Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN PENDAPATAN

DAERAH STIE Banten - Serang

B AY U P R ATA M A N G I U , S E . , A K . , M . A K . , C S R S . , C S R A . C S P
POKOK BAHASAN

Siklus Manajemen Pendapatan Daerah


Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah
Manajemen Pendapatan Asli Daerah
Manajemen Dana Perimbangan
 Dalam menjalankan Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk menjalankan roda
pemerintahan yang efektif dan efisien, sehingga mampu mendorong masyarakat untuk berperan serta
dalam melaksanakan pembangunan.
 Pemerintah Daerah juga dituntut untuk meningkatkan pemerataan dan keadilan, sehingga dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Dalam pemerintahan
daerah, terdapat penerimaan daerah yang menjadi sumber untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
daerah.
 Dengan berlakunya otonomi daerah atau dengan diberlakukannya sistem desentralisasi fiskal,
pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengoptimalkan pedapatannya agar dapat membiayai
belanjanya untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya yang telah membayar pajak kepada
pemerintah.
 Dimana pajak ini merupakan penghasilan paling utama untuk pemerintahan, baik pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat.
Ada 3 Hal utama yang menopang keberhasilan manajemen keuangan publik, yaitu :
1. manajemen pendapatan,
2. manajemen belanja,
3. manajemen pembiayaan. 
Pengetahuan dan keahlian tentang manajemen pendapatan bagi para manajer publik 
sangat penting karena besar kecilnya pendapatan akan menentukan tingkat kualitas
pelaksanaan pemerintahan, tingkat kemampuan pemerintah dalam penyediaan
pelayanan publik serta keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan.
A. SIKLUS MANAJEMEN
PENDAPATAN DAERAH
Tahapan siklus manajemen pendapatan daerah adalah identifikasi sumber,
administrasi, koleksi, pencatatan/ akuntansi dan alokasi pendapatan.
Identifikasi Sumber Pendapatan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pendataan sumber-sumber
pendapatan termasuk menghitung potensi pendapatan. Identifikasi pendapatan
pemerintah meliputi :
 Pendataan objek pajak, subjek pajak, dan wajib pajak;
 Pendataan objek retribusi, subjek retribusi, dan wajib retribusi;
 Pendataan sumber penerimaan bukan pajak;
 Pendataan lain-lain pendapatan yang sah;
 Pendataan potensi pendapatan untuk masing-masing jenis pendapatan.
LANJUTAN…
Administrasi Pendapatan
Administrasi pendapatan sangat penting dalam siklus mamnajemen pendapatan karena pada tahap ini
akan menjadi dasar untuk tahapan koleksi pendapatan. Kegiatan yang akan dilakukan meliputi :
 Penetapan wajib pajak dan retribusi;
 Penentuan jumlah pajak dan retribusi;
 Penetapan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah dan Nomor Pokok Wajib Retribusi;
 Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat Ketetapan Retribusi.

Koleksi Pendapatan
Koleksi pendapatan meliputi penarikan, pemungutan, penagihan dan pengumpulan pendapatan baik
yang berasal dari wajib pajak daerah dan retribusi daerah, dana perimbangan dari pemerintah pusat
ataupun sumber lainnya. Khusus untuk pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dapat
digunakan beberapa sistem, diantaranya :
 Self Assessment System
 Official Assessment System
 Joint Collection
LANJUTAN…
Pencatatan (Akuntansi) Pendapatan
Setiap penerimaan pendapatan harus segera disetor ke rekening kas umum daerah
pada hari itu juga/ paling lambat sehari setelah diterimanya pendapatan tersebut. 
Untuk menampung seluruh sumber pendapatan perlu dibuat satu rekening tunggal
(treasury single account), dalam hal ini rekening kas umum daerah.
Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah untuk
memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Penerimaan pendapatan
tersebut dibukukan dalam buku akuntansi, berupa jurnal kas, buku pembantu, buku
besar penerimaan per rincian objek pendapatan. Kemudian buku catatan akuntansi
tersebut akan diringkas dan dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah,
yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
LANJUTAN…
Alokasi Pendapatan
Alokasi Pendapatan merupakan tahapan terakhir dari siklus manajemen pendapatan
Yaitu pengambilan keputusan untuk menggunakan dana yang ada untuk membiayai
pengeluaran daerah yang dilakukan. Pengeluaran daerah meliputi pengeluaran
belanja, yaitu, belanja operasi dan belanja modal, maupun untuk pembiayaan
pengeluaran yang meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan modal daerah,
pembayaran utang dan pemberian pinjaman daerah.
B. SUMBER – SUMBER
PENDAPATAN DAERAH
Meskipun pemerintah daerah telah diberi otonomi secara luas dan desentralisasi fiskal, namun
pelaksanaan otonomi tersebut harus tetap berada dalam koridor hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam hal sumber penerimaan yang menjadi hak pemerintah daerah,
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; dan Undang-undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah
menetapkan sumber-sumber penerimaan daerah, sbb:

 Pendapatan Asli Daerah


 Transfer Pemerintah Pusat
 Transfer Pemerintah Provinsi
 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Sumber pendapatan di masa datang yang masih potensial/ tersembunyi Pemerintah juga perlu menciptakan
sumber-sumber pendapatan baru, sumber pendapatan baru ini bias diperoleh misalnya melalui inovasi program
ekonomi daerah, program kemitraan pemerintah daerah dengan pihak swasta dan sebagainya.
C. PRINSIP DASAR MANAJEMEN
PENERIMAAN DAERAH
Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan pemerintah daerah dalam
membangun sistem manajemen penerimaan daerah, yaitu :
 
Perluasan Basis Penerimaan
Perluasan Basis Penerimaan yaitu memperluas sumber penerimaan. Untuk memperluas basis
penerimaan, maka pemerintah daerah dapat melakukannya dengan cara berikut.
 
a.  Mengidentifikasi pembayar pajak/ retribusi dan menjaring wajib pajak/ retribusi baru;
b.   Mengevalusi tarif pajak/ retribusi;
c.   Meningkatkan basis data objek pajak/ retribusi;
d.  Melakukan penilaian kembali (appraisal) atas objek pajak/ retribusi.
LANJUTAN…
Pengendalian atas Kebocoran Pendapatan
Kebocoran pendapatan bisa disebabkan karena penghindaran pajak (tax avoidance),
Penggelapan pajak (tax evasion), pungutan liar/ korupsi petugas. Untuk mengurangi
kebocoran pendapatan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, diantaranya :
a. Melakukan audit, baik rutin maupun incidental;
b. Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah;
c. Memberikan penghargaan yang memadai bagi masyarakat yang taat pajak dan
hukuman (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya;
d. Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan
pendapatan.
LANJUTAN…
 
Peningkatan Efisiensi Administrasi Pajak
Efisiensi administrasi pajak sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
penerimaan daerah. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah daerah
untuk meningkatkan efisiensi adminitrasi pajak, yaitu :
a. Memperbaiki prosedur administrasi pajak sehingga lebih mudah dan sederhana.
b. Mengurangi biaya pemungutan pendapatan.
c. Menjalin kerjasama dengan berbagi pihak, seperti bank, kantor pos, koperasi dan
pihak ketiga lainnya untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam
membayar pajak.
LANJUTAN…
Transparasi dan Akuntabilitas
Dengan adanya transparasi dan akuntabilitas maka pengawasan dan pengendalian
manajemen pendapatan daerah akan semakin baik. Selain itu, kebocoran pendapatan
juga dapat lebih ditekan. Untuk melaksanakan prisip transparasi dan akuntabilitas ini
memang membutuhkan beberapa persyaratan. Diantaranya :
a.  Adanya dukungan Teknologi (TI) untuk membangun Sistem Informasi
Manajemen Pendapatan Daerah.
b.  Adanya staff yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai.
c.  Tidak adanya korupsi sistematik di lingkungan entitas pengelola pendapatan
daerah.
D. MANAJEMEN PENDAPATAN
ASLI DAERAH
Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah
dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan
daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi (keputusan atau
tindakan) daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi,
kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah. Walaupun pelakanaan otonomi daerah
sudah dilaksanan sejak 1 Januari 2001, namun hingga saat ini baru sedikit
pemerintah daerah yang mengalami penigkatan kemandirian keuangan daerah secara
signifikan.
Penting bagi pemerintah daerah untuk menaruh perhatian yang lebih besar terhadap
manajemen Pendapatan Asli Daerah. Manajemen PAD tidak berarti eksploitasi
(memanfaatkan secara sewenang-wenang) PAD, tetapi bagaimana pemerintah daerah
mampu mengoptimalkan penerimaan PAD sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Bahkan lebih dari itu bagaimana  pemerintah daerah mampu meningkatkan potensi
PAD di masa  datang.
LANJUTAN…
Manajemen Pajak Daerah
Pajak daerah memberikan kontribusi terbesar pada penerimaan Pendapatan Asli
Daerah. Kontribusi pajak daerah pada total penerimaan daerah juga terus mengalami
peningkatan. Pemerintah daerah juga masih akan menerima bagi hasil PPh Wajib
Pribadi, PBB dan BPHTB yang jumlahnya cukup besar bagi daerah.
Peraturan perundangan mengenai pajak daerah mengalami beberapa kali perubahan.
Peraturan perundangan di bidang pajak daerah antara lain UU No. 11 Thn 1957
tentang Peraturan Umum Pajak Daerah, UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No. 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kemudian pada Tahun 2009
pemerintah pusat mengeluarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah menggantikan UU No. 34 Tahun 2000.
LANJUTAN…
Prinsip Pajak Daerah
Manajemen pajak daerah juga terkait dengan pemenuhan prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yang baik. Prinsip pajak daerah
tersebut adalah:
1. Prinsip Elastisitas
Pajak daerah harus memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat
pendapatan masyarakat.
2. Prinsip Keadilan
Implikasi prinsip keadilan terhadap manajemen pajak daerah adalah perlunya pemerintah daerah menerapkan tarif pajak yang progresif
untuk jenis pajak tertentu dan menerapkan perlakuan hukum yang sama bagi seluruh wajib pajak sehingga tidak ada yang kebal pajak.  
3. Prinsip Kemudahan Administrasi
Administrasi pajak daerah harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung dan memberikan pelayanan yang memusakan bagi wajib pajak.
4. Prinsip Keterterimaan Politis
Implikasi prinsip ini terhadap manajemen pajak daerah perlunya pemerintah bekerjasama dengan DPRD dan melibatkan kelompok –
kelompok masyarakat dalam menetapkan kebijakan pajak daerah dan sosialisasi pajak daerah. Dan jika dimungkinkan, melibatkan
masyarakat dalam pemungutan pajak tertentu.
5. Prinsip Nonditorsi Terhadap Perekonomian
Pajak daerah tidak boleh menimbulkan dampak negative terhadap perekonomian. Diusahakan jangan sampai suatu pajak/ pungutan
menimbulkan beban tambahan yang berlebihan sehingga merugikan masyarakat dan perekonomian daerah.
LANJUTAN…
Manajemen perpajakan daerah harus mampu menciptakan sistem pemungutan yang
ekonomis, efisien dan efektis. Pemda harus memastikan bahwa penerimaan pajak
lebih besar dari biaya pemungutannya dan Pemda perlu menjaga stabilitas
penerimaan pajak terebut.
Fluktuasi penerimaan pajak hendaknya dijaga tidak terlalu besar sebab jika sangat
fluktuatif juga kurang baik untuk perencanaan keuangan daerah.
E. MANAJEMEN DANA
PERIMBANGAN
Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari dana APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepala daerah, yaitu terutama
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
Secara umum tujuan pemerintah pusat melakukan transfer dana kepada pemerintah daerah adalah:
 Sebagai tindakan nyata untuk mengurangi ketimpangan pembagian "kue nasional", baik vertikal maupun horizontal.
 Suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah dengan menyerahkan sebagian kewenangan di
bidang pengelolaan keuangan negara dan agar manfaat yang dihasilkan dapat dinikmati oleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.

Secara umum Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana
Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan selain
dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Dana Perimbangan juga adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
LANJUTAN…
Pembagian Dana Perimbangan
1. Dana Bagi Hasil (yaitu Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak)
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)


Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,
yang dimaksud dengan dana alokasi umum yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka  pelaksanaan desentralisasi. Pada Pasal 7 UU No. 33 Tahun 2004, besarnya DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
LANJUTAN…
 
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pengertian dana alokasi khusus menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus. Kebutuhan khusus yang
dimaksud yaitu:
1). Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dan/atau
2). Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Penerimaan negara yang berasal dari dana
reboisasi sebesar 40 persen disediakan kepada daerah penghasil sebagai DAK.
Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk membiayai investasi  pengadaan dan atau peningkatan
prasarana dan sarana fisik secara ekonomis untuk jangka panjang. Dalam keadaan tertentu, Dana Alokasi
Khusus dapat membantu  biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode
terbatas, tidak melebihi 3 (tiga) tahun. Bentuk Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus dialokasikan
kepada daerah tertentu berdasarkan usulan daerah yang berisi usulan-usulan kegiatan dan sumber-sumber
pembiayaannya yang diajukan kepada Menteri Teknis oleh daerah tersebut.
LANJUTAN…
Prinsip Dana Perimbangan

 Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah mencakup pembagian keuangan antara
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan
memperhatikan  potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah.  
 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara
sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
 Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas
dan keseimbangan fiskal.
 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang
menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan.

 
TERIMA-KASIH

Anda mungkin juga menyukai