikatan menunjukan bahwa :
a. Ketentuan etika profesi yang relevan, seperti independensi dan kompetensi
professional akan terpenuhi dan
b. Perikatan tersebut memeiliki karakteristik sebagai berikut :
 Hal pokok adalah semestinya
 Kriteria yang digunakan adalah tepat dan tersedia bagi pengguna laporan
yang dituju
 Praktisi memiliki akses untuk mendapatkan bukti yang cukup dan tepat
untuk mendukung kesimpulan praktisi
 Kesimpulan praktisi, dalam perikatan memberikan keyakinan memadai atau
perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, harus dimasukan dalam
laporan tertulis; dan
 Praktisi yakin bahwa ada suatu tujuan rasional untuk perikatan tersebut. Jika
terdapat pembatasan signifikan terhadap ruang lingkup pekerjaan praktisi,
kemungkinan praktisi yakin bahwa pihak yang melakukan perikatan dengan
praktisi, bermaksud menggantikan nama praktisi dengan hal pokok dengan
cara yang tidak patut

Bila suatu perikatan potensial tidak dapat dikategorikan sebagai suatu perikatan
asurans karena tidak memiliki seluruh karakteristik yang dijelaskan dalam paragraph
sebelum ini, pihak yang melakukan perikatan dengan praktisi mungkin dapat
membuatu suatu perikatan lain yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna laporan
yang dituju. Sebagai contoh :

a. Jika kriteria awal tidak sesuai, perikatan asurans masih tetap dapat dilakukan jika
:
 Praktisi dan pihak yang melakukan perikatan dapat mengidentifikasi suatu
aspek hal pokok awal yang sesuai dengan kriteria perikatan asurans, dan
praktisi dapat melakukan perikatan asurans sehubungan dengan aspek
tersebut sebagai suatu hal pokok tersendiri. Dalam kasus ini, laporan
asurans mencantumkan secara jelas bahwa laporan tersebut tidak terkait
dengan hal pokok awal secara keselutuhan; atau
 Kriteria alternatif yang tepat untuk hal pokok awal dapat dipilih atau
dikembangkan
b. Pihak yang melakukan perikatan dapat meminta suatu perikatan yang bukan
perikatan asurans, seperti perikatan jasa konsultasi atau prosedur yang disepakati.
4. Tahap Penerimaan Perikatan Audit

Dalam penerimaan suatu perikatan audit merupakan tahap awal dari suatu audit laporan
keuangan dengan melaksanakan menerima atau menolak klien. Jika menerima, maka
auditor harus menanggung resiko yang terjadi, karena banyak resiko yang dihadapi
KAP dalam menerima Klien, sehingga KAP harus berhati hati dalam memilih klien,
oleh karena itu KAP harus menggunakan metode SPAP (Standar Profesional Akuntan
Publik) dalam enam tahap penerimaan perikatan audit (Dr. H. Andi Rustam. SE., MM.,
Ak., CA. et al., n.d.). Metode SPAP ini sudah berlaku seluruh indonesia untuk
mencegah resiko yang terjadi dari klien. Didalam memutuskan apakah suatu perikatan
menerima atau menolak klien, maka audit menggunakan metode SPAP dalam
menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini :
a. Mengevaluasi integritas manajemen
b. Mengindentifikasi keadaan Khusus
c. Menentukan Kompetensi untuk melaksanakan audit
d. Menilai Indenpendensi
e. Menentukan kemampuan dalam cermat membuat Keptusan untuk menerima
atau menolak
f. Membuat Surat Perikatan Audit
5. Tahap-Tahap Penerimaan Perikatan Audit
Dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor
menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini :
a. Mengevaluasi integritas manajemen
Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen. Audit atas laporan
keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk dapat menerima perikatan
audit, auditor berkepentingan untuk mengevaluasi integritas manajemen, agar
auditor mendapatkan keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat
dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji
material sebagai akibat dari adanya integritas manajemen
Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :
 Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu
 Meminta keterangan kepada pihak ketiga
 Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam
berhubungan dengan klien yang bersangkutan
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa
 Mengidentifikasi Pemakai Laporan Audit
 Mendapatkan Informasi tentang Stabilitas Keuangan dan Legal Calon
Klien Di Masa Depan
 Mengevaluasi Kemungkinan Dapat atau Tidaknya Laporan Keuangan
Calon Klien Diaudit
c. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audi
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai auditor”. Oleh karena itu, sebelum auditor
menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah ia dan
anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk menyelesaikan
perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang di tetapkan oleh IAI.
Pertimbangan tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Mengidentifikasi Tim Audit
Tim audit terdiri dari :
 Seorang partner yang akan bertanggung jawab terhadap
penyelesaian keseluruhan perikatan audit.
 Satu atau lebih manajer yang akan mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan program audit.
 Staf asisten yang melaksanakan berbagai prosedur audit yang
diperlukan dalam pelaksanaan program audit.
2. Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis
Dalam mempertimbangkan perikatan audit dari calon klien, auditor
kemungkinan akan menghadapi masalah berikut ini, yang mungkin
memerlukan pekerjaan spesialis:
 Penilaian (misalnya : karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted
securities).
 Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas
yang tersedia atau kondisi (misalnya : cadangan mineral atau
tumpukan bahan baku yang ada di gudang).
 Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau
metode khusus (misalnya : beberapa perhitungan aktuarial).
 Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya
: pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya,
atau hak atas properti).
d. Menilai Independensi
“Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”
Disamping itu, Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik mengatur tentang
independensi auditor dan stafnya sebagai berikut :
101 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional akuntan publik
yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen dalam fakta maupun dalm
penampilan
102 Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan intergritas
dan objektivitas, harus bebas dari benturan dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya
kepada pihak lain.
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan kecermatan dan keseksamaan
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”
Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu perikatan audit,
auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan
menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama. Kecermatan dan
keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh
ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan
audit.
 Penentuan Waktu Perikatan
 Pertimbangan Jadwal Pekerjaan Lapangan
 Pemanfaatan Personal Klien
f. Membuat surat perikatan audit
Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh
klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan
auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.
 Isi Pokok Surat Perikatan Audit
1. Tujuan audit atas laporan keuangan.
2. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
3. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan,
pernyataan dari badan profesional yang harus dianut oleh
auditor.
4. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan
digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.
5. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa
kekeliruan dan kecurangan material tidak akan terdeksi.
6. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan.
7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang
kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang
ditemukan oleh auditor dalam auditnya.
8. Akses keberbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang
diharuskan dalam kaitannya dengan audit.
9. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit
dan pengaturan penagihannya.
 Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan
auditnya:
1. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
2. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari menajemen
tentang representasi yang dibuat dalam hubunganya ddengan
audit.
3. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-
syarat perikatan telah sesuai dengan membuat tanda penerimaan
surat perikatan audit.
4. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh
auditor untuk diterbitkan bagi kliennya.
 Faktor-faktor yang menyebabkan auditor untuk memutuskan
pengiriman surat perikaatan audit baru :
1. Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan
ruang lingkup audit.
2. Adanya syarat-syarat perikatan yang direvisi atau khusus.
3. Perubahan manajemen yang terjadi akhir-akhir ini.
4. Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.
5. Persyaratan hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Andi Rustam. SE., MM., Ak., CA., C., Andi Arifwangsa Adiningrat.SE., S.Pd., M. A., &
Muhammad Adil. SE., M. A. (n.d.). Auditing, Bahan Ajar (Penerapan Praktisi Jasa Audit).
LPP UNISMUH MAKASSAR.
https://library.unismuh.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzcxZjBhYTdiM
TBjYWZkYTJiOWIzYTA1NmM4ZDM1NTI4NjI0ZmE1Yw==.pdf

IAI. (2020). Audit & Asurans. https://web.iaiglobal.or.id/assets/materi/Sertifikasi/CA/modul/aa/

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2012). Kerangka Untuk Perikatan Asurans. Ikatan Akuntan
Publik Indonesia. http://spap.iapi.or.id/1/files/KERANGKA UNTUK PERIKATAN
ASURANS.pdf

Anda mungkin juga menyukai