Anda di halaman 1dari 7

TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM

SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN


RESUME

Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi tugas Dosen Mata Kuliah Auditing dan Assurans

Oleh :

Dwita Ninzi Maiviza

NPM : 51622220013

MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM
SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

1. Tanggung Jawab Auditor Terhadap Kecurangan (Fraud)

Menurut General Accepted Auditing Standards, kecurangan (fraud) adalah “An


intentional act that results in a material misstatement in financial statements that are
subject of an audit.”1 (Tindakan sengaja yang menyebabkan kesalahan material dalam
pelaporan keuangan yang menjadi sasaran audit). Karena audit bertujuan untuk
menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, maka
Auditor perlu melakukan pengujian terhadap terjadi tidaknya fraud.
Dalam pelaksanaan audit, Auditor wajib menilai risiko pengendalian dalam
melaksanakan auditnya. Risiko yang dinilai pada tahap pemahaman dan pengujian
pengendalian adalah risiko terkait asersi penyajian laporan keuangan, termasuk di
dalamnya risiko kecurangan. Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, auditor
melakukan pengujian substantif untuk memastikan terjadi tidaknya fraud.
Jika teridentifikasi terjadi fraud, maka Auditor wajib memperluas pengujiannya dengan
mengumpulkan bukti-bukti terjadinya fraud selengkap mungkin. Di samping itu,
Auditor perlu memastikan pengaruh fraud terhadap laporan keuangan. Bukti-bukti
transaksi yang terkait fraud harus dikumpulkan dan diuji kembali keabsahannya.
Auditor menjalankan serangkaian wawancara untuk mengungkap fraud. Fraud
diungkapkan hingga diketahui skema kecurangan, pihak-pihak terkait dan pengaruh
terhadap kebenaran informasi keuangan.
Jika pengaruh fraud material terhadap kewajaran laporan keuangan dan melibatkan
senior manajemen, maka Auditor harus menyatakan opini Menolak Memberikan
Pendapat (Adverse Opinion). Jika tidak berpengaruh material terhadap kewajaran
laporan keuangan dan melibatkan pengawai hingga manajemen menengah, Auditor
mendiskusikan dan menyepakati dengan senior manajemen serta komite audit langkah-
langkah perbaikan pengendalian intern, termasuk mengkoreksi laporan keuangan.
2. Kecurangan Dalam Pelaporan Keuangan Kementerian Dan Lembaga

Untuk menemukan kecurangan, Auditor harus memahami 3 kondisi kecurangan, yang


sering disebut dengan The Fraud Triangle, yaitu:

1. Incentives/Procedures. Pelaku memiliki keuntungan atau mengalami tekanan


untuk melakukan fraud.
2. Kesempatan. Kondisi yang memberikan peluang/kesempatan pelaku untuk
melakukan fraud, misalnya karena adanya kelemahan pengendalian.
3. Rationalization. Perilaku, karakter, atau keyakinan yang dimiliki Pelaku yang
membenarkan fraud yang dilakukan.

Sebagai contoh, fraud yang dilakukan oleh pegawai berupa tidak melaporkan
penerimaan PNBP, maka The Fraud Triangle-nya bisa dirinci sebagai berikut:

1. Incentives. Pelaku menggunakan uang PNBP untuk kepentingan pribadi.


2. Opportunity. Kelemahan pengawasan dan tidak adanya pengendalian berupa
pencatatan terpisah atas besar uang yang seharusnya pegawai tersebut terima.
3. Rationalization. Pegawai tersebut yakin tidak ada mengetahui perbuatannya dan
Negara tidak terlalu besar dirugikan, karena tidak seluruh pendapatan
digelapkannya.

Pemahaman atas The Fraud Triangle ini menyebabkan Auditor harus berhati-hati
terhadap kemungkinan pelanggaran/pengabaian, tidak ada dan tidak efektifnya
pengendalian, karena hal-hal ini merupakan unsur Incentive/Pressure dan Opportunity.
Kecurangan yang harus diwaspadai oleh Auditor pada pelaksanaan audit atas laporan
keuangan pemerintah antara lain adalah:

a. Penggelapan pendapatan (tidak melaporkan pendapatan).


b. Belanja fiktif.
c. Mark up harga pengadaan atau belanja.
d. Mengurangi kuantitas atau kualitas barang/jasa yang diadakan.
e. Penggelapan atau pencurian aset berupa kas, piutang, persediaan dan aset tetap.
f. Penghapusan aset yang tidak sah, termasuk piutang.
g. Tidak mencatat pelunasan piutang.
h. Pencatatan kewajiban yang tidak sah.

Daftar kecurangan di atas bukanlah daftar yang lengkap, karena sangat bervariasinya
kecurangan dan kompleksnya transaksi.
Pengujian pengendalian dan substantif yang dilaksanakan auditor harus diarahkan untuk
mendeteksi kecurangan-kecurangan tersebut. Berdasarkan jenis kecurangan di atas,
pengujian yang harus mendapat penekanan/perhatian adalah sebagai berikut:
NO. FRAUD PENGUJIAN
1 Penggelapan pendapatan
(tidak melaporkan  Trasir dari transaksi penerimaan, bukti transaksi
pendapatan) hingga penyetoran pendapatan
 Reperformance rekonsiliasi penerimaan kas dengan
pencatatan pendapatan
 Observasi atas transaksi penerimaan pendapatan
2 Belanja fiktif
 Verifikasi SPP dan SPM
 Wawancara atau observasi pelaksanaan belanja
 Pemeriksaan/inventarisasi belanja yang
menghasilkan persediaan atau aset tetap
3 Mark up harga pengadaan
atau belanja  Verifikasi Rencana Anggaran Belanja (RAB)
 Pemeriksaan/inventarisasi belanja yang
menghasilkan persediaan atau aset tetap
4 Mengurangi kuantitas atau
kualitas barang/jasa yang  Verifikasi SPP dan SPM
diadakan  Pemeriksaan/inventarisasi belanja yang
menghasilkan persediaan atau aset tetap
5 Penggelapan atau pencurian
aset berupa kas, piutang,  Verifikasi KIB dan daftar piutang
persediaan dan aset tetap  Pemeriksaan/inventarisasi persediaan atau aset tetap
 Konfirmasi piutang
6 Penghapusan aset yang tidak
sah, termasuk piutang  Verifikasi KIB dan daftar piutang
 Pemeriksaan/inventarisasi persediaan atau aset tetap
 Konfirmasi piutang
7 Tidak mencatat pelunasan
piutang  Verifikasi daftar piutang
 Konfirmasi piutang
8 Pencatatan kewajiban yang
tidak sah  Pengujian otorisasi pengakuan kewajiban
 Verifikasi daftar piutang

3. Tanggung Jawab untuk Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan


Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada
dua pihak yaitu yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan manajemen(IAPI,
2013). Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat
mengurangi peluang terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (fraud
deterrence), yang dapat membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan
karena kemungkinan akan terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini memerlukan
komitmen untuk menciptakan budaya jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan
dengan pengawasan aktif oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Pengawasan oleh pihak yan bertanggung jawab atas tata kelola meliputi pertimbangan
tentang potensi pengesampingan pengendalian atau pengaruh tidak patut atas proses
pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen untuk mengelola laba dengan tujuan
untuk memengaruhi persepsi analis kinerja dan profitabilitas entitas.

4. Tanggung Jawab Auditor


Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggung jawab untuk
memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
Karena keterbatasan bawaan suatu audit, maka selalu ada risiko yang tidak
terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik berdasarkan SA
Seperti yang telah dijelaskan dalam SA 2004,dampak potensial akibat keterbatasan
bawaan adalah signifikan khususnya dalam kasus kesalahan penyajian yang
disebabkan oleh kecurangan. Risiko tidak terdeteksinya kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan lebih tinggi daripada risiko tidak terdeteksinya
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kesalahan. Hal ini disebabkan
kecurangan mungkin melibatkan skema yang canggih dan terorganisasi secara cermat
yang dirancang untuk menutupinya, seperti pemalsuan, secara sengaja gagal mencatat
transaksi, atau penyajian keliru yang disengaja kepada auditor. Usaha-usaha
penyembunyian tersebut mungkin akan lebih sulit untuk dideteksi jika disertai dengan
kolusi Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa bukti audit meyakinkan,
walaupun pada kenyataannya bukti tersebut palsu. Kemampuan auditor untuk
mendeteksi kecurangan tergantung pada faktor-faktor seperti kemahiran pelaku,
frekuensi dan luasnya manipulasi, tingkat keterlibatan kolusi, ukuran relative jumlah
individual yang dimanipulasi, dan senioritas individu-individu yang terlibat. Meskipun
auditor mungkin dapat mengidentifikasi peluang potensial terjadinya kecurangan, sulit
bagi auditor untuk menentukan apakah kesalahan penyajian dalam area pertimbangan
seperti estimasi akuntansi disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
Dalam memperoleh keyakinan memadai, auditor bertanggung jawab untuk menjaga
skeptisisme profesional selama audit, mempertimbangkan potensi terjadinya
pengabaian pengendalian oleh manajemen, dan menyadari adanya fakta bahwa
prosedur audit yang efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak akan efektif
dalam mendeteksi kecurangan. Ketentuan dalam SA ini dirancang untuk membantu
auditor dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan dan dalam merancang prosedur untuk mendeteksi
kesalahan penyajian tersebut.

5. Identifikasi dan Penilaian Risiko Kesalahan penyajian Material yang


Diakibatkan oleh Kecurangan
Sesuai dengan SA 315, auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tangka laporan keuangan,
dan pada tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
Ketika mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan, auditor harus mengevaluasi (berdasarkan asumsi bahwa
terdapat risiko kecurangan dalam pengakuan pendapatan) tipe pendapatan, transaksi
pendapatan, atau asersi yang menimbulkan risiko kecurangan tersebut. Paragraf 47
menetapkan dokumentasi yang disyaratkan yang di dalamnya auditor menyimpulkan
bahwa asumsi tersebut tidak berlaku dalam kondisi tertentu perikatan dan, oleh karena
itu, belum mengindetifikasi pengakuan pendapatan sebagai suatu risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
Auditor harus memperlakukan hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kecurangan sebagai risiko signifikan dan oleh karena itu, sepanjang
belum dilaksanakan demikian, auditor harus memperoleh suatu pemahaman mengenai
pengendalian entitas yang terkait, termasu aktivitas pengendalian, yang relevan dengan
risiko tersebut
DAFTAR PUSTAKA

IAPI. (2013). Standar Audit “SA” 240. IAPI. http://spap.iapi.or.id/1/files/SA 200/SA 240.pdf

Anda mungkin juga menyukai