48
PENURUNAN NILAI ASET
Diajukan :
Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Seminar Akuntansi Keuangan
Dosen Pembimbing : Setia Budi Kurniawan, SE., MM.
Kelompok 3:
Vivin Angreni (19023000005)
Destia Yulianita (19023000019)
Miranda (19023000020)
Philimon Adi (19023000021)
Putri Wahyuningrum (19023000031)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyajian laporan keuangan menurut PSAK No. 46 ?
2. Bagaimana penyajian laporan keuangan menurut PSAK No. 48 ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan penyajian laporan keuangan menurut PSAK No. 46
2. Untuk menjelaskan penyajian laporan keuangan menurut PSAK No. 48
PEMBAHASAN
1. PSAK No. 46 Definisi, Tujuan, Pengukuran dan Pengakuan, Pelaporan Pajak
Penghasilan
a. Definisi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 adalah mengatur bagaimana
entitas melaporkan pajak penghasilan dalam laporan keuangan baik dalam laporan posisi
keuangan maupun dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Sering kali
praktisi akuntan meremehkan keberadaan informasi pajak dalam laporan keuangan, atau
sering kali beranggapan antara administrasi perpajakan dan akuntansi tidak memiliki
kaitan. Negara Indonesia sering kali dihadapkan dengan permasalahan dan persoalan
khususnya dalam bidang ekonomi, yang terkadang berpengaruh terhadap jalannya
pembangunan nasional. Oleh karena itu, demi kelancaran pembangunan nasional begitu
banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sumber penerimaan
negara khususnya yang berasal dari sektor pajak. Maka dari itu PSAK 46 wajib
diterapkan dalam laporan keuangan perusahaan. Standar ini telah berlaku efektif pada
tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan “go public”, sementara untuk perusahaan yang
belum ”go public” berlaku sejak 1 Januari 2001. Pajak penghasilan adalah salah satu
jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia. Pajak penghasilan merupakan pajak yang
dikenakan terhadap tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh atau diterima oleh
orang pribadi atau badan usaha baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia. Dasar perhitungan pajak penghasilan adalah penghasilan kena pajak yang
dihitung dari penghasilan dan pengurang penghasilan sebagaimana yang diatur dalam
peraturan perpajakan.
b. Tujuan
PSAK 46 ini bertujuan memberikan aturan dan arahan kepada entitas perusahaan
tentang bagaimana memperlakukan aset yang dipulihkan pada masa depan terkait
perhitungan konsekuensi pajak masa kini dan masa depan. Aset yang dimiliki oleh entitas
akan selalu memiliki konsekuensi atas pajak. Konsekuensi pajak tersebut bersifat masa
kini dan masa yang akan datang. PSAK 46 ini juga bertujuan mengatur aset pajak
tangguhan yang timbul dari rugi pajak yang belum dikompensasi. Rugi pajak yaitu suatu
kondisi dimana ketika penghasilan bruto setelah dikurangi biaya-biaya yang
diperkenankan oleh UU PPh di dapat adanya kerugian tersebut dikurangkan pada
penghasilan neto dari perusahaan yang berimbas pada pembayaran pajak. Ketika rugi
pajak ini terjadi maka kompensasi rugi pajak ini dilakukan secara berturut-turut selama 5
(lima) tahun seejak tahun didapatinya kerugian tersebut. Jika rugi pajak telah terjadi dan
kompensasinya belum dihitung dalam laporan keuangan maka penghitungan
kompensasinya dan penyajian dalam laporan keuangannya diatur dalam PSAK 46 ini.
c. Pengukuran
Pengukuran dalam PSAK 46 diterangkan sebagai berikut:
1) Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya diukur
sebesar jumlah yang diharapkan akan dibayar kepada otoritas perpajakan yang
dihitung menggunakan tarif pajak yang telah berlaku atau secara substantif telah
berlaku pada akhir periode pelaporan. Penetapan besaran pajak atas aset entitas diukur
dengan tarif pajak yang berlaku atau secara isi telah berlaku pada periode akhir
pelaporan keuangan.
2) Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan tarif pajak yang berlaku pada saat
aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan berdasarkan tarif pajak yang telah berlaku
atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
3) Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak
yang sesuai dengan cara entitas memperkirakan pada akhir periode pelaporan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan menggunakan cara yang sesuai dengan
konsekuensi pajak sebagaimana entitas memperkirakan penghitungannya pada akhir
periode pelaporan keuangan.
d. Pengakuan
Pengakuan pajak kini dan pajak tangguhan diakui dalam pos laba rugi yaitu
pada pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban dalam
laba rugi periode kecuali pajak penghasilan dari transaksi atau peristiwa yang diakui
pada periode yang sama atau berbeda serta dari kombinasi bisnis. Pos di luar laba rugi
yaitu jika pajak yang diakui diluar laba rugi yang terkait dengan penghasilan
komprehensif lain serta langsung di ekuitas.
Pengakuan aset dan liabilitas dalam PSAK ini dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pengakuan aset pajak kini dan liabilitas pajak kini
Jumlah pajak kini dan periode sebelumnya yang belum dibayar diakui sebagai
liabilitas. Jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk peride berjalan dan periode
sebelumnya melebihi jumlah pajak terutang untuk periode tersebut maka diakui
sebagai aset. Jika terdapat jumlah pajak periode berjalan dan periode sebelumnya
yang belum dibayar maka jumlah pajak terutang ini diakui oleh entitas sebagai
liabilitas. Jika jumlah pajak yang telah dibayarkan untuk periode berjalan dan
periode sebelumnya ternyata besaran jumlahnya memelbihi jumlah pajak terutang
pada periode tersebut maka diakui oleh entitas sebagai aset.
2) Pengakuan aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan
a) Perbedaan temporer kena pajak: Seluruh perbedaan temporer kena pajak
diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan kecuali yang disebabkan oleh
pengakuan awal goodwill dan pengakuan awal aset atau liabilitas dari
transaksi yang bukan kombinasi bisnis dan pada saat transaksi tidak
mempengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak.
b) Perbedaan temporer merupakan perbedaan waktu yang dapat diberikan contoh
yaitu:
a. Pendapatan bunga berdasarkan proporsi waktu. Perbedaan pendapatan
bunga ini bisa berbeda pada periode waktu yang ada. Besaran bunga
bisa berbeda pada periode saat ini dengan periode masa depan. Bunga
bisa naik dan bisa turun.
b. Penyusutan yang digunakan dalam perhitungan laba kena pajak
mungkin berbeda dengan penghitungan laba akuntansi. Teknik dan
prosedur dalam penghitungan penyusutan aset untuk laba kena pajak
bisa berbeda dengan teknik dan metode penghitungan laba akuntansi.
Perbedaan teknik dan metode bisa berakibat pada perbedaan besaran
jumlah aset dan liabilitas.
c. Biaya pengembangan bisa saja diamortisasi dan dikapitalisasi selama
periode masa depan dalam menentukan laba akuntansi, tetapi untuk
penentuan laba kena pajak biaya pengembangan bisa dikurangkan
dalam menentukan laba kena pajak dalam periode terjadinya. Biaya
pengembangan atau development bagi suatu entitas pasti ada. Biaya
ini dalam penentuan laba akuntansi bisa dilakukan amortisasi dan
kapitalisasi namun dalam penentuan laba kena pajak biaya
pengembangan dilakukan pengurangan. Dengan kondisi ini maka akan
terjadi perbedaan secara temporer.
d. Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
dalam kombinasi bisnis diakui pada nilai wajar sesuai PSAK 22
namun tidak ada penyesuaian yang setara untuk tujuan pajak. Ketika
kombinasi bisnis melakukan pengambilalihan atas aset dan liabilitas
dapat diakui secara nilai wajar namun proses pengambilalihan ini tidak
mempunyai penyesuaian setara untuk tujuan pajak. Hal ini
menimbulkan perbedaan secara temporer dalam mengukur besaran
pengenaan pajak.
e. Aset direvaluasi dan tidak ada penyesuaian setara yang dibuat untuk
tujuan pajak.
f. Goodwill yang timbul dalam kombinasi bisnis
g. Dasar pengenaan pajak aset atau liaiblitas pada pengakuan awal
berbeda daru jumlah tercatat awal.
h. Jumlah tercatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi dan
pengaturan bersama menjadi berbeda dengan dasar pengenaan pajak
pada investasi atau kepentingan tersebut.
e. Pelaporan Pajak Penghasilan
PSAK No. 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan tentang
bagaimana konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk hal-hal berikut ini : pemulihan
atau penyelesaian masa depan jumlah tercatat atas (liabilitas) yang diakui dalam laporan
posisi keuangan perusahaan (entitas).
f. Penyajian
Dalam penyajian laporan keuangan terkait PSAK 46 pajak penghasilan dapat
disajikan beberapa hal yaitu :
1) Aktiva Pajak dan Kewajiban Pajak
Aktiva dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban
lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus
dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini. Apabila dalam laporan
keuangan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban
tidak lancar maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai
aktiva (kewajiban) lancar.
2) Saling Menghapuskan (offset)
PSAK No. 46 tidak menyatakan secara tegas mengenai aktiva pajak tangguhan
boleh atau harus dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak tangguhan dalam
penyajian neraca. PSAK No. 46 menyatakan bahwa aktiva pajak kini harus
dikompensasi (offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus
disajikan pada neraca.
3) Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas
normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi.
4) Pajak Penghasilan Final
Apabila nilai tercatat aktiva atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak
penghasilan final berbeda dari DPP-nya, maka perbedaan tersebut tidak diakui
sebagai aktiva atau kewajiban pajak tangguhan. Atas penghasilan yang dikenakan
pajak penghasilan final, beban pajak diakui secara proporsional dengan jumlah
pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara
jumlah pajak penghasilan final yang terhutang dengan jumlah yang dibebankan
sebagai beban pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Penghasilan
Final Dibayar Dimuka dan Pajak Penghasilan Final yang Masih Harus Dibayar.
Perkiraan pajak penghasilan final dibayar dimuka disajikan secara terpisah dari pajak
penghasilan final yang masih harus dibayar.
Karena jumlah kredit pajak lebih kecil dari jumlah hutang pajak sebesar Rp.
178.040.463.004 (Rp. 23.760.774.492 – Rp. 201.801237.496), maka perusahaan kurang
bayar.
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak yang disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenakan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhirnya dalam tahun pajak.
Kesimpulan dari kasus diatas :
PT. Perkebunan Nusantara IV Medan telah menerapkan PSAK No. 46 pada laporan
keuangannya; Perlakuan akuntansi yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IV Medan
belum sepenuhnya mengakui konsekuensi pajak sebagaimana distandarkan dalam PSAK No.
46. Hal ini terbukti dengan tidak terdapatnya pengakuan akan pengurangan kewajiban jangka
panjang perusahaan yang berupa kewajiban manfaat karyawan yang kemudian seharusnya
digantikan dengan kewajiban lancar perusahaan.
Rugi penurunan nilai adalah nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat, nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.
Pengakuan atas penurunan nilai aset tetap Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara IV Medan adalah aset tetap diakuin menurun berdasarkan
nilai buku. Nilai buku diperoleh dari harga perolehan aset dikurang akumulasi penyusutan aset.