Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem tubuh manusia pasti memiiki keadaan dimana banyaknya gangguan-


gangguan yang dapat mengancam manusia. Sistem tubuh manusia memiliki
organ-organ yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan sistem tubuh itu
sendiri. Keadaan sistem tubuh itu diatur oleh homeostatis dalam tubuh.
mekanisme homeostatis memiliki kontribusi yang sangat penting bagi semua
sistem tubuh utama.

Manusia sejatinya senantiasa melakukan pertukaran dengan lingkungan,


mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak
berguna bagi tubuh. apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski
tidak sama persis. Manusia mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan,
serta mengeluarkan zat sisa ke lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel.

Semua organisme hidup berusaha untuk homeostatis. Ketika homeostatis


terganggu, tubuh mencoba mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau
lebih proses fisiologis dari mulai pelepasan hormon sampai reaksi fisik. Manusia
sangat beruntung karena memiliki organ-organ penunjang dalam mempertahankan
keadaan tubuh tersebut, karena apabila hal ini tidak terdapat dalam sistem tubuh
maka semua kegiatan hidup tidak akan berjalan dengan normal. Akibat dari tidak
berfungsi homeostatis tubuh, manusia akan mengalami sakit bahkan kematian.

Berkaitan dengan betapa pentingnya keadaan homeostatis dalam


mempertahankan sistem dalam tubuh, maka dalam masalah ini akan dibahas
tentang peran homeostatis dan mekanismenya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian homeostasis?
2. Bagaimanakah proses pengaturan keseimbangan pada homeostasis?
3. Bagaimanakah dasar-dasar homeostasis?
4. Apa saja faktor-faktor lingkungan yang dipertahankan secara homestatis?
5. Apa saja kontribusi berbagai sistem bagi homestatis?
6. Apa saja organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostatis?
7. Bagaimanakah tahapan-tahapan homeostasis?
8. Bagaimana bentuk ketidakseimbangan homeostasis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian homeostasis.
2. Untuk mengetahui proses pengaturan keseimbangan pada homeostasis.
3. Untuk mengetahui dasar-dasar homeostasis.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dipertahankan secara
homeostasis.
5. Untuk mengetahui kontribusi berbagai sistem bagi homeostasis.
6. Untuk mengetahui organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostatis.
7. Untuk mengetahui tahapan-tahapan homeostasis.
8. Untuk mengetahui bentuk ketidakseimbangan homeostasis.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Homeostatis

Homeostasis berasal dari bahasa Yunani: homeo berarti “sama”, stasis


“mempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi
yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan
pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.

Homeostasis merupakan keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan


internal tubuh. Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan
lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan.
Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi.
Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan
dalam organisme.

Pada tahun 1965, seorang ahli bernama Dubois mendefinisikan bahwa


homeostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap
lingkungan internal atau eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci
keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu keadaan seimbang yang
sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian
atau adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan.

Jadi, pengertian homeostasis yaitu suatu proses perubahan yang terus


menerus atau suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung
secara konstan, dan terjadi pada setiap organisme. Proses homeostasis ini dapat
terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiyah akan
melakukam mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang.

3
B. Proses Pengaturan Keseimbangan pada Homeostasis

Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keseimbangan


yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state). Macam-macam
pengaturan yang terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi umpan balik
negatif dan umpan balik positif.

1. Umpan balik negatif merupakan pengaturan penting dalam homeostasis.


Dalm pengaturan umpan balik negatif ini sistem pengendali senantiasa
membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu tubuh atau
tekanan darah) dengan nilai setpoint. Contohnya adalah pada saat keadaan
panas, badan akan diatur untuk mengurangi panas badan.
2. Umpan balik yang positif, Pengaturan ini tidak bersifat homeostasis karena
tidak memperbesar respons, sampai ada faktor luar yang menghentikannya.
Contohnya adalah pada saat demam, badan akan bertambah panas untuk
membunuh bakteri dan virus.

Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik,tetapi dapat juga bersifat
kedepan (feed forward control) yang memungkinkan tubuh mengantisipasi
perubahan yang akan datang. Bahkan besar respons juga dapat dimodulasi
melalui up-regulation atau down-regulation jumlah dan /atau kinerja reseptor sel.

Terdapat 2 jenis keadaan konstan dalam homeostatis, yaitu:


1. Sistem tertutup – keseimbangan statis
Dimana keadaan dalam yang tidak berubah.
2. Sistem terbuka – keseimbangan dinamik
Dimana keadaan dalam yang konstan walaupun sistem ini terus berubah.

C. Dasar-Dasar Homeostasis

Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasis, yaitu:

1. Peran sistem saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam


dengan kehidupan.
2. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3. Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.

4
4. Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan
tubuh berbeda.

D. Faktor-Faktor Lingkungan yang Dipertahankan Secara Homestatis


Organisme mempunyai 2 lingkungan, yaitu:
• Lingkungan luar yaitu lingkungan yang mengelilingi organisme secara
keseluruhan. Organisme akan hidup berkelompok dengan organisme-
organisme (biotik) dan objek-objek yang mati (abiotik).
• Lingkungan dalam yaitu lingkungan dinamis dalam badan manusia yang
terdiri dari fluida yang mengelilingi komunitas sel-sel yang membentuk
badan.
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara
homeostasis, yaitu :

1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi. Sel-sel membutuhkan pasokan molekul


nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolik untuk
menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang
aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
2. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-
reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien
digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut
berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru,
sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di
lingkungan internal.
3. Konsentrasi zat-zat sisa. Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-
produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun
melebihi batas tertentu.
4. pH. Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman
lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal
listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.
5. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain. Karena
konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel
(lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau

5
keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan
volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila
mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-
macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative
konstan.
6. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang
sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila
suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural dan
enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.
7. Volume dan tekanan. Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu
plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang kuat agar
penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi
ke seluruh tubuh.

E. Kontribusi Berbagai Sistem bagi Homeostasis

Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada
gilirannya, setiap sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan
sebagai bagian dari sistem tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang
digunakan bersama oleh semua sel.

Terdapat sebelas sistem tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk


homeostasis dicantumkan sebagai berikut:

1. Sistem Sirkulasi. Merupakan sistem transportasi yang membawa berbagai zat,


misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa, elektrolit, dan hormone dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2. Sistem Pencernaan. Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil
zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh
sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke
lingkungan internal. Sistem ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak
dicerna ke lingkungan eksternal melalui tinja.
3. Sistem Respirasi. Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke
lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2
pembentuk asam, sistem respirasi juga penting untuk mempertahankan pH
lingkungan internal yang sesuai.

6
4. Sistem Kemih. Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari
plasma melalui urine, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem Rangka. Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan
organ-organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium,
suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam
rentang yang sangat sempit. Bersama dengan sistem otot, sistem rangka juga
memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6. Sistem Otot. Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari
sudut pandang homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu
mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan
oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah
kontrol kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk
melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut,
berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan, misalnya untuk
menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat
beban, tidak selalu diarahkan untuk mempertahankan homeostasis.
7. Sistem Integument. Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang
mencegahcairan internal keluar dari tubuhdan mikroorganisme asing masuk
ke dalam tubuh. Sistem ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah
panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat
disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran
darah hangat ke kulit.
8. Sistem Imun. Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel
tubuh yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk
perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem Saraf. Merupakan salah satu dari dua sistem pengatur atau control
utama tubuh. Secara umum, sistem ini mengontrol dan mengkoordinasikan
aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat. Sistem ini sangat penting
terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap berbagai
perubahan di lingkungan internal. Selain itu, sistem ini akan bertanggung
jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan
untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan
kreatifitas.
10. Sistem Endokrin. Merupakan sistem kontrol utainnya. Secara umum,
kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada sistem endokrin mengatur aktifitas
yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan. Sistem
ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan dengan
menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit
lingkungan internal.
11. Sistem Reproduksi. Sistem ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga
tidak penting bagi kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, sistem ini
penting bagi kelangsungan hidup suatu spesies.

7
F. Organ – Organ yang Terlibat dalam Homeosatis

a. Hati
Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam
tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa
yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh
hati disebut prosesdetoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal.[1] Sel
parenkimal pada hati disebuthepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan
melakukan berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus
sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi olehjaringan
mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi
sel parenkimal.[2] Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsi mRNA
albumin sebagai stimulan proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi
hepatosit.[3]

b. Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian darisistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.
Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrologi.

c. Kulit
Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat
ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di
lapisan dermis.

G. Tahapan-Tahapan Homeostasis

A. Homeostasis primer

Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi
homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh
darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan
sumbat trombosit.

8
Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika
homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan
berlanjut menuju homeostasis sekunder.

B. Homeostasis Sekunder

Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain,
vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka
ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor
koagulasi.

Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin.


Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses
ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis
tersier.

C. Homeostasis Tersier

Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi


tidak berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

H. Ketidakseimbangan Homeostasis

Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis
terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh
lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa
keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional
tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan
terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi
memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.

Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan


homeostasis. Keberadaan seseorang di lingkungan sangat dingin tanpa pakaian
dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu
sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya proses-proses
enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu tertentu.

Contoh lain adalah kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak
fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan
cara meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal, dsb. Tetapi bila
kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi
tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.

9
Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif
untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator homeostasis akan dipantau di
unit intensif seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi
pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur keluarnya cairan tubuh.
Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi homeostasis yang tidak dapat
dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sehingga tidak mampu
melakukan proses homeostasis sendiri.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu
keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi
yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan, dan
terjadi pada setiap organisme.

Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keseimbangan


meliputi umpan balik negatif (negative feedback) dan umpan balik positif
(positive feedback).

Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasis, yaitu peran sistem saraf dalam mempertahankan
kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan, adanya kegiatan pengendalian
yang bersifat tonik, adanya pengendalian yang bersifat antagonistic, dan suatu
sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis


terbagi menjadi tujuh bagian. Pertama, konsentrasi molekul zat-zat gizi. Kedua,
konsentrasi O2 dan CO2. Ketiga, konsentrasi zat-zat sisa. Keempat, pH. Kelima,
konsentrasi air, garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain. Keenam, Suhu.
Ketujuh, volume dan tekanan.

Terdapat sebelas sistem tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk


homeostasis yaitu pada sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem
respirasi, sistem kemih, sistem rangka, sistem otot, sistem integument, sistem
imun, sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem reproduksi. Organ – Organ yang
Terlibat dalam Homeosatis adalah hati, ginjal, dan kulit.

Tahapan-tahapan homeostasis terbagi atas tiga bagian yaitu homeostasis primer,


homeostasis sekunder, dan homeostasis tersier.

Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis
terganggu dan semua sel akan menderita. Jika gangguan terhadap homeostasis
menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan
hidup, timbul kematian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2008. HOMEOSTASIS suatu pengantar. http//www.scrib.com. Jumat, 19


September 2008

Aulia, Cahya., 2013. Makalah Anfisman Konsep Homeostasis.


cahyaaulia.blogspot.com/2013/12/makalahanfismanKonsephomeostasis_8.html?
m=1/ diakses pada tanggal 5 april 2015, pukul 14.34 wita.

Guy Ton, Arthur C., Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Muzaki, Ahmad., 2014. Pengertian homeostasis.


ahmadmuzaki47.blogspot.com/2014/04/pengertian-homeostasis-ialah.html?m=1/
diakses pada tanggal 5 April 2015, pukul 14:30 wita.

Pramita, Aam Citrida. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Palembang : Poltekkes


Depkes Palembang.

Raharja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Alex Media Komputindo

Restuani, Tria., 2011. Makalah homeostasis.


triiaaordinary.blogspot.com/2011/06/makalah-homeostasis.html?m=1/ diakses
pada tanggal 7 April 2015, pukul 20.18 wita.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Siagian, Minarma. 2004. HOMEOSTASIS: Keseimbangan yang Halus dan


Dinamis. Jakarta : Departemen Ilmu

12

Anda mungkin juga menyukai