RESUME
Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi tugas Dosen Mata Kuliah Pelaporan Korporat
Oleh :
NPM : 51622220013
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
PAJAK PENGHASILAN
Sedangkan pada bagian komprehensif lain dari laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, setiap komponen penghasilan komprehensif lain dapat disajikan
dalam jumlah neto atau disajikan dalam jumlah bruto. Bila komponen penghasilan
komprehensif lain harus disajikan dalam satu pos tersendiri tepat sebelum
penyajian jumlah laba komprehensif pengakuan pajak penghasilan tangguhan juga
akan memunculkan pos aset pajak tangguhan atau liabilitas pajak tangguhan yang
akan disajikan dalam laporan posisi keuangan. aset pajak tangguhan dan liabilitas
pajak tangguhan boleh disajikan secara saling hapus dalam laporan keuangan
tersendiri, namun penyajian aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan
secara saling hapus tersebut tidak diperkenankan dalan laporan keuangan
konsolidasian.
Sedangkan terkait PPN, perusahaan akan mencatat PPN masukan yang dapat
dikreditkan dari perolehan barang/jasa kena pajak seolah sebagai prepaid tac
terlebih dahulu. Disisi lain, perusahaan akan mencatat PPN keluaran dari
penyerahan barang/jasa kena pajak seolah sebagai utang pajak terlebih dahulu. Pada
akhir masa pajak, perusahaan akan menutup PPN keluaran pada PPN masukan
dimaksud dan mencatat selisihnya sebagai utang PPN atau piutang PPN.
C. Jurnal Standar Akuntansi Pajak Penghasilan
Pencatatan akuntansi terkait pajak penghasilan sebenarnya dapat dilakukan
menggunakan serangkaian ayat jurnal standar pada ilustrasi 9.2
Pada posisi perusahaan sebagai pemberi kerja, saat mengakui beban maka
perusahaan memiliki kewajiban untuk memotong PPh sesuai ketentuan yang
berlaku atas transaksi yang menjadi objek pajak. Pada posisi sebaliknya, saat
perusahaan mengakui pendapatan maka perusahaan akan dipotong PPh oleh pihak
lain sebagai pemotong atau pemungut PPh sesuai ketentuan yang berlaku. Pajak
yang dipotong atau dipungut pihak lain tersebut terlebih dahulu akan dicatat sebagai
PPh dibayar dimuka dan dapat menjadi kredit pajak di akhir tahun dengan catatan
perusahaan telah menerima/memiliki Bupot PPh sebagai dokumentasi pemotongan
pajak dari pihak lain.
Selain itu, perusahaan juga memiliki kewajiban untuk membayar angsuran PPh 25
setiap bulan yang juga akan dicatat sebagai PPh dibayar dimuka. Pembayaran
angsuran ini didokumentasikan dalam surat setoran pajak. Diakhir tahun, angsuran
PPh 25 yang telah dibayar perusahaan akan menjadi pengurang pajak terutang saat
penghitungan PPh badan.
Pada akhir tahun, perusahaan melakukan dan mendokumentasikan perhitungan PPh
badan terutang dalam surat pemberitahuan (SPT) PPh Badan. Nilai PPh badan
yangterutang dalam SPT akan dicatat sebagai beban pajak penghasilan kini. Jumlah
PPh badan yang terutang kemudian dikurangi dengan total kredit pajak untuk
menghitung nilai pajak yang masih harus dibayar sendiri.
Bilamenggunakan standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas
publik (SAK ETAP), proses pencatatan akuntansi terkait pajak penghasilan cukup
sampai saat penghitungan PPH Badan akhir tahun, tanpa perlu mencatat pengakuan
pajak tangguhan. Namun, bila mengikuti ketentuan dalam PSAK 46, maka
perusahaan perlu membuat satu jurnal tambahan untuk mencatat pengakuan pajak
tangguhan.
Dalam mencatat pengakuan pajak tangguhan, perusahaan tidak dapat langsung
menghitung beban/mabfaat pajak tangguhan karena nilai beban/ manfaat pajak
tangguhan baru dapat diketahui setelah perusahaan menghitung nilai aset dan
liabilitas pajak tangguhan. Bila nilai liabilitas pajak tangguhan lebih besar dari aset
pajak tangguhan, maka perusahaan akan mengakui dan mencatat selisihnya sebagai
beban pajak penghasilan tangguhan.
Sebaliknya, bilai nilai libailitas pajak tangguhan lebih kecil dari aset pajak
tangguhan, maka perusahaan akan mengakui dan mencatat selisihnya sebagai
manfaat pajak penghasilan tangguhan.
Dalam mencatat pengakuan pajak tangguhan juga perlu diperhatikan bahwa
meskipun aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dapat disajikan
secara saling hapus dalam laporan keuangan tersendiri, nbamun pengakuan aset
pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam jurnal tetap harus dipisah.
Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan harus dapat mengidentifikasi secara
spesifik jumlah aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan yang akan
dipulihkan dan diselesaikan di masa depan.
D. Perbedaan Pengitungan Pajak Secara Komersial dan Fiskal
Penghitungan pajak penghasilan secara komersial didasarkan pada PSAK,
sedangkan penghitungan pajak penghasilan secara fiscal didasarkan pada Undang-
Undang (UU) Pajak penghasilan (UU No 36/2008)
Pajak penghasilan secara akuntansi dihitung dari laba komersial sebelum pajak,
sementara pajak penghasilan fiscal dihitung dari laba fiskal. Selanjutnya, seluruh
perbedaan yang dirangkum dalam koreksi fiskal dimaksud dapat dipisahkan
menjadi perbedaan permanen dan temporer. Perbedaan permanen tidak
menimbulkan konsekuensi tambahan dalam pencatatan akuntansi. Sedangka
perbedaan temporer dapat menimbulkan konsekuensi pencatatan akuntansiu
lanjutan berupa pengakuan aset dana tau liabilitas pajak tangguhan serta beban atau
manfaat pajak penghasilan tangguhan.
Bila merujuk pada UU Pajak Penghasilan yang berlaku di Indonesia, pada dasarnya
terdapat empat sumber perbedaan yang membuat diperlukannya penyesuain atau
koreksi fiskal. Keempat sumber tersebut adalah :
Penghasilan objek PPh final
Penghasilan yang bukan objek pajak
Biaya yang tidak boleh dikurangkan dan
Penyesuaian atas perbedaan cara pengukuran secara komersial dengan
fiskal.
Dengan kata lain, pencatatan akuntansi untuk pajak tangguhan yang berasal dari
beda temporer hanya akan timbul bila akuntansi maupun fiskal sama-sama
mengakui suatu pendapatan dan beban, namun dengan cara yang berbeda.
Sedangkan bila suatu pendapatan dan beban hanya diakui secara akukntansi
namun tidak secara pajak, atau sebaliknya, maka perbedaan tersebut merupakan
beda permanen yang tidak menimbulkan pencatatan akuntansi tambahan.